71 Penerapan Model Pembelajaran
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA POKOK BAHASAN HAMA, GULMA, DAN PENYAKIT TANAMAN DI KELAS VIII MTsS
ULEE TUTUE KABUPATEN ACEH UTARA
Oleh: Dedi Rosadi
Guru MIS Ulee Reuleung, Dewantara Email:
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya peningkatan hasil belajar, aktivitas guru dan siswa serta respon siswa melalui penerapan model pembelajaran problem posing pada pokok bahasan, hama, gulma, dan penyakit tanaman pada siswa kelas VIII MTsS Ulee Tutue Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa tes akhir tindakan setiap siklus, hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VIII2 yang berjumlah 20 siswa.
Analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil analisis data diperoleh nilai ketuntasan tes akhir tindakan siklus I belum berhasil, sehingga dibutuhkan pelaksanaan siklus II dan diperoleh data bahwa keberhasilan tes akhir tindakan siklus II adalah 85%, sehingga criteria keberhasilan pembelajaran sudah tercapai dengan peningkatan 15%. Respon siswa melalui penerapan model pembelajaran problem posing pada pokok bahasan hama, gulma dan penyakit tanaman positif, hal ini terlihat dari tingkat keaktifan dan kesulitan soal yang dibuat siswa. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII2 melalui penerapan model pembelajaran problem posing.
Kata kunci: hasil belajar, problem posing, hama, gulma, penyakit tanaman
Abstract
The purpose of this research is to know the effort of improving the learning result, the activity of teacher and student and student response through
Dedi Rosadi 72 applying of problem posing model in subject matter, pest, weed, and plant diseases at grade VIII student of MTsS Ulee Tutue North Aceh regency. This research is a qualitative research, with Classroom Action Research type (PTK). This research was conducted in two cycles. The data collected in this research is in the form of the final test of each cycle action, the observation result of teacher and student activity. The data source of this research is the students of class VIII2 which amounted to 20 students. Data analysis using percentage formula. The result of data analysis obtained by the final test value of the first cycle action has not succeeded, so it needs implementation of cycle II and obtained the data that the success of the final test of action cycle II is 85%, so the criteria of success of learning has been achieved with 15% increase. Student response through applying learning problem posing model on the subject of pests, weeds and positive plant diseases, this can be seen from the level of liveliness and difficulty of the problems made by students. It can be concluded that there is an increase in student learning outcomes of class VIII2 through the application of problem posing learning model.
Keywords: learning outcomes, problem posing, pests, weeds, plant diseases
A. Pendahuluan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi pada tahun 2013-2014 menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kurang optimal. Hal ini terlihat dengan nilai biologi materi hama, gulma, dan penyakit tanaman pada tahun pelajaran 2012-2013 dimana nilai terendah yang diperoleh siswa 4,50 sedangkan nilai tertinggi yaitu 8,00. Dengan nilai rata-rata yang didapatkan siswa 5,50 sedangkan asumsi KKM yang ditetapkan sekolah untuk pelajaran biologi yaitu 6,50. Selain itu, persentase ketuntasan siswa belajar pada materi tersebut juga masih rendah yaitu hanya 60% siswa yang tuntas dan 40% tidak tuntas.
Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar biologi siswa kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (PBM). Penyebabnya adalah model pembelajaran yang digunakan masih dengan metode ceramah dimana dalam model pembelajaran tersebut guru saja yang terlihat aktif sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat dan dibagian terakhir siswa diberi
73 Penerapan Model Pembelajaran
kesempatan untuk bertanya. Akibat dari kegiatan pembelajaran tersebut sehingga menjadikan siswa malas untuk belajar.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang salah satunya dikenal dengan metode problem posing. Melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Penerapan model pembelajaran problem posing untuk mata pelajaran biologi di MTsS Ulee Tutue diharapkan lebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi secara berkelompok. Selain itu, siswa dapat lebih mudah menyerap materi pelajaran, serta kematangan pemahaman terhadap materi pelajaran.
Kelebihan pembelajaran dengan dengan metode problem posing dibandingkan metode lainnya yaitu karena kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut keaktifan siswa, minat siswa dalam pembelajaran biologi lebih besar dan siswa lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri sehingga dengan membuat soal dapat menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dan memunculkan ide yang kreatif.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian sebagai berikut:
“Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Hama, Gulma, dan Penyakit Tanaman di Kelas VIII MTsS Ulee Tutue Kabupaten Aceh Utara”.
B. LANDASAN TEORITIS 1. Hakikat Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya (Sardiman, 2001). Oemar Hamalik (2001), menjelaskan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau
Dedi Rosadi 74 tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengamati.
Menurut Fudyartanto (2002), belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya. Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2000).
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang. Rasullullah SAW, menyatakan dalam salah satu hadistnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat, para ahli jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, seperti membiasakan tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olahraga, membiasakan agar jangan meludah ditempat umum, jangan membelakangi dimana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah, menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi adik-adik yang berumur di bawahnya (Yamin, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.
2. Model Pembelajaran Problem Posing
Problem posing merupakan istilah bahasa inggris, sebagai padanan katanya digunakan istilah “ pembentukan soal” selanjutnya arti dari pembentukan soal adalah membuat/menyusun atau mengerjakan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau setelah pemecahan masalah (Suyanto & Sutinah, 2002).
Selanjutnya Silver (dalam Hajar, 2001) menjelaskan problem posing memiliki beberapa pengertian. Pertama, problem posing adalah pengajuan soal sederhana atau perumusan ulang suatu soal yang ada dengan beberapa
75 Penerapan Model Pembelajaran
perubahan agar lebih sederhana dan dapat dipahami dalam rangka menyelesaikan soal yang rumit. Kedua, perumusan soal yang berkaitan dengan syarta-syarat pada soal-soal yang telah diselesaikan dalam rangka mencari alternatif penyelesaian atau alternatif soal yang masih relevan.
Sedangkan pengertian yang ketiga, perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik yang dilakukan sebelum atau ketika atau sesudah menyelesaikan suatu soal.
Model pembelajaran problem posing dikembangkan tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan pada awalnya diterapkan pada mata pelajaran matematika. Selanjutnya pendekatan pembelajaran ini dikembangkan pada mata pelajaran yang lain. Menurut Suyitno dan Sutinah, (2004) pembelajaran problem posing diaplikasikan dalam tiga bentuk aktifitas kognitif yaitu ;
a. Presolution posing, yaitu peserta didik membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru.
b. Within Solution posing yaitu peserta didik memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan dari guru.
c. Post solution posing yaitu peserta didik membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru.
Berdasarkan penjelasan diatas, pendekatan problem posing pada prinsipnya adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui pelajaran soal (berlatih soal secara sendiri).
Menurut J. Riberu dalam Rooijokker (2006) dalam problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari bermacam-macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a. Penyadaran masalah
Pada awal pengajaran kita berusaha agar peserta didik sadar adanya suatu masalah. Oleh karena itu kita perlu melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini dapat ditempuh dengan jalan: 1).
Mengemukakan beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu
Dedi Rosadi 76 masalah, 2) Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat peserta didik.
b. Analisa masalah
Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka peserta didik dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut, yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.
c. Perumusan masalah
Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu tentang suatu masalah. Oleh sebab itu ia lebih mampu merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.
d. Pemecahan masalah
Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta didik dirangsang untuk mencari pemecahan yang sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang paling tepat kekuatan,kelemahan serta kemungkinan penyelesaianya.
e. Perumusan pemecahan masalah
Sesudah alternatif pemecahan masalah dipilih, peserta didik dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Posing
Pendekatan problem posing merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pembentukan masalah (soal). Artinya melalui membuat dan menyelesaikan soal secara mandiri siswa dapat menguasai materi yang diajarkan. Menurut Hajar (2001) pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem posing biasanya diawali dengan penyampain teori atau konsep. Penyampaian materi biasanya biasanya menggunakan metode ekspositori. Setelah itu pemberian contoh soal dan pembahasannya. Selanjutnya memberikan contoh, pemberian contoh bagaimana membuat masalah dari masalah yang ada dan menjawabnya.
Kemudian siswa diminta belajar dengan problem posing. Mereka diberi kesempatan belajar individu atau kelompok. Setelah memberikan contoh membuat masalah dari situasi yang tersedia, siswa tidak perlu lagi diberikan
77 Penerapan Model Pembelajaran
contoh. Penjelasan kembali contoh, bagaimana cara mengajukan soal dan menjawabnya bisa dilakukan, jika sangat diperlukan.
Penilaian dapat dilakukan dengan cara siswa mengajukan soal yang sejenis atau setara dengan soal yang telah dibahas. Melalui tugas membuat soal yang setara dengan soal yang sudah ada, kita mengetahui bagaimana siswa mengganti variabel - variabel lalu mencari variabel yang ditanyakan.
Bagi siswa yang mempunyai daya nalar diatas rata-rata, mereka akan tertantang untuk membuat tambahan informasi dari informasi yang disediakan. Sehingga pertanyaan yang diajukan memiliki jawaban yang lebih kompleks. Sedangkan bagi anak yang mempunyai kemampuan biasa, akan memberikan kemudahan untuk membuat soal dengan tingkat kesukaran sesuai dengan kemampuannya (Hajar, 2001).
Berdasarkan penjelasan diatas, langkah-langkah pembelajaran problem posing dapat diigambarkan sebagai berikut.
a. Memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran
Sebelum memulai pelajaran guru harus memotivasi siswa untuk belajar. Motivasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik itu dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan atau mendemonstrasi didepan kelas. Dengan kegiatan ini ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk mempelajari materi yang akan diajarkan.
Selanjutnya guru menyampaikan apa tujuan mempelajari materi tersebut.
b. Penyampaian Materi
Guru menyajikan materi pelajaran kepada siswa. Penyajian materi dapat dilakukan dengan menggunkan metode ekspositori.
Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan. Karena dengan penggunaan media siswa akan lebih cepat memahami materi yang disajikan.
c. Memberikan contoh soal
Guru memberikan contoh-contoh soal yang berhubungan dengan materi yang diajarkan. Contoh-contoh soal yang diberikan mewakili semua materi yang dibahas. Setiap contoh soal yang diberikan dilengkapi dengan pembahasan. Selanjutnya guru menjelaskan
Dedi Rosadi 78 bagaimana membuat masalah atau soal berdasarkan soal yang telah diberikan.
d. Pembentukan masalah (problem posing)
Guru membimbing siswa untuk membuat masalah (soal) dari masalah yang telah diberikan oleh guru. Kemudian masing-masing siswa diminta untuk menjawab/menyelesaikan permasalah yang telah dibuat. Kegiatan ini juga dimungkinkan untuk dikerjakan secara berkelompok. Selanjutnya secara acak siswa-siswa diminta menyajikan dan menyelesaikan permasalahan kedepan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan peserta didik secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh peserta didik. Berikutnya guru merefleksi soal-soal yang sudah dibuat oleh siswa dan memberikan informasi lebih lanjut tentang soal-soal yang dibuat oleh siswa.
e. Evaluasi
Guru mengadakan evaluasi dan memberikan soal-soal untuk dikerjakan dirumah.
4. Pokok Bahasan Hama, Gulma, dan Penyakit Tanaman 1) Hama
“Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan merugikan tanaman yang diusahakan manusia” (Pracaya, 2003: 5). “Hama tanaman sering disebut ‘serangga hama’ (pest) atau dalam dunia pertanian dikenal sebagai ‘musuh petani’” (Rukmana, 2002:14). Para ahli pertanian membuat beberapa versi pengertian (definisi) hama tanaman, diantaranya sebagai berikut:
1. Organisme “jahat” yang mempunyai kemampuan untuk merusak, mengganggu, atau merugikan organisme lainnya (inang);
2. Organisme yang “memusuhi” (merugikan) kesejahteraan manusia;
3. Setiap spesies organisme yang dalam jumlah besar tidak kita kehendaki kehadirannya;
4. Organisme yang merugikan dari segi pandangan manusia;
5. Organisme hidup yang merupakan saingan kita dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pakaian, ata menyerang kita secara langsung.
79 Penerapan Model Pembelajaran
Berdasarkan pernyataan (pendapat) di atas, hama tanaman dalam arti luas adalah semua organisme atau binatang yang karena aktivitas hidupnya merusak tanaman sehingga menimbulkan kerugian ekonomi bagi manusia.
Ada beberapa golongan hama yang biasanya menyerang tanaman budidaya yaitu: golongan Serangga, golongan Mamalia, golongan Binatang Lunak, dan golongan Aves (Burung).
Seluruh ataupun sebagian tanaman yang terserang hama dapat mengalami penurunan fungsi atau bahkan tidak berfungsi sama sekali proses metabolisme (fisiologis) pada tubuh tanaman tersebut, sehingga pertumbuhannya tidak normal dan bahkan berakhir dengan kematian tanaman. Beberapa contoh akibat serangan hama pada tanaman adalah sebagai berikut (Rukmana, 2002):
a. Serangan hama pada bagian akar tanaman menyebabkan proses penyerapan unsur hara, air, dan lain-lain terganggu.
b. Serangan hama pada bagian batang atau cabang dan rangitng menyebabkan pengangkutan (transportasi) zat makanan terganggu atau terhenti sama sekali sehingga tanaman menjadi layu atau mati.
c. Serangan hama pada bagian daun dapat menyebabkan proses fotosintesis terganggu (terhambat).
d. Serangan hama pada bagian buah atau biji dapat menyebabkan buah rusak ataupun bijinya hampa.
Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama dapat merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang menyerang tanaman ada beraneka ragam, misalnya wereng, gangsir, tikus, ulat tanah, lalat buah, walang sangit, dan kutu. Contoh hewan yang termasuk hama antara lain sebagai berikut.
1. Wereng
Wereng adalah sejenis kepik yang menyerang tumbuhan dan menyebabkan daun dan batang menjadi berlubang-lubang. Jika serangannya parah maka daun akan menguning, kering, dan akhirnya mati. Wereng dapat dikendalikan secara kimiawi, misalnya dengan penyemprotan menggunakan insektisida.
Dedi Rosadi 80 2. Gangsir
Gangsir merupakan binatang yang sering menyerang tanaman yang masih muda, misalnya tanaman yang baru dipindah dari persemaian. Gigitan gangsir menyebabkan tanaman mati karena batangnya putus atau patah.
Potongan pangkal batang itu biasanya tidak dimakan tapi hanya diputus.
Serangan gangsir biasanya terjadi pada malam hari.mPencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan tidak menanam bibit yang terlalu muda karena disukai gangsir. Adapun pengendalian terhadap gangsir dapat dilakukan dengan menyiram larutan insektisida pada liang gangsir kemudian ditutup dengan tanah.
2. Lalat buah
Lalat buah biasanya menyerang tanaman pada waktu musim hujan.
Lalat betina menusuk buah-buahan dengan alat peletak telur untuk memasukkan telurnya ke dalam daging buah. Telur akan menetas dan menjadi belatung yang memakan buah tersebut sehingga buah akan busuk dan rusak
4. Walang sangit
Walang sangit merupakan serangga hama tanaman padi. Setiap kali bertelur, serangga betina dapat menghasilkan 100–200 butir telur. Telur- telur tersebut diletakkan pada daun bendera tanaman padi. Telur yang telah menetas akan menjadi nimfa yang berwarna hijau dan berangsur-angsur menjadi coklat. Nimfa dan imago menyerang buah padi yang sedang matang susu dengan cara menghisap cairan buah sehingga menyebabkan buah menjadi hampa.
2) Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Gulma dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu : teki- tekian, rumput-rumputan, dan gulma daun lebar (Anonim, 2008). Ketiga kelompok gulma memiliki karakteristik tersendiri yang memerlukan strategi khusus untuk mengendalikannya.
Gulma adalah tanaman pengganggu tanaman budi daya. Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, secara
81 Penerapan Model Pembelajaran
keseluruhan kerugian yang ditimbulkan sangat besar. Gulma mampu berkompetisi kuat dengan tanaman budi daya untuk memenuhi kebutuhan unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan ruang tumbuh. Contoh tumbuhan yang termasuk gulma, yaitu rumput teki, tanaman paku-pakuan, dan enceng gondok.
3) Penyakit Tanaman
“Tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh atau sebagian organ-organ tanaman yang menyebabkan terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari. Secara singkat penyakit tanaman adalah penyimpangan dari keadaan normal” (Pracaya, 2003: 320). Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal jika tanaman tersebut dapat menjalankan fungsi-fungsi fisiologis dengan baik, sepertipembelahan dan perkembangan sel, pengisapan air dan zat hara, fotosintesis dan lain-lain. Gangguan pada proses fisiologis atau fungsi-fungsi tanaman dapat menimbulkan penyakit.
Rahmat Rukmana dan Sugandi Saputra (2005: 11) menyatakan, Penyakit tanaman adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan normal, cukup jelas menimbulkan gejala yang dapat dilihat, menurunkan kualitas atau nilai ekonomis, dan merupakan akibat interaksi yang cukup lama.
Tanaman sakit adalah suatu keaadaan proses hidup tanaman yang menyimpang dari keadaan normal dan menimbulkan kerusakan. Makna kerusakan tanaman adalah setiap perubahan pada tanaman yang menyebabkan menurunya kuantitas dan kualitas hasil.
Penyakit pada tanaman budidaya biasanya disebabkan oleh Cendawan, Bakteri, Virus dan faktor lingkungan (iklim, tanah, dan lain- lain). Cendawan dapat juga disebut jamur. Cendawan adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunya klorofil. Cendawan tidak mempunyai batang, daun, akar, dan sistem pembuluh seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Bakteri adalah salah satu jenis mahluk kecil (organisme) yang sebagian besar termasuk saprofit (numpang hidup di dalam tubuh mahluk lain, tidak merugikan dan menguntungkan mahluk lain tersebut).
Dedi Rosadi 82 Virus adalah pathogen obligat (hanya hidup dan berkembang biak dalam organisme hidup). Ukuran virus amat kecil (submikroskopik) dan terdiri atas komposisi kimia, yaitu protein dan nucleic acid. Virus bersifat parasitic dan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pada semua bentuk organisme hidup. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan biasanya diakibatkan oleh ketidaksesuaian kondisi lingkungan tempat tanaman tumbuh dengan kondisi lingkungan yang menjadi habitat asli tanaman, sehingga tanaman tumbuh tidak sehat atau tidak normal. Gejala penyakit akibat faktor lingkungan biasanya mirip dengan gejala penyakit akibat dari mahluk hidup, perbedaannya adalah penyakit akibat faktor lingkungan tidak menular (Rukmana, 2005).
Penyakit tanaman yang merupakan suatu penyimpangan atau abnormalitas tanaman amat beragam bentuknya, misalnya keriput daun, kuning pucat, bercak-bercak coklat dan busuk. Akibatnya, tanaman tidak mampu melakukan proses fotosintesis secara maksimal. Gangguan tersebut menyebabkan gangguan ekonomis, berupa penurunan kuantitas dan kualitas hasil. Semua bagian tanaman berpotensi diserang penyakit sehingga tanaman tersebut sakit. Tangkai bunga atau buah berubah warna dari hijau menjadi kuning, bahkan diikuti dengan terjadinya gugur bunga atau buah.
Akar tanaman kubis-kubisan (Cruciferae) yang membengkak dan berbintil- bintil mirip “gada” sehingga tidak mampu menghisal air dan unsure hara merupakan pertanda diserang penyakit akar bengkak. Berbagai contoh penyakit tanaman antara lain sebagai berikut.
a. CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)
CVPD adalah penyakit yang merusak pembuluh tapis batang tanaman jeruk. Penyakit CVPD disebabkan oleh virus.
b. TMV (Tobacco Mozaic Virus)
TMV adalah virus mosaik yang menyerang tanaman tembakau. Daun tanaman tembakau yang terserang virus mosaik menjadi berwarna belang hijau muda sampai hijau tua. Ukuran daun menjadi relatif lebih kecil dibandingkan dengan ukuran daun normal. Apabila tanaman muda terserang virus ini, pertumbuhan tanaman terhambat dan akhirnya kerdil.
83 Penerapan Model Pembelajaran
c. Penyakit bulai
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman jagung. Penyebabnya adalah jamur dengan penyebaran menggunakan spora yang diterbangkan oleh angin.
d. Penyakit virus belang
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman kedelai. Penyebabnya adalah virus dengan penyebaran melalui perantaraan angin.
e. Penyakit kerdil rumput
Penyakit ini biasanya menyerang tanaman padi. Penyebabnya virus dengan penyebaran melalui perantaraan hama wereng. Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan jalan mengendalikan hewan perantaranya, yaitu wereng. Cara pengendalian tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Menanam padi yang tahan terhadap hama wereng (VUTW).
2. Memutuskan daur perkembangbiakan wereng.
3. Menanam padi secara serentak dalam areal yang luas dengan jenis padi yang ditanam sama.
4. Membunuh wereng secara langsung menggunakan insektisida dengan dosis yang tepat.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Rustam dan Mundilarto (2004) PTK memiliki karakteristik yaitu masalah berawal dari guru, tujuannya memperbaiki pembelajaran, metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penelitian,dan fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran serta guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.
Dedi Rosadi 84 Adapun tahapan PTK dapat dilihat pada gambar berikut:
Persiapan Data Awal
Perencanaan
Tindakan
Observasi Refleksi
Perencanaan Ulang
Tindakan Refleksi
Refleksi
85 Penerapan Model Pembelajaran
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mulai perencanaan, pelaksanaan, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan refleksi ternyata pembelajaran dengan problem posing mendapat tanggapan positif dari siswa. Selain itu pembelajaran yang digunakan mampu menumbuhkan minat belajar sehingga mereka lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu juga ditemukan bahwa pemahaman siswa kelas VIII2 MtsS Ulee Tutue Aceh Utara telah mengalami peningkatan pada pokok bahasan hama, guma, dan penyakit tanaman setelah diterapkan pembelaran dengan model problem posing.
Pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal tes awal masih kurang, untuk itulah pemberian tindakan dilakukan lewat pembelajaran dengan pembelajaran problem posing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hama, gulma, dan penyakit tananam. Pemberian tindakan ini belum memberikan hasil yang memuaskan, hal ini terlihat pada tes akhir siklus I dimana persentase hasil tes belum mencapai kriteria yang ditetapkan , yaitu 70% siswa telah mencapai skor >60. Namun kriteria proses telah mencapai hasil yang baik, dimana persentase rata-rata hasil observasi kegiatan guru adalah 93,63% sedangkan skor persentase rata-rata hasil observasi siswa adalah 84,54%.
Setelah dilaksanakan siklus II persentase hasil tes telah mengalami peningkatan yaitu 80% siswa telah mencapai skor 60 sehingga kriteria hasil telah mencapai kriteria yang ditetapkan. Sedangkan kriteria proses pada siklus II adalah baik, dimana persentase rata-rata hasil observasi kegiatan guru adalah 93,63% sedangkan persentase hasil observasi kegiatan siswa adalah 91,81%. Meningkatnya pemahaman siswa disebabkan siswa sudah dapat membuat soal dalam kelompok belajarnya.
E. PENUTUP 1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Pembelaran problem posing pada pokok bahasan hama, gulma, dan
Dedi Rosadi 86 penyakit tanaman pada siswa kelas VIII MTsS Ulee Tutue telah mengalami peningkatan yang diharapkan peniliti, hal ini terlihat dari hasil nilai yang diperoleh siswa.
2. Aktifitas guru menjadi lebih baik, teratur dan terencana, demikian juga dengan siswa setelah penerapan model pembelajaran dengan problem posing yang melibatkan siswa secara langsung dengan pemberian LKS membuat siswa sangat antusias dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa sudah bisa bekerja sama dalam menyelasikan soal-soal.
3. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran problem posing yang diterapkan pada materi hama, gulma, dan penyakit tanaman adalah posistif karena siswa senang dalam mengikuti pelajaran tersebut.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah disebutkan diatas, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Guru biologi dapat menerapkan pembelajaran model problem posing pada materi hama, gulma, dan penyakit tanaman.
2. Diharapkan guru mata pelajaran biologi untuk dapat menerapkan pembelajaran tersebut pada materi-materi biologi yang lain, karena upaya tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa.
3. Pada pembelajaran ini guru perlu menggali pengetahuan yang dimiliki oleh siswa untuk dapat merancang dan mengimplementasikan rencana pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswa.
4. Bagi guru yang menerapkan pembelajaran problem posing disarankan melakukan pengaturan waktu yang tepat dalam pelaksanaannya.
5. Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian pembelajaran dengan model problem posing untuk melakukannya pada materi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, S.B. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fudyartanto. (2002). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
87 Penerapan Model Pembelajaran
Hajar. (2001). Problem Posing (Belajar dari Masalah Membuat Masalah).
http://h4j4r.multiply.com/journal/item/7. Diakses 17 Juni 2013.
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.
Pracaya. (2003). Hama Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya: Depok.
Rooijokker, A. (2006). Mengajar dengan Sukses Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pelajaran. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Rukmana, R. (2002). Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.
Yogyakarta: Kanisius.
Rustam dan Mundilarto. (2004). Penelitian dan Tindakan Kelas. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, Ditjen Dikti.
Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung: Raja Grafindo Persada.
Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2002). Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana
Yamin, M. (2006). Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada press.