• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan dan faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim: studi kasus di desa Purwasari, kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan dan faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim: studi kasus di desa Purwasari, kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor1"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN

DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI

TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor

FENNY KURNIAWATI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

RINGKASAN

FENNY KURNIAWATI. Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus: Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Bogor). Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT

Perubahan iklim yang terjadi akan berdampak negatif pada sektor pertanian di wilayah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor yang memiliki potensi pada sektor pertanian tanaman pangan berupa padi dan ubi jalar. Persepsi petani terhadap perubahan iklim berbeda-beda. Adaptasi yang dilakukan oleh petani melalui perubahan pola tanam akan menyebabkan perubahan pendapatan yang dihasilkan.

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani dan faktor-faktor yang menentukan seorang petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Tujuan penelitian ini yaitu: (1) mengkaji persepsi petani mengenai perubahan iklim, (2) mengkaji strategi adaptasi petani terhadap perubahan iklim (3) menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan input dan pendapatan petani akibat perubahan iklim dan (4) mengidentifikasi faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim.

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan selama lima bulan. Khusus untuk pngambilan data primer dilakukan pada bulan Maret-April 2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan petani melalui kuesioner, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutan Kabupaten Bogor, BMKG Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, BPS Kabupaten Bogor, dan studi literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis persepsi, strategi adaptasi dan dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dan penggunaan input. Estimasi perubahan pendapatan petani dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, sedangkan faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam adaptasi petani terhadap perubahan iklim diidentifikasi menggunakan regresi logistik. Pengolahan data dilakukan menggunakan komputer dengan program Microsoft Excel 2007 dan software Minitab 14.

(3)

5 responden, sedangkan responden yang merubah pola tanam dari padi-padi menjadi ubi jalar-ubi jalar adalah sebanyak 3 responden. Dampak dari adanya perubahan iklim menyebabkan hasil produksi dan pendapatan yang dihasilkan oleh petani mengalami penurunan. Variabel yang signifikan dalam faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim adalah pemahaman petani terhadap perubahan iklim dengan nilai P sebesar 0,032 pada taraf nyata lima persen (5%). Pemahaman yang kurang yang dimiliki oleh petani mengenai perubahan iklim, cenderung untuk tidak melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Jika pemahaman petani mengenai perubahan iklim tersebut ditingkatkan, maka peluang untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim semakin besar.

(4)

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU ADAPTASI PETANI

TERHADAP PERUBAHAN IKLIM:

Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

FENNY KURNIAWATI

H44070077

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Dampak Perubahan Iklim terhadap

Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim

Studi Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor adalah

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Fenny Kurniawati

(6)

Judul Skripsi : Dampak Perubahan Iklim terhadap Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

Nama : Fenny Kurniawati

NRP : H44070077

Menyetujui

Pembimbing,

Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec

NIP. 19631227198811 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen,

Dr.Ir. Aceng Hidayat, MT

NIP. 19660717199203 1 003

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moril

maupun materil. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ayahanda (Bapak Sutardi) dan ibunda (Ibu Nursoimah), kakak dan adik

tercinta (Rini Rahmawati dan Fajriana Salasati) yang selalu memberikan kasih

sayang, doa, semangat, dan dukungan yang tiada hentinya.

2. Bapak Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing yang telah

bersedia memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta perhatiannya yang

sangat berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Pini Wijayanti, SP, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu

memberikan bimbingan dan motivasi selama kuliah di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan.

4. Bapak Dr.Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama dan Bapak

Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah

memberikan saran, kritik dan masukan, sehingga penulis dapat memperbaiki

karya ini.

5. Teman-teman satu bimbingan (Nurul Fadillah, Resti Ariesta, Syifa Azizah,

Maeda Niella, dan Riony Rihardika Purnama) yang telah memberikan banyak

saran, motivasi dan semangat untuk terus maju.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan ESL 44: Nurul Fadillah, Rizky Amelia, Syifa

Azizah, Fachrunnisa, Resti Ariesta F, Chichi Rizky, Ratih Trianita, Raisa, dan

Norita Vibryanto yang selalu memberikan motivasi, pengalaman dan arti

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Dampak Perubahan Iklim terhadap

Pendapatan dan Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan

Iklim”. Skripsi ini disusun sebagai syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Harapan penulis semoga dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2011

(9)

DAFTAR ISI

(10)
(11)

6.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ... 46

6.2.1 Adaptasi Petani terhadap perubahan Iklim Melalui Pola Tanam ... 47

6.2.1.1. Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar ... 49

6.2.1.2. Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim pada Pola Tanam Padi-Padi ... 50

6.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Penggunaan Input dan Pendapatan Petani ... 51

6.3.1 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input ……… 51

6.3.2 Analisis Pendapatan Usahatani akibat Perubahan Iklim 53

6.3.2.1. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar ... 55

6.3.2.2 Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi ... 58

6.4. Identifikasi Faktor-Faktor Penentu Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim ... 61

6.4.1 Variabel yang Signifikan ... 63

6.4.2 Variabel yang Tidak Signifikan ... 64

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

7.1 Kesimpulan ... 65

7.2 Saran ... 66

VIII. DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Area Panen dan Produksi Padi Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 ... 3

2. Luas Area Panen dan Produksi Ubi Jalar Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 ... 3

3. Perubahan Pola Tanam pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ... 5

4. Perubahan Pola Tanam Sebagai Dampak Perubahan Iklim ... 15

5. Matriks Metode Analisis Data ... 27

6. Jumlah Angkatan Kerja di Desa Purwasari Tahun 2010 ... 37

7. Kondisi Pola Tanam Padi-Ubi Jalar Tahun 20098 dan 2009 ... 48

8. Kondisi Pola Tanam Padi-Padi Tahun 2008 dan 2009 ... 48

9. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Padi Tahun 2008 dan Tahun 2009 ... 52

10. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar Tahun 2008 dan Tahun 2009 ... 52

11. Pendapatan Responden yang tidak Merubah Pola Tanam ... 56

12. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam ... 57

13. Perbandingan Pendapatan Petani ……….. 58

14. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Padi-Ubi Jalar) ... 59

15. Pendapatan Responden yang Merubah Pola Tanam (Ubi Jalar-Ubi Jalar) ... 60

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Curah Hujan Tahunan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten

Bogor Tahun 2001-2010 ………... 6

2. Kerangka Pemikiran ... 24

3. Peta Desa Purwasari ... 36

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 39

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan . 39 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan. 40 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bertani ... 40

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 70

2. Tabulasi Karakteristik Responden di Desa Purwasari,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ……… 76

3. Tabulasi Persepsi Responden terhadap Perubahan Iklim di Desa

Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2010 . 77

4. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar

(Tidak Merubah Pola Tanam) ……… 78

5. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Ubi Jalar

(Merubah Pola Tanam menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) ………….... 79

6. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi

(Merubah Pola Tanam menjadi Padi-Ubi Jalar) ……… 80

7. Analisis Pendapatan Usahatani pada Pola Tanam Padi-Padi

(Merubah PolaTanam menjadi Ubi Jalar-Ubi Jalar) ……… 81

(15)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim merupakan isu global yang disebabkan karena adanya

perubahan pada parameter iklim seperti suhu, curah hujan, kelembaban udara,

angin, kondisi awan, presipitasi maupun radiasi matahari (Aliadi et al. 2008).

Salah satu indikator dari perubahan iklim yang terjadi adalah kejadian pemanasan

global (Handoko et al. 2008). Pemanasan global ditandai dengan adanya

peningkatan suhu bumi yang disebabkan karena meningkatnya emisi Gas Rumah

Kaca (GRK) dalam atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia. Emisi Gas Rumah

Kaca itu sendiri diantaranya yaitu, karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan

nitrous oksida (N2O) yang bersifat menahan radiasi inframerah yang dipancarkan

oleh bumi di atmosfer, sehingga menyebabkan suhu bumi mengalami peningkatan

(Gintings, 2003).

Dampak dari adanya perubahan iklim khususnya parameter iklim yaitu

suhu udara dan curah hujan akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan

global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan

keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit

tanaman dan manusia. Kajian Intergovernmental Panel on Climate Change,

organisasi yang dibentuk tahun 1988 oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO)

dan Program Lingkungan PBB (UNEP), memperkirakan Indonesia akan

mengalami kenaikan suhu 1-4 derajat celsius pada tahun 2050. Kenaikan suhu ini

akan mempengaruhi dan menurunkan produksi pangan.1

1

(16)

Berbagai penelitian dan pemodelan terhadap produksi pertanian dan

perubahan iklim menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif

terhadap produksi pertanian. Adanya perubahan iklim yang terjadi maka dapat

menyebabkan aktivitas pertanian menjadi terganggu (Handoko et al. 2008).

Padahal sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang

cukup besar dan menjadi sektor penting terutama bagi masyarakat miskin.

Data yang berasal dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor

menunjukkan bahwa luas areal panen dan produksi padi di Kecamatan Dramaga

tahun 2006-2010 cenderung fluktuatif. Tahun 2007, luas areal panen padi

mengalami penurunan yaitu sebesar 0,29%, sedangkan produksi mengalami

peningkatan yaitu mencapai 6,68%. Tahun 2008, luas areal panen mengalami

penurunan yaitu sebesar 0,65%, sedangkan produksi mengalami peningkatan yaitu

mencapai 5,91%. Luas areal panen dan produksi padi menurun cukup drastis pada

tahun 2009 yaitu sebesar 6,31% dan 3,66%, karena pada tahun ini terjadi

penurunan curah hujan El Nino di wilayah Indonesia. Tahun 2010, luas areal

panen dan produksi justru mengalami peningkatan yaitu sebesar 10,38% dan

(17)

Tabel 1. Luas Areal Panen dan Produksi Padi Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

Tahun Luas Areal Panen Produksi Ha % Ton %

2006 1.391 - 7.125 -

2007 1.387 -0,29 7.601 6,68

2008 1.378 -0,65 8.050 5,91

2009 1.291 -6,31 7.755 -3,66

2010 1.425 10,38 9.875,2 27,34

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2011)

Data luas areal panen dan produksi ubi jalar di Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor pada tahun 2006-2010 cenderung fluktuatif. Tahun 2007

menunjukkan bahwa luas areal panen mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,7%

sedangkan produksi menurun sebesar 9,61%. Tahun 2008 terjadi peningkatan luas

area panen dan produksi yang cukup besar yaitu sebesar 35,71% dan 33,33%.

Luas areal panen dan produksi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2010

mengalami peningkatan. Luas area dan produksi ubi jalar dapat dilihat pada Tabel

2.

Tabel 2. Luas Area Panen dan Produksi Ubi Jalar Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010

Tahun Luas Areal Panen Produksi

Ha % Ton %

2006 135 - 2.257 -

2007 140 3,70 2.040 -9,61

2008 190 35,71 2.720 33,33

2009 230 21,05 3.308 21,62

2010 271 17,8 4.173,4 26,1

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang berpotensi untuk

dikembangkan sektor pertanian tanaman pangan berupa padi dan palawija berupa

ubi jalar. Salah satu wilayah yang memiliki potensi padi dan ubi jalar tersebut

adalah Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sektor pertanian

sangat dipengaruhi oleh iklim. Perubahan iklim yang terjadi yang ditandai dengan

penurunan curah hujan pada tahun 2009 dan peningkatan suhu selama lima tahun

terakhir di wilayah Kabupaten Bogor akan berdampak pada penggunaan input,

produktivitas (hasil panen) pertanian dan pendapatan petani.

Desa Purwasari merupakan salah satu wilayah yang terkena dampak

perubahan iklim. Hasil produksi pertanian petani pada tahun 2009 mengalami

penurunan akibat dari adanya serangan hama merah yang menyerang komoditas

padi mereka. Serangan hama yang timbul dikarenakan perubahan iklim yang

terjadi karena siklus hidup suatu hama sangat dipengaruhi oleh faktor iklim.

Perubahan iklim yang terjadi menyebabkan beberapa petani melakukan adaptasi

terhadap perubahan iklim. Adaptasi yang dilakukan oleh petani di Desa Purwasari

yaitu dengan melakukan perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-palawija

menjadi palawija dan padi-padi menjadi padi-palawija dan

(19)

Tabel 3. Perubahan Pola Tanam pada Tahun 2008 dan Tahun 2009 di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

Tahun Pola Tanam I Pola Tanam II

2008 Padi-Palawija Padi-Padi

2009 Palawija-Palawija Padi-Palawija atau Palawija-Palawija

Sumber : Data primer (diolah), 2011

Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor menunjukkan

bahwa rata-rata produktivitas padi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

pada tahun 2000-2005 produktivitas padi sebesar 5,20 ton/ha/tahun sedangkan

pada tahun 2006-2010 produktivitas padi mengalami peningkatan yaitu sebesar

5,87 ton/ha/tahun. Produktivitas palawija yaitu ubi jalar di Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor pada tahun 1999-2004 sebesar 15,48 ton/ha/tahun dan

mengalami penurunan pada tahun 2005-2009 yaitu sebesar 14,94 ton/ha/tahun.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan Kepala Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, pada tahun

2009 telah terjadi penurunan curah hujan (El Nino). Data yang berasal dari Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor

menunjukkan bahwa curah hujan tahunan pada tahun 2009 mengalami penurunan

curah hujan, sedangkan curah hujan pada tahun 2008 mendekati keadaan normal.

Kondisi curah hujan normal Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

adalah sebesar 3.930,4 mm/tahun. Penurunan curah hujan terjadi pada tahun 2009

yaitu sebesar 3.497,8 mm. Grafik Curah hujan tahunan pada tahun 2001-2010

(20)

3683.7

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor

Gambar 1. Curah Hujan Tahunan (mm) Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Tahun 2001-2010

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG), trend suhu wilayah Kabupaten Bogor mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan data rata-rata temperatur tahunan di Kabupaten Bogor selama

lima tahun terakhir telah mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,218 0C.

Persepsi petani mengenai perubahan iklim perlu diketahui, karena

pengetahuan dan pemahaman petani terhadap perubahan iklim bervariasi.

Menganalisis strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor dalam rangka melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim

dan sebagai upaya dalam merumuskan kebijakan pemerintah mengenai strategi

atau langkah-langkah adaptasi yang harus dilakukan oleh petani akibat perubahan

iklim. Analisis mengenai sejauh mana dampak perubahan iklim terhadap hasil

produksi atau output (padi dan palawija berupa ubi jalar) dan penggunaan input

perlu dilakukan. Estimasi perubahan pendapatan petani perlu dilakukan untuk

mengetahui seberapa besar dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani

yang melakukan adaptasi dengan petani yang tidak melakukan adaptasi.

(21)

perubahan iklim perlu dilakukan dalam rangka merumuskan kebijakan yang tepat

dalam kegiatan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi petani mengenai perubahan iklim?

2. Bagaimana strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi

perubahan iklim?

3. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan

input dan seberapa besar perubahan pendapatan petani akibat perubahan

iklim?

4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi

terhadap perubahan iklim?

1.3. Tujuan

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Menganalisis persepsi petani mengenai perubahan iklim.

2. Menganalisis strategi adaptasi petani dalam menghadapi perubahan iklim yang

terjadi di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

3. Menganalisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi, penggunaan

input dan mengestimasi perubahan pendapatan petani akibat perubahan iklim.

4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi

(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi dasar pertimbangan bagi Pemerintah Kabupaten Bogor untuk

menentukan kebijakan dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim

terhadap sektor pertanian tanaman pangan.

2. Bagi peneliti dan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

rujukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor yang merupakan wilayah yang memiliki potensi pada sektor

tanaman pangan yaitu komoditas padi dan ubi jalar. Pokok bahasan penelitian ini

adalah mengkaji dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani dan

faktor-faktor yang menentukan adaptasi petani terhadap perubahan iklim di Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim

Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0C. Pola konsumsi energi dan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada

tahun 2100 konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman

industri, yaitu sekitar 580 ppm. Berbagai model sirkulasi global memperkirakan

peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5 0C. Peningkatan yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan

global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan

keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit

tanaman dan manusia.

Studi yang dilakukan oleh Handoko et al. (2008) dampak sosio-ekonomi

akibat perubahan iklim diantaranya yaitu :

1. Penurunan produksi dan produktivitas

2. Penurunan pangsa GDP sektor pertanian

3. Fluktuasi harga produk pertanian di pasar dunia

4. Perubahan distribusi geografis dari rezim perdagangan

5. Peningkatan jumlah penduduk yang berisiko kelaparan dan ketidakamanan

pangan

Secara tidak langsung pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan

produksi pangan dunia, misalnya terjadi melalui peningkatan area dan produksi

bio-fuel (konversi dari lahan pangan), yang mengakibatkan kenaikan harga bahan pangan karena area yang dialokasikan ke bahan pangan mengalami

(24)

karena variabilitas hasil akan menyebabkan variabilitas supply (penawaran),

maka perdagangan internasional sering digunakan sebagai alat untuk mengatasi

variabilitas penawaran ini. Dampak perubahan iklim terhadap perdagangan

dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) total produksi pertanian di dalam negeri, (2)

Keseimbangan antara produk yang diekspor dan yang dipasarkan di dalam

negeri, dan (3) struktur produksi pertanian itu sendiri.

Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan (2009) menyatakan bahwa

produktivitas pertanian di daerah tropis diperkirakan akan mengalami penurunan

bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara 1-2 0C sehingga meningkatkan risiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir

diperkirakan akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal, terutama

pada sektor penyediaan pangan di daerah subtropis dan tropis. Terjadinya

perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang dan cenderung

kering dengan trend hujan makin turun sehingga menyebabkan gagal panen, krisis

air bersih dan kebakaran hutan. Pola musim mulai tidak beraturan sejak 1991 yang

mengganggu swasembada pangan nasional hingga kini tergantung impor pangan.

Terjadinya pergeseran musim dan perubahan pola hujan, akibatnya Indonesia

harus mengimpor beras.

Dampak perubahan iklim akan diperparah oleh masalah lingkungan,

kependudukan, dan kemiskinan, karena lingkungan rusak, alam akan lebih rapuh

terhadap perubahan iklim. Dampak terhadap penataan ruang dapat terjadi antara

lain apabila penyimpangan iklim berupa curah hujan yang cukup tinggi, memicu

(25)

berupa banjir dan tanah longsor. Daerah rawan bencana menjadi perhatian

perencanaan dalam mengalokasikan pemanfaatan ruang.

2.1. 1 Konsep Perubahan Iklim

Iklim adalah rata-rata jangka panjang dari kondisi atmosfer (cuaca) di

suatu tempat. Secara singkat iklim dapat dikatakan sebagai rata-rata dari cuaca.

Cuaca suatu daerah akan berfluktuasi dalam rentang waktu detik sampai harian.

Nilai rataan dari kondisi unsur-unsur cuaca pada jangka panjang merupakan

gambaran dari kondisi iklim daerah tersebut. Kemajuan teknologi informasi,

mmperkirakan perubahan iklim disebabkan oleh perubahan komposisi atmosfer

atau faktor-faktor lainnya, secara umum, relatif dapat dilakukan (Handoko et al.

2008).

Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara

dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang

panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial). Perubahan iklim tersebut

disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan

dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Kegiatan manusia yang

dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK

di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan

nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan

suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi

pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi

gelombang-panjang yang bersifat panas. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan

(26)

Secara umum, perubahan iklim akan membawa perubahan pada

parameter-parameter cuaca, yaitu temperatur, curah hujan, tekanan, kelembaban

udara, laju serta arah angin, kondisi awan, dan radiasi matahari (Aliadi et al.

2008). Peningkatan suhu yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga

akan menimbulkan perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es

di kutub, distribusi vegetasi alami, dan keanekaragaman hayati. Daerah tropis atau

lintang rendah akan terpengaruh dalam hal produktivitas tanaman, distribusi hama

dan penyakit tanaman dan manusia. Peningkatan suhu pada gilirannya akan

mengubah pola distribusi dan curah hujan. Kecenderungannya adalah bahwa

daerah kering akan menjadi makin kering dan daerah basah menjadi semakin

basah sehingga kelestarian sumberdaya air akan terganggu (Salim, 2003).

2.2 Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim

Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif

dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya

infrastruktur dan lain-lain melalui (a) reinventarisasi dan redelineasi potensi dan

karakterisasi sumberdaya lahan dan air, (b) penyesuaian dan pengembangan

infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi

dan potensi sumberdaya air, (c) penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis,

terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah

(Las, 2007).

Adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan suatu proses yang

masyarakat memiliki kemampuan dari dalam dirinya sendiri dalam menghadapi

ketidakpastian iklim di masa mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat

(27)

negatif dari perubahan iklim dengan melakukan penyesuaian dan perubahan

secara tepat pada aktivitas mereka. Hal ini dapat berupa penyesuaian teknologi

hingga perubahan tingkah laku individual, seperti perubahan jenis tanaman ketika

ketersediaan air mulai menipis.

Menurut World Bank, 2008 dalam Handoko et al. (2008), adaptasi merupakan suatu proses dimana masyarakat membuat dirinya menjadi lebih baik

menghadapi ketidakpastian hasil panen di masa mendatang. Adaptasi perubahan

iklim merupakan suatu upaya yang benar untuk mengurangi dampak negatif

dengan melakukan suatu penyesuaian atau perubahan. Beberapa pilihan untuk

melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim diantaranya peningkatan sistem

teknologi seperti meningkatkan keamanan laut atau melindungi kawasan

pemukiman di sekitar pesisir pantai, merubah pola pikir seseorang untuk

melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim, mengurangi penggunaan air pada

saat terjadi kekeringan, dan menggunakan insektsida pembasmi hama. Upaya

perbaikan sistem informasi mengenai kondisi iklim yang terjadi di suatu wilayah

perlu dilakukan dalam rangka memperkuat perencanaan dan koordinasi,

melakukan investasi pada pengembangan teknologi dan menciptakan sistem

keuangan yang efektif dalam upaya antisipasi perubahan iklim.

Adaptasi terhadap perubahan iklim bersifat multidimensi dan

menggabungkan berbagai komponen yang ada seperti peningkatan kesadaran

terhadap perubahan iklim, pengaturan yang harus diprioritaskan, perencanaan

yang tepat terhadap adaptasi perubahan iklim, pengembangan penelitian dan

(28)

adaptasi yang dilakukan memerlukan kerjasama antar individu, komunitas dan

pemerintah.

Faktor-faktor yang menyebabkan tingkat adaptasi sistem produksi

tanaman pangan nasional terhadap kejadian iklim ekstrim masih rendah antara

lain (i) lokasi perluasan areal umumnya pada wilayah yang rawan kejadian iklim

ekstrim sebagai salah satu akibat dari rendahnya kemampuan dalam

memanfaatkan informasi iklim, (ii) masih lemahnya kemampuan peramalan

musim, dan rendahnya kemampuan pengguna dalam memanfaatkan hasil ramalan,

(iii) belum berkembangnya teknologi antisipasi atau rendahnya tingkat adopsi

petani dalam memanfaatkan teknologi antisipasi (Gintings et al. 2003).

Literatur studi sebelumnya menunjukkan bahwa studi mengenai dampak

perubahan iklim terhadap sektor pertanian telah banyak dilakukan oleh para

peneliti, studi mengenai analisis perubahan pendapatan petani berdasarkan sistem

pola tanam dan faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan adaptasi

terhadap perubahan iklim belum dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor. Oleh karena itu penelitian ini menjadi penting untuk

dilakukan.

2.2.1 Perubahan Pola Tanam sebagai Upaya Adaptasi terhadap Perubahan Iklim

Salah satu dampak dari fenomena perubahan iklim adalah kejadian

perubahan pola curah hujan. Perubahan pola hujan ini dapat menyebabkan

perubahan waktu musim hujan dan kemarau yang dalam bidang pertanian dapat

menimbulkan pergeseran waktu tanam serta perubahan pola tanam pertanian.

Studi yang telah dilakukan oleh Handoko et al. (2008) menyatakan bahwa

(29)

petani. Secara umum dua provinsi di Jawa (Jawa Barat dan Jawa Timur) yang

pasokan airnya lebih tersedia, memiliki intensitas tanam yang lebih tinggi

dibandingkan empat provinsi lainnya di luar Jawa, namun di Jawa Barat dan Jawa

Timur telah terjadi perubahan pola tanam yang sebelumnya padi-padi-padi

menjadi padi-padi-palawija. Sebaliknya pola tanam tidak mengalami perubahan

sama sekali di empat provinsi luar Jawa, walaupun mereka merasakan ada

perubahan iklim, yakni penurunan muka air tanah dan curah hujan. Mereka

seluruhnya tetap mengusahakan lahannya hanya untuk dua kali tanam per tahun

berupa padi-padi atau padi-palawija. Perubahan pola tanam sebagai dampak

perubahan iklim dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perubahan Pola Tanam sebagai Dampak Perubahan Iklim

Provinsi Pola Tanam

5 Tahun Lalu Sekarang

Jawa Barat Padi-Padi-Padi Padi-Padi-Palawija Jawa Timur Padi-Padi-Padi Padi-Palawija-Padi

Sulawesi Utara dan Gorontalo Padi-Padi Padi-Padi Sulawesi Selatan Padi-Palawija Padi-Palawija

Sumatera Utara Padi-padi Padi-Padi

Sumber : Handoko et al. (2008)

2.3 Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi, Input dan Pendapatan Petani

FAO Committee on Food Security, Report of 31st Session (2005) dalam Handoko et al mengungkapkan bahwa 11% dari lahan pertanian di negara-negara

berkembang dipengaruhi oleh perubahan iklim, yang dampaknya telah

mempengaruhi produksi bahan pangan biji-bijian di 65 negara dan telah

mengakibatkan 16% penurunan GDP. Warren et al. (2006) dalam Handoko et al. (2008) memprediksi bahwa peningkatan suhu sebesar 3 0C akan menimbulkan

(30)

penduduknya memiliki resiko kekurangan pangan. Oleh karena itu, dampak

adanya perubahan iklim akan mempengaruhi hasil produksi (output) dan

penggunaan input, sehingga akan mempengaruhi pendapatan petani. Studi yang

dilakukan oleh Handoko et al. (2008) mengungkapkan bahwa secara temporal

akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan dan penurunan

curah hujan pada musim kemarau di beberapa wilayah. Ini yang dirasakan oleh

banyak petani di sebagian besar wilayah yang di survey dalam rangka verifikasi

lapang, dan hal tersebut berpotensi menjadi bencana banjir serta bencana

kekeringan yang dapat mengganggu produksi pangan strategis.

Sektor pertanian akan terpengaruh melalui penurunan produktivitas

pangan yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas serealia, penurunan areal yang

dapat diirigasi dan penurunan efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama

dan penyakit. Beberapa tempat di negara maju (lintang tinggi) peningkatan

konsentrasi CO2 akan meningkatkan produktivitas karena asimilasi meningkat,

tetapi di daerah tropis yang sebagian besar negara berkembang, peningkatan

asimilasi tersebut tidak signifikan dibanding respirasi yang juga meningkat.

Secara keseluruhan jika adaptasi tidak dilakukan, dunia akan mengalami

penurunan produksi pangan hingga 7 persen, namun dengan adaptasi yang

tingkatnya lanjut, artinya biayanya tinggi, produksi pangan dapat distabilkan.

Artinya bahwa stabilisasi produksi pangan pada iklim yang berubah akan

memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan sarana irigasi,

pemberian input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan.

Negara Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat

(31)

dipertahankan. Jika sistem irigasi tidak mengalami perbaikan produksi padi akan

mengalami penurunan hingga 4,4 persen.

2.4 Penelitian Terdahulu

Handoko et al. (2008) melakukan studi mengenai keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis. Hasil penelitian ini mengungkapkan sepuluh

skenario perubahan iklim dan program adaptasi pertanian yang dikembangkan

bertujuan untuk menganalisis proyeksi surplus (defisit) pangan strategis yang

akan terjadi hingga tahun 2050. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor perubahan

suhu udara memiliki potensi dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan

faktor perubahan curah hujan dalam mempengaruhi surplus (defisit) pangan

Indonesia.

Penelitian mengenai dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani

padi telah dilakukan oleh Asikin (2010). Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode persamaan simultan. Selain itu, adanya keterbatasan petani

dalam memahami perubahan iklim dan keterbatasan informasi dan teknologi

sehingga menyebabkan adaptasi yang dilakukan oleh petani menjadi terbatas.

Hasil dari penelitian Asikin adalah dampak dari adanya perubahan iklim

menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan petani sebesar 0,91%. Mayoritas

petani hanya mampu beradaptasi dengan cara merubah waktu penanaman.

Mayangsari (2010) melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap

tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di Pelabuhan Ratu, Kabupaten

Sukabumi. Estimasi perubahan kesejahteraan nelayan dilakukan dengan

menggunakan nilai tukar nelayan (NTN). Berdasarkan perhitungan Nilai Tukar

(32)

kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di tahun 2009. Rata-rata NTN untuk

nelayan perahu motor tempel berubah dari 1,53 di tahun 2008 menjadi 0,89 di

tahun 2009 yang berarti rata-rata penerimaan nelayan perahu motor tempel sudah

tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Syahbana (2010) mengenai analisis

dampak perubahan iklim lokal terhadap kesejahteraan petambak udang,

Kabupaten Bekasi. Metode yang digunakan untuk mengukur perubahan

kesejahteraan petambak dilakukan dengan menggunakan Nilai Tukar Nelayan

(NTN). Perubahan iklim yang terjadi di wilayah yang diteliti menyebabkan gagal

panen dan kerugian bagi para petambak udang. Penurunan produktivitas yang

terjadi menyebabkan penurunan volume produksi udang 25-50% dan peningkatan

total biaya produksi sebesar 201,01%, yaitu meningkat dari Rp 203.700.000,

menjadi Rp 409.600.000 akibat adanya perubahan iklim. NTPU turun dari 1,74

tahun 1999 menjadi 1,16 pada tahun 2010 atau mengalami penurunan sebesar

33,58%. Perubahan iklim telah mendorong para petambak udang melakukan

adaptasi. Bentuk adaptasi yang dilakukan adalah berhenti sejenak untuk

bertambak, merubah waktu panen udang, membuat atau meninggikan tanggul

untuk menahan banjir, dan menanam mangrove di sekitar tambak.

Osmaleli (2010) melakukan penelitian mengenai analisis dampak

perubahan iklim lokal dan kesejahteraan nelayan, Kecamatan Labuan, Kabupaten

Pandeglang, Propinsi Banten. Dampak perubahan iklim lokal yang terjadi ditandai

dengan perubahan musim yang tidak menentu, musim barat dan timur yang sulit

diprediksi oleh nelayan. Perubahan iklim global saat ini belum berpengaruh

(33)

dan suhu lokal hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan

dengan peningkatan suhu rata-rata bumi selama 150 tahun yang mengindikasikan

peningkatan suhu di Indonesia. Daya dukung lingkungan sebesar 32.044 orang,

nilai EF sebesar 1,8715 ha/kapita dan biocapacity (BC) hanya tersedia sebesar

1,1382 ha/kapita. Hasil ini memperlihatkan bahwa BC/EF (defisit sumberdaya

alam) di Labuan. Kondisi daya dukung ekologis dan lingkungan Labuan tersebut

dapat diartikan dalam status rendah (daya dukung rendah). Kesejahteraan nelayan

berdasarkan daya dukung lingkungan dan nilai tukar nelayan, masyarakat di

(34)

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teorotis

3.1.1 Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim

Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

mengungkapkan bahwa perlu tiga dimensi dalam melakukan adaptasi : (1) untuk

menstabilkan produksi pertanian, yakni dengan melakukan penyesuaian terhadap

praktek-praktek pertanian, pola tanam, jenis benih, penggunaan pupuk dan

pestisida, dan lainnya, (2) untuk mempertahankan tingkat pendapatan dengan

menemukan sumber-sumber pendapatan dari luar pertanian, dan (3) untuk

meminimalkan dampak kerusakan. Studi yang dilakukan oleh Handoko et al.

(2008) mengungkapkan bahwa adaptasi perubahan iklim dapat diklasifikasikan ke

dalam delapan kelompok upaya (effort), yaitu:

1. peningkatan produksi melalui peningkatan luas area tanam,

2. peningkatan produktivitas (hasil) pertanian,

3. melakukan diversifikasi pangan, khususnya untuk bahan pangan utama beras,

4. perencanaan waktu dan pola tanam

5. intensifikasi lahan,

6. konservasi sumberdaya lahan dan air,

7. peningkatan pemahaman petani akan pertanian dan variabilitas iklim bagi

pertanian, dan

8. pengembangan pasar

Menurut Handoko et al. (2008), adaptasi pertanian yang dapat dilakukan antara lain: peningkatan luas areal tanam, meningkatkan produktivitas makanan,

(35)

tahun. Aspek terpenting dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim

adalah bagaimana menemukan cara-cara adaptasi yang membutuhkan biaya

terendah sehingga dapat membantu masyarakat khususnya masyarakat miskin

dalam melakukan adaptasi yang dibutuhkan.

3.1.2 Dampak Perubahan Iklim terhadap Output, Input dan Pendapatan Petani

Penelitian dan pemodelan yang dilakukan terhadap produksi pertanian dan

perubahan iklim menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak negatif

terhadap produksi pertanian. Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten

Bogor menunjukkan bahwa produktivitas ubi jalar Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor pada tahun 1999-2004 sebesar 15,48 ton/hektar/tahun,

sedangkan pada tahun 2005-2009 produktivitas ubi jalar sebesar 15,02 ton/hektar.

Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan produktivitas ubi jalar sebesar

0,46 ton/hektar yang diduga karena dampak dari adanya perubahan iklim.

Perubahan iklim yang terjadi diduga menyebabkan terjadinya penurunan

produktivitas tanaman pangan akibat bumi yang mengalami peningkatan suhu dan

curah hujan yang tidak menentu, karena sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh

kedua unsur tersebut. Penurunan produktivitas akan menyebabkan penurunan

pendapatan petani.

Perhitungan perubahan pendapatan akibat perubahan iklim dapat dihitung

dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani. Analisis pendapatan

usahatani merupakan analisis pendapatan yang berguna untuk mengukur apakah

kegiatan usahatani pada saat ini berhasil atau tidak (Soeharjo dan Patong, 1973).

Perhitungan pendapatan petani dapat dilakukan, setelah mengetahui sistem pola

(36)

merubah pola tanam dan petani yang tidak melakukan adaptasi (tidak merubah

pola tanam) akan menghasilkan pendapatan yang berbeda. Perhitungan

pendapatan petani dalam penelitian ini dianalisis berdasarkan pendapatan yang

dihasilkan pada tahun 2009 yaitu tahun terjadinya perubahan iklim yang ditandai

dengan adanya penurunan curah hujan dan pendapatan petani pada tahun 2008

yaitu tahun kondisi iklim mendekati keadaan normal (cenderung bersifat normal).

Hasil perhitungan pendapatan akan dibandingkan antara kedua tahun tersebut.

Perubahan pendapatan didapatkan dari perhitungan selisih antara penerimaan

petani dengan pengeluaran petani tiap tahunnya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Desa Purwasari yang merupakan wilayah yang memiliki potensi dalam

sektor pertanian tanaman pangan mengalami penurunan hasil produksi berupa

padi dan ubi jalar. Penurunan produksi tersebut dikarenakan serangan hama yang

timbul akibat perubahan iklim yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, sehingga

pendapatan petani akan mengalami penurunan. Adaptasi terhadap perubahan iklim

perlu dilakukan dalam mengurangi resiko dalam kegiatan usahatani petani.

Sebelum melakukan adaptasi, perlu diketahui persepsi petani terhadap perubahan

iklim.

Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari analisis persepsi petani

terhadap perubahan iklim, kemudian dilanjutkan dengan strategi adaptasi yang

dilakukan oleh petani dalam mengatasi perubahan iklim, selanjutnya menganalisis

dampak perubahan iklim terhadap output, input dan perubahan pendapatan petani

(37)

untuk mengetahui sejauh mana perubahan iklim berpengaruh terhadap pendapatan

petani.

Tahap akhir yaitu mengidentifikasi faktor-faktor penentu adaptasi petani

terhadap perubahan iklim. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka

(38)

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Potensi komoditas padi dan ubi jalar di Kecamatan Dramaga, Kabupaten

Bogor

Perubahan iklim akan mempengaruhi sektor

pertanian

Peningkatan suhu Penurunan curah hujan

(39)

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

dengan pertimbangan bahwa Desa Purwasari merupakan wilayah yang memiliki

potensi sektor tanaman pangan yaitu padi dan ubi jalar. Penelitian dilakukan

selama empat bulan. Khusus untuk pengambilan data primer dilakukan pada

Bulan Maret-April 2011.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Kepala Badan

Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor dan

wawancara dengan bantuan kuesioner kepada petani di Desa Purwasari,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Data primer yang diperoleh melalui

kuesioner terhadap petani yaitu, mengenai persepsi petani terhadap perubahan

iklim, strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani akibat perubahan iklim, hasil

produksi, harga output dan input selama dua tahun. Data sekunder merupakan data

pendukung yang diperoleh melalui berbagai sumber diantaranya, Dinas Pertanian

dan Kehutanan, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Stasiun

Klimatologi Dramaga Bogor, Badan Pusat Statisitik (BPS) Kabupaten Bogor, dan

berbagai studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder

meliputi data produksi tanaman pangan, luas areal panen, produktivitas tanaman

(40)

4.3 Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive, yaitu pengambilan responden yang ditemui di lokasi secara disengaja dengan persyaratan yang dikehendaki, yaitu sesuai dengan kriteria yang sesuai

dengan penelitian. Menurut Mardalis (2004), purposive sampel adalah cara

memperoleh sampel yang dilakukan dengan cara sengaja dan dengan

menggunakan perencanaan tertentu. Responden diambil sebanyak 37 orang.

Pengambilan contoh ini bertujuan agar contoh yang diambil mewakili seluruh

petani yang terdapat di Desa Purwasari dan responden yang dipilih adalah

responden yang melakukan kegiatan usahatani dengan menanam komoditas yaitu,

padi dan palawija berupa ubi jalar. Responden yang terpilih, diwawancarai

berdasarkan pertanyaan dalam kuesioner yang telah disiapkan.

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Data yang didapatkan dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan

kuantitatif. Metode prosedur analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini

dapat dijelaskan dalam Tabel 5. Pengambilan sampel dilakukan di Desa

(41)

Tabel 5. Matriks Metode Analisis Data

4.4.1 Analisis Persepsi dan Adaptasi Petani terhadap Perubahan Iklim dan Dampak Perubahan Iklim terhadap Hasil Produksi dan Penggunaan Input

Hasan (2009) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan bentuk

analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang

didasarkan atas satu sampel. Analisis deskriprif ini dilakukan melalui pengujian

hipotesis deskriptif. Hasil analisisnya adalah apakah hipotesis penelitian dapat

digeneralisasikan atau tidak. Jika hipotesis nol (Ho) diterima, berarti hasil

penelitian dapat digeneralisasikan. Analisis deskriptif ini menggunakan satu

variabel atau lebih tapi bersifat mandiri, oleh karena itu analisis ini tidak

berbentuk perbandingan.

No. Tujuan Penelitian Sumber Data Metode Analisis Data

1. Menganalisis persepsi petani mengenai Microsoft Excel 2007 2. 3. Menganalisis dampak

(42)

Analisis persepsi dan adaptasi petani dilakukan untuk mengetahui

pengetahuan atau informasi mengenai perubahan iklim yang didapatkan oleh

petani, seberapa jauh masyarakat menyadari akan adanya perubahan iklim,

strategi petani dalam menghadapi perubahan iklim yang terjadi, ketepatan petani

dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim, upaya-upaya yang dapat

dilakukan dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Analisis ini dilakukan

melalui wawancara kepada petani dengan menggunakan kuesioner. Hasil

kuesioner akan diolah menggunakan diagram untuk mempermudah dalam

melakukan analisis.

Analisis dampak perubahan iklim terhadap hasil produksi dilakukan untuk

membandingkan hasil produksi yang diperoleh sebelum terjadi perubahan iklim

(kondisi normal) dan setelah terjadi perubahan iklim. Berbagai penelitian dan

pemodelan terhadap produksi pertanian menunjukkan bahwa perubahan iklim

memiliki dampak negatif terhadap produksi pertanian (Handoko et al. 2008).

4.4.2 Estimasi Perubahan Pendapatan Petani Akibat Perubahan Iklim

Estimasi perubahan pendapatan petani akibat perubahan iklim dihitung

menggunakan analisis pendapatan usahatani. Perubahan pendapatan petani

dihitung berdasarkan data produksi tanaman pangan responden selama periode

dua tahun yaitu tahun 2008 dan 2009. Data primer pada tahun 2008 merupakan

proyeksi dari data yang diambil di lapang pada kondisi tahun 2010, karena kondisi

iklim pada tahun 2008 dan 2010 berada pada kondisi iklim mendekati normal. Hal

ini dilakukan karena analisis pendapatan usahatani lebih akurat dan tepat jika

dilakukan pada peiode satu atau dua tahun terakhir. Perubahan pendapatan akan

(43)

tanam yang biasanya dilakukan oleh petani, kemudian dibandingkan dengan

perubahan pendapatan responden yang merubah pola tanam atau responden yang

tidak merubah pola tanam.

4.4.3 Analisis Pendapatan Usahatani

Soekartawi (2003) menyatakan bahwa pendapatan usahatani adalah

selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Analisis

pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor

produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu (a)

menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (b) menggambarkan

keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Bagi seorang petani,

analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan

usahanya berhasil atau tidak berhasil pada saat ini. Analisis pendapatan usahatani

memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Rumus pendapatan petani

adalah sebagai berikut :

Π = ………... (4.1)

Keterangan :

: Harga output (Rp)

: Jumlah output tanaman yang dihasilkan pada musim tanam tertentu (ton)

: Harga input (Rp)

(44)

Penerimaan atau nilai produksi merupakan perkalian antara produksi yang

diperoleh dengan harga jual. Jenis tanaman yang diusahakan dalam penelitian ini

adalah padi dan ubi jalar. Rumus total penerimaan adalah sebagai berikut:

TR = ... (4.2)

Keterangan:

: Harga output (Rp)

: Jumlah output tanaman yang dihasilkan pada musim tanam tertentu (ton)

Total biaya merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani

dengan satuan rupiah. Rumus total biaya adalah sebagai berikut :

TC =T FC + TVC ... (4.3)

Keterangan :

TC : Total biaya (Rp)

TVC : Biaya variabel, yaitu biaya yang digunakan untuk membeli atau menyediakan bahan baku yang habis dalam satu kali produksi (Rp) TFC : Biaya tetap, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang tidak

bergantung kepada besarnya produksi (Rp)

TVC = ……….. (4.4)

Keterangan:

: Harga input (Rp)

: Jumlah input j yang digunakan pada tanaman i

(45)

Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim

menggunakan pendekatan model regresi logistik. Model logit diturunkan

berdasarkan fungsi peluang logistik kumulatif yang dispesifikasikan sebagai

berikut (Juanda, 2009):

Pi = F(Zi) = F (α + βXi) = = ... (4.5)

Dimana:

Pi = peluang individu untuk mengambil keputusan

α = intersep

β = koefisien regresi Xi = variabel bebas

e = bilangan dasar logaritma natural (e = 2,718)

Dengan menggunakan aljabar biasa, persamaan (4.5) dapat ditunjukkan menjadi :

(1 + e –zi)Pi = 1, maka : e-zi =

e

-zi

=

...(4.5)

Jika persamaan (4.4) ditransformasi dengan logaritma natural, maka :

Zi = ...(4.6)

Atau dari persamaan (4.5) menjadi :

(46)

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi petani melakukan adaptasi

terhadap perubahan iklim adalah tingkat pendidikan, lama bertani, luas area,

pemahaman petani terhadap perubahan iklim. Berdasarkan faktor-faktor yang

diduga mempengaruhinya, maka model logit dapat dijabarkan sebagai berikut :

= Zi = β0 + β1TPDK + β2LBTI + β3LARA + β4PPTI ...(4.8)

Dimana:

Pi = peluang kesediaan petani melakukan adaptasi perubahan iklim

1-Pi = peluang ketidaksediaan petani melakukan adaptasi perubahan iklim

Zi = keputusan petani

β0 = intersep

β1 = parameter peubah Xi

TPDK = tingkat pendidikan LBTI = lama bertani

LARA = luas area panen (ha)

PPTI = pemahaman petani terhadap perubahan iklim

Hipotesis dari faktor yang diduga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk

melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Pendidikan Formal Petani (TPDK)

Tingkat pendidikan formal petani diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi

tingkat pendidikan petani, maka semakin mudah untuk melakukan adaptasi,

karena pendidikan berkorelasi positif terhadap tingkat pengetahuan.

2. Lama Bertani (LBTI)

Lama bertani diharapkan bernilai positif. Semakin lama bertani, maka semakin

banyak pengalaman petani dalam melakukan usahatani, sehingga akan lebih

besar kecenderungan petani untuk melakukan adaptasi terhadap perubahan

iklim.

(47)

Luas area diharapkan bernilai positif. Semakin tinggi luas area, maka semakin

tinggi pula pendapatan yang akan didapatkan, asumsi variabel yang lain

dianggap konstan (cateris paribus), sehingga petani akan lebih mudah untuk

melakukan adaptasi untuk meningkatkan pendapatan mereka.

4. Pemahaman Petani terhadap Perubahan Iklim (PPTI)

Pemahaman petani terhadap perubahan iklim diharapkan positif. Semakin

tinggi pemahaman petani terhadap perubahan iklim, maka kecenderungan

petani untuk melakukan adaptasi akan semakin tinggi sebagai upaya

penyesuaian terhadap perubahan iklim yang terjadi.

4.4.4.2 Pengujian Model Regresi Logistik a.) Uji Likelihood Ratio

Uji likelihood ratio merupakan uji secara keseluruhan model logit dimana rasio fungsi kemungkinan modelUR (lengkap) terhadap fungsi kemungkinan

modelR (Ho benar) (Juanda, 2009). Hipotesis statistik yang diuji dalam hal ini

adalah :

H0: β1 = β2 = ... = βk = 0 (model tidak dapat menjelaskan)

H1: minimal ada βj≠ 0, untuk j = 1,2,...k (model dapat menjelaskan)

Statistik uji-G di bawah ini menyebar menurut sebaran Khi-kuadrat dengan

derajat bebas (k-1).

G = -2 ln

=

2 ln

(48)

Jika menggunakan taraf nyata α, hipotesis H0 ditolak jika: statistik G > χ2 α,k-1 b) Uji Wald

Untuk menguji faktor mana (βj ≠ 0) yang berpengaruh nyata terhadap

pilihannya, perlu uji statistik lanjut. Dalam hal ini dapat menguji signifikansi dari

parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji-t atau uji-Z dalam regresi

linear biasa. Hipotesis statistik yang diuji adalah:

H0: βj = 0 untuk j = 1,2,...k (peubah Xj tidak berpengaruh nyata)

H1: βj ≠0 (peubah Xj berpengaruh nyata)

Statistik uji yang digunakan adalah :

W = ...(4.9)

Dimana:

βj = koefisien regresi

se (βj) = standard error of β (galat kesalahan dari β) c) Odds Ratio

Odds ratio diinterpretasikan sebagai berapa kali kemungkinan pilihan-1

diantara individu dengan X=1 dibandingkan diantara individu dengan X=0. Secara

matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009) :

Odds Ratio =

Dimana:

(49)

4.5 Definisi Operasional

1. Hasil produksi adalah hasil produksi fisik berupa padi dan ubi jalar dalam

satuan ton per hektar per tahun.

2. Perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan dalam dua tahun produksi

yaitu pada tahun 2009 (perubahan iklim) dan 2010 (iklim mendekati normal).

3. Pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per

usahatani dengan satuan rupiah.

4. Penerimaan adalah jumlah produksi dikalikan harga produksi dengan satuan

rupiah.

5. Total biaya adalah jumlah biaya variabel dan biaya tetap per usahatani

dengan satuan rupiah.

6. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau

menyediakan bahan baku yang habis dalam satu kali produksi.

7. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani yang tidak

bergantung kepada besarnya produksi.

8. Harga yang berlaku untuk input dan output dalam analisis pendapatan

(50)

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Desa Sukajadi, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Petir dan sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Situ Daun. Berdasarkan letak topografinya, Desa

Purwasari sebagian besar berada pada dataran rendah. Desa Purwasari memiliki

luas 211.016 hektar yang terdiri dari lahan sawah seluas 158.233 hektar dan lahan

darat seluas 52.783 hektar. Peta Desa Purwasari dapat dilihat pada Gambar 3.

(51)

Jumlah penduduk Desa Purwasari pada tahun 2010 mengalami penurunan.

Penduduk Desa Purwasari pada tahun 2009 berjumlah 6.773 jiwa yang terdiri dari

3.434 laki-laki (50,70%) dan 3.339 perempuan (49,30%), sedangkan pada tahun

2010, jumlah penduduk menjadi 6.747 jiwa yang terdiri dari 3.474 laki-laki

(51,49%) dan 3.273 perempuan (48,51%).

Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja adalah sebanyak 2.971

jiwa yang terdiri dari yang bekerja sebanyak 1.951 jiwa dan pengangguran

sebanyak 1.020 jiwa. Sektor pertanian merupakan sektor mata pencaharian paling

banyak menyumbang tenaga kerja di Desa Purwasari yaitu sebesar 91,85%.

Setelah itu diikuti oleh sektor jasa dan perdagangan yang menyumbang sebesar

5,59%. Persentase penyerapan tenaga kerja tahun 2010 di Desa Purwasari dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Angkatan Kerja di Desa Purwasari Tahun 2010

Angkatan Kerja Jumlah Persentase (%)

Pengangguran 1,020

Bekerja 1.951 a. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan

Perikanan 1.792 91,85

b. Jasa dan Perdagangan

109 5,59 c. Lainnya

50 2,56

Jumlah 1.951 100

Sumber: Kantor Kelurahan Desa Purwasari, Kabupaten Bogor (2010)

5.2 Komoditas Padi dan Komoditas Ubi Jalar

Komoditas yang paling banyak terdapat di Desa Purwasari adalah

komoditas padi dan palawija berupa ubi jalar. Hasil panen padi sawah secara

(52)

panen padi sawah mencapai 31 hektar, sedangkan hasil produksi ubi jalar

sebanyak 125 ton/ha/tahun dengan luas area panen mencapai 25 hektar. Jenis

varietas padi yang diproduksi di Desa Purwasari pada umumnya yaitu jenis padi

Ciherang, sedangkan varietas ubi jalar yang pada umumnya ditanam oleh petani

yaitu jenis ubi jalar merah.

5.3 Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 37

responden petani. Petani yang dimaksud adalah petani yang melakukan kegiatan

usahatani mereka berupa komoditas padi dan ubi jalar. Karakteristik umum

responden ini terdiri dari beberapa variabel, diantaranya jenis kelamin dan usia,

pendidikan formal, luas dan status kepemilikan lahan serta lama bertani.

5.3.1 Jenis Kelamin dan Usia

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini, 100% berjenis

kelamin pria, karena pada umumnya kegiatan usahatani di Desa Purwasari

dilakukan oleh pria. Responden memiliki tingkat usia yang berbeda-beda. Usia

responden sebagian besar berada pada tingkat usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak

48,64%. Sebagian kecil responden yaitu sebanyak 5% berada pada tingkat usia

30-39 tahun, sedangkan responden yang memiliki usia berada pada kisaran 40-50

tahun adalah sebanyak 46,36%.

5.3.2 Pendidikan Formal

Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal yang sangat

rendah. Hal ini ditunjukkan bahwa sebanyak 90% responden berpendidikan SD,

(53)

Tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki petani ini pada umumnya

dikarenakan kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk

melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persentase tingkat pendidikan

dapat dilihat pada Gambar 4.

90% 5%

5%

SD SLTP Tidak Sekolah

Sumber: Data primer (diolah), 2011

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5.3.3 Luas dan Status Kepemilikan Lahan

Responden memiliki luas lahan yang bervariasi, yaitu antara 0,05-2 hektar.

Responden yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan kurang dari 0,25 hektar

mencapai 43% dan yang bertani pada lahan antara 0,25-0,5 hektar sebanyak 41%,

sedangkan petani yang melakukan kegiatan usahatani pada lahan lebih dari 0,5

hingga satu hektar adalah sebanyak 13% dan sisanya yaitu sebanyak 3% petani

bertani pada lahan lebih dari satu hektar. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan

yang dimiliki oleh petani di Desa Purwasari masih sempit. Karakteristik

(54)

Sumber : Data primer (diolah), 2011

Gambar 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan responden pada umumnya berstatus pemilik

yaitu sebanyak 68% dan sisanya sebanyak 32% berstatus penyewa. Persentase

status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Gambar 6.

68% 32%

pemilik penyewa

Sumber : Data primer (diolah), 2011

Gambar 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

5.3.4 Lama Bertani

Responden dalam penelitian ini pada umumnya telah bertani dalam kurun

waktu yang cukup lama. Hal ini ditunjukkan dengan responden sebanyak 16%

(55)

telah bertani selama 31-40 tahun, dan sisanya sebanyak 16% telah bertani selama

lebih dari 40 tahun. Persentase lama bertani dapat dilihat pada Gambar 7.

16%

33% 32%

19%

10 ‐20 tahun 21 ‐30 tahun 31 ‐40 tahun > 40 tahun

Sumber : Data primer (diolah), 2011

(56)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

persepsi yang berbeda terhadap perubahan iklim. Hal ini dikarenakan informasi

dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki tentang perubahan iklim berbeda-beda.

Hasil wawancara yang dilakukan kepada 37 responden yaitu petani Desa

Purwasari menyatakan bahwa 43% responden memahami adanya perubahan

iklim, 14% responden menyatakan kurang paham mengenai makna perubahan

iklim, dan sisanya sebesar 43% responden tidak memahami makna perubahan

iklim. Penentuan pemahaman terhadap perubahan iklim didasarkan pada

kemampuan petani menjabarkan makna perubahan iklim, sehingga terlihat bahwa

masih sedikit responden yang memahami makna perubahan iklim, namun pada

umumnya para petani menyadari akan adanya perubahan iklim. Hal ini

ditunjukkan bahwa sebesar 81% responden menyadari akan adanya perubahan

iklim, sedangkan sisanya yaitu sebesar 19% responden menyatakan bahwa mereka

tidak menyadari adanya perubahan iklim.

Hasil wawancara terhadap responden menunjukkan bahwa perubahan

iklim yang mereka sadari pada umumnya baru mereka rasakan pada waktu 1-2

tahun terakhir ini. Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

menyatakan bahwa curah hujan cenderung mengalami penurunan (El Nino) pada

tahun 2009.

2

(57)

6.1.1 Penilaian Responden terhadap Suhu Udara

Responden pada umumnya menyadari adanya perubahan suhu yang terjadi

di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Hal ini ditunjukkan dari 59%

responden menyatakan bahwa suhu udara mengalami peningkatan, 27%

responden menyatakan tidak mengetahui tentang perubahan suhu, dan sisanya

sebesar 14% responden menyatakan suhu tidak mengalami perubahan (tetap). Hal

ini sesuai dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika yang

menunjukkan bahwa suhu udara pada lima tahun terakhir di Kabupaten Dramaga

Bogor mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,218 oC. Responden pada umumnya menyatakan bahwa perubahan suhu yang terjadi tidak berpengaruh

pada hasil produksi padi dan ubi jalar. Grafik temperatur tahunan Kabupaten

Bogor dapat dilihat pada Gambar 8.

25 25.2 25.4 25.6 25.8 26

2006 2007 2008 2009 2010

suhu tahunan suhu normal

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Gambar 8. Temperatur Tahunan (OC) Kabupaten Bogor Tahun 2006-2010 6.1.2 Penilaian Responden terhadap Curah Hujan

Hasil wawancara kepada responden menunjukkan bahwa dari 51%

responden menyatakan terjadi peningkatan curah hujan, 12% responden

menyatakan tidak mengetahui adanya perubahan curah hujan, 11% menyatakan

(58)

hujan mengalami penurunan. Hal ini tidak sesuai dengan data Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Bogor yang menunjukkan bahwa

data curah hujan wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada tahun

2009 cenderung mengalami penurunan, sedangkan data curah hujan pada tahun

2008 cenderung mendekati normal. Bulan Januari curah hujan mengalami

penurunan, namun pada bulan Februari hingga Maret, curah hujan justru

mengalami peningkatan. Curah hujan kembali menurun dengan penurunan yang

cukup besar pada bulan April hingga Mei, sedangkan pada bulan Juni hingga

Oktober curah hujan mengalami peningkatan, dan pada akhirnya curah hujan

kembali menurun pada bulan November hingga Desember.

Curah hujan tahunan di kawasan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

mengalami penurunan pada tahun 2009, sedangkan pada tahun 2008 curah hujan

tahunan cenderung mendekati normal. Grafik curah hujan bulanan Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 9.

0 100 200 300 400 500 600 700 800

Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Ags Sept Okt Nov Des

Tahun 2008 Tahun 2009

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Kabupaten Bogor (2011)

Gambar

Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Tabel 5.  Matriks Metode Analisis Data
Gambar 3. Peta Desa Purwasari
Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status ekosistem pesisir dari dampak perubahan iklim dan menentukan pola adaptasi yang baik dari ancaman perubahan

• Kontribusi GRK terhadap Perubahan Iklim • Proyeksi Temperatur Global.. • Dampak Perubahan Iklim • Adaptasi

• Aksi adaptasi dirancang untuk menurunkan tingkat kerentanan dan potensi dampak atau ketangguhan terhadap perubahan iklim saat ini dan masa depan. • Kerjasama multipihak

Uji beda rata-rata digunakan untuk membandingkan antara hasil produksi dan pendapatan usahatani cabai merah yang diperoleh petani sebelum perubahan iklim dengan

Dengan aplikasi model ordered logit, diketahui bahwa determinan kapasitas adaptasi petani terhadap perubahan iklim adalah: (i) tingkat pendidikan petani, (ii) pengalaman

1) Perubahan iklim menjadi faktor penting penentu besaran pendapatan nelayan di Sungai Kakap dan juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan, karena sumber pendapatan nelayan di

Uji beda rata-rata digunakan untuk membandingkan antara hasil produksi dan pendapatan usahatani cabai merah yang diperoleh petani sebelum perubahan iklim dengan

“Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanah Dan Tanaman Serta Teknologi Adaptasi dan Co-Benefit Mitigasi” 16 mengangkut partikel-partikel tanah dan unsur hara dari lapisan atas tanah,