• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMASANGAN INTI PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMASANGAN INTI PADA TIRAM MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMASANGAN INTI PADA TIRAM MUTIARA

(Pinctada maxima) DI PT. TIMOR OTSUKI MUTIARA

DI KABUPATEN BARRU, SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

IRMAYANTI

1622010422

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2019

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhit/skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 27 Juli 2019 Yang menyatakan,

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT. atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir Budidaya Perikanan ini sesuai dengan waktu yang diharapkan.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, tidak terlepas adanya bantuan dari beberapa pihak baik itu langsung maupun tidak langsung. Teristimewa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Kedua Orang Tua yang selalu mendoakan dan penyemangat bagi saya, Bapak dan Ibu tercinta, Adik, dan seluruh keluarga besar yang telah banyak membantu penulis baik moril maupun motivasi serta doa dengan penuh kasih sayang kepada penulis.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Zaenal Abidin Musa, M.Si, selaku pembimbing pertama dan Bapak Rusli, S.Pi., M.Si selaku pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan mulai dari penyusunan proposal hingga penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

2. Ibu Ir. Fauziah Nudin. M.P, dan Bapak Ir. Andi Asdar Jaya. M.Si, selaku penguji pertama dan selaku penguji kedua yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 3. Ketua Jurusan Budidaya Perikanan Bapak Ardiansyah, S.Pi.,

M.Biotech. Stu,Ph.D.

4. Ketua Program Studi Jurusan Budidaya Perikanan Ibu Dr. Andriani, S.Pi., M.Si.

5. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

(6)

vi

6. Bapak Kazunori Nagai selaku Manager dan Ibu Fitriani Gani, S.Pi, selaku pembimbing lapangan dan PT. Timor Otsuki Mutiara sebagai tempat PKPM.

7. Teman-teman Jururan Budidaya Perikanan Angkatan XXIX

8. Akhirnya dengan tulus penulis menghaturkan terima kasih kepada semua saudaraku, karena keberadaanmu, pengorbanan, keikhlasan dan doamu menjadi motivasi ampuh bagi penulis dalam meraih cita-cita ini. Kepada rekan-rekan di Jurusan Budidaya Perikanan, semua staf PT. Timor Otsuki Mutiara, staf laboratorium Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang tidak sempat disebut namanya, atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian studi ini diucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir Budidaya Perikanan ini masih banyak kekurangan yang jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini.

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan berguna kepada yang memerlukannya, amin.

Pangkep, 27 Juli 2019

(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Dan Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Tiram Mutiara ... 3

2.1.1 Klasifikasi ... 3 2.1.2 Morfologi ... 4 2.1.3 Anatomi ... 4 2.2 Pembentukan Mutiara ... 6 2.2.1 Secara Alami ... 6 2.2.2 Secara Budidaya ... 7 2.3 Pemilihan Lokasi ... 8 2.3.1 Faktor Ekologi ... 8 2.3.2 Faktor Resiko ... 10

2.4 Teknik Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima) ... 11

(8)

viii

2.4.2 Pelaksanaan Insersi ... 14

2.4.3 Pasca Insersi ... 15

2.5 Hama dan Penyakit ... 19

2.6 Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat ... 20

BAB III. METODOLOGI 3.1 Waktu Dan Tempat... 21

3.2 Alat dan Bahan ... 21

3.2.1 Alat ... 21

3.2.2 Bahan ... 21

3.3 Metode Pengumplan Data ... 21

3.3.1 Data Primer ... 22

3.3.2 Data Sekunder ... 22

3.4 Metode Pelaksanaan ... 22

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data ... 27

3.5.1 Parameter yang Diamati ... 27

3.5.2 Analisa Data ... 27

BAB IV. KEADAAN UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 27

4.2 Lokasi Perusahaan ... 28

4.3 Fasilitas Perusahaan... 28

4.4 Struktur Organisasi ... 29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Setelah Insersi Pada Proses X-Ray ... 32

5.2 Tingkat Kelangsungan Hidup Selama insersi Sampai Panen ... 36

5.3 Parameter Kualitas Air ... 38

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 40

6.2 Saran ... 41 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1. Bahan yang digunakan pada proses pemasangan

inti mutiara ... 21 Tabel 5.1. Data hasil kegiatan X-Ray ... 32 Tabel 5.2. Data tingkat kelangsungan hidup selama insersi

sampai panen ... 36 Tabel 5.3. Pengukuran parameter kualitas air ... 38

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Morfologi dan anatomi tiram mutiara

(Pinctada maxima) ... 5 Gambar 3.1. Persiapan tiram sebelum insersi ... 23 Gambar 4.2. Lokasi PT. Timor Otsuki Mutiara ... 27 Gambar 4.3. Struktur organisasi PT. Timor Otsuki

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Peta lokasi di PT. Timor otsuki mutiara ... 45

Lampiran 2. Tabel alat yang digunakan pada proses

pemasangan inti pada tiram mutiara ... 46 Lampiran 3. Gambar alat dan bahan yang digunakan

pada proses insersi pemasangan inti tiram

mutiara ... 47 Lampiran 4. Gambar dan alat pembuatan mantel (Shaibo)

(12)

xii

ABSTRAK

Irmayanti, 1622010422. Teknik Pemasangan Inti Pada Tiram Mutiara (Pinctada maxima) Di PT. Timor Otsuki Mutiara (TOM) Barru, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Zaenal Abidin Musa dan Rusli

Tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah salah satu sumber daya perikanan yang sekarang ini sedang diusahakan dalam bentuk budidaya. Tiram mutiara dari jenis P. maxima, bukanlah merupakan komoditi yang baru di kalangan masyarakat Indonesia. Tiram mutiara ini telah lama menjadi salah satu sumber daya hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis tiram mutiara lainnya.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan teknik pemeliharaan tiram mutiara (Pinctada maxima) di PT. Timor Otsuki Mutiara Barru, Sulawesi Selatan. Sedangkan manfaat tugas akhir ini untuk memperluas wawasan dan kompetensi keahlian mahasiswa dalam bidang pembesaran tiram mutiara (Pinctada maxima) untuk diaplikasikan ke masyarakat.

Keberhasilan pemasangan inti dan pengecekan X-Ray terletak pada saat pemeliharaan dan penanganan tiram pasca operasi (non tento) sangat menentukan penyembuhan sayatan serta pembentukan mutiara yang dihasilkan.

Tingkat kelangsungan hidup (SR) pada pemasangan inti mutiara selama 2 bulan pasca operasi pada proses X-Ray adalah rata-rata 94,1%. Tingkat keberhasilan pembentukan inti tiram mutiara di PT. Timor Otsuki Mutiara sebesar 86,6%.

Pertumbuhan tiram mutiara diperairan dengan salinitas 31 ppt stabil, hasil pengukuran DO yaitu 6.16 ppm, pengukuran pH berkisar 7 yang menunjukkan pengukuran kualitas air pada pH normal, pengukuran Suhu yaitu 30oC.

(13)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tiram mutiara (Pinctada maxima) adalah salah satu sumber daya perikanan yang sekarang ini sedang diusahakan dalam bentuk budidaya. Mengingat hal ini disebabkan tiram mutiara (P. maxima) dapat menghasilkan permata mutiara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi juga dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Hidayat, 2008 dalam Mudassir, 1981).

Selain cangkang, butiran-butiran mutiara yang dihasilkan dapat diperdagangkan dengan harga yang cukup mahal serta dagingnya merupakan makanan yang lezat dan mengandung protein yang cukup tinggi (Mudassir, 1981). Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar dalam usaha budidaya. Potensi ini di dukung oleh tersedianya bahan dasar yang cukup banyak, persyaratan lingkungan yang baik, serta kondisi musim yang menguntungkan untuk berbagai jenis komuditas laut yang akan dibudidayakan. Salah satu potensi laut dari non ikan yang dapat dibudidayakan adalah tiram mutiara (P. maxima). Tiram mutiara dari jenis P. maxima, bukanlah merupakan komoditi yang baru dikalangan masyarakat Indonesia. Tiram mutiara ini telah lama menjadi salah satu sumber daya hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis tiram mutiara lainnya. Hal ini karena cangkangnya dapat dipakai sebagai bahan industri tegel, kancing, cat dan juga dalam pembuatan barang-barang ornamental (Mulyanto, 1987).

(14)

2

Budidaya tiram mutiara dilakukan beberapa metode. Di PT. Timor Otsuki Mutiara (TOM) Barru, Sulawesi Selatan telah menerapkan salah satu metode budidaya tiram mutiara yang baik sehingga dipilih sebagai lokasi PKPM. Masalah yang sering timbul dalam budidaya tiram adalah pemeliharaan kurang baik pada saat pasca operasi pemasangan inti mutiara dan teknik pemasangan inti yang kurang baik sehingga menghasilkan mutiara yang kurang berkualitas. Untuk menghasilkan mutiara yang baik maka diperlukan teknik yang baik dalam pemeliharaan tiram mutiara.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tugas akhir ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan Teknik Pemasangan Inti Pada Tiram Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Timor Otsuki Mutiara Barru, Sulawesi Selatan.

Manfaat tugas akhir ini untuk memperluas wawasan dan kompetensi keahlian mahasiswa dalam teknik pemasangan inti pada tiram mutiara (P. maxima) dalam bidang budidaya tiram mutiara.

(15)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biologi Tiram Mutiara

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi tiram mutiara menurut Mulyanto (1987) dan Sutaman (1993) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub kingdom : Invertebrata

Filum : Mollusca

Kelas : Pellecypoda

Ordo : Anysomyaria

Famili : Pteridae

Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima (Jameson 1901)

Menurut Dwiponggo (1976), jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pintada maxima, Pinctada margaritefera, Pinctada fucata, Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin. Di beberapa daerah P. fucata dikenal juga sebagai P.martensii. Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, P.maxima, P. margaritifera dan P. martensii. Sebagai jenis yang ukuran terbesar adalah P. maxima. Untuk membedakan jenis tiram mutiara tersebut, perlu dilakukan pengamatan morfologi, seperti warna cangkang dan cangkang bagian dalam (Nacre), ukuran serta bentuk.

(16)

4

2.1.2 Morfologi

Cangkang mutiara (Pinctada maxima) ditutupi oleh sepasang kulit tiram (Shell, cangkang), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan kulit sebelah kiri agak cembung. Spesies ini mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang semacam engsel berwarna hitam yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang (Winanto, 2004).

Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit yang merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.

2.1.3 Anatomi

Tubuh tiram mutiara terbagi atas tiga bagian yaitu : Bagian kaki, mantel, dan organ dalam. Kaki merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastis terdiri dari susunan jaringan otot yang dapat merenggang/memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal. Kaki ini berfungsi sebagai alat bergerak hanya pada masa mudanya sebelum hidup menetap pada substrat (Mulyanto,1987) dan juga sebagai alat pembersih. Pada bagian kaki terdapat bysus, yaitu suatu bagian tubuh yang bentuknya seperti rambut atau serat, berwarna hitam dan berfungsi sebagai alat untuk menempel pada suatu substrat yang di sukai.

(17)

5

Gambar 2.1. Morfologi dan anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima) Data Pribadi 2019

Keterangan:

1. Gonad 6. Mantel

2. Hati 7. Otot adductor

3. Perut 8. Otot retractor

4. Kaki 9. Insang

5. Inti

Menurut Sutaman (1993), kerang mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, bysus, mantel dan organ dalam.

1. Kaki

Merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal, kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat

(18)

6

menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih (Cahn 1949 dalam Winanto 1992).

2. Mantel

Terdiri dari selaput (integument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh, terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengeluarkan zat yang membentuk cangkang, pinggirnya disatu tempat membentuk inhalant dan exahalant siphon untuk masuk dan keluarnya air (Hidayat 2008 dalam Mulyanto 1987).

3. Organ dalam (Visceral mass)

Bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan kerang mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin.

2.2 Pembentukan Mutiara

2.2.1 Secara Alami

Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel tiram mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akhirnya akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Elisabeth Strack (secara mendalam terdapat dalam buku Pearls tahun 2006) mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian ephitelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian ephitelium mantel ini bertugas

(19)

7

mengeluarkan nacre pada bagian dalam cangkang tiram disamping membentuk keseluruhan cangkang. (Gustaf, 2007)

2.2.2 Secara Budidaya

Pembentukan inti mutiara dengan bantuan tangan manusia sangat dipengaruhi oleh insersi atau penanaman inti (seeding) yang tepat. Teknik penanaman inti yang tepat yaitu melalui pemilihan ukuran inti yang sesuai dengan ukuran gonad tiram mutiara. Serta proses pembentukan biji mutiara sebagai akibat terjadi interaksi antara inti (nucleus) dengan mantel (shaibo) yang disisipkan ke dalam gonad tiram mutiara (Sutaman, 1993).

Insersi tiram mutiara dilakukan dengan metode seeding yaitu terlebih dahulu melakukan pengirisan gonad tiram mutiara kemudian memasukkan inti (nucleus) dan mantel (shaibo). inti (nucleus) biasanya dibuat dari cangkang mutiara, sedangkan saibo diambil dari mantel kerang hasil budidaya (Sukri, 2010). Sebelum pemasangan inti, tiram siap insersi dikumpulkan di atas meja operasi. Membuat potongan mantel dengan pengambilan mantel dari tiram donor dan mengguntingnya sekitar 5 mm lebarnya dan panjangnya sekitr 4 cm. Mantel dipotong membentuk bujur sangkar dengan sisi 4 mm (Sutaman, 1993).

Dalam pemasangan inti perlu diperhatikan ukuran inti yang akan dipasang. Umumnya ukuran inti yang dimasukkan kedalam gonad tiram mutiara jenis Pinctada maxima yaitu berkisar antara 3,03-9,09 mm, cara pemasangan inti yang perlu diperhatikan yaitu peralatan operasi terlebih dahulu disterilkan atau dibersihkan, pembuatan sayatan yang baik dan penempatan inti yang tepat didalam organ dalam kerang, mantel dan inti (nucleus) yang ada di dalam gonad bersinggungan langsung dan insersi dilakukan dengan cepat sehingga tiram

(20)

8

mutiara tidak stres atau mati, karena lamanya saat insersi pemasangan inti mutiara (Mulyanto 1987).

2.3 Pemilihan Lokasi

pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :

2.3.1. Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

1. Lokasi Terlindung

Penentuan lokasi budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat dengan cara mengukur kualitas air, melihat lokasi apakah terlindung dari pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunnya pertumbuhan budidaya, terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang yang dapat mengganggu tiram mutiara terutama pada induk. Syarat lokasi dalam budidaya tiram mutiara (Pinctada maxima) yaitu laut yang terletak diantara pulau-pulau kecil.

2. Dasar perairan

Dasar perairan yang berlumpur harus dihindari untuk budidaya tiram mutiara karena sangat beresiko mengakibatkan kematian massal pada tiram mutiara yang dibudidayakan. Oleh karena itu, kawasan perairan laut yang

(21)

9

berdekatan dengan kawasan muara sungai sebaiknya dihindari untuk kegiatan budidaya tiram mutiara (Radiarta, 2004).

3. Arus air

Tiram mutiara (Pinctada maxima) hidup dengan baik di daerah perairan yang terlindung dari pengaruh arus yang terlalu kuat. Pembentukan lapisan mutiara lebih cepat terjadi pada perairan dengan arus kuat, namun kualitas 15 mutiara yang dihasilkan kurang baik (Sutaman, 1993).

4. Suhu (0C)

Tiram mutiara (Pinctada maxima) diketahui akan aktif melakukan kegiatan metabolisme serta mengalami pertumbuhan terbaiknya pada daerah perairan yang memiliki iklim tropis dengan kisaran suhu 25-300C sepanjang tahun (Harramain, 2008).

5. Kecerahan Air

Menurut Hamzah (2013), tingkah laku tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat dikatakan cenderung bersifat phototaxis negatif (tidak tertarik pada cahaya). Persentase jumlah tiram mutiara (Pinctada maxima) lebih banyak teramati menempel pada kolektor berwarna hitam ataupun warna gelap seperti biru gelap atau coklat gelap. Cangkang tiram mutiara akan terbuka sedikit apabila terdapat cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan terlalu gelap. Pemeliharaan tiram mutiara sebaiknya dilakukan pada kecerahan air 4,5-6,5 meter untuk pemeliharaan spat dan >6,5 meter untuk pemeliharaan indukan.

(22)

10

6. Salinitas (ppt)

Menurut Hamzah (2007), jenis tiram mutiara (Pinctada maxima) lebih menyukai hidup pada perairan dengan salinitas tinggi antara 32-35ppt. Kondisi ini terbukti sangat optimal untuk kelangsungan hidup dan produktivitas dari tiram mutiara. Salinitas perairan antara 30-33 ppt juga dinyatakan baik pada budidaya tiram mutiara.

7. Oksigen Terlarut (DO)

Tiram mutiara (Pinctada maxima) dapat hidup dan berkembang dengan baik pada kawasan budidaya dengan kandungan oksigen terlarut berkisar antara 5,2-6,6 mg/l (Imai, 1982 dalam Supii, 2007).

8. Derajat Keasaman (pH)

Kondisi perairan yang bersifat terlalu asam maupun terlalu basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Derajat keasaman (pH) yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi dan tentu akan mengancam kelangsungan hidup organisme akuatik (Nybakken, 1992).

2.3.2 Faktor Resiko 1. Pencemaran

Menurut Effendi (2000). Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan komponen lainnya kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.

(23)

11

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Pemahaman, pengetahuan, dan pengalaman seorang pelaku budidaya dalam pelaksanaan budidaya tiram mutiara sangat diperlukan serta sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan dalam menghasilkan mutiara yang berkalitas. Sehingga dalam perekrutan tenaga kerja harus diseleksi dengan baik, berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Perekrutan tenaga kerja menentukan baik buruknya kualitas biji mutiara yang dihasilkan adalah penggunaan teknik dan cara penyuntikan nukleus (inti) dari mutiara itu sendiri. Untuk itu biasanya dalam proses penyuntikan ini dilakukan oleh tenaga kerja professional yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus dibidang tersebut. Sampai saat ini sebagian besar tenaga penyuntikan yang ada berada dari luar negeri biasanya Jepang dan Australia. Sedangkan untuk tenaga internasional lapangan dan keamanan biasanya dilakukan oleh tenaga kerja lokal (Ahmad. 2015).

2.4 Teknik Budidaya Tiram Mutiara (Pinctada maxima)

Pada prinsipnya, untuk dalam keberhasilan pemeliharaan tiram mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan.

Penentuan proses penanganan tiram sebelum insersi: 1. Penanganan tiram sebelum insersi, 2. Pelaksanaan insersi,

3. Pasca insersi dan,

4. Keterampilan dari teknisi.

(24)

12

2.4.1 Penanganan Tiram Sebelum Insersi

a. Relaksasi

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Tiram yang telah telah mencapai umur ± 2 tahun diangkat dari rakit pemeliharaan.

3. Tiram diangkut menggunakan speed boat menuju rumah apung.

4. Tiram dikeluarkan dari kantong poket net lalu memisahkan dengan tiram yang sudah mati.

b. Pemasangan Baji

1. Tiram mutiara yang telah dimasukkan kedalam keranjang yokusei, selanjurnya direndam dalam bak fiber dengan sistem air tersirkulasi sampai cangkang tiram mutiara terbuka.

2. Bila cangkang tiram telah terbuka, maka ditahan dengan menggunakan forsep lalu diganjal dengan menggunakan baji lalu dibersihkan. Mengikis bagian cangkang pada tiram mutiara menggunakan pisau dan disusun ke dalam keranjang plastik.

c. Pembersihan Tiram Mutiara

Pembersihan dengan Pisau

1. Tiram yang diambil dari rakit pemeliharaan dikeluarkan dari kantong poket net satu per satu

2. Tiram dibersihkan dengan menggunakan pisau.

3. Setelah cangkang tiram bersih dari organisme atau kotoran-kotoran yang menempel pada cangkang tiram, tiram disimpan ke dalam keranjang.

(25)

13

4. Tiram dimasukkan ke dalam kantong net mata 8 satu persatu dan diikat dengan tali halus.

5. Poket net yang bersisi Tiram digantung ke rakit pemeliharaan

Pembersihan dengan Cara Pencelupan Tiram kedalam Air Garam

1. Garam sebanyak 40 kg dilarutkan dengan air laut sebanyak 80 liter didalam bak fiber

2. Poket net yang berisi tiram dibersihkan menggunakan mesin penyemprot kemudian dibersihkan kembali menggunakan garpu khusus pembersih tiram.

3. Poket net bersih yang berisi tiram dimasukkan ke dalam larutan air garam satu persatu dengan kisaran 60 ppt.

4. Rendam selama 5-10 detik dan tiriskan

5. Poket net yang telah direndam dan ditiriskan tadi didiamkan selama 5 menit sampai air garam meresap.

6. Poket net yang berisi tiram tadi dikembalikan ke rakit pemeliharaan d. Pembuatan mantel (Shaibo) dari Tiram Donor

1. Menyiapkan alat dan bahan yang telah di sterilkan

2. Tiram yang telah disanggah tang atau forsep diperiksa terlebih untuk memastikan nacre dan kesehatan tiram itu sendiri.

3. Proses mematikan tiram dengan cara memotong otot aduktor bagian tengah secara vertikal dan didiamkan sampai benar-benar mati agar mantel tidak tersentuh yang akan menimbulkan reaksi pada otot-otot tiram sehingga mantel akan mengkerut.

(26)

14

5. Bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang tiram mutiara dipotong dengan menggunakan gunting. Pengguntingan pertama untuk menghilangkan jaringan otot tipis bagian luar dan pengguntingan kedua untuk jaringan tipis bagian dalam (shaibo).

6. Mantel yang telah terpisah dari otot selanjutnya diangkat menggunakan pinset dan diletakkan pada spon yang telah dibasahi dan ditekan perlahan-lahan untuk menghilangkan warna hitam yang masih menempel pada mantel tersebut.

7. Mantel dipotong dengan ukuran 4 mm. satu tiram dapat mendonorkan mantel (shaibo) sebanyak 14-25 buah mantel (shaibo).

2.4.2. Pelaksanaan Insersi

1. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk insersi dipersiapkan terlebih dahulu dan disterilkan

2. Tiram diambil menggunakan tang atau forsep dengan cara dimasukkan ke dalam mulut tiram kemudian baji dilepas.

3. Mantel tiram dibuka menggunakan hera. Sebelumnya byssus terlebih dahulu digunting agar memudahkan gonad di iris.

4. Tiram yang terbuka kemudian disandarkan diatas ragum/penjepit lalu gonad tiram diiris. Pengirisan dilakukan pada otot samping sekitar 7-11 mm dengan mendorong pisau atau mesu secara hati-hati kearah bahu dan membuat kantong nukleus pada pertengahan gonad dengan cara memutar sampai membuat kantong nukleus dengan ukuran 0,2 mm lalu pisau insersi dikeluarkan sesuai dengan jalur masuk ke kantong nukleus tersebut.

(27)

15

5. Nukleus yang berukuran 2,3 disesuaikan dengan ukuran kantong gonad tiram, lalu diangkat dan dimasukkan menggunakan sonyuki ke dalam bekas pengirisan kemudian nukleus atau inti dimasukkan ke dalam kontong gonad.

6. Saibo diambil menggunakan saibo okuri, saibo dimasukkan dengan hati-hati dengan mengikuti jalur. Kemudian saibo diletakkan disisi kiri dari nukleus.

7. Tiram yang telah di insersi kemudian dilepas dari shell holder dan forsep dilepas, kemudian tiram disimpan ke dalam keranjang plastik lalu tiram dimasukkan ke dalam poket dengan posisi bagian dorsal menghadap keatas dengan kemiringan 45o.

2.4.3. Pasca Insersi

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Setelah insersi pengintian pertama dilakukan, poket net digantung pada rakit pemeliharaan dengan posisi miring.

3. Setelah digantung selama 3 hari dengan posisi miring kemudian tali dilepas lalu digantung dengan posisi lurus.

4. 2 bulan kemudian dilakukan pembersihan dengan cara disemprot menggunakan mesin semprot (tiram tidak dilepas dari poket) selama 2 bulan sekali.

5. 3 bulan kemudian dilakukan X-Ray (rontangen) dengan cara poket diambil dari rakit pemeliharaan

6. Tiram mutiara dibersihkan dengan pisau kemudian disusun kedalam keranjang.

(28)

16

7. Setelah tiram bersih, kemudian dimasukkan ke dalam mesin X-Ray satu persatu untuk mengetahui apakah tiram tersebut isinya masih ada atau telah kosong.

8. Tiram kosong (gagal dari pengintian) di pelihara kembali selama 6 bulan sampai luka bekas insersinya sembuh kemudian di insersi kembali.

9. Tiram yang berisi mutiara dimasukkan kembali dalam poket dengan posisi normal, kemudian dibawa ke rakit pemeliharaan.

10. Setelah tiram berumur 2-3 tahun, tiram siap di panen dan dilakukan pengintian kedua tetapi tidak menggunakan saibo lagi

Berikut ini ada beberapa jenis tiram yang dapat menghasilkan mutiara: 1. Pinctada Maxima

Pinctada maxima adalah jenis tiram yang mampu menghasilkan mutiara. Jenis tiram ini termasuk dalam kelompok bivalvia. Adapun ciri yang dimiliki dari kelompok bivalvia ini adalah tubuhnya yang simetri bilateral. Sebutan dengan nama bivalvia ini lantaran memiliki dua buah cangkang yang disebut tangkup. Spesifikasi lainnya, tiram P. maxima ini tidak mempunyai radula seperti gastropoda. Akan tetapi mereka mendapatkan makanan dengan cara menyaring.

P. maxima merupakan juga jenis tiram yang tidak mempunyai kepala atau tentakel yang nyata. Tiram ini termasuk organisme yang membawa nilai ekonomis cukup tinggi karena dapat menghasilkan mutiara.

2. Pinctada Margaritifera

Selain P. maxima, tiram yang mampu menghasilkan mutiara lainnya adalah P. margaritifera. tiram jenis ini merupakan si primadona Negara-negara

(29)

17

pasifik selatan. Bahkan untuk mutiara yang dihasilkan juga sangat beragam macamnya, mulai dari warna cream, sampai dengan warna hitam sekalipun.

Mungkin sejauh ini anda merasa bahwa kerang identik dengan warna terang. Tetapi justru warna hitam dari mutiara pinctada margaritifera inilah yang banyak diminati dan paling dicari. Namun diameter yang dihasilkan mayoritas terbilang kecil jika dibandingkan dengan P. maxima.

3. Pinctada Fucata

Jenis tiram yang dapat menghasilkan mutiara selanjutnya adalah P. Fucata. Jenis ini merupakan spesies moluska laut bivalvia juga yang termasuk dari keluarga pteriidae. Adapun ciri-cirinya, jenis tiram ini mempunyai dua katub yang dihubungkan oleh kedua engsel lurus yang cukup panjang. Sedangkan untuk cangkangnya sendiri mempunyai panjang yang sedikit lebih besar. Untuk katup kanan pada tiram jenis ini lebih rata daripada bagian kiri, serta terdapat gigi engsel di kedua katup. Anterior telinga yang dimiliki memang lebih besar dibandingkan dengan anggota genus yang lainnya. Jenis tiram ini yang paling banyak dibudidayakan di Jepang dan cukup familiar serta populer disana.

4. Pteria Penguin

Masih terdapat beberapa jenis tiram lain yang dapat menghasilkan mutiara selain dari yang telah disebutkan di atas. Salah satunya yakni Pteria Penguin, yakni termasuk salah satu jenis tiram yang mampu menghasilkan mutiara. Berbeda dengan jenis tiram P. fucata, untuk jenis Pteria penguin ini kebalikannya. Artinya tiram jenis ini tidak banyak di budidayakan karena hal itu disebabkan jika suatu hasilnya di peruntukkan pada kalangan tertentu mengingat

(30)

18

bentuk mutiara yang dihasilkan umumnya tidak bundar. Jenis tiram Pteria Penguin umumnya di kenal oleh masyarakat dengan tiram sayap penguin.

Pteria penguin ini juga merupakan spesies moluska laut bivalvia yang di kategorikan dalam keluarga pteriidae juga.

5. Tiram Mutiara Air Tawar

Seperti namanya, tiram mutiara air tawar juga mampu menghasilkan butiran cantik mutiara yang tak kalah elegan seperti jenis yang lainnya, meskipun pada faktanya ini merupakan jenis tiram yang hidup di air tawar. Jenis tiram mutiara air tawar ini termasuk ke dalam spesies hewan invertebrate.

Dan sama seperti tiram yang lain, tiram air tawar mempunyai dua cangkang yang berbentuk simetris dan mempunyai engsel untuk membuka dan menutup. Cara hidupnya yakni menempel pada subtract dan tiram ini akan memakan jenis-jenis plankton.

Pada umumnya tiram mutiara yang akan diinsersi inti mutiara bundar berasal dari hasil penangkapan di alam yang dikumpulkan dari kolektor dan nelayan. Namun ukuran cangkang mutiara terdiri dari macam-macam ukuran yang nantinya disortir menurut ukuran besarnya mutiara, hal inilah yang menjadi penyebab sehingga tidak dapat melaksanakan insersi dalam jumlah yang banyak. Pertumbuhan merupakan aspek biologi yang penting bagi pembudidaya terkait dengan pendugaan keberhasilan usaha budiaya, tiram yang dapat diinsersi adalah tiram yang berukuran 15-20 cm. Tiram penghasil mutiara umumnya berasal dari famili Pteriidae yang hidup di laut. Sedangkan moluska lain penghasil mutiara yang sejauh ini dikenal berasal dari kelompok abalone dan beberapa gastropoda lain serta beberapa jenis kerang bivalvia air tawar. Setiap jenis tiram mutiara

(31)

19

menghasilkan mutiara dengan spesifikasi yang berbeda. Sedangkan hasil pembenihan dari hatchery dapat diperoleh ukuran yang relatif seragam ukurannya sehingga dapat dilakukan insersi pemasangan inti mutiara dalam jumlah yang banyak. Namun produksi benih belum dapat dikembangkan secara masal. Pemeliharaan spat tiram disesuaikan dengan kondisi perairan disekitarnya. Pemeliharaan benih (spat) yang masih kecil berukuran dibawah 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3 cm sedangkan spat dengan ukuran diatas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 cm (Sutaman, 1993).

2.5. Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit dapat menyebabkan proses budidaya menjadi gagal, pertumbuhan tiram dapat terganggu bahkan dapat mematikan tiram, untuk itu perlu dilakukan pengendalian. Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip (cirripedia), cacing atau polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita (octopoda), bintang laut (asteroida), kepiting rajungan (portunidae), kerang hijau (perna viridis), teritip (cirripedia), golongan rumput laut dan ikan sidat (anguilliformes).

Beberapa macam penyakit yang menyerang tiram mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring sponge (Cliona spp). Cacing atau boring worm (polydora dan Polychaeata), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister didalam cangkang. Tiram yang terserang boring sponge pada bagian larva cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran kedalam cangkang yang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang

(32)

20

mewarnai bagian dalam cangkang. Penyakit ini dapat diobati dengan merendam didalam larutan garam pekat (brine deeping). Tiram yang terserang infeksi terendam didalam larutan garam yang pekat selama 10 detik dengan konsentrasi 60 ppm kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menit, pada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan. (Tun 1997).

2.6 Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat

Untuk menghasilkan mutiara pada tiram ada dua cara yang umum di lakukan dalam insersi pemasangan inti mutiara yaitu:

1. Pemasangan inti mutiara bulat

2. pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister).

Insersi pemasangan inti mutiara bulat merupakan bagian terpenting dalam menentukan keberhasilan pembuatan mutiara bulat. Ada beberapa cara yang perlu dilakukan dalam insersi inti mutiara bulat adalah sebagai berikut:

1. Sebelum pemasangan inti, tiram siap insersi dikumpulkan di atas meja operasi. 2. Membuat potongan mantel dengan pengambilan mantel dari tiram donor dan mengguntingnya sekitar lebar 5 mm dan panjang 4 cm. kemudian mantel dipotong membentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi 4 mm (Sutaman, 1993). 3. Pemasangan inti mutiara bulat.

Dalam pemasangan inti perlu diperhatikan ukuran inti yang akan dipasang. Umumnya ukuran inti mutiara yang dimasukkan ke dalam gonad tiram mutiara jenis Pinctada maxima yaitu berkisar antara 3,03-9,09 mm (Mulyanto, 1987).

(33)

BAB III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan Praktik Kerja Pengalaman Mahasiswa (PKPM) yang telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2019 di PT. Timor Otsuki Mutiara Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam proses pemasangan inti pada budidaya tiram mutiara dapat dilihat pada lampiran 1.

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara.

Nama Bahan Spesifikasi Fungsi

Tiram mutiara 8-11cm Spesies Budidaya

Nukleus (Inti) 4 mm Sebagai Inti Mutiara

Tiram donor (shaibo) 4x4 mm Pembungkus inti pada awal pembentukan mutiara

Sumber: PT. Timor Otsuki Mutiara (2019)

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tugas akhir ini, adalah observasi dan partisipasi aktif untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder.

(34)

22

3.3.1 Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sesuai hasil praktik yang dikerjakan secara langsung pada saat kegiatan berlangsung di PT. Timor Otsuki Mutiara (TOM) Barru, sulawesi Selatan.

3.3.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber yang digunakan dengan teknik pemasangan inti pada tiram mutiara

3.4 Metode pelaksanaan

Metode pelaksanaan meliputi semua kegiatan yang berkaitan dengan teknik pemasangan inti pada tiram mutiara dilakukan sesuai dengan standar kegiatan yang dijalankan seperti:

1. Persiapan Tiram Sebelum Insersi (Relaksasi)

Tiram yang telah diseleksi, terlebih dahulu dilakukan pelemahan (weakning) selanjutnya direlaksasi.

Langkah-langkah dalam melakukan relaksasi adalah sebagai berikut: 5. Menyiapkan alat dan bahan.

6. Tiram yang telah telah mencapai umur ± 2 tahun diangkat dari rakit pemeliharaan.

7. Tiram diangkut menggunakan speed boat menuju rumah apung.

8. Tiram dikeluarkan dari kantong poket net dan dimasukkan kedalam keranjang yokusei, selanjurnya direndam dalam bak fiber dengan sisitem air tersirkulasi sampai cangkang tiram mutiara terbuka.

(35)

23

9. Bila cangkang tiram telah terbuka, maka ditahan dengan menggunakan forsep lalu diganjal dengan menggunakan baji lalu dibersihkan menggunakan pisau dan disusun ke dalam keranjang plastik. Proses relaksasi dapat dilihat pada Gambar 3.1

Gambar 3.1. Persiapan tiram sebelum insersi

2. Pembuatan mantel (Shaibo) dari Tiram Donor

Dalam pembuatan mantel (shaibo) dibutuhkan tiram donor untuk mengambil mantel, bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga tiram donor disebut juga tiram saibo.

Langkah-langkah pembuatan shaibo dari tiram donor adalah sebagai berikut:

8. Menyiapkan alat dan bahan yang telah di sterilkan

9. Tiram yang telah disanggah tang atau forsep diperiksa terlebih untuk memastikan nacre dan kesehatan tiram itu sendiri.

10. Proses mematikan tiram dengan cara memotong otot aduktor bagian tengah secara vertikal dan didiamkan sampai benar-benar mati agar mantel tidak tersentuh yang akan menimbulkan reaksi pada otot-otot tiram sehingga mantel akan mengkerut.

(36)

24

11. Cangkang dibuka dan insang dibuka dengan menggunakan pinset. 12. Bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang tiram mutiara

dipotong dengan menggunakan gunting. Pengguntingan pertama untuk menghilangkan jaringan otot tipis bagian luar dan pengguntingan kedua untuk jaringan tipis bagian dalam (shaibo).

13. Mantel yang telah terpisah dari otot selanjutnya diangkat menggunakan pinset dan diletakkan pada spon yang telah dibasahi dan ditekan perlahan-lahan untuk menghilangkan warna hitam yang masih menempel pada mantel tersebut.

14. Mantel dipotong dengan ukuran 4 mm. satu tiram dapat mendonorkan mantel (shaibo) sebanyak 14-25 buah mantel (shaibo). Proses pembuatan mantel (shaibo) dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Pemasangan Inti pada Tiram Mutiara

Langkah-langkah insersi pertama pada tiram mutiara dapat dilihat dengan cara sebagai berikut:

1. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk insersi dipersiapkan terlebih dahulu dan disterilkan

2. Tiram diambil menggunakan tang atau forsep dengan cara dimasukkan ke dalam mulut tiram kemudian baji dilepas.

3. Mantel tiram dibuka menggunakan hera. Sebelumnya byssus terlebih dahulu digunting agar memudahkan gonad di iris.

4. Tiram yang terbuka kemudian disandarkan diatas ragum/penjepit lalu gonad tiram diiris. Pengirisan dilakukan pada otot samping sekitar 7-11 mm dengan mendorong pisau atau mesu secara hati-hati kearah

(37)

25

bahu dan membuat kantong nukleus pada pertengahan gonad dengan cara memutar sampai membuat kantong nukleus dengan ukuran 0,2 mm lalu pisau insersi dikeluarkan sesuai dengan jalur masuk ke kantong nukleus tersebut.

5. Nukleus yang berukuran 2,3 disesuaikan dengan ukuran kantong gonad tiram, lalu diangkat dan dimasukkan menggunakan sonyuki ke dalam bekas pengirisan kemudian nukleus atau inti dimasukkan ke dalam kontong gonad.

6. Saibo diambil menggunakan saibo okuri, saibo dimasukkan dengan hati-hati dengan mengikuti jalur. Kemudian saibo diletakkan disisi kiri dari nukleus.

7. Tiram yang telah di insersi kemudian dilepas dari shell holder dan forsep dilepas, kemudian tiram disimpan ke dalam keranjang plastik lalu tiram dimasukkan ke dalam poket dengan posisi bagian dorsal menghadap keatas dengan kemiringan 45o. Proses insersi pada tiram mutiara dapat dilihat pada lampiran 2.

4. Pengukuran Kualitas Air

a. Salinitas

1. Menyiapkan alat

2. Mensterilkan alat dengan cara membuka penutup kaca dan meneteskan 1-2 tetes aquades ke kaca prima, kemudian lap menggunakan tissue. 3. Mengambil sampel air laut sebanyak 1-2 tetes menggunakan pipet tetes

dan mengaplikasikan kaca prima.

(38)

26

5. Mencatat hasil pengukuran.

b. Oksigen Terlarut (DO)

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Membuka penutup probe kemudian sterilkan menggunakan aquades dan lap menggunakan tissue.

3. Mencelupkan probe ke dalam air sampai mencapai garis batas yang ditentukan.

4. Tunggu sampai angka pada layar monitor stabil. 5. Mencatat hasil pengukuran.

c. Suhu (oC)

1. Menyiapkan alat

2. Celup thermometer ke dalam air dengan cara memegang tali yang telah disiapkan pada ujung atas thermometer agar suhu tubuh tidak ikut terkontaminasi. Pada saat pengukuran berlangsung. Pengukuran berlangsung selama 3 menit.

3. Mencatat hasil pengukuran.

d. pH

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Membuka penutup probe kemudian sterilkan menggunakan aquades dan lap menggunakan tissue.

3. Mencelupkan probe ke dalam air sampai mencapai garis batas yang ditentukan.

4. Tunggu sampai angka pada layar monitor stabil. 5. Mencatat hasil pengukuran.

(39)

27

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data

3.5.1 Parameter yang Diamati

Adapun parameter yang diamati antara lain:  Tiram yang hidup

 Tiram yang mati

 Tiram isi (+) / terdapat nukleus dalam  Tiram muntah (+) / nukleus dalam tiram 3.5.2 Analisa Data

Data yang diperoleh baik primer maupun sekundur disajikan dalam bentuk tabel, selanjutnya dianalisa dalam bentuk deskriptif dan kuantitatif. Analisa deskriptif, yaitu dengan mengkaji data yang telah diolah kemudian menguraikannya dan diinterpretasikan sehingga dapat diambil kesimpulan. Sedangkan analisa kuantitatif, data-data yang didapat selama praktik dikelompokkan menjadi data teknis. Kecepatan mortalitas dari 100% Survival Rate.

Menurut Effendi (1979). Survival Rate (SR) dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah tiram awal dan tiram isi pada pemeliharaan dengan menggunakan rumus :

𝑆𝑅 = 𝑁𝑡

𝑁𝑜× 100% Dimana:

SR : Survival Rate (%)

Nt : Jumlah tiram isi pemeliharaan (ekor) No : Jumlah tiram awal pemeliharaan (ekor)

Gambar

Gambar 2.1. Morfologi dan anatomi tiram mutiara (Pinctada maxima)   Data Pribadi 2019
Tabel 3.1  Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara.
Gambar 3.1. Persiapan tiram sebelum insersi  2.  Pembuatan mantel (Shaibo) dari Tiram Donor

Referensi

Dokumen terkait

KELANGSUNGAN HlDUP LARVA TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)(BIVALVIA : PTERIDAE). OLEH

KELANGSUNGAN HlDUP LARVA TIRAM MUTIARA Pinctada maxima (JAMESON)(BIVALVIA : PTERIDAE). OLEH

Menurut (Sutaman 1993) bahwa kerang mutiara jenis (Pinctada Maxima) termasuk dalam kelompok hewan (filterfeeder) yaitu mengambil makanan dengan cara menyaring air laut

Pemasangan inti mencakup beberapa tahapan yang perlu dilakukan dengan baik dan tepat untuk meningkatkan kualitas dan mutu mutiara yang akan di hasilkan antara lain

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas benih tiram mutiara (Pinctada maxima) hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih dari tiga habitat yang berbeda

Pengaruh Kondisi Lingkungan Pemeliharaan Berbeda Terhadap Sintasan Serta Laju Pertumbuhan Larva dan Spat Tiram Mutiara Pinctada maxima

Pakan yang disukai oleh tiram mutiara Pinctada maxima adalah Tetraselmis sp dengan konsentrasi pakan 20.000 sel/ml dengan kecepatan filtrasi mencapai 1,63 lt/jam , dalam penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengaruh perbedaan nilai salinitas yang digunakan dalam penelitian ini terhadap daya tetas telur Tiram Mutiara Pinctada maxima dapat dilihat pada gambar