• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM DILINGKUNGAN POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRES LOMBOK TENGAH) Jurnal Ilmiah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM DILINGKUNGAN POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (STUDI DI POLRES LOMBOK TENGAH) Jurnal Ilmiah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENEGAKAN HUKUM DILINGKUNGAN POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(STUDI DI POLRES LOMBOK TENGAH)

Jurnal Ilmiah

Oleh:

BAHARUDIN DIA 113 042

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM 2020

(2)

PENEGAKAN HUKUM DILINGKUNGAN POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(STUDI DI POLRES LOMBOK TENGAH)

Jurnal Ilmiah

Oleh BAHARUDIN

D1A 113 042

Menyetujui, Pembimbing Pertama

H. Fatahullah, SH.,MH NIP.195612311986031021

(3)

PENEGAKAN HUKUM DILINGKUNGAN POLRI TERHADAP ANGGOTA POLRI PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA

(STUDI DI POLRES LOMBOK TENGAH) BAHARUDIN

DIA 113 042

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami Penegakan Hukum Dilingkungan Polri Terhadap Polri Pelaku Tindak Pidana Narkotika (Studi Di Polres Lombok Tengah), dan bagaimana upaya Kepolisian Resort Lombok Tengah dalam menangani tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh anggota POLRI. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empwis, dengan menggunakan pendekatan pemndang-undangan, konseptual dan sosiologi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa penegakan hukum tindak pidana narkotika dilingkmngan Polres Lombok Tengah terkait anggota kepolisian yang terjerat tindak pidana narkotika tetap diberlakukan UU Narkotika tidak ada perbedaan dalam proses peradilannya dan diperlakukan sama seperti masyarakat blasa. Upaya Kepolisian Resort Lombok Tengah dalam hal penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana narkotika dilakukan secara preemtif, proventif dan represif.

Kata Kunci : Penegakau Hukum, Tindak Pidana Narkotika, Polisi

LAW ENFORCEMENT TOWARDS POLICE OFFICERS MEMBER IN THE POLICE CIRCLE IN TERMS OF NARCOTIC CRIME

BAHARUDIN DIA 113 042

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAC

Aims of this research are to know and to understand law enforcement in the police circle in the event of police officers member conducting narcotic crimes (Study in Central Lombok Police Resort) and how is the mechanism was taken by the Police Resort. This research qualify as empirical legal research which applies statute, conceptual and sociological approaches. based on research result it can be concluded that narcotics law enforcement in the central Lombok police resorts area related on its member, he will be processed by Narcotic Law. There is no discrepancy in the process and they will treated as ordinary citizen. However, there are several steps will be taken by Central Lombok Police Resort in the narcotic crime, i.e. preemptive, preventive and repressive mechanism.

Keywords: Law Enforcement, Narcotics Crime, Police

(4)

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini telah dinyatakan dengan tegas dalam penjelasan undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 bahwa “negara republik Indonesia berdasarkan atas hukum

“(rechstaat)”, tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machstaat).

Cita-cita filsafat yang telah di rumuskan para pendiri kenegaraan dalam konsep “Indonesia adalah negara hukum”, mengandung arti, bahwa dalam hubungan antara hukum dan kekuasaan, bahwa kekuasaan tunduk pada hukum sebagai kunci kestabilan politik dalam masyarakat. Dalam negara hukum, hukum merupakan tiang utama dalam menggerakan sendi- sendi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Salah satu ciri utama dalam suatu negara hukum terletak pada kecendrungannya untuk menilai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan-peraturan hukum. Pembicaraan mengenai hukum selalu berkaitan dengan masalah penegakan hukum (law enforcement) dalam pengertian luas juga merupakan penegakan keadilan.

Apabila dikongkritkan lagi, akan terarah pada aparat penegak hukum, yaitu mereka yang secara langsung terlibat dalam pemerjuangkan penegakan hukum dan keadilan.

Aparat penegak hukum khusunya POLRI mengemban tugas yang luas, kompleks dan rumit. Mereka pun mempunyai posisi penting sebagai penegak hukum, mereka adalah komandan dalam melaksanakan amanat undang-undang menegakkan ketertiban, dan keamanan masyarakat.

(5)

Sebagai Aparat penegak hukum juga bertugas melindungi bangsa dan negara sebagai tercantum dalam Pembukaan Undang-undah Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tunpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahtraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdakaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. (demikian bunyi pembukaan Undang-undah dasar 1945 alinea pertama).

Untuk mencapai tujuan tersebut polisi bertugas menjaga kelangsungan pembangunan nasional dalam suasana aman, tentram, tertib dan dinamis baik dalam lingkungan nasional maupun dalam lingkungan internasional. Perlu ditingkatkan pengendalian terhadap hal hal yang dapat mengganggu stabilitas nasional antara lain terhadap penyalagunaan narkotika di lingkungan polres Lombok Tengah.

Anggota Polri yang melakukan tindak pidana narkotika tidak ada perbedaan atau batas-batas dalam penanganan kasus atau tindak pidana yang dilakukan anggota Polri mengingat UUD 1945 menyatakan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Artinya, semua orang diperlakukan sama di hadapan atau di depan hukum, kemudian didalam asas equality before the law dijelaskan bahwa semua orang diperlakukan sama di depan hukum tanpa terkecuali. Disamping itu didalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002

(6)

tentang Kepolisian pada PASAL 29 ayat 1 menjelaskan bahwa anggota Kepolisian Negara republik Indonesia tunduk pada peradilan umum.

Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi permasalahan adalah:1. Bagaimana penegakan hukum dilingkungan POLRI terhadap anggota POLRI pelaku tindak pidana narkotika?. 2. Bagaiamana Upaya Kepolisian Resor Lombok Tengah dalam lingkungannya untuk memberantas tindak pidana narkotika?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penegakan hukum dilingkungan POLRI terhadap anggota POLRI pelaku tindak pidana narkotika dan untuk mengetahui dan menganalisis Bagaiamana Upaya Kepolisian Resort Lombok Tengah dalam lingkungannya untuk memberantas tindak pidana narkotika.

Untuk menjawab rumusan permasalahan tersebut di atas digunakan jenis penelitian yaitu Pendekatan Perundang-undangan (statute approach), Pendekatan Konseptual (conceptual approach), Pendekatan Sosiologis (sosiological approach).1

1 Amiruddin dan H Zainal Asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Pesada, Depok Tahun 2018,hml 31

(7)

II. PEMBAHASAN

Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. (PASAL 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002. Guna tercapainya keadaan yang tertib dan aman dalam masyarakat, polisi harus melaksanakan tugas dan wewenangnya dengan baik.

Pengaturan tentang narkotika berdasarkan UU Narkotika, memiliki tujuan untuk menjamin kecukupannya guna untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kesehatan serta mencegah penyelewengan narkotika, dan memberantas penyaluran narkoba secara ilegal. Petugas penegak hukum yang bertugas untuk kasus tindak pidana terhadap penyalahgunaan narkotika adalah polisi, jaksa, hakim, dan petugas dari Lembaga Pemasyarakatan.” “Salah satu dari aparat penegak hokum diatas yaitu kepolisian sebagai petugas penyidik dalam melaksanakan penyelidikan sehingga harus bekerja keras untuk menemukan semua bukti yang cukup sehingga dapat dilengkapi oleh JPU pada saat kasus tersebut diadili di pengadilan.” Namun hal itu hanya tertulis dalam prakternya saja, realitanya hal tersebut tidak tercapai. Penyebabnya ada pada mental yang goyah oleh petugas penegak hukum.

(8)

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh data Jumlah Tindak pidana Narkotika diPolres Lombok Tengah dalam 3 tahun terakhir (tahun 2018 dan 2019 s/d Agustus 2020)

Sesuai data pada grafik diatas maka dapat diuraikan bahwa dari tahun 2018 sampai dengan 2020, Tindak Pidana Narkotika di Polres Lombok tengah semakin Menurun, dari tahun 2018 terdapat 6 kasus, tahun 2019 terdapat 4 kasus dan tahun 2020 dari januari sampai agustus belum ada kasus,hal ini dikarenakan tindakan Kapolres dalam menangani anggota polisi yang melakukan tindak pidana narkotika sangat tegas baik terhadap anggota yang belum terlibat maupun yang sudah terlibat.

Grafik Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dari Tahun 2018-2020

2018 2019 2020

(9)

A. Penegakan Hukum Di Lingkungan Polri Terhadap Anggota Polri Pelaku Tindak Pidana Narkotika

1. Penegakan hukum tindak pidana norkotika berdasarkan undang-undang kepolisian

Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika semakin meningkat dari tahun ke tahun. Telah banyak yang menjadi korban tanpa memandang umur dan status sosial. Ironisnya, penyalahgunaan dan peredaran Narkotika sudah merambah sampai kesemua kalangan menjadi korban. Tidak hanya masyarakat atau remaja biasa saja yang telah menjadi korban penyalahgunaan narkotika, bahkan aparat kepolisian yang notabene merupan penegak hukum yang seharunya memberantas peredaran gelap Narkotika justru melakukan tindak pidana narkotika.

Anggota polisi yang terjerat dalam tindak pidana selain diproses melalui peradilan umum, anggota polisi yang melakukan tindak pidana juga akan ada tambahan lain yaitu dari internal kepolisian sendiri yang berupa penegakan hukum melalui sidang kode etik yang diatur dalam Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Mengenai proses hukum yang dilalui oleh anggota kepolisian yang melakukan tindak pidana dapat diproses yaitu secara internal kepolisian.

(10)

Tindak pidana yang dilakukan oleh anggota poliri seperti penyalahgunaan narkotika dijatuhkan sanksi administratif maupun sanksi pidana. Terbukti bersalahnya ataupun tidaknya, oknum polisi tetap harus menjalankan persidangan dalam hal kode etik yang diatur didalam PERKAP Nomor 14 Tahun 2011. “aparat kepolisian yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang sudah melenceng dari peraturan mengenai kedisiplinan dan kode etik sesuai dengan yang terdapat dalam PASAL 5 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Jo. PASAL 6 dan PASAL 7 PERKAP Nomor 14 Tahun 2011, seluruh aparat kepolisian diharuskan untuk menjaaga tegakanya hukum dan juga melindungan kehormatan, reputasi serta martabat Polri”

Anggota Polri akan diberhentikan dengan tidak terhormat dari dinas kepolisian apabila memang dibuktikan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap berdasarkan pertimbangan dari pejabat-pejabat berwenang tidak bisa diberikan keringanan agar tetap bisa berada didalam dinas Polri. Pemberhentian tersebut dilaksanakan setelah melewati masa persidangan di Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dijelaskan didalam PASAL 12 ayat 2 PP Nomor 1 Tahun 2003. Jadi walaupun aparat kepolisian merupakan warga sipil, akantetapi tidak ada perbedaan dalam proses penjatuhan hukum pidana dengan masyarakat biasa karena anggota

(11)

Polri juga terikat pada aturan disiplin dan kode etik yang juga harus dipatuhi, serta tunduk pada peraturan perundang-undangan. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, seorang anggota kepolisian yang menyalahi kode etik kepolisian akan mendapatkan hukuman disiplin, berdasarkan PASAL 9 hukuman disiplin berupa :

a. Teguran tertulis

b. Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun c. Penundaan kenaikan gaji berkala

d. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun

e. Mutasi yang bersifat demosi f. Pembebasan dari jabatan

g. Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu) hari.

2. Penegakan Hukum Tindak Pidana Norkotika Berdasarkan Undang-Undang Narkotika

Terhadap anggota kepolisian yang terjerat tindak pidana narkotika tetap diberlakukan UU Narkotika, tidak ada perbedaan dalam proses peradilannya dan diperlakukan sama seperti masyarakat biasa. Anggota kepolisian yang terlibat tindak pidana dan sedang diproses di dalam pengadilan biasanya statusnya diberhentikan sementara dalam pekerjaannya dan bisa juga sampai dilakukan pemecatan apabila memang tidak dapat dipertahankan lagi dalam pekerjaannya. Oknum Polri yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang selain dijatuhkan sanksi pidana yang terdapat dalam UU

(12)

Narkotika, ikut turut dijatuhkan sanksi oleh instansi yang bersangkutan yang dinamakan sanksi admistratif. Sesuai PASAL 13 huruf b yang menjelaskan tentang tugas utama Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu menegakan hukum, seluruh aparat kepolisian diharuskan untuk menjalankan penyidikan dan penyelidikan terhadap semua bentuk tindak pidana. Apabila aparat kepolisan sendiri yang melanggar suatu ketentuan yang termasuk dalam tindak pidana maka hal tersebut tidak sesuai dengan tugas pokok dari polri, sebab polrilah yang seharusnya menjadi contoh warga negara Indonesia dalam menegakan hukum dan peraturan- peraturan yang berlaku. Hukum berlaku untuk siapapun yang melanggarnya tanpa terkecuali untuk aparat kepolisian sehingga selain dijatuhkan sanksi yang terdapat didalam UU Narkotika juga dijatuhkan sanksi administratif bagi aparat yang melanggar dari instansinya masing-masing.

Sejalan dengan ketentuan PASAL 10 KUHP, terdapat 4 (empat) jenis pidana dalam UU Narkotika, yaitu pidana mati, pidana penjara, denda, serta kurungan. Untuk itu, sepanjang tidak ditentukan lain dalam UU Narkotika maka aturan pemidanaan mengikuti ketentuan pemidanaan sesuai dengan KUHP. Sebaliknya apabila ditentukan tersendiri dalam UU Narkotika, maka diberlakukan aturan

(13)

pemidanaan sesuai UU Narkotika. Sebagai contoh yaitu ketentuan PASAL 148 yang berbunyi.2

“apabila putusan pidana denda sebagaimana diatur dalam undang- undang ini tidak dapat dibayar dan pelaku tindak pidana narkotika dan tindak pidana precursor narkotika, pelaku dijatuhi pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun sebagai pengganti pidana denda yang tidak dapat dibayar”

B. Upaya Kepolisian Resor Lombok Tengah Dalam Menangani Tindak Pidana Narkotika Dilingkungan Polres Lombok Tengah.

Upaya penegakan hukum tindak pidana norkotika dipolres lombok tengah dilakukan secaraPreemtif, Preventif dan represif

- Upaya Preemtif adalah upaya pembinaan serta memberikan

himbauan terhadap anggota Polri terkait tindak pidana norkotika.

- Upaya Preventif adalah suatu tindakan pengendalian sosial

yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan di masa mendatang terkait dengan penyalah gunaan Narkotika.

- Upaya represif adalah sebagai bentuk dari penegakan hukum

terhadap tindak pidana narkotika yang dilakukan polisi.

Penegakan hukum dilakukan secara represif oleh aparat penegak hukum, berupa penjatuhan sanksi oleh pelaku kejahatan,dalam hal ini dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan,

2A.R. Sujono dan Bony Daniel, “Komentar dan pembahasan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009” (Bandung: Alumni, 2012), hlm. 214.

(14)

pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Represif sebagai upaya penegakan hukum terhadap gangguan nyata atau ancaman faktual berupa penindakan, pemberantasan, penumpasan sasudah kejahatan terjadi atau pelanggaran hukum yang bertujuan untuk memberikan contoh sociallearning dan menimbulkan efekdeterence agar dapat mengantisipasi para pelaku mengulangi perbuatannya.

Penegak hukum yang diharapkan masyarakat tentunya mampu melakukan perlindungan dan penegakan hukum secara tegas dan proporsional. Menurut Sry Bagyo selaku Kasi Propam menjelaskan bahwa penegakan hukum pidana khususnya pada tindak pidana narkotika maka upaya penal yang digunakan dengan menitik beratkan pada sifat represif yaitu dengan cara pemberantasan dan penumpasan.karna dalam tindak pidana narkotika ini kitaperlu melakukan upaya pemberantasan dan penumpasan sesuai dengan hukum yang berlaku. Tidak menutup kemungkinan apabila ada anggota Polri yang terlibat dalam tindak pidana narkotika akan tetap diproses sesuai hukum3

Berdasarkan analisis bahwa penegakan hukum tindak pidana narkotika dilakukan dengan upaya penal, jika upaya non penal sudah tidak dapat dilakukan lagi. Upaya penal merupakan upaya yang bersifat reprensif yaitu dengan cara pemberantasan dan penumpasan sesuai dengan hukum yang berlaku. Tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh oknum polisi bernama Brigadir B yang bertugas di satuan Shabhara Polres Lombok Tengah jelas tidak dibenarkan, karena tidak sesuai fungsi kepolisian menurut PASAL 13 Undang- Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara.

3 Hasil Wawancara Dengan Sry Bagyo, Kasi Propam Polres Lombok Tengah

(15)

Berdasarkan paparan diatas bahwa penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana narkotika yang dilakukan polisi secara represif adalah menggunakan upaya hukum yakni pelaku tindak pidana narkotika harus diproses berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Penjatuhan sanksi pidana terhadap Polisi yang melakukan tindak pidana narkotika akan diadili dalam lingkungan peradila umum. penjatuhan saksi disiplin akan dilaksanakan dalam sidang kode etik. Pemeriksaan disiplin polri akan di tanggani oleh Kabid Propam sub bidang Provos, selajutnya penjatuhan sanksi dilaksanakan oleh Ankum yang berwenang.

Penjatuhan sanksi disiplin tidak akan menghapuskan sanksi pidana.

Selama proses penyidika anggota Polri tersebut diberhentikan dari jabatan dinas untuk sementara. Selama penyidika anggota Polri tersebut ditempatkan dalamruang tahanan khusus bagi anggota Polri.

Penuntutan terdakwa anggota polri dilakukan oleh Penuntut umum.

Pembinaan narapidana anggota Polri dilakukan di lembaga pemasyarakatan narkotika. Di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut tidak ada ruangan khusus bagi anggota Polri.

(16)

III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Penegakan hukum tindak pidana narkotika dilingkungan Polres Lombok Tengah dalam prosesnya dilaksanakan berdasarkan ketentuan Hukum Acara Pidana dalam rangka proses penyelidikan dan penyidikan sampai dengan penetapan tersangka dengan disangkakan berdasarkan Undang-undang Narkotika, tidak ada perbedaan dalam proses peradilannya dan diperlakukan sama seperti masyarakat biasa.

Anggota kepolisian yang terlibat tindak pidana dan sedang diproses di dalam pengadilan biasanya statusnya diberhentikan sementara dalam pekerjaannya dan bisa juga sampai dilakukan pemecatan apabila memang tidak dapat dipertahankan lagi dalam pekerjaannya. Oknum Polri yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang selain dijatuhkan sanksi pidana yang terdapat dalam UU Narkotika, ikut turut dijatuhkan sanksi admistratif oleh instansi Kepolisian.

2. Upaya kepolisian Resor Lombok Tengah dalam hal penegakan hukum pidana terhadap tindak pidana narkotika dilakukan secara preemtif, proventif dan represif. Tindakan Preemtif adalah pembinaan yang bertujuan agar anggota polisi memahami dan berlaku disiplin terhadap aturan yang ada. Penjatuhan sanksi pidana terhadap anggota kepolisian yang melakukan tindak pidana narkotika akan diadili dalam

(17)

lingkungan peradilan umum. Penjatuhan sanksi disiplin akan dilaksanakan dalam sidang kode etik. Penjatuhan sanksi dilaksanakan oleh Ankum yang berwenang. Preventif adalah tindakan yang dilakukan oleh Pimpinan Polri Polres Lombok Tengah untuk Mengontol serta melakukan pengecekan terhadap anggota Polri agar tidak terjadi suatu tindak kejahatan terutama penyalah gunaan Narkotika. Sedangkan represif adalah tindakan untuk memberantas kejahatan atau Penegakan Hukum di lingkungan Polres Lombok Tengah tehadap anggota pelaku tindak pidana narkotika.

Saran

Setelah mengkaji pembahasan beserta kesimpulan di atas, maka ada berapa hal yang ingin penyusun sampaikan sebagai saran sebagai berikut:

1. Kepada aparat penegak hukum agar senantiasa mengadakan pengawasan dan pemberantasan yang lebih intensip terhadap masuk dan beredarnya narkotika kemudian mengambil tindakan tegas dan menjatuhkan hukuman sesuai tuntutan Undang-undang.

2. Para anggota Polri untuk selalu aktif dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba dan selalu menyadari akan bahaya narkoba karena bisa menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

(18)

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Amiruddin dan H Zainal asikin,Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Pesada, Depok Tahun 2018

A.R. Sujono dan Bony Daniel, Komentar dan pembahasan Undang-Undang No.

35 Tahun 2009, Bandung: Alumni, 2012.

PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009. Tentang Narkotika.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara.

Gambar

Grafik Pelaku Tindak Pidana Narkotika Dari  Tahun 2018-2020

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data kuesioner tentang ganguan komunikasi akibat kebisingan suara dapat disimpulkan bahwa sebanyak 36,2 % lebih responden sering mengalami gangguan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-9 tersebut merupakan peningkatan yang cukup signifikan yang dapat mengindikasikan peningkatan.. ekonomi

respected and applied in connection with forest management rights, access to forest resources, sharing of benefits, etc. National Law No. - Approved ILO Convention 169 on

Dengan demikian realitas politik yang dialami oleh Indonesia pada perubahan rejim tampaknya sangat sulit bila dipahami dengan paradigma transisi yang cenderung

DAFTAR USUL PENYELENGGRAAN PROGRAM STUDI BARU PTAIN TAHUN 2010... PENGANTAR

Pengaturan hukum udara internasional terkait kewajiban para pihak untuk mengatur keselamatan penerbangan sipil yang menlewati wilayah udaranya adalah bahwa sesuai dengan

Dalam upaya mengembangkan keterampilan kewarganegaraan guru PPKn di MTs Al – Ikhlas Tanjung Bintang menyisipkan nilai-nilai keislaman kepada peserta didik melalui

Subjek penelitian adalah suatu hal yang dituju untuk melakukan penelitian dalam hal ini subjek penelitian yang akan dilakukan adalah peramalan curah hujan dengan