• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan Bapak dan Mamak, kalian orang yang terhebat di dunia ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan Bapak dan Mamak, kalian orang yang terhebat di dunia ini"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Hukum Tata Negara Pada Fakultas Syariah

Oleh : NADA NOVERA NIM : SPI 141854

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI 1439/2018 M

(2)

iii

(3)

iii

(4)

iii

kepada junjunganku baginda besar Muhammad S.A.W yang telah membawaku dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT, sampai saat ini aku masih sangat yakin dan percaya apa yang terjadi pada diriku ini semua atas kehendak-Mu. Terimakasih telah kau berikan kesempatan melewati suatu kehidupan dengan cara seperti ini, aku berharap semoga kedepan nya jauh lebih baik dari ini.

2. Bapak M.Nur dan Mamak Yuli Afsah, aku bersyukur bisa diberi kesempatan hidup bersama kalian dalam satu ikatan keluarga. Terimakasih atas kesabaran dalam membimbing, mendidik, menemani dan menyemangati dengan kelembutan do’a dan kasih sayang. Terimakasih juga atas jerih payah dan kerja kerasnya yang tidak akan pernah terlupakan. Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan Bapak dan Mamak, kalian orang yang terhebat di dunia ini.

3. Seluruh Keluarga besar ku, terutama kakak Ayu Novita, Adikku Ridho Anugerah Saputra, Nenek siponku tercinta, juga adik sepupu ku Adit dan Aqila yang selalu menghiburku. Betapa bahagianya bisa menjadi salah satu bagian di hidup kalian. Terimakasih atas segenap kasih sayang, doa, dan semangat yang tiada henti terngiang di telingaku.

4. Bangteku Achmad Fachrudin, yang selalu setia memberi do’a, dan selalu menjadi penyemangatku dikala senang dan susah. Terimakasih atas segala kesabaran, kekuatan dan kebaikan yang diberikan. Semoga allah memudahkan jalan kita, memudahkan urusan kita, menggabulkan doa-doa kita.

5. Sahabat-sahabat ku tercinta Ila, Zira, Kak Tahta, walaupun jarang bertemu dan yang selalu di rindu, Sahabat yang selalu membawa kepada kebaikan.

Terimakasih selalu di ucapkan atas keceriaan, kelucuan, kebahagiaan yang selalu kalian buat. Dan terimakasih juga untuk Walidaya dan Uyun sudah menjadi teman terbaik teman seperjuangan semasa kuliah. Terima kasih untuk kalian yang selalu memberikan semangat, keceriaan, motivasi dan dukungan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, masukana serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini, serta dosen-dosen lainnya yang telah terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Sahabat Seperjuangan Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah UIN STS Jambi

7. Almamaterku tercinta UIN STS Jambi, tempat penulis menimba ilmu.

(5)

5

(6)

6

أ ن نوديرتأ نينمؤملا نود م ن ءايلوأ نيرفاكلا اوذختت ل اونمآ نيذلا اهيأ اي انيبم اناطلس مكيلع اولعجت

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?”

(QS.An-Nisa:144).

(7)

7

Dalam kehidupan bernegara masyarakat memiliki hak politik seperti hak memilih dan dipilih. Oleh karena itu setiap negara menjamin hak politik tiap warga negara nya tanpa membedakan agama, akan tetapi mengenai hak dipilih non Muslim sebagai pemimpin menjadi kontroversi didalam hukum Islam karena perbedaan pendapat ulama klasik dan ulama kontemporer untuk itu perlu adanya pembahasan yang mendetail mengenai kebolehan seorang non Muslim menjadi pemimpin. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana tinjauan hukum islam dan hukum positif terhadap kepemimpinan. Maka timbul keinginan penulis untuk membahas tentang tinjauan hukum islam dan hukum positif terhadap kepemimpinan.

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library research) dengan pendekatan yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, yakni dengan buku-buku yang berhubungan dengan Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia. Adapun sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu catatan atau sejumlah keterangan yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak pertama. Data tersebut berupa catatan-catatan dan pemberitaan yang berkenaan dengan Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non- Muslim di Indonesia.

Berdasarkan Analisa data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa di dalam hukum Islam timbul perbedaan pendapat mengenai kepimpinan non muslim, bahwa ada yang melarang dan memperbolehkan, sedangkan di dalam Hukum Positif tidak disebutkan sama sekali mengenai aturan bahwa pemimpin itu harus beragamakan Islam, karna didalam hukum Indonesia memandang setiap warga negara berkedudukan sama didepan hukum dan pemerintahan. Mengenai persamaan hukum Islam dan Hukum Positif sama-sama memiliki persamaan pada prinsip-prinsip seperti prinsip persamaan dan persaudaraan, prinsip kebebasan, prinsip toleransi, yang dimana prinsip-prinsip tersebut sama-sama untuk membawa kepada hal kebaikan dan kemaslahatan manusia.

Kata kunci: Pemimpin, Agama, Non Muslim, Hukum Positif

(8)

vii

Alhamdulillah, puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tinjauan hukum Islam dan UUD 1945 terhadap kepemimpinan non muslim di Indonesia.“

Sholawat beserta salam dijunjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan hingga ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan saat ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan tidak sempurna dalam penyajian maupun materinya, namun berkat kesungguhan serta bimbingan dosen pembimbing dan berbagai pihak lainnya maka segala kesulitan dan hambatan yang dihadapi itu dapat diatasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan.

Melalui skripsi ini penuis tidak lupa menyampaikan penghargaan dengan ucapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi MA, Ph.D Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj.

Fadillah M.Pd Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag Dekan Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Hermanto Harun Lc, M. HI., Ph.D Wakil Dekan Bidang Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M. HI Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Dr. Yuliatin, S.Ag., M. HI Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan dan kerja sama di Lingkungan Fakultas Syariah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara Bapak Abdul Razak, S. HI., M. IS dan Ibu Ulya Fuhaidah, S. Hum.,M.S yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Hermanto Harun Lc, M. HI., Ph.D dan Ibu Ulya Fuhaidah, S.

Hum.,M.S, selaku pembimbing I dan II yang telah memberi banyak bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

7. Dosen dan staf pengajar pada jurusan Hukum Tata Negara yang telah memberikan dorongan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Karyawan dan karyawati dilingkungan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Jambi

Sahabat-sahabat seperjuangan Wali, Utari, Riska, serli, ilma, santi, puput, mila, gusti, rika, tika, novia, puji, romi, yulizar, dayat, faruq, beni, sudirman, trendi,

septiadi, sepri, yanto, rama, sadrak, syafi

(9)
(10)

ix BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Batasan Masalah... 6

E. Kerangka Teori... 6

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Metode Penelitian ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN A. Pengertian Pemimpin ... 19

B. Dasar Hukum Kepemimpinan Indonesia ... 21

C. Tugas dan Fungsi Pemimpin ... 26

D. Syarat-syarat Pemimpin ... 28

E. Hak dan Kewajiban Pemimpin... 35

F. Pengertian dan Ruang Lingkup non-Muslim ... 37

BAB II I : PEMIMPIN DALAM ISLAM A. Pengertian Pemimpin dalam Islam... 41

B. Dasar Hukum Kepemimpinan dalam Islam ... 43

C. Syarat-syarat Pemimpin dalam Islam ... 47

D. Prinsip Kepemimpinan dalam Islam ... 51

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... PERNYATAAN KEASLIAN... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

(11)

x KEPEMIMPINAN NON MUSLIM

A. Pendapat Ulama Tentang Pemimpin Non-Muslim………. 62 B. Tinjauan hukum Islam dan UUD 1945 terhadap kepemimpinan non

muslim di Indonesia……… 69 C. Perbedaan dan Persamaan Mengenai Pemimpin non-Muslim dalam

Pandangan Hukum Islam dan UUD 1945……….. 78 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 81 B. Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran.

Kepemimpinan itu merupakan suatu proses dimana pimpinan digambarkan memberi perintah atau pengarahan,bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1

Keharusan untuk memilih pemimpin diatur dalam UU nomor 10 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UU nomor 1 tahun 2015 tentang penetapan peraturan pemerintahan pengganti UU nomor 1 tahun 2014 tentang pemilihan gubernur, bupati, dan walikota menjadi Undang-undang.

Berdasarkan peraturan tersebut di atas jelas bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk dipilih sebagai pemimpin atau memilih pemimpin dalam suatu daerah baik Provinsi (Gubernur/Wakil Gubernur), Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota) tanpa membedakan agama atau keyakinan yang dianutnya.

Kepemimpinan merupakan salah satu hal yang utama dan prinsip dalam Islam. Dalam suatu komunitas masyarakat diwajibkan untuk memiliki pemimpin, di dalam Islam pemimpin disebut dengan khalifah. Khalifah berarti wakil, pengganti atau duta. Sedangkan secara istilah khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW .

1 T Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 1986), hlm.294

(13)

Dari pengertian di atas jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan begitu saja, namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemimpin. 2

Banyak pro dan kontra menegnai pemimpin non muslim di Indonesia, Silang pendapat itu terjadi antara kelompok yang berbeda kepentingan semakin meruncing pasca munculnya pendukung dari kalangan Islam sendiri yang mengusung calon pemimpin non muslim seolah Islam dikesampingkan. Mereka membangun argumen dengan bermacam argumentasi seperti mengatakan lebih baik pemimpin kafir tapi adil daripada pemimpin muslim tapi korupsi.

Umat muslim semestinya memilih pemimpin yang muslim, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 28 yaitu :

َسَْٛهَف َكِنََٰر ْمَعْفَٚ ٍَْئَ ۖ ٍَُِِٛيْؤًُْنا ٌُِٔد ٍِْي َءبَِٛنَْٔأ ٍَِٚشِفبَكْنا ٌَُُِٕيْؤًُْنا ِزِخَّتَٚ بَن ٍَِي

ُشِٛصًَْنا َِّّهنا َٗنِإَٔ ۗ َُّسْفََ َُّّهنا ُىُكُسِّزَحَُٚٔ ۗ ًحبَقُت ْىُُِْٓي إُقَّتَت ٌَْأ بَّنِإ ٍءَْٙش ِٙف َِّّهنا

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang orang kafir menjadi wali (pemimpin, teman setia, pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah kamu kembali.” (QS: Ali Imron [3]:

28)

2Kartini Kartono, Pemimpin Dan Kepemimpinan , (Jakarta PT. Raja Grafindo Persada, 2011) hal. 4

(14)

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa salah satu kriteria ketika memilih pemimpin adalah seorang muslim dan bukan non muslim. Pernyataan lebih baik pemimpin kafir tapi adil daripada muslim tapi korupsi terkesan berlebihan dan bertentangan dengan ayat di atas. Karena syarat keislaman yang lebih utama di bandingkan dengan syarat keadilan, karena mengangkat pemimpin tidak bisa sembarangan, pemimpin melayani sekian banyak orang dalam mengurus agama dan negara.

Jika tidak adanya dukungan untuk calon pemimpin non muslim di tengah mayoritas umat muslim bukan berarti diskriminasi. Hak politik muslim dan non muslim sama di depan hukum, hanya saja untuk pemegang kekuasaan lebih diutamakan seorang muslim karena hukum Islam hanya diyakini oleh umat Islam, sedangkan non muslim hanya ikut mengaplikasikannya. Umara dan ulama dalam konteks di atas merupakan pengemban tugas khalifah dalam arti menjadi pengemban amanat Allah dalam memelihara dan melaksanakan amanat-Nya.3

Seperti pada kasus tahun 2014, tentang penolakan terhadap kepemimpinan gubernur Jakarta, Basuki Tjahya P atau yang biasa di panggil Ahok. Penolakan terhadap kepemimpinan Ahok memuncak ketika ia menggantikan Joko Widodo, yang terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia pada tahun 2014. Bentuk penolakan tersebut mulai dari bisik-bisik lirih orang per orang sampai penolakan yang bersifat terbuka. Tidak saja Front Pembela Islam (FPI) yang menunjukkan sikap antagonis sejak Ahok menjadi wakil gubernur tetapi juga kelompok Islam arus utama seperti perwakilan Nahdhatul Ulama Jakarta Selatan, Ketua Habib Muda Jakarta, Ketua Forum Betawi Bersatu, serta Sekretaris Jendral MUI.

3 Imam Ghazali Said, Solusi Hukum Islam: Keputusan Muktamar , Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama , (Surabaya: Diantama, 2006), hlm. 645

(15)

Mereka berdalih bahwa Ahok melakukan politik penghancuran Islam melalui lelang jabatan, renovasi masjid, larangan tabligh akbar yang mengakibatkan kemacetan serta alasan higienitas di balik larangan penyembelihan kurban disekolah seperti disinyalir oleh media-media Islam online.4

Ketika hal ini terjadi, banyak pendapat masyarakat yang berbeda-beda dalam pengangkatan pemimpin non Muslim ini, banyaknya pendapat mengenai hal ini membuat masyarakat bingung akan suatu kepemimpinan yang dipimpin oleh Gubernur Jakarta tersebut, ada yang berpendapat bahwasannya diperbolehkan untuk memilih pemimpin yang tidak seagama dan ada pula yang berpendapat bahwa hal tersebut diharamkan dan dengan adanya hal ini pula dapat berdampak pada ajaran-ajaran Islam yang berkurang, perpecahan antar organisasi, dan sebagainya. Jika dilihat dari kenyataan yang ada di negara mayoritas muslim telah terjadi menjadikan orang non muslim dijadikan pemimpin. Pada dasar nya jika dilihat dari Hak Asasi Manusia (HAM) maka tidak ada salahnya jika seseorang non muslim ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin dikarenakan setiap manusia memiliki hak yang seimbang dan hak yang sama serta memiliki hak untuk mencalonkan diri menjadi pemimpin ataupun memilih dan dipilih oleh siapa saja yang ingin memilih orang non muslim tersebut sebagai pemimpin.

Akan tetapi pemimpin non muslim tidak diperbolehkan menjadi pemimpin jika dilihat dari beberapa prinsip dasar kepemimpinan Islam, akan tetapi di Indonesia bukanlah negara muslim. Indonesia hanyalah negara yang mayoritasnya muslim dan di Indonesia memiliki berbagai macam agama atau kepercayaan yang

4 http://news.Hawaari.com “Ini 16 Alasan Umat Islam Menolak Ahok Jadi Gubernur DKI Jakarta”, di akses, 15 april 2018.

(16)

ada karena itu akan banyak pertimbangan dalam menentukan hukum memilih orang non muslim sebagai pemimpin.

Berdasarkan dari kondisi di atas, penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam tentang Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap kepemimpinan non muslim di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam peraturan Undang-Undang Negara di Indonesia ?

2. Bagaimana kepemimpinan non muslim di Indonesia ditinjau dari hukum islam dan hukum positif ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kepemimpinan dalam peraturan Undang-Undang Negara di Indonesia

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap kepemimpinan non muslim di Indonesia

Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah :

1. Kegunaan teoritis, penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini sebagai bahan kajian dalam rangka pengembangan ilmu dibidang Hukum Tata Negara dan sebagai referensi lebih lanjut.

2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini berguna sebagai syarat menempuh ujian sarjana dan upaya perluasan pengetahuan penulisan, kajian ini dapat di

(17)

terapkan dan diaplikasikan dalam tatanan pemerintahan dan ketatanegaraan di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya.

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas agar tidak memperluas penelitian, maka peneliti hanya terfokus pada tinjauan hukum Islam dan hukum positif terhadap kepemimpinan non muslim di Indonesia.

E. Kerangka Teori

1. Teori Kepemimpinan Non-Muslim menurut Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah melihat Islam sebagai suatu tata sosial murni yang mempunyai hukum tertinggi yakni hukum Allah. Oleh sebab itu, ia sama sekali tidak tertarik pada Negara dan formasinya, meskipun ia menerima negara itu sebagai suatu kebutuhan agama. Artinya, Ibnu Taimiyah tidak memandang apakah negara itu berbentuk khalifah, monarki, ataupun republik. Ia lebih memilih meletakkan keadilan pada setiap pemerintahan sebagai esensi kekuasaan, tinimbang meributkan bentuk negara. Teori politik Ibnu Taimiyah memiliki kemiripan yang lebih dekat kepada konsep pemerintahan modern. Dalam asal-usul negara, ia bermaksud menawarkan interpretasi sosiologis berdasarkan pada hakikat manusia yang bebas dari penjelasan agama. Sikap tersebut tidak ditemukan pada teori klasik yang menegaskan bahwa asal- usul kekuasaan hanya berasal dari sumber agama. Dari sini kita bisa melihat pemikiran Ibnu Taimiyah

“melampaui” tradisi berpikir para filsuf Islam tentang teori kekuasaan.5

5 Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam, Telaah Kritis Ibnu Taimiyah tentang Pemerintahan Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm. 43- 44.

(18)

Pandangan Ibnu Taimiyah di atas tampaknya mendapat persetujuan dari Abdul Wahab Khallaf. menurutnya, Islam memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memilih dan menentukan sendiri bentuk dan corak pemerintahan yang diinginkan, asal tidak menyimpang dari prinsip-prinsip keadilan yang telah diatur secara eksplisit dalam syari‟at.6 Pendapat senada diucapkan Muhammad Abduh (1849-1905 M.) Islam kata Abduh, tidak menetapkan bentuk pemerintahan. Hal ini disesuaikan dengan kehendak umat melalui ijtihad.

Pemerintah dan rakyat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam memelihara dasar-dasar agama dan menafsirkannya. Selama hal-hal itu tidak bertentangan dengan pokok-pokok ajaran Islam.7

Sistem menurut Ibnu Taimiyah adalah hal penting, tetapi yang terpenting adalah seseorang yang menduduki jabatan kekuasaan harus memenuhi persyaratan, pertama, memperoleh dukungan mayoritas umat dalam Islam ditentukan dengan konsultasi dan bai‟at. Kedua memenangkan dukungan dari kalangan Ahl asy-Syaukah atau unsur pemegang kekuasaan dalam masyarakat dan ketiga , memiliki syarat kekuatan pribadi dan dapat dipercaya dengan sikap yang jujur, amanah, adil, maka seorang pemimpin akan mampu memberikan kemaslahatan bersama kepada rakyatnya.

Atas dasar alasan semacam itu, maka sangat wajar jika kemudian Ibnu Taimiyah mengeluarkan statement yang sangat “berani”, yakni “lebih baik dipimpin oleh pemimpin kafir yang adil, daripada dipimpin oleh pemimpin muslim yang dzalim”. Sebab, orang yang dapat diangkat menjadi pemimpin adalah orang yang memiliki kekuatan dan integritas, Mampu berbuat adil dan

6 Ahmad Sukardja. “Fikih Siyasah” , dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.(Jakarta:

PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 197

7 Ibid.

(19)

memiliki komitmen yang kuat terhadap kemakmuran rakyat yang ia pimpin terlepas dari latar belakang keimanannya.8

Dengan demikian, relevansi pemikiran Ibnu Taimiyah dalam diskursus seputar pengangkatan non-muslim menjadi pemimpin di kalangan umat Islam terjawab dengan sendirinya, bahwa hal itu dibolehkan selama ia memenuhi syarat- syarat utamanya sebagaimana telah disebutkan di atas. Dalam pandangan Mutawalli, terpenuhinya tiga syarat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam pemerintahan syari‟ah versi Ibnu Taimiyah di atas, maka terlihat suatu bangunan dari sebuah negara ideal yang dicita-citakannya berdasarkan pada prinsip berlakunya maslahah. Kemaslahatan disini berarti. bahwa kapasitas, integritas, komitmen dan kemampuan berlaku adil yang dimiliki dan ditampilkan oleh seorang pemimpin yang mendapatkan dukungan mayoritas masyarakat jauh didahulukan atau dimenangkan daripada memperhitungkan latar belakang keimanan seorang pemimpin tersebut Artinya, menurut Ibnu Taimiyah, mengangkat pemimpin yang berintegritas tinggi, berlaku adil dan profesional serta bekerja sungguh-sungguh demi kemakmuran rakyat harus lebih diutamakan daripada memilih seorang pemimpin yang korup, memperkaya diri sendiri dan mengorbankan hak-hak rakyat yang ia pimpin meskipun ia seorang yang menyatakan keimanannya. Dengan kata lain, menghilangkan mafsadat yang jauh lebih besar itulah yang merupakan maslahah sesungguhnya daripada mengambil maslahat yang lebih kecil.9

8 Mutawalli, “Aktualisai Maslahah dalam Politik Islam Persepektif Ibn Taimiyah”.

(Mataram, 2012), hlm.13

9 Ibid.

(20)

2. Kepemimpinan

A. Teori Kepemimpinan

Menurut George R. Terry, leadership is activity of influencing people to strive willing for mutual objective , Kepemimpinan adalah suatu proses mempengruhi aktivitas kelompok dalam upaya perumusan dan pencapaian tujuan.10

Menurut Stoner, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan.11

Robert Tannembaum, Irving R, Weschler, dan Fred Massarik mendefinisikan kepemimpinan sebagai pengaruh perseorangan dalam situasi tertentu secara langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai tujuan- tujuan umum dan khusus. Hal yang sama dikemukakan oleh Stogdill bahwa kepemimpinan atau leadership adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan tujuan dan mencapainya.12

Kepemimpinan tidak harus diikat dalam suatu organisasi tertentu, melainkan kepemimpinan terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya memengaruhi perilaku orang lain ke arah tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku

10 T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta:

Liberty, 2008), hlm. 48

11.Ibid

12 Kartini Kartono, Psikologi Sosial untuk Manajemen, Perusahaan dan Industri (Jakarta:

PPN press, 2002), hlm.35.

(21)

manusia, baik perorangan maupun kelompok. Di sini kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata krama birokrasi.

F. Tinjuan Pustaka

Studi mengenai pemimpin non-Muslim kini telah dibahas oleh beberapa kalangan, dari beberapa tulisan penulis berhasil menemukan sripsi-skripsi yang berkaitan dengan pemimpin non-Muslim tersebut diantaranya ;

Skripsi karya Lulu Nadziroh pada tahun 2017 yang berjudul “Pemimpin Non-Muslim menurut Ibnu Taimiyah dan Relevansinya dengan Kontroversi Pilkada di DKI Jakarta tahun 2017”. Skripsi ini menggunakan penelitian Kualitatif (Library Research). Dalam skripsi ini lebih dijelaskan mengenai pemimpin non-Muslim menurut pandangan Ibnu Taimiyah, dan Relevansinya dengan Kontroversi Pilkada di DKI Jakarta tahun 2017. Dimana dari pembahasan dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Ibnu Taimiyah tidak secara rinci membahas mengenai kebolehannya tentang pemimpin non-Muslim dalam masyarakat yang mayoritasnya Muslim, namun Ibnu Taimiyah lebih menekankan pada aspek Keadilan. Mengenai kasus pencalonan Ahok dalam pilkada tahun 2017 di DKI Jakarta, bagi Ibnu Taimiyah selama Ahok mempunyai kemampuan dan bersikap adil, maka tidak salah apabila ia di pilih. Namun jika dilihat dari konteksnya Ahok dalam kinerjanya itu menimbulkan kontroversi dalam masyarakat , hal itu dikhawatirkan jika Ahok menjadi pemimpin maka kepentingan umat Islam tidak terpenuhi justru kepentingan individu dan golongan nya yang terpenuhi.13

13 Lulu Nadziroh, “Pemimpin Non-Muslim menurut Ibnu Taimiyah dan Relevansinya dengan Kontroversi Pilkada di DKI Jakarta tahun 2017”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, (2017), hlm. 71.

(22)

Skripsi karya Muhammad Rizal Husni pada tahun 2018 yang berjudul

“Tinjauan Hukum Islam terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia (Studi Tafsir Q.S Al-Maidah ayat 51)”. Skripsi ini menggunakan penelitian Kualitatif (Library Research). Dari pemabahasan dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Non Muslim di Indonesia menurut QS. Al- Maidah ayat 51 dalam tafsir Al-Maraghi dan Al-Qurthubi yaitu Orang Orang yang beriman tidak boleh mengangkat seorang Pemimpin, penolong atau wali dari yahudi, karena orang orang Yahudi telah merusak janji setia yang dibuat bersama rasul. Padahal, Rasul tidak memusuhi mereka. Dalam tafsir Al-Qurthubi melarang mengangkat seorang Yahudi dan Nasrani untuk menjadi Pemimpin, pelindung, atau wali bagi kaum muslim karena orang yahudi dan nasrani adalah musuh kaum Muslim. Dengan mengingat mayoritas Umat Islam di Indonesia. maka, Pemimpin yang Ideal di Indonesia adalah Pemimpin Muslim dan memiliki tujuan untuk kemaslahatan dan dapat memberikan kontribusi positif untuk negara.14

Skripsi karya Amanda Rahmat Hidayat pada tahun 2017 yang berjudul

“Kepemimpinan Non-Muslim menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Indonesia”. Skripsi ini menggunakan penelitian Kualitatif (Library Research).

Dari pemabahasan dan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian para ulama Fiqh Siyasah melarang kepemimpinan Non-Muslim, hal itu dikarenakan tidak sesuai dengan ketentuan Al-Qur‟an dan Agama Islam. Karena ditakutkan pemimpin dari golongan non-Muslim itu akan merubah aturan yang sudah ada dengan agama mereka, namun ada juga yang membolehkan hal tersebut, karena menimbang dari aturan-aturan yang ada di Indonesia sebagai Negara Republik

14 Muhammad Rizal Husni, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Kepemimpinan Non- Muslim di Indonesia (Studi Tafsir Q.S Al-Maidah ayat 51)”, Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Imu Agama Islam Universitas Islam Indonesia, (2018), hlm. 95.

(23)

Indonesia dan Negara kesatuan. Sedangkan menurut Hukum Tata Negara Indonesia tidak ada satupun yang mencantumkan bahwa sebagai salah satu pemegang jabatan harus beragama Islam, karena hal itu di termuat di dasar aturan- aturan UUD 1945, UU, dan juga Pancasila.15

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dari penelitian buku-buku maupun karya ilmiah penelitian, dimana penelitian yang sudah dilakukan yaitu membahas pemimpin non-Muslim dari sudut pandang yang berbeda. Belum ada yang meneliti mengenai Tinjauan Hukum Islam dan UUD 1945 terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia.

15 Amanda Rahmat Hidayat, “Kepemimpinan Non-Muslim menurut Fiqh Siyasah dan Hukum Tata Negara Inonesia”, Skripsi, Lampung: Fakultas Syariah, (2017), hlm. 78

(24)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.

Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia. Menurut Sugiyono menyatakan bahwa

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci”.16

Dilihat dari sifanya, penelitian ini termasuk penelitian hukum yuridis normatif. Adapun bentuk penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode Deskriptif analitik yaitu dengan cara menganalissi data yang diteliti dengan memaparkan data-data tersebut, kemudian memperoleh kesimpulan.17

Penelitian ini megkaji tentang Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu metode untuk memperoleh dari buku-buku yang relevan dengan masalah-masalah tersebut, yakni buku-buku yang

16 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 9.

17 Abdul Khadir Muhammad, Hukum dan Politik Hukum, (Bandung;Citra Ditya Bakti, , 2004), hlm.126.

(25)

berhubungan dengan Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia.

2. Jenis dan Sumber Data

Guna memperoleh bahan hukum yang akurat untuk penulisan skripsi ini, bahan-bahan hukum tersebut diperoleh dengan tiga cara yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan tentang sumber data tersebut, yaitu:

a. Bahan hukum primer Berasal dari buku-buku Fqih Siyasah, Al- Qur‟ an, Hadis yang ditulis oleh para Ahli, serta dari buku hukum Indonesia dan UU kesatuan RI.

b. Bahan hukum sekunder Adalah bahan buku yang mendukung penulisan skripsi yang berasal dari buku, jurnal, hasil penelitian, bulletin, dan bahan tulis lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier Merupakan bahan hukum yang didukung oleh hukum primer dan sekunder seperti kamus besar bahsa Indonesia ,kamus hukum, dan ensiklopedia, yang dapat mendukung penelitian ini.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Teknik Kepustakaan

Teknik kepustakaan adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam yang terdapat diruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk koran, naskah, catatan, kisah sejarah, dokumen- dokumen dan sebagainya yang relevan dengan penelitian.

Teknik kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan berkenaan dengan metode pengumpulan pustaka, membaca, mempelajari serta menelaah buku-

(26)

buku untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk pengumpulan data dengan teknik kepustakaan adalah memahami sistem yang digunakan agar mudah ditemukan buku-buku yang menunjang dan berkaitan erat dengan topik penelitian yang sedang dibahas sehingga diperoleh data yang mempertajam orientasi dan dasar teoritis tentang masalah pada penelitian.

b. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk memgumpulkan data yang bersumber dari kepustakaan, yaitu dari arsip dan dokumen, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Nasution menyatakan dokumnetasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang diteliti.

Menurut Hartinis, “dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.18

Dokumentasi dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data.

Adapun didalam skripsi ini penulis mengumpulkan data mengenai Tinjauan Hukum Islam terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia.

18Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan Kuantitatif, hlm. 219.

(27)

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan bentuk penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya.

Dalam proses analisis data kualitatif ada beberapa langkah menurut Mohammad Ali, yaitu : 19

a. Penyusunan data b. Klasifikasi data c. Pengolahan data d. Penyimpulan data

Beradasarkan pendapat tersebut, dalam kaitan dengan menganalisis data kualitatif, maka langkah-langkah yang ditempuh oleh penelitian sebagai berikut : a. Penyusunan data

Penyusunan data ini dimaksud untuk mempermudah dalam menilai apakah data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan data yang didapat berguna atau tidak dalam penelitian sehingga dilakukan seleksi penyusunan.

b. Klasifikasi data

Klasifikasi data dimaksudkan sebagai usaha untuk menggolongkan data yang didasarkan pada kategori yang diteliti. Penggolongan ini disesuaikan dengan sub-sub permasalahan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan analisa yang terkandung dalam masalah itu sendiri.

c. Pengolahan data

19 Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1985), hlm. 151.

(28)

Setelah semua data dan fakta terkumpul, selanjutnya data tersebut diseleksi, kemudian diolah sehingga sistematis, jelas dan mudah untuk dipahami menggunakan teknik analisis data kualitatif.

d. Penyimpulan data

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghubungkan data atau fakta yang satu dengan yang lain sehingga dapat ditarik kesimpulan dan jelas kegunaannya.

Langkah ini dilakukan dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.20

Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

Dari keempat metode analisis data diatas penulis menyimpulkan bahwa, keempat metode ini yang meliputi Penyusunan data, Klasifikasi data, Pengolahan data, dan Penyimpulan data akan penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui dokumen yang memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik kesimpulan terhadap Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia.

20 Sugiyono, Op.Cit, hlm. 252

(29)

H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan dan mendapatkan pemahaman, maka pembahasan dan penelitian ini akan disistematisasi berdasarkan susunan sebagai berikut:

Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. Bab ini pada hakikatnya menjadi pijakan bagi penulis skripsi. BAB I mencakup latar belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan mamfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II dipaparkan, tentang Tinjauan Umum tentang Pemimpin.

BAB III dipaparkan, tentang Kepemimpinan dalam Islam

BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia

BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN

A. Pengertian Pemimpin

Dalam bahasa Inggris pemimpin disebut leader. Akar katanya to lead.

Dalam kata itu terkandung beberapa arti yang saling erat berhubungan: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, bebrbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan pikiran-pendapat-tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Maka seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, memelopori, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Tidak mengherankanlah bahwa pemimpin disebut dengan berbagai nama: penghulu, pemuka, pelopor, pengarah, pembimbing, penggerak.21

Definisi tentang pemimpin memiliki banyak variasi dan banyak yang mencoba untuk mendefinisikan tentang konsep pemimpin ini. Pemimpin adalah orang yang memiliki segala kelebihan dari orang-orang lain. Pemimpin dalam pandangan orang kuno adalah mereka yang dianggap paling pandai tentang berbagai hal yang ada hubungannya kepada kelompok dan pemimpin harus pandai melakukannya (pandai memburu, cakap dan pemberani berperang). Jika dikaitkan dengan zaman sekarang ini pemimpin tidak harus bisa memenuhi tugas seperti pada zaman dulu, akan tetapi pemimpin harus memiliki kecakapan, pemimpin

21A.M Mangunhardjana, Kepemimpinan (Yogyakarta:Kanisius,1976), hlm.11

(31)

sekarang ini hanya memilih seorang pembantu yang mempunyai keahlian yang berkaitan dengan apa yang belum dia miliki artinya sesuai denga keahlian.22

Istilah kepemimpinan, dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata

“pimpin” yang mempunyai arti “dibimbing”. Sedangkan kata pemimpin itu sendiri mempunyai makna “orang yang memimpin.” Jadi kepemimpinan adalah cara untuk memimpin.23

Kepemimpinan menurut empiris, akan dimulai dari segi terminologi.

Kepemimpinan secara etimologi (asal kata) menurut kamus besar bahasa Indonesia, berasal dari kata dasar “pimpin”. Dengan mendapatkan awalan me menjadi “memimpin” maka berarti “menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Pengertian lain yang disamakan pengertiannya adalah mengetahui atau mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajar supaya dapat jalan sendiri. Perkataan memimpin bermakna sebagai kegiatan, sedangkan yang melaksanakannya disebut pemimpin. Dengan kata lain pemimpin adalah orang yang memimpin, mengepalai atau mengetahui. Bertolak dari kata pemimpin muncul pula istilah suatu kepemimpinan. Penggunaan istilah kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya.24

Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pengertian pemimpin adalah orang yang mampu menggerakkan, mempengaruhi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, memerintah, melarang dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja

22Muhammad Ghalib Iqbal, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemimpin Non Muslim Dalam Masyarakat Islam (Lampung:UIN Raden Intan Lampung, 2017), hlm.12

23Departememen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), cet. ke-4, hlm. 967.

24 H.Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press), hlm.28

(32)

dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien yang di Ridhai oleh Allah. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan sedikitnya mencakup tiga hal yang paling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat pemimpin dan pengikut berinteraksi.25

B. Dasar Hukum Kepemimpinan di Indonesia.

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan peraturan perundang- undangan. Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam considerans peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga tertentu.26

Dasar hukum dalam pembentukan Surat keputusan merupakan sesuatu yang penting karena menunjukkan darimana kewenangan seorang pejabat atau lembaga tertentu mendapatkan legitimasi untuk membuat surat keputusan itu.

Demikian halnya dengan dasar hukum yang biasanya disebutkan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah dan peraturan daerah. Dasar hukum pada peraturan perundang-undangan yang

25 Dwi Apriani, Hukum Mengangkat Non Muslim Menjadi Pemimpin,( Palembang:UIN Raden Fatah Palembang, 2017), hlm.18

26 http://unpashukum.blogspot.com/2014/12/dasar-hukum-dan-pengertiannya.html , diakses pada tanggal 11 september 2018

(33)

dimaksud tersebut adalah merujuk darimana perintah untuk membuat pengaturan tersebut diperoleh oleh suatu peraturan daerah dan atau darimana sumber kewenangan yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu untuk membuat produk perundang-undangan yang sebagaimana dimaksud. Setiap penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang oleh lembaga-lembaga negara harus memiliki dasar hukum atau paling tidak tindakan atau penyelenggaraan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dasar Hukum kepemimpinan di Indonesia terdapat yaitu terdapat dalam UUD 1945. Pemerintah/ Pemimpin atau Kepemimpinan Nasional Indonesia di jalankan menurut UUD 1945, adalah suatu pemerintahan yang berasas kesatuan dan persatuan Indonesia dalam Pancasila.

Seperti yang dijelaskan pada Ketetapan MPR Republik Indonesia, NOMOR III/MPR/2000 TAHUN 2000 tentang Sumber Hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan, Pasal 1 yang berbunyi : 27

1. Sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk penyusunan peraturan perundang-undangan.

2. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis.

3. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan

27 Jimly Asshiddiqie. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2009). hlm.122

(34)

mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945.

Sistem pengangkatan pemimpin di Indonesia juga di atur di dalam UUD 1945, dimana pemilihan langsung ini dipilih langsung oleh rakyat atau yang lebih kita kenal dengan istilah Pemilu. Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, jujur, dan adil.

Selanjutnya didalam Undang-undang juga telah diatur mengenai keikut sertaan dalam memilih pemimpin di Indonesia yang terdapat Dalam Undang- undang nomor 8 tahun 2012 ada beberapa pasal terkait dengan partisipasi pemilih, namun setidaknya ada dua pasal yang jelaskan tentang ancaman bagi yang mengajak golput atau tidak memilih dalam pemilihan. Berikut ketentuannya:28

Pasal 292: “Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya dipidana dengan pidana paling lama 2 tahun dan denda paling banyak Rp 24 Juta,”

Pasal 301 ayat 3: “Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada pemilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih peserta pemilu tertentu dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp 36 Juta .”

28 https://news.detik.com/berita/2504927/ajak-orang-golput-diancam-pidana-3-tahun-ini- aturannya?nd771104bcj=, di akses pada tanggal 13 september 2018.

(35)

Jadi dapat disimpulkan bahwa dasar hukum kepemimpinan yang terdapat di negara Indonesia yaitu yang menjadi dasar dalam hal kepemimpinan, yang mencangkup syarat kepemimpinan, serta aturan-aturan yang menjadi dasar bagaimana memilih sosok seorang pemimpin.

C. Tugas dan Fungsi Pemimpin

Seorang pemimpin atau kepala daerah selain memiliki Hak juga memiliki tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh pemimpin tersebut. Tugas kepala daerah di dalam Undang-Undang No 23 tahun 2O14 adalah sebagai berikut : pertama, memimpin pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Kedua, kepala daerah harus dapat memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat. Ketiga, kepala daerah harus dapat menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJPD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD., serta menyusun RKPD. Keempat, kepala daerah dapat mewakili daerahnya didalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa Hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelima, mengusulkan wakil kepala daerah, dan yang keenam dapat melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan.29

Adapun secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain :

1. Melaksanaan fungsi managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi penyusunan rencana, penyusunan organisasi pengarahan organisasi pengendalian penilaian dan pelaporan

29 H.Hadari Nawawi, Loc.Cit. hlm.28

(36)

2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun 3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing

secara baik

4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien 5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis

6. Menyusun fungsi manajemen secara baik

7. Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas 8. Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar.30

Fungsi kepemimpinan akan dapat diwujudkannya, karena pelaksanaannya selalu berlangsung dalam interaksi antar individu dilingkungan organisasi masing masing, sehubungan dengan itu terdapat dua dimensi interaksi sosial yang perlu mendapat perhatian seorang pemimpin. Kedua dimensi itu adalah:

1. Dimensi kemampuan pemimpin mengarahkan (direction), Dimensi ini merupakan aktivitas yang berisi tindakan tindakan pemimpin dalam interaksi dengan anggota organisasinya.

2. Dimensi tingkat dukungan dari anggota organisasi, dimensi ini terbentuk dari keikutsertaan anggota organisasi dalam kegiatan kegiatan melaksanakan tugas pokoknya.

Berdasarkan kedua dimensi tersebut maka secara operasional dapat dibedakan menjadi enam fungsi pokok kepemimpinan yaitu:

1) Fungsi Instruktif “Setiap pemimpin perlu memiliki kemampuan dalam memberikan perintah yang bersifat komunikatif, agar dilaksanakannya menjadi kegiatan oleh orang yang menerima perintahnya”

30 Ibid.

(37)

2) Fungsi konsultatif “Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah, karena berlangsung dalam bentuk interaksi pemimpin dan anggota organisasinya.

Namun sulit dibantah bilamana dinyatakan bahwa tingkat intensitas dan efektivitasnya sangat tergantung pada pemimpin”.

3) Fungsi partisipasi “Fungsi ini tidak sekedar komunikasi dua arah, tetapi juga merupakan perwujudan hubungan manusiawi (hablum minannas) yang kompleks”.

4) Fungsi Delagasi “Setiap pemimpin tidak mugkin bekerja sendiri dalam mewujudakan tugas pokoknya, untuk itu pemimpin harus mampu dan bersedia menjalankan fungsi delegasi”.

5) Fungsi pengendalian “Fungsi cenderung bersifat komunikasi satu arah,meskipun seharusnya akan lebih efektif jika dilaksanakan melalui komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian ini tidak saja dilaksanakan melalui kegiatan kontrol atau pengawasan”.

6) Fungsi Keteladanan “Para pemimpin merupakan tokoh utama di lingkungan masing masing. Seorang pucuk pimpinan diantara para pemimpin yamg membantunya dan orang orang yang dipimpin lainnya, merupakan tokoh sentral yang menjadi pusat perhatian”31

D. Syarat-Syarat Pemimpin.

Syarat syarat kepemimpinan yaitu, kekuasaan, kewibawaan dan kemampuan. Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, keutamaan,

31 Ibid. hlm.142

(38)

sehingga orang mampu “membawahi” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu. Kemampuan adalah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.32

James A. Lee mengemukakan syarat syarat pemimpin, sebagai berikut 33 : 1. Kapasitas : kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara (verbal

vacility), keaslian, kemampuan menilai.

2. Prestasi (achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga dan atletik dan lain-lain.

3. Tanggung jawab : Mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percara diri, agresif dan punya hasrat untuk unggul.

4. Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

5. Status : Meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.

Sedangkan menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu :

1. Kapasitas meliputi kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai.

32 Deddy Mulyana, 2005. Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya),hlm.62.

33 Ibid.

(39)

2. Ilmu pengetahuan yang luas

3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar 34.

Berdasarkan uraian di atas bahwa untuk menjadi seorang pemimpin harus mempunyai kecerdasan, tanggungjawab, serta mempunyai kedudukan sosial yang tinggi di dalam suatu masyarakat. Di dalam konteks Hukum di Indonesia pemimpin bukan hanya presiden, karena dalam sistem pemerintahan Indonesia terdapat beberapa jabatan lain yang fungsinya hamper sama dengan presiden tetapi dengan cakupan daerah yang lebih kecil seperti Gubernur, Bupati, Walikota serta kepala desa, hingga organisasi terkecil dalam struktur pemerintahan Indonesia.

Adapun Syarat calon Presiden dan Wakil Presiden yaitu 35 : 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.

3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya.

34 Kartini Kartono, Op.Cit. hlm.199

35 Undang-Undang No 42 Tahun 2008 tentang pemilu Presiden dan Wakil Presiden, pasal 5.

(40)

4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden;

5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara Negara.

7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan Negara.

8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.

9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

10. Terdaftar sebagai Pemilih.

11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban membayar pajak selama 5 (lima) tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.

12. Belum pernah menjabat sebagai Presiden atau Wakil Presiden selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama.

13. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

14. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

(41)

15. Berusia sekurang-kurangnya 35 (tiga puluh lima) tahun.

16. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

17. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI, dan

18. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara Republik Indonesia.

Adapun Syarat menjadi calon Gubernur, Bupati, dan Walikota yakni 36: 1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Berpendidikan paling rendah sekolah lanjutan tingkat atas atau sederajat.

4. Dihapus .

5. Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur serta 25 (dua puluh lima) tahun untuk Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota.

36 Undang-Undang No 10 tahun 2016 tentang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, Pasal 1.

(42)

6. Mampu secara jasmani, rohani, dan bebas dari penyalahgunaan narkotika berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari tim.

7. Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atau bagi mantan terpidana telah secara terbuka dan jujur mengemukakan kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana.

8. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dibuktikan dengan surat keterangan catatan kepolisian.

10. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi.

11. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan Negara.

12. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

13. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan memiliki laporan pajak pribadi.

14. Belum pernah menjabat sebagai Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama untuk Calon Gubernur, Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati, Calon Wakil Bupati, Calon Walikota, dan Calon Wakil Walikota.

(43)

15. Belum pernah menjabat sebagai Gubernur untuk calon Wakil Gubernur, atau Bupati/Walikota untuk Calon Wakil Bupati/Calon Wakil Walikota pada daerah yang sama.

16. Berhenti dari jabatannya bagi Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, dan Wakil Walikota yang mencalonkan diri di daerah lain sejak ditetapkan sebagai calon.

17. Tidak berstatus sebagai penjabat Gubernur, penjabat Bupati, dan penjabat Walikota.

18. Dihapus.

19. Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan Daerah, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan.

20. Menyatakan secara tertulis pengunduran diri sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Pegawai Negeri Sipil serta Kepala Desa atau sebutan lain sejak ditetapkan sebagai pasangan calon peserta Pemilihan, dan

21. Berhenti dari jabatan pada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah sejak ditetapkan sebagai calon.

Berdasarkan uraian beberapa syarat kepemimpinan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor menjadi seorang pemimpin, dimana salah satu point terpenting yaitu yang berbunyi berketuhanan yang maha esa, yang berarti setiap pemimpin harus memiliki agama atau kepercayaan yang dianutnya.

Selain itu dalam memimpin, organisasi tidak hanya dia yang mampu

(44)

mengerahkan bawahannya tetapi pemimpin tersebut harus lebih mempunyai sikap bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta mempunyai kecakapan, dengan demikian pemimpin akan berhasil membawa kemajuan organisasinya.

E. Hak dan Kewajiban Pemimpin.

Pimpinan dalam kepala daerah memiliki Hak yaitu sebagai berikut : 1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.

2. Memilih pimpinan daerah.

3. Mengelola aparatur daerah.

4. Mengelolah kekayaan daerah.

5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.

6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah.

7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah.

8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.37

Seperti yang terdapat dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang tugas, wewenang, kewajiban dan hak kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berisi tentang melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Kepala dan wakil daerah mempunyai Hak Protokoler dan Hak keuangan. Hak keuangan meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lain. Kepala daerah yang dikenai sanksi pemberentian sementaratidak

37 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

(45)

mendapatkan Hak Protokoler serta hanya diberikan hak keuangan berupa gaji pokok, tunjangan anak,dan tunjangan suami istri.38

Sedangkan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memilik kewajiban sebagai berikut:

1. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang- undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia.

2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat.

4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.

5. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan.

6. Menjaga etika dan norma dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

7. Memajukan dan mengembangkan daya saing daerah.

8. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik.

9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah.

10. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh instansi vertikal di daerah dan semua perangkat daerah.

11. Menyampaikan rencana strategis penyelenggaraan pemerintahan daerah di hadapan rapat paripurna DPRD.39

38 Kitab Undang-undang nomor 23 tahun 2014.

39 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 Pasal 25 dan 26

(46)

F. Pengertian dan ruang Lingkup Non-Muslim 1. Pengertian dan macam-macam Non-Muslim

Secara umum warga negara non Muslim dapat didefiniskan sebagai para penganut agama selain Islam yang menjadi warga negara non Muslim komunitas Islam yang kuantitasnya lebih sedikit dibanding warga negara mayoritas yang beragama Islam.40

Dalam pandangan Islam, yang membedakan seseorang Muslim dengan non-Muslim adalah akidahnya yang termanifestasi kan dengan memeluk agama Islam. Perbedaan akidah merupakan perbedaan yang fundamental bagi Islam, sehingga menjadikan Islam tidak mentolerir secara teologis bahwa agama-agama lain sama dengan Islam. Meskipun demikian, Islam meyakini adanya pluralitas dalam kehidupan ini sebagai kehendak Allah.41

Di dalam masyarakat umum ada tiga kelompok besar yang dikenal dengan sebutan non-Muslim, diantaranya yaitu: Murtad, AhlKitab, dan Kafir.

a. Murtad, secara literal berarti orang yang berbalik, kembali, atau keluar. Dalam pandangan hukum Islam, murtad berarti keluar dari Islam atau tidak mengakui kebenaran Islam, baik dengan berpindah agama lain, atau menjadi tidak beragama sama sekali (atheis).42 Murtad bisa terjadi dengan mengerjakan sesuatu yang jelas

40 Choirun Nisa, “Hak-hak Politik Warga Negara Non Muslim sebagai Pemimpin dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif”.Lampung:UIN Raden Intan Lampung, 2017), hlm.

41

41 Ibid

42 Nasaruddin Umar, Deradikalisasi Pemahaman al-Quran dan Hadis, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2014, hlm. 146

(47)

keharamannya dan hukumnya telah diketahui namun tetap dikerjakan dengan anggapan, perbuatan tersebut boleh dilakukan. Perbuatan tersebut dilakukan secara sengaja. Baik untuk maksud mempermudah atau menghina Islam atau karena keras kepala. Misalnya, sujud menyembah matahari atau menginjak al-Qur‟an. Tetapi kalau perbuatan itu dilakukan bukan karena menolak nas yang melarangnya atau disebabkan penalaran yang keliru terhadap nas,ulama menilai orang tersebut tidak menjadi murtad, juga orang yang dipaksa untuk murtad tidak tergolong orang yang murtad.43

b. AhlKitab, Kata AhlKitab terdiri dari dua kata Ahl dan Al-Kitab. Kata Ahl berarti keluarga atau kerabat dekat. Sedangkan al-Kitab menunjuk kepada makna lembaran atau buku. Jadi Ahlul Kitab dapat diartikan sebagai komunitas yang diturunkanya suatu kitab. Para ulama mendefinisikan AhluKitab dengan makna sebuah komunitas atau kelompok yang telah memiliki kitab suci sebelum diturunya alQur‟an.40 Istilah yang berkembang untuk term AhluKitab adalah menunjukkan kepada sebuah komunitas yang beragama Yahudi dan Nasrani (Kristen), demikian pula yang dimaksud dalam al-Qur‟an dan Hadis. Namun sebagian ulama, ada diantara mereka yang memperluas cakupan AhluKitab, sehingga istilah tersebut tidak hanya terbatas kepada dua kelompok yang disebutkan di atas tadi, tapi mencakup agama dan kepercayaan yang lain, seperti: Majusi dan Shabi‟in, atau oleh orang barat dikenal dengan sebutan kaum sabian.44

43 Ibid., hlm. 146.

44 Ibid., hlm. 177.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode permainan memancing huruf dapat mengembangkan

Kemampaun TCPDump akan berkurang jika kita menggunakan switch, jadi untuk mempelajari paket jaringan secara detail dengan memakai TCPDump sebaiknya memakai hub

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik pada Kelas X MIPA dengan menerapkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, variasi yang dimunculkan guru Bahasa

(3) Dalam menjalankan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Ketua dibantu pengelola keuangan Sekolah Tinggi wajib menatausahakan dan mempertanggungjawabkan

Hasil yang dicapai adalah Performans sapi Bali secara umum ditunjukkan dengan rataan bobot lahir, bobot sapih, lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan, sedangkan

Perencanaan Konstruksi adalah penyedia jasa orang perorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu

Keterbatasan penelitian ini adalah hanya pada kinerja keuangan perusahaan multinasional pengakuisisi pada tahun 2011-2013 dengan menggunakan 7 perusahaan