• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI MODEL

CREATIVE PROBLEM SOLVING

(

CPS

) DAN

MODEL PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA

Wiji Astuti

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: Wijistt@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran 2013/2014 yang dikenai model creative problem solving

(CPS) lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing. Penelitian ini menggunakan desain penelitian ekperimental semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kajoran, dengan sampel kelas VII E (kelas eksperimen 1) dan kelas VII D (kelas eksperimen 2). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling. Uji prasyarat analisis untuk uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi menggunakan metode Bartlett. Uji keseimbangan dan uji hipotesis menggunakan uji-t. Hasil tes prestasi belajar, diperoleh nilai rata-rata 72,571 untuk kelas eksperimen 1 dan 67,875 untuk kelas eksperimen 2. Hasil uji normalitas pada kelas eksperimen 1 diperoleh 𝐿𝑜𝑏𝑠 = 0,067 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,150, pada kelas eksperimen 2 diperoleh 𝐿𝑜𝑏𝑠 =

0,117 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,157. Hasil uji homogenitas variansi, diperoleh nilai 𝜒2𝑜𝑏𝑠 = 0,565 dan

𝜒2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3,841. Hasil uji hipotesis, diperoleh 𝑡𝑜𝑏𝑠 = 2,025 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,645, sehingga

𝑡𝑜𝑏𝑠 ∈ 𝐷𝐾, artinya H0 ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa prestasi belajar

matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran 2013/2014 yang dikenai model

CPS lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing.

Kata Kunci: Creative Problem Solving (CPS), penemuan terbimbing, prestasi belajar PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas manusia tidak terlepas dari suatu penghitungan. Bagi siswa sekolah, ilmu untuk penghitungan dipelajari pada pelajaran matematika. Matematika sebagai alat bantu dan pelayanan ilmu tidak hanya untuk matematika itu sendiri tetapi juga untuk ilmu-ilmu yang lain, baik untuk kepentingan teoritis maupun kepentingan praktis dalam pemecahan permasalahan-permasalahan sehari-hari sebagai aplikasi dari matematika.

Kualitas pendidikan matematika di Indonesia masih tergolong rendah. Hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011, untuk bidang

(2)

(Napitulu, 2012: 1). Hasil observasi dan wawancara kepada guru matematika SMP N 2 Kajoran, diperoleh data rata-rata nilai UTS matematika semester I pada kelas VII masih di bawah KKM. Model pembelajaran yang digunakan guru matematika SMP N 2 Kajoran dalam mengajar pelajaran matematika adalah model konvensional. Padahal model pembelajaran konvensional masih menunjukkan keabstrakan matematika, sehingga siswa sulit memahaminya. Proses pembelajarannya berpusat pada guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif mengembangkan pengetahuannya. Maka dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan ruang bagi siswa untuk menggembangkan pengetahuan yang dimiliki. Model creative problem solving (CPS) adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (Zaenab, 2012: 11). Selain model CPS, model penemuan terbimbing juga merupakan model pembelajaran yang dalam proses pembelajarannya tidak lagi berpusat pada guru tapi berpusat pada siswa (Markaban, 2006: 15). Kedua model ini merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa terlibat aktif dalam menemukan konsep-konsep dalam memecahkan suatu masalah dan mengambil kesimpulan.

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran 2013/2014 yang dikenai model CPS lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing pada materi segitiga?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran 2013/2014 yang dikenai model CPS lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing pada materi segitiga.

Menurut Karen (dalam Zainab, 2012: 3), model CPS adalah “suatu model pembelajaran yang berpusat pada keterampilan pemecahan masalah yang diikuti dengan penguatan kreativitas”. Sedangkan Zainab (2012: 4), mendefinisikan CPS sebagai “model pembelajaran untuk menemukan solusi dan merepresentasikan suatu masalah secara kreatif”. Jadi dapat disimpulkan bahwa CPS merupakan model pembelajaran aktif yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan memecahkan masalah yang dilakukan secara kreatif. CPS merupakan cara pendekatan yang dinamis, siswa menjadi lebih terampil sebab siswa mempunyai prosedur internal yang lebih

(3)

tersusun dari awal. Dengan CPS siswa dapat memilih dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Menurut Osborn (dalam Huda, 2013: 298), terdapat enam karakteristik dalam CPS, yang sering disingkat OFPISA : Objective Finding, Fact Finding, Problem Finding, Idea Finding, Solution Finding, dan Acceptence Finding.

Model pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivisme yaitu dimana dalam kegiatan pembelajaran siswa dengan aktif membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari (Markaban, 2006: 7). Dalam model penemuan terbimbing, siswa belajar menemukan suatu konsep baru melalui pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru (Markaban, 2006: 15).

Penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu untuk dijadikan bahan pertimbangan. Penelitian yang dilakukan oleh Kristiawan (2012) dan Pujiadi (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran CPS pada pelajaran matematika menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan penggunaan model konvensional. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Euphony F. Y. Yang. et.al (2010) dan Didik Triyono (2011) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan penggunaan model konvensional.

METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain eksperimen semu. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 2 Kajoran, waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan bulan Mei 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII E sebagai kelas eksperimen 1 (E1) dikenai model CPS dan kelas VII D sebagai kelas eksperimen 2 (E2) dikenai model pembelajaran penemuan terbimbing. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik Cluster Random Sampling.

(4)

terbimbing, variabel terikatnya adalah prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran pada materi segitiga.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan metode tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 25 butir soal. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu instrumen diujikan pada kelas uji coba dengan jumlah soal 30 butir. Uji validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh nilai validitas 0,704. Uji reliabilitas menggunakan rumus KR-20, diperoleh nilai reliabilitas 0,996. Dari penghitungan taraf kesukaran diperoleh 4 soal yang tidak memadai, yaitu 2 butir soal dengan klasifikasi mudah, dan 2 soal dengan klasifikasi sukar. Hasil penghitungan daya pembeda diperoleh 1 butir soal yang tidak diterima karena memiliki DP=0.

Teknik analisis data dibagi menjadi 2 tahap, tahap awal yaitu sebelum perlakuan, pada tahap ini dilakukan analisis data meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors, uji homogenitas dengan menggunakan metode Bartlett, dan uji keseimbangan dengan uji t. Tahap akhir yaitu sesudah perlakuan, meliputi uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini diawali dengan melakukan uji awal terhadap kelas sampel. Data yang digunakan dalam uji awal ini adalah nilai UAS semester ganjil. Dari data tersebut rata kelas eksperimen 1 adalah 64,343 dan standar deviasi 8,062. Sedangkan rata-rata kelas eksperimen 2 adalah 64,438 dan standar deviasinya adalah 8,710.

Selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi. Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai 𝐿𝑜𝑏𝑠 = 0,123 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,150 untuk kelas eksperimen 1, untuk kelas eksperimen 2 diperoleh 𝐿𝑜𝑏𝑠 = 0,133 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,157. Dari

masing-masing kelas, diperoleh 𝐿𝑜𝑏𝑠 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka 𝐿𝑜𝑏𝑠 ∉ 𝐷𝐾. Sehingga disimpulkan bahwa

masing-masing kelas eksperimen berasal dari kelas yang berdistibusi normal. Dari hasil uji homogenitas variansi diperoleh nilai 𝜒2𝑜𝑏𝑠 = 0,183 dan 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3,841. Dengan demikian 𝜒2𝑜𝑏𝑠 ∉ 𝐷𝐾 artinyaH0 diterima, sehingga ini menunjukkan bahwa variansi

kedua kelas homogen. Setelah terpenuhi prasyarat awal oleh kedua kelas sampel, maka dilakukan uji keseimbangan dengan uji t. Hasil dari uji keseimbangan diperoleh

(5)

𝑡𝑜𝑏𝑠 = −0,0469 dan𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,960. Karena 𝑡𝑜𝑏𝑠 ∉ 𝐷𝐾 maka H0 diterima, artinya

kedua sampel memiliki kemampuan awal yang sama.

Setelah dilakukan uji awal di atas, maka kedua kelas eksperimen diberi perlakuan. Setelah kedua kelas ini diberi perlakuan, selanjutnya dilaksanakan tes prestasi belajar. Dari hasil tes tersebut diperoleh nilai rata-rata kelas 72,571 dan standar deviasi 8,846 untuk kelas eksperimen 1. Nilai rata-rata kelas pada kelas eksperimen 2 adalah 67,875 dan standar deviasi 10,134. Data tes prestasi belajar yang diperoleh digunakan untuk melakukan uji tahap akhir.

Uji normalitas terhadap nilai tes prestasi belajar pada kelas eksperimen 1 menghasilkan 𝐿𝑜𝑏𝑠 = 0,067 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,150, ini menunjukkan bahwa kelas

tersebut berasal dari kelas yang berdistribusi normal, begitu juga dengan hasil uji normalitas pada kelas eksperimen 2 diperoleh 𝐿𝑜𝑏𝑠 = 0,117 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 0,157.

Selanjutnya, dari hasil uji homogenitas variansi, diperoleh 𝜒2𝑜𝑏𝑠 = 0,565 dan

𝜒2

𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 3,841 yang artinya H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa variansi kedua

kelas homogen. Untuk uji hipotesis, menghasilkan nilai 𝑡𝑜𝑏𝑠 = 2,025 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

1,645, artinya H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran 2013/2014 yang dikenai model CPS lebih baik daripada prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing pada materi segitiga.

Hasil dari pembelajaran dengan model CPS lebih baik dibandingkan dengan model penemuan terbimbing karena dalam proses pembelajarannya siswa yang dikenai model CPS memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model penemuan terbimbing. Pada kelas yang dikenai CPS, siswa lebih mandiri karena tidak tergantung oleh bimbingan guru sehingga siswa yang dikenai model CPS dapat secara maksimal mengembangkan kemampuan daya pikirnya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwaprestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Kajoran tahun pelajaran

(6)

prestasi siswa yang dikenai model penemuan terbimbing pada materi segitiga. Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan saran agar model pembelajaran creative problem solving (CPS) dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika.

Daftar Pustaka

Euphony F. Y. Yang. et.al. 2010. “The Effectiveness of Inductive Discovery Learning in 1: 1 Mathematics Classroom”. Graduate Institute of Network Learning Technology, National Central University, Taiwan. Diunduh dari http:// www. icce2010. upm. edu. my/papers/c6/short%20paper/C6SP200.pdf.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kristiawan, D. 2012. Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Media Compact Disc (CD) Interaktif Untuk Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Tesis : Universitas Negeri Semarang. Diunduh dari http://lib.unnes.ac.id/14959/ pada tanggal 18 November 2013.

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Napitulu, Ester Lince. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. Diunduh dari http://edukasi. kompas. com/ read/ 2012/12/14/ 09005434pada tanggal 31 Oktober 2013.

Pujiadi. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Berbantuan CD Interaktif Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas X. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah. Diunduh dari http: // www. lpmpjateng. go. Id / web / index. php/ arsip/ karya-tulis-ilmiah/ 804-pengaruh -model- pembelajaran- creative- problem- solving- cps- berbantuan- cd- interaktif- terhadap- prestasi pada tanggal 18 November 2013.

Triyono, Didik. 2011. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Power Point dan Lembar Kerja Siswa. Skripsi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh dari http://library. uns.ac.id/dglib /pengguna. php?mn = detail&d_id=23106 pada tanggal 7 November 2013.

Zaenab. 2012. Model Creative Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika. Diunduh dari http://www.slideshare.net/UphyAxdom/Model-creative-problem-solvingpada tanggal 12 November 2013.

Referensi

Dokumen terkait

10.3 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan volume bangun ruang sisi sisi datar 10.4 Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan. dengan volume bangun ruang

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

dimaksud dengan keterangan terdakwa adalah “apa yang terdak wa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia. lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami

Analisis materi pelajaran Pembagian tugas mengajar Pengaturan pelaksanaan kegiatan tahun ajaran baru Supervisi pelaksanaan pembelajaran Penyusunan kalender pendidikan

China dan Iran menjalin hubungan kerjasama pada tahun 1990, dimana kerjasama tersebut didasari dengan adanya persamaan prinsip saling percaya, saling membutuhkan

(5) Guru pemula yang berstatus bukan PNS, yang telah menyelesaikan program induksi dengan nilai kinerja paling kurang kategori baik, yang dibuktikan dengan sertifikat

Bagian kedua aplikasi perencanaan dan pengendalian laba mencakup perencanaan dan pengendalian penjualan, produksi, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja