• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL. PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE FARM LOMBOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL. PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI DI PT. AUTORE PEARL CULTURE FARM LOMBOK"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI

DI PT. AUTORE PEARL CULTURE FARM LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

RENI ANGGUN 1322010096

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN PANGKEP

2016

(2)

TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENEMPEL PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) PRA OPERASI

DI PT. AUTORE PEARL CULTURE FARM LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

RENI ANGGUN 1322010096

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Ir. Hj. Fauziah Nurdin, M.P Ir. Andi Asdar Jaya, M. Si

Ketua Anggota

Diketahui oleh:

Dr. Ir. H. Darmawan, M.P Ir. Rimal Hamal, M.P

Direktur Ketua Jurusan

Tanggal Lulus : Senin, 08 Agustus 2016

(3)

RINGKASAN

RENI ANGGUN, 13 22 010 096. Teknik Pengendalian Organisme Penempel Pada Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Pra Operasi di PT. Autore Pearl Culture Farm, Lombok – Nusa Tenggara Barat dibawah bimbingan Fauziah Nurdin, dan Andi Asdar Jaya.

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa yang aka ndatang. Tiram mutiara (P.maxima) adalah salah satu sumber daya perikanan yang sekarang ini sedang diusahakan dalam bentuk budidaya. Tiram mutiara (P. maxima) dapat memproduksi butir-butir mutiara dalam bentuk bulatan dan setengah bulat yang mempunya inilai ekonomis tinggi, juga dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir, 1981 dalam Hidayat, 2008). Namun kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya Tiram mutiara adalah keberadaan organisme penempel selama pemeliharaan berlangsung yang dapat menghambat pertumbuhan tiram dan menghambat suplai makanan serta menjadi penyaing oksigen bagi kerang mutiara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian organisme penempel dengan teknik perendaman dengan menggunakan larutan garam, dan penyemprotan serta pengerokan.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P. maxima) pra operasi di PT.Autore Pearl Culture Farm, Lombok - Nusa Tenggara Barat (NTB). Adapun manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya dimasyarakat kelak khususnya mengenai teknik-teknik pengendalian organisme penempel pada kerang mutiara (P. maxima) pra operasi di PT. AUTORE PEARL CULTURE Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB)

Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama tiga bulan mulai dari 2 februari – 2 mei 2016. Data selama kegiatan diperoleh melalui pelaksanaan dan pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaian kegiatan, hasil wawancara dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta studi pustaka yaitu data dikumpulkan melalui buku laporan dan referensi lainnya yang terkait dengan Teknik Pengendalian Organisme Penempel Pada Tiram Mutiara (P. maxima) Pra Operasi.

Organisme penempel yang didapatkan selama budidaya tiram mutiara adalah Ascidian, Polychaeta sp., Tritip, Pteria penguin dengan teknik pengendalian dengan cara perendaman dengan menggunakan larutan garam dengan konsentrasi 150 ppt pada tahapan kolektor, dan penyemprotan dan pengerokan pada tahapan waring berkantong dan pocket.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nyalah sehingga penyusun dapat menyelesaikan kegiatan PKPM ( Pengalaman Kerka Praktek Mahasiswa) selama ± 3 bulan dan menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul “ Teknik Pengendalian Organisme Penempel pada Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Pra Operasi di PT. Autore Pearl Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat ”

Dengan selesainya laporan tugas akhir ini penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya memantapkan dan menyempurnakan laporan ini, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi pengembangan budidaya di masa yang akan datang.

Untuk itu dengan kerendahan hati penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Darmawan, M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

2. Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P. selaku Ketua Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Ibu suryati, S.Pi, M, Si. selaku Sekertaris Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

4. Ibu Ir. Hj. Fauziah Nurdin, M.P. selaku pembimbing I.

5. Bapak Ir. Andi Asdar Jaya, M,Si. selaku pembimbing II.

6. Seluruh rekan-rekan, mahasiswa dan teman-teman ditempat lokasi PKPM PT. Autore Pearl Culture, Lombok Nusa Tenggara Barat

7. Terkhususnya kepada kedua orang tua tercinta dan keluarga.

(5)

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan laporan tugas akhir ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun, penulis terima dan harapkan dengan senang hati demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Pangkep, 08 Agustus 2016

penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ... 3

2.2 Morfologi dan Anatomi... 4

2.3 Jenis Tiram Mutiara ... 5

2.4 Habitat dan Penyebaran... 6

2.5 Makanan ... 7

2.6 Hama dan Penyakit ... 8

2.7 Lokasi Budidaya... 9

2.8 Faktor Ekologi ... 9

2.9 Faktor Resiko ... 13

2.10 Media Budidaya ... 13

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 15

3.2 Alat dan Bahan ... 15

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 17

3.3.1 Data Primer ... 17

3.3.2 Data Sekunder ... 17

3.4 Metode Pelaksanan... 17

3.4.1 Penanganan Tiram Selama Budidaya ... 17

3.5 Analisa Data ... 19

(7)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Jenis Organisme Penempel ... 20 4.2 Teknik Pengendalian Organisme Penempel... 25 V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 29 5.2 Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Alat yang digunakan pada kegiatan budidaya tiram mutiara

(Pinctada maxima) ... 15 2 Bahan yang digunakan pada budidaya tiram mutiara

(pinctada maxima) ... 16 3 Jenis organisme penempel dan pengendaliannya ... ... 20

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi tiram mutiara ... 4

2 Anatomi tiram mutiara ... 5

3 Pelepasan waring ... 19

4 Perendaman kolektor larutan garam... 19

5 Serangan Ascidian pada tiram mutiara ... 21

6 Serangan Polychaeta pada tiram mutiara ... 22

7 Tritip yang menempel pada tiram mutiara ... 24

8 Pteria penguin yang menempel pada tiram mutiara ... 25

9 Bak fibreglass... 26

10 Penyemprotan waring berkantong... 27

11 Pembersihan tiram dengan menggunakan pisau ... 27

12 Penyemprotan tiram mutiara ... 28

13 Pembersihan tiram mutiara dengan menggunakan pak ... 28

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Alat pemeliharaan tiram mutiara ... 33

(11)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.

Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu kewaktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen.

(12)

2 Tiram mutiara dapat memproduksi butir-butir mutiara dalam bentuk bulatan dan setengah bulat yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, juga dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir, 1981 dalam Hidayat, 2008). Seiring dengan hal tersebut, maka permintaan masyarakat akan komoditas ini semakin meningkat, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya jumlah populasi tiram mutiara (P.maxima) di alam. Namun kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya kerang mutiara adalah keberadaan organisme penempel selama pemeliharaan berlangsung yang dapat menghambat pertumbuhan kerang dan menghambat suplai makanan serta menjadi penyaing oksigen bagi kerang mutiara. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian organisme penempel dengan teknik perendaman dengan menggunakan larutan garam, dan penyemprotan serta pengerokan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan Tugas Akhir adalah memperkuat penguasaan teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P. maxima) pra operasi di PT. AUTORE PEARL CULTURE, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Manfaat penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk memperluas wawasan,

kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik-teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.

maxima) pra operasi.

(13)

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Tiram Mutiara

Sutaman (1993) Tiram mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak. Tiram mutiara (P. maxima) secara taksonomis dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam Phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas empat kelas yaitu: Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda.

Klasifikasi P. maxima menurut Mulyanto (1987) dan Sutaman (1993) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Sub kingdom : Invertebrata Filum : Mollusca

Klas : Pellecypoda Subkelas : Lamellibranchia Ordo : Anysomyaria Subordo : Pteriomorpha Subfamili : Pteridae Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima

(14)

4 2.2 Morfologi dan Anatomi

Tubuh tiram mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung.

Mulyanto (1987) dalam Hidayat (2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara. Hidayat (2008) dalam Mulyanto (1987). Morfologi P. maxima dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi tiram mutiara P. Maxima (Sumber : Mulyanto, 1987) dalam Hidayat, 2008)

Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi tiram mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (visceral mass).

1

2

3 4

5

6

7 8

Keterangan : 1. Hasagy

Pertumbuhan 2. Hasagy Lama 3. Bysus

4. Umbo 5. Ventral 6. Anterior 7. Dorsal 8. Posterior

(15)

5 1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal, menurut Cahn (1949) dalam Tjahjo winanto 1992, kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih.

2. Mantel terdiri dari selaput (intigument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang.

3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Adapun anatomi dari kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Anatomi tiram mutiara (Sumber : Sutaman, 1993)

(16)

6 2.3 Jenis Tiram Mutiara

Beberapa jenis tiram mutiara penghasil mutiara yang terdapat diperairan Indonesia antara lain :

1. Pinctada maxima (Gold lip Pearl Oyster) 2. Pinctada margaritifera (Blacklip Pearl Oyester) 3. Pinctada fucata

4. Pinctada chemnittzi 5. Pteria penguin

Menurut Tin Tun (1987) dalam Tjahjo Winanto (1992), jenis tiram mutiara yang sesuai untuk dibudidayakan di Perairan Indonesia adalah jenis P.maxima, Pinctada margaritifera, Pteria penguin. Jenis-jenis Pinctada spp. yang lain berukuran kecil (4-6 cm), banyak ditemukan di Perairan Indonesia tetapi kurang ekonomis.

2.4 Habitat dan Penyebaran

P. maxima biasa ditemukan pada kedalaman 20 m - 75 m, dengan dasar perairan berpasir atau pasir berkarang. Daerah penyebarannya mulai dari laut Arafuru, kepulauan Aru, laut Banda, Ambon, laut Seram kepulauan Bacaan, Australia bagian utara, Burma, Thailand, Philipina.

Pinctada margaritifera dapat ditemukan dari perairan laut dangkal sampai dalam, pada 1 m - 20 m. Tiram ini menggunakan bisusnya untuk menempelkan diri pada substrat yang keras, seperti karang atau batu, umumnya hidup pada salinitas tinggi 35 ppt atau lebih. Dearah penyebarannya antara lain di perairan Indo-Pasifik, Teluk California, Teluk Panama, Teluk Persia, Sudan, Laut Merah, Kepulauan

(17)

7 Seycnell, Papua New Guinea, Australia, Trech Polynesia, Indonesia, Kepulauan Andaman, Nicobar, Samudra India sebelah barat daya dan Jepang.

Pinctada fucata tersebar luas di perairan-perairan terumbu karang, menempel pada batu karang atau substrat yang keras, pada daerah pasang surut sampai kedalaman 12 m – 25 m, lokasi cukup terlindung di daerah tropis maupun sub-tropis, seperti Teluk Persia, Laut merah, India, China, Korea, Jepang, Indonesia, Venezuela, dan lautan pasifik bagian barat.

Pteria penguin hidup pada kedalaman 5 m – 30 m, dengan salinitas kurang lebih 30 ppt, jenis ini kadang-kadang ditemukan menempel pada ranting-ranting karang hitam (Black corals).

2.5 Makanan

Tiram mutiara bersifat filter feeder karena hidupnya menetap maka kebutuhan makanannya sangat bergantung pada makanan alami di perairan sekitarnya atau terbawa arus air dan dimanfaatkan melalui insang. Pada dasarnya tiram mampu menyeleksi makanan sesuai dengan kebutuhannya, makanan yang telah ditelan tidak semuanya dapat dicerna.

Beberapa jenis makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa ditemukan dalam perut tiram adalah sisa bahan organic (detritus), Flagellata, larva Invertebrata, partikel jamur, pasir, lumpur, dan beberapa jenis plankton seperti Clolrella, Skeletonema, Estatum, Euglena, Coscinodiscus sp., Bidulphiaregia, Nitzchia sp., Ceratium fusus, Melosirajuegensi, Rhizosolenia hebetate, Hylodiscus stelliger, Asterionelajaponica, Nitzchionides (Imai, 1982 dan Tin Tun, 1988).

Organisme bersel banyak seperti spora alga, dialom, infusorians, foraminifera, merupakan penyusun utama makanan tiram mutiara. Sejumlah pakan yang

(18)

8 ditemukan di dalam perut tiram antara lain adalah embrio dan larva berbagai hewan, filamentus alga, alcyonarians, jamur dan sedikit butiran pasir, tapi kadang-kadang yang jumlah banyak (Hardman, 1903 dan chellam, 1983).

2.6 Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh tiram mutiara dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (Bootom culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Grastropoda, seperti Murex sp., Thais sp., dan kura-kura.

Beberapa macam penyakit yang menyerang tiram mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring spongr (Cliona), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (Boring bivalves) dapat membentuk seperti blister didalam cangkang. Tiram yang terserang boring sponge, pada bagian luar cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran kedalam cangkang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam didalam larutan garam pekat, (brine deeping). Tiram yang terserang infeksi direndam didalam larutan garam pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit (Tin Tun, 1977 dan 1988). Pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan.

Perlakuan lainnya yaitu dengan perubahan salinitas secara mendadak (salinity shock), tiram yang terinfeksi direndam didalam air tawar selama kurang lebih 5- 10 menit, kemudian direndam didalam larutan garam pekat dengan konsentrasi 30-40%. Selama 5-10 menit atau sebaliknya direndam dahulu dalam larutan

(19)

9 garam pekat, lalu direndam dalam air tawar. Perlakuan ini tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan tiram.

Organisme penempel yang sering dijumpai pada budidaya tiram adalah jenis tumbuhan misalnya; ganggang hijau (Cholorophyceae), ganggang coklat (Phaeophyceae), ganggang merah (Rhodophyceae). Dari jenis hewan misalnya;

bunga karang (Porifera), molusca seperti Mytilus sp., Crassostrea sp., polychaetes (Polychaeta), seperti Hydroideselegens, Polydora sp.

2.7 Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus diketahui sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pemeliharaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu usaha budidaya lebih banyak ditentukan oleh lokasi yang memenuhi syarat teknis (Sutaman, 1993). Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara (Anonim, 2001). Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :

2.8 Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

1. Lokasi terlindung

Lokasi usaha untuk budidaya kerang mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan

(20)

10 terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiaraterutama induk.

2. Dasar perairan

Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.

3. Arus air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.

4. Salinitas

Salinitas adalah jumlah semua garam dalam air setelah karbonat diubah menjadi oksidan-okasidan dengan satuan perseribu notasi atau ppt. Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 - 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 - 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara.

(21)

11 5. Suhu

Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi kerang di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0C. Suhu air pada kisaran 27 - 31°C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.

6. Kecerahan air

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air.

Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang kerang akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 - 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan.

7. Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram mutiara (P. maxima) berkisar antara pH 7,8 - pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat kerang mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas kerang akan meningkat pada pH 6,75 - pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 - 6,5.

8. Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2- 6,6 ppm.

(22)

12 P. Maxima untuk ukuran 40 - 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 - 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 - 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.

9. Parameter kimia a. Fosfat

Kandungan fosfat yang lebih tinggi dari batas toleransi akan mengakibatkan kerang mutiara mengalami hambatan pertumbuhan.

Fosfat pada kisaran 0,1001 - 0,1615 g/l merupakan batasan yang layak untuk normalitas hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan fosfat berkisar antara 0,16 - 0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang baik untuk budidaya tiram mutiara.

b. Nitrat dan nitrit

Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525 - 0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5 - 5 mg/l. Konsentrasi nitrit 0,25 mg/l dapat mengakibatkan stress dan bahkan kematian pada organisme yang dipelihara.

c. Amoniak

Batas toleransi organisma akuatik terhadap amoniak berkisar antara 0,4 - 3,1 g/l. Pada kisaran yang lebih tinggi dari angka tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan dan akhirnya mengakibatkan kematian pada organisme.

(23)

13 2.9 Faktor Resiko

1. Pencemaran

Lokasi budidaya kerang mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tangga, pertanian, maupun industri. Limbah rumah tangga dapat berupa deterjen, zat padat, berbagai zat beracun, dan patogen yang menghasilkan berbagai zat beracun. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup kerang mutiara.

2. Manusia

Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Resiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).

2.10 Media Budidaya

Pada budidaya kerang mutiara di laut terbuka sistem jalur long line salah satu media sangat cocok untuk digunakan karena lebih tahan terhadap pengaruh angin, arus yang kuat, dan gelombang yang besar karena gerakan tali yang diakibatkan oleh gelombang. Jalur long line adalah media yang digunakan untuk memelihara sebelum dan sesudah operasi sampai panen.

Menurut (Liweng, 2004) Pada penempatan jalur long line sangat dipengaruhi oleh :

(24)

14 a. Keadaan arus

Penempatan jalur long line dilakukan dengan kemiringan 30-400 dari arah arus.

Hal ini dilakukan agar semua kerang mendapatkan makanan yang sama sehingga tingkat pertumbuhan akan sama. Disamping itu untuk menghindari terjadinya tali gantung yang saling membelit.

b. Kedalaman dan Dasar Perairan

Kedalaman dan dasar perairan pada lokasi long line perlu diketahui agar dapat menentukan panjang tali jangkar dan jenis jangkar yang digunakan.

Untuk menetukan panjang tali jangkar diperlukan perbandingan yaitu:

Panjang Tali Jangkar = Kedalalaman air x 3

Dasar perairan yang berkarang dengan kedalaman 15 – 20 meter sangat cocok untuk jenis jangkar besi sedangkan jangkar beton dapat ditempatkan pada semua jenis dasar perairan.

c. Pengaruh Angin

Angin yang kuat mempengaruhi keadaan gelombang yang berdampak pada penempatan jalur long line karena dapat merusak keranjang pemeliharaan.

d. Bobot jangkar.

Perbandingan antara bobot jangkar dan bobot yang ditahannya yang terdiri dari berat jalur, berat kerang dan kecepatan arus yang harus seimbang. Hal ini bertujuan agar jalur long line yang telah dipasang tetap dalam keadaan terentang sempurna sehingga tali gantung tidak saling membelit.

(25)

15 III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penulisan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 2 februari sampai 2 mei 2016 di PT. Autore Pearl Culture, Teluk Nare, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB)

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Alat yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.maxima).

No Alat Spesifikasi Kegunaan

1. Bak Fibreglass (1 x 1,5) m Tempat perendaman 2. Bendera (100x50) cm,mize 2 cm Pemeliharaan tiram kecil

3. Jalur Long Line 150 m Wadah budidaya

4 Kabel pengikat 25 Cm Untuk mengikat waring

dan kolektor

5 Kolektor (40 x 1,5) m Tempat penempelan spat

6 Mesin semprot Myanmar Membersihkan tiram

7 Pelampung kecil Diameter 113 cm Pelampung jalur

8 Pisau dapur Mengikis kotoran tiram

9 Rakit apung (9 x 9) m Tempat penyeleksian

(26)

16

No Alat Spesifikasi Kegunaan

10 Speed Boad Pk Angkutan

11 Tali gantung Diameter 7 Mengikat pocket

12 Tali jangkar Diameter 22 m Mengikat jangkar 13 Tali jalur Diameter 150 m Tali induk dan jalur 14 Tali pelampung Diameter 4 m Mengikat Pelampung 15 Waring Mish size 1 mm – 4 mm Pembungkus pocket Sumber : PT.Autore Pearl Culture, Lombok Utara, NTB 2016

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.maxima) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1 Bahan yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima)

.

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1. Air laut (32-35) ppt Membersihkan tiram

2. Garam Kasar Untuk perendaman

3 Kerang mutiara P. maxima Spesies budidaya Sumber : PT.Autore Pearl Culture, Lombok Utara, NTB 2016

(27)

17 3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan laporan tugas akhir ini yaitu metode pengumpulan data berupa Data Primer dan Data Sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh pada saat melaksanakan dan mengikuti secara langsung kegiatan PKPM pada setiap unit kegiatan budidaya tiram mutiara di PT. Autore Pearl Culture.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Penanganan Tiram Mutiara Selama Budidaya

a. Perendaman

Perendaman dengan menggunakan larutan garam dilakukan pada saat tiram berumur 4 minggu setelah diturunkan dilaut, metode perendaman dilakukan sebagai berikut :

 Pertama-tama dilakukan pencampuran garam dapur dengan cara bak fibreglass diisi dengan air laut tawar sebanyak 100 liter lalu ditambahkan dengan garam dapur 15 kg kemudian diaduk hingga merata.

(28)

18

 Kolektor diangkat dari jalur longline ke rakit apung dengan menggunakan jangkar lalu waringnya dibuka dari kolektor. Gambar Pelepasan waring dapat dilihat pada Gambar 3.

 Kolektor diletakkan disamping bak fibreglass. Gambar kolektor dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Kolektor yang berisi spat dimasukkan ke dalam bak fibreglass dan direndam selama 1-5 menit. Dapat dilihat pada Gambar 4.

 Setelah itu, kolektor diangkat dari bak fibreglass lalu diletakkan di stand pocket lalu didiamkan selama 10-15 menit.

 Kolektor dibungkus kembali dengan menggunakan waring lalu digantung kembali di jalur longline.

Gambar 3 Pelepasan waring Gambar 4 Perendaman kolektor dalam garam

b.Pencucian waring berkantong 64

 Pengangkatan waring berkantong dari jalur longline

(29)

19

 Waring berkantong diletakkan di stand penyemprotan.

 Setelah itu melakukan penyemprotan tiram.

 Setelah lumut-lumut yang menempel pada waring berkantong rontok kemudian dilakukan pembersihan tiram dengan menggunakan pisau untuk menghilangkan organisme-organisme yang menempel pada tiram.

 kemudian digantung kembali di jalur longline seperti semula.

c. Pencucian Pocket

 Pocket terlebih dahulu diangkat dari jalur longline.

 Pocket diletakkan di stand pocket. Gambar pocket dapat dilihat pada Lampiran 1.

 Setelah itu dilakukan penyemprotan.

 Kemudian tiram kembali dibersihkan dengan menggunakan pak untuk menghilangkan organisme-organisme penempel.

 Pocket dibungkus kembali dengan menggunakan waring 4 mm.

 pocket digantung kembali ke jalur longline seperti semula.

3.5 Analisa Data

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif dalam bentuk tabel.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar

Gambar  1  Morfologi  tiram  mutiara  P.  Maxima  (Sumber  :  Mulyanto,  1987)                                  dalam  Hidayat, 2008)
Gambar 3 Pelepasan waring          Gambar 4 Perendaman kolektor dalam                                                                           garam

Referensi

Dokumen terkait

KELANGSUNGAN HlDUP LARVA TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)(BIVALVIA : PTERIDAE). OLEH

Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram mutiara metode donor

KELANGSUNGAN HlDUP LARVA TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)(BIVALVIA : PTERIDAE). OLEH

Menurut (Sutaman 1993) bahwa kerang mutiara jenis (Pinctada Maxima) termasuk dalam kelompok hewan (filterfeeder) yaitu mengambil makanan dengan cara menyaring air laut

Hasil pengamatan selama masa pemeliharaan tiram anakan ukuran spat kolektor menunjukkan bahwa kondisi spat tiram mutiara (Pinctada maxima) yang dipelihara pada

Hasil pengamatan selama masa pemeliharaan tiram anakan ukuran spat kolektor menunjukkan bahwa kondisi spat tiram mutiara (Pinctada maxima) yang dipelihara pada

Teknik pembenihan tiram lainnya yang menambah wawasan dan softskill mahasiswa yaitu teknik kultur pakan alami dan tenik pemijahan tiram mutiara metode donor

Tiram yang telah diangkat dari rakit budidaya kemudian dibersihkan menggunakan pisau dengan cara mengikis organisme yang menempel pada cangkang tiram mutiara