• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBAGAN USAHA BUDIDAYA CACING TANAH (Studi Kasus di Rumah Cacing Merah Bogor) FAJAR HEIRIZWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBAGAN USAHA BUDIDAYA CACING TANAH (Studi Kasus di Rumah Cacing Merah Bogor) FAJAR HEIRIZWAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBAGAN USAHA BUDIDAYA CACING TANAH (Studi Kasus di Rumah

Cacing Merah Bogor)

FAJAR HEIRIZWAN

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Studi Kasus di Rumah Cacing Merah Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Fajar Heirizwan NIM D14120082

(4)
(5)

ABSTRAK

FAJAR HEIRIZWAN. Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Studi Kasus di Rumah Cacing Merah Bogor). Dibimbing oleh LUCIA CYRILLA ENSD dan HOTNIDA CH SIREGAR.

Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Cacing tanah memiliki berbagai macam kegunaan yaitu sebagai bahan pakan ternak, bahan baku obat, dan bahan baku kosmetik. Selain itu cacing tanah dapat memperbaiki ekosistem tanah, menyuburkan lahan pertanian, meningkatkan manfaat limbah organik, meningkatkan daya serap air permukaan tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, umpan ikan, dan penghasil kompos cacing. Penelitian strategi pengembang usaha budidaya cacing tanah bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan budidaya cacing tanah dan merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi pembudidaya cacing tanah. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara. Penelitian ini mencakup analisis matriks Internal- External (IE) untuk menentukan posisi usaha, matriks Strengths-Weaknesses- Opportunities-Threats (SWOT) untuk merumuskan strategi dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menetapkan prioritasnya.

Analisis IFE menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan mengatasai kelemahan (IFE Skor 3.1966). EFE matrix analisis menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman (EFE Skor 3.0027). IE matriks menunjukkan bahwa usaha Rumah Cacing Merah Bogor berada pada Kuadran I yaitu posisi tumbuh dan membangun sedangkan strategi yang tepat yaitu strategi intensif atau integrasi. Alternatif strategi dirumuskan menggunakan matriks SWOT dan dipilih berdasarkan QSPM. Analisis QSPM menunjukan strategi prioritas yang terpilih adalah menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (TAS 20.7915).

Kata kunci: cacing tanah, IE, QSPM, SWOT

ABSTRACT

FAJAR HEIRIZWAN. Development Strategy of Earthworms Cultivation Business (Case Study at Rumah Cacing Merah Bogor). Supervised by LUCIA CYRILLA ENSD and HOTNIDA CH SIREGAR.

Earthworms are invertebrates and soft bodied animal which have many uses such as feed, pharmaceutical raw materials and cosmetic raw materials. Besides earthworms can improve soil ecosystem, fertilize agricultural land, increase the benefits of organic waste, increase the water absorption of soil surface, reduce environmental pollution, bait for fish, and produce compost material. This research aimed to internal and external factors of environmental that influenced the development of the cultivation of earthworms and formulate appropriate

(6)

development strategies for farmers earthworms. This study included an analysis of the matrix Internal-External (IE) to determine the business position, the matrix Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats (SWOT) analysis to formulate the business strategy and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) to set the business priority. IFE analysis indicated that the company was in good condition (IFE Score 3.1966). EFE matrix analysis showed that the company was able to take advantage of opportunities and overcome threats (EFE Score 3.0027). IE matrix show that Rumah Cacing Merah Bogor are at the Quadrant I and the right strategy was the intensive strategy or integration. Alternative strategies are formulated using SWOT matrix and selected based QSPM. Analysis showed QSPM priorities chosen strategy is SOP in order to enhance the business more efficient and product quality is maintained (TAS 20.7915).

Key words: earthworms, IE, QSPM, SWOT

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

STRATEGI PENGEMBAGAN USAHA BUDIDAYA CACING TANAH (Studi Kasus di Rumah

Cacing Merah Bogor)

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

FAJAR HEIRIZWAN

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurah kepada Rasulullah SAW, serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya.

Skripsi yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Budidaya Cacing Tanah (Studi Kasus di Rumah Cacing Merah Bogor) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Ibu Ir Hotnida CH Siregar, MSi selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan motivasi yang telah diberikan. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih juga kepada Bapak Edit Lesa Aditia, SPt MSc selaku pembimbing akademik atas segala motivasi, semangat, dan bimbingan yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu Eka Roswita dan bapak Syarif Mahmud, serta seluruh keluarga atas segala kasih sayang dan doa yang dipanjatkan untuk kesuksesan penulis. Terima kasih juga kepada Mas Sefta, Mas Husni, Mas Aldi, Mas Ismet, dan Mas Muktar yang telah banyak membantu selama penelitian di Rumah Cacing Merah Bogor. Terima kasih kepada Siti Nur Karimah sebagai teman seperjuangan terbaik selama penulis melakukan penelitian di Rumah Cacing Merah Bogor, dan seluruh teman-teman IPTP 49, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala motivasi, kebersamaan, dan kekeluargaan yang telah dijalani selama penulis melaksanakan perkuliahan di IPB.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kririk dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Juni 2016

Fajar Heirizwan

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 2

Rancangan Penelitian 2

Analisis Data 2

Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor

Evaluation (EFE) 3

Analisis Matriks Internal-External (IE) 4

Analisis Strengths-Weaknes-Opportunities-Threats (SWOT) 5 Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Siklus Hidup dan Taksonomi 6

Gambaran Umum Usaha 6

Kekuatan dan Kelemahan Usaha Rumah Cacing Merah Bogor 8 Peluang dan Ancaman Usaha Rumah Cacing Merah Bogor 9 Strategi Pengembangan Usaha Rumah Cacing Merah Bogor 11

Penetapan Posisi Usaha 11

Penetapan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha 12 Penetapan Prioritas Strategi Pengembangan Usaha 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

RIWAYAT HIDUP 20

(14)

DAFTAR TABEL

1 Format matriks internal factor evaluation (IFE) 3 2 Format matriks external factor evaluation (EFE) 4

3 Format matriks analisis SWOT 5

4 Format matriks analisis QSPM 6

5 Taksonomi cacing 6

6 Daftar produk dan harga usaha Rumah Cacing Merah Bogor tahun 2016 7

7 Matriks IFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor 9

8 Matriks EFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor 10

9 Matriks SWOT usaha Rumah Cacing Merah Bogor 13

DAFTAR GAMBAR

1 Format matriks Internal-Eksternal 4

2 Rumah Cacing Merah Bogor 7

3 Matriks Internal-Eksternal usaha Rumah Cacing Merah Bogor 11

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak memiliki tulang belakang (avertebrata) dan bertubuh lunak. Cacing tanah memiliki berbagai macam kegunaan yaitu sebagai bahan pakan ternak, bahan baku obat, dan bahan baku kosmetik. Korea selatan dan Taiwan menjadikan cacing tanah sebagai salah satu sumber protein hewani dan pengobatan tradisional, kedua negara tersebut sangat dikenal sebagai negara pengekspor cacing tanah. Selain itu cacing tanah dapat memperbaiki ekosistem tanah, menyuburkan lahan pertanian, meningkatkan manfaat limbah organik, meningkatkan daya serap air permukaan tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, umpan ikan, dan penghasil kompos cacing (vermicompost).

Budidaya cacing tanah relatif lebih mudah karena tidak memerlukan lahan yang luas, modal yang banyak, dan manejemen pemeliharaan yang tidak rumit sehingga bisa menjadi salah satu cara untuk memberdayakan masyarakat.

Terbukanya pasar untuk manjual cacing tanah menstimulus berbagai pihak untuk mulai membudidayakan cacing tanah, sehingga menjadikan usaha cacing tanah terus berkambang. Akan tetapi, pemerintah belum memperhatikan komoditas ini, sehingga data mengenai ketersediaan dan kebutuhan cacing nasional pun belum ada. Hal ini akan membuat pasar cacing tanah tidak dapat dikontrol dan akhirnya cacing tanah yang beredar di pasar lebih banyak dibandingkan permintaan konsumen. Akibatnya, dapat menurunkan harga cacing tanah, untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan penguatan terhadap pembudidaya cacing tanah.

Tujuan Penelitian

Penelitian strategi pengembang usaha budidaya cacing tanah bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh dalam pengembangan budidaya cacing tanah dan merumuskan strategi pengembangan yang tepat bagi pembudidaya cacing tanah.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup analisis matriks Internal-External (IE) untuk menentukan posisi usaha, matriks strengths-weaknesses-opportunities-threats (SWOT) untuk merumuskan strategi dan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk menetapkan prioritasnya.

(16)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan ditempat budidaya cacing tanah yang berlokasi di Jalan Kampung Sawah, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan April 2016.

Alat

Alat yang digunakan mencakup buku tulis, pulpen, penggaris, buku-buku panduan, kamera, dan alat perekam suara.

Bahan

Bahan yang digunakan antara lain adalah kuesioner yang dibuat sebelum penelitian dari hasil studi pustaka dan kunjungan ke pembudidaya.

Prosedur

Rancangan Penelitian

Penelitian ini didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat deskriptif analisis. Studi kasus yang dimaksud yaitu studi yang intensif dan terperinci mengenai suatu objek. Kasus dalam penelitian ini adalah usaha budidaya cacing tanah di Rumah Cacing Merah Bogor. Penelitian yang bersifat deskriptif ini bertujuan untuk menggambarkan atau memecahkan masalah secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, khususnya daerah yang diteliti.

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung. Wawancara dilakukan kepada pemilik usaha, pegawai, narasumber, atau pakar ahli. Wawancara yang dilakukan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sesuai dengan tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur lain yang relevan dengan topik penelitian.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis deskriptif mencakup aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan usaha cacing tanah baik input maupun output dilanjutkan dengan formulasi strategi pengembangan usaha yang bisa berkelanjutan. Menurut Nazir (2005) analisis deskriptif yang dilakukan secara komprehensif dapat melalui gambaran atau informasi yang lengkap secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif memberikan gambaran umum usaha

(17)

3

dan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal dari usaha budidaya cacing tanah. Faktor-faktor ini digunakan sebagai dasar pembuatan matriks IE, SWOT dan QSPM untuk mendapatkan strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan usaha budidaya cacing tanah.

Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

David (2009) menyatakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal perusahaan yang merupakan kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang merupakan peluang dan ancaman. Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal diberi rating dan bobot untuk mendapatkan skor dengan cara:

a. Pembuatan daftar faktor internal dan eksternal. Kekuatan dan kelemahan didaftar terlebih dahulu daripada faktor peluang dan ancaman;

b. Pemberian bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (penting). Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0;

c. Pemberian peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor internal yang mengindikasikan faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4).

Kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapatkan peringkat 1 atau 2;

d. Pemberian peringkat (rating) 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal yang mengindikasikan faktor tersebut, respon di bawah rata-rata (peringkat = 1), respon rata-rata (peringkat = 2), respon di atas rata-rata (peringkat = 3), atau respon sangat bagus (peringkat = 4);

e. Perhitungan skor dengan cara mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya; dan

f. Perhitungan skor bobot total organisasi dilakukan dengan menjumlahkan skor masing-masing variabel.

Matriks IFE dan EFE dibuat dengan cara seperti pada Tabel 1 dan 2. Dalam matriks IFE, total skor pembobotan dapat berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2.5.

Total skor pembobotan di bawah 2.5 menunjukkan bahwa organisasi usaha lemah secara internal, sedangkan jika total skor pembobotan di atas 2.5 menunjukkan bahwa organisasi usaha memiliki posisi internal yang kuat. Format matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Format matriks internal factor evaluation (IFE)

Faktor-faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan :

1...

2...dan Seterusnya Kelemahan :

1…...

2 ...dan Seterusnya Total

Sumber: Rangkuti (2005)

(18)

4

Nilai total skor pembobotan matriks EFE berkisar antara 1-4 dengan rata- rata 2.5. Total skor pembobotan di bawah 2.5 menunjukkan bahwa kondisi eksternal organisasi usaha lemah dan sebaliknya jika total skor pembobotan lebih dari 2.5 menunjukkan kondisi eksternal organisasi usaha kuat. Total skor 4.0 menunjukkan bahwa organisasi usaha merespon peluang dan ancaman yang dihadapi dengan sangat baik, sedangkan total skor 1.0 berarti organisasi usaha tidak mampu merespon peluang dan tidak dapat menghindari ancaman. Format matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Format matriks external factor evaluation (EFE)

Faktor-faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang :

1...

2...dan Seterusnya Ancaman :

1…...

2 ...dan Seterusnya Total

Sumber: Rangkuti (2005)

Analisis Matriks Internal-External (IE)

Matriks IE didasarkan pada 2 sumbu yaitu x dan y yang berturut-turut merupakan nilai total skor IFE dan EFE dengan diberi nilai 1.0 – 4.0 dengan rincian 1.0 – 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah atau eksternal yang rendah, nilai 2.0 – 2.99 dianggap posisi internal atau eksternal sedang, sedangkan nilai 3.0 - 4.0 menunjukkan posisi internal atau eksternal tinggi. Format matriks IE disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Format matriks Internal-Eksternal (David 2006)

Kuat Rataan Lemah

3.0-4.0 2.0-2.99 1.0-1.99

4 3 2 1

Tinggi I II III

3.0-4.0 Tumbuh dan

Membangun Tumbuh dan

Membangun Pertahankan dan

Memelihara 3

Sedang IV V VI

2.0-2.99 Tumbuh dan

Membangun Pertahankan dan

Pelihara Panen atau

Divertasi 2

Lemah VII VIII IX

1.0-1.99 Pertahankan dan

Pelihara Panen atau

Divertasi Panen atau

Divertasi 1

Skor bobot total EFE

Skor bobot total IFE

(19)

5

Matriks IE dibagi menjadi 9 sel. Ordinat yang masuk dalam sel I, II, atau IV menunjukkan usaha berada posisi bertumbuh dan membangun. Ordinat yang masuk dalam sel III, V, atau VII berarti perusahaan berada pada posisi mempertahankan dan memelihara. Ordinat yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX berarti perusahaan berada pada posisi memanen atau divestasi. Ketiga kelompok ordinat memiliki implikasi strategi yang berbeda (David 2004).

Analisis Strengths-Weaknes-Opportunities-Threats (SWOT)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan alternatif strategi perusahaan. Analisis ini memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknes) dan ancaman (treaths) (Rangkuti 2005). Alternatif strategi dibentuk dengan mempertimbangkan hasil analisis matrik IE.

Strategi alternatif hasil analisis SWOT dibagi menjadi 4 kelompok strategi yaitu SO (kekuatan-peluang), WO (kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), dan WT (kelemahan-ancaman) (David 2009). Format matriks analisis SWOT disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Format matriks analisis SWOT Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan Kelemahan

...

... ...

...

Peluang Strategi S-O Strategi W-O

... ... ...

... ... ...

Ancaman Strategi S-T Strategi W-T

... ... ...

... ... ...

Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Analisis QSPM bertujuan untuk memilih strategi terbaik dan paling cocok dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Strategi yang dipilih berasal dari hasil analisis SWOT. Langkah pembuatan matriks QSPM yaitu pertama dengan pengisian kolom pertama matriks dengan daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Kolom kedua diisi dengan bobot tiap faktor sesuai matriks IFE dan EFE. Selanjutnya, baris pertama diisi dengan alternatif strategi dari hasil analisis SWOT.

Setiap strategi dibandingkan dengan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan sehingga diperoleh skor daya tarik (Attractiveness Scores-AS), yaitu 1 (tidak memiliki daya tarik), 2 (daya tariknya rendah), 3 (daya tariknya sedang), atau 4 (daya tariknya tinggi). Skor daya tarik dikalikan dengan bobot untuk memperoleh Total Attractiveness Score (TAS). Nilai TAS tiap strategi dijumlahkan untuk mendapatkan jumlah keseluruhan daya tarik total (Sum Total Attractiveness Score). Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik (David 2009). Format matriks analisis QSPM ditunjukan Tabel 4.

(20)

6

Tabel 4 Format matriks analisis QSPM Fakor-faktor

Kunci Skor

Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi ke-n

AS TAS AS TAS AS TAS

Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus Hidup dan Taksonomi

Rumah Cacing Merah Bogor menjual 3 jenis cacing yang memiliki taksonomi pada Tabel 5. Cacing tanah termasuk golongan hewan invertebrata.

Tabel 5 Taksonomi cacing

Taksonomi Cacing Lumbricus Cacing Tiger Cacing Afrika

Famili Lumbricidae Lumbricidae Eudrilidae

Genus Lumbricus Eisenia Eudrilus

Spesies L. rubellus E. foetida E. eugeniae

Sumber: John (2007)

Siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon, cacing muda (juvenil), cacing produktif, dan cacing tua. Siklus hidup tergantung pada kesesuaian kondisi lingkungan, cadangan makanan, dan jenis cacing tanah. Kokon yang dihasilkan dari cacing tanah akan menetas setelah berumur 14-21 hari. Setelah menetas, cacing tanah muda akan hidup dan dapat mencapai kelamin dewasa dalam waktu 2.5-3 bulan (Rukmana 1999). Saat dewasa kelamin cacing tanah akan menghasilkan kokon dari perkawinannya yang berlangsung selama 6-10 hari dan masa produktifnya berlangsung selama 4-10 bulan (Palungkun 1999).

Gambaran Umum Usaha

Rumah Cacing Merah Bogor terletak di Jalan Kampung Sawah, Desa Pandan Sari, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat berdiri sejak tahun 2010. Tempat budidaya berada di rumah pemilik sejak 2010 sampai Juli 2015, untuk melakukan pengembangan usaha dipindahkan ke lahan saat ini seluas 357 m2. Lahan tersebut merupakan milik sendiri. Media yang digunakan dalam budidaya cacing adalah bekas baglog jamur dan pakan yang digunakan adalah ampas tahu. Pakan dan media diperoleh dari tempat budidaya jamur dan pabrik tahu yang berjarak 100 m dari tempat budidaya cacing. Dokumentasi Rumah Cacing Merah Bogor ditunjukan pada Gambar 2.

(21)

7

Gambar 2 Rumah Cacing Merah Bogor

Rumah Cacing Merah Bogor awalnya hanya dijalankan oleh seorang pemilik dan seorang pegawai dengan kapasitas produksi 200 kg per bulan.

Pemilik melakukan pengembangan usaha. Untuk itu, pemilik bekerjasama dengan 3 orang rekannya untuk menperkuat modal usaha. Sejalan dengan perkembangan usaha, produk yang ditawarkan oleh tempat ini semakin bervariasi mulai dari cacing, media cacing, kompos cacing, pupuk stik, pupuk granul, pil, cacing kering, dan bubuk cacing. Terdapat 3 jenis cacing yang dijual di tempat ini yaitu cacing L. rubellus, E. foetida, dan E. eugeniae, dari ketiganya yang paling bayak diminati adalah cacing L. rubellus. Saat ini Rumah Cacing Merah Bogor memiliki 25 kotak budidaya yang maing-masing berisi 1 kg cacing. Selain menjual produk- produk tersebut tempat ini pula menawarkan jasa pelatihan dengan biaya Rp1 000 000 per orang. Dari berbagai macam produk yang ditawarkan, untuk saat ini baru 3 produk yang dijual secara berkelanjutan yaitu cacing, media cacing, dan pupuk stik, produk cacing dan media cacing masing-masing terjual 200 kg dan 200 karung per bulan, sedangkan untuk pupuk stik terjual 2 ton per bulan. Kosumen produk cacing dan media cacing adalah para pembudidaya cacing baru, petani tanaman organik, pemancing, dan peternak yang mengolah kotoran ternaknya menjadi kompos. Produk pupuk stik dikirim kepada 1 mitra. Produk lainnya dibuat ketika ada pesanan. Pendapatan bersih yang didapat oleh masing-masing pemilik sedikitnya Rp2 000 000 per bulan. Daftar produk dan harga usaha Rumah Cacing Merah Bogor tahun 2016 ditunjukan pada Tabel 6.

Tabel 6 Daftar produk dan harga usaha Rumah Cacing Merah Bogor tahun 2016

No Produk Satuan Harga (Rp)

1 Cacing tanah Kg 70 000

2 Media cacing tanah Karung 25 000

3 Pupuk Stik Kg 5 000

4 Pelatihan Orang 1 000 000

Perkembangan budidaya cacing di Indonesia belum meluas seperti ternak konvensional. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, terdapat 4 pembudidaya cacing lain di wilayah Bogor yang memiliki kapasitas produksi yang tidak jauh berbeda dengan Rumah Cacing Merah Bogor. Data statistik jumlah populasi, total permintaaan cacing, dan produk olahannya masih belum

(22)

8

ada. Selama ini pembudidaya mengalami kesulitan memperoleh informasi permintaan dan harga yang seharusnya dapat menjadi acuan dalam berproduksi.

Dampaknya adalah ketersediaan cacing di pasar sangat fluktuatif sementara permintaan pasar cukup tinggi.

Kekuatan dan Kelemahan Usaha Rumah Cacing Merah Bogor

Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) digunakan untuk menganalisis faktor-faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahannya. Menurut Jauch dan Glueck (1995), lingkungan internal terbagi menjadi 6 faktor yaitu sumber daya manusia, produksi, teknologi, keuangan, pemasaran, penelitian, dan pengembangan.

Rumah Cacing Merah Bogor memiliki 10 faktor internal diidentifikasi sebagai kekuatan dan 9 faktor sebagai kelemahan seperti disajikan pada Tabel 6.

Kekuatan utama usaha Rumah Cacing Merah Bogor terletak pada faktor sumber daya manusia. Sistem bagi hasil keuntungan (skor 0.3278) bertujuan untuk menumbuhkan rasa memiliki sehingga pegawai lebih loyal dan jujur. Pegawai mendapatkan gaji tetap, Rp1 500 000 setiap bulannya dan akan mendapatkan tambahan sesuai dengan keuntungan bersih yang didapat pada bulan tersebut.

Sistem bagi hasil kuntungan juga menumbuhkan semangat atau motivasi pegawai dalam mencapai target yang telah ditentukan. Menurut Hasibuan (2007), pemberian motivasi adalah untuk mempertahankan loyalitas pegawai. Selain itu aturan dan sanksi antar pemilik (skor 0.2349) dapat mencegah konflik antar sesama pemilik. Aturan dan sanksi yang telah ada adalah mengenai pembagian keuntungan bersih yang berkaitan dengan besarnya penanaman modal terhadap usaha.

Faktor produksi serta penelitian dan pengembangan juga merupakan kekuatan Rumah Cacing Merah Bogor. Produk yang berkualitas baik (skor 0.2949) dapat dicapai karena pegawai yang berpengalaman (skor 0.2949).

Pengembangan dan penelitian terlihat dari adanya rencana jangka panjang (skor 0.2949). Rencana ini tersusun karena budidaya cacing tanah merupakan pekerjaan utama pemilik (skor 0.2949), didukung oleh lahan yang masih luas (skor 0.2949), tidak ada limbah yang dapat menjadi sumber polusi bagi sekitarnya (skor 0.2949), telah memiliki mesin pengolahan (skor 0.2949), dan pakan mudah didapat (skor 0.2637).

Kelemahan utama pembudidaya terletak pada faktor teknologi dan keuangan. Pupuk stik merupakan salah satu produk yang dijual secara berkelanjutaan setiap bulannya. Proses pengeringan pupuk stik yang masih mengandalkan cuaca (skor 0.0205) menyebabkan produksi pupuk stik mengalami hambatan ketika cuaca tidak mendukung. Kondisi ini diperburuk oleh kemampuan produksi mesin yang lambat (skor 0.0205). Akibatnya, kedua kelemahan tersebut menjadi salah satu faktor yang memunculkan kondisi keuangan yang belum stabil (skor 0.0205). Laporan keuangan yang masih sederhana (skor 0.0400) menyebabkan pembudidaya tidak bisa mengandalkan prediksi pengembangan usaha yang didasarkan pada pencatatan keuangan. Berikut matriks IFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor ditunjukan pada Tabel 7.

(23)

9

Tabel 7 Matriks IFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor

No Faktor Internal Rating Bobot Skor

Kekuatan

1 Sistem bagi hasil keuntungan 4.00 0.0820 0.3278

2 Penggunaan lahan dan kapasitas produksi masih bisa

ditingkatkan 3.80 0.0776 0.2949

3 Produk yang dihasilkan berkualitas baik 3.80 0.0776 0.2949

4 Sudah ada rencana jangka panjang 3.80 0.0776 0.2949

5 Pekerjaan utama pemilik 3.80 0.0776 0.2949

6 Pegawai sudah berpengalaman 3.80 0.0776 0.2949

7 Tidak ada limbah 3.80 0.0776 0.2949

8 Memiliki fasilitas mesin untuk pengembangan produk 3.80 0.0776 0.2949

9 Tidak kesulitan mencari pakan 3.60 0.0733 0.2637

10 Sudah ada aturan dan sanksi antar pemilik 3.40 0.0691 0.2349 Kelemahan

1 Masih mengandalkan cuaca untuk pengeringan pupuk stik 1.00 0.0205 0.0205 2 Kemampuan produksi mesin masih kurang cepat 1.00 0.0205 0.0205 3 Kondisi keuangan yang belum stabil 1.00 0.0205 0.0205 4 Keterbatasan sumber informasi pasar dan pengembangan

teknik budidaya 1.20 0.0242 0.0290

5 Kemasan produk masih sederhana 1.20 0.0242 0.0290

6 Belum lengkapnya SOP dalam proses produksi 1.40 0.0281 0.0394 7 Laporan keuangan dilakukan secara sederhana. 1.40 0.0285 0.0400 8 Belum ada visi dan misi, struktur organisasi dan pembagian

tugas 1.40 0.0292 0.0409

9 Belum ada status hukum 1.80 0.0368 0.0663

Total 1.0000 3.1966

Faktor pemasaran serta penelitian dan pengembangan juga merupakan kelemahan usaha Rumah Cacing Merah Bogor. Terbatasnya sumber informasi pasar dan pengembangan teknik budidaya (skor 0.0290) menyebabkan pembudidaya tidak memiliki tolak ukur mengenai jumlah cacing yang harus dihasilkan setiap bulannya. Hal ini diperburuk oleh belum lengkapnya SOP dalam proses produksi (skor 0.0394) dan kemasan produk yang masih sederhana (skor 0.0290). Kelemahan dalam faktor pengembangan dan penelitian terlihat dari belum adanya visi, misi, struktur organisasi, dan pembagian tugas (skor 0.0409) serta belum memiliki status hukum usaha (skor 0.0663).

Total skor bobot matriks IFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor 3.1966, mengindikasikan kondisi perusahaan secara internal berada dalam kuadran 1.

Kondisi ini mengindikasikan perusahaan memiliki kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahannya.

Peluang dan Ancaman Usaha Rumah Cacing Merah Bogor

Rumah Cacing Merah Bogor memiliki 6 faktor eksternal yang dianggap peluang dan 4 faktor sebagai ancaman, seperti tercantum pada Tabel 7. Analisis eksternal merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perencana strategis dalam mengevaluasi sektor lingkungan yang ada di luar kendali perusahaan untuk menentukan peluang dan ancaman (Jauch dan Glueck 1995). Menurut David

(24)

10

(2004), lingkungan eksternal terbagi menjadi 4 faktor yaitu ekonomi; sosial, budaya, demografi, dan lingkungan; politik, hukum, dan pemerintahan; dan persaingan.

Peluang utama pembudidaya terletak pada faktor persaingan dan sosial.

Faktor eksternal yang menjadi peluang utama usaha Rumah Cacing Merah Bogor adalah pesaing yang masih sangat sedikit (skor 0.5065). Pemilik usaha memperkirakan hanya ada 4 usaha cacing memiliki skala yang sama berada di daerah Bogor. Hal ini merupakan peluang bagi pembudidaya untuk meningkatkan skala usaha. Peluang dengan nilai tertinggi kedua adalah banyaknya media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi dan kemitraan (skor 0.3988).

Hal tersebut juga dapat mengoptimalkan pencarian pasar pupuk stik yang masih luas (skor 0.3039). Media sosial merupakan sarana yang baik untuk melakukan promosi dan mencari mitra, hal ini dikarenakan penyebaran informasi yang relatif cepat, mudah diakses, dan harga yang murah.

Peluang lainnya kepercayaan pemasok tinggi (skor 0.3959). Permintaan terhadap produk cacing dan produk olahannya yang tinggi menyebabkan pembudidaya tidak dapat memenuhi permintaan pasar sehingga pembudidaya memerlukan pasokan dari pembudidaya lain. Rumah Cacing Merah Bogor tidak memiliki surat perjanjian dengan pemasok, kerja sama ini didasarkan pada kepercayaan satu sama lain. Faktor teknologi juga merupakan peluang bagi usaha Rumah Cacing Merah Bogor. Permintaan variasi produk berbahan dasar cacing (skor 0.2636) merupakan peluang pasar yang dapat dimasuki pemilik, terutama karena belum banyaknya pembudidaya cacing yang memiliki mesin pengolahan.

Perkembangan teknologi (skor 0.3497) menyebabkan pemilik dapat memilih berbagai jenis mesin yang dapat menunjang usaha pengolahan produk cacing.

Berikut matriks EFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor ditunjukan pada Tabel 8.

Tabel 8 Matriks EFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor

No. Faktor Eksternal Rating Bobot Skor

Peluang

1 Sedikitnya pesaing di daerah Bogor 3.80 0.1333 0.5065 2 Banyaknya media sosial yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana

promosi dan kemitraan. 3.40 0.1173 0.3988

3 Kepercayaan pemasok tinggi 3.40 0.1164 0.3959

4 Perkembangan teknologi 3.20 0.1093 0.3497

5 Pangsa pasar pupuk stik masih luas 3.00 0.1013 0.3039 6 Permintaan variasi produk berbahan dasar cacing 2.80 0.0941 0.2636 Ancaman

1 Umpan ikan alternatif di pemancingan 2.80 0.0991 0.2774 2 Perbedaan harga cacing antar pembudidaya 2.40 0.0839 0.2014 3 Standar kualitas yang ditetapkan pasar terhadap produk dan

olahan cacing yang dihasilkan 2.20 0.0751 0.1652

4 Data statistik jumlah populasi dan total permintaan cacing masih

belum ada 2.00 0.0702 0.1404

Total 1.0000 3.0027

Ancaman utama usaha Rumah Cacing Merah Bogor terletak pada faktor persaingan dan sosial. Ancaman utama yang paling berpengaruh terhadap perusahaan adalah umpan ikan alternatif di pemancingan (skor 0.2774).

(25)

11

Pemancingan merupakan salah satu sumber konsumen bagi pembudidaya cacing.

Akan tetapi, umpan ikan memiliki banyak subtitusi sehingga umpan cacing relatif lebih sulit bersaing dikarenakan harga per-kilogramnya yang mahal dibandingkan dengan jenis umpan ikan lainnya

Perbedaan harga cacing antar pembudidaya merupakan ancaman bagi Rumah Cacing Merah Bogor (skor 0.2014). Harga yang belum terstandarisasi menyebabkan persaingan dengan cara melakukan perbedaan harga sehingga menarik konsumen untuk membeli. Hal ini menjadi ancaman karena pembudidaya menjual harga yang tinggi dibandingkan pesaing-pesaingnya dengan alasan produk yang dihasilkan berkualitas lebih baik. Faktor hukum dan pemerintahan juga merupakan ancaman bagi usaha Rumah Cacing Merah Bogor. Standar kualitas yang ditetapkan pasar terhadap produk dan olahan cacing yang dihasilkan (skor 0.1652) menyebabkan hanya sedikit pembudidaya yang mampu menembus pasar produk olahan, hal ini juga diperburuk oleh tidak adanya data statistik jumlah populasi dan total permintaan cacing (skor 0.1404) yang semestinya menjadi tolak ukur dalam produksi.

Perhitungan pembobotan dan peringkat yang dilakukan pada faktor peluang dan ancaman menghasilkan total skor 3.0027. Artinya pihak pembudidaya dapat memanfaatkan sebagian besar peluang dan mengatasi sebagian besar ancaman yang ada.

Strategi Pengembangan Usaha Rumah Cacing Merah Bogor

Penetapan Posisi Usaha

Total nilai IFE (3.1966) dan EFE (3.0027) menghasilkan ordinat posisi usaha pada kuadran I, yaitu tumbuh dan membangun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal usaha Rumah Cacing Merah Bogor

Kuat Rataan Lemah

3.0-4.0 2.0-2.99 1.0-1.99

4 3 2 1

Tinggi I II III

3.0-4.0 3.4258;3.0027

Tumbuh dan Membangun

Tumbuh dan

Membangun Pertahankan dan Memelihara 3

Sedang IV V VI

2.0-2.99 Tumbuh dan

Membangun

Pertahankan dan Pelihara

Panen atau Divertasi 2

Lemah VII VIII IX

1.0-1.99 Pertahankan dan

Pelihara Panen atau

Divertasi Panen atau Divertasi 1

Skor bobot total IFE

Skor bobot total EFE

(26)

12

Menurut David (2006) strategi yang dapat digunakan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal).

Penetapan Alternatif Strategi Pengembangan Usaha

Analisis SWOT usaha Rumah Cacing Merah Bogor menghasilkan 10 strategi alternatif yang disusun berdasarkan analisis IFE, EFE, dan matriks IE (Tabel 7, 8, dan Gambar 3). Rincian strategi alternatif disajikan pada Tabel 9.

Analisis S-O menghasilkan 3 alternatif strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang. Strategi S-O pertama meningkatkan skala usaha untuk meningkatkan produksi. Strategi tersebut dipilih karena masih tersedia lahan dan peluang pasar untuk menjual produk cacing. Pesaing yang tidak banyak di daerah Bogor menyebabkan konsumen tidak memiliki banyak pilihan untuk memperoleh produk cacing. Strategi ini merupakan aplikasi dari penetrasi pasar.

Alternatif strategi S-O kedua adalah pengembangan variasi produk untuk memperluas segmentasi pasar. Usaha yang sudah berkembang menyebabkan pembudidaya dapat membeli peralatan pengolahan cacing. Rumah Cacing Merah Bogor memiliki peralatan pengolahan, sehingga dapat masuk ke pasar produk olahan cacing. Peminat produk olahan cacing sangat banyak, tetapi belum banyak pembudidaya yang dapat memproduksinya. Strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan produk dan integrasi ke depan.

Alternatif strategi S-O ketiga adalah memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produk dan kemitraan. Kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan oleh pembudidaya sebagai sarana penghubung antara pembudidaya dengan konsumen serta mitranya. Informasi yang disampaikan mencakup promosi produk dan pelatihan yang diadakan oleh pembudidaya. Saat ini usaha Rumah Cacing Merah Bogor telah memanfaatkan 2 macam jejaring sosial yaitu facebook dan blog. Strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan produk dan integrasi ke depan.

Analisis W-O menghasilkan 3 alternatif strategi untuk mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kerjasama kemitraan untuk memperluas jaringan pemasaran dan kemitraan. Peningkatan kerjasama dan kemitraan dapat meminimalisir ketidakjelasan mengenai informasi pasar cacing. Hal ini pula dapat menjadi sarana untuk bertukar metode budidaya cacing yang efisien. Strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan produk dan integrasi ke depan.

Alternatif strategi W-O kedua adalah memperbaiki teknik budidaya dan SOP dalam proses produksi. Keberhasilan budidaya cacing sangat bergantung pada SOP yang dijalankan dengan baik sehingga kualitas produk yang dihasilkan terjaga. Penerapan SOP yang baik dalam proses budidaya menjadikan target pembudidaya dalam memenuhi permintaan pasar dapat tercapai. Bila SOP yang telah dibuat dijalankan dengan baik maka proses produksi akan lebih efisien (Hartatik 2014). Strategi ini merupakan aplikasi dari integrasi ke depan. Berikut matriks SWOT usaha Rumah Cacing Merah Bogor ditunjukan pada Tabel 9.

(27)

13

Tabel 9 Matriks SWOT usaha Rumah Cacing Merah Bogor

Faktor Internal Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

Faktor Eksternal

S1 Sistem bagi hasil keuntungan

S2 Penggunaan lahan dan kapasitas produksi masih bisa ditingkatkan S3 Produk yang dihasilkan

berkualitas baik S4 Sudah ada rencana

jangka panjang

S5 Pekerjaan utama pemilik S6 Pegawai sudah

berpengalaman S7 Tidak ada limbah S8 Memiliki fasilitas mesin

untuk pengembangan produk

S9 Tidak kesulitan mencari pakan

S10 Sudah ada aturan dan sanksi antar pemilik

W1 Masih mengandalkan cuaca untuk pengeringan pupuk stik

W2 Kemampuan produksi mesin masih kurang cepat W3 Kondisi keuangan yang

belum stabil

W4 Keterbatasan sumber informasi pasar dan pengembangan teknik budidaya

W5 Kemasan produk masih sederhana

W6 Belum lengkapnya SOP dalam proses produksi W7 Laporan keuangan

dilakukan secara sederhana W8 Belum ada visi dan misi,

struktur organisasi, dan pembagian tugas W9 Belum ada status hukum

Peluang (Opportunities) S-O W-O

O1 Sedikitnya pesaing di daerah Bogor

O2 Banyaknya media sosial yang dapat

dimanfaatkan sebagai sarana promosi dan kemitraan

O3 Kepercayaan pemasok tinggi

O4 Perkembangan teknologi

O5 Pangsa pasar pupuk stik masih luas

O6 Permintaan variasi produk berbahan dasar cacing

1 Meningkatkan skala usaha untuk meningkatkan produksi (S2, S4, S5, S6, S9, O1, O5, O6) (Penetrasi pasar)

2 Pengembangan variasi produk untuk memperluas segmentasi pasar (S7, S8, O4, O5, O6)

(Pengembangan produk dan Integrasi ke depan) 3 Memanfaatkan media

sosial untuk pemasaran produk dan kemitraan (S3, S4, S5, O2, O4)

(Pengembangan produk dan Integrasi ke depan)

1 Meningkatkan kerjasama kemitraan untuk memperluas jaringan pemasaran dan kemitraan (W3, W4, W7, O1, O5) (Pengembangan pasar dan Integrasi ke depan) 2 Memperbaiki teknik budidaya

dan SOP dalam proses produksi (W3, W4, W6, O1, O5, O6) (Integrasi ke depan) 3 Pemanfaatan teknologi untuk menurunkan ketergantungan terhadap cuaca dan

meningkatakan kapasitas produksi (W1, W2, W5, O3, O5, 06) (Pengembangan produk)

Ancaman (Threats) S-T W-T

T1 Umpan ikan alternatif di pemancingan

T2 Perbedaan harga cacing antar pembudidaya T3 Standar kualitas yang

ditetapkan pasar terhadap produk dan olahan cacing yang dihasilkan

T4 Data statistik jumlah populasi dan total permintaan cacing masih belum ada

1 Diversifikasi produk yang berkualitas (S2, S4, S6, S7, T3) (Pengembangan Produk)

2 Mencari alternatif pakan yang tersedia di sekitar lokasi pembudidayaan cacing untuk memperkecil biaya produksi (S5, S9, T2) (Pengembangan produk)

1 Membangun jaringan pemasaran dan informasi budidaya yang lebih luas dengan sesama pembudidaya cacing dalam upaya menjaga stabilitas harga jual (W2, W3, T3) (Pengembangan pasar dan Integrasi horizontal) 2 Menyempurnakan SOP agar

usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (W1, W3, W6, T3) (Integrasi ke depan)

(28)

14

Alternatif strategi W-O ketiga adalah pemanfaatan teknologi untuk menurunkan ketergantungan terhadap cuaca dan meningkatakan kapasitas produksi. Pembudidaya masih tergantung kepada cuaca untuk melakukan penjemuran beberapa produk olahannya dan mesin pengolah produk cacing masih terlalu lambat untuk mengolah. Potensi pasar produk olahan cacing yang tinggi merupakan pilihan yang baik apabila pembudidaya berinvestasi peralatan yang lebih baik. Strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan produk.

Analisis S-T menghasilkan 2 alternatif strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari ancaman eksternal. Strategi yang dapat dilakukan adalah diversifikasi produk yang berkualitas. Umpan ikan di pemacingan memiliki banyak barang subtitusi dengan harga yang lebih rendah dibandingkan umpan cacing. Diversifikasi produk olahan cacing membuat pembudidaya dapat masuk ke pasar lain, sehingga tidak terlalu bertumpu pada konsumen yang berasal dari pemancingan.

Strategi S-T kedua adalah mencari alternatif pakan yang tersedia di sekitar lokasi pembudidayaan cacing untuk memperkecil biaya produksi. Perbedaan harga antar penjual cacing dan tidak adanya harga standar bagi produk cacing membuat para pembudidaya bersaing dalam perbedaan harga jual untuk menarik konsumen. Pencarian alternatif pakan yang lebih murah diharapkan dapat menurunkan biaya produksi sehingga harga jual menjadi lebih murah pula. Kedua strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan produk.

Analisis W-T menghasilkan 2 alternatif strategi yang dibuat untuk mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat dilakukan adalah membangun jaringan pemasaran dan informasi budidaya yang lebih luas dengan sesama pembudidaya cacing dalam upaya menjaga stabilitas harga jual.

Posisi tawar menawar pembudidayaakan lebih kuat dibanding konsumen jika bermitra dengan sesama pembudidaya. Strategi ini merupakan aplikasi dari pengembangan pasar dan integrasi horizontal.

Strategi W-T kedua adalah menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga. Penyempurnaan SOP ini akan membuat pembudidaya dapat menjual produknya kepada konsumen-konsumen yang memiliki standar tertentu terhadap barang yang dibelinya. Peluang pasar yang besar terhadap produk olahan cacing dengan kualitas tertentu menyebabkan belum banyak pembudidaya yang mampu untuk memproduksinya. Strategi ini merupakan aplikasi dari integrasi kedepan.

Penetapan Prioritas Strategi Pengembangan Usaha

Penyusunan Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan tahap pengambilan keputusan terhadap strategi terbaik dari berbagai alternatif strategi yang merupakan hasil analisis SWOT. Strategi utama berdasarkan nilai TAS tertinggi pada analisis QSPM (Lampiran 1) yaitu menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (TAS 20.7915). Salah 1 produk yang dijual setiap bulan secara berkelanjutan dan merupakan 1 dari 3 produk yang memberikan pemasukan terbesar adalah produk pupuk stik. Rumah Cacing Merah Bogor telah bekerjasama dengan salah satu mitranya untuk memasok 2 ton pupuk stik setiap bulan. Mitra tersebut mensyaratkan kualitas

(29)

15

tertentu terhadap produk pupuk stik yang dihasilkan. Guna mempertahankan kepercayaan mitra usaha perlu dilakukan penyempurnaan SOP agar menghasilkan produk sesuai dengan standar kualitas yang telah disepakati.

Strategi kedua yang dipilih adalah membangun jaringan pemasaran dan informasi budidaya yang lebih luas dengan sesama pembudidaya cacing dalam upaya menjaga stabilitas harga jual (TAS 20.669). Strategi ini bertujuan untuk meminimalisir perbedaan harga jual antara pembudidaya yang ada di daerah Bogor, sehingga dapat mencegah persaingan yang tidak sehat.

Memanfaatkan media sosial untuk pemasaran produk dan kemitraan (TAS 20.5422) menjadi prioritas ketiga karena dengan adanya media sosial, alokasi modal untuk promosi dapat diminimalisir. Saat ini usaha Rumah Cacing Merah Bogor baru memanfaatkan 2 macam media sosial untuk sarana promosi yaitu facebook dan blog. Di zaman informasi berbasis internet masih banyak sarana yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan promosi dan pencarian mitra seperti memanfaatkan berbagai macam situs penjualan online.

Alternatif strategi keempat yang dipilih perusahaan adalah pengembangan variasi produk untuk memperluas segmentasi pasar (TAS 20.5331). Rumah Cacing Merah Bogor telah memiliki beberapa alat pengolahan cacing untuk dijadikan produk olahan. Peluang ini diambil karena pasar untuk produk olahan cacing masih terbuka lebar dan masih sedikit pembudidaya yang memiliki fasilitas mesin pengolahan produk cacing.

Alternatif strategi kelima yang dipilih perusahaan adalah meningkatkan kerjasama kemitraan untuk memperluas jaringan pemasaran dan kemitraan (TAS 20.2032). Keterbatasan sumber informasi pasar seperti kebutuhan pasar akan produk cacing sangat sulit didapatkan. Padahal, hal tersebut menjadi dasar bagi pembudidaya untuk melakukan produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Memperbaiki teknik budidaya dan SOP dalam proses produksi (TAS 20.1079). Strategi tersebut menjadi prioritas keenam karena perbaikan teknik budidaya dan penetapan SOP yang jelas akan menghasilkan produk cacing yang lebih berkualitas dan lebih banyak sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar.

Alternatif strategi ketujuh yang dipilih perusahaan adalah meningkatkan skala usaha untuk meningkatkan produksi (TAS 20.5331). Lahan yang masih luas dapat digunakan untuk membangun kandang budidaya cacing baru, sehingga menurunkan biaya pembelian cacing dari pemasok, yang merupakan salah satu biaya produksi yang besar. Hal tersebut dapat meningkatakan keuntungan perusahaan.

Strategi kedelapan yang dipilih adalah pemanfaatan teknologi untuk menurunkan ketergantungan terhadap cuaca dan meningkatkan kapasitas produksi (TAS 19.9842). Potensi pasar produk olahan cacing yang terbuka lebar merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan. Investasi mesin pengolahan yang lebih cepat dan mesin pengering merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan peluang yang ada.

Diversifikasi produk yang berkualitas (TAS 19.8234). Strategi tersebut menjadi prioritas kesembilan karena standar yang diminta oleh pasar terhadap produk olaan cacing cukup tinggi sehingga perlunya menghasilkan produk olahan yang berkualitas.

(30)

16

Prioritas strategi terakhir yang dipilih adalah mencari alternatif pakan yang tersedia di sekitar lokasi pembudidayaan cacing untuk memperkecil biaya produksi (TAS 13.08358). Strategi ini menjadi proritas terakhir dikarenakan pakan bukan pengeluaran produksi yang besar, layaknya ternak konvensional.

Akan tetapi, strategi ini merupakan salah satu cara untuk menurunkan harga jual cacing sehingga dapat bersaing dengan pembudidaya lain.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kekuatan utama pada Rumah Cacing Merah Bogor adalah sistem bagi hasil keuntungan. Kelemahan utama adalah masih mengandalkan cuaca untuk pengeringan pupuk stik, kemampuan produksi mesin masih kurang cepat, dan kondisi keuangan yang belum stabil. Peluang utama adalah sedikitnya pesaing di daerah Bogor. Ancaman utama pada usaha Rumah Cacing Merah Bogor adalah umpan ikan alternatif di pemancingan. Kekuatan yang dimiliki Rumah Cacing Merah Bogor dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kelemahannya (IFE skor 3.1966). Rumah Cacing Merah Bogor dapat merespon dengan baik setiap peluang dan acaman yang ada (EFE skor 3.0027). Rumah Cacing Merah Bogor berada pada posisi tumbuh dan membangun. Strategi yang digunakan adalah strategi intensif dan integratif. Strategi alternatif terbaik yang dapat diterapkan Rumah Cacing Merah Bogor adalah menyempurnakan SOP agar usaha lebih efisien dan kualitas produk tetap terjaga (TAS 20.7915).

Saran

Rumah Cacing Merah Bogor disarankan untuk meningkatkan penjualan produk olahan lainya, melakukan analisis SWOT khusus pada bagian pemasaran, meningkatkan skala produksi budidaya cacing tanah, dan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki oleh pesaing yang berada di daerah Bogor.

DAFTAR PUSTAKA

David FR. 2004. Manajemen Strategis. Jakarta (ID): PT. Indeks Kelompok Gramedia.

David FR. 2006. Manajemen Strategis Konsep. Ed ke-10. Jakarta (ID): PT.

Salemba Empat.

David FR. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): PT. Salemba Empat.

Hartatik IP. 2014. Buku Pintar Membuat S.O.P (Standard Operating Procedure).

Yogyakarta (ID): Flashbooks.

Hasibuan MSP. 2007. Manajemen Sumberdaya Manusia, Cetakan ke-9. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

(31)

17

Jauch LR, Glueck WF. 1995. Manajemen Strategis dan Kebijakan. Terjemahan:

Murad dan H. Sitanggang. Jakarta (ID): Erlangga.

John AH. 2007. Sistematika Hewan I (Ivertebrata). Medan (ID): Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara.

Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Palungkun R. 1999. Sukses Berternak Cacing Tanah Lumbricus rubellus. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Rangkuti F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta (ID):

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rukmana RH. 1999. Budidaya Cacing Tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Gambar

Gambar 1  Format matriks Internal-Eksternal (David 2006)
Tabel 5  Taksonomi cacing
Gambar 2  Rumah Cacing Merah Bogor
Tabel 7  Matriks IFE usaha Rumah Cacing Merah Bogor
+4

Referensi

Dokumen terkait