• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS DAN KEBERLANJUTAN PELAYANAN KB PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM MENCAPAI UNIVERSAL HEALTH COVERAGE DI YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KUALITAS DAN KEBERLANJUTAN PELAYANAN KB PADA ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DALAM MENCAPAI UNIVERSAL HEALTH COVERAGE DI YOGYAKARTA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HEALTH COVERAGE DI YOGYAKARTA

Quality and Sustainability of Family Planning Services in the Era of National Health Insurance in Achieving Universal Health Coverage in

Yogyakarta

Sri Sularsih Endartiwi dan Istika Dwi Kusumaningrum

Program studi Kesehatan Masyarakat STIkes Surya Global Yogyakarta Naskah masuk: 08 Desember 2020 Perbaikan: 6 Mei 2021 Layak terbit: 16 Desember 2021

https://doi.org/10.22435/hsr.v24i4.4122 ABSTRAK

Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan guna mencapai Universal Health Coverage juga memberikan pelayanan Keluarga Berencana baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut. Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB. Berdasarkan hasil observasi di puskesmas dijumpai peserta JKN menyatakan kualitas pelayanan KB masih kurang, misalnya terkait ketersediaan obat untuk suntik yang habis. Pada waktu-waktu tertentu petugas di puskesmas tidak ada karena sedang mengikuti acara atau kegiatan di luar puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas dan keberlanjutan KB pada era JKN dalam Mencapai Universal Health Coverage di Yogyakarta. Metode penelitian adalah kuantitatif dan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah peserta JKN yang sudah pernah memanfaatkan fasilitas pelayanan Keluarga Berencana di puskesmas yang berjumlah 90 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuesioner kepada 90 orang akseptor KB dan FGD dengan peserta 2 orang dari BKKBN, 1 orang dari BPJS Kesehatan, 2 orang petugas pelayanan KB dan 3 orang akseptor KB. Data kualitatif diolah dengan menggunakan software open code. Hasil penelitian ini adalah kualitas yang meliputi aspek tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy pada pelayanan KB yang sudah dilakukan oleh 3 puskesmas yang terdiri dari Puskesmas Imogiri I, Pleret, dan Banguntapan II di Kabupaten Bantul Yogyakarta sudah baik. Keberlanjutan pelayanan KB juga harus dilanjutkan karena dengan ditanggungnya pembiayaan pelayanan KB oleh BPJS Kesehatan meningkatkan masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi sehingga dapat menekan angka kelahiran.

Kata Kunci: JKN, KB, keberlanjutan, kualitas, pelayanan ABSTRACT

The National Health Insurance managed by the BPJS Health to achieve Universal Health Coverage (UHC) also provides Family Planning (FP) services that are good at First-Level Health Facilities and Second Level Health Facility. One of the challenges in planning the service is not yet optimal availability, affordability, and quality of family planning services.

Based on the results of observation in the health centers found participants NHI stated the quality of family planning services is still lacking, for example, related to the availability of drugs for injecting are depleted. This study aimed at researching the Quality and Sustainability of Family Planning Services in the era of national health insurance in achieving Universal Health Coverage in Yogyakarta. The research method is quantitative and qualitative research design case

Korespondensi:

Sri Sularsih Endartiwi

Program studi Kesehatan Masyarakat STIkes Surya Global Yogyakarta E - mail : tiwinafla2@gmail.com

(2)

Korespondensi:

Sri Sularsih Endartiwi

Program studi Kesehatan Masyarakat STIkes Surya Global Yogyakarta E - mail : tiwinafla2@gmail.com

study. The subject of this research is JKN participants who have already been utilizing the services of Family Planning services at health centers, which amounted to 90 people. Data collection is done by giving questionnaires to 90 people acceptors and focus group discussions with the participants of the 2 people from National Population and Family Planning Board, 1 people of National Health Insurance, 2 people of FP service officers, and 3 people of FP acceptor.

Qualitative Data were processed using software open code. The results of this study are the qualities that include aspects of tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy in family planning services has been done by 3 health centers consists of the health center Imogiri I, Pleret, and Banguntapan II in Bantul Regency, Yogyakarta has been good. The sustainability of family planning services should also be continued because of the passing on the financing of family planning services by BPJS Health to improve the community for the use of contraceptives to reduce the birth rate.

Keywords: Family planning, national health insurance, quality, services, sustainability

PENDAHULUAN

W o r l d H e a l t h A s s e m b l y ( W H A ) k e - 5 8 mengeluarkan resolusi yang menyatakan, pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial (Kemenkes RI, 2013a). Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi tersebut, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Beberapa negara juga sudah menyelenggarakan universal health coverage.

Pengelola JKN di Indonesia adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

(Kemenkes RI, 2013b).

Cakupan kepesertaan BPJS Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan bulan Maret 2019 adalah sebesar 3.548.812 orang atau sebesar 97,74% dari total penduduk 3.631.014 orang. Era JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan juga memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB) baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) maupun Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL).

Berikut ini data Pasangan Usia Subur dan merupakan peserta JKN di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per April 2019:

Kabupaten/

Kota

Jumlah PUS JKN Jumlah Persentase Kulon Progo 50348 83,89%

Bantul 108194 77,38%

Gunung

Kidul 95239 80,70%

Sleman 37763 26,23%

Kota

Yogyakarta 18396 47,59%

Jumlah 309940 61,93%

Sumber: BKKBN DIY, 2019

Tabel 1. Pasangan Usia Subur Peserta JKN di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per April 2019

(3)

Tabel 2. Peserta KB Aktif di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per Mei 2019 Kabupaten/ Kota Jumlah KB

Aktif

Kulon Progo 42.369

Bantul 99.227

Gunung Kidul 91.341

Sleman 108.135

Kota Yogyakarta 26.159

Jumlah 367.231

Sumber: BKKBN DIY, 2019 Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui jumlah PUS peserta JKN di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 309.940 pasangan atau 61,93%

dari total PUS. Data peserta KB aktif di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disajikan dalam Tabel 2 berikut ini :

Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat diketahui jumlah KB aktif baik yang sudah maupun belum menjadi peserta JKN di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 367.231 orang.

Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan KB termasuk dalam manfaat pelayanan promotif dan preventif. Manfaat pelayanan KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi, dengan pembiayaannya diatur dalam Permenkes Nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Pelayanan yang dimaksud diselenggarakan bekerja sama dengan lembaga yang membidangi KB, dalam hal ini BKKBN.

mengacu pada Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan dapat mendukung peningkatan dan percepatan pencapaian target kesehatan ibu. Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB (Kemenkes RI, 2013a) .

Pelayanan KB di Puskesmas meningkat tajam, sedangkan pelayanan di rumah sakit baik pemerintah maupun swasta turun dan pelayanan oleh dokter dan bidan praktek swasta tetap tinggi.

Pemanfaatan kartu BPJS kesehatan untuk pelayanan KB masih rendah. Pemakaian kartu BPJS Kesehatan untuk pelayanan KB memiliki hubungan yang bermakna terhadap pemakaian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang) (Oesman, 2017).

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas dan keberlanjutan pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada era JKN dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) di Yogyakarta.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitas (quality) digunakan pendekatan kuantitatif (penelitian deskriptif kuantitatif), dengan sampel peserta JKN sebanyak 90 orang yang ditentukan berdasarkan kuota di 3 wilayah Puskesmas. Data tentang kualitas pelayanan KB diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada sampel penelitian yang ditentukan secara quota sampling di 3 puskesmas di wilayah Kabupaten Bantul DIY. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Imogiri I, Pleret, dan Banguntapan II.

Penelitian untuk mengetahui keberlanjutan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Setiap puskesmas masing-masing diambil 30 orang peserta JKN yang sudah pernah memanfaatkan fasilitas pelayanan Keluarga Berencana (KB). Total sampel berjumlah 90 orang peserta JKN. Data yang terkait dengan Sustainability pelayanan KB didapatkan dengan melakukan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang terdiri dari satu orang dari BPJS Kesehatan, dua orang dari BKKBN, dua orang dari petugas Puskesmas, tiga orang peserta JKN yang sudah pernah memanfaatkan fasilitas pelayanan Keluarga Berencana (KB).

Instrumen penelitian pada penelitian ini yang adalah kuesioner atau angket yang diadopsi dari penelitian kualitas pelayanan "Delivering Quality Service: Balancing Customer Perceptions and Expectations". Instrumen penelitian terdiri dari lima aspek untuk penilaian kualitas pelayanan kesehatan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis kualitatif menggunakan software Open Code dan disajikan dalam bentuk narasi sebagai kutipan wawancara.

(4)

HASIL

Karakteristik Responden Aspek Kualitas Pelayanan KB

Berikut ini adalah karakteristik responden penelitian yang merupakan akseptor KB berdasarkan beberapa kriteria:

Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Puskesmas Tempat Mendapatkan

Pelayanan Keluarga Berencana (KB), Umur, Pendidikan, Jenis Pekerjaan, Jenis Kepesertaan, alat Kontrasepsi dan Lama penggunaan Alkon di Yogyakarta Tahun 2020

(5)

Seluruh responden berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 90 orang atau 100%. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang berumur ≥ 35 tahun lebih banyak daripada responden yang berumur < 35 tahun. Responden yang pendidikan terakhirnya SMA/SMK adalah yang paling banyak, yaitu sebanyak 44 orang atau 48,9%. Jenis pekerjaan responden yang paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga yaitu berjumlah 66 orang atau sebesar 73,3%. Responden penelitian ini yang merupakan peserta PBI adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 67 orang atau sebesar 74,4%.

Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa

responden yang pilihan alat kontrasepsinya terbanyak adalah IUD yaitu sebanyak 42 orang atau 46,7%. Jenis alat kontrasepsi yang paling sedikit adalah kondom yaitu hanya empat orang.

Responden yang lama penggunaan alat kontrasepsi sudah lebih dari 3 tahun sebanyak 52 orang atau 57,8%.

Aspek Keberlanjutan Pelayanan KB

Deskripsi subjek penelitian untuk kegiatan FGD yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang aspek keberlanjutan dari pelayanan KB di Yogyakarta tahun 2020.

Hasil Analisis Data

Analisis Data Kualitas pelayanan KB

Penelitian ini meneliti kualitas pelayanan KB yang diberikan oleh puskesmas Imogiri I, Pleret, dan Banguntapan II kepada akseptor KB yang menjadi

peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) yang penyelenggaranya adalah BPJS Kesehatan.

Pelayanan KB merupakan salah satu pelayanan yang biayanya ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Kualitas pelayanan terdiri dari aspek tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy.

(6)

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai pendapat bahwa pelayanan kesehatan KB dari aspek tangible (bukti fisik) baik adalah sebanyak 95,6%. Responden yang menyatakan baik untuk Quality pelayanan KB dari aspek reliability (kehandalan) adalah sebanyak 90,0%. Responsiveness (ketanggapan) yang dinilai oleh responden, sebanyak 84 responden menyatakan bahwa kualitas pelayanan KB dari aspek responsiveness (ketanggapan) adalah baik atau sebesar 93,3%. Responden yang menyatakan kurang baik untuk kualitas pelayanan KB dari aspek assurance (jaminan) adalah sebanyak 1,1%.

Responden yang menyebutkan bahwa kualitas pelayanan KB sudah baik dari aspek assurance (jaminan) berjumlah 91,1%. Quality pelayanan KB dari aspek empathy (perhatian) berdasarkan penilaian responden, sebanyak 82 orang menyatakan bahwa pelayanannya sudah baik.

Keberlanjutan pelayanan KB

Berdasarkan hasil FGD (Focus Group Discussion) yang diselenggarakan pada tanggal 2 September 2020 diperoleh hasil sebagi berikut:

Dukungan Akseptor KB, Puskesmas, BKKBN, BPJS Kesehatan dalam Pelaksanaan Program KB di Era JKN

Akseptor KB merasa program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan sangat membantu dalam mengakses ke pelayanan KB. Hal ini seperti yang disampaikan oleh akseptor KB berikut ini:

"Sangat berterimakasih sekali kepada pemerintah dan sudah baik mungkin sampai ke depanya bisa lebih baik lagi. Ya mungkin saya pribadi sekarang pelayanannya di Puskesmas Imogiri I itu sudah bagus. Bidan dan peralatannya juga lebih bagus lagi. Saya pemakai BPJS itu tidak apa ya maksudnya lancarlah memakai BPJSnya tidak dibikin sulit." (AKB 2)

"Ini yang saya alami saya sendiri, saya juga menggunakan BPJS di Puskesmas. selalu dipermudah selalu dikasih informasi bagaimana dengan umur sekian sekian harus memakai KB apa pokoknya dipermudah dikasih informasi juga gampang diterima." (AKB 1)

"Dari saya dulu pertama kali KB juga sudah mempunyai kartu BPJS, Untuk ekonomi tidak merugikan jatah, penghasilan dari warga dan pelayanan di puskesmas Pleret untuk pribadi saya. Karena itu kemarin saya di puskesmas

disarankan untuk IUD, dari puskesmas saya diperiksa dulu untuk suntik 3 bulan dicover kalau sebulan tidak." (AKB 3)

Petugas pelayanan KB di puskesmas pun mengungkapkan hal yang serupa bahwa dengan adanya program JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan sangat membantu masyarakat di dalam mengakses pelayanan KB. Berikut ini pendapat dari petugas pelayanan KB puskesmas:

"Mereka sekarang sudah berpikir, ketoke nak puskesmas ki karo bidan praktek apik bu bidan.

Jadi nek menurut saya ya masyarakat sangat terbantu,terutama untuk akses peayanan KB."

(PKB 2)

"Alhamdulillah untuk pelayanan di puskesmas lancar lancar terus untuk BPJS itu sangat membantu sekali. Kita menunjukkan KTP jadi kalau pasien datang tinggal lihat NIK nya kita catat pakai komputer pasien disuruh tanda tangan.

Selama ini tidak ada kendala, cuman untuk BPJS untuk bongkar pasang IUD tidak bisa diklaim kalau suntik pasang bisa bongkar gak bisa, terus KB satu bulan juga tidak bisa diklaim sama pil menyusui selama ini belum ada." (PKB 1)

"Kita selalu mendukung paisen dan lewat kader lewat PLKB selalu door to door yang sering kita lakukan yaitu untuk sosialisasi yang sering kita lakukan sebisanya." (PKB 1)

Pihak BPJS Kesehatan menjelaskan bahwa pelayanan KB merupakan salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat yang didukung sepenuhnya oleh BPJS Kesehatan sendiri maupun oleh BKKBN. Berikut ini kutipan penjelasan dari pihak BPJS Kesehatan:

"Pelayanan KB ini adalah termasuk pelayanan promotif dan preventif nah kami itu istilahnya masih ragu kami minta pendapat dari pengendali mutu kemudian setelah bongkar pasang dilakukan jasanya satu kali yaitu jasanya 100 ribu dan kami di sini membayar jasa kemudian sudah tecatat di regulasi dan alatnya dari BKKBN tapi ada syaratnya juga apabila bulan ini pasang besok pasang lagi boleh saja, dan juga sekarang aplikasi sudah mulai dibuat ini mulai saatnya boleh dilakukan KB" (BPJS)

"Berbicara mengenai layanan KB di BKKBN bisa dilakukan dengan baik. Memang betul kita berbicara layanan itu ada yag namanya akseptor baru, akseptor berjalan ada yang namanya akseptor. Akseptor baru itu tadi kadang susah

(7)

m e n j e l a s k a n m a k a p r o v i d e r i n i h a r u s menjelaskan kepada akseptor untuk bisa menggunakan alat KB yang pas, jadi ada konseling." (BKKBN 1)

Keberlanjutan Pelayanan KB di Puskesmas Hasil dari kegiatan FGD untuk mendapatkan informasi tentang sustainability pelayanan KB adalah semua pihak mengharapkan BPJS Kesehatan dan pemerintah tetap akan menanggung pelayanan KB dalam paket manfaatnya. Berikut ini kutipan hasil diskusinya:

"Terus dilanjutkan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti saya, sehingga masih bisa menggunakan BPJS untuk ber-KB" (AKB 1)

"Harapan saya pribadi tetap dilanjutkan dan tetap bisa diakses dengan BPJS" (AKB 2)

"Ya lanjutkan lah.... Uang penghasilan, anak sekolah dan bisa untuk kebutuhan yang lain"

(AKB 3)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh petugas pelayanan KB di Puskesmas bahwa pelayanan KB dengan dukungan dari BPJS Kesehatan tetap dilanjutkan karena akan menguntungkan masyarakat dan dapat menekan angka kelahiran.

Berikut ini kutipan hasil diskusinya:

"Lanjukan saja! Masyarakat terbantu dengan BPJS ini dan masyarakat mau ber-KB" (PKB 1)

"Harapan kami tetap dilanjutkan untuk BPJS Kesehatan mengcover pelayanan KB ini, karena dapat membantu menekan angka kelahiran.

Ketersediaan alkon kemudian SDM kita insya Allah sudah aman karena setiap bulan kita selalu merekap penggunaan alkon nggih. Karena setiap akhir bulan kita selalu melaporkan." (PKB 2) Pihak BKKBN mengungkapkan bahwa pelayanan KB yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan ini perlu dilanjutkan apalagi di masa pandemi covid-19 sekarang ini. Berikut ini kutipan pernyataannya:

"Barangkali akan berbeda dengan saat covid dan tidak saat covid. Pada saat covid kami sedang melakukan pelayanan KB pada provider, ternyata ada pelayanan KB juga RS pemerintah dan puskesmas. Ternyata banyak juga akseptor yang berkunjung di sana. Klinik swasta yang KIA banyak yang berkunjung. Mending "dinggo" tuku sayur itu memang betul. Kelihatannya di BPJS sudah 90% tetapi di pelayanan lain. Di jejaring itu kualitas pada saat covid dan setelah covid akan

lebih ditingkatkan. Ya, dilanjutkan saja BPJS ini dalam membantu masyarakat untuk dapat KB"

(BKKBN 2)

Pihak BPJS Kesehatan menyatakan bahwa akan tetap mendukung untuk pelayanan KB karena sudah ada dalam kebijakan bahwa BPJS Kesehatan juga menanggung pelayanan KB. Berikut ini kutipan pernyataannya:

"BPJS tentunya akan tetap mendukung ya.... agar KB ini bisa tetap masuk dalam bagian pembiayaan yang ditanggung. Tapi ya tetap kami akan sesuai dengan aturan yang berlaku. Selama di aturan menanggung ya kami akan tetap menanggung KB. Dan hasilnya juga bagus ya, peserta juga banyak yang bisa ber-KB." (BPJS)

PEMBAHASAN

Kualitas Pelayanan KB

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan KB yang sudah dilakukan oleh tiga puskesmas yang terdiri dari Puskesmas Imogiri I, Pleret dan Banguntapan II di Kabupaten Bantul Yogyakarta sudah baik. Penilaian diberikan oleh akseptor KB yang mengakses pelayanan KB di puskesmas tersebut. Aspek yang dinilai meliputi 5 aspek kualitas pelayanan yang meliputi tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy.

Penilaian kualitas pelayanan KB dari aspek tangible (bukti fisik) meliputi ketersediaan ruang pelayanan yang tertata dengan rapi dan nyaman.

Fasilitas pelayanan KB telah memiliki alat-alat medis yang cukup lengkap sesuai dengan kriteria pelayanan di puskesmas. Selain itu juga dilihat dari penampilan bidan yang bersih dan rapi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh akseptor KB bahwa pelayanan KB di puskesmas sudah baik dengan peralatan serta ruangan yang bagus dan lengkap.

Alat kontrasepsi juga tersedia dalam jumlah yang cukup di puskesmas. Pada penelitian ini alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB adalah IUD.

Kualitas pelayanan KB dilihat dari aspek reliability (kehandalan) di puskesmas dinilai melalui kehandalan tenaga pendaftaran di dalam menerapkan prosedur penerimaan pasien yang dilakukan secara cepat dan tidak berbelit-belit. Di samping itu kedatangan bidan yang tepat waktu, kesiapan dan kecepatan atau kesigapan bidan di dalam memberikan pelayanan kepada pasien.

(8)

Selama pandemi covid-19 akspetor KB dapat melakukan pendaftaran secara online melalui media sosial whatsapp bisa membuat janji dengan bidan sehingga mengurangi lama waktu tunggu di puskesmas. Kemudahan tersebut tentu saja dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada akseptor KB.

Aspek responsiveness (ketanggapan) fasilitas pelayanan KB dilakukan penilaian kepada bidan yang selalu menanyakan keluhan pasien, memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya serta memberikan penjelasan tentang alat kontrasepsi yang diberikan kepada pasien. Penilaian terhadap bidan yang bersikap ramah dan sopan, selalu memperhatikan kebutuhan dan keluhan pasien serta keluarganya. Bidan di puskesmas sudah memberikan konseling kepada calon akseptor KB sebelum mereka memilih alat kontrasepsi yang akan mereka gunakan.

Pelayanan KB yang dinilai dari sudut assurance (jaminan) adalah ketersediaan bidan di fasilitas kesehatan setiap saat dibutuhkan oleh pasien, perilaku bidan yang selalu memberikan rasa aman dan nyaman. Di samping itu juga ketersediaan bidan yang terdidik dan mampu melayani pasien dengan baik. Hal yang terpenting adalah kepercayaan dan pasien bahwa bidan akan selalu menjaga kerahasiaan pasien. Sejauh ini bidan puskesmas yang memberikan pelayanan KB kepada akseptor KB selalu memberikan dukungan agar akseptor KB merasa aman dan nyaman menggunakan alat kontrasepsi yang sudah mereka pilih.

Kualitas dari aspek empathy (perhatian) pelayanan KB yang dilakukan penilaian meliputi bidan selalu berusaha menenangkan rasa cemas dari pasien terhadap keluhan perihal KB. Bidan bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi dan konsultasi dengan pasien. Waktu untuk berkonsultasi keluarga pasien kepada bidan terpenuhi serta bersedia menghibur dan memberikan dorongan dan mendoakan kepada pasien supaya selalu sehat. Selain ini petugas pelayanan KB di puskesmas tidak pernah membeda-bedakan di dalam memberikan pelayanan kepada akseptor KB baik peserta BPJS Kesehatan maupun pasien umum. Keadaan ini tentunya semakin meningkatkan kualitas dari pelayanan sehingga akseptor KB yang merupakan peserta BPJS Kesehatan juga menjadi puas dengan pelayanan yang sudah mereka terima.

Teori kualitas pelayanan menurut SERVQUAL meliputi: (1) Tangibles atau wujud nyata yaitu

penampilan fisik, fasilitas, peralatan, sarana informasi, petugas. (2) Reliability atau kehandalan yaitu kemampuan untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan akurat. (3) Responsiveness atau kepedulian yaitu kemampuan untuk membantu konsumen dan meningkatkan kecepatan pelayanan (4) Assurance atau jaminan yaitu kompetensi yang dimiliki sehingga membuat rasa aman, bebas risiko atau bahaya, kepastian yang mencakup pengetahuan-sikap-perilaku. (5) Empathy atau perhatian yaitu sifat dan kemampuan untuk memberikan perhatian penuh, kemudahan kontak, komunikasi yang baik. Kualitas pelayanan yang baik kepada pasien maka akan meningkatkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh palayanan kesehatan tersebut (Endartiwi dan Setianingrum, 2019)

Persepsi kualitas pelayanan kesehatan tentang waktu pelayanan kesehatan berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, termasuk puskesmas (Sulistyorini and Purwanta, 2011). Pemberian layanan KB yang memadai dipengaruhi oleh pengalaman penyedia pelayanan. Selain itu, kecukupan layanan yang diberikan telah meningkat secara proporsional terkait dengan pengalaman bertahun-tahun. Tingkat penghentian penggunaan alat kontrasepsi terjadi karena ketidakpuasan dengan kualitas layanan.

Sangat penting bagi sistem perawatan kesehatan untuk mengedepankan strategi dan kebijakan untuk pemantauan berkelanjutan atas layanan perawatan kesehatan, selain tindakan evaluasi rutin (Abdulhakeem et al., 2019).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perawatan dalam pelayanan keluarga berencana memang menawarkan beberapa pedoman bagi perencana kebijakan kesehatan tentang strategi yang harus menjadi prioritas. Pertama, adanya hubungan positif yang ditemukan antara kualitas perawatan dan faktor struktural yang terkait dengan fasilitas, termasuk kedekatan dengan tempat tinggal klien, biaya layanan, dan jumlah hari dalam seminggu saat pelayanan dibuka, poin terhadap kebutuhan perencana untuk menerapkan strategi yang mengurangi hambatan akses ini. Untuk mencapai tujuan ini, layanan bersubsidi atau gratis, jam buka klinik/rumah sakit yang fleksibel, dan pengaturan transportasi. Kedua, temuan bahwa kompetensi penyedia merupakan faktor penting yang menentukan kualitas perawatan dalam pelayanan keluarga berencana menunjukkan bahwa berinvestasi dalam keterampilan penyedia, dan

(9)

mendukung penyedia untuk memberikan perawatan dengan cara yang sesuai dengan praktik terbaik.

Ketiga, penyediaan informasi tentang metode perencanaan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas perawatan, menunjukkan bahwa strategi untuk memastikan bahwa klien diberikan informasi yang diperlukan tentang metode yang berbeda, dan potensi efek sampingnya penting untuk mendukung kualitas perawatan dalam pelayanan keluarga berencana. Keempat, perlunya perencanaan menerapkan strategi untuk mempersingkat waktu tunggu klien dan memastikan privasi dan kerahasiaan klien dalam layanan keluarga berencana (Fikru et al., 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh (Khumar dan Mawkhlieng, 2020) menunjukkan bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk mendukung kebutuhan akan pemanfaatan layanan kesehatan ibu yang memadai dan berkualitas sehingga dapat meningkatkan penggunaan kontrasepsi. Diperlukan upaya untuk memastikan bahwa wanita yang saat ini menikah dengan berbagai macam latar belakang sosial ekonomi memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan kesehatan ibu.

Peningkatan kualitas pelayanan dengan menyediakan perawatan kontrasepsi dapat dilakukan dengan penguatan program. Penggunaan tindakan yang lebih luas dapat membantu meningkatkan akses ke perawatan kontrasepsi untuk mencapai tujuan nasional keluarga berencana (Briceno et al., 2017).

Keberlanjutan Pelayanan KB

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberlanjutan atau keberlanjutan pelayanan KB bagi peserta JKN dapat terus diberikan sehingga dapat semakin menekan angka kelahiran. Peran dari BPJS Kesehatan sangat penting karena akseptor KB merasa sangat terbantu dengan ditanggungnya biaya pelayanan KB oleh BPJS Kesehatan. BKKBN juga menyampaikan bahwa dengan ditanggungnya biaya pelayanan KB oleh BPJS Kesehatan tersebut juga membantu pihaknya dalam menciptakan keluarga bahagia dengan dua anak saja.

Harapannya dengan jumlah anak yang cukup maka akan tercipta keluarga yang sehat dan sejahtera.

Hal serupa juga terjadi di Afrika Selatan di mana dengan meningkatkan keluarga berencana dapat membantu mencegah hampir 7.000 kematian bayi dan anak serta 300 kematian ibu setiap tahun dengan investasi sekitar US $ 7 per pengguna per tahun. Fokus pada peningkatan intervensi penting

bagi ibu dan anak dan mengedepankan keluarga berencana. untuk memenuhi target MDG 5 untuk mengurangi kematian ibu (Chola et al., 2015).

Pelayanan KB di era JKN dalam rangka mencapai Universal Health Coverage (UHC) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan ini juga membantu masyarakat dalam hal pembiayaan kesehatan terutama untuk mengakses ke pelayanan KB. Akseptor KB tidak dipungut biaya untuk mendapatkan pelayanan tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa aspek ekonomi tidak ada permasalahan, dikarenakan saat ini masyarakat sudah merasakan manfaat dari program JKN (Megatsari et al., 2018).

Penelitian di Amerika Latin memberikan hasil yang senada dengan penelitian ini. Memanfaatkan skema berorientasi UHC untuk mempertahankan dan meningkatkan kemajuan keluarga berencana akan menunjukkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang bertujuan untuk (1) menargetkan populasi sektor miskin dan informal, (2) memasukkan keluarga berencana dalam paket manfaat, (3) memastikan pembiayaan yang memadai untuk keluarga berencana, dan (4) mengurangi hambatan non finansial untuk mengakses. Melalui langkah-langkah ini, negara- negara dapat meningkatkan perlindungan finansial untuk keluarga berencana dan lebih menjamin hak atas kesehatan penduduk miskin dan terpinggirkan (Fagan et al., 2017).

Program pembiayaan saat ini dan di masa depan harus memberikan penekanan yang sama pada implementasi dan evaluasi yang dapat dengan jelas menghubungkan perubahan hasil yang menarik dengan kegiatan program tertentu. Perhatian yang konsisten terhadap evaluasi dampak akan meningkatkan akuntabilitas, meningkatkan kapasitas program berbasis bukti, dan meningkatkan pemahaman bagaimana intervensi tersebut berkontribusi pada penggunaan keluarga berencana, hasil terkait kesuburan, dan pembangunan jangka panjang (Karra et al., 2016).

Puskesmas di Indonesia memberikan peranan yang sangat penting untuk keberlanjutan (sustainability) pelayanan KB bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan pertama yang menjadi salah tempat akses pertama peserta BPJS Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan KB.

Pusat kesehatan primer memainkan peran integral dalam memberikan perawatan primer dan

(10)

layanan keluarga berencana bagi wanita di komunitas yang secara medis. Untuk meningkatkan aksesibilitas dan kelengkapan layanan keluarga berencana akan membutuhkan kombinasi pendanaan tambahan langsung, bantuan teknis, dan kebijakan yang menekankan bagaimana puskesmas dapat memasukkan keluarga berencana yang berkualitas sebagai elemen dasar perawatan primer (Golberg et al., 2015).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Kualitas pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada era JKN Dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) di Yogyakarta menurut akseptor KB sudah berjalan dengan baik dilihat dari aspek tangible, reliability, responsiveness, assurance, empathy. Keberlanjutan pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada era JKN dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) di Yogyakarta harus terus dilanjutkan agar semua peserta JKN dapat mengakses pelayanan KB dan termasuk dalam paket manfaat dari BPJS Kesehatan.

Saran

Puskesmas dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan KB bagi peserta BPJS Kesehatan sehingga akseptor KB semakin puas dan setia untuk selalu menggunakan alat kontrasepsi sehingga bisa menekan angka kelahiran. BPJS Kesehatan dapat terus menanggung biaya pelayanan KB di puskesmas sehingga semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan pelayanan tersebut di era JKN ini. Bagi BKKBN, bisa menambah sosialisasi kepada masyarakat bahwa pelayanan KB juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan sehingga masyarakat semakin banyak yang mengikuti program KB sehingga dapat menekan angka kelahiran di Yogyakarta.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Kemenristek-Brin DIKTI dan LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta atas dana Penelitian Dosen Pemula yang diterima oleh peneliti.

KONTRIBUSI PENULIS

Kedua penulis sama-sama mempunyai kontribusi di dalam penulisan artikel ini. Penulis pertama berkontribusi di dalam melakukan pengumpulan

serta analisis data dan menyusun pembahasan serta mencari pustaka yang berkaitan dengan tema penelitian serta berperan menyelesaikan draft naskah artikel. Penulis kedua berkontribusi dalam perijiinan penelitian, pengumpulan data serta merancang draft awal naskah artikel.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhakeem, O., Ramee, S., Rassaa, A.A., Gani, M.F.B.A., 2019. Quality Assessment of Family Planning Services Using Direct Observation and Exit Interview in Salt City, Jordan. Qual. Prim. Care 27, 13–18.

Briceno, A.C., Kawatu, J., Saul, K., De Angelis, K., Frederiksen, B., Moskosky, S., Gavin, L., 2017. From theory to application: using performance measures for contraceptive care in the Title X family planning p r o g r a m . C o n t r a c e p t i o n 9 6 , 1 6 6 – 1 7 4 . https://doi.org/10.1016/ j.contraception.2017.06.009.

Chola, L., McGee, S., Tugendhaft, A., Buchmann, E., Hofman, K., 2015. Scaling Up Family Planning to Reduce Maternal and Child Mortality: The Potential Costs and Benefits of Modern Contraceptive Use in South Africa. PLoS One 10. https://doi.org/10.1371/

journal.pone.0130077.1-16

Endartiwi, S.S., Setianingrum, P.D., 2019. The Kualitas Pelayanan Berhubungan Dengan Kepuasan Peserta Jkn Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Penelitian Sistem K e s e h a t a n . 2 2 , 1 5 8 – 1 6 6 . h t t p s : / / d o i . o r g / 10.22435/hsr.v22i3.897

Fagan, T., Dutta, A., Rosen, J., Olivetti, A., Klein, K., 2017.

Family Planning in the Context of Latin America's Universal Health Coverage Agenda. Glob Health Sci Pr.

5, 382–398. https://doi.org/10.9745/GHSP-D-17- 00057

Fikru, T., Mirkuzie, W., Berhane, M., 2013. Quality of Family Planning Services in Primary Health Centers of Jimma Zone, Southwest Ethiopia. Ethiop J Health Sci 23, 245–254. https://doi.org/10.4314/ejhs.v23i3.7

Golberg, D.G., Wood, S., Rosenbaum, S., Johnson, K., Mead, K., Beeson, T., Lewis, J., 2015. The Organization and Delivery of Family Planning Services in Community Health Centers. Womens Health Issues 25, 202–208.

https://doi.org/10.1016/j.whi.2015.02.007

Karra, M., Canning, D., Hu, J., Ali, M., Lissner, C., 2016.

Community-Based Financing of Family Planning in Developing Countries: A Systematic Review. Stud Fam Plann 47, 325–339. https://doi.org/10.1111/sifp.12000.

Kemenkes RI, 2013a. Bahan Paparan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Kemenkes RI, 2013b. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional dan Sistem Jaminan Sosial

(11)

Khumar, P., Mawkhlieng, D.R., 2020. Do family planning advice and maternal health care utilization changes course in contraception usage? A study based on Bihar, India. Clin. Epidemiol. Glob. Health 8, 693–697.

https://doi.org/ 10.1016/j.cegh.2020.01.004.

Megatsari, H., Laksono, A.D., Ridlo, I.A., Yoto, M., Azizah, 2018. Perspektif Masyarakat Tentang Akses Pelayanan Kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 21, 247–253. https://doi.org/10.22435/hsr.v2Ii4.231 Oesman, H., 2017. Pola Pemakaian Kontrasepsi Dan

Pemanfaatan Kartu Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Dalam Pelayanan Keluarga Berencana Di Indonesia. J. Kesehat. Reproduksi 8(1), 15–29. https://doi.org/10.22435/kespro.v8i1.6386.15- 29

Sulistyorini, A., Purwanta, 2011. Pemanfaatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Sleman. Kesmas J. Kesehat. Masy. Nas. 5.

178-184

Gambar

Tabel 1. Pasangan Usia Subur Peserta JKN di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per April 2019
Tabel 2. Peserta KB Aktif di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta per Mei 2019   Kabupaten/ Kota  Jumlah KB
Tabel 1. Jumlah Responden Berdasarkan Puskesmas Tempat Mendapatkan

Referensi

Dokumen terkait

Apakah sistem pengelolaan barang daerah Propinsi Jawa Barat telah dilaksanakan secara efektif sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku2. Faktor-faktor apakah yang

Eishert (1990) mengelompokkan empat kategori limbah yang dapat mencemari wilayah pesisir, yaitu: pencemaran limbah industri, limbah sampah domestik (swage pollutin)

Rumusan masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah “Bagaimana optimalisasi penyelenggaraan pelatihan guna meningkatkan kemampuan tempur Prajurit TNI AL di

Ini membawa kita pada kenyataan lain. Jelas bahwa tidak semua orang dipimpin oleh Roh Kudus. Dengan kata lain, mereka yang tidak dipimpin oleh Roh bukanlah anak-anak Allah.

Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting

Az európai házi méh „M” melyben megjelenik az Apis mellifera iberica és Apis meilifera mellifera, az afrikai „A” és az észak mediterrán „C” melybe

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dengan masyarakat seni, budaya, ekonomi, dan masyarakat sadar wisata di