• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal LPPM PKBT Tajur

6.2.1 Lingkungan Makro

Lingkungan Makro perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang bersumber dari luar dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor-faktor utama yang dianalisis dalam lingkungan makro yaitu faktor politik, ekonomi, sosial dan teknologi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai lingkungan makro, yaitu:

1) Politik

Stabilitas politik dan keamanan merupakan aspek penting yang mempengaruhi iklim usaha disuatu negara. Keadaan politik dan keamanan yang tidak stabil akan memberikan dampak negatif terhadap keberlangsungan suatu usaha karena para pelaku usaha merasa tidak nyaman terhadap usaha yang dijalankannya. Kondisi ini juga berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus mempertimbangkan secara

hati-hati terhadap setiap keputusan yang diambilnya. Berikut ini merupakan beberapa kebijakan pemerintah yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan industri soft candy:

a) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Dalam peraturan ini, pemerintah mengamanatkan Bupati/Walikota melalui Dinas Kesehatan untuk membina industri pangan siap saji. Peraturan juga mengamanatkan setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan industri pangan siap saji wajib memenuhi persyaratan sanitasi dengan cara menerapkan pedoman cara produksi pangan siap saji yang baik yang memperhatikan aspek keamanan pangan. Oleh karena itu, para produsen siap saji harus melakukan registrasi ke Dinas Kesehatan untuk mendapatkan nomor izin Depkes. Pada umumnya terdapat tiga jenis registrasi untuk kelompok pangan, yaitu pangan hasil industri rumah tangga diberi kode regiistrasi PIRT, untuk pangan hasil dalam negeri diberi kode registrasi MD dan untuk pangan yang berasal dari impor diberi kode ML. Dan terdapat juga sertifikasi nomor PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga). Bentuk sertifikasi terhadap produk pangan merupakan upaya para pelaku usaha untuk membuktikan bahwa produknya aman dikonsumsi serta wujud kepeduliaan pemerintah melalui Dinas Kesehatan terhadap perlindungan konsumen.

b) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2007 Pasal 8 ayat 3 yang menyatakan bahwa penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan dilakukan dengan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). PTSP dibentuk oleh pemerintah guna menghindari pungutan-pungutan liar yang tidak resmi. Dengan adanya PTSP ini diharapkan pengurusan SIUP dapat lebih mudah.

c) Undang-undang No. 2 tahun 2010 tentang APBN-P 2010. Mulai bulan Juli 2010, Pemerintah akan menaikkan tarif dasar listrik sebesar 10 persen untuk pelanggan yang menggunakan daya diatas 1200 VA. Dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik sebagai salah satu faktor yang memberatkan pelaku usaha yang menggunakan listrik dalam menjalankan proses produksinya.

2) Ekonomi

Pada umumnya kondisi ekonomi memiliki pengaruh secara tidak langsung terhadap perkembangan suatu pelaku usaha yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Jika kondisi ekonomi cenderung stabil bahkan menunjukkan pertumbuhan ke arah positif maka kondisi tersebut dapat mendukung kelancaran usaha yang berkembang di suatu daerah tertentu dan dapat pula mendorong tumbuhnya kelompok-kelompok usaha yang baru. Akan tetapi, jika perekonomian cenderung menunjukkan ke arah negatif maka dapat terjadi sebaliknya, dimana kondisi ini dapat menghambat kelancaran suatu usaha bahkan dapat melumpuhkan kelompok usaha tertentu. Adapun beberapa faktor yang berkaitan dengan kondisi ekonomi suatu daerah, antara lain :

a) Pertumbuhan Sektor Ekonomi

Kondisi perkonomian Kota Bogor dapat dilihat dengan menggunakan indikator Produk Domestik Regional atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan harga tahun 2000. Berikut ini merupakan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Kota Bogor pada tahun 2004 sampai tahun 2008 (Tabel 11) .

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Bogor pada Tahun 2004 – 2008 ( Jutaan Rupiah )

Tahun Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan

2004 3.361.438,93

2005 3.567.230,91

2006 3.782.273,71

2007* 4.012.743,17

2008** 4.252.821,78

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor

*

) Angka Perbaikan

**

) Angka Sementara

tahun ke tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa keadaan perekonomian di Kota Bogor pada tahun 2008 semakin baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ekonomi yang semakin membaik yang diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat memungkinkan adanya peningkatan pasar soft candy.

b) Perkembangan Harga

Perkembangan harga yang memiliki pengaruh terhadap biaya produksi pembuatan soft candy, yaitu harga gula dan harga bahan bakar.

i. Harga Gula

Gula merupakan bahan baku yang digunakan dalam jumlah cukup besar untuk pembuatan soft candy. Harga gula setiap tahunnya menunjukkan kenaikan. Berikut ini merupakan perkembangan harga gula di dalam negeri (Gambar 11) :

Gambar 11. Perkembangan Harga Rata-rata Gula

Sumber : Kementrian Perdagangan RI (2010)

Gambar 11menunjukkan adanya kenaikan harga gula di dalam negeri. Kondisi ini dapat mengancam keberadaan industri makanan jadi yang menggunakan gula sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan produknya. Hal ini karena dengan adanya kenaikan harga gula berarti biaya produksi juga akan mengalami kenaikkan.

ii. Harga gas elpiji

Gas elpiji juga memiliki fungsi yang sama besarnya dalam pembuatan

soft candy. Beralihnya pelaku industri dari minyak tanah ke gas elpiji karena pada saat ini terjadi kelangkaan minyak tanah yang menyebabkan harga minyak tanah menjadi tinggi. Selain itu, kondisi tersebut juga didukung oleh adanya himbauan dari pemerintah untuk melakukan konversi dari kompor minyak ke kompor gas. Pada Tabel 12 berikut ini ditujukkan perkembangan harga gas elpiji.

Tabel 12. Perkembangan harga Gas Elpiji di Indonesia per Kemasan (Rp/kg) Tahun Harga Gas Elpiji per Kemasan (Rp/Kg)

3 Kg 6 Kg 12 Kg 50 Kg 2005 - 25.500 51.000 212.500 2006 - 25.500 51.000 212.500 2007 12.750 25.500 51.000 312.950 Jan-2008 12.750 25.500 51.000 396.600 Apr-2008 12.750 25.500 51.000 340.150 Jul-2008 12.750 31.500 63.000 343.900 Agust-2008 12.750 - 69.000 362.750 Okt-2009 12.750 53.100 70.200 367.750 Agust-2010 15.000 - 75.000 - Sumber : PT. Pertamina (2010)

Tabel 13 terlihat bahwa harga gas elpiji cenderung mengalami kenaikan. Kondisi ini tentunya dapat mengancam pelaku usaha yang menggunkan gas elpiji untuk kelangsungan proses produksinya karena dapat menyebabkan biaya produksi menjadi meningkat. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu waspada terhadap fluktuasi harga yang terjadi sehingga kebijakkan yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat menjadi keberlangsungan hidup para pelaku usaha.

c) Tarif dasar Listrik

Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN. Kenaikan tarif dasar listrik sangat memberatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam menjalankan usahanya. Adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik sebesar 10 persen bagi pelanggan yang memiliki daya 1200 VA sangat berdampak terhadap pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Kondisi ini dapat menjadi ancaman bagi pelaku usaha yang menggunakan listrik dalam proses produksinya.

3) Sosial, Budaya, Demografi dan lingkungan

Salah satu faktor sosial yang berpotensi terhadap penciptaan pangsa pasar bagi setiap bidang usaha di suatu wilayah adalah peningkatan jumlah penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak didunia. Potensi jumlah penduduk Indonesia yang besar ini sering menjadi pusat perhatian dan pasar sasaran dari negara lain untuk memasarkan produk mereka. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia selama periode 2005-2008 dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008

Tahun Jumlah Penduduk (ribu Jiwa) Pertumbuhan

2005 219.852,0 -

2006 222.550,7 1,22

2007 225.642,0 1,38

2008* 228.532,3 1,27

Rata-rata 1,29

Keterangan : *) angka sementara Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari Tabel 14 dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2008 sebesar 1,29 persen. Pertumbuhan

Indonesia yang terjadi peningkatan jumlah penduduk adalah Kota Bogor. Peningkatan jumlah penduduk Kota Bogor 2001-2008 dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Penduduk Kota Bogor Tahun 2004-2008

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%)

2004 831.571 - 2005 855.085 2,83 2006 879.138 2,81 2007 905.132 2,96 2008 924.294 2,12 Rata-rata 2,68

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2009)

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor setiap tahunnya selama periode 2004-2008 sebesar 2,68 persen. Jumlah penduduk Kota Bogor yang semakin meningkat merupakan pangsa pasar yang potensial dan peluang bagi para pelaku usaha untuk memasarkan produk mereka. Salah satu kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk adalah kebutuhan pangan. Soft candy

merupakan salah satu produk cemilan sehat dari buah-buahan yang cukupi diminati. Hal ini terlihat dari penjualan soft candy yang mengalami peningkatan.

4) Teknologi

Perkembangan teknologi yang sangat cepat dapat memberikan kemudahan- kemudahan bagi siapa saja termasuk para pelaku usaha dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Kemudahan-kemudahan tersebut dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produksi dan aspek pemasaran.

Dalam aspek produksi, perkembangan teknologi dapat dilihat dari mesin- mesin atau peralatan-peralatan yang digunakan selama proses pembuatan soft candy, misalnya tungku dan pengaduk otomatis dimana mempunyai fungsi untuk memasak soft candy minimal 25 kg. Selain itu juga terdapat oven listrik, dimana fungsinya untuk mengeringkan soft candy dengan kapasitas 10 kg

selama 8 jam. Dengan pemanfaatan teknologi secara optimal, maka proses produksi akan semakin cepat dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak jika dikerjakan secara manual.

Perkembangan teknologi tidak hanya terjadi pada aspek produksi saja melainkan juga pada aspek pemasaran. Hal ini karena adanya perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi dan transportasi. Dengan adanya perkembangan teknologi dibidang telekomunikasi seperti telepon atau

handphone maka mempermudah komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan ketika melakukan pemesanan produk. Selain itu saat ini telah banyak perusahaan pengolahan buah telah memasarkan produknya melalui

website.