• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.2 Analisis Lingkungan Eksternal LPPM PKBT Tajur

6.2.2 Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro adalah yang langsung terkait dengan perusahaan dan langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pasarnya yaitu pemasok, perantara pasar, pelanggan dan pesaing. Analisis lingkungan mikro dilakukan berdasarkan konsep Competitive Strategy Porter’s. Lima kekuatan bersaing ini terdiri dari ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pembeli, kekuatan tawar menawar pemasok dan persaingan antar perusahaan industri.

1) Ancaman Pendatang Baru

Keberadaan suatu industri pasti tidak akan terlepas dari ancaman masuknya pendatang baru, sehingga masuknya perusahaan pendatang baru dapat berimplikasi terhadap perusahaan yang telah ada, misalnya perebutan pasar atau perebutan sumber daya produksi. Akan tetapi ancaman masuknya perusahaan pendatang baru tergantung dari hambatan masuk dan kemampuan para pendatang baru tersebut dalam merespon hambatan masuk yang ada. Menurut Porter (1997), terdapat enam faktor hambatan masuk bagi pendatang baru ke dalam suatu industri yaitu skala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, biaya peralihan pemasok, akses ke saluran distribusi dan biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala.

a) Skala ekonomis

Untuk mendirikan suatu usaha soft candy tidak harus beroperasi pada skala usaha besar. Hal ini karena siapa saja dapat memulai usaha soft candy dari skala kecil dimana disesuaikan dengan kemampuan produksi yang dimiliki tanpa harus mengikuti skala perusahaan soft candy yang telah ada.

b) Diferensiasi produk

Perbedaan yang terjadi antara perusahaan soft candy dapat dilihat dari mutu produk termasuk kualitas produk, variasi jenis, bentuk, warna dan ukuran, harga jual produk serta labelisasi produk seperti pencantuman merek produk, komposisi bahan baku, dan nomor izin Dinas Kesehatan (Nomor PIRT).

c) Kebutuhan modal

Meskipun untuk mendirikan usaha soft candy tidak harus beroperasi pada skala usaha yang besar, tetapi kebutuhan modal yang digunakan untuk membuka usaha soft candy cukup besar. Hal ini karena modal tersebut digunakan untuk pembelian peralatan soft candy seperti oven, blender, tungku dan pemasak otomatis serta cooler. Dimana harga masing-masing peralatan tersebut cukup mahal.

d) Biaya peralihan pemasok

Konsumen yang ingin berpindah dari LPPM PKBT ke perusahaan pesaing tidak memiliki hambatan yang besar. Tidak terdapat biaya pengalihan yang besar bagi konsumen yang berpindah kepada pesaing. Kemudahan konsumen untuk berpindah kepada pesaing menjadi ancaman yang cukup besar bagi perusahaan dan untuk mengatasi hal tersebut pihak perusahaan harus membangun dan menanamkan loyalitas pada konsumennya.

e) Akses ke saluran distribusi

Pada industri tertentu, perusahaan-perusahaan yang telah mapan biasanya telah memiliki saluran distribusi sendiri untuk pemasaran produknya sehingga perusahaan pendatang baru mungkin sulit memasuki saluran yang ada dan harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membangun saluran sendiri. Kondisi ini mungkin tidak terjadi pada industri soft candy. Hal ini karena pendatang baru pun masih berpeluang untuk memasuki

saluran distribusi yang telah dikuasi oleh perusahaan soft candy yang telah ada, asalkan mampu memproduksi soft candy dengan mutu produk yang sama atau lebih baik namun dengan harga yang relatif labih murah.

f) Biaya tidak menguntungkan terlepas dari skala

Para produsen soft candy yang telah mapan mungkin tidak dapat ditiru oleh perusahaan pendatang baru yang akan masuk ke dalam industri soft candy, misalnya dalam hal pengalaman, teknologi, atau penguasaan terhadap sumber daya produksi. Meskipun demikian, para pendatang baru masih berpotensi untuk masuk ke dalam industri soft candy karena bahan baku maupun peralatan yang digunakan untuk pembuatan soft candy

cukup banyak tersedia. 2) Produk Pengganti (subsitusi)

Produk subtitusi adalah produk lain yang memiliki fungsi sama dengan produk perusahaan dan dapat mempengaruhi keberadaan produk selama di pasar. Keberadaan produk subtitusi dapat menjadi ancaman bagi suatu perusahaan jika produk subtitusi tersebut mempunyai harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang sama dengan produk yang ditawarkan perusahaan. Oleh karena itu, faktor harga jual dan mutu produk sering digunakan oleh pelaku usaha sebagai alat dalam menghadapi keberadaan produk subtitusi. Pada industri soft candy, produk yang dapat digolongkan menjadi produk subtitusi adalah produk soft candy yang berasal dari Luar Negeri. Misalnya dari Thailand yang menawarkan soft candy dengan berbagai macam rasa antara lain durian, thamarind, banana, pomelo dan pineapple. Selain dari Thailand produk soft candy juga ada yang berasal dari China, Jepang, Jerman dan Korea. Produk soft candy yang berasal dari Jerman misalnya dengan merek katjes dengan rasa current, lemon, apple, orange, pineapple dan cherry. Sedangkan soft candy dari Korea antara lain hodumaru soft candy dan

cherrymaru soft candy. Tingginya keberadaan produk subtitusi dengan berbagai merek, harga jual, atau mutu produk dapat memberikan ancaman bagi LPPM PKBT sebagai salah satu produsen soft candy. Meskipun keberadaan produk subtitusi soft candy tinggi, akan tetapi keputusan

pembelian tetap berada di tangan konsumen karena konsumenlah yang memiliki kebebasan untuk memilih makanan jadi mana yang sesuai seleranya. 3) Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli

Pelanggan dapat diartikan sebagai pembeli yang potensial yang dapat memberikan satu keuntungan bagi perusahaan. Untuk itu pelayanan yang diberikan harus lebih baik agar pelanggan menjadi lebih nyaman dan loyal terhadap perusahaan. Disamping itu perusahaan juga harus menjaga hubungan kedua belah pihak, agar komunikasi yang telah dibangun tidak terputus. Konsumen soft candy sebagian besar berasal dari golongan menengah ke atas, dimana konsumen ini sudah mengerti akan pentingnya mengkonsumsi cemilan sehat dan mempunyai keinginan untuk mengkonsumsinya. Pemilihan segmentasi pasar menengah ke atas didasarkan atas pertimbangan bahwa soft candy jika memiliki harga yang relatif mahal dan kualitas yang baik, sehingga tidak semua kalangan dapat membelinya. Meskipun saat ini LPPM PKBT memiliki langganan tetap akan tetapi LPPM PKBT harus tetap waspada terhadap kondisi seperti ini dimana pembeli memiliki kekuatan tawar- menawar yang cukup kuat terhadap produk soft candy. Oleh karena itu, diferensiasi produk mungkin dapat menjadi alternatif perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya sehingga LPPM PKBT mampu menciptakan kesetiaan pelanggan atau loyalitas pembeli terhadap produk- produk yang dihasilkan LPPM PKBT.

4) Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok

Pemasok memegang peranan penting dalam suatu kegiatan produksi, maka dari itu kehadiran pemasok sangat diperlukan dalam memproduksi soft candy. Keberadaan pemasok sangat penting karena memiliki peranan yang sangat penting terhadap keberlangsungan proses produksi. Oleh karena itu, untuk menjaga kontinuitas persediaan bahan bakunya maka pihak LPPM PKBT tidak hanya terikat dengan satu pemasok saja. Pemasok LPPM PKBT berasal dari Bogor dan Subang. Jika salah satu pemasok tidak mampu mencukupi kebutuhan bahan baku atau jika bahan baku tidak memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas maupun kuantitasnya maka LPPM PKBT dapat berganti

ke pemasok lainnya. Kekuatan tawar menawar pemasok terhadap LPPM PKBT tidak terlalu sulit untuk berganti dari satu pemasok ke pemasok lainnya. 5) Persaingan antar Perusahaan Sejenis

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing suatu usaha maupun produk antara lain adalah harga, mutu, kemudahan akses terhadap sumberdaya yang ada dan keunggulan komparatif yang dimiliki. LPPM PKBT harus mengetahui siapa yang menjadi pesaing dalam memasarkan produknya. Pesaing adalah perusahaan lain yang menawarkan produk yang sama dengan produk perusahaan dan pasti setiap perusahaan menghadapi sejumlah pesaing. Menilai posisi bersaing dapat meningkatkan kesempatan LPPM PKBT untuk merancang strategi yang mengoptimalkan peluang yang muncul dari lingkungan. Kriteria yang digunakan dalam menyusun profil pesaing ditentukan oleh faktor-faktor situasional seperti kualitas produk, citra perusahaan dan lain sebagainya. Data Disperindag Kota Bogor 2008 jumlah industri formal yang bergerak di bidang olahan makanan buah berjumlah 11 unit. Skala usaha yang dijalankannya juga semakin beragam, yaitu mulai dari skala rumah tangga, kecil sampai menengah. Oleh sebab itu, untuk menghadapi persaingan di Kota Bogor maka LPPM PKBT harus dapat menonjolkan keunggulan produknya dibandingkan dengan produk pesaing.