• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Menyusun Best Practices

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3.1 Menyusun Best Practices"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

3.1 Menyusun Best Practices

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi SMK Negeri 1 Sambi

Lingkup Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

Tujuan yang ingin dicapai Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik pada Materi Persamaan Lingkaran di Kelas XI Tata Busana 1

Penulis Adeannisa, S.Pd

Tanggal 9 September 2022

SITUASI

Setiap orang mempunyai kemampuan Matematika yang berbeda-beda.

Ada yang dengan cepat memahami suatu materi matematika. Pun ada yang butuh waktu lebih lama untuk mengerti materi matematika yang sama.

Inilah kenyataan yang mesti dipahami oleh kita semua, khususnya orang tua dan terlebih para guru. Kemmpuan Matematika yang berbeda-beda tersebut dipengaruhi banyak factor, seperti minat, presepsi terhadap Matematika, dan lain sebagainya (H.J Sriyanto,2017). Sehingga guru harus dapat mempelajari kemampuan matematika masing-masing peserta didik dengan baik.

Kondisi peserta didik di kelas XI Tata Busana 1 yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran membuat suasana kelas masih terpusat pada guru. Kesiapan sikap dan mental siswa dalam pembelajaran masih kurang karena PJJ selama 2 tahun seperti membuat mereka belum siap akan lingkungan sekolah baru dengan jenjang baru juga. Menurut Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, seperti yang disampaikan melalui media Antara pada Senin, 4 Januari 2021, setidaknya ada 3 dampak atau efek buruk dari Pendidikan Jark Jauh (PJJ) yang berkepanjangan bagi siswa.

Pertama, siswa terancam putus sekolah. Kedua, adalah penurunan capaian

(2)

belajar siswa. Ketiga, siswa stres karena terlalu lama belajar di rumah, tidak lagi bebas bermain diluar bersama teman-temannya maka akan berdampak pada peningkatan angka kekerasan terhadap anak dan resiko psikososia.

Peserta didik sudah terlalu nyaman melakukan pembelajaran daring sehingga pada saat sekolah sudah memutuskan untuk pembelajaran luring peserta didik harus beradaptasi dengan lingkungan dan teman satu kelas.

Karena walaupun mereka sudah kelas XI tetapi mereka belum bertemu. Hal tersebut membuat peserta didik dalam pembelajaran kurang aktif, kurang percaya diri dalam bertanya atau mengemukakan pendapat. Ditambah dengan guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, kurang memanfaatkan media pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran agar peserta didik lebih aktif.

Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah;(5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan peserta didik dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa,bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,memecahkan soal (mental activities).

Proses pembelajaran yang diterapkan di beberapa sekolah masih berpusat pada guru ( teacher oriented). Guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah untuk menerangkan pelajaran kepada siswa (Sunhaji,2022). SMK Negeri 1 Sambi masih terdapat beberapa guru yang menggunakan model pembelajaran ceramah karena keterbatasan fasilitas penunjuang. Penggunaan model pembelajaran sangatlah penting dalam

(3)

kaitanya sebagai penerapan proses belajar. Dengan adanya model pembelajaran proses belajar mengajar bagi siswa akan lebih mudah dan menarik. Selain itu, model pembelajaran juga memiliki peran untuk mengatur kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

Pendidikan di era masa kini sudah sangat berkembang dan berinovasi, sehingga dalam pembelajaran di Sekolah guru mendapat kebebasan untuk menentukan model pembelajaran yang diinginkan, dan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa (Minhajul Ngabidin, 2021). Seorang guru tidak hanya menjelaskan materi saja di dalam kelas tetapi juga dituntut untuk kreatif dalam menggunakan model maupun media pembelajaran.

Selain itu peserta didik tidak harus terus menerus menjadi pendengar setia sehingga membuatnya merasa jenuh dan bosan saat pembelajaran berlangsung. Keaktifan peserta didik sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran dalam kelas dapat terjalin dengan baik.

Model Pembelajaran Problem Based Learning PBL menggunakan masalah dunia nyata untuk melatih cara perpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta dapat digunakan untuk menanamkan konsep dan pengetahuan yang essensial dari materi pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran mengunakan model PBL, terjadi suatu hubungan interaksi yang saling mendukung dalam kelancaran pembelajaran. Hubungan interaksi tersebut yakni hubungan siswa yang berperan melakukan kegiatan belajar dengan guru yang berperan sebagai fasilitator. Sehingga diharapkan dengan model PBL keaktifan peserta didik dapat meningkat seiring hasil belajar yang semakin baik.

(4)

Tantangan :

Tantangan yang ditemukan setelah dilakukan identifikasi masalah, eksporasi penyebab masalah, dan penentu penyebab masalah antara lain:

1. Kesiapan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Peserta didik cenderung belum siap untuk melakukan pembelajaran luring setelah 2 tahun terakhir melakukan pembelajaran daring. Selama pembelajaran daring siswa lebih sering menggunakan gawai dan kurang interaksi dengan lingkungan sekitar, hal tersebut membuat kelas menjadi tidak kondusif karena kurangnya interaksi dari peserta didik.

2. Hilangnya rasa percaya diri yang timbul dari diri peserta didik.

Hilangnya rasa percaya diri juga salah satu dampak dari pembelajaran daring. Peserta didik tidak saling mengenal dengan teman satu kelas, dari awal masuk di SMK Negeri 1 Sambi belum pernah saling bertemu dan berinteraksi. Pada kelas XI ini pembelajaran sudah dilaksanakan secara luring mereka saling bertemu dan masih merasa asing dengan lingkungan baru. Sehingga mereka masih kurang percaya diri untuk menyampaiakan pendapat di depan teman-temannya.

3. Keaktifan peserta didik saat proses pembelajaran

Tantangan terbesar bagi seorang guru adalah dapat memahami kemapuan masing-masing peserta didik. Kemampuan memahami materi setiap peserta didik yang beragam dapat menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan memahami materi peserta didik dapat dilihat dari beberapa aspek dalam proses pembelajaran.

Salah satunya adalah keaktifan peserta didik, keaktifan peserta didik di era sekarang sangat menurun. Pembelajaran hanya terpusat pada guru, kurang interaksi antara guru dan peserta didik. Peserta didik masih cenderung pasif untuk bertanya ataupun mengungkapkan pendapat.

(5)

4. Pemilihan media ajar kurang tepat

Dalam proses pembelajaran akan berjalan kondusif jika guru dapat memilih media ajar yang tepat dengan kondisi siswa. Media yang lebih interaktif dan berwarna diharapkan agar siswa dapat fokus mengikuti pembelajaran dengan baik. Guru kurang kreatif dalam memanfaatkan media ajar ditambah peserta didik yang belum bisa memaksimalkan TPACK dalam setiap kegiatan pembelajaran.

5. Metode dan model pembelajaran yang belum relevan dengan kebutuhan siswa

Di kelas guru masih menggunakan metode dan model pembelajaran yang belum melibatkan peserta didik secara aktif. Metode yang digunakan adalah metode ceramah sehingga peserta didik hanya cukup mendengarkan apa yang guru sampaikan. Sedangkan model yang digunakan juga belum inovatif, masih belum memanfaatkan teknologi membuat peserta didik kurang tertarik dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Aksi

Setelah melakukan observasi saya memilih kelas XI Tata Busana 1 pada materi Persamaan Lingkaran dengan pendekatan saintifik untuk memfasilitasi peserta didik dalam membangun pengetahuan dan meningkatkan keaktifan peserta didik. Dengan metode diskusi diharapkan siswa juga bisa lebih aktif mengemukakan pendapat.

Model Problem Based Learning dipilih karena dapat mendorong siswa aktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika dan melatih peserta didik untuk berpikir logis dalam memcahkan masalah.

Instrumen Penilaian yang digunankan yaitu tes uraian agar bisa mengetahui proses peserta didik dalam menyelesaikan masalah. Dan terakhir media yang digunakan PPT interaktif agar peserta didik lebih antusias dalam pembelajaran.

(6)

Dalam proses pelaksanaan, dilakukan 2 kali aksi yaitu pada hari Jumat, 9 September 2022 dan Selasa, 13 September 2022 di kelas XI Tata Busana 1 pada materi Persamaan Lingkaran. Adapun beberapa kegiatan pembelajaran diantaranya:

1. Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan yang disusun guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dimulai dari kegiatan guru mempersiapkan fisik dan psikis siswa, membuka pelajaran dengan salam dan doa, mengecek kehadiran peserta didik, apersepsi tentang pembelajaran sebelumnya yaitu materi fungsi komposisi, menyampaikan tujuan kegiatan belajar serta motivasi mengenai penggunaan materi persamaan lingkaran dalam kehidupan sehari-hari, menyampaikan garis besar materi yang akan dipelajari, menyampaikan rencana penilaian, dan menyampaikan rencana kegiatan belajar yang akan dilaksanakan peserta didik.

Gambar 1. Peserta didik dikondisian untuk siap dalam mengikuti pembelajaran

(7)

Gambar 2. Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa

Gambar 3. Guru mengecek kehadiran peserta didik

(8)

Gambar 4. Apresepsi dan materi yang akan dipelajari

Gambar 5. Tujuan dan teknik penilaian dalam pembelajaran

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) peserta didik. Membentuk pengalaman belajar maupun kemampuan peserta didik perlu ditempuh melalui proses belajar yang direncanakan oleh guru.

(9)

Pada pembelajaran ini guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yang meliputi 5 tahap, yaitu:

- Tahap 1 : Orientasi pada Masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perlengkapan penting yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah persamaan lingkaran dengan penggunaan aplikasi geogebra.

Gambar 6. Tahap 1 Orientasi pada Masalah

- Tahap 2 : Organisasi Belajar

Mengorganisasi peserta didik untuk belajar dengan membentuk kelompok diskusi yang heterogen. Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan penggunaan aplikasi geogebra untuk menentukan nilai dari titik dalam persamaan ligkaran. Peserta didik berdiskusi dikelompok masing- masing untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada LKPD dengan bimbingan guru.

(10)

Gambar 7. Tahap 2 Organisasi Belajar

- Tahap 3 : Penyelidikan kelompok

Peserta didik mengerjakan LKPD secara berkelompok dan menulis hasil diskusi. Guru bertugas untuk membimbing peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam LKPD. Peserta didik sangat antusias dalam menggunakan aplikasi Geogebra, mereka seperti menemukan permainan baru sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Peserta didik dapat bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam mengoperasikan aplikasi geogebra atau dalam memahami LKPD yang diberikan guru.

Gambar 8. Tahap 3 Penyelidikan Kelompok

(11)

- Tahap 4 : Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah Setelah peserta didik dapat menemukan dam menyimpulkan hasil diskusi pada LKPD di masing masing kelompok. Guru meminta peserta didik mempresentasikan hasil diskusi, sedangkan kelompok lain menyimak dan dapat memberikan pendapat atau bertanya. Ditahap ini rasa percaya diri dari peserta didik dapat terlihat dengan baik. Dilihat dari antusianya mereka untuk mempresentasikan hasil diskusi dihapadan teman kelompok lain. Keaktifan kelompok lain dalam menanggapi hasil presentasi juga sangat baik.

Gambar 9. Tahap 4 Pengembangan dan Penyajian Hasil Penyelesaian Masalah

Gambar 10. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi

(12)

- Tahap 5 : Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

Peserta didik dapat memberikan masukan dan saling mengoreksi hasil presentasi kelompok lain. Guru dapat memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah melaksanakan presentasi dan melakukan tanya jawab. Jika dalam diskusi antar kelompok tidak menemukan titik temu maka guru bertugas untuk meluruskan agar tidak terjadi miskonsepsi. Peserta didik diberi kesempatan untuk bertanya lagi terkait materi yang masih kurang dimengerti. Guru memberikan penguatan tentang hasil diskusi dan membuat Kesimpulan dari pembelajaran.

Gambar 11. Tahap 5 Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah

3. Penutup

Kegiatan penutup berarti kegiatan mengakhiri pembelajaran. Kegiatan penutup dapat berarti kegiatan akhir pembelajaran yakni peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran mengenai Persamaan Lingkaran. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok belajar yang paling aktif. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal untuk evaluasi pembelajaran. Sebelum menutup pembelajaran guru melakukan refleksi kegiatan hari ini. Apa yang telah kamu pelajari hari ini?;

Apa yang paling kalian sukai dari pelajaran hari ini?; Apa yang belum kalian pahami pada pembelajaran hari ini?.

(13)

Dari semua pertanyaan refleksi tersebut jawaban peserta didik hampir semua sudah paham tentang materi persamaan lingkaran. Selanjutnya guru menyampaikan tentang materi pada pertemuan selanjutnya. Tidak lupa untuk selalu mengajak peserta didik tetap bersyukur atas nikmat Tuhan Yang Maha Kuasa dengan bedoa dan ditutup dengan salam.

Pembelajaran berlangsung dengan baik, lalu tugas guru untuk melakukan evaluasi dari pembelajaran tersebut dengan menganalisis hasil penilaian angket keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Sehingga guru dapat mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas XI Tata Busana dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

(14)

Refleksi

Secara umum dampaknya bagus dan cukup efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Dilihat dari respon siswa yang antusias dalam pembelajaran dengan metode diskusi dan model Problem Based Learning.

1. Keaktifan Belajar Siswa

Dari data yang diperoleh, kemudian dianalisis berdasarkan indikator tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa:

Pada kelas XI Tata Busana 1 diperoleh persentase keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning sebesar 94%.

(15)

2. Hasil Belajar Siswa

Dilihat dari hasil belajar siswa berikut ini:

Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa persentase ketuntasan belajar sebelum dilakukan aksi adalah 32% dan setelah dilakukan aksi persentase ketuntasan menjadi 79%.

(16)

Daftar Pustaka

H.J. Sriyanto. 2017. Mengobarkan Api Matematika. Sukabumi: CV Jejak Sunhaji. 2022. Pengembangan Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah/Madrasah. Banyumas: Zahira Media Publisher

Munhajul Ngabidin. 2021. Pembelajaran di Masa Pandemi, Inovasi Tiada Henti. Sleman: CV Budi Utama

Isrok’atun, Amelia Rosmala. 2018. Model-model Pembelajaran Matematika.

Jakarta: Bumi Aksama

Nana Sudjana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algessindo

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus II pendekatan pembelajaran kooperatif berbasis Group Investigation , dimulai dengan kegiatan pendahuluan. Pembelajaran diawali guru dengan membuka pembelajaran

Langkah-langkah dalam melaksana- kan eksperimen adalah: pada kegiatan pendahuluan: (a) guru menyiapkan pe- serta didik secara psikis dan fisik un- tuk mengikuti

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, guru perli menyusun RPP dengan

“untuk mempersiapkan perencanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yaitu RPP disusun dalam Kelompok Kerja Guru guru mata pelajaran

Kegiatan Pendahuluan Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pendahuluan adalah: 1 Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

Kegiatan pendahuluan Pada pelaksanaan kegiatan pendahuluan, guru/instruktur: 1 menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2 memberi

Kegiatan pendahuluan Hal yang dilakukan guru dalam kegiatan pendahuluan antara lain: a Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; b

1 Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib: a menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b memberi motivasi belajar