• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)"

Copied!
358
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

SOFT

CANDY

DAN JUS JAMBU MERAH

(Kasus :

Fruit Talk Papaya Soft Candy

dan

Fruit Talk Pineapple

Soft Candy

LPPM PKBT, Tajur

dan Jus Jambu Merah “JJM”

KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)

SKRIPSI

ATIKA DWIFAJARSARI H 34076029

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

ATIKA DWIFAJARSARI. Analisis Strategi Pengembangan Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy dan Fruit Talk Pineapple Soft Candy” LPPM PKBT Tajur dan Jus Jambu Merah „JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor. (Di Bawah Bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS)

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keragaman hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan memegang peran penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Akan tetapi tingkat konsumsi buah-buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat diperlukan.

Potensi pengembangan pengolahan buah-buahan seperti jambu biji, pepaya dan nanas di Kota Bogor cukup tinggi mengingat Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa barat yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas. Upaya pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. LPPM PKBT merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi permen lunak dalam

kemasan dengan merek “fruit talk papaya soft candy” dan “fruit talk pineapple soft candy”. KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi jus jambu merah dalam kemasan dengan merek “jus jambu merah”.

Permasalahan yang di hadapi dari faktor internal LPPM PKBT dan KWT Turi, misalnya belum adanya pihak yang ditempatkan dalam bidang pemasaran, penjualan yang hanya dilakukan di sekitar Kota Bogor dan promosi yang kurang. Dari segi faktor eksternal, pesaing atau tantangan dari luar sangat mungkin muncul dengan cepat, dan kurangnya sumber daya manusia. Selain itu produk subtitusi dari soft candy dan jus merah juga cukup banyak tersedia.

Penelitian akan dilakukan di kedua tempat usaha di Kota Bogor, yaitu usaha soft candy LPPM PKBT dan jus jambu merah KWT Turi. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan April 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi, (2) Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi, (3) Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi.

(3)

begitu saja, yang pada akhirnya menimbulkan ide untuk mengolah buah jambu merah menjadi jus jambu.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pihak LPPM PKBT dan KWT Turi melalui pengamatan langsung di lapangan (observasi), wawancara dan pengisian kuisioner dengan pihak yang dianggap paling kompeten di LPPM PKBT dan KWT Turi serta pihak eksternal. Responden yang berasal dari luar perusahaan diperlukan agar data yang diperoleh tidak subjektif. Model yang digunakan pada penelitian ini adalah matriks IFE, matriks EFE, matrik IE, matriks SWOT dan matriks QSPM dengan bantuan pengolahan data menggunakan software EXCEL. Identifikasi faktor-faktor internal yang berpengaruh bagi LPPM PKBT dan KWT Turi dilihat dari beberapa aspek yaitu manajemen, sumber daya manusia, produksi/operasi, keuangan, pemasaran dan penelitian. Faktor-faktor eksternal pada umumnya berdiri sendiri dan berada diluar jangkauan perusahaan akan tetapi dapat mempengaruhi LPPM PKBT dan KWT Turi terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan mikro.

Hasil analisis lingkungan internal maka LPPM PKBT memiliki kekuatan yaitu mutu produk yang dihasilkan baik. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki adalah promosi yang dilakukan masih terbatas. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan matriks EFE maka yang menjadi peluang bagi LPPM PKBT adalah perkembangan teknologi yang cepat. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman bagi LPPM PKBT, adalah perkembangan produk subtitusi.

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal pada KWT Turi yang menjadi kekuatan utama bagi KWT Turi adalah produk telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan dan sertifikat hallal. Sedangkan kelemahan utama yang dimiliki adalah kurangnya tenaga kerja dibidang pemasaran. Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dengan matriks EFE maka yang menjadi peluang utama bagi KWT Turi adalah dukungan pemerintah Kota Bogor dalam pengembangan UKM. Sedangkan faktor-faktor strategi eksternal yang menjadi ancaman utama bagi KWT Turi adalah pembeli memiliki kekuatan untuk menentukan pilihan diantara industri olahan jus buah.

Dari hasil analisis matriks IFE LPPM PKBT didapat total skor sebesar 3,058 dan hasil analisis matriks EFE di dapat total skor sebesar 2,702. Hasil analisis dari IFE dan EFE pada matriks IE menunjukkan bahwa posisi LPPM PKBT saat ini berada pada sel IV yaitu strategi tumbuh dan kembang (growth and build). Strategi yang dapat diterapkan pada posisi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan empat alternatif strategi yang dapat dijalankan LPPM PKBT yaitu melakukan pengembangan produk, melakukan strategi perluasan pasar dengan melakukan kerjasama dengan usaha minimarket, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di pasaran, melakukan strategi penentrasi pasar melalui promosi penjualan.

(4)

pasar, dan pengembangan produk. Hasil analisis SWOT menghasilkan lima alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi yaitu melakukan pengembangan produk, memperbaiki label kemasan produk, melakukan promosi secara intensif untuk mengenalkan merek produk ke semua wilayah Kota Bogor, mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan KWT Turi.

(5)

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA

SOFT

CANDY

DAN JUS JAMBU MERAH

(Kasus :

Fruit Talk Papaya Soft Candy

dan

Fruit Talk Pineapple

Soft Candy

LPPM PKBT, Tajur

dan Jus Jambu Merah “JJM”

KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)

ATIKA DWIFAJARSARI H 34076029

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Juul : Analisis Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus : “Fruit Talk Papaya Soft Candy

dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus

Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)

Nama Mahasiswa : Atika Dwifajarsari

NIM : H 34076029

Disetujui, Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 1973105 199702 1 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(7)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi

Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus: “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu

Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota Bogor)” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1985, merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Momon Munawar dan Ibu

Muslichatun R. Memulai pendidikan pada Tahun 1991 di SD Negeri Sukatani,

Cimanggis, Depok hingga tahun 1997. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri I

Cimanggis, Depok pada tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan

pendidikan ke SMU Islam PB Soedirman Cijantung, Jakarta Timur dan

menyelesaikannya tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor, Program Studi Diploma III Konservasi Sumberdaya Hutan

melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Tahun 2007 penulis melanjutkan

ke jenjang Strata I di Program Studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus,

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah (Kasus: “Fruit Talk Papaya Soft Candy” dan “Fruit Talk Pineapple Soft Candy”, Tajur dan Jus Jambu Merah “JJM” KWT Turi, Tanah Sareal Kota

Bogor)”. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi apa yang layak

direkomendasikan bagi LPPM PKBT dan KWT Turi dengan melihat faktor

internal dan eksternal. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat

kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis

mengaharapkan saran pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Bogor, Agustus 2010

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Bapak Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen evaluator dalam seminar

proposal penelitian yang telah memberikan saran dan masukan dalam

penyempurnaan skripsi ini.

3. Ibu Eva Yolynda Aviny, SP, MM dan Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji

pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan

kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa

yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Bapak Sobir, Ph.D selaku Kepala PKBT yang telah memberikan izin untuk

melaksanakan penelitian.

6. Bapak Taufik Junaedi selaku Ketua KWT Turi yang telah memberikan izin

untuk melaksanakan penelitian.

7. Desi Permatasari selaku pembahas dalam seminar skripsi penulis.

8. Para karyawan PKBT dan LPPM PKBT Tajur.

9. Para anggota KWT Turi.

10. Teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 3 atas semangat dan sharing

selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak

dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Agustus 2010

(11)
(12)

V GAMBARAN UMUM ... 42

6.1 Analisis Lingkungan Internal LPPM PKBT Tajur ... 52

6.1.1 Manajemen ... 52

7.1.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan LPPM PKBT ... 86

7.1.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman LPPM PKBT . 88

(13)

7.4 Tahap Masukan (Input) KWT Turi ... 97

7.4.1 Identifikasi Faktor Kekuatan dan Kelemahan KWT Turi ... 97

7.4.2 Identifikasi Faktor Peluang dan Ancaman KWT Turi .... 101

7.4.3 Analisis Matriks IFE KWT Turi ... 104

7.4.4 Analisis matriks EFE KWT Turi ... 106

7.5 Tahap Pencocokan KWT Turi ... 108

7.5.1 Analisis Matriks IE KWT Turi ... 108

7.5.2 Analisis Matriks SWOT ... 109

7.6 Tahap Keputusan KWT Turi ... 111

7.6.1 Analisis Matriks QSPM KWT Turi ... 111

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 113

8.1 Kesimpulan ... 113

8.2 Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(14)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Konsumsi Perkapita Hortikultura Tahun 2003 – 2007 ... 1

2. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Indonesia Tahun 2005 – 2007 ... 2

3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kota Bogor ... 2

4. Jenis Data, Sumber Data dan Metode Pengumpulan data ... 31

5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) ... 33

6. Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ... 34

7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal/Eksternal ... 35

8. Matriks SWOT ... 39

9. Format Dasar QSPM (Quantitative Strategies Planning Matrix) ... 40

10. Penilaian Komposisi Bagian Kerja dan Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja pada KWT Turi ... 48

11. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor pada Tahun 2004 - 2008 (Jutaan Rupiah) ... 61

12. Perkembangan Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg) ... 63

13. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005 - 2008 ... 64

14. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2004 – 2008 ... 65

15. Analisis Matriks IFE pada LPPM PKBT ... 91

16. Analisis Matriks EFE pada LPPM PKBT ... 93

17. Analisis Matriks IFE pada KWT Turi ... 105

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Januari sampai April 2010 ... 5

2. Grafik Penjulan Jus Jambu Merah per Bulan Mei sampai Juni 2010 ... 5

3. Tahap Penentuan Strategi Konsep David ... 15

4. Model Lima Kekuatan Porter ... 20

5. Kerangka Pemikiran ... 28

6. Matriks IE ... 37

7. Struktur Organisasi LPPM PKBT ... 44

8. Alur Proses Produksi Soft Candy ... 45

9. Struktur Organisasi KWT Turi ... 48

10. Alur Proses Produksi KWT Turi ... 51

11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula ... 62

12. Analisis Matriks IE LPPM PKBT ... 94

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor

Internal LPPM PKBT .. ... 118

2. Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis LPPM PKBT ... 122

3. Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Eksternal LPPM PKBT ... 126

4. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis LPPM PKBT ... 130

5. Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Internal pada LPPM PKBT ... 134

6. Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Internal pada LPPM PKBT .. 135

7. Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Eksternal LPPM PKBT ... 136

8. Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada LPPM PKBT ... 137

9. Matriks SWOT untuk Usaha Soft Candy LPPM PKBT... 138

10.Analisis Matriks QSPM pada LPPM PKBT ... 139

11.Matriks Perbandingan Berpasangan untuk Pembobotan Faktor Internal KWT Turi ... 140

12.Penentuan Peringkat Faktor Internal Strategis KWT Turi ... 144

13.Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Pembobotan Faktor Eksternal ... 148

14.Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Strategis KWT Turi ... 152

15.Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Internal pada KWT Turi ... 156

16.Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Internal pada KWT Turi ... 157

17.Hasil Pembobotan Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada KWT Turi ... 158

18.Hasil Rating Rata-rata Faktor Strategi Eksternal pada KWT Turi .... 159

19.Matriks SWOT untuk Usaha Jus Jambu Merah KWT Turi ... 160

20.Analisis Matriks QSPM KWT Turi ... 161

21.Gambar Peralatan Produksi KWT Turi ... 163

(17)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keragaman

hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan

memegang peran penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan

sehari-hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Akan tetapi tingkat konsumsi

buah-buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Hal ini

dapat dilihat pada Tabel 1. yang menunjukkan tingkat konsumsi buah-buhan

rata-rata per kapita dari tahun 2003-2007 adalah 27,88 kg/kapita/tahun. Food Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bahwa untuk mencapai keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak mengkonsumsi buah harus

mencapai 75 kilogram per tahun per kapita.1 Oleh karena itu, usaha untuk

meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat

diperlukan.

Tabel 1. Konsumsi Perkapita Hortikultura di Indonesia Tahun 2003-2007

No Kelompok Komoditas

Konsumsi Perkapita (Kg/tahun)

2003 2004 2005 2006 2007

1. Buah-buahan 29,44 27,19 25,17 23,56 34,06

2. Sayuran 34,52 33,49 35,33 34,16 39,39

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008

Kebutuhan terhadap buah-buahan ini ditanggapi dengan sangat baik dan

ditunjukkan oleh semakin meningkatnya produksi buah-buahan Indonesia. Jambu

biji dan pepaya merupakan salah satu dari buah-buahan Indonesia yang

mengalami peningkatan produksi. Selama periode 2005 hingga periode 2008

produksi jambu biji, dan pepaya menunjukkan peningkatan. Sedangkan nanas

mengalami penurunan produksi pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 804.725. Data

produksi jambu biji, nanas dan pepaya di Indonesia pada tahun 2005-2008 dapat

dilihat pada Tabel 2.

1

(18)

Tabel 2. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Indonesia Tahun 2005-2008.

Tahun Ton

Jambu Biji Pepaya Nanas

2005 178.509 548.657 925.082

2006 196.180 643.451 1.427.781

2007 179.474 621.524 2.237.858

2008 212.260 717.899 1.433.133

Sumber : Badan Pusat statistik, 2009

Tingkat pertumbuhan buah-buahan di Indonesia tidak terlepas dari peran

serta sentra-sentra pusat produksi buah-buahan di Indonesia, salah satu sentra

produksi terletak di Propinsi Jawa Barat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah

satu Propinsi yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas di Indonesia. Salah

satu kota yang berkontribusi terhadap jambu biji, pepaya dan nanas di Jawa Barat

adalah Kota Bogor. Selama periode 2006 dan 2007 produksi jambu biji dan

pepaya mengalami penurunan. Sedangkan produksi nanas mengalami peningkatan

dimana total produksi nanas pada tahun 2006 sebesar 462,5 ton sedangkan pada

tahun 2007 sebesar 934,3 ton. Produksi jambu biji, pepaya dan nanas dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kota Bogor Tahun 2003-2007

Tahun Ton

Jambu Biji Pepaya Nanas

2003 8 1 14

2004 40 1 28

2005 263 7 259

2006 3.369,5 63 462,5

2007 2.794,7 16,6 934,3

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

Potensi pengembangan pengolahan buah-buahan seperti jambu biji, pepaya

(19)

pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa

simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini

terkait dengan karakteristik produk buah-buahan yang tidak tahan lama dan

mudah rusak karena pengaruh fisika (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh

biologis (mikroba, kapang) terutama pada saat panen melimpah.

Soft candy merupakan produk olahan buah kering yang terbuat dari sari buah alami. Soft candy memiliki banyak variasi dalam kandungan nutrisi, rasa dan kualitas. Sedangkan produk jus selain banyak dikonsumsi karena rasanya yang

enak, jus jambu biji juga sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman

kesehatan. Hal ini terkait dengan kandungan Vitamin C buah jambu biji yang

lebih besar daripada jeruk dan kemampuannya menjaga kesehatan jantung dan

pembuluh darah serta dapat mencegah kanker.2

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Percontohan Pabrik Mini

(LPPM) PKBT Bogor dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi. LPPM PKBT

merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi soft candy dalam kemasan

dengan merek “fruit talk papaya soft candy” dan “fruit talk pineapple soft candy”.

Sedangkan KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi jus

jambu merah dalam kemasan dengan merek “jus jambu merah”.

Salah satu cara untuk mengembangkan usaha soft candy dan jus jambu merah ini yaitu dengan menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar

mampu terus tumbuh dan memberikan hasil yang maksimal. Melihat kondisi ini

maka diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada LPPM PKBT dan

KWT Turi agar dapat mengembangkan usahanya baik dari produk, skala usaha

maupun pangsa pasar yang dirambah.

1.2. Rumusan Masalah

Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang mudah mengalami

perubahan-perubahan akibat pengaruh mekanisme fisik, kimia, biologis dan

mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa mengakibatkan kerusakan atau

pembusukan, terutama pada saat penen melimpah. Diperlukan pengolahan lebih

2

BPPHP Departemen Pertanian. 2002. Rahasia di Balik Kenikmatan Buah dan Sayuran.

(20)

lanjut guna meningkatkan nilai tambah pada komoditas buah-buahan. Salah satu

bentuk pengolahan pada buah-buahan adalah dengan pembuatan soft candy dan

jus. Jambu biji, pepaya dan nanas merupakan komoditas pertanian yang memiliki

karakteristik perishable seperti buah-buahan lainnya. Pembuatan soft candy dan jus jambu merah merupakan salah satu upaya dalam memperpanjang masa simpan

dan menambah nilai jual jambu biji, pepaya dan nanas.

LPPM PKBT dan KWT Turi merupakan salah satu pelaku usaha yang

bergerak dalam bidang pengolahan buah menjadi soft candy dan jus jambu merah. Penelitian tentang strategi pengembangan usaha perlu dilakukan karena pelaku

usaha umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum

dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui penerapan strategi

pengembangan usaha yang baik. Strategi pengembangan usaha yang baik dan

tepat bagi suatu unit usaha yaitu strategi yang disusun dengan mempertimbangkan

kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal terdiri dari kekuatan dan

kelemahan perusahaan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman

yang ada di dalam lingkungan eksternal perusahaan, yang selalu berubah dan

kompetitif. Dari faktor internal LPPM PKBT dan KWT Turi masih memiliki

kendala, misalnya belum adanya pihak yang ditempatkan dalam bidang

pemasaran, penjualan yang hanya dilakukan di sekitar Kota Bogor dan promosi

yang kurang.

Gambar 1 menunjukkan adanya kenaikan penjualan soft candy yang paling signifikan terlihat pada bulan April 2009. Hal ini dikarenakan pada bulan April

2009 LPPM PKBT mengikuti pameran yang diadakan di Kota Bogor sehingga

(21)

Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Mei 2009 sampai April 2010 Sumber : LPPM PKBT (2010)

Saat ini tingkat penjualan jus jambu merah KWT Turi mengalami

penurunan karena tidak ada bagian khusus yang menangani kegiatan perencanaan

pemasaran. Selain itu banyak produk subtitusi yang berada di pasaran juga dapat

mengakibatkan penjualan jus jambu merah mengalami penurunan. Pada bulan

Juni 2009 penjualan KWT Turi mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan pada

bulan Juni 2009 KWT Turi mengalami peningkatan permintaan terhadap jus

jambu merah sehingga penjualan KWT Turi mengalami peningkatan. Tingkat

penjualan produk jus jambu merah KWT Turi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Penjualan JJM per Bulan Januari 2009 sampai Juni 2010 Sumber : KWT Turi

Dari segi faktor eksternal kondisi Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata

dan merupakan wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan

dan minuman. Selain itu, pesaing atau tantangan dari luar sangat mungkin muncul

dengan cepat. Perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan

KWT Turi ada yang berbentuk perusahaan yang sudah maju. Penggunaan

(22)

organisasi yang baik, pemasaran yang luas serta skala usaha yang besar menjadi

kekuatan perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT

Turi. Hal ini menuntut LPPM PKBT dan KWT Turi untuk dapat membuat strategi

penegmbangan yang tepat agar usahanya dapat terus bersaing dengan

perusahaan-perusahaan lain yang sejenis.

Selain itu produk subtitusi dari soft candy dan jus buah dapat menjadi ancaman yang cukup serius bagi perusahaan. Misalnya produk soft candy dan minuman sari buah serbuk kemasan dengan rasa buah yang bervariasi. Tingkat

harga lebih terjangkau, memiliki fungsi yang sama dan produk mudah di dapat.

Tentunya tanpa ada strategi yang baik, sangat mungkin soft candy dan jus jambu merah ini akan kalah bersaing dengan produk subtitusi yang ada. Karena itulah

perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk menghadapi pesaing dan

melebarkan lagi pengembangan usahanya dengan potensi yang dimiliki oleh

perusahaan.

Ditengah permasalahan dan tantangan yang ada LPPM PKBT dan KWT

Turi membutuhkan serangkaian strategi agar mampu bertahan dan terus

berkembang. Untuk mencapai posisi yang diinginkan LPPM PKBT dan KWT

Turi harus mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman sehingga

dapat merumuskan suatu strategi yang sesuai. Dengan memahami kondisi internal

dan eksternal perusahaan, diharapkan LPPM PKBT dan KWT Turi mampu

menyusun strategi pengembangan usahanya. Strategi tersebut dapat

memanfaatkan kekuatan dan memperkecil kelemahan internal guna

memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Dengan demikian, perusahaan

dapat tetap bertahan bahkan mampu berkembang menjadi lebih baik dibanding

sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas masalah yang dapat dirumuskan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha soft candy LPPM PKBT dan jus jambu merah KWT Turi?

2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada LPPM PKBT

(23)

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT

Turi?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan

eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan

KWT Turi.

3. Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan

KWT Turi.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan alternatif sebagai bahan pertimbangan bagi

perusahaan dalam membuat keputusan tentang strategi pengembangan usaha.

2. Bagi pihak lain, peneliti maupun mahasiswa yang membutuhkan bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis faktor internal dan eksternal

baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang, maupun anacaman yang dimiliki

perusahaan yang menjadi dasar untuk menyusun formulasi dalam perencanaan

strategi pengembangan usaha yang bisa diterapakan oleh LPPM PKBT dan KWT

(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jus Buah

Jus buah (fruit juice) adalah cairan yang jernih atau agak jernih, tidak difermentasi dan diperoleh dari pengepresan buah-buahan yang telah matang dan

masih segar (Codex Alimentarius dalam Rohmah, 1999). Jus buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah baik disaring ataupun tidak yang

mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung

diminum. Buah yang akan dijadikan jus buah adalah buah yang matang dengan

memperhatikan kualitas dan jenis buahnya karena sangat berpengaruh terhadap

karakter produk yang dihasilkan. Pembuatannya secara garis besar meliputi

tahap-tahap sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, penghancuran, dan

ekstraksi, penyaringan, pengendapan, pemanasan, pengisisan ke dalam wadah,

penutupan wadah, sterilisasi, pendinginan, dan penyimpanan.

Berbagai jenis buah-buahan digunakan sebagai bahan dasar dalam

pengolahan produk sari buah, diantaranya ada yang diolah dari buah segar (jambu

dan mangga), bubur buah (sirsak), dan ada yang dari bahan konsentrat padat

(lychee, jeruk, dan apel). Cocok tidaknya suatu jenis buah untuk diolah menjadi sari buah tergantung dari keseimbangan asam dan gula, jenis dan komponen

phenolik, aroma dan jumlah vitaminnya terutama vitamin C. Minuman jus buah

kemasan adalah minuman ringan yang dikemas dalam berbagai bentuk dengan

cita rasa buah, baik yang berasal dari sari buah segar, konsentrat, maupun perasa

(essens) buah dengan atau penambahan gula dan bahan makanan yang diijinkan (Standar Nasional Indonesia).

2.2. Pineapple Soft Candy

Pineapple Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari sari alami buah nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan Pineapple Soft Candy, yaitu buah nenas dibersihkan dari mahkota buah, kulit dan mata buahnya hingga bersih.

Buah nenas yang digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata

nenas. Karena mata nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi

(25)

Setelah tahap pembersihan, buah nenas siap untuk dihaluskan dengan alat

pemarut hingga menjadi bubur nenas. Sebelum diparut, buah nenas yang telah

dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan direndam dengan garam.

Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat

dalam buah nenas.

Pada tahap pemasakan, bubur nenas yang telah dihasilkan dari tahap

sebelumnya dapat langsung digunakan. Adonan bubur nenas pada tahap

pemasakan ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan

bubur nenas yang telah dicampurkan dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk

hingga merata dengan api sedang sampai adonan tersebut mendidih. Setelah

adonan tersebut mendidih, adonan langsung dicetak dalam nampan plastik.

Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti

bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi

dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi

siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang

lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan,

bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar

30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

(pengemasan). Pineapple Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.3. Papaya Soft Candy

Papaya Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari campuran sari alami buah pepaya dan nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan

Papaya Soft Candy, yaitu buah pepaya dan nenas dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak diinginkan seperti kulit, biji buah dan mata nenas. Buah nenas yang

digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata nenas. Karena mata

nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi kotor. Setelah tahap

pembersihan, buah pepaya dan nenas siap untuk dihaluskan dengan alat pemarut

hingga menjadi bubur nenas. Namun sebelum diparut, untuk buah nenas yang

(26)

garam. Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang

terdapat dalam buah nenas.

Pada tahap pemasakan, bubur pepaya dan bubur nenas yang telah

dihasilkan dari tahap sebelumnya dapat langsung digunakan. Bubur pepaya dan

bubur nenas disatukan menjadi satu adonan. Kemudian adonan ini ditambahkan

gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan yang telah dicampurkan

dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk hingga merata dengan api sedang

sampai adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan

langsung dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga

dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti

bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi

dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi

siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang

lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan,

bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar

30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

(pengemasan). Papaya Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan informasi tentang penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian

terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian

yang sedang dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan topik yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Okta (2004), melakukan penelitian yang berjudul Formulasi Strategi

Bersaing Minuman Buah Sirsak PT. Minuman SAP dengan menggunakan,

matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Hasil

dari anlisis matriks IFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,020. Sedangkan

hasil analisis EFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,603. Hasil pencocokan

matriks IFE dan EFE dengan menggunakan matriks IE menunjukkan posisi

(27)

bisa digunakan oleh perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar,

pengembangan pasar, pengembangan produk) dan strategi integratif (intregrasi ke

belakang, ke depan, horizontal). Hasil dari analisis QSPM diperoleh prioritas

strategi perusahaan yaitu memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan unyuk

meningkatkan keunggulan dan memperluas jaringan distribusi dengan TAS

sebesar 6,765.

Beruntung (2005), melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi

Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco yang dilakukan di PT. Keong

Nusantara Abadi, Kabupaten Natar, Lampung dengan menggunakan analisis

matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Skor Internal Factor Evaluation mencapai nilai rata-rata sebesar 2,521. Berdasarkan tahap pencocokan matriks IE didapatkan posisi perusahaan pada kuadran V berada pada

posisi pertahankan dan pelihara.

Dengan menggunakan analisis matriks SWOT didapatkan strategi: (1)

Mencipkan produk yang mempunyai brand image, (2) Menjaga citra perusahaan di mata konsumen, (3) Mempertahankan dan terus menbina hubungan baik

dengan supplier demi kelancaran produksi, (4) Peningkatan kualitas SDM

perusahaan dengan pelatihan dan pengembangan karyawan, (5) Memperluas

pengembangan dan peanekaragaman produk, (6) Memperluas dan

mempertahankan pasar yang sudah ada, (7) Meningkatkan keunggulan produk

untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subtitusi, (8) Melakukan

perencanaan produksi dan efisiensi biaya. Dengan menggunakan matriks QSPM

diperoleh prioritas strategi yang diterapkan perusahaan adalah meningkatkan

keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi

dengan nilai TAS sebesar 19,289.

Sari (2008), melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran

Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan menggunakan alat

analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM.

Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi berada pada kuadran V, yaitu

(28)

diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan

produk.

Hasil analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat

dijalankan KWT Turi, yaitu : 1) pempertahankan kualitas dan keunggulan produk

untuk menarik pelanggan; 2) meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan

penjualan; 3) peningkatan kapasitas produksi dengan pemanfaatan bantuan modal;

4) mempertahankan hubungan kerjasama dan pelayanan untuk membentuk citra

positif bagi usaha KWT Turi; 5) melakukan diversifikasi Produk; 6) melakukan

perencanaan pemasaran serta pengelolaan manajemen usaha yang profesional.

Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik

dilakukan melalui analisis QSPM. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan

bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah mempertahankan

kualitas dan keunggulan produk untuk menarik pelanggan.

Nuranggara (2009), melakukan penelitian yang berjudul Strategi

Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji pada PT. Lipisari Patna Kabupaten

Subang Jawa barat dengan menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE

dan matriks SWOT. Berdasarkan matriks IE menempatkan PT. Lipisari Patna

pada posisi kuadran V (hold and maintain). Strategi yang cocock digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.

Hasil SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat dilankan

PT. Lipisari Patna, yaitu : 1) Melakukan pengembangan produk melalui

diversifikasi dan diferensiasi produk, 2) Mempertahankan dan meningkatkan

kualitas dan brand image sebagai produk sari buah asli dan produk khas subang di semua wilayah Kabupaten Subang, 3) Melakukan promosi secara intensif untuk

mengenalkan merek produk ke pasar yang lebih luas, 4) Perbaikan manajemen

perusahaan dan menggunakan tenaga manajer yang tidak terikat kerja dengan

LIPI, 5) Memperluas jaringan distribusi dengan melakukan kerjasama dengan

minimarket dan agen minuman, 6) Melakukan efesiensi biaya produksi, 7)

Melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam mengembangkan usaha, 8)

Melakukan Variasi kemasan produk dalam menghadapi produk subtitusi.

Ariessiana (2009), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Strategi

(29)

menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT

dan matriks QSPM. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor internal

dan eksternal yang mempengaruhi usaha roti pada Bagas Bakery di Kabupaten

Kendal. Berdasarkan hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas

Bakery berada pada kuadran V yaitu tahap hold and maintain melalui strategi penetrasi pasar. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif

strategi dan dari hasil matriks QSPM diperoleh prioritas strategi bagi Bagas

Bakery berturut-turut yaitu (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2)

menngkatkan mutu produk dan pelayanan, (3) melakukan pengaturan dalam

pengalokasian keuangan perusahaan, (4) memanfaatkan Skim Kredit yang

ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu

mengatasi kelebihan permintaan terhaap produk Bagas Bakery saat ini, (5)

mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada, (6)

memperbaiki label kemasan produk, (7) mengoptimalkan saluran distribusi yang

ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, (8) membuka outlet

khusus untuk direct selling.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dalam

penelitian ini mengambil topik Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah, Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

(30)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti “seni berperang”.

Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang

dituju. Menurut Pearce dan Robinson (2007), strategi adalah rencana berskala

besar, bertujuan ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan

demi mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan

mengenai bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa dan

untuk maksud (purpose) apa. Sedangkan menurut David (2009), strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hendak dicapai. Strategi

adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan

sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar.

3.1.2. Proses Manajemen Strategis

Proses manajemen strategis menurut David (2009), terdiri dari tiga

tahapan yaitu perumusan strategi, penerapan strategi dan penilaian strategi.

Perumusan strategi meliputi pengembangan pernyataan visi dan misi perusahaan,

menjalankan audit eksternal, menjalankan audit internal, menetapkan tujuan

jangka panjang, menciptakan mengevaluasi dan memilih strategi.

Penerapan strategi sering disebut tahap tindakan manajemen strategis

karena pada tahap ini berarti memobilitas karyawan dan manajer untuk mengubah

strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Sedangkan penilaian strategi adalah

tahap paling akhir dalam manajemen strategis. Pada tahap penilaian strategi

dilakukan usaha untuk memperoleh informasi apakah strategi tertentu berfungsi

dengan baik atau tidak.

3.1.3. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan

Visi merupakan rumusan dari salah satu atau gabungan dari tiga hal

berikut : (1) apa yang ingin kita capai di masa depan, (2) apa yang ingin kita

(31)

(David, 2006). Visi akan dilengkapi dengan misi perusahaan yang menyatakan

tujuan perusahaan ditinjau dari pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

yang terdiri dari pelanggan, karyawan, pemegang saham, pemerintah, pemasok

perusahaan dan lain-lain.

Misi adalah rumusan tentang apa yang harus kita kerjakan atau selesaikan.

Pernyataan misi adalah deklarasi tentang “alasan keberadaan” sebuah organisasi.

Pernyataan misi yang jelas adalah penting untuk merumuskan tujuan dan

formulasi strategi yang efektif.

3.1.4. Perumusan/ Formulasi Strategi

Aplikasi untuk menentukan strategi utama berdasarkan konsep David

dilakukan melalui pemakaian beberapa Matriks dengan tiga tahap pelaksanaan

(Umar, 2008). Tahapan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan Penentuan Strategi Konsep David

Tahap 1 : Tahapan Input (Input Stage)

Evaluasi Faktor Internal Evaluasi Faktor Eksternal (Internal Factor Evaluation-IFE) ( Eksternal Factor Evaluation-EFE)

Tahap 2 : Tahap Pencocokan (Matching Stage) IE (Internal-Eksternal) Matriks

Matriks SWOT (Strengths-Weakness-Opportunities-Threats)

(32)

1. Tahap Input (Input Stage)

Tahap ini menghasilkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan.

Alat analisis yang digunakan adalah IFE dan EFE. Disebut sebagai Input Stage karena tahap ini bertugas untuk menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.

2. Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan menggunakan alat analisis Matriks SWOT. Alat ini

bersandar pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk

mencocokan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan

kelemahan internal. Pada tahapan pencocokan, berfokus pada

pembangkitan strategi-strategi alternatif yang dapat dilaksanakan melalui

penggabungan faktor internal dan eksternal yang utama. Selain dengan

SWOT tahap pencocokan juga dapat dilakukan dengan menggunakan

Matriks IE.

3. Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap keputusan menggunakan timeline pelaksanaan strategi. Timeline ini dibuat berdasarkan kondisi keadaan internal dan eksternal perusahaan,

sehingga dapat direkomendasikan strategi apa yang harus segera

dilaksanakan oleh perusahaan. Dengan adanya timeline ini diharapkan perusahan dapat lebih fokus didalam melaksanakan strategi karena ada

tenggang waktu yang harus dicapai.

3.1.5. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor

yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan

merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan di dalam suatu

industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan merupakan

keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian dan kemampuan

yang secara nyata menghambat aktivitas keragaan organisasi. Menurut David

(2006), terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi dalam lingkungan internal

(33)

1. Manajemen

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan

pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua

sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Menurut David (2006), terdapat lima fungsi manajemen, yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan

pengendalian.

2. Pemasaran

Pemasaran dapat dideskripsikan sebagai proses mendefinisikan,

mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan

pelanggan atas barang dan jasa. Menurut Kotler (1999), terdapat empat

macam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.

3. Keuangan/Akutansi

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam aspek keuangan/akutansi, adalah

kemampuan perusahaan memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang,

beban yang harus ditanggung perusahaan sebagai upaya memperoleh modal

tambahan, hubungan baik dengan penanam modal dan pemegang saham,

pengelolaan keuangan, struktur modal kerja, harga jual produk, pemantauan

penyebab inefisiensi, dan sistem akunting yang handal (Umar 2008).

4. Produksi/Operasi

Fungsi produksi/operasi dari suatu bisnis terdiri atas semua aktivitas yang

mengubah input menjadi barang dan jasa. Menurut David (2006), manajemen

produksi/operasi terdiri atas lima area keputusan atau fungsi : proses,

kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kulitas.

5. Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan sumber daya terpenting bagi perusahaan. Oleh karena

itu, manajer perlu berupaya agar terwujud perilaku positif di kalangan

karyawan perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada aspek

sumber daya manusia, antara lain langkah-langkah yang jelas mengenai

manajemen sumber daya manusia, keterampilan dan motivasi kerja,

(34)

6. Penelitian dan Pengembangan

Perusahaan yang menjalankan strategi pengembangan produk khususnya

harus memiliki orientasi litbang yang kuat. Pengeluaran litbang ditujukan

pada pengembangan produk baru sebelum pesaing melakukannya untuk

memperbaiki kualitas produk atau memperbaiki proses produksi untuk

menurunkan biaya.

3.1.6. Analisis Lingkungan Eksternal

Semua perusahaan harus melakukan pengamatan yang sistematis dan

berkesinambungan terhadap pengaruh lingkungan eksternal. Dalam menganalisis

lingkungan eksternal, inti lingkungan harus diketahui. Evaluasi lingkungan

eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan,

sehingga dapat memformulasikan strategi untuk mengambil keuntungan dari

peluang dan menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman. Tujuan dari

evaluasi lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang terbatas

tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus dihindari.

Menurut David (2006), mengemukan bahwa analisis eksternal adalah

pengungkapan peluang dan ancaman utama yang dihadapi perusahaan sehingga

dengan adanya peluang maka akan didapatkan keuntungan sebaliknya dengan

adanya ancaman maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya.

Lingkungan eksternal dapat dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan mikro dan

lingkungan makro.

1. Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar

perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi

perusahaan. Lingkungan makro terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial dan

teknologi.

a. Faktor Politik

Politik dibentuk oleh hukum, badan pemerintahan dan kelompok tertentu yang

berwenang untuk mempengaruhi dan membatasi aktivitas tertentu dari suatu

(35)

moneter, kebijakan fiskal, kebijakan politik dalam dan luar negeri dapat

mempengaruhi perusahaan bisa menjadi ancaman ataupun peluang.

b. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi bekaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu

perusahaan beroperasi. Daya beli diperlukan dalam pasar. Daya beli yang

tersedia dalam perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan,

hutang dan ketersedian kredit saat ini. Perusahaan harus memperhatikan

dengan cermat arah atau urutan kejadian utama dalam waktu tertentu dari segi

pendapatan dan pola pembelanjaan. Tingkat inflasi, pola konsumsi, kurs mata

uang dan sebagai mungkin merupakan faktor-faktor ekonomi yang

mempengaruhi daya beli konsumen.

c. Faktor Sosial

Faktor sosial yang dapat mempengaruhi adalah kepercayaan, nilai-nilai norma,

keyakinan, opini, gaya hidup dan sebagainya. Kesemuanya itu secara sadar

atau tidak telah terbentuk berdasarkan lingkungan tempat tinggal mereka.

Misalnya saja masuknya tenaga kerja wanita kedalam pasar tenaga kerja hal

ini tidak hanya mempengaruhi kebijakan tetapi juga dapat merubah

permintaan terhadap produk yang dibutuhkan karena ketiadaan wanita di

rumah.

d. Faktor Teknologi

Perusahaan harus waspada terhadap perubahan teknologi yang mungkin dapat

mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreaif dapat membuka

kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah

ada atau penyempurnaan dalam hal teknik produksi dan pemasaran.

Perkembangan teknologi atau penemuan-penemuan baru terhadap teknologi

dapat mempengaruhi pola konsumsi pasar yang dapat mempengaruhi juga

terhadap perusahaan.

2. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro adalah yang langsung terkait dengan perusahaan dan

langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pasarnya yaitu

pemasok, perantara pasar, pelanggan dan pesaing. Porter (1997), penggagas

(36)

pada pesaing yang ada dalam industrinya. Model kekuatan persaingan,

menentukan tingkat intensitas. Semakin kuat setiap kekuatan dalam model

tersebut, semakin terbatas kemampuan perusahaan untuk menaikkan harga dan

mendapat laba yang lebih besar. Dalam melakukan pengamatan industri,

perusahaan harus menilai pentingnya lima kekuatan untuk sukses, yaitu ancaman

pendatang baru, persaingan diantara perusahaan yang telah ada, ancaman produk

pengganti, kekuatan penawaran pemasok, dan kekuatan penawaran pembeli.

Model Lima Kekuatan Porter dapat dilihat pada Gambar 4.

Ancaman Pendatang Baru

Gambar 4. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : Porter (1997)

1. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam industri biasanya membawa kapasitas baru, sebagai

usaha untuk mendapatkan keuntungan dan sumber daya penting. Mereka akan

menjadi ancaman di dalam membangun perusahaan. Apabila ada perusahaan

baru yang masuk ke dalam industri tertentu, intensitas persaingan diantara

perusahaan akan semakin meningkat. Ancaman pendatang ini tergantung

adanya penghalang masuk dan reaksi-reaksi yang dapat diharapkan dari

pesaing yang sudah ada. Semakin tinggi rintangan masuk, maka industri

semakin sulit dimasuki pendatang baru. Sebaliknya semakin rendah tingkat Pendatang Baru

Pembeli

Pemasok

Persaingan Industri

Persaingan diantara usaha yang sudah ada

Produk Pengganti

Kekuatan tawar-menawar pembeli Kekuatan

Tawar-menawar Pemasok

(37)

rintangan masuk maka pendatang baru akan semakin mudah memasuki

industri. Terdapat bebrapa faktor penghambat pendatang baru untuk masuk ke

dalam suatu industri yang sering disebut hambatan masuk yang dimaksud

adalah :

a) Skala ekonomis

Skala ekonomis menggambarkan turunnya biaya satuan (unit cost) suatu produk apabila volume absolut per periode meningkat. Skala ekonomis ini

akan menghalangi masuknya pendatang baru dengan memaksa para

pendatang baru tersebut untuk masuk pada skala besar dan menghadapi

resiko adanya reaksi keras dari pesaing yang ada atau masuk dengan skala

kecil dan beroperasi dengan biaya yang tidak menguntungkan.

b) Diferensiasi produk

Diferensiasi menciptakan hambatan masuk dengan memaksa pendatang

baru menggeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi kesetiaan

pelanggan yang ada. Kondisi ini biasanya akan berdampak terhadap

kecurigaan disaat awal dan seringkali bertahan untuk waktu yang cukup

panjang.

c) Kebutuhan modal

Kebutuhan untuk menanamkan sumber daya keuangan yang besar agar

mampu bersaing akan menciptakan hambatan masuk bagi pemain baru,

terutama jika modal tersebut diperlukan untuk periklanan disaat awal

yang tidak dapat kembali atau untuk kegiatan riset dan pengembangan

yang penuh resiko.

d) Biaya beralih pemasok

Biaya beralih pemasok adalah biaya satu kali yang harus dikeluarkan

pembeli apabila berpindah dari produk pemasok tertentu ke produk

pemasok lainnya. Jika biaya peralihan ini tinggi maka pendatang baru

harus menawarkan penyempurnaan yang besar dalam hal biaya atau

(38)

e) Akses ke saluran distribusi

Hambatan masuk dapat ditimbulkan dengan adanya kebutuhan dari

pendatang baru untuk mengamankan distribusi produknya. Apabila

saluran distribusi untuk produk tersebut telah dikuasai oleh perusahaan

yang sudah mapan, perusahaan baru mungkin sulit memasuki saluran

yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun

saluran sendiri.

f) Biaya tak menguntungkan terlepas dari skala

Perusahaan yang telah mapan mungkin mempunyai keunggulan biaya

yang mungkin tidak dapat ditiru oleh pendatang baru yang akan masuk ke

dalam industri. Adapun keunggulan-keunggulan yang dimaksud adalah

teknologi produk milik sendiri, penguasaan atas bahan baku, lokasi yang

menguntungkan, subsidi pemerintah dan kurva belajar atau pengalaman.

2. Ancaman Produk atau Jasa Pengganti

Industri akan bersaing dengan industri produk pengganti dalam merebut pasar

yang akan membatasi laba potensial industri. Produk pengganti muncul dalam

bentuk berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk

lain. Jika tingkat switching cost rendah, barang pengganti kemungkinan berpengaruh kuat terhadap industri. Kadang-kadang mengidentifikasi

kemungkinan produk atau jasa pengganti berarti mencari produk atau jasa

yang dapat melakukan fungsi yang sama, walau tampaknya tidak mudah

untuk digantikan. Produk pengganti yang perlu mendapat perhatian besar

adalah produk lain yang menjalankan fungsi yang sama atau produk yang

mempunyai kecenderungan memiliki harga atau prestasi yang lebih baik dari

produk lainnnya.

3. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli

Pembeli merupakan tujuan akhir dari industri. Pembeli mempengaruhi

industri melalui kemampuan mereka untuk menekan turunnya harga,

permintaan terhadap kualitas atau jasa yang lebih baik, dan memainkan peran

untuk melawan satu pesaing dengan lainnya. Apabila pelanggan

terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli dalam jumlah banyak,

(39)

intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan menawar konsumen

juga lebih besar kalau produk yang dibeli standar atau tidak berbeda.

4. Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan mereka untuk

menaikkan harga atau menurunkan kualitas barang dan jasa yang dibeli.

Kekuatan menawar dari pemasok mempengaruhi intensitas persaingan dalam

suatu industri, terutama kalau jumlah pemasok banyak, kalau hanya sedikit

bahan baku pengganti yang baik, atau kalau biaya pengganti bahan baku amat

tinggi. Perusahaan mungkin menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk

memperoleh kendali atau kepemilikan pemasok. Strategi ini terutama efektif

kalau pemasok tidak dapat diandalkan, biaya terlalu tinggi, atau tidak mampu

memenuhi keperluan perusahaan secara konsisten.

5. Persaingan Diantara Usaha yang Sudah Ada

Persaingan diantara industri yang bersaing biasanya paling berpengaruh di

antara lima kekuatan. Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan

dapat berhasil hanya sejauh bahwa strategi itu menyediakan keunggulan

bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Hal ini

dilakukan di dalam persaingan harga, iklan, pengenalan produk, peningkatan

pelayanan, jaminan purnajual kepada pelanggan dan sebagainya. Intensitas

persaingan diantara perusahaan yang bersaing cenderung meningkat kalau

jumlah pesaing bertambah, karena perusahaan yang bersaing menjadi setara

dalam ukuran dan kemampuan, karena permintaan produk industri menurun,

dan karena potongan harga menjadi biasa. Menurut Porter, intensitas

persaingan berhubungan dengan beberapa faktor antara lain jumlah pesaing,

tingkat pertumbuhan industri, karakteristik produk atau jasa, jumlah biaya

tetap, kapasitas, tingginya penghalang untuk keluar dan diversitas pesaing.

3.1.7. Matriks IE

Matriks IE menggunakan parameter yang meliputi parameter kekuatan

internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang masing-masing akan

(40)

IFE. Tujuan penggunaan Matriks IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis

ditingkat perusahaan yang lebih detail (Rangkuti, 2005).

Penggabungan kedua Matriks tersebut menghasilkan Matriks IE yang

menghasilkan sembilan macam sel, yang memperlihatkan kombinasi total nilai

terboboti dari Matriks-Matriks IFE dan EFE. Pada prinsipnya kesembilan sel

dapat dibagi menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi yang

berbeda. Strategi utama tersebut adalah :

a. Divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat disebut tumbuh (Grow) dan bina (Build). Strategi intensif yang digunakan adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Atau strategi integratif

yaitu dengan intergrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi

horizontal, strategi ini yang mungkin paling tepat untuk digunakan. Dalam

hal ini perusahaan biasanya mengejar pertumbuhan dalam keuntungan,

pangsa pasar dan tujuan primer lainnya.

b. Divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII terbaik dapat dikelola dengan

strategi pertahankan (Hold) dan pelihara (Maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang terbanyak dilakukan

untuk tipe-tipe divisi ini. Dalam hal ini perusahaan menerapkan strategi

tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan. Tujuan relative defensive, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan profit. c. Divisi yang umum masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah panen

(Harvest) dan divestasi (Divesture). Pada saat kelangsungan hidup perusahaan terancam dan tidak dapat lagi bersaing secara efektif,

seringkali strategi yang menekankan penghematan dibutuhkan.

3.1.8. Matriks SWOT

Menurut Rangkuti (2005), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Kekuatan dapat

dijelaskan sebagai sisi positif organisasi yang dapat membimbing ke arah peluang

yang lebih luas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan. Kelemahan

merupakan kekurangan dalam hal keahlian dan sumberdaya perusahaan. Peluang

(41)

perubahan teknologi, pasar dan produk atau perubahan-perubahan. Ancaman

adalah bahaya atau masalah yang dapat menghancurkan kedudukan perusahaan.

Misalnya, peluncuran produk baru oleh pesaing atau masalah-masalah yang

timbul dengan pemasok atau pelanggan. Melalui analisis ini, perusahaan

diharapkan dapat menyusun berbagai alternatif strategi berdasarkan kombinasi

antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Matriks SWOT adalah

alat yang penting bagi seorang manajer dalam mengembangkan empat tipe

strategi, yaitu SO (Strenght-Opportunities), WO (Weaknesses-Threats), ST (Strenght-Threats), dan WT (Weaknesses-Threats).

3.1.9. Matriks QSPM

Menurut David (2006), QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) adalah alat yang memungkinkan penyusunan strategi mengevaluasi alternatif

strategi secara objektif berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan

eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya. Di dalam QSPM, dituliskan faktor

kunci yang menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan yang

didapat dari analisis lingkungan internal dan eksternal. Kemudian dituliskan bobot

dari masing-masing faktor kunci tersebut yang didapat dari matriks IFE dan EFE.

Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian daya tarik masing-masing alternatif

strategi terhadap faktor-faktor kunci yang telah dituliskan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perkembangan pengolahan makanan dari buah-buahan menjadi beberapa

produk seperti soft candy dan minuman jus selama beberapa tahun terakhir didorong oleh semakin meningkatnya kepedulian dan kesadaran masyarakat

terhadap kesehatan. Pasar produk olahan buah yang masih potensial

mengakibatkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan atau kelompok

usaha yang mengolah buah menjadi soft candy dan jus. Salah satunya adalah LPPM PKBT yang merupakan produsen soft candy dengan merek “fruit talk pineapple soft candy” dan “fuit talk papaya soft candy” dan KWT Turi yang merupakan produsen jus jambu merah dengan merk ”JJM”.

Sebagai salah satu perusahaan pengolahan buah di Kota Bogor, tentunya

perusahaan ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis

(42)

keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat

menentukan strategi untuk pengembangkan usaha pengolahan buah ini

kedepannya. Produk subtitusi yang banyak tersedia, menjadi salah satu kendala

yang harus dihadapi dalam menjalankan usaha ini. Sehingga perlu strategi yang

tepat untuk digunakan. Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan

wilayah transit, sangat memungkinkan untuk lebih mengembangkan usaha

pengolahan buah yang berada di Kota Bogor misalnya dengan melakukan

penjualan ke Kota Jakarta, Depok, Cianjur, dan Sukabumi. Adanya pesaing atau

tantangan dari luar sangat mungkin muncul dengan cepat. Perusahaan pesaing

yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT Turi ada yang berbentuk

perusahaan yang sudah maju. Saat ini penjualan yang dilakukan hanya melalui

pemintaan konsumen saja. Hal ini sangat berdampak terhadap penjualan produk

yang mengalami penurunan.

Sebelum merumuskan strategi pengembangan usaha, langkah pertama

yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi visi, misi dan tujuan perusahaan.

Hal ini karena strategi yang nantinya dibuat harus sesuai dengan visi, misi dan

tujuan perusahaan, sehingga harapannya, strategi yang dihasilkan dapat menjadi

masukan dan pertimbangan perusahaan dalam mengatasi permasalahan yang ada.

Langkah selanjutnya, yaitu mengidentifikasi lingkungan internal dan lingkungan

eksternal perusahaan. Proses identifikasi dalam lingkungan internal diperlukan

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan, sedangkan proses

identifikasi lingkungan eksternal diperlukan untuk mengetahui peluang dan

ancaman perusahaan.

Analisis lingkungan internal diperoleh melalui analisis pada bagian

manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi dan operasi, dan

sumberdaya manusia pada perusahaan. Analisis lingkungan internal dilakukan

dengan menggunakan Matriks IFE. Analisis lingkungan eksternal meliputi

lingkungan ekonomi, sosial, teknologi, pemerintah, pelanggan, pemasok dan

pesaing. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan Matriks

EFE. Tahap ini dinamakan tahapan input.

Langkah selanjutnya, yaitu tahap pencocokkan yang menggunakan

(43)

posisi perusahaan yang terdapat pada sembilan sel di Matriks IE. Selanjutnya,

setelah mengetahui posisi perusahaan yang diperoleh dari Matriks IE, diharapkan

alternatif strategi yang akan dibuat pada Matriks SWOT sesuai dengan yang

diperoleh pada matrisk IE. Tahap terakhir akan diambil keputusan strategi mana

yang menjadi prioritas dengan menggunakan matriks perencanaan strategi

kuantitatif atau QSPM sebagai rekomendasi strategi yang harus dijalankan oleh

LPPM PKBT dan KWT Turi. Secara lebih lengkap, kerangka pemikiran

Gambar

Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Mei 2009 sampai April 2010
Gambar 3. Tahapan Penentuan Strategi Konsep David
Gambar 4. Model Lima Kekuatan Porter
Gambar 5. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait