• Tidak ada hasil yang ditemukan

(a) Timbangan

(c) Oven

(e) Cooler

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan dan keragaman hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah buah-buahan. Buah-buahan memegang peran penting untuk meningkatkan mutu gizi dalam makanan sehari- hari yang dibutuhkan oleh setiap orang. Akan tetapi tingkat konsumsi buah- buahan masyarakat Indonesia masih di bawah standar yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. yang menunjukkan tingkat konsumsi buah-buhan rata- rata per kapita dari tahun 2003-2007 adalah 27,88 kg/kapita/tahun. Food Agriculture Organization (FAO) memperkirakan bahwa untuk mencapai keseimbangan gizi makanan, maka paling tidak mengkonsumsi buah harus mencapai 75 kilogram per tahun per kapita.1 Oleh karena itu, usaha untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan pada masyarakat Indonesia sangat diperlukan.

Tabel 1. Konsumsi Perkapita Hortikultura di Indonesia Tahun 2003-2007 No Kelompok

Komoditas

Konsumsi Perkapita (Kg/tahun)

2003 2004 2005 2006 2007

1. Buah-buahan 29,44 27,19 25,17 23,56 34,06

2. Sayuran 34,52 33,49 35,33 34,16 39,39

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2008

Kebutuhan terhadap buah-buahan ini ditanggapi dengan sangat baik dan ditunjukkan oleh semakin meningkatnya produksi buah-buahan Indonesia. Jambu biji dan pepaya merupakan salah satu dari buah-buahan Indonesia yang mengalami peningkatan produksi. Selama periode 2005 hingga periode 2008 produksi jambu biji, dan pepaya menunjukkan peningkatan. Sedangkan nanas mengalami penurunan produksi pada tahun 2007 dan 2008 sebesar 804.725. Data produksi jambu biji, nanas dan pepaya di Indonesia pada tahun 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.

1

Tabel 2. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Indonesia Tahun 2005-2008.

Tahun Ton

Jambu Biji Pepaya Nanas

2005 178.509 548.657 925.082

2006 196.180 643.451 1.427.781

2007 179.474 621.524 2.237.858

2008 212.260 717.899 1.433.133

Sumber : Badan Pusat statistik, 2009

Tingkat pertumbuhan buah-buahan di Indonesia tidak terlepas dari peran serta sentra-sentra pusat produksi buah-buahan di Indonesia, salah satu sentra produksi terletak di Propinsi Jawa Barat. Propinsi Jawa Barat merupakan salah satu Propinsi yang memproduksi jambu biji, pepaya dan nanas di Indonesia. Salah satu kota yang berkontribusi terhadap jambu biji, pepaya dan nanas di Jawa Barat adalah Kota Bogor. Selama periode 2006 dan 2007 produksi jambu biji dan pepaya mengalami penurunan. Sedangkan produksi nanas mengalami peningkatan dimana total produksi nanas pada tahun 2006 sebesar 462,5 ton sedangkan pada tahun 2007 sebesar 934,3 ton. Produksi jambu biji, pepaya dan nanas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi Jambu Biji, Pepaya dan Nanas di Kota Bogor Tahun 2003-2007

Tahun Ton

Jambu Biji Pepaya Nanas

2003 8 1 14

2004 40 1 28

2005 263 7 259

2006 3.369,5 63 462,5

2007 2.794,7 16,6 934,3

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008

pengolahan bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang masa simpannya, sehingga dapat dikonsumsi kapan saja dan lebih praktis. Hal ini terkait dengan karakteristik produk buah-buahan yang tidak tahan lama dan mudah rusak karena pengaruh fisika (sinar matahari, benturan fisik) dan pengaruh biologis (mikroba, kapang) terutama pada saat panen melimpah.

Soft candy merupakan produk olahan buah kering yang terbuat dari sari buah alami. Soft candy memiliki banyak variasi dalam kandungan nutrisi, rasa dan kualitas. Sedangkan produk jus selain banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak, jus jambu biji juga sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman kesehatan. Hal ini terkait dengan kandungan Vitamin C buah jambu biji yang lebih besar daripada jeruk dan kemampuannya menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah serta dapat mencegah kanker.2

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Percontohan Pabrik Mini (LPPM) PKBT Bogor dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Turi. LPPM PKBT merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi soft candy dalam kemasan

dengan merek “fruit talk papaya soft candy” dan “fruit talk pineapple soft candy”.

Sedangkan KWT Turi merupakan salah satu pelaku bisnis yang memproduksi jus jambu merah dalam kemasan dengan merek “jus jambu merah”.

Salah satu cara untuk mengembangkan usaha soft candy dan jus jambu merah ini yaitu dengan menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar mampu terus tumbuh dan memberikan hasil yang maksimal. Melihat kondisi ini maka diperlukan suatu strategi pengembangan usaha pada LPPM PKBT dan KWT Turi agar dapat mengembangkan usahanya baik dari produk, skala usaha maupun pangsa pasar yang dirambah.

1.2. Rumusan Masalah

Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang mudah mengalami perubahan-perubahan akibat pengaruh mekanisme fisik, kimia, biologis dan mikrobiologis. Pengaruh-pengaruh tersebut bisa mengakibatkan kerusakan atau pembusukan, terutama pada saat penen melimpah. Diperlukan pengolahan lebih

2

BPPHP Departemen Pertanian. 2002. Rahasia di Balik Kenikmatan Buah dan Sayuran. http://agribisnis.deptan.go.id/web/teknopro/Leaflet%20Teknopro%20No.%2025.htm. [15 Februari

lanjut guna meningkatkan nilai tambah pada komoditas buah-buahan. Salah satu bentuk pengolahan pada buah-buahan adalah dengan pembuatan soft candy dan

jus. Jambu biji, pepaya dan nanas merupakan komoditas pertanian yang memiliki karakteristik perishable seperti buah-buahan lainnya. Pembuatan soft candy dan jus jambu merah merupakan salah satu upaya dalam memperpanjang masa simpan dan menambah nilai jual jambu biji, pepaya dan nanas.

LPPM PKBT dan KWT Turi merupakan salah satu pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pengolahan buah menjadi soft candy dan jus jambu merah. Penelitian tentang strategi pengembangan usaha perlu dilakukan karena pelaku usaha umumnya memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan yang maksimum dan mempertahankan kelangsungan hidup usahanya melalui penerapan strategi pengembangan usaha yang baik. Strategi pengembangan usaha yang baik dan tepat bagi suatu unit usaha yaitu strategi yang disusun dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan perusahaan untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada di dalam lingkungan eksternal perusahaan, yang selalu berubah dan kompetitif. Dari faktor internal LPPM PKBT dan KWT Turi masih memiliki kendala, misalnya belum adanya pihak yang ditempatkan dalam bidang pemasaran, penjualan yang hanya dilakukan di sekitar Kota Bogor dan promosi yang kurang.

Gambar 1 menunjukkan adanya kenaikan penjualan soft candy yang paling signifikan terlihat pada bulan April 2009. Hal ini dikarenakan pada bulan April 2009 LPPM PKBT mengikuti pameran yang diadakan di Kota Bogor sehingga respon konsumen terhadap pembelian soft candy cukup baik sehingga hal ini berdampak pada penjualan soft candy yang mengalami peningkatan.

Gambar 1. Grafik Penjualan Soft Candy per Bulan Mei 2009 sampai April 2010

Sumber : LPPM PKBT (2010)

Saat ini tingkat penjualan jus jambu merah KWT Turi mengalami penurunan karena tidak ada bagian khusus yang menangani kegiatan perencanaan pemasaran. Selain itu banyak produk subtitusi yang berada di pasaran juga dapat mengakibatkan penjualan jus jambu merah mengalami penurunan. Pada bulan Juni 2009 penjualan KWT Turi mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan pada bulan Juni 2009 KWT Turi mengalami peningkatan permintaan terhadap jus jambu merah sehingga penjualan KWT Turi mengalami peningkatan. Tingkat penjualan produk jus jambu merah KWT Turi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Penjualan JJM per Bulan Januari 2009 sampai Juni 2010

Sumber : KWT Turi

Dari segi faktor eksternal kondisi Kota Bogor sebagai daerah tujuan wisata dan merupakan wilayah transit, mampu membangkitkan sektor industri makanan dan minuman. Selain itu, pesaing atau tantangan dari luar sangat mungkin muncul dengan cepat. Perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT Turi ada yang berbentuk perusahaan yang sudah maju. Penggunaan teknologi yang lebih maju, sistem manajemen sumber daya manusia maupun

organisasi yang baik, pemasaran yang luas serta skala usaha yang besar menjadi kekuatan perusahaan pesaing yang harus dihadapi oleh LPPM PKBT dan KWT Turi. Hal ini menuntut LPPM PKBT dan KWT Turi untuk dapat membuat strategi penegmbangan yang tepat agar usahanya dapat terus bersaing dengan perusahaan- perusahaan lain yang sejenis.

Selain itu produk subtitusi dari soft candy dan jus buah dapat menjadi ancaman yang cukup serius bagi perusahaan. Misalnya produk soft candy dan minuman sari buah serbuk kemasan dengan rasa buah yang bervariasi. Tingkat harga lebih terjangkau, memiliki fungsi yang sama dan produk mudah di dapat. Tentunya tanpa ada strategi yang baik, sangat mungkin soft candy dan jus jambu merah ini akan kalah bersaing dengan produk subtitusi yang ada. Karena itulah perusahaan perlu mengembangkan strategi untuk menghadapi pesaing dan melebarkan lagi pengembangan usahanya dengan potensi yang dimiliki oleh perusahaan.

Ditengah permasalahan dan tantangan yang ada LPPM PKBT dan KWT Turi membutuhkan serangkaian strategi agar mampu bertahan dan terus berkembang. Untuk mencapai posisi yang diinginkan LPPM PKBT dan KWT Turi harus mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman sehingga dapat merumuskan suatu strategi yang sesuai. Dengan memahami kondisi internal dan eksternal perusahaan, diharapkan LPPM PKBT dan KWT Turi mampu menyusun strategi pengembangan usahanya. Strategi tersebut dapat memanfaatkan kekuatan dan memperkecil kelemahan internal guna memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman. Dengan demikian, perusahaan dapat tetap bertahan bahkan mampu berkembang menjadi lebih baik dibanding sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi usaha soft candy LPPM PKBT dan jus jambu merah KWT Turi?

2. Bagaimana alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan pada LPPM PKBT dan KWT Turi sesuai dengan kondisi lingkungan usahanya?

3. Prioritas strategi apa yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi?

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi LPPM PKBT dan KWT Turi.

2. Merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi.

3. Menyusun prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi.

1.4. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi dan alternatif sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat keputusan tentang strategi pengembangan usaha. 2. Bagi pihak lain, peneliti maupun mahasiswa yang membutuhkan bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya atau kegiatan lain yang bersangkutan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi analisis faktor internal dan eksternal baik berupa kekuatan, kelemahan, peluang, maupun anacaman yang dimiliki perusahaan yang menjadi dasar untuk menyusun formulasi dalam perencanaan strategi pengembangan usaha yang bisa diterapakan oleh LPPM PKBT dan KWT Turi.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jus Buah

Jus buah (fruit juice) adalah cairan yang jernih atau agak jernih, tidak difermentasi dan diperoleh dari pengepresan buah-buahan yang telah matang dan masih segar (Codex Alimentarius dalam Rohmah, 1999). Jus buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah baik disaring ataupun tidak yang mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung diminum. Buah yang akan dijadikan jus buah adalah buah yang matang dengan memperhatikan kualitas dan jenis buahnya karena sangat berpengaruh terhadap karakter produk yang dihasilkan. Pembuatannya secara garis besar meliputi tahap-tahap sortasi, pencucian, pengupasan, pemotongan, penghancuran, dan ekstraksi, penyaringan, pengendapan, pemanasan, pengisisan ke dalam wadah, penutupan wadah, sterilisasi, pendinginan, dan penyimpanan.

Berbagai jenis buah-buahan digunakan sebagai bahan dasar dalam pengolahan produk sari buah, diantaranya ada yang diolah dari buah segar (jambu dan mangga), bubur buah (sirsak), dan ada yang dari bahan konsentrat padat (lychee, jeruk, dan apel). Cocok tidaknya suatu jenis buah untuk diolah menjadi sari buah tergantung dari keseimbangan asam dan gula, jenis dan komponen phenolik, aroma dan jumlah vitaminnya terutama vitamin C. Minuman jus buah kemasan adalah minuman ringan yang dikemas dalam berbagai bentuk dengan cita rasa buah, baik yang berasal dari sari buah segar, konsentrat, maupun perasa (essens) buah dengan atau penambahan gula dan bahan makanan yang diijinkan (Standar Nasional Indonesia).

2.2. Pineapple Soft Candy

Pineapple Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari sari alami buah nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan Pineapple Soft Candy, yaitu buah nenas dibersihkan dari mahkota buah, kulit dan mata buahnya hingga bersih. Buah nenas yang digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata nenas. Karena mata nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi

Setelah tahap pembersihan, buah nenas siap untuk dihaluskan dengan alat pemarut hingga menjadi bubur nenas. Sebelum diparut, buah nenas yang telah dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan direndam dengan garam. Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat dalam buah nenas.

Pada tahap pemasakan, bubur nenas yang telah dihasilkan dari tahap sebelumnya dapat langsung digunakan. Adonan bubur nenas pada tahap pemasakan ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan bubur nenas yang telah dicampurkan dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk hingga merata dengan api sedang sampai adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan langsung dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan, bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar 30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

(pengemasan). Pineapple Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.3. Papaya Soft Candy

Papaya Soft Candy merupakan olahan buah yang terbuat dari campuran sari alami buah pepaya dan nenas. Tahap pertama dalam proses pembuatan

Papaya Soft Candy, yaitu buah pepaya dan nenas dibersihkan dari bagian-bagian yang tidak diinginkan seperti kulit, biji buah dan mata nenas. Buah nenas yang digunakan harus dipastikan benar-benar telah bersih dari mata nenas. Karena mata nenas dapat menyebabkan adonan ketika dimasak menjadi kotor. Setelah tahap pembersihan, buah pepaya dan nenas siap untuk dihaluskan dengan alat pemarut hingga menjadi bubur nenas. Namun sebelum diparut, untuk buah nenas yang telah dibersihkan dicuci dengan air bersih yang mengalir dan direndam dengan

garam. Perendaman dengan garam bertujuan untuk menginaktifkan enzim yang terdapat dalam buah nenas.

Pada tahap pemasakan, bubur pepaya dan bubur nenas yang telah dihasilkan dari tahap sebelumnya dapat langsung digunakan. Bubur pepaya dan bubur nenas disatukan menjadi satu adonan. Kemudian adonan ini ditambahkan gula dan ekstrak rumput laut sebagai pengental. Adonan yang telah dicampurkan dengan gula dan ekstrak rumput laut diaduk hingga merata dengan api sedang sampai adonan tersebut mendidih. Setelah adonan tersebut mendidih, adonan langsung dicetak dalam nampan plastik. Kemudian diamkan sebentar hingga dingin.

Setelah adonan dalam cetakan dingin, adonan tersebut akan kenyal seperti bentuk jelly kemudian adonan dapat dipotong-potong menggunakan pisau gerigi dengan panjang potongan kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah dibentuk persegi siap untuk dikeringkan didalam oven. Pengeringan berlangsung selama kurang lebih delapan jam dengan suhu pengeringan 80o Celcius. Pada saat pengeringan, bobot adonan akan berkurang sehingga hanya menghasilkan rendemen sebesar 30% dari bobot awal. Tahap terakhir dari proses ini adalah tahap packaging

(pengemasan). Papaya Soft Candy yang telah kering dapat langsung dikemas. Kemasan yang digunakan, yaitu standing pouch yang terbuat dari alumunium.

2.4. Hasil Penelitian Terdahulu

Mengkaji penelitian terdahulu merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang pernah dilakukan. Penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan, terutama yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

Okta (2004), melakukan penelitian yang berjudul Formulasi Strategi Bersaing Minuman Buah Sirsak PT. Minuman SAP dengan menggunakan, matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Hasil dari anlisis matriks IFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,020. Sedangkan hasil analisis EFE menunjukkan nilai rata-rata sebesar 2,603. Hasil pencocokan

bisa digunakan oleh perusahaan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk) dan strategi integratif (intregrasi ke belakang, ke depan, horizontal). Hasil dari analisis QSPM diperoleh prioritas strategi perusahaan yaitu memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan unyuk meningkatkan keunggulan dan memperluas jaringan distribusi dengan TAS sebesar 6,765.

Beruntung (2005), melakukan penelitian dengan judul Formulasi Strategi Pengembangan Bisnis Produk Nata De Coco yang dilakukan di PT. Keong Nusantara Abadi, Kabupaten Natar, Lampung dengan menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Skor Internal Factor Evaluation mencapai nilai rata-rata sebesar 2,521. Berdasarkan tahap pencocokan matriks IE didapatkan posisi perusahaan pada kuadran V berada pada posisi pertahankan dan pelihara.

Dengan menggunakan analisis matriks SWOT didapatkan strategi: (1) Mencipkan produk yang mempunyai brand image, (2) Menjaga citra perusahaan di mata konsumen, (3) Mempertahankan dan terus menbina hubungan baik dengan supplier demi kelancaran produksi, (4) Peningkatan kualitas SDM perusahaan dengan pelatihan dan pengembangan karyawan, (5) Memperluas pengembangan dan peanekaragaman produk, (6) Memperluas dan mempertahankan pasar yang sudah ada, (7) Meningkatkan keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk subtitusi, (8) Melakukan perencanaan produksi dan efisiensi biaya. Dengan menggunakan matriks QSPM diperoleh prioritas strategi yang diterapkan perusahaan adalah meningkatkan keunggulan produk untuk menghadapi ancaman pesaing dan produk substitusi dengan nilai TAS sebesar 19,289.

Sari (2008), melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran

Produk Jus Jambu Merah “JJM” Kelompok Wanita Tani Turi, Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor dengan menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Hasil analisis matriks IE menempatkan KWT Turi berada pada kuadran V, yaitu strategi Hold and Maintain (pertahankan dan pelihara). Strategi yang dapat

diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Hasil analisis SWOT menghasilkan enam alternatif strategi yang dapat dijalankan KWT Turi, yaitu : 1) pempertahankan kualitas dan keunggulan produk untuk menarik pelanggan; 2) meningkatkan kegiatan promosi untuk meningkatkan penjualan; 3) peningkatan kapasitas produksi dengan pemanfaatan bantuan modal; 4) mempertahankan hubungan kerjasama dan pelayanan untuk membentuk citra positif bagi usaha KWT Turi; 5) melakukan diversifikasi Produk; 6) melakukan perencanaan pemasaran serta pengelolaan manajemen usaha yang profesional. Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik dilakukan melalui analisis QSPM. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah mempertahankan kualitas dan keunggulan produk untuk menarik pelanggan.

Nuranggara (2009), melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pengembangan Usaha Sari Buah Jambu Biji pada PT. Lipisari Patna Kabupaten Subang Jawa barat dengan menggunakan matriks IFE, matriks EFE, matriks IE dan matriks SWOT. Berdasarkan matriks IE menempatkan PT. Lipisari Patna pada posisi kuadran V (hold and maintain). Strategi yang cocock digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar.

Hasil SWOT menghasilkan delapan alternatif strategi yang dapat dilankan PT. Lipisari Patna, yaitu : 1) Melakukan pengembangan produk melalui diversifikasi dan diferensiasi produk, 2) Mempertahankan dan meningkatkan kualitas dan brand image sebagai produk sari buah asli dan produk khas subang di semua wilayah Kabupaten Subang, 3) Melakukan promosi secara intensif untuk mengenalkan merek produk ke pasar yang lebih luas, 4) Perbaikan manajemen perusahaan dan menggunakan tenaga manajer yang tidak terikat kerja dengan LIPI, 5) Memperluas jaringan distribusi dengan melakukan kerjasama dengan minimarket dan agen minuman, 6) Melakukan efesiensi biaya produksi, 7) Melakukan kerjasama dengan pihak investor dalam mengembangkan usaha, 8) Melakukan Variasi kemasan produk dalam menghadapi produk subtitusi.

menggunakan alat analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT dan matriks QSPM. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha roti pada Bagas Bakery di Kabupaten Kendal. Berdasarkan hasil analisis matriks IE menggambarkan posisi Bagas Bakery berada pada kuadran V yaitu tahap hold and maintain melalui strategi penetrasi pasar. Kemudian dari matriks SWOT diperoleh delapan alternatif strategi dan dari hasil matriks QSPM diperoleh prioritas strategi bagi Bagas Bakery berturut-turut yaitu (1) meningkatkan kualitas sumber daya manusia, (2) menngkatkan mutu produk dan pelayanan, (3) melakukan pengaturan dalam pengalokasian keuangan perusahaan, (4) memanfaatkan Skim Kredit yang ditawarkan pemerintah untuk meningkatkan kapasitas produksi sehingga mampu mengatasi kelebihan permintaan terhaap produk Bagas Bakery saat ini, (5) mengembangkan produk baru pada pasar konsumen yang sudah ada, (6) memperbaiki label kemasan produk, (7) mengoptimalkan saluran distribusi yang ada dalam penyampaian produk dari produsen ke konsumen, (8) membuka outlet khusus untuk direct selling.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya maka dalam penelitian ini mengambil topik Strategi Pengembangan Usaha Soft Candy dan Jus Jambu Merah, Bogor. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada lokasi penelitian dan waktu peneliti.