• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PENGINTIAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK-NUSA TENGGGARA BARAT (NTB) TUGAS AKHIR RISKA ALPIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PENGINTIAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE LOMBOK-NUSA TENGGGARA BARAT (NTB) TUGAS AKHIR RISKA ALPIANI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENGINTIAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE

LOMBOK-NUSA TENGGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

RISKA ALPIANI 13 22010 452

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN PANGKEP

2016

(2)

TEKNIK PENGINTIAN KERANG MUTIARA (Pinctada maxima) DI PT. AUTORE PEARL CULTURE

LOMBOK-NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

TUGAS AKHIR

RISKA ALPIANI 13 22 010 452

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

Rusli, S.Pi., M.Si.

Ketua

Ir. H. Zainal Abidin Musa, M.Si.

Anggota

Diketahui oleh:

Dr. Ir. Darmawan, M.P Ir. Rimal Hamal, M.P

Direktur Ketua Jurusan

Tanggal Lulus: 15 Agustus 2016

(3)

iii RINGKASAN

Riska Alpiani, 13 22 010 452. Teknik Pengintian Kerang Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture Farm, Lombok – Nusa Tenggara Barat. Di bawah bimbingan Rusli dan Zainal Abidin Musa.

Salah satu potensi laut dari non ikan yang dapat di budidayakan adalah kerang mutiara (Pinctada maxima) yang pada intinya akan menghasilkan mutiara. Di indonesia kegiatan budidaya kerang mutiara sudah cukup lama berkembang bahkan sampai pada saat ini ada lebih 65 perusahaan, baik dalam bentuk modal asing maupun bentuk dalam modal dalam negeri. Tuntutan utama dalam budidaya kerang mutiara adalah tersedianya kerang berukuran siap operasi dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Sehingga kegiatan pengintian pada kerang dapat berlangsung secara kontinue.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan teknik Pengintian pada kerang mutiara (Pinctada maxima) di PT.Autore Pearl Culture Farm, Lombok - Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik pengintian kerang mutiara (Pinctada maxima).

Metode pengumpulan data pada Tugas Akhir ini didasari oleh pelaksanaan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) selama tiga bulan yaitu dimulai tanggal 2 Februari – 2 Mei 2016. Data selama kegiatan diperoleh melaui pelaksanaan dan pengamatan secara langsung dari seluruh rangkaian kegiatan, hasil wawancara dengan pembimbing lapangan, dosen pembimbing serta studi pustaka yaitu data dikumpulkan melalui buku laporan dan referensi lainnya yang terkait dengan Teknik Pengintian Kerang Mutiara (Pinctada maxima).

Tingkat kelangsungan hidup (SR) kerang mutiara pada proses pelemahan (weakning) adalah rata-rata 98.1 % dari persentase jumlah kerang yang hidup. Sedangkan hasil persentase jumlah kerang yang mati adalah 1,86% hal tersebut tidak menjadi penghambat proses pengintian. Sedangkan, tingkat keberhasilan pembentukan inti mutiara bulat kerang mutiara adalah rata-rata (82,4 %). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pembentukan inti kerang mutiara di PT Autore Pearl Culture relatif tinggi.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Upaya maksimal yang dilakukan oleh penulis tidak akan terwujud dengan baik tanpa diiringi dengan doa yang dikabulkan oleh Allah Subhana Wataala, Untuk itu patutlah kiranya jika penulis memanjatkan puji dan syukur serta terima kasih yang tak terhingga kepadaNya dan kepada orang–orang yang turut mendukung penyelesaian laporan tugas akhir ini antara lain :

1. Kepada Bapak Rusli, S.Pi. M.Si selaku pembimbing pertama dan Bapak Ir. H. Zainal Abidin Musa, M.Si selaku pembimbing anggota yang telah meberikan motivasi, arahan

dan bimbingan mulai dari penyusunan proposal Tugas akhir hingga penyelesaian Laporan Tugas akhir ini.

2. Ucapan terima kasih kepada pembimbing lapangan PT.Autore Pearl Culture Farm 3. Kepada Ketua Jurusan Budidaya perikanan Bapak Rimal Hamal, M.P.

4. Kepada Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

Akhirnya dengan tulus penulis menghaturkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta dan ibunda tercinta yang senantiasa memberikan support baik berupa moril maupun materil serta beliau senantiasa mengiringi doa hingga penyelesaian studi ini. Terima kasih kepada semua saudaraku, karena keberadaanmu, pengorbanan, keikhlasan dan doamu menjadi motivasi ampuh bagi saya dalam meraih cita-cita ini. Kepada rekan-rekan seangkatan di Jurusan Budidaya Perikanan, semua staf di PT.Autore Pearl Culture Farm, staf Laboratorium Politani yang tidak sempat disebut namanya, atas partisipasi dan bantuannya dalam penyelesaian studi ini

Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi penulis dan berguna kepada yang memerlukannya amin.

Pangkep,…………, 2016 Penulis

(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi kerang mutiara (Pinctada maxima) ... 3

2.2 Morfologi dan Anatomi ... 3

2.3 Makanan dan Cara makan ... 7

2.4 Pembentukan mutiara secara alami ... 8

2.5 Lokasi budidaya ... 9

2.6 Teknik budidaya kerang mutiara ... 14

2.7 Hama dan Penyakit ... 14

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3 Metode Pengambilan Data ... 18

3.3.1 Data Primer ... 18

(6)

vi

3.3.2 Data Sekunder ... 18

3.4 Metode Pelaksanan ... 18

3.4.1 Persiapan kerang sebelum operasi ... 18

3.4.2 Pembuatan saibo kerang mutiara ... 19

3.4.3 Pemasangan inti dengan metode seeding ... 21

3.4.4 Pengecekan inti pada kerang mutiara dengan proses rongsen ... 21

3.5 Parameter yang diamati dan Analisis data ... 22

3.5.1 Parameter yang diamati ... 22

3.5.2 Analisis data ... 22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan hidup kerang pasca pelemahan ... 23

4.2 Tingkat keberhasilan pengintian ... 24

4.3 Penanganan kerang pasca operasi ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 28

5.2 Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(7)

vii DAFTAR TABEL

Halaman 1 Alat yang digunakan pada proses pemasangan

inti mutiara ... 17 2 Bahan yang digunakan pada proses pemasangan

Inti mutiara ... 18 3 Kelangsungan hidup kerang mutiara

selama masa pelemahan ... 23 4 Kerang yang berhasil dibudidayakan

pasca operasi pemasangan inti ... 24

(8)

viii DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi kerang mutiara ... 5 2 Anatomi kerang mutiara ... 6

(9)

ix DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Proses pembuatan saibo ... 33 2 Alat yang digunakan pada proses pemasangan inti ... 34 3 Proses pemasangan inti ... 35

(10)

10

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar dalam usaha budidaya.

Potensi ini didukung oleh tersedianya bahan dasar yang cukup banyak,persyaratan lingkungan yang baik, serta kondisi musim yang menguntungkan untuk berbagai jenis komuditas laut yang akan dibudidayakan. Salah satu potensi laut dari non ikan yang dapat dibudidayakan adalah kerang mutiara (Pinctada maxima) yang pada intinya akan menghasilkan mutiara. Mutiara memiliki harga jual yang menggiurkan serta memiliki harga prospek yang sangat tinggi di pasaran. Teknik budidaya kerang mutiara pada mulanya dikuasai oleh tenaga asing ( jepang ) khusus untuk hatchery dan operasi penyuntikan. Namun, seiring dari perkembangan teknologi dari tenaga asing ketenaga kerja indonesia (Hamzah 2008 dan Setyono 2009)

Di Indonesia kegiatan budidaya kerang mutiara sudah cukup lama berkembang bahkan sampai pada saat ini ada lebih 65 perusahaan, baik dalam bentuk modal asing maupun bentuk dalam modal dalam negeri. Tuntutan utama dalam budidaya kerang mutiara adalah tersedianya kerang berukuran operasi dalam bentuk operasi dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Namun, keuntungan penyediaan kerang tidak mungkin hanya mengandalkan hasil penyelam di alam, mutiara yang ukurannya dibawah standar harus dipelihara sampai besar sehingga diperlukan waktu dan tambahan biaya yang tidak sedikit. Saat ini, di Indonesia untuk memproduksi mutiara sebagian besar menggunakan kerang mutiara yang berasal dari budidaya karena kerang alam sangat sulit ditemukan (Sutaman, 1992).

(11)

11 Jenis Pinctada maxima banyak ditemukan di perairan indonesia bagian timur seperti Malaka, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ( Direktoral Jendral Perikanan, Departemen Pertanian 1994 dalam Tarawiyah 2001 )

Pulau lombok merupakan pulau yang termasuk dalam wilayah kepulauan Nusa Tenggara Barat PT. Autore Pearl Culture merupakan salah satu perusahaan yang bergelut dibidang budidaya kerang mutiara, permintaan mutiara produksi Lombok sangat diminati baik oleh pembeli dalam Negeri maupaun manca Negara karena mutiaranya memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan produksi daerah lain. Namun, Masalah yang sering timbul dalam budidaya kerang adalah pemeliharaan yang kurang baik pada saat pasca operasi pemasangan inti mutiara dan teknik pemasangan inti yang kurang tepat sehingga dapat menghasilkan mutiara yang kurang berkualitas. Untuk menghasilkan mutiara dengan berkualitas tinggi diperlukan teknik yang baik dalam pemeliharaan kerang pasca operasi dan pemasangan inti mutiara, Oleh karena itu, Penulis mengambil judul “Teknik Pengintian Kerang Mutiara (Pinctada maxima ) di PT.Autore Pearl Culture Farm Malaka Dusun Teluk Nara Desa Malaka Kec. Pemenang, Kab.

Lombok Utara - Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik pengintian pada kerang mutiara (Pinctada maxima) di PT. Autore Pearl Culture Farm, Lombok - Nusa Tenggara Barat (NTB).

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah memperluas wawasan, kompetensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik pengintian kerang mutiara (Pinctada maxima).

(12)

12

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kerang Mutiara (Pinctada maxima)

Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut, tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam kelas Bivalvia dan Famili Pteriidae. Klasifikasi kerang mutiara yaitu:

Kerajaan : Animalia Filum : Moluska Kelas : Bivalvia Ordo : Pterioida Famili : Pteriidae Genus : Pinctada

Spesies : Pinctada maxima (Jameson, 1901)

2.2 Morfologi dan Anatomi

Tubuh kerang mutiara ditutupi oleh sepasang cangkang yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedang sebelah kiri lebih cembung.

Cangkang tersebut bersatu pada punggung (dorsal) yang dihubungkan oleh engsel (hinge) untuk membuka dan menutup cangkang. Dorsal berbentuk datar, permukaan dorsal cangkang terdapat bagian yang berbentuk seperti tombol yang disebut umbo yang selalu mengarah ke interior Mulyanto 1987 dalam Hidayat 2008.

Bentuk luar kerang mutiara tampak seperti batu karang yang tidak ada tanda- tanda kehidupan. Tetapi di balik kekokohan tersebut terdapat organ yang dapat

(13)

13 mengatur segala aktivitas kehidupan dari kerang itu sendiri. Dalam kelunakan tubuh kerang tersebut terdapat cangkang yang keras untuk melindungi bagian tubuh agar terhindar dari benturan maupun serangan hewan lain. Disamping itu, dalam cangkang yang jumlahnya satu pasang dan mempunyai bentuk yang berlainan itu terdapat mother of pearl atau lapisan induk mutiara serta nacre yang dapat membentuk lapisan mutiara.

Kulit mutiara (Pinctada maxima) ditutupi oleh sepasang kulit kerang (Shell, cangkan), yang tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih, sedangkan kulit sebelah kiri agak cembung. Spesies ini mempunyai diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama sehingga bentuknya agak bundar. Bagian dorsal bentuk datar dan panjang semacam engsel berwarna hitam.

Yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang.

Cangkang tersusun dari zat kapur yang dikeluarkan oleh epithel luar. Sel epitel luar ini juga menghasilkan kristal kalsium karbonat (Ca CO3) dalam bentuk kristal argonit yang lebih dikenal sebagai nacre dan kristal heksagonal kalsit yang merupakan pembentuk lapisan seperti prisma pada cangkang.

Menurut bentuk cangkang bagian luar yang keras apabila dipotong atau dibelah secara melintang, maka ada tiga lapisan yang akan tampak, yaitu lapisan periostrakum yang berada paling atas atau luar, dan lapisan prismatik yang terdapat di bagian tengah. Sedangkan lapisan yang agak ke dalam yang berhubungan dengan organ dalam disebut lapisan nacre atau lapisan mutiara.

Ketiga lapisan tersebut, jika dilihat dari zat penyusunnya masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Lapisan periostrakom adalah lapisan kulit terluar yang kasar yang tersusun dari zat organik yang menyerupai tanduk.

(14)

14 2. Lapisan prismatik, adalah lapisan kedua yang tersusun dari Kristal-kristal kecil

yang berbentuk prisma dari hexagonal caltice.

3. Lapisan mutiara atau nacre adalah lapisan kulit sebelah dalam yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3).

Morfologi kerang mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Morfologi kerang mutiara (Sutaman, 1993)

Menurut Sutaman (1993), kerang mutiara terdiri dari tiga bagian yaitu kaki, bysus, mantel dan organ dalam.

Kaki

Merupakan salah satu bagian tubuh yang bersifat elastik, terdiri dari susunan jaringan otot, dapat merenggang atau memanjang sampai tiga kali dari keadaan normal., kaki berfungsi sebagai alat gerak sewaktu muda sampai saat menemukan tempat yang cocok untuk menempel dan juga sebagai alat pembersih (Cahn 1949 dalam Winanto 1992)

(15)

15 Mantel

Terdiri dari selaput (integument) yang membungkus visceral mass, mantel tergantung seperti tirai pada kedua sisi organ tubuh , terletak antara tubuh dan cangkang. Mantel mengeluarkan zat yang membentuk cangkang, pinggirnya disatu tempat membentuk inhalant dan exahalant siphon untuk masuk dan keluarnya air (Mulyanto 1987 dalam Hidayat 2008).

Organ dalam

Bagian yang tersembunyi setelah bagian mantel dan merupakan aktivitas kehidupan kerang mutiara tersebut. Organ dalam ini terdiri dari otot, insang, mulut, lambung, usus, jantung, susunan syaraf, dan alat kelamin. Anatomi kerang mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Anatomi kerang mutiara (Sudjiharno1997)

Umumnya setelah dewasa, warna cangkang menjadi kuning tua sampai kuning kecoklatan. Warna garis radier biasanya sudah memudar. Cangkang bagian dalam (nacre) berkilau dengan warna putih keperakan. Bagian tepi nacre

(16)

16 (nacreous-lip) ada yang berwarna keemasan sehingga sering disebut gold-lip pearl oyster sedangkan yang berwarna perak disebut silver-lip pearl oyster. Pada

bagian luar nacre (non-nacreous border) berwarna cokelat kehitaman (Sudjiharno1997).

2.3 Makan dan Cara makan

Kerang mutiara jenis Pinctada maxima yang banyak dijumpai di berbagai negara seperti filipina, thailand,Australia dan Perairan Indonesia. Sebenarnya kerang jenis ini lebih menyukai hidup di daerah batuan karang atau dasar perairan yang berpasir. Di samping itu banyak di jumpai pada ke dalaman antara 20– 60 m.

Berbeda dengan jenis ikan yang lain, cara makan kerang mutiara ini di lakukan dengan menyaring air laut. Sedangkan cara mengambil makananya dilakukan dengan menggetarkan insang yang menyebabkan air masuk ke dalam rongga mantel. Kemudian dengan menggerakkan bulu insang, masa plankton yang masuk akan berkumpul di sekeliling insang. Selanjutnya melaui gerakan labial palp plankton akan masuk ke dalam mulut.

Pertumbuhan kerang mutiara biasanya sangat tergantung pada temperatur air, salinitas, makanan yang cukup dan persentase kimia dalam air laut. Pada musim panas, dimana suhu naik, kerang mutiara dapat tumbuh secara maksimal. Namun jika suhu dan salinitas sepanjang tahun stabil dengan kondisi lingkungan yang ideal, maka pertumbuhan pun akan stabil pula, dengan pertambahan maksimum bisa mencapai 1 cm per bulan.

Perbedaan salinitas pada permukaan dan di bawahnya akibat hujan lebat dapat menyebabkan kerusakan populasi kerang mutiara secara alami ( Yar johan, 2008)

(17)

17 2.4 Pembentukan Mutiara secara alami

Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara. Secara teoritis, Strack 2006 mendeskripsikan terbentuknya mutiara alami terbagi atas dua bagian besar, terbentuk akibat irritant dan masuknya partikel padat dalam mantel moluska. Pada prinsipnya, mutiara terbentuk karena adanya bagian epithelium mantel yang masuk ke dalam rongga mantel tersebut. Bagian epithelium mantel ini bertugas m engeluarkan/mendeposisikan nacre pada bagian dalam cangkang kerang disamping membentuk keseluruhan cangkang.

Teori irritant mengungkapkan bahwa pada suatu saat bagian ujung mantel sang kerang dimakan oleh ikan, hal ini dimungkinkan karena kerang akan membuka cangkang dan menjulurkan bagian mantelnya untuk menyerap makanan. Saat mantelnya putus, bagian remah eptiheliumpun masuk ke dalam rongga mantel.

Teori irritant juga mengungkapkan bahwa bisa saja mutiara terbentuk akibat masuknya cacing yang biasanya menempati moluska pada masa perkembangannya kemudian berpindah ke organisme lain. Cacing ini merusak dan memasuki rongga mantel. Cacing ini tanpa sengaja membawa bagian epithelium yang ada di permukaan mantel bersamanya. Bila cacing mati dalam rongga mantel, maka cacing ini akan dibungkus oleh epithelium, membentuk kantung mutiara dan akhirnya terbentuklah mutiara. Kalaupun cacing itu bisa

(18)

18 melepaskan diri, maka epithelium yang tinggal dalam rongga mantellah yang akan membentuk mutiara setelah sebelumnya membentuk kantung mutiara.

Sementara teori yang kedua adalah masuknya partikel padat ke dalam rongga mantel. Partikel padat bisa saja terperangkap di dalam tubuh kerang akibat dorongan air. Saat kerang ini tak bisa mengeluarkannya, partikel inipun bisa saja masuk ke rongga mantel. Saat dia masuk, epithelium juga ikut bersamanya.

Epithelium ini akhirnya membungkus partikel padat sehingga terbentuklah kantung mutiara. Kantung mutiara ini akhirnya akan mendeposisikan nacre ke partikel padat tersebut. Namun demikian sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori masuknya pasir ke dalam mantel kerang mutiara walaupun teori ini dipahami sejak lama. Dari beberapa mutiara alami yang dibedah, menunjukkan bahwa bagian inti mutiaranya bukanlah partikel padat.

2.5 Lokasi Budidaya

Bagian penting yang harus kita lakukan sebelum memulai suatu usaha budidaya adalah mencari dan menilai calon lokasi yang akan dijadikan tempat pemeliharaan. Pemilihan lokasi tentu tidak sedikit biaya yang dikeluarkan. Tetapi biaya itu bila dibandingkan dengan resiko dan keuntungan yang akan didapat masih belum seberapa. Usaha budidaya tiram mutiara memang memerlukan investasi yang cukup besar, maka demi keselamatan dan kesinambungan usaha, lokasi budidaya hendaklah dipilih yang benar – benar memenuhi persyaratan, dengan mempertimbangkan hal – hal berikut :

a) Faktor Alam

Laut sebagai bagian dari lokasi usaha dan sangat terbuka dengan pengaruh luar, maka faktor – faktor alam seperti hujan, badai, gelombang, pasang surut.

(19)

19 Merupakan hal – hal yang perlu dipelajari. Faktor – faktor alam tersebut tidak bisa dikendalikan oleh tangan – tangan terampil ataupun alat – alat yang serba canggih.

Oleh karena itu, kalau kita ingin selamat dan berhasil dalam membudidayakan kerang mutiara, faktor alam harus terus mendukung lokasi budidaya. Prinsip budidaya di alam terbuka seperti laut adalah menselaraskan antara kebutuhan biologis dan fisiologis dari hewan yang dipelihara dengan kondisi alam atau lingkungan sebagai media hidup, sehingga didapatkan suatu kehidupan yang baik dan pertumbuhan yang normal.

Lokasi yang memenuhi syarat dalam hubunganya dengan faktor alam tersebut adalah sebagai berikut :

 Terlindung dari pengaruh angin musim, gerakan arus dan gelombang yang besar.

 Bebas dari pengaruh sumber banjir yang dapat menimbulkan kekeruhan dan perubahan salinitas.

Lokasi yang memenuhi persyaratan tersebut biasanya dijumpai pada laut yanga terletak diantara pulau – pulau kecil atau teluk.

 Sumber Pencemaran

Limbah penduduk, pertanian maupun industri sebenarnya merupakan sumber pencemaran yang sangat membahayakan bagi kehidupan kerang mutiara.

Berbagai bentuk limbah rumah tangga yang berupa sisa – sisa makanan, detergen, baik berbentuk padat maupun cair serta berbagai macam bahan – bahan lainya yang berasal dari berbagai aktivitas manusia, seringkali menjadi sumber penyakit yang serius bagi kerang yang dipelihara. Oleh karena itu, lokasi hendaklah dipilih yang agak jauh dari pengaruh bahan – bahan pencemar, terutama dari pusat – pusat pemukiman penduduk.

Yang tidak kalah bahayanya adalah limbah yang berasal dari kegiatan industri, terutama industri – industri yang memakai bahan – bahan kimia.

(20)

20 Biasanya limbah dari kegiatan tersebut merupakan bahan pencemar yang sangat membahayakan bagi kehidupan berbagai macam hewan air termasuk kerang mutiara. Oleh karena itu pemilihan lokasi untuk budidaya kerang mutiara harus jauh dari daerah perindustrian.

 Keamanan

Pencurian dan sabotase merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam budidaya ikan, baik itu di darat maupun di laut, tidak terkecuali budidaya kerang mutiara. Apalagi budidaya di laut yang menyangkut kepentingan bersama bagi pemakai laut, yakni untuk keperluan pelayaran, penangkapan ikan, dan sebagainya sehingga rawan terhadap pencurian dan pencemaran. Oleh karena itu pemilihan lokasi juga harus memperhatikan kepentingan – kepentingan tersebut, terutama menghindari wilayah yang menjadi pusat kegiatan manusia. Biasanya yang terlalu dekat dengan alur pelayaran akan terpengaruh oleh minyak ataupun bahan pencemar lain dari kapal atau perahu yang berlayar.

 Sarana Penunjang

Untuk mempelajari jalannya kegiatan pembudidayaan maupun pemasaran kelak, maka sarana penunjang seperti listrik dan sarana komunikasi sangat penting untuk diperhatikan. Disamping itu,kemudahan tempat tinggal yang lebih dekat dengan lokasi usaha juga perlu diperhatikan agar memudahkan pengelolahan dan penjagaan.

b) Faktor Lingkungan

Kondisi dan kualitas air di lokasi budidaya sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan, ukuran dan kualitas mutiara. Kondisi dan kualitas air yang perlu diperhatikan adalh sebagi berikut :

(21)

21 1. Dasar Perairan

Dasar perairan secara fisik maupun kimia berpengaruh besar terhadap sususnan dan kelimpahan organisme di dalam air termasuk bagi kehidupan tiram mutiara. Adanya perubahan tanah dasar (sedimen) akibat banjir yang menyebabkan dasar perairan tertutup lumpur sering menimbulkan kematian pada kerang yang masih muda. Oleh karena itu, dasar perairan yang berpasir atau berlumpur tidak layak untuk lokasi budidaya kerang mutiara. Dasar perairan yang cocok yaitu dasar perairan yang berkarang atau mengadung pecahan – pecahan karang. Bisa juga dipilih dasar perairan yang terbentuk akibat gugusan karang yang sudah mati atau gunungan – gunungan karang.

2. Kedalaman

Kedalam yang cocok untuk budidaya kerang mutiara ialah berkisar antara 15 m sampai dengan 20 m. pada kedalaman ini pertumbuhan kerang mutiara akan lebih baik.

3. Arus Air

lokasi yang cocok untuk budidaya kerang mutiara adalah yang terlindung dari arah yang kuat. Disamping itu pasang surut yang terjadi mampu menggantikan massa air secara total dan teratur, sehingga ketersediaan oksigen terlarut maupun plankton segar dapat terjamin.

4. Salinitas

Sebenarnya tiram mampu bertahan hidup pada kisaran salinitas yang luas, yaitu antara 20 - 50 ppt Tetapi salinitas terbaik untyuk pertumbuhan kerang mutiara adalah 32- 35 ppt

5. Suhu

Untuk negara kita sendiri yang beriklim tropis, pertumbuhan yang terbaik dicapai pada suhu antara 280-300C pada iklim ini ternnyata sangat menguntungkan

(22)

22 untuk budidaya kerang mutiara, sebab pertumbuhan lapisan mutiara dapat terjadi sepanjang tahun. Sedangkan negara yang memiliki tempat musim biasanya pertumbuhan kerang mutiara tidak terjadi sepanjang tahun, karena pada suhu air di bawah 130C (musim dingin) pelapisan mutiara atau penimbunanan zat kapur akan terhenti.

6. Kecerahan

untuk keperluan budidaya kerang mutiara selayaknya dipilih lokasi yang mempunyai kecerahan antara 4,5 m – 6,5 m, sehingga kedalaman pemeliharan bisa diusahakan anatar 6 m – 7m. Sebab biasanya kerang yang dibudidayakan diletakkan di bawah kedalaman atau pecahan rata – rata.

7. Kesuburan Perairan

Kerang sebagai binatang yang tergolong filter feeder hanya mengandalkan makanan dengan menyerap plankton dari perairan sekitar, sehingga keberadaan pakan alami akan memegang peranan yang sangat penting. Sedangkan keberadaan pakan alami itu sendiri sangat berkaitan erat dengan kesuburan suatu perairan.

2.6 Teknik budidaya Kerang Mutiara

Pada prinsipnya, untuk dalam keberhasilan pemeliharaan kerang mutiara untuk menghasilkan mutiara bulat baik kualitas maupun kuantitas sangat ditentukan oleh proses penanganan kerang sebelum operasi pemasangan inti, saat pelaksanaan operasi, pasca operasi dan ketrampilan dari teknisi serta sarana pembenihan kerang yang memadai. Pada umumnya kerang mutiara yang akan dioperasi inti mutiara bundar berasal dari hasil penangkapan dialam yang dikumpulkan dari kolektor dan nelayan. Namun, ukuran cangkang mutiara terdiri

(23)

23 dari macam-macam ukuran yang nantinya disortir menurut ukuran besarnya mutiara, hal inilah yang menjadi penyebab sehingga tidak dapat melaksanakan operasi dalam jumlah yang banyak. Sedangkan hasil pembenihan dari hatchery dapat diperoleh ukuran yang relatif seragam ukurannya sehingga dapat dilakukan operasi pemasangan inti mutiara dalam jumlah yang banyak. Namun produksi benih belum dapat dikembangkan secara massal. Pemeliharaan spat kerang disesuaikan dengan kondisi perairan disekitarnya. Pemeliharaan benih (spat) yang masih kecil berukuran dibawah 5 cm dipelihara pada kedalaman 2-3 m sedangkan spat dengan ukuran di atas 5 cm dipelihara pada kedalaman lebih dari 4 m (Sutaman, 1993).

2.7 Hama dan Penyakit

Meskipun tubuh kerang mutiara dilindungi oleh sepasang cangkang yang kuat, tetapi tidaklah cukup untuk melindungi dari serangan hama dan penyakit.

Budidaya di dasar perairan (bottom culture) sering mendapat gangguan dari bintang laut (starfish), Grastropoda, seperti Murex sp, Thais sp, dan kura-kura.

Beberapa macam penyakit yang menyerang kerang mutiara biasanya disebabkan oleh bunga karang atau boring spongr (Cliona spp), cacing atau boring worm (Polydora dan Polychaeta), bivalvia (boring bivalves) dapat membentuk seperti blister di dalam cangkang. Kerang yang terserang boring sponge, pada bagian luar cangkangnya ditempeli benjolan karang berwarna kuning. Karang ini dapat membuat saluran ke dalam cangkang menimbulkan bintik coklat kecil dan memanjang atau seperti jaringan yang mewarnai bagian dalam cangkang.

Penyakit ini dapat diobati dengan merendam di dalam larutan garam pekat (brine deeping). Kerang yang terserang infeksi direndam di dalam larutan garam pekat

(24)

24 selama 15 menit kemudian dijemur selama kurang lebih 60 menitPada saat perlakuan ini sebaiknya jangan sampai terkena air hujan.(Tun 1977).

Selanjutnya diketahui bahwa perlakuan lainnya yaitu dengan perubahan salinitas secara mendadak (salinity shock),kerang yang terinfeksi direndam di dalam air tawar selama kurang lebih 5-10 menit, kemudian direndam di dalam larutan garam pekat dengan konsentrasi 30-40%. Selama 5-10 menit atau sebaliknya direndam dahulu dalam larutan garam pekat, lalu direndam dalam air tawar.Perlakuan ini tidak begitu berpengaruh terhadap kesehatan kerang.

Selanjutnya diketahui bahwa Organisme penempel yang sering dijumpai pada budidaya kerang adalah jenis tumbuhan misalnya; ganggang hijau (cholorophyceae), ganggang coklat (phaeophyceae), ganggang merah (rhodophyceae). Dari jenis hewan misalnya: bunga karang (porifera), cnidarian

seperti sea anemone, flat worms (turbellaria), seperti Stilocus ijiai, molusca seperti Mytilus sp, Crassostrea sp, polychaetes (Polychaeta), seperti Hydroides elegens, Polydora spp.

(25)

25

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penulisan Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 02 Februari sampai 02 Mei 2016 di PT.Autore Pearl Culture Farm Dusun Teluk Nara Desa Malaka Kec. Pemenang, Kab. Lombok Utara - Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti dalam budidaya kerang mutiara (Pinctada maxima) dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1 Alat yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara

Nama Alat Spesifikasi Fungsi

Meja Operasi 103x81 cm Tempat operasi

Rak Kerang 50x40 cm wadah kerang yang telah dibersihkan Keranjang 53x30 cm Wadah kerang yang telah dibaji Bak Fiber 2x2x3 m Wadah penampungan kerang yang

siap dioperasi

Standar Operasi (kaidae) 29x11 cm Penjepit kerang yang akan dioperasi agar tidak goyah

Spatula (Hera) 25 cm Untuk mengibas insang dan mantel Pinset (Pinseto) 15 cm Untuk mengankat saibo dan melepas

insang Tang Pembuka (Kai

koki) 22 cm Untuk menahan bukaan cangkang

sebelum dipasang baji Pisau Operasi (Mesu) 25 cm Untuk membuat torehan Gunting Saibo (Shaibo

hasami) 14 cm Untuk menggunting mantel

Pemasuk Inti (Sonyuki) 18 cm Untuk meletakkan inti pada torehan Pengantar Inti 18 cm Untuk mengantar inti kedalam gonad Pemasuk Saibo (Shaibo

Okuri) 25 cm Untuk memasukkan saibo

Baji 16x3 cm Untuk menahan bukaan cangkang

Pengait (Donyuki) 22 cm Untuk menahan bukaan torehan Pisau dapur & saibo 25 cm membersihkan dan memotong saibo

(26)

26 Tabel 2 Bahan yang digunakan pada proses pemasangan inti mutiara

Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan

Kerang Mutiara 9-10 cm Penghasil biji mutiara Nucleus (Inti) 4 mm Sebagai inti mutiara Shaibo

4x4 mm

Pembungkus inti pada awal pembentukan biji mutiara

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut :

3.3.1 Data Primer

Data primer yaitu diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti langsung kegiatan teknik pengintian kerang mutiara di PT.Autore Pearl Culture.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu diperoleh melalui studi pustaka dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literature yang berhubungan dengan teknik pengintian kewrang mutiara.

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Persiapan Kerang Sebelum Operasi

Sebelum kerang dioperasi, terlebih dahulu dilakukan pelemasan (weakning), ini dilakukan selama 3-4 minggu tergantung tingkat kematangan

gonad kerang. Kerang dari laut dibongkar dan dibersihkan dengan menggunakan pisau dapur dengan mengikis tumbuhan laut, bioufouling, dan cacing yang menempel pada cangkang kerang, agar terhindar kontaminasi pada saat operasi.

Pelemahan kerang dengan cara membungkus poket 8 yang berisi kerang siap operasi dengan menggunakan waring kantung yang berdiameter 1mm.

(27)

27 Seminggu sebelum operasi, terlebih dahulu mengecek kondisi kerang yang dipuasakan (pelemasan) apakah kandungan telur sudah tidak ada atau apakah kerang sudah siap operasi. Jika ada kerang sakit maka operasi ditundah. Tapi jika kerang masih sehat maka siap untuk operasi. Waring kerang dibuka 2 hari sebelum operasi. Tujuannya agar bisa beradaptasi dengan kondisi suplai makanan setelah operasi. Sehari sebelum operasi kerang yang telah dibuka waringnya dibawa ke ruang operasi. Kemudian dipindahkan ke dalam keranjang operasi.

Lalu dimasukkan ke bak. Selama dalam bak operasi, dilakukan sirkulasi air agar suplai makanan dan oksigen tetap ada. Keesokan harinya baru siap untuk operasi.

3.4.2 Pembutan Saibo Kerang mutiara

Dalam pembuatan mutiara bulat, potongan mantel (saibo) dan inti merupakan satu kesatuan yang tiak bisa dipisahkan. Kerang yang dijadikan saibo adalah kerang yang memiliki warna nacre silver dan tidak cacat, dimana jaringan otot tipis pada bagian tersebut akan diambil. Apabila jaringan otot dipotong pada kerang yang coklat dan tidak mengkilap maka hasilnya juga tidak bercahaya.

Kerang yang telah disanggah tang pembuka diperiksa dengan membuka mantel untuk melihat nacre dan kesehatan kerang. Kerang tersebut dimatikan dengan memotong otot bagian tengah secara vertikal agar mantel tidak tersentuh dan cangkang langsung dipisahkan dan diletakkan pada penyangga dengan posisi menghadap arah mantel agar tidak masuk ke otot. Kemudian, insang dibuka dengan menggunakan pinset kemudian digunting dari arah engsel secara melingkar. Pengguntingan pertama untuk menghilangkan jaringan otot tipis bagian luar dan pemotongan berikutnya untuk jaringan tipis kedua (saibo). Setelah mantel tersebut terpisah dari otot, diangkat menggunakan pinset dan diletakkan

(28)

28 pada spon yang telah dibasahi dan pres untuk menghilangkan warna hitam yang masih menempel pada mantel, kemudian mantel dipotong dengan ukuran 4 mm.

Satu kerang dapat mendonorkan mantel sebanyak 18-25 saibo.

3.4.3 Pemasangan inti dengan metode seeding

Sebelum operasi dilakukan. Terlebih dahulu mempersiapkan alat-bahan untuk kegiatan operasi. Diantaranya meja operasi dan alat-alat operasi lainnya.

Kerang mutiara yang telah terbuka cangkangnya yang disiapkan dalam keranjang operasi dipasang tang pembuka, sambil melepaskan baji agar kerang tetap buka dengan posisi stand kerang anterior bagian atas sedangkan bagian bysus menghadap ke teknisi, bysus dipotong dengan menggunakan gunting, kemudian pangkal bysus dikait dengan menggunakan pengait, pengait dipegang dengan menggunakan tangan kiri, lalu pisau operasi diambil dengan tangan kanan, kemudian bagian atas bysus diiris agak kanan dengan pisau operasi, lalu pisau didorong agak ke atas kemudian dibelokkan ke arah kiri melewati urat menuju gonad, lalu pisau dikeluarkan mengikuti arah sobekan tersebut, lalu bekas sobekan tersebut dikait dengan pengait secara pelan-pelan dengan tangan kiri. Nukleus diambil dengan menggunakan pengangkat nukleus dan dimasukkan kedalam bekas sobekan lalu pengait dilepaskan, kemudian nukleus didorong kearah bekas sobekan dengan menggunakan pengantar nukleus. Saibo dimasukkan dengan menggunakan pengait saibo mengikuti arah nukleus. Saibo diletakkan disisi kiri dari nukleus . nukleus harus bersentuhan langsung dengan saibo pada sisi saibo bagian dalam seperti pada bagian sisi mantel yang bersentuhan dengan sisi bagian dalam kulit kerang. Tang pembuka dilepas kemudian kerang dimasukkan kedalam poket dengan posisi bagian dorsal menghadap keatas dengan kemiringan 45o.

(29)

29 3.4.4 Pengecekan Inti pada kerang mutiara dengan proses Rongsen

Pengecekan inti pada kerang mutiara dengan proses ronsen dilakukan 6 bulan setelah operasi. Proses rongsen ini bertujuan untuk mengetahui apakah nukleus (inti) yang dimasukkan kedalam kerang masih ada dalam kerang atau sudah dikeluarkan (dimuntahkan). Kerang yang masih ada nukleus dimasukkan kedalam poket net kemudian digantung kembali ke jalur long line. Sedangkan kerang yang tidak ada nukleus (dimuntahkan) dipelihara lagi selama 6 bulan baru dioperasi kembali biasa diberi kode Eop (eks operation).

Kerang yang masih ada nukleus (inti mutiara) yang biasa diberi kode Fop (First Operation) dipelihara selama 18 bulan. Selama pemeliharaan ini hanya dilakukan pencucian sekali dalam sebulan, sekaligus mengecek kesehatan. Setelah masa pemeliharaan ini (24 bulan setelah operasi) dilakukan lagi rongsen ke 2.

Rongsen ke-2 ini dilakukan untuk mengetahui ukuran mutiara setelah 2 tahun dipelihara setelah operasi, kerang yang mempunyai ukuran mutiara diatas 10 mm siap untuk dipanen sedangkan kerang yang ukuran mutiaranya >10 mm dipelihara kembali selama 6 bulan baru dipanen.

(30)

30 3.5 Parameter yang diamati dan Analisis data

3.5.1 Parameter yang diamati adalah : - Kerang yang hidup

- Kerang yang mati

- Kerang isi (+) / terdapat nukleus dalam kerang

- Kerang kosong (-) / nukleus (inti mutiara) dikeluarkan (dimuntahkan) 3.5.2 Analisa Data

Survival Rate (SR) dapat diperoleh dengan cara menghitung jumlah kerang pada awal dan akhir pemeliharaan dengan menggunakan rumus Effendi (1979) :

Keterangan:

SR : Survival Rate (%)

Nt : jumlah kerang yang hidup (ekor) No : jumlah kerang yang ditebar (ekor)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kerang mutiara dari hasil pemeriksaan inti pada operasi pertama atau kedua yang tidak memiliki inti akan dioperasi kembali apabila tidak memungkinkan untuk dijadikan

Berdasarkan hasil pengukuran kelangsungan hidup spat kerang mutiara ( Pinctada maxima ) pada kepadatan berbeda yang dilakukan pada akhir pemeliharaan secara keseluruhan

Masalah yang sering timbul dalam budidaya kerang mutiara adalah penanganan yang kurang baik pada saat prainsersi sehingga dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup kerang

Adapun alat yang digunakan pada teknik pengendalian organisme penempel pada tiram mutiara (P.Maxima) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Alat yang digunakan pada teknik

Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan dari variabel- variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk mencapai

Warna bibit Kerang mutiara jenis Pinctada maxima menurut Syachruddin (1997 a ) ada 4 macam, yaitu :putih, hitam, coklat, dan kuning, masih ada beberapa warna,

Kerang mutiara dari hasil pemeriksaan inti pada pengintian pertama atau kedua yang tidak memiliki inti akan dipasangi inti kembali apabila tidak memungkinkan

Selanjutnya pada gambar terlihat bahwa pengaruh alat pemeliharaan berdasarkan variasi musim- an terhadap kematian anakan kerang mutiara hingga akhir pengamatan (Nopember)