• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Prarancangan Pabrik Biometana Dari Palm Oil Mill Effluent (Pome) Kapasitas 3.530.000 Nm3/Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Prarancangan Pabrik Biometana Dari Palm Oil Mill Effluent (Pome) Kapasitas 3.530.000 Nm3/Tahun"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang menyebabkan

ketidakmerataan distribusi energi listrik, sehingga masih banyak daerah belum

mendapatkan pasokan listrik. Usaha pemerintah dalam pemecahan masalah

tersebut adalah melalui program penyediaan 10 GW listrik pada tahun 2010

dengan berbagai macam cara terutama pendirian pembangkit listrik berbahan

bakar batubara. Tetapi cadangan bahan bakar batubara tersebut semakin

menipis sehingga diperlukan pemecahan salah satunya dengan substitusi

sumber energi fosil (misalnya: batubara) dengan sumber energi terbarukan

khususnya biomassa, tenaga air dan tenaga angin. Salah satu contoh

pemanfaatan biomassa sebagai sumber energi terbarukan adalah dengan

mengolah limbah cair pabrik kelapa sawit menjadi biometana yang dapat

digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik menggantikan batu bara dan

gas alam (Affandi, 2008).

Selain itu, penggunaan bahan bakar minyak bumi selama ini

menyebabkan tingginya tingkat pencemaran lingkungan melalui emisi yang

dihasilkan, seperti CO2, NOx, SOx, dll. Hal ini terkait langsung dengan isu

dunia mengenai pemanasan global sebagai akibat dari efek rumah kaca.

Untuk itu, diversifikasi dan penguasaan teknologi merupakan yang faktor

(2)

commit to user

Biogas adalah gas produk akhir pencernaan atau degradasi anaerobik

bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerobik dalam lingkungan bebas

oksigen atau udara. Salah satu bahan organik yang dapat difermentasi

menjadi biogas adalah Limbah Cair Kelapa Sawit (POME). Komponen

terbesar (penyusun utama) biogas dari POME adalah metana (CH4, 54 – 70

%-vol), karbon dioksida (CO2, 31 – 46 %-vol), dan sebagian kecil H2S

(670-2500ppmv) (Tong & Jaafar, 2005).

Produksi biometana dengan bahan limbah cair pabrik kelapa sawit

memberikan berbagai keuntungan diantaranya pengurangan jumlah bahan

organik yang menjadi indikator pencemaran lingkungan, serta mengurangi

kandungan racun dalam limbah.

Selama ini biometana hanya dikenal sebagai bahan bakar untuk

keperluan rumah tangga khususnya memasak saja. Padahal biometana juga

bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Kebutuhan

biometana akan semakin meningkat seiring dengan konsumsi listrik di

Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat karena peningkatan

pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu pendirian pabrik

biomethana sangat diperlukan untuk memenuhi sebagian besar

kebutuhan listrik industri dan sebagai sumber energi yang diharapkan dapat

membuka lapangan kerja baru. Listrik yang dihasilkan selain bisa digunakan

untuk kepentingan industri juga bisa digunakan untuk listrik rumah tangga

karena sebagian besar listrik rumah tangga di sekitar pabrik kelapa sawit

(3)

commit to user 1.2 Kapasitas Pabrik

Dalam pemilihan kapasitas pabrik biometana ada pertimbangan yang

perlu diperhatikan yaitu ketersediaan bahan baku yang berupa limbah cair

pabrik kelapa sawit. Limbah cair ini diperoleh dari hasil pengolahan kelapa

sawit PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII), pabrik kelapa sawit (PKS)

Kertajaya, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten yang merupakan salah satu

sentra pengembangan kelapa sawit nasional di Indonesia. Pada tahun 2013

PTPN VIII PKS Kertajaya mengolah Tandan Buah Segar kelapa sawit

sebanyak 80 tonTBS/jam (www.industri.kontan.co.id). Kapasitas pabrik

pengolahan limbah cair kelapa sawit yang pernah ada di Indonesia untuk

produksi listrik sebesar 45 ton TBS/jam di PTPN V Tandun, Riau

(www.riaupos.co.id).

Untuk 1 TBS kelapa sawit dapat dihasilkan sekitar 0,56 m3Limbah Cair

Kelapa Sawit (LCKS). Sedangkan dari 1 m3LCKS dapat dihasilkan 28,3 m3

biogas dengan kandungan metana sebesar 62,5% (Tong & Jaafar, 2005).

Dengan mempertimbangkan faktor - faktor diatas pabrik Biometana

direncanakan hanya mengolah POME dari hasil pengolahan 45 ton TBS/jam,

dengan kebutuhan bahan baku Limbah Cair Kelapa Sawit dari PTPN VIII

PKS Kertajaya sebesar 25,2 m3/jam sehingga di dapatkan kapasitas pabrik

Biometana sebesar 3.530.000 Nm3/tahun.

1.3 Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kemajuan dan

(4)

commit to user

yang akan datang karena hal ini berpengaruh terhadap faktor produksi dan

distribusi dari pabrik yang didirikan. Pemilihan yang tepat mengenai lokasi

pabrik harus memberikan suatu perhitungan biaya produksi dan distribusi

yang minimal serta pertimbangan sosiologi, yaitu pertimbangan dalam

mempelajari sikap dan sifat masyarakat di sekitar lokasi pabrik.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka pabrik pembuatan

biometana sebagai sumber energi listrik ini direncanakan berlokasi di

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dasar pertimbangan dalam pemilihan

lokasi pabrik ini adalah:

a. Bahan Baku

Suatu pabrik sebaiknya berada di daerah yang dekat dengan sumber

bahan baku. Bahan baku berupa POME direncanakan diperoleh dari

pabrik kelapa sawit milik PTPN VIII PKS Kertajaya di Kabupaten Lebak,

Propinsi Banten yang menghasilkan POME sebanyak 44,8 m3/jam.

Kebutuhan POME untuk pabrik biometana ini sebanyak 25,2 m3/jam

sehingga dapat tercukupi.

b. Transportasi Bahan Baku

Lokasi yang dipilih dalam rencana pendirian pabrik ini merupakan

kawasan perkebunan kelapa sawit dan bersebelahan dengan pabrik kelapa

sawit, sehingga distribusi bahan baku dapat berjalan dengan lancar yaitu

dengan menggunakan pompa yang akan terhubung dengan pabrik

(5)

commit to user c. Kebutuhan Tenaga Listrik dan Bahan Bakar

Dalam pendirian suatu pabrik, tenaga listrik dan bahan bakar adalah

faktor penunjang yang paling penting. Kebutuhan tenaga listrik untuk

operasi awal pabrik dapat diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara

(PLN) wilayah Banten. Sedangkan untuk seterusnya pabrik akan

menggunakan listrik yang akan dihasilkan sendiri.

d. Kebutuhan air

Air merupakan kebutuhan penting bagi suatu pabrik kimia, baik

untuk keperluan proses maupun untuk keperluan lainnya. Sumber air

proses dapat diperoleh dengan mengambil air dari sungai Ciujung di

dekat PKS Kertajaya.

e. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan modal untuk pendirian suatu pabrik.

Dengan ditambahnya plant di PTPN VIII diharapkan dapat menyerap

tenaga kerja potensial yang cukup banyak di daerah tersebut. Tenaga

kerja di daerah ini meliputi tenaga kerja terdidik maupun tidak terdidik

serta tenaga kerja terlatih maupun tidak terlatih.

f. Pemasaran Produk

Biometana yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan bakar

pembangkit listrik. Tabel 1.1 memperlihatkan proyeksi kenaikan

kebutuhan listrik di Jawa dan Sumatera. Dengan pertimbangan tersebut

(6)

commit to user

royeksi Kebutuhan Listrik di Pulau Jawa dan La

Sektor Industri (TWh) Sektor Rumah T

ulau Jawa Pulau Sumatera Pulau Jawa Pul

145 29 50

lokasi pendirian pabrik :

omethana PKS Kertajaya

Gambar 1.1 Lokasi Pabrik Biometana

(7)

commit to user 1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Limbah cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh Pabrik Minyak Kelapa Sawit

(PMKS) berasal dari air kondensat pada proses sterilisasi, air dari proses

klarifikasi, air hydrocyclone, dan air pencucian. Jumlah air pembuangan

tergantung pada system pengolahan, kapasitas olah pabrik dan keadaan

peralatan klarifikasi. Limbah cair PMKS mengandung bahan organik yang

relatif tinggi dan tidak bersifat toksik karena tidak menggunakan bahan

kimia dalam proses ekstraksi minyak (Subdit Pengelolaan Lingkungan

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian DITJEN PPHP, 2006)

Tabel 1.2 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Parameter Nilai

pH 4,5

Suhu (oC) 55

BOD (g/l) 25

COD (g/l) 56,635

Minyak (g/l) 4,330

Total Suspended Solid/ C50H90O6(g/l) 19,610

Air (% wt) 95,5

(8)

commit to user

Tabel 1.3 KomposisiFatty AcidLimbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Fatty Acid % massa

Capric acid 4,29

Lauric acid 9,22

Myristic acid 12,66

Palmitic acid 29,38

Heptadecanoid acid 1,39

10-heptadecanoic acid 1,12

Stearic acid 11,41

Oleic acid 8,54

Lenoleic acid 4,72

Linolenic acid 4,72

Arachidic acid 7,56

Eicosatrienoic acid 1,49

Arachidonic acid 1,12

Eicosapentaeonic acid 0,36

Behenic acid 2,62

(Ahmad et al., 2011)

1.4.2 Biometana

Biometana merupakan biogas dengan kadar metana (CH4) yang

tinggi, sedangkan karbondioksida (CO2) terdapat dalam jumlah yang

sedikit. Biogas didapat dari hasil penguraian material organik seperti

(9)

commit to user

metanogen pada sebuah biodigester. Proses penguraian material organik

terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Sedangkan untuk mendapatkan

biometana perlu dilakukan proses pemurnian.

Bakteri yang berperan dalam pembentukan biogas adalah bakteri

pendegradasi, bakteri pembentuk asam, bakteri asetogen dan bakteri

pembentuk gas metana. Bakteri pendegradasi terdiri atas bakteri

selulolitik, bakteri proteolitik, dan lipolitik. Bakteri-bakteri ini akan

mengubah protein, selulosa, dan lemak menjadi asam amino, glukosa, dan

asam lemak. Bakteri pembentuk asam akan berperan dalam fermentasi

hasil hidrolisis menjadi asam-asam lemak volatil, seperti asam butirat,

propionat, laktat, asetat, dan alkohol. Bakteri asetogen berperan dalam

mengoksidasi hasil fermentasi asam menjadi asam asetat, CO2, dan

hidrogen yang menjadi substrat bakteri metana. Bakteri pembentuk gas

metana berperan dalam merombak asam asetat menjadi metan dan CO2

oleh kelompok bakteri metanogen asetotrofik, serta hidrogen dan CO2

menjadi metana dan air oleh kelompok bakteri metanogen hidrogenotrofik

(Fitria, 2011).

1.4.3 Langkah-Langkah Pembentukan Biogas

Secara umum, langkah-langkah pembentukan biogas ada 3 yaitu :

1. Hidrolisis

Pada langkah pertama, bahan organik secara enzimatis diuraikan

(10)

commit to user

mikroorganisme. Bakteri mendekomposisi rantai panjang karbohidrat,

protein dan lemak menjadi bagian yang lebih pendek. Sebagai contoh,

polisakarida diubah menjadi monosakarida. Protein dibagi menjadi

peptida dan asam amino.

2. Asidogenesis

Pada tahap ini produk yang telah dihidrolisa dikonversikan

menjadi asam lemak volatil, alkohol, aldehid, keton, amonia,

karbondioksida, air dan hidrogen oleh bakteri pembentuk asam. Asam

– asam organik yang terbentuk adalah asam asetat, asam propionat,

asam butirat dan asam valerat.

3. Asetogenesis

Asam lemak volatil dengan empat atau lebih rantai karbon tidak

dapat digunakan secara langsung oleh metanogen. Asam-asam organik

ini dioksidasi terlebih dahulu menjadi asam asetat dan hidrogen oleh

bakteri asetogenik penghasil hidrogen melalui proses yang disebut

asetogenesis. Asetogenesis juga temasuk pada produksi asetat dari

hidrogen dan karbon dioksida oleh asetogen dan homoasetogen.

Kadang-kadang proses asidogenesis dan asetogenesis dikombinasikan

sebagai satu tahapan saja.

4. Pembentukan Metana

Pada akhirnya gas metana diproduksi dengan dua cara. Pertama

adalah mengkonversikan asetat menjadi karbon dioksida dan metana

(11)

commit to user

karbon dioksida dengan hidrogen oleh organisme hidrogenotropik.

Metanogen yang dominan digunakan pada reaktor biogas adalah

Methanobacterium, Methanothermobacter, Methanobrevibacter,

Methanosarcina,danMethanosaeta

(Deublien & Steinhauser, 2008)

1.4.4 Parameter Fermentasi

Pada dasarnya efisiensi produksi biogas sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor meliputi : suhu, derajat keasaman (pH), konsentrasi

asam-asam lemak volatil, nutrisi (terutama nisbah karbon dan nitrogen), zat

racun, waktu retensi hidrolik, kecepatan bahan organik, dan konsentrasi

amonia.

1. Alkalinitas

Alkalinitas limbah cair dapat dihasilkan dari hidrokarbon, karbonat

(CO32-) dan bikarbonat (HCO3-) yang berikatan dengan kalsium,

magnesium, kalium dan amonia. Alkalinitas limbah cair membantu

mempertahankan pH agar tidak mudah berubah yang disebabkan oleh

penambahan asam. Selain itu, alkalinitas juga mempengaruhi

pengolahan zat-zat kimia dan biologi serta dibutuhkan sebagai nutrisi

bagi mikroba. Kadar alkalinitas diperoleh dengan menitrasi sampel

dengan larutan standar asam dan diperoleh hasil dalam satuan mg/L

(12)

commit to user 2. pH

Konsentrasi ion-hidrogen merupakan kualitas parameter yang

penting di dalam limbah cair. pH dapat diartikan sebagai eksistensi dari

kehidupan mikroba di dalam limbah cair (biasanya bernilai 6 - 9).

Limbah cair memiliki pH yang sulit diatur karena adanya proses

pengasaman pada limbah cair.

3. Nutrisi

Nutrisi bagi pertumbuhan mikroba dalam limbah cair umumnya

adalah nitrogen dan fosfor (NP). Untuk mendapatkan sludge yang kecil

pada proses anaerobik, maka diperlukan kadar NP yang cukup. Oleh

karena itu, penambahan N dan/atau P yang dibutuhkan tergantung dari

substrat dan nilai dari SRT (Solid Retention Time). Biasanya jumlah

nutrisi yang dibutuhkan seperti NP dan sulfur (S) pada rentang 10-13,

2-2,6 dan 1-2 mg/100 mg limbah. Namun, agar metanogenesis yang terjadi

maksimum, konsentrasi NPK biasanya 50, 10, dan 5 mg/L. Kandungan

N dapat diperoleh dari berbagai macam senyawa, salah satunya

CO(NH2)2 (Urea).

(Deublien & Steinhauser, 2008)

1.4.5 Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit (POME)

Proses pengolahan POME menjadi biogas biasanya memakai

proses fermentasi anaerob dan aerob. Fermentasi anaerob berarti selama

proses fermentasi tidak ada udara yang masuk di dalam reaktor.

(13)

commit to user

yang masuk di dalam reaktor. Fermentasi anaerob dan aerob memiliki

beberapa keuntungan dan kerugian, yang ditunjukkan pada tabel 1.4 :

Tabel 1.4 Keuntungan dan Kerugian Fermentasi Anaerobik

1.4.6 Nilai Potensial Biogas

Biogas yang bebas pengotor (H2O, H2S, CO2, dan partikulat

lainnya) dan telah mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas

alam. Dalam bentuk ini, gas dapat digunakan sama seperti penggunaan gas

alam. Pemanfaatannya pun telah layak sebagai bahan baku pembangkit

listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air. Jika dikompresi, biogas dapat

menggantikan gas alam terkompresi yang digunakan pada kendaraan. Di

Indonesia nilai potensial pemanfaatan biogas ini akan terus meningkat

Fermentasi Anaerob Fermentasi Aerob

Keuntungan Penggunaan energi

Start uplambat Produk metana (CH4)

(14)

commit to user

karena adanya jumlah bahan baku biogas yang melimpah dan rasio antara

energi biogas dan energi minyak bumi yang menjanjikan. Berdasarkan

sumber Departemen Pertanian, nilai kesetaraan biogas dengan sumber

energi lain ditunjukkan pada tabel 1.5 :

Tabel 1.5 Kesetaraan Biogas dengan sumber lain

Bahan Bakar Jumlah

Biogas 1 m3

Elpiji 0,46 kg

Minyak tanah 0,62 liter

Minyak solar 0,52 liter

Bensin 0,8 liter

Gas kota 1,5 m3

Kayu bakar 3,5 kg

Tabel 1.6 menunjukan perbandingan penggunaan biomethana dan bahan

bakar lain untuk bahan bakar pembangkit listrik.

Tabel 1.6 Konversi energi listrik biomethana dengan sumber lain

Bahan Bakar Jumlah Konversi ke listrik (kWh)

Biomethane (97% methane) 1 Nm3 9,67

Gas Alam 1 Nm3 11

Bensin 1 liter 9,06

Diesel 1 liter 9,8

(15)

commit to user 1.4.7 Macam – macam Proses Pembuatan Biogas

Macam – macam proses pembuatan biogas ada tiga, yaitu :

1. ProsesPhsycrophillic

Proses pembuatan biogas secara Phsycrophilic berjalan pada suhu rendah

yaitu 10 oC. Bakteri yang bekerja pada proses ini ditemukan di daerah

subtropis.

2. ProsesMesophillic

Proses pembuatan biogas secara Mesophillic berlangsung pada suhu

10-50oC. Bakteri yang bekerja pada proses ini ditemukan di daerah tropis.

3. ProsesThermophilic

Proses pembuatan biogas secara Thermophilic berlangsung pada suhu

50-80oC. Bakteri yang bekerja pada proses ini ditemukan di daerah tambang

minyak yang berasal dari perut bumi.

(Siregar, 2009)

1.4.8 Pemilihan Proses

Proses yang dipilih dalam pembuatan biomethana pada pabrik ini adalah

proses Thermophilic. Pemilihan proses ini didasarkan pada jika sistem

tangki tertutup dan proses biologis menggunakan bakteri thermophilic

reaksi biologis akan berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan

menggunakan bakteri mesophilic (Subdit Pengelolaan Lingkungan

(16)

commit to user 1.5 Kegunaan Produk

Komponen utama dari biometana adalah metana (CH4) sehingga

dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif. Contohnya untuk bahan

bakar memasak dan pembangkit listrik. Selain itu limbah dari pembuatan

biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik baik cair maupun padat.

1.6 Sifat Fisis dan Kimia

1.6.1 Bahan Baku

Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit

Karakteristik Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit :

Parameter : Nilai

pH : 4,5

Suhu (oC) : 55

BOD (g/l) : 25

COD (g/l) : 56,635

Minyak (g/l) : 4,330

Total Suspended Solid (g/l) : 19,610

Air (%wt) : 95,5

(Arthur & Glover, 2012)

Asumsi yang dipakai:

 Minyak yang terdapat dalam POME merupakan CPO.

 Sumber bahan organik yang terdegradasi menghasilkan metana

(17)

commit to user 1.6.2 Produk

Karakteristik kandungan Biomethana

a. Gas Metana (CH4)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 16,04 g/mol

 Titik didih : -161,4oC

 Titik leleh : -182,6oC

 Suhu Swanyala : 537oC

(Perry, 2007)

Sifat Kimia

 Reaksi pembakaran sempurna gas metana menghasilkan gas karbon

dioksida dan uap air

CH4+ O2 CO2+ H2O

 Reaksi halogenasi gas metana menghasilkan klorometan dan HCl

CH4+ Cl2 CH3Cl + HCl

(Fessenden, 1989)

b. Gas Karbon Dioksida (CO2)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 44,01 g/mol

 Titik didih : -78,5oC

 Titik leleh : -56,6oC pada 5,2 atm

(18)

commit to user Sifat Kimia

 Karbon dioksida bereaksi dengan natrium hidroksida membentuk

natrium karbonat

NaOH + CO2 Na2CO3+ H2O

(Vogel,1985)

1.6.3 Bahan Pembantu

1.6.3.1 Ferro Klorida (FeCl2)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 126,7 gr/mol

 Titik lebur : 677oC

 Kelarutan dalam air : 64,4 gr/100 ml pada 10oC

105,7 gr/100 ml pada 100oC

 Densitas : 3,16 gr/cm3

Specific gravity : 2,7

(Perry,2007)

Sifat Kimia

 Larut dalam aseton

 Tidak larut dalam etil eter

 Bahan yang korosif sehingga harus disimpan dalam ruang tertutup

 Agen flokulan dalam pengolahan air limbah buangan

(19)

commit to user 1.6.3.2 Natrium Hidroksida (NaOH)

Sifat Fisis

 Berat Molekul : 40 gram/mol

 Titik didih : 1390oC pada tekanan 1 atm

 Titik leleh : 318,4oC

 Titik beku : -85oC

 Densitas : 2,13 gram/mL

 Berwarna putih

(Perry,2007)

Sifat Kimia

 Mudah larut dalam air.

 Tidak larut dalam aseton.

 Higroskopis

(Perry, 2007)

1.6.3.3 Nickel (II) Chloride (NiCl2)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 129,599 gr/mol

 Titik lebur : 973OC (1.246,15 K)

Specific gravity : 3,544

 Kelarutan dalam air : 87,6 g / 100 ml pada 100 C

 Berwarna padatan kuning

(20)

commit to user Sifat Kimia

 Tidak tahan panas karena akan terdekomposisi

 Reaktif terhadap asam

 Bahan tidak korosif

(Vogel,1985)

1.6.3.4 Cobalt (II) Chloride (CoCl2)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 129,839 gr/mol

 Titik lebur : 1049OC ( 1.322,15 K)

Specific gravity : 3,356

 Kelarutan dalam air : 105 g / 100 ml pada 96 C

 Berwarna padatan biru

(Perry,2007)

Sifat Kimia

 Tidak larut dalam ammonia

 Bersifat higroskopis

 Tidak bersifat korosif

(Perry,2007)

1.6.3.5 Urea (H2NCONH2)

Sifat Fisis

 Berat molekul : 60,07 gr/mol

 Titik lebur : 132,70C

(21)

commit to user

 Kelarutan dalam air : 100 gr/100 ml pada 170C

 Tingkat keasaman (pKa) : 0,18

 Berupa padatan berwarna putih

(Perry,2007)

Sifat Kimia

 Bersifat higroskopis

 Larut dalam metanol

 Tidak korosif terhadap stainless steel 304 dan 316

(22)

Gambar

Gambar 1.1 Lokasi Pabrik Biometanacommit to user
Tabel 1.2 Karakteristik Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Tabel 1.3 Komposisi Fatty Acid Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Tabel 1.4 Keuntungan dan Kerugian Fermentasi Anaerobik
+2

Referensi

Dokumen terkait

formal serta pendidikan dasar dan menengah mengelola lebih dari 1 (satu) satuan pendidikan, BHP tersebut memiliki 1 (satu) organ penentu kebijakan umum tertinggi untuk sejumlah

procedural dengan contoh kasus bahasa pascal dan C. Bahasa pemrograman procedural merupakan bahasa pemerograman yang melibatkan fungsi-fungsi atau proseedure- prosedur

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Keduanya masih menggunakan sumber hukum yang sama yaitu berpedoman pada al-Qur’an dan perincian dari hadits Rasulullah serta pengembangan hukum secara kontekstual melalui ijtihad

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif.. 3) Membandingkan hasil wawancara antara guru pondok dengan santri- santri di pondok terkait dengan pembelajaran berbasis

Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di

hidupnya secara optimal, hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru dalam melestarikan bahasa daerah pada anak.. Bahasa merupakan aspek yang penting untuk perkembangan

Saran yang diajukan adalah supaya sekolah juga menyediakan media pembelajaran saat kegiatan ekstrakurikuler bola basket, pelatih juga harus lebih bisa mengkondisikan atlet