• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENANGANAN PRA PANEN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI. PT AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT TUGAS AKHIR OLEH: MAKKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PENANGANAN PRA PANEN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI. PT AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT TUGAS AKHIR OLEH: MAKKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENANGANAN

PRA PANEN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI. PT AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK NUSA

TENGGARA BARAT

TUGAS AKHIR OLEH:

MAKKA 1522010556

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2018

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Diploma III di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 23 Juli 2018

Makka

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wataala, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, yang telah dilaksanakan di PT.

Autore Peral Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan judul Teknik Penanganan Pra Panen Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Operasi. Tugas akhir ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan.

Upaya maksimal yang dilakukan oleh penulis tidak akan terwujud dengan baik tanpa di iringi dengan doa yang dikabulkan oleh Allah SWT.

Melalui tulisan ini penulis berterima kasih kepada orang-orang yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara lain:

1. Kepada Bapak Ir.La Paturusi La Sennung,M.Si. selaku pembimbing pertama dan Bapak Dr.Ir.H.Ahmad Wadi,Agr. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan yang baik mulai dari penyusunan proposal tugas akhir hingga pnyelesaian laporan tugas akhir ini.

2. Ucapan terima kasih kepada Bapak Zainudin Azwan AmdPi selaku pembimbing lapangan di PT Autore Pearl Culture, Kabupaten Sekotong Labuan Poh Nusa Tenggara Barat Dan Bapak Zohri Resah selaku pembimbing lapangan di PT Autore Pearl Culture Lombok Utara Desa Malaka.

3. Kepada Ketua Jurusan Budidaya perikanan Bapak Ir. Rimal Hamal, M.P.

(6)

4. Kepada Bapak Ir.Dermawan,M.P. selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Akhirnya dengan tulus penulis menghaturkan terima kasih kepada Mbo tercinta Senge dan Mama tercinta Sulastri, kepada kakak saya Saripa dan Kawan Saya Di GSI,HMI yang senantiasa memberikan dukungan baik berupa moril maupun materil serta beliau senantiasa mendoakan penulis hingga penyelesaian studi ini. Terima kasih kepada semua keluarga atas doa dan motivasinya kepadapenulis. Kepada rekan-rekan seangkatan di Jurusan Budidaya Perikanan, semua staf PT.Autore Pearl Culture serta staf laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang tidak disebutkan namanya, atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian studi ini penulis mengucapkan terima kasih.

Mungkin masih jauh dari kata sempurna. penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berguna kepada yang ingin membacanya maupun yang memerlukannya, Amin.

Pangkep, Juli, 2018

Makka

(7)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

RINGKASAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kerang Mutiara ... 3

2.2 Morfologi dan Anatomi ... 3

2.3 Habitat dan Penyebaran ... 5

2.4 Makanan dan Cara makan ... 6

2.5 Persyaratan Lokasi ... 7

2.6 Hama dan Penyakit ... 10

(8)

BAB III. METODOLOGI KEGIATAN

3.1Waktu dan Tempat ... 11

3.2 Alat dan Bahan ... 11

3.2.1 Alat ... 11

3.2.2 Bahan ... 12

3.3 Metode Pengumpulan Data... 12

3.3.1 Data Primer ... 12

3.3.2 Data Sekunder ... 12

3.4 Metode Pelaksanaan ... 13

3.4.1 Relaksasi ... 13

3.4.2 Pemasangan Baji ... 13

3.4.3 Pembuatan Saibo Dari Tiram Donor ... 14

3.4.4 Pemasangan Inti Tiram ... 15

3.4.5 Pengecekan Inti Pada Tiram Mutiara Dengan Proses X-Ray...16

3.5 Parameter Yang Diamati dan Analisa Data ... 17

3.5.1 Parameter Yang Diamati... 17

3.5.2 Analisa Data... 17

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Lokasi Perusahaan ... 18

4.2 Sarana Dan Prasarana ... 18

4.3 Struktur Otganisasi ... 20

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Penanganan Kerang Mutiara (Pinctada Maxima) ... 21

5.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Pada Proses X-Ray ... 21

5.1.2 Tingkat Kelangsungan Hidup Pada Proses Operasi Hingga Proses Panen ... 24

BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 28

6.2 Saran ... 29

(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(10)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Alat yang di gunakan pada budidaya kerang mutiara ... 11

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan pada budidaya kerang mutiara ... 12

Tabel 4.1 Sarana yang digunakan di PT. Autore Pearl Culture ... 18

Tabel 4.2 Prasarana yang digunakan di PT.Autore Pearl Culture... 19

Tabel 5.1 Data hasil kegiatan X-Ray ... 21

Tabel 5.2 Data tingkat kelangsungan hidup selama operasi pemasangan inti . 24 Tabel 5.3 Data tingkat kelangsungan hidup selama panen ... 24

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1. Kerang Mutiara (Pinctada maxima) ... 4 Gambar 2. 2 Anatomi Kerang Mutiara (Pinctada maxima) ... 5

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Poket 16 Pemeliharan ... 32

Lampiran 2. Bak Viber Tempat Relaksasi ... 32

Lampiran 3. Pelemahan Siap Operasi ... 32

Lampiran 4. Alat Operasi Panen ... 32

Lampiran 5. Operasi Panen ... 32

Lampiran 6. Meja Operasi Kerang Mutiara ... 32

Lampiran 7. Hasil Operasi Kerang Mutiara ... 33

Lampiran 8. Operasi Panen Bunuh ... 33

(13)

RINGKASAN

Makka.1522010556. Teknik Penanganan Pra Panen Kerang Mutiara ( Pinctada maxima ) Yang dibudidayakan di PT. Autore Pearl Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh La paturusi La Sennung Dan Ahmad Wadi.

Kerang mutiara merupakan salah satu komoditas dari sector kelautan yang bernilai tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan perhiasan mutiara dan harga yang terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk menambah dan memperkuat penguasaan untuk teknik budidaya kerang mutiara khususnya penanganan kerang mutiara khususnya penanganan operasi panen. Di PT. Autore Pearl Culture.

Lombok, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu lokasi budidaya Kerang Mutiara terbaik di Indonesia. Salah satu potensi keberhasilan dari budidaya Kerang mutiara adalah Teknik Penanganan Operasi Panen. Dengan Memperbaiki cara Selesksi dan perawatan pada saat pemuasan sampai Relaksasi maka akan meminimalisir kerusakan pada kerang mutiara. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui cara-cara Operasi Panen pada Kerang Mutiara yang di budidayakan di PT. AutorePeral Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Praktikum ini dilaksanakan di PT. Autore Pearl Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat pada bulan Februari - Mei 2018. Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara dan survey. Lokasi pengambilan data ditentukan dengan Kriteria tertentu dan metode pengambilan data dilakukan secara acak sebesar 1% pada masing-masing longline.

Pada Praktikum ini ditemukan sebanyak 6 Teknik Penanganan Kerang Mutiara Operasi Panen yang meliputi Kerang Mutiara Yaitu Seleksi, Pemuasaan ,Pelepasan Waring, Pengangatan kerumah Apung, Bongkar (Pembersihan) , Relaksasi, Pemasangan Baji. Angka keberhasilan dari Operasi 60% tergantung dari Perawatan saat Pra Operasi Tau menjelang Operasi, semoga praktikum ini dapat menjadi masukan bagi kegiatan budidaya Kerang Mutiara ( Pinctada maxima. )

Kata Kunci :Kerang Mutiara, Teknik Penangan Kerang Mutiara.

(14)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara penghasil mutiara yang cukup dikenal di pasaran dunia, sebagian besar mutiara yang dipasarkan berasal dari hasil budidaya. Kondisi perairan Indonesia sangat sesuai untuk budidaya tiram mutiara dan persebaran berbagai spesies tiram alam penghasil mutiara tersebut dapat ditemui hampir di setiap provinsi, seperti ditunjukkan oleh peta sebaran potensi tiram mutiara yang dikeluarkan Lembaga Penelitian Perikanan Laut, sehingga perusahaan budidaya tiram mutiara berkembang pesat, meskipun pada perkembangan selanjutnya, perusahaan budidaya tiram mutiara lebih banyak terkonsentrasi di Kawasan Tengah dan Timur Indonesia yang kualitas lingkungannya lebih baik dan tidak banyak terpengaruh aktivitas yang merusak lingkungan (Sujoko, 2010). Permintaan mutiara yang sangat tinggi dari konsumen internasional mengakibatkan ketertarikan pengusaha untuk menanamkan modalnya di Indonesia atau bekerjasama dengan perusahaan lokal. Perusahaan tersebut tidak hanya menjual mutiara, tetapi juga membudidayakan tiram penghasil mutiara secara intensif, sehingga tidak lagi mengandalkan hasil tangkapan alam. Jenis-jenis tiram penghasil mutiara yang banyak dibudidayakan di Indonesia, antara lain : Pinctada maxima, P. margaritifera dan Pteria penguin (Sutaman, 1993).

Mutiara yang dihasilkan bervariasi dari warna kuning muda sampai warna hitam. Warna hitam merupakan warna yang diminati pelanggan mutiara dunia.

(15)

PT. Autore Pearl Culture Lombok, merupakan perusahaan yang bergerak dibidang budidaya kerang mutiara menjadi rujukan mengenai pengetahuan teknis terapan tentang teknik produksi mutiara sebagai salah satu sentral pengembangan budidaya kerang mutiara.

Pemeliharaan spat kerang mutiara dilakukan untuk menjaga kelestarian kerang mutiara di alam dan dapat memenuhi spat pada usaha pembesaran kerang mutiara. Selain dari pada itu, dengan adanya pemeliharaan spat, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang bekerja di PT. Autore Pearl Culture. Pengadaan spat melalui hasil budidaya kerang mutiara agar produksi mutiara di Indonesia dapat berkembang.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarakan latar belakang di atas, dapat di rumuskan masalah, yaitu bagaimana teknik penanganan pra panen kerang mutiara (pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture Lombok, Nusa Tenggara Barat ?

1.3. TUJUAN TUGAS AKHIR

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah memperkuat penguasaan teknik pemeliharaan spat kerang mutiara (P. maxima) hingga siap operasi di PT. Autore Pearl Culture Lombok Nusa Tenggara Barat.

1.4. MANFAAT TUGAS AKHIR

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di

(16)

masyarakat kelak khususnya mengenai teknik pemeliharaan spat kerang mutiara (P. maxima).

(17)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi kerang Mutiara

Sutaman (1993) Kerang mutiara memiliki cangkang yang tidak simetris dan sangat keras, tetapi seluruh organ tubuhnya sama sekali tidak bertulang dan sangat lunak. Kerang mutiara (Pinctada maxima) secara taksonomis dimasukkan ke dalam kingdom invertebrata, yang berarti hewan tak bertulang belakang dan masuk dalam Phylum mollusca yang berarti bertubuh lunak, dimana bagian tersebut terbagi atas empat kelas yaitu: Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda.

Klasifikasi P. maxima menurut Barnes (1988) dan Brusca (1990) dalam Liweng (2002) adalah sebagai berikut :

Filum : Mollusca

Klas : Bivalvia

Subkelas : Lamella branchia

Ordo : Anysomyaria

Subordo : Pteriomorpha

Subfamili : Pteriidae

Genus : Pinctada

(18)

Spesies : Pinctada maxima

2.2. Morfologi dan Anatomi

Tubuh kerang mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung. Mulyanto (1987) dalam Hidayat (2008) cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior. Disamping itu, dalam cangkang terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara.

Hidayat (2008) dalam Mulyanto (1987). Morfologi kerang mutiara (P. maxima) dapat dilihat pada Gambar 2.1

Keterangan : 1. Hasagy

Pertumbuhan 2. Hasagy Lama 3. Bysus

4. Umbo 5. Ventral 6. Anterior 7. Dorsal 8. Posterior

(19)

Gambar 2.1 Morfologi kerang mutiara P. maxima

Sutaman (1993) menjelaskan bahwa anatomi kerang mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki/byssus, mantel dan organ dalam (Visceral mass).

1. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot,dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal, menurut Cahn (1949) dalam Tjahjo winanto (1992), skaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih.

2. Mantel terdiri dari selaput (Intigument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengelurakan zat yang membentuk cangkang.

3. Organ dalam adalah bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan tiram mutiara tersebut. Organ dalam ini

1

2

3 4

5

6

7 8

(20)

terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus,jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin.Adapun anatomi dari kerang mutiara dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Anatomi kerang mutiara

2.3. Habitat dan Penyebaran

P. maxima memiliki nama lain yaitu Shirocho-gai yang merupakan spesies tiram mutiara yang ukurannya paling besar. Tempat hidupnya mulai dari perairan dangkal dengan daerah perairan berpasir atau pasir berkarang yang ditumbuhi tanaman lamun sampai laut dalam berkarang. Tiram mutiara hidup menempel pada karang hingga kedalaman berkisar antara 10-75 meter (Takemura dalam Winanto, 2009).

Jenis tiram mutiara yang banyak ditemukan di Indonesia, yaitu tiram mutiara jenis P. maxima, jenis ini dikenal mampu menghasilkan mutiara yang berukuran cukup besar dikelasnya. Lingkungan perairan tropis Indonesia sangat

(21)

mendukung kehidupan tiram mutiara, sehingga pertumbuhannya dapat berlangsung sepanjang tahun. Tiram mutiara biasanya hidup di daerah terumbu karang atau substrat yang berpasir. Pola penyebaran tiram mutiara biasanya terdapat pada daerah yang beriklim hangat di daerah tropis dan subtropis.

Pertumbuhan tiram mutiara di daerah subtropis berlangsung dimusim panas sedangkan dimusim dingin pertumbuhannya berlangsung lambat atau terkadang tidak mengalami pertumbuhan sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan waktu pertumbuhan tiram mutiara di Indonesia (daerah tropis) cenderung 4,6 kali lebih cepat dibandingkan dengan tiram mutiara Jepang (Daerah subtropis).

Pertumbuhan kerang mutiara sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, yaitu faktor biologis, fisika dan kimia. Suhu menjadi faktor fisika yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tiram mutiara, karena pada musim panas, saat suhu naik, tiram mutiara dapat tumbuh secara maksimal. Namun, saat suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan lingkungan yang ideal, maka pertumbuhannya akan stabil pula (Harramain, 2005).

2.4. Makanan dan Cara Makan

Berbeda dengan jenis ikan yang lain, cara makan tiram mutiara dilakukan dengan menyaring air laut, sedangkan cara mengambil pakan dilakukan dengan menggetarkan insang yang menyebabkan air masuk ke dalam rongga mantel. Kemudian pergerakan bulu insang, menyebabkan plankton yang masuk akan berkumpul di sekeliling insang. Selanjutnya, plankton akan masuk ke dalam mulut melalui gerakan labial plap (Sutaman, 1993).

(22)

Beberapa jenis makanan yang diketahui sampai saat ini dan biasa di temukan di dalam perut kerang antara lain: sisa bahan organik (detritus), Hagellata, Larva invertebrate, Partikel jamur, Pasir, Lumpur dan beberapa jenis plankton seperti Chlorella, Skeletonema costatum, Englena, Coscinodisco sp, Biddulpia regia, Nitzschia sp, Ceratium fugus, Melosira inergensi, Rhozosolenia hebatata, Hylodiscustelligor, Asteronella japonica, (Winanto 1988).

2.5. Persyaratan Lokasi

Bagian yang penting yang harus dilakukan sebelum memulai suatu usaha bu didaya adalah mencari dan menilai suatu lokasi yang akan dijadikan tempat pemeliharaan. Salah satu factor penting yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya kerang mutiara adalah lokasi yang memenuhi syarat teknis.

Menurut Sutaman (1993), lokasi budidaya kerang mutiara hendaknya benar - benar memenuhi beberapa persyaratan, yaitu sebagai berikut:

a. Dasar Perairan

Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap susunan dan kelimpahan organisme bagi kehidupan kerang mutiara. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya kerang mutiara.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutaman (1993), bahwa dasar perairan yang cocok untuk budidaya kerang mutiara adalah dasar perairan yang berkarang dan mengandung pecahan - pecahan karang.

(23)

b. Kedalaman

Kedalaman air di lokasi budidaya mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas mutiara. Semakin dalam letak kerang yang dipelihara, maka kualitas mutiara yang dihasilkan akan semakin baik (Sutaman 1993). Pada umumnya kerang mutiara digantung pada kedalaman 2 -3 m. Pembesaran anakan kerang digantung pada level kedalaman 2 m adalah diduga kuat berkaitan dengan distribusi kelimpahan pakan alami (fitoplankton). Sebagaimana dikemukakan oleh Sutomo (1987).

c. Arus Air

Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam kerang dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu menggantikan massa air secara total dan teratur, sehingga ketersediaan oksigen terlarut maupun plankton segar dapat terjamin. Oleh karena itu lokasi yang cocok untuk budidaya kerang mutiara ialah yang terlindung dari arus yang kuat

d. Salinitas

Dilihat dari habitatnya, kerang mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Kerang mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan

(24)

50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2-3 hari (Sutaman 1993).

Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32-35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup kerang mutiara Pendapat ini didukung oleh Mulyanto (1998), yang pada salinitas 35 ppt merupakan salinitas yang optimal bagi pertumbuhan kerang mutiara. Variasi salinitas pada perairan dapat disebabkan oleh adanya pengaruh air hujan atau pemasukan air tawar yang berasal dari muara dan penguapan (Nybakken 1992).

e. Suhu

Suhu memegang peranan penting di dalam aktivitas biofisiologi kerang mutiara, seperti aktifitas filtrasi dan metabolisme. Umumnya suhu yang baik untuk kelangsungan hidup kerang mutiara berkisar 25°C-350C. Suhu air pada kisaran 280C-300C juga dianggap layak untuk kerang mutiara.

Pada iklim ini ternyata menguntungkan untuk budidaya kerang mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun (Sutaman 1993).

f. Kecerahan

Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang (Winanto, 1988). Cangkang kerang akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Menurut Sutaman (1993), untuk pemeliharaan kerang mutiara

(25)

sebaiknya kecerahan air antara 4,5-6,5 meter. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan.

g. Kesuburan Perairan

Keberadaan pakan alami memegang peranan yang sangat penting, pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan perairan.

Selain itu, pertumbuhan pada bivalvia dipengaruhi salah satunya adalah suplai makanan. Tanpa adanya suplai makanan maka tidak akan terjadi proses pertumbuhan yang baik. (Gosling 2003). Oleh karena itu, pada kondisi perairan yang kurang subur, kurang mendukung untuk menjadi lokasi budidaya kerang mutiara.

2.6. Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh kerang dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi diri dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (botton culture) sering mendapat gangguan dari binatang laut (starfish), Gastropoda, seperti Murex sp, Thais sp, dan kura – kura.

Beberapa macam penyakit yang menyerang tiram mutiara biasanya disebabkan oelh bunga karang atau boring sponge (Cliona spp), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister di dalam cangkang. Tiram yang terserang boring sponge pada bagian luarv cangkangnya di tempeli benjolab karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran ke dalam cangkang yang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

(26)

Penyakit ini dapat di obati dengan merendam di dalam larutan garam pekat (brine deeping). Tiram yang terserang infeksi direndam di dalam larutan garam yang pekat selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit, pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan (Tun 1997).

(27)

BAB III. METODOLOGI KEGIATAN

3.1. Waktu Dan Tempat

Tugas akhir ini ditulis berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan selama tiga bulan yaitu Tanggal 30 Januari 2 Mei 2018 di PT. Autore Pearl Culture, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat yang digunakan pada budidaya kerang mutiara (P. maxima)

Nama Alat Spesifikasi Fungsi

Spat kolektor 50 x 80 cm Tempat penempelan spat

Pisau dapur Untuk membersihkan

kerang

Bendera 64 100 x 50 cm Pemeliharaan spat, size 3-4 cm

Poket 16 100 x 50 cm Pemeliharaan spat, size

5-6 cm

Jalur long line 150 m Wadah budidaya

pelampung kecil Diameter 113 cm Pelampung jalur Tali blok dan jalur Diameter 32 mm Tali induk dan jalur

(28)

Tali pelampung Diameter 16 mm Mengikat pelampung Tali jangkar Diameter 22 m Mengikat jangkar

Tali gantung Diameter 7 m Mengikat poket

Waring Sise 1 mm - 4 mm Pembungkus poket

Rakit apung (9x9) m Seleksi

Mesin semprot Sprayer

Semprot poket Pembersih kerang

Speed boot Angkutan

Meja dan kursi 8 unit 0prasi panen

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada budidaya kerang mutiara (P. maxima) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 3.2. Bahan yang digunakan pada budidaya kerang mutiara (P. maxima)

Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan

Kerang Mutiara (P. maxima) Spesies budidaya

Air laut 32-35 ppt Tempat budidaya

Garam Kasar Untuk pencelupan

Sumber : PT. Autore Pearl Culture, Lombok Timur, NTB

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

(29)

Data primer yaitu diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti langsung kegiatan teknik pembesaran kerang mutiara di PT.

Autore Pearl Culture.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu di peroleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur dan melakukan wawancara dengan pembimbing dan teknisi lapangan

3.4 Metode Pelaksanaan

Ruang lingkup kegiatan pemasangan inti berada di rumah operasi yang terletak di permukaan laut tak jauh dari jalur long line untuk memudahkan saat pengangkatan dan penurunan tiram pasca operasi. Dalam memulai kegiatan pemasangan inti ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan dengan baik dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu mutiara yang akan dihasilkan. Tahapan yang perlu diperhatikan dalam operasi pemasangan inti adalah sebagai berikut:

3.4.1. Relaksasi

Tiram yang sudah di seleksi dan di lakukan pelemasan (weakning) selanjutnya akan di relaksasi. Kegiatan relaksasi dilakukan sehari sebelum operasi, tiram yang telah di buka waringnya di bawa ke rumah operasi, kemudian tiram dikeluarkan dari poket lalu ditata kedalam box, setelah itu box yang telah berisi tiram di masukkan kedalam bak relaksasi. Selama dalam bak relaksasi dilakukan sirkulasi air yang mengalir agar suplai makanan dan

(30)

oksigen tetap terjaga untuk menghindari stres dan kematian pada tiram saat di tumpuk dalam bak relaksasi. Keesekokan harinya air pada bak relaksasi akan di surutkan, agar cangkang tiram dapat terbuka untuk mempermudah proses pemasangan baji.

3.4.2. Pemasangan Baji

Setelah tiram mutiara diistirahatkan selama 1 hari dalam proses relaksasi, selanjutnya dilakukan kegiatan pemasangan baji. Dalam kegiatan ini bak akan dialiri air secara terus menerus dengan kepadatan yang tinggi dan beberapa menit kemudian dikeringkan kembali. Hal ini dapat membuat tiram shock dengan perubahan suhu dan tekanan sebagai perangsang agar cangkang dapat membuka. Proses pesangan baji dilakukan pada cangkang yang telah terbuka dengan menahan bukaan menggunakan tang pembuka atau Kai koki dan diangkut dari box untuk disisipkan baji di antara bukaan cangkang lalu dimasukkan kedalam keranjang dan siap dioperasi.

Tiram mutiara yang telah terkumpul didalam keranjang dan siap operasi selanjutnya ditutup oleh kain atau handuk basah untuk tetap menjaga kelebaban tubuhnya agar tidak mudah mati pada saat akan dioperasi. dalam kegiatan pemasangan baji ini, diperlukan keahlian untuk membukanya karena akan samgat menentukan keberhasilan dalam kegiatan pemasangan inti.

3.4.3. Pembuatan Saibo Dari Tiram Donor

Dalam pembuatan saibo dibutuhkan tiram donor yang akan di persiapkan untuk mengambilan mantel, bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga tiram donor disebut juga tiram saibo.

(31)

Tiram donor yang disanggah tang pembuka diperiksa dengan membuka mantel untuk melihat nacre dan kesehatan tiram. Membunuh tiram donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor atau bagian tengah secara vertikal agar mantel tidak tersentuh dan cangkang langsung dipisahkan dan diletakkan pada penyangga dengan posisi menghadap arah mantel agar tidak masuk ke otot. Saat terbelah tiram didiamkan sampai benar – benar mati sehingga saat bagian mantelnya tersentuh dia tidak bereaksi lagi. Selanjutnya insang dibuka dengan menggunakan pinset kemudian mantel di gunting dari arah engsel secara melingkar, mantel tersebut di potong di atas papan saibo yang telah diberi kertas saibo untuk memudahkan dalam pemotongan, ukuran potongan saibo yaitu sebesar 4 x 4 mm. Pada satu tiram donor dapat mendonorkan mantel sebanyak 18-25 saibo.

3.4.4. Pemasangan Inti Tiram Mutiara

Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan operasi. Diantaranya meja operasi dan alat – alat operasi lainnya setelah itu alat harus disterilkan.

Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya dan dipasang baji kemudian dimasukkan kedalam keranjang operasi. Setelah itu, di siapkan tang pembuka dan dimasukkan ke dalam bukaan cangkang sambil melepaskan baji dan di letakkan ke stand operasi dengan posisi tiram anterior bagian atas sedangkan bagian bysus menghadap ke teknisi. Insang yang menutupi mulut tiram di singkirkan menggunakan spatula lalu Bysus dipotong menggunakan gunting, kemudian pangkal bysus ditarik

(32)

menggunakan pengait, pengait dipegang dengan mengguanakan tangan kiri, dan posisi pisau operasi diambil dengan tangan kanan. Kemudian, bagian atas bysus diiris untuk menoreh sayatan di garis mulut menggunakan pisau operasi, pisau dimasukkan ke arah dalam dan keatas atas lalu di belokkan kekiri menuju saluran urat ke gonad, setelah itu pisau di keluarkan mengikuti arah sobekan tersebut. Lalu bekas sobekan tersebut dikait dengan pengait secara pelan – pelan dengan tangan kiri. Sesuai dengan arah sayatan, inti diambil dengan menggunakan pengangkat inti dan dimasukkan kedalam bekas sobekan lalu di dorong ke arah gonad menggunakan alat pengantar inti.

Kemudian diikuti dengan pemasukan mantel menggunakan pengait mantel (saibo) mengikuti arah inti yang dimasukkan sebelumnya lalu di dorong ke arah gonad dengan menggunakan pengantar saibo, dengan posisi inti dan mantel diletakkan saling bersinggungan. Dengan masuknya inti dan mantel maka tiram segera dicabut dari stand operasi dan selanjutnya dimasukkan kedalam keranjang pemeliharaan (box), sambil melepas tang pembuka dengan posisi anterior menghadap keatas. Tiram kemudian dimasukkan kedalam poket 16 dengan posisi bagian seperti sebelumnya yaitu posisi anterior menghadap ke atas dengan kemiringan 45o, tiram yang dimasukkan kedalam kantong poket diikat menggunakan kabet tie pada sudut dorsalnya lalu di kembalikan ke jalur long line.

3.4.5. Pengecekan Inti Pada Tiram Mutiara Dengan Proses X-Ray

Pengecekan inti pada tiram mutiara yang dilakukan PT. Autore Pearl Culture, Lombok menggunakan mesin X-Ray. Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan tiram mutiara terlebih dahulu dari organisme – organisme

(33)

yang menempel pada permukaan cangkang tiram mutiara dengan menggunakan pisau dan mesin penyemprot air sambil menghitung jumlah tiram mati ketika proses pembersihan berlangsung. Tiram yang telah dibersihkan kemudian du letakkan kedalam keranjang plastik lalu di maukkan ke dalam mesin X-Ray. Pada saat yang bersamaan kondisi tiram mutiara akan terlihat di layar monitor sehingga isi organ dalam pada tiram mutiara dapat terlihat. Selanjutnya tiram mutiara diperiksa secara manual dengan teliti oleh karyawan yang melaksanakan X-Ray. Dapat terlihat apabila tiram yang masih terdapat inti mutiara selanjutnya dimasukkan kedalam poket dan dan digantung kembali ke jalur long line. Sementara tiram mutiara yang memuntahkan inti mutiara dipindahkan untuk dioperasi kembali atau dibunuh tergantung pada kondisi tiram tersebut.

3.5. Parameter yang Diamati dan Analisis Data 3.5.1 Parameter yang diamati

Pengamatan kerang mutiara dilakukan pada saat pemeliharaan berlangsung sampai panen dan cara penentuannya hanya dengan menghitung jumlah kerang yang hidup dan yang mati pada saat dibersihkan dan dipisahkan berdasarkan ukurannya.

3.5.2 Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah analisi deskriptif dan kuantitatif.

Data yang dianalisis berupa tingkat kelangsungan hidup (SR) dan tingkat kematian (MR) yang dihitung berdasarkan rumus (Effendi, 1997).

(34)

SR =

Nt

No

. 100%

Keterangan :

SR= Tingkat kelangsungan hidup kerang mutiara

Nt = Jumlah kerang yang hidup pada akhir pengamatan

No= Jumlah hewan yang hidup pada awal pengamatan

Gambar

Tabel 3.1  Alat yang digunakan  pada budidaya kerang mutiara (P.  maxima)
Tabel 3.2.  Bahan yang digunakan pada budidaya kerang mutiara (P. maxima)

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itudilakukan program Rumah Belajar Pintarguna Meningkatkan Sikap Peduli Lingkungan, Religius, dan Kreatif di Dusun Inen Selao (Repok Waru), Desa Rarang,

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga pelaksanaan Evaluasi Tingkat Kepuasan terhadap Pelayanan

Penulis diberikan kesempatan oleh pihak pengelola Tebing Breksi untuk bertemu dengan Bapak Mohammad Haliem selaku Bagian Hukum, Humas, dan Informasi dari Tebing

lingkungan) yang belum sesuai standar atau target. 5) Manfaat pelayanan belum optimal (konektivitas, aksesibilitas, kapasitas). 6)Persaingan antarmoda yang kurang sehat. 7) Isu

Justru manusia disini akan terhubung dengan Ilmu Ilahi bukan dalam level individualnya tetapi dalam esensinya yang tidak berbeda dari Ilahi, karena manusia disitu adalah imej

Pada situasi pembelajaran secara normal atau sebelum pandemi penilaian terkait dengan aspek spiritual yang merupakan bentuk dari visi yang dimiliki sekolah dilakukan

Pelanggan melakukan pembayaran ke rekening bank atas nama perusahaan karena untuk menghindari penerimaan kas dari pelanggan yang jatuh ke tangan pribadi karyawan

Pengaruh – pengaruh atas perilaku menyimpang terhadap orang – orang disekitarnya, dan factor – factor yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang dalam