ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
SOFT
CANDY
DAN JUS JAMBU MERAH
(Kasus :
“
Fruit Talk Papaya Soft Candy
dan
Fruit Talk Pineapple
Soft Candy
”
LPPM PKBT, Tajur
dan Jus Jambu Merah “JJM”
KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)
SKRIPSI
ATIKA DWIFAJARSARI H 34076029
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
ATIKA DWIFAJARSARI. Analisis Strategi Pengembangan Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy” LPPM PKBT Tajur dan Jus Jambu Merah „JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor. (Di Bawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS)
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keragaman hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan memegang peran penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Akan tetapi tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat diperlukan.
Potensi pengembangan pengolahan buah-buahan seperti jambu biji, pepaya dan nanas di Kota Bogor cukup tinggi mengingat Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas. Upaya pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. LPPM PKBT merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi permen lunak dalam
kemasan dengan merek “fruit talk papaya soft candy” dan “fruit talk pineapple soft candy”. KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi jus jambu merah dalam kemasan dengan merek “jus jambu merah”.
Permasalahan yang di hadapi dari faktor internal LPPM PKBT dan KWT Turi, misalnya belum adanya pihak yang ditempatkan dalam bidang pemasaran, penjualan yang hanya dilakukan di sekitar Kota Bogor dan promosi yang kurang. Dari segi faktor eksternal, pesaing atau tantangan dari luar sangat mungkin muncul dengan cepat, dan kurangnya sumber daya manusia. Selain itu produk subtitusi dari soft candy dan jus merah juga cukup banyak tersedia.
Penelitian akan dilakukan di kedua tempat usaha di Kota Bogor, yaitu usaha soft candy LPPM PKBT dan jus jambu merah KWT Turi. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi, (2) Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi, (3) Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi.
begitu saja, yang pada akhirnya menimbulkan ide untuk mengolah buah jambu merah menjadi jus jambu.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pihak LPPM PKBT dan KWT Turi melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan pengisian kuisioner dengan pihak yang dianggap paling kompeten di LPPM PKBT dan KWT Turi serta pihak eksternal. Responden yang berasal dari luar perusahaan diperlukan agar data yang diperoleh tidak subjektif. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matrik IE, matriks SWOT dan matriks QSPM dengan bantuan pengolahan data menggunakan software EXCEL. Identifikasi faktor-faktor internal yang berpengaruh bagi LPPM PKBT dan KWT Turi dilihat dari beberapa aspek yaitu manajemen, sumber daya manusia, produksi/operasi, keuangan, pemasaran dan penelitian. Faktor-faktor eksternal pada umumnya berdiri sendiri dan berada diluar jangkauan perusahaan akan tetapi dapat mempengaruhi LPPM PKBT dan KWT Turi terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro.
Hasil analisis lingkungan internal maka LPPM PKBT memiliki kekuatan yaitu mutu produk yang dihasilkan baik. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki adalah promosi yang dilakukan masih terbatas. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan matriks EFE maka yang menjadi peluang bagi LPPM PKBT adalah perkembangan teknologi yang cepat. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi LPPM PKBT, adalah perkembangan produk subtitusi.
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada KWT Turi yang menjadi kekuatan utama bagi KWT Turi adalah produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan dan sertifikat hallal. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki adalah kurangnya tenaga kerja dibidang pemasaran. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan matriks EFE maka yang menjadi peluang utama bagi KWT Turi adalah dukungan pemerintah Kota Bogor dalam pengembangan UKM. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman utama bagi KWT Turi adalah pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara industri olahan jus buah.
Dari hasil analisis matriks IFE LPPM PKBT didapat total skor sebesar 3,058 dan hasil analisis matriks EFE di dapat total skor sebesar 2,702. Hasil analisis dari IFE dan EFE pada matriks IE menunjukkan bahwa posisi LPPM PKBT saat ini berada pada sel IV yaitu strategi tumbuh dan kembang (growth and build). Strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan empat alternatif strategi yang dapat dijalankan LPPM PKBT yaitu melakukan pengembangan produk, melakukan strategi perluasan pasar dengan melakukan kerjasama dengan usaha minimarket, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di pasaran, melakukan strategi penentrasi pasar melalui promosi penjualan.
pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan lima alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi yaitu melakukan pengembangan produk, memperbaiki label kemasan produk, melakukan promosi secara intensif untuk mengenalkan merek produk ke semua wilayah Kota Bogor, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan KWT Turi.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA
SOFT
CANDY
DAN JUS JAMBU MERAH
(Kasus :
“
Fruit Talk Papaya Soft Candy
dan
Fruit Talk Pineapple
Soft Candy
”
LPPM PKBT, Tajur
dan Jus Jambu Merah “JJM”
KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)
ATIKA DWIFAJARSARI H 34076029
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Juul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy”
dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus
Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)
Nama Mahasiswa : Atika Dwifajarsari
NIM : H 34076029
Disetujui, Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 1973105 199702 1 001
Mengetahui :
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi
Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus: “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu
Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1985, merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Momon Munawar dan Ibu
Muslichatun R. Memulai pendidikan pada Tahun 1991 di SD Negeri Sukatani,
Cimanggis, Depok hingga tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri I
Cimanggis, Depok pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan
pendidikan ke SMU Islam PB Soedirman Cijantung, Jakarta Timur dan
menyelesaikannya tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor, Program Studi Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan
melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Tahun 2007 penulis melanjutkan
ke jenjang Strata I di Program Studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus,
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus: “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota
Bogor)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi apa yang layak
direkomendasikan bagi LPPM PKBT dan KWT Turi dengan melihat faktor
internal dan eksternal. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat
kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis
mengaharapkan saran pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
Bogor, Agustus 2010
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan
terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing atas bimbingan,
arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen evaluator dalam seminar
proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
3. Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM dan Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji
pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan
kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
5. Bapak Sobir, Ph.D selaku Kepala PKBT yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian.
6. Bapak Taufik Junaedi selaku Ketua KWT Turi yang telah memberikan izin
untuk melaksanakan penelitian.
7. Desi Permatasari selaku pembahas dalam seminar skripsi penulis.
8. Para karyawan PKBT dan LPPM PKBT Tajur.
9. Para anggota KWT Turi.
10. Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 3 atas semangat dan sharing
selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.
Bogor, Agustus 2010
V GAMBARAN UMUM ... 42
6.1 Analisis Lingkungan Internal LPPM PKBT Tajur ... 52
6.1.1 Manajemen ... 52
7.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan LPPM PKBT ... 86
7.1.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman LPPM PKBT . 88
7.4 Tahap Masukan (Input) KWT Turi ... 97
7.4.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan KWT Turi ... 97
7.4.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman KWT Turi .... 101
7.4.3 Analisis Matriks IFE KWT Turi ... 104
7.4.4 Analisis matriks EFE KWT Turi ... 106
7.5 Tahap Pencocokan KWT Turi ... 108
7.5.1 Analisis Matriks IE KWT Turi ... 108
7.5.2 Analisis Matriks SWOT ... 109
7.6 Tahap Keputusan KWT Turi ... 111
7.6.1 Analisis Matriks QSPM KWT Turi ... 111
VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 113
8.1 Kesimpulan ... 113
8.2 Saran ... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003 – 2007 ... 1
2. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Indonesia Tahun 2005 – 2007 ... 2
3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kota Bogor ... 2
4. Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan data ... 31
5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 33
6. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 34
7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal/Eksternal ... 35
8. Matriks SWOT ... 39
9. Format Dasar QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix) ... 40
10. Penilaian Komposisi Bagian Kerja dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja pada KWT Turi ... 48
11. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor pada Tahun 2004 - 2008 (Jutaan Rupiah) ... 61
12. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) ... 63
13. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005 - 2008 ... 64
14. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2004 – 2008 ... 65
15. Analisis Matriks IFE pada LPPM PKBT ... 91
16. Analisis Matriks EFE pada LPPM PKBT ... 93
17. Analisis Matriks IFE pada KWT Turi ... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Januari sampai April 2010 ... 5
2. Grafik Penjulan Jus Jambu Merah per Bulan Mei sampai Juni 2010 ... 5
3. Tahap Penentuan Strategi Konsep David ... 15
4. Model Lima Kekuatan Porter ... 20
5. Kerangka Pemikiran ... 28
6. Matriks IE ... 37
7. Struktur Organisasi LPPM PKBT ... 44
8. Alur Proses Produksi Soft Candy ... 45
9. Struktur Organisasi KWT Turi ... 48
10. Alur Proses Produksi KWT Turi ... 51
11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula ... 62
12. Analisis Matriks IE LPPM PKBT ... 94
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor
Internal LPPM PKBT .. ... 118
2. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis LPPM PKBT ... 122
3. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal LPPM PKBT ... 126
4. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis LPPM PKBT ... 130
5. Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Internal pada LPPM PKBT ... 134
6. Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Internal pada LPPM PKBT .. 135
7. Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Eksternal LPPM PKBT ... 136
8. Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada LPPM PKBT ... 137
9. Matriks SWOT untuk Usaha Soft Candy LPPM PKBT... 138
10.Analisis Matriks QSPM pada LPPM PKBT ... 139
11.Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal KWT Turi ... 140
12.Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis KWT Turi ... 144
13.Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Pembobotan Faktor Eksternal ... 148
14.Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis KWT Turi ... 152
15.Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Internal pada KWT Turi ... 156
16.Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Internal pada KWT Turi ... 157
17.Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada KWT Turi ... 158
18.Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada KWT Turi .... 159
19.Matriks SWOT untuk Usaha Jus Jambu Merah KWT Turi ... 160
20.Analisis Matriks QSPM KWT Turi ... 161
21.Gambar Peralatan Produksi KWT Turi ... 163
I PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangIndonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keragaman
hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan
memegang peran penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan
sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Akan tetapi tingkat konsumsi
buah-buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 1. yang menunjukkan tingkat konsumsi buah-buhan
rata-rata per kapita dari tahun 2003-2007 adalah 27,88 kg/kapita/tahun. Food Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bahwa untuk mencapai keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak mengkonsumsi buah harus
mencapai 75 kilogram per tahun per kapita.1 Oleh karena itu, usaha untuk
meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat
diperlukan.
Tabel 1. Konsumsi Perkapita Hortikultura di Indonesia Tahun 2003-2007
No Kelompok Komoditas
Konsumsi Perkapita (Kg/tahun)
2003 2004 2005 2006 2007
1. Buah-buahan 29,44 27,19 25,17 23,56 34,06
2. Sayuran 34,52 33,49 35,33 34,16 39,39
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008
Kebutuhan terhadap buah-buahan ini ditanggapi dengan sangat baik dan
ditunjukkan oleh semakin meningkatnya produksi buah-buahan Indonesia. Jambu
biji dan pepaya merupakan salah satu dari buah-buahan Indonesia yang
mengalami peningkatan produksi. Selama periode 2005 hingga periode 2008
produksi jambu biji, dan pepaya menunjukkan peningkatan. Sedangkan nanas
mengalami penurunan produksi pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 804.725. Data
produksi jambu biji, nanas dan pepaya di Indonesia pada tahun 2005-2008 dapat
dilihat pada Tabel 2.
1
Tabel 2. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Indonesia Tahun 2005-2008.
Tahun Ton
Jambu Biji Pepaya Nanas
2005 178.509 548.657 925.082
2006 196.180 643.451 1.427.781
2007 179.474 621.524 2.237.858
2008 212.260 717.899 1.433.133
Sumber : Badan Pusat statistik, 2009
Tingkat pertumbuhan buah-buahan di Indonesia tidak terlepas dari peran
serta sentra-sentra pusat produksi buah-buahan di Indonesia, salah satu sentra
produksi terletak di Propinsi Jawa Barat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah
satu Propinsi yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas di Indonesia. Salah
satu kota yang berkontribusi terhadap jambu biji, pepaya dan nanas di Jawa Barat
adalah Kota Bogor. Selama periode 2006 dan 2007 produksi jambu biji dan
pepaya mengalami penurunan. Sedangkan produksi nanas mengalami peningkatan
dimana total produksi nanas pada tahun 2006 sebesar 462,5 ton sedangkan pada
tahun 2007 sebesar 934,3 ton. Produksi jambu biji, pepaya dan nanas dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kota Bogor Tahun 2003-2007
Tahun Ton
Jambu Biji Pepaya Nanas
2003 8 1 14
2004 40 1 28
2005 263 7 259
2006 3.369,5 63 462,5
2007 2.794,7 16,6 934,3
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008
Potensi pengembangan pengolahan buah-buahan seperti jambu biji, pepaya
pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa
simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini
terkait dengan karakteristik produk buah-buahan yang tidak tahan lama dan
mudah rusak karena pengaruh fisika (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh
biologis (mikroba, kapang) terutama pada saat panen melimpah.
Soft candy merupakan produk olahan buah kering yang terbuat dari sari buah alami. Soft candy memiliki banyak variasi dalam kandungan nutrisi, rasa dan kualitas. Sedangkan produk jus selain banyak dikonsumsi karena rasanya yang
enak, jus jambu biji juga sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman
kesehatan. Hal ini terkait dengan kandungan Vitamin C buah jambu biji yang
lebih besar daripada jeruk dan kemampuannya menjaga kesehatan jantung dan
pembuluh darah serta dapat mencegah kanker.2
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Percontohan Pabrik Mini
(LPPM) PKBT Bogor dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi. LPPM PKBT
merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi soft candy dalam kemasan
dengan merek “fruit talk papaya soft candy” dan “fruit talk pineapple soft candy”.
Sedangkan KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi jus
jambu merah dalam kemasan dengan merek “jus jambu merah”.
Salah satu cara untuk mengembangkan usaha soft candy dan jus jambu merah ini yaitu dengan menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar
mampu terus tumbuh dan memberikan hasil yang maksimal. Melihat kondisi ini
maka diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada LPPM PKBT dan
KWT Turi agar dapat mengembangkan usahanya baik dari produk, skala usaha
maupun pangsa pasar yang dirambah.
1.2. Rumusan Masalah
Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang mudah mengalami
perubahan-perubahan akibat pengaruh mekanisme fisik, kimia, biologis dan
mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa mengakibatkan kerusakan atau
pembusukan, terutama pada saat penen melimpah. Diperlukan pengolahan lebih
2
BPPHP Departemen Pertanian. 2002. Rahasia di Balik Kenikmatan Buah dan Sayuran.
lanjut guna meningkatkan nilai tambah pada komoditas buah-buahan. Salah satu
bentuk pengolahan pada buah-buahan adalah dengan pembuatan soft candy dan
jus. Jambu biji, pepaya dan nanas merupakan komoditas pertanian yang memiliki
karakteristik perishable seperti buah-buahan lainnya. Pembuatan soft candy dan jus jambu merah merupakan salah satu upaya dalam memperpanjang masa simpan
dan menambah nilai jual jambu biji, pepaya dan nanas.
LPPM PKBT dan KWT Turi merupakan salah satu pelaku usaha yang
bergerak dalam bidang pengolahan buah menjadi soft candy dan jus jambu merah. Penelitian tentang strategi pengembangan usaha perlu dilakukan karena pelaku
usaha umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum
dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui penerapan strategi
pengembangan usaha yang baik. Strategi pengembangan usaha yang baik dan
tepat bagi suatu unit usaha yaitu strategi yang disusun dengan mempertimbangkan
kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal terdiri dari kekuatan dan
kelemahan perusahaan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman
yang ada di dalam lingkungan eksternal perusahaan, yang selalu berubah dan
kompetitif. Dari faktor internal LPPM PKBT dan KWT Turi masih memiliki
kendala, misalnya belum adanya pihak yang ditempatkan dalam bidang
pemasaran, penjualan yang hanya dilakukan di sekitar Kota Bogor dan promosi
yang kurang.
Gambar 1 menunjukkan adanya kenaikan penjualan soft candy yang paling signifikan terlihat pada bulan April 2009. Hal ini dikarenakan pada bulan April
2009 LPPM PKBT mengikuti pameran yang diadakan di Kota Bogor sehingga
Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Mei 2009 sampai April 2010 Sumber : LPPM PKBT (2010)
Saat ini tingkat penjualan jus jambu merah KWT Turi mengalami
penurunan karena tidak ada bagian khusus yang menangani kegiatan perencanaan
pemasaran. Selain itu banyak produk subtitusi yang berada di pasaran juga dapat
mengakibatkan penjualan jus jambu merah mengalami penurunan. Pada bulan
Juni 2009 penjualan KWT Turi mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan pada
bulan Juni 2009 KWT Turi mengalami peningkatan permintaan terhadap jus
jambu merah sehingga penjualan KWT Turi mengalami peningkatan. Tingkat
penjualan produk jus jambu merah KWT Turi dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Penjualan JJM per Bulan Januari 2009 sampai Juni 2010 Sumber : KWT Turi
Dari segi faktor eksternal kondisi Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata
dan merupakan wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan
dan minuman. Selain itu, pesaing atau tantangan dari luar sangat mungkin muncul
dengan cepat. Perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan
KWT Turi ada yang berbentuk perusahaan yang sudah maju. Penggunaan
organisasi yang baik, pemasaran yang luas serta skala usaha yang besar menjadi
kekuatan perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT
Turi. Hal ini menuntut LPPM PKBT dan KWT Turi untuk dapat membuat strategi
penegmbangan yang tepat agar usahanya dapat terus bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.
Selain itu produk subtitusi dari soft candy dan jus buah dapat menjadi ancaman yang cukup serius bagi perusahaan. Misalnya produk soft candy dan minuman sari buah serbuk kemasan dengan rasa buah yang bervariasi. Tingkat
harga lebih terjangkau, memiliki fungsi yang sama dan produk mudah di dapat.
Tentunya tanpa ada strategi yang baik, sangat mungkin soft candy dan jus jambu merah ini akan kalah bersaing dengan produk subtitusi yang ada. Karena itulah
perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk menghadapi pesaing dan
melebarkan lagi pengembangan usahanya dengan potensi yang dimiliki oleh
perusahaan.
Ditengah permasalahan dan tantangan yang ada LPPM PKBT dan KWT
Turi membutuhkan serangkaian strategi agar mampu bertahan dan terus
berkembang. Untuk mencapai posisi yang diinginkan LPPM PKBT dan KWT
Turi harus mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman sehingga
dapat merumuskan suatu strategi yang sesuai. Dengan memahami kondisi internal
dan eksternal perusahaan, diharapkan LPPM PKBT dan KWT Turi mampu
menyusun strategi pengembangan usahanya. Strategi tersebut dapat
memanfaatkan kekuatan dan memperkecil kelemahan internal guna
memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Dengan demikian, perusahaan
dapat tetap bertahan bahkan mampu berkembang menjadi lebih baik dibanding
sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas masalah yang dapat dirumuskan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha soft candy LPPM PKBT dan jus jambu merah KWT Turi?
2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada LPPM PKBT
3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT
Turi?
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi.
2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan
KWT Turi.
3. Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan
KWT Turi.
1.4. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi dan alternatif sebagai bahan pertimbangan bagi
perusahaan dalam membuat keputusan tentang strategi pengembangan usaha.
2. Bagi pihak lain, peneliti maupun mahasiswa yang membutuhkan bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis faktor internal dan eksternal
baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang, maupun anacaman yang dimiliki
perusahaan yang menjadi dasar untuk menyusun formulasi dalam perencanaan
strategi pengembangan usaha yang bisa diterapakan oleh LPPM PKBT dan KWT
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jus Buah
Jus buah (fruit juice) adalah cairan yang jernih atau agak jernih, tidak difermentasi dan diperoleh dari pengepresan buah-buahan yang telah matang dan
masih segar (Codex Alimentarius dalam Rohmah, 1999). Jus buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah baik disaring ataupun tidak yang
mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung
diminum. Buah yang akan dijadikan jus buah adalah buah yang matang dengan
memperhatikan kualitas dan jenis buahnya karena sangat berpengaruh terhadap
karakter produk yang dihasilkan. Pembuatannya secara garis besar meliputi
tahap-tahap sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, penghancuran, dan
ekstraksi, penyaringan, pengendapan, pemanasan, pengisisan ke dalam wadah,
penutupan wadah, sterilisasi, pendinginan, dan penyimpanan.
Berbagai jenis buah-buahan digunakan sebagai bahan dasar dalam
pengolahan produk sari buah, diantaranya ada yang diolah dari buah segar (jambu
dan mangga), bubur buah (sirsak), dan ada yang dari bahan konsentrat padat
(lychee, jeruk, dan apel). Cocok tidaknya suatu jenis buah untuk diolah menjadi sari buah tergantung dari keseimbangan asam dan gula, jenis dan komponen
phenolik, aroma dan jumlah vitaminnya terutama vitamin C. Minuman jus buah
kemasan adalah minuman ringan yang dikemas dalam berbagai bentuk dengan
cita rasa buah, baik yang berasal dari sari buah segar, konsentrat, maupun perasa
(essens) buah dengan atau penambahan gula dan bahan makanan yang diijinkan (Standar Nasional Indonesia).
2.2. Pineapple Soft Candy
Pineapple Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari sari alami buah nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan Pineapple Soft Candy, yaitu buah nenas dibersihkan dari mahkota buah, kulit dan mata buahnya hingga bersih.
Buah nenas yang digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata
nenas. Karena mata nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi
Setelah tahap pembersihan, buah nenas siap untuk dihaluskan dengan alat
pemarut hingga menjadi bubur nenas. Sebelum diparut, buah nenas yang telah
dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan direndam dengan garam.
Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat
dalam buah nenas.
Pada tahap pemasakan, bubur nenas yang telah dihasilkan dari tahap
sebelumnya dapat langsung digunakan. Adonan bubur nenas pada tahap
pemasakan ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan
bubur nenas yang telah dicampurkan dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk
hingga merata dengan api sedang sampai adonan tersebut mendidih. Setelah
adonan tersebut mendidih, adonan langsung dicetak dalam nampan plastik.
Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.
Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti
bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi
dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi
siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang
lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan,
bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar
30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging
(pengemasan). Pineapple Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.
2.3. Papaya Soft Candy
Papaya Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari campuran sari alami buah pepaya dan nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan
Papaya Soft Candy, yaitu buah pepaya dan nenas dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak diinginkan seperti kulit, biji buah dan mata nenas. Buah nenas yang
digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata nenas. Karena mata
nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi kotor. Setelah tahap
pembersihan, buah pepaya dan nenas siap untuk dihaluskan dengan alat pemarut
hingga menjadi bubur nenas. Namun sebelum diparut, untuk buah nenas yang
garam. Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang
terdapat dalam buah nenas.
Pada tahap pemasakan, bubur pepaya dan bubur nenas yang telah
dihasilkan dari tahap sebelumnya dapat langsung digunakan. Bubur pepaya dan
bubur nenas disatukan menjadi satu adonan. Kemudian adonan ini ditambahkan
gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan yang telah dicampurkan
dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk hingga merata dengan api sedang
sampai adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan
langsung dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga
dingin.
Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti
bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi
dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi
siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang
lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan,
bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar
30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging
(pengemasan). Papaya Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.
2.4. Hasil Penelitian Terdahulu
Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan informasi tentang penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian
terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian
yang sedang dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan topik yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
Okta (2004), melakukan penelitian yang berjudul Formulasi Strategi
Bersaing Minuman Buah Sirsak PT. Minuman SAP dengan menggunakan,
matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Hasil
dari anlisis matriks IFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,020. Sedangkan
hasil analisis EFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,603. Hasil pencocokan
matriks IFE dan EFE dengan menggunakan matriks IE menunjukkan posisi
bisa digunakan oleh perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar,
pengembangan pasar, pengembangan produk) dan strategi integratif (intregrasi ke
belakang, ke depan, horizontal). Hasil dari analisis QSPM diperoleh prioritas
strategi perusahaan yaitu memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan unyuk
meningkatkan keunggulan dan memperluas jaringan distribusi dengan TAS
sebesar 6,765.
Beruntung (2005), melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi
Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco yang dilakukan di PT. Keong
Nusantara Abadi, Kabupaten Natar, Lampung dengan menggunakan analisis
matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Skor Internal Factor Evaluation mencapai nilai rata-rata sebesar 2,521. Berdasarkan tahap pencocokan matriks IE didapatkan posisi perusahaan pada kuadran V berada pada
posisi pertahankan dan pelihara.
Dengan menggunakan analisis matriks SWOT didapatkan strategi: (1)
Mencipkan produk yang mempunyai brand image, (2) Menjaga citra perusahaan di mata konsumen, (3) Mempertahankan dan terus menbina hubungan baik
dengan supplier demi kelancaran produksi, (4) Peningkatan kualitas SDM
perusahaan dengan pelatihan dan pengembangan karyawan, (5) Memperluas
pengembangan dan peanekaragaman produk, (6) Memperluas dan
mempertahankan pasar yang sudah ada, (7) Meningkatkan keunggulan produk
untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subtitusi, (8) Melakukan
perencanaan produksi dan efisiensi biaya. Dengan menggunakan matriks QSPM
diperoleh prioritas strategi yang diterapkan perusahaan adalah meningkatkan
keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi
dengan nilai TAS sebesar 19,289.
Sari (2008), melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran
Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan menggunakan alat
analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM.
Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi berada pada kuadran V, yaitu
diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan
produk.
Hasil analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat
dijalankan KWT Turi, yaitu : 1) pempertahankan kualitas dan keunggulan produk
untuk menarik pelanggan; 2) meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan
penjualan; 3) peningkatan kapasitas produksi dengan pemanfaatan bantuan modal;
4) mempertahankan hubungan kerjasama dan pelayanan untuk membentuk citra
positif bagi usaha KWT Turi; 5) melakukan diversifikasi Produk; 6) melakukan
perencanaan pemasaran serta pengelolaan manajemen usaha yang profesional.
Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik
dilakukan melalui analisis QSPM. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan
bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah mempertahankan
kualitas dan keunggulan produk untuk menarik pelanggan.
Nuranggara (2009), melakukan penelitian yang berjudul Strategi
Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji pada PT. Lipisari Patna Kabupaten
Subang Jawa barat dengan menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE
dan matriks SWOT. Berdasarkan matriks IE menempatkan PT. Lipisari Patna
pada posisi kuadran V (hold and maintain). Strategi yang cocock digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.
Hasil SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat dilankan
PT. Lipisari Patna, yaitu : 1) Melakukan pengembangan produk melalui
diversifikasi dan diferensiasi produk, 2) Mempertahankan dan meningkatkan
kualitas dan brand image sebagai produk sari buah asli dan produk khas subang di semua wilayah Kabupaten Subang, 3) Melakukan promosi secara intensif untuk
mengenalkan merek produk ke pasar yang lebih luas, 4) Perbaikan manajemen
perusahaan dan menggunakan tenaga manajer yang tidak terikat kerja dengan
LIPI, 5) Memperluas jaringan distribusi dengan melakukan kerjasama dengan
minimarket dan agen minuman, 6) Melakukan efesiensi biaya produksi, 7)
Melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam mengembangkan usaha, 8)
Melakukan Variasi kemasan produk dalam menghadapi produk subtitusi.
Ariessiana (2009), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Strategi
menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT
dan matriks QSPM. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi usaha roti pada Bagas Bakery di Kabupaten
Kendal. Berdasarkan hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas
Bakery berada pada kuadran V yaitu tahap hold and maintain melalui strategi penetrasi pasar. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif
strategi dan dari hasil matriks QSPM diperoleh prioritas strategi bagi Bagas
Bakery berturut-turut yaitu (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2)
menngkatkan mutu produk dan pelayanan, (3) melakukan pengaturan dalam
pengalokasian keuangan perusahaan, (4) memanfaatkan Skim Kredit yang
ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu
mengatasi kelebihan permintaan terhaap produk Bagas Bakery saat ini, (5)
mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada, (6)
memperbaiki label kemasan produk, (7) mengoptimalkan saluran distribusi yang
ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, (8) membuka outlet
khusus untuk direct selling.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dalam
penelitian ini mengambil topik Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah, Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”.
Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang
dituju. Menurut Pearce dan Robinson (2007), strategi adalah rencana berskala
besar, bertujuan ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan
demi mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan
mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa dan
untuk maksud (purpose) apa. Sedangkan menurut David (2009), strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi
adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan
sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar.
3.1.2. Proses Manajemen Strategis
Proses manajemen strategis menurut David (2009), terdiri dari tiga
tahapan yaitu perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian strategi.
Perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan visi dan misi perusahaan,
menjalankan audit eksternal, menjalankan audit internal, menetapkan tujuan
jangka panjang, menciptakan mengevaluasi dan memilih strategi.
Penerapan strategi sering disebut tahap tindakan manajemen strategis
karena pada tahap ini berarti memobilitas karyawan dan manajer untuk mengubah
strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Sedangkan penilaian strategi adalah
tahap paling akhir dalam manajemen strategis. Pada tahap penilaian strategi
dilakukan usaha untuk memperoleh informasi apakah strategi tertentu berfungsi
dengan baik atau tidak.
3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan
Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal
berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita
(David, 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan
tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah, pemasok
perusahaan dan lain-lain.
Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan.
Pernyataan misi adalah deklarasi tentang “alasan keberadaan” sebuah organisasi.
Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan
formulasi strategi yang efektif.
3.1.4. Perumusan/ Formulasi Strategi
Aplikasi untuk menentukan strategi utama berdasarkan konsep David
dilakukan melalui pemakaian beberapa Matriks dengan tiga tahap pelaksanaan
(Umar, 2008). Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tahapan Penentuan Strategi Konsep David
Tahap 1 : Tahapan Input (Input Stage)
Evaluasi Faktor Internal Evaluasi Faktor Eksternal (Internal Factor Evaluation-IFE) ( Eksternal Factor Evaluation-EFE)
Tahap 2 : Tahap Pencocokan (Matching Stage) IE (Internal-Eksternal) Matriks
Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats)
1. Tahap Input (Input Stage)
Tahap ini menghasilkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.
Alat analisis yang digunakan adalah IFE dan EFE. Disebut sebagai Input Stage karena tahap ini bertugas untuk menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Tahap pencocokan menggunakan alat analisis Matriks SWOT. Alat ini
bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk
mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan
kelemahan internal. Pada tahapan pencocokan, berfokus pada
pembangkitan strategi-strategi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui
penggabungan faktor internal dan eksternal yang utama. Selain dengan
SWOT tahap pencocokan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
Matriks IE.
3. Tahap Keputusan (Decision Stage)
Tahap keputusan menggunakan timeline pelaksanaan strategi. Timeline ini dibuat berdasarkan kondisi keadaan internal dan eksternal perusahaan,
sehingga dapat direkomendasikan strategi apa yang harus segera
dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan adanya timeline ini diharapkan perusahan dapat lebih fokus didalam melaksanakan strategi karena ada
tenggang waktu yang harus dicapai.
3.1.5. Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor
yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan
merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan di dalam suatu
industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan merupakan
keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan kemampuan
yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David
(2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal
1. Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan
pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua
sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan
pengendalian.
2. Pemasaran
Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,
mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat
macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.
3. Keuangan/Akutansi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akutansi, adalah
kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,
beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal
tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,
pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan
penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang handal (Umar 2008).
4. Produksi/Operasi
Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang
mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen
produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,
kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kulitas.
5. Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena
itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan
karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek
sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai
manajemen sumber daya manusia, keterampilan dan motivasi kerja,
6. Penelitian dan Pengembangan
Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya
harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan
pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk
memperbaiki kualitas produk atau memperbaiki proses produksi untuk
menurunkan biaya.
3.1.6. Analisis Lingkungan Eksternal
Semua perusahaan harus melakukan pengamatan yang sistematis dan
berkesinambungan terhadap pengaruh lingkungan eksternal. Dalam menganalisis
lingkungan eksternal, inti lingkungan harus diketahui. Evaluasi lingkungan
eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan,
sehingga dapat memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari
peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Tujuan dari
evaluasi lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas
tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari.
Menurut David (2006), mengemukan bahwa analisis eksternal adalah
pengungkapan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga
dengan adanya peluang maka akan didapatkan keuntungan sebaliknya dengan
adanya ancaman maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya.
Lingkungan eksternal dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan
lingkungan makro.
1. Lingkungan Makro
Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar
perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
perusahaan. Lingkungan makro terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial dan
teknologi.
a. Faktor Politik
Politik dibentuk oleh hukum, badan pemerintahan dan kelompok tertentu yang
berwenang untuk mempengaruhi dan membatasi aktivitas tertentu dari suatu
moneter, kebijakan fiskal, kebijakan politik dalam dan luar negeri dapat
mempengaruhi perusahaan bisa menjadi ancaman ataupun peluang.
b. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi bekaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu
perusahaan beroperasi. Daya beli diperlukan dalam pasar. Daya beli yang
tersedia dalam perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan,
hutang dan ketersedian kredit saat ini. Perusahaan harus memperhatikan
dengan cermat arah atau urutan kejadian utama dalam waktu tertentu dari segi
pendapatan dan pola pembelanjaan. Tingkat inflasi, pola konsumsi, kurs mata
uang dan sebagai mungkin merupakan faktor-faktor ekonomi yang
mempengaruhi daya beli konsumen.
c. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dapat mempengaruhi adalah kepercayaan, nilai-nilai norma,
keyakinan, opini, gaya hidup dan sebagainya. Kesemuanya itu secara sadar
atau tidak telah terbentuk berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka.
Misalnya saja masuknya tenaga kerja wanita kedalam pasar tenaga kerja hal
ini tidak hanya mempengaruhi kebijakan tetapi juga dapat merubah
permintaan terhadap produk yang dibutuhkan karena ketiadaan wanita di
rumah.
d. Faktor Teknologi
Perusahaan harus waspada terhadap perubahan teknologi yang mungkin dapat
mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreaif dapat membuka
kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah
ada atau penyempurnaan dalam hal teknik produksi dan pemasaran.
Perkembangan teknologi atau penemuan-penemuan baru terhadap teknologi
dapat mempengaruhi pola konsumsi pasar yang dapat mempengaruhi juga
terhadap perusahaan.
2. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah yang langsung terkait dengan perusahaan dan
langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pasarnya yaitu
pemasok, perantara pasar, pelanggan dan pesaing. Porter (1997), penggagas
pada pesaing yang ada dalam industrinya. Model kekuatan persaingan,
menentukan tingkat intensitas. Semakin kuat setiap kekuatan dalam model
tersebut, semakin terbatas kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga dan
mendapat laba yang lebih besar. Dalam melakukan pengamatan industri,
perusahaan harus menilai pentingnya lima kekuatan untuk sukses, yaitu ancaman
pendatang baru, persaingan diantara perusahaan yang telah ada, ancaman produk
pengganti, kekuatan penawaran pemasok, dan kekuatan penawaran pembeli.
Model Lima Kekuatan Porter dapat dilihat pada Gambar 4.
Ancaman Pendatang Baru
Gambar 4. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : Porter (1997)
1. Ancaman Pendatang Baru
Pendatang baru dalam industri biasanya membawa kapasitas baru, sebagai
usaha untuk mendapatkan keuntungan dan sumber daya penting. Mereka akan
menjadi ancaman di dalam membangun perusahaan. Apabila ada perusahaan
baru yang masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan diantara
perusahaan akan semakin meningkat. Ancaman pendatang ini tergantung
adanya penghalang masuk dan reaksi-reaksi yang dapat diharapkan dari
pesaing yang sudah ada. Semakin tinggi rintangan masuk, maka industri
semakin sulit dimasuki pendatang baru. Sebaliknya semakin rendah tingkat Pendatang Baru
Pembeli
Pemasok
Persaingan Industri
Persaingan diantara usaha yang sudah ada
Produk Pengganti
Kekuatan tawar-menawar pembeli Kekuatan
Tawar-menawar Pemasok
rintangan masuk maka pendatang baru akan semakin mudah memasuki
industri. Terdapat bebrapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke
dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk yang dimaksud
adalah :
a) Skala ekonomis
Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis ini
akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa para
pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar dan menghadapi
resiko adanya reaksi keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala
kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak menguntungkan.
b) Diferensiasi produk
Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang
baru menggeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan
pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak terhadap
kecurigaan disaat awal dan seringkali bertahan untuk waktu yang cukup
panjang.
c) Kebutuhan modal
Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar
mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain baru,
terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan disaat awal
yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan pengembangan
yang penuh resiko.
d) Biaya beralih pemasok
Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan
pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk
pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang baru
harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau
e) Akses ke saluran distribusi
Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari
pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila
saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasai oleh perusahaan
yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran
yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun
saluran sendiri.
f) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala
Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya
yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk ke
dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimaksud adalah
teknologi produk milik sendiri, penguasaan atas bahan baku, lokasi yang
menguntungkan, subsidi pemerintah dan kurva belajar atau pengalaman.
2. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti
Industri akan bersaing dengan industri produk pengganti dalam merebut pasar
yang akan membatasi laba potensial industri. Produk pengganti muncul dalam
bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk
lain. Jika tingkat switching cost rendah, barang pengganti kemungkinan berpengaruh kuat terhadap industri. Kadang-kadang mengidentifikasi
kemungkinan produk atau jasa pengganti berarti mencari produk atau jasa
yang dapat melakukan fungsi yang sama, walau tampaknya tidak mudah
untuk digantikan. Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian besar
adalah produk lain yang menjalankan fungsi yang sama atau produk yang
mempunyai kecenderungan memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dari
produk lainnnya.
3. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli
Pembeli merupakan tujuan akhir dari industri. Pembeli mempengaruhi
industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga,
permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan peran
untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Apabila pelanggan
terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah banyak,
intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan menawar konsumen
juga lebih besar kalau produk yang dibeli standar atau tidak berbeda.
4. Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok
Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka untuk
menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dibeli.
Kekuatan menawar dari pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam
suatu industri, terutama kalau jumlah pemasok banyak, kalau hanya sedikit
bahan baku pengganti yang baik, atau kalau biaya pengganti bahan baku amat
tinggi. Perusahaan mungkin menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk
memperoleh kendali atau kepemilikan pemasok. Strategi ini terutama efektif
kalau pemasok tidak dapat diandalkan, biaya terlalu tinggi, atau tidak mampu
memenuhi keperluan perusahaan secara konsisten.
5. Persaingan Diantara Usaha yang Sudah Ada
Persaingan diantara industri yang bersaing biasanya paling berpengaruh di
antara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan
dapat berhasil hanya sejauh bahwa strategi itu menyediakan keunggulan
bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Hal ini
dilakukan di dalam persaingan harga, iklan, pengenalan produk, peningkatan
pelayanan, jaminan purnajual kepada pelanggan dan sebagainya. Intensitas
persaingan diantara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat kalau
jumlah pesaing bertambah, karena perusahaan yang bersaing menjadi setara
dalam ukuran dan kemampuan, karena permintaan produk industri menurun,
dan karena potongan harga menjadi biasa. Menurut Porter, intensitas
persaingan berhubungan dengan beberapa faktor antara lain jumlah pesaing,
tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk atau jasa, jumlah biaya
tetap, kapasitas, tingginya penghalang untuk keluar dan diversitas pesaing.
3.1.7. Matriks IE
Matriks IE menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan
internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan
IFE. Tujuan penggunaan Matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis
ditingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti, 2005).
Penggabungan kedua Matriks tersebut menghasilkan Matriks IE yang
menghasilkan sembilan macam sel, yang memperlihatkan kombinasi total nilai
terboboti dari Matriks-Matriks IFE dan EFE. Pada prinsipnya kesembilan sel
dapat dibagi menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi yang
berbeda. Strategi utama tersebut adalah :
a. Divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh (Grow) dan bina (Build). Strategi intensif yang digunakan adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Atau strategi integratif
yaitu dengan intergrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi
horizontal, strategi ini yang mungkin paling tepat untuk digunakan. Dalam
hal ini perusahaan biasanya mengejar pertumbuhan dalam keuntungan,
pangsa pasar dan tujuan primer lainnya.
b. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII terbaik dapat dikelola dengan
strategi pertahankan (Hold) dan pelihara (Maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan
untuk tipe-tipe divisi ini. Dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi
tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Tujuan relative defensive, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. c. Divisi yang umum masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah panen
(Harvest) dan divestasi (Divesture). Pada saat kelangsungan hidup perusahaan terancam dan tidak dapat lagi bersaing secara efektif,
seringkali strategi yang menekankan penghematan dibutuhkan.
3.1.8. Matriks SWOT
Menurut Rangkuti (2005), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Kekuatan dapat
dijelaskan sebagai sisi positif organisasi yang dapat membimbing ke arah peluang
yang lebih luas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan. Kelemahan
merupakan kekurangan dalam hal keahlian dan sumberdaya perusahaan. Peluang
perubahan teknologi, pasar dan produk atau perubahan-perubahan. Ancaman
adalah bahaya atau masalah yang dapat menghancurkan kedudukan perusahaan.
Misalnya, peluncuran produk baru oleh pesaing atau masalah-masalah yang
timbul dengan pemasok atau pelanggan. Melalui analisis ini, perusahaan
diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi berdasarkan kombinasi
antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matriks SWOT adalah
alat yang penting bagi seorang manajer dalam mengembangkan empat tipe
strategi, yaitu SO (Strenght-Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenght-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).
3.1.9. Matriks QSPM
Menurut David (2006), QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi mengevaluasi alternatif
strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan
eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Di dalam QSPM, dituliskan faktor
kunci yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan yang
didapat dari analisis lingkungan internal dan eksternal. Kemudian dituliskan bobot
dari masing-masing faktor kunci tersebut yang didapat dari matriks IFE dan EFE.
Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian daya tarik masing-masing alternatif
strategi terhadap faktor-faktor kunci yang telah dituliskan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan pengolahan makanan dari buah-buahan menjadi beberapa
produk seperti soft candy dan minuman jus selama beberapa tahun terakhir didorong oleh semakin meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat
terhadap kesehatan. Pasar produk olahan buah yang masih potensial
mengakibatkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan atau kelompok
usaha yang mengolah buah menjadi soft candy dan jus. Salah satunya adalah LPPM PKBT yang merupakan produsen soft candy dengan merek “fruit talk pineapple soft candy” dan “fuit talk papaya soft candy” dan KWT Turi yang merupakan produsen jus jambu merah dengan merk ”JJM”.
Sebagai salah satu perusahaan pengolahan buah di Kota Bogor, tentunya
perusahaan ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis
keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat
menentukan strategi untuk pengembangkan usaha pengolahan buah ini
kedepannya. Produk subtitusi yang banyak tersedia, menjadi salah satu kendala
yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha ini. Sehingga perlu strategi yang
tepat untuk digunakan. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan
wilayah transit, sangat memungkinkan untuk lebih mengembangkan usaha
pengolahan buah yang berada di Kota Bogor misalnya dengan melakukan
penjualan ke Kota Jakarta, Depok, Cianjur, dan Sukabumi. Adanya pesaing atau
tantangan dari luar sangat mungkin muncul dengan cepat. Perusahaan pesaing
yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT Turi ada yang berbentuk
perusahaan yang sudah maju. Saat ini penjualan yang dilakukan hanya melalui
pemintaan konsumen saja. Hal ini sangat berdampak terhadap penjualan produk
yang mengalami penurunan.
Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi visi, misi dan tujuan perusahaan.
Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi dan
tujuan perusahaan, sehingga harapannya, strategi yang dihasilkan dapat menjadi
masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada.
Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan
eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan proses
identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan
ancaman perusahaan.
Analisis lingkungan internal diperoleh melalui analisis pada bagian
manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, dan
sumberdaya manusia pada perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan
dengan menggunakan Matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal meliputi
lingkungan ekonomi, sosial, teknologi, pemerintah, pelanggan, pemasok dan
pesaing. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan Matriks
EFE. Tahap ini dinamakan tahapan input.
Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokkan yang menggunakan
posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di Matriks IE. Selanjutnya,
setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari Matriks IE, diharapkan
alternatif strategi yang akan dibuat pada Matriks SWOT sesuai dengan yang
diperoleh pada matrisk IE. Tahap terakhir akan diambil keputusan strategi mana
yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi
kuantitatif atau QSPM sebagai rekomendasi strategi yang harus dijalankan oleh
LPPM PKBT dan KWT Turi. Secara lebih lengkap, kerangka pemikiran