• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan pada Air Kolam Anaerob IPAL Industri Minyak Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan pada Air Kolam Anaerob IPAL Industri Minyak Kelapa Sawit"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

231

Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan pada Air Kolam Anaerob IPAL Industri Minyak Kelapa

Sawit

Gusnia Utamy 1), M. Hasbi 2), Eko Purwanto 2)

1,2Institusi/Afiliasi; alamat, telp/fax

1Program Sarjana, Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakutass Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

2Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau

e-mail: *gusnia.utamy97@gmail.com Abstrak

Bakteri penghasil biosurfaktan hidup di lingkungan yang mengandung minyak, salah satunya adalah air kolam anaerobik industri kelapa sawit. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2019 untuk menemukan bakteri penghasil biosurfaktan.

Pengambilan sampel dilakukan di PT. Eka Dura Indonesia, Desa Sei Manding, Kecamatan Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Kemudian sampel diisolasi dan diidentifikasi di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Provinsi Riau menggunakan metode biokimia dengan media tumbuh Blood Agar dan MacCount Key Agar. Berdasarkan hasil uji emulsifikasi, dua isolat bakteri dapat menghasilkan biosurfaktan, yaitu isolat F1 dan F2. Jenis bakteri tersebut adalah Enterobacter aerogenes (30%) dan Proteus mirabilis (36,7%). Bakteri Proteus mirabilis dengan indeks emulsifikasi tertinggi selanjutnya dianalisis menggunakan metode PCR 16S rDNA untuk mendapatkan strain bakteri dan sekuens DNA.

Kata kunci: Mikroorganisme, Pendegradasi Minyak, Proteus mirabilis, Urutan DNA, Biosurfaktan

Abstract

Biosurfactant-producing bacteria live in an environment that contains oil, one of which is the anaerobic pond water of the palm oil industry. The research was conducted in September-October 2019 to find biosurfactant producing bacteria. Sampling was conducted at PT. Eka Dura Indonesia, Sei Manding Village, Kunto Darussalam District, Rokan Hulu Regency, Riau Province. Then the samples were isolated and identified in the Riau Province Health and Environment Laboratory using biochemical methods withgrowth media Blood Agar and MacCount Key Agar. Based on the results of the emulsification test, two bacterial isolates could produce biosurfactants, namely isolates F1 and F2. These types of bacteria were Enterobacter aerogenes (30%) and Proteus mirabilis (36.7%). Bacteria Proteus mirabilis with the highest emulsification index were then analyzed using the PCR 16S rDNA method to obtain the bacterial strains and DNA sequences.

Keywords: Microorganisms, Oil degrading, Proteus mirabilis, DNA Sequence, Biosurfactant

(2)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

232

1. PENDAHULUAN

Provinsi Riau merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia dengan luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 2.703.199 ha dan produksi crude palm oil (CPO) sebanyak 8.113.852 ton per tahun. Proses pengolahan kelapa sawit yang menggunakan uap dan air panas akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair dari proses produksi kelapa sawit mengandung bahan organik serta minyak yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut pabrik kelapa sawit mengolah limbahnya menggunakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dengan sistem lagoon atau kolam-kolam perlakuan.

Teknik pengolahan limbah yang digunakan umumnya adalah metoda stabil biologis yang menggunakan mikroba. Teknik ini menggunakan beberapa kolam dengan kedalaman 3-5 meter. Air limbah dari pabrik kelapa sawit dengan kadar bahan organik yang tinggi dialirkan ke kolam-kolam perlakuan. Air limbah diurai secara anaerob menjadi gas karbon dan metan sehingga bahan organik yang terdapat pada air limbah menurun. Sehingga dapat dimanfaatkan menjadi pupuk untuk lahan perkebunan (Rois dan Haviza, 2017).

Selain dapat dijadikan sebagai pupuk lahan perkebunan, limbah cair industri minyak kelapa sawit juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai penghasil biosurfaktan. Biosurfaktan merupakan senyawa aktif permukaan yang disintesis oleh mikroba. Senyawa ini terdiri dari gugus hidrofilik dan hidrofobik dan memiliki kemampuan untuk menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan tegangan antar muka antara dua fase yang berbeda serta meningkatkan stabilitas emulsi (Kurniati, 2016). Biosurfaktan merupakan surfaktan alami yang dihasilkan oleh bakteri yang mampu mendegradasi kandungan minyak pada tanah maupun air (Reningtyas et al., 2015). Bakteri penghasil biosurfaktan menjadikan minyak sebagai sumber energi dan karbon alami (Kurniati et al., 2016).

Oleh karena itu, IPAL industri minyak kelapa sawit berpotensi sebagai sumber bakteri penghasil biosurfaktan. Menurut Parra dalam Riupassa et al.

(2013), bakteri penghasil biosurfaktan banyak ditemukan pada lingkungan yang tercemar minyak maupun lemak. Sebagaimana diketahui minyak yang terkandung dalam limbah cair proses produksi kelapa sawit sekitar 0,5-1%

(Nursanti et al, 2013). Sebab tidak semuanya terambil pada proses screening sehingga unit-unit IPAL masih terdapat kandungan minyak yang tinggi.

Beberapa bakteri penghasil biosurfaktan yang telah diteliti oleh Kurniati (2016), antara lain Micrococcus endophyticus, Pseudomonas stutzeri, Stenotrophmonas acidaminiphila, Bacillus pumilus, Ochrobactrum intermedium, Ochrobactrum tritici, Gordonia cholesterolivorans, Bacillus subtilis dan Micrococcus yunnanensis.

Sampai saat ini masih sedikit laporan mengenai bakteri penghasil biosurfaktan dari kolam IPAL industri kelapa sawit khususnya di Provinsi Riau.

Maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada air limbah kolam anaerob IPAL industri minyak kelapa sawit, diduga terdapat bakteri penghasil biosurfaktan di lingkungan tersebut. Sehingga dapat digunakan untuk mengatasi pencemaran limbah minyak di perairan.

(3)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

233

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2019.

Pengambilan sampel dilakukan pada air limbah kolam anaerob pada IPAL industri minyak sawit PT. Eka Dura Indonesia Desa Sei Manding Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Isolasi dan identifikasi bakteri dilakukan di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Provinsi Riau dan untuk isolasi DNA dilakukan di Laboratorium Genetika, Fakultas Kimia, Universitas Riau. Setelah dicetak sampel dikirim ke PT.

Genetika Science, Jakarta Barat untuk dilakukan identifikasi bakteri menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction) 16S rDNA.

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel

Penentuan lokasi pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dimana titik pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dengan adanya kandungan minyak pada permukaan air kolam IPAL. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada lima titik berbeda. Sampel dimasukkan ke dalam botol kaca dengan volume 150 ml kemudian dimasukkan ke dalam cool box.

Isolasi Bakteri

Sampel air limbah sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam botol yang berisi media pengayaan yaitu BHI (Brain-Heart Infusion). Kemudian masing-masing botol kaca yang telah berisi sampel dan media diinkubasi dalam shaker incubator pada suhu ruang dengan kecepatan 200 rpm selama 24 jam. Setelah itu dilakukan pengenceran secara aseptic (steril) dengan larutan NaCl (0,9%).

Sampel diambil sebanyak 1 ml dengan spuit dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan pengencer untuk mendapatan pengenceran 10-1. Hal ini dilakukan sampai membentuk pengenceran 10-6.

Sampel pada pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 kemudian ditumbuhkan pada media Blood Agar dan MacCount Key Agar menggunakan metode streak plate dan dilakukan pengulangan sampai tiga kali. Sampel yang telah digoreskan kemudian diinkubasi selama 24 jam hingga bakteri tumbuh. Setelah tumbuh jenis koloni bakteri diamati berdasarkan warna dan bentuk koloni yang dihasilkan pada media. Kemudian koloni yang berbeda diambil satu per satu untuk digoreskan lagi ke media MacCount Key Agar. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali hingga diperoleh bakteri murni.

Emulsifikasi Bakteri

Isolat murni diambil 1 ose kemudian ditumbuhkan pada 50 ml media BHI (Brain-Heart Infusion). Selanjutnya 4 ml inokulum dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 4 ml minyak sawit dan di vortex selama 2 menit.

Kemudian dibiarkan selama 24 jam dan diukur tinggi busanya. Indeks emulsifikasi dihitung menggunakan rumus Cooper and Goldenberg (1987).

IE (24) =

(4)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

234

Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan secara biokimia dan PCR (Polymerase Chain Reaction) 16S rDNA. Uji biokimia yang dilakukan antara lain; pewarnaan gram, uji katalase, uji oksidase, SIM, TSIA.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Kualitas Air

Parameter lingkungan yang digunakan sebagai data penelitian ini ada 3, yaitu: suhu, pH dan minyak lemak. Berikut adalah hasil pengukuran kualitas perairan yang diukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kualitas Air Kolam Anaerob

No Parameter Satuan Keterangan

1 Suhu °C 34

2 pH - 7

3 Lemak Minyak µg/L 265

Hasil pengukuran suhu pada air kolam anaerob adalah 34°C (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang terdapat pada air kolam anaerob merupakan jenis bakteri Mesofilik, yaitu bakteri yang hidup pada suhu kamar.

Suhu ini merupakan suhu yang mendukung untuk kehidupan bakteri penghasil biosurfaktan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sopiah et al. (2011) yang mengatakan, pengaruh suhu terhadap aktivitas biosurfaktan untuk mengemulsikan senyawa hidrofobik tidak memberikan efek negatif, sehingga biosurfaktan mampu mengemulsikan senyawa hidrofobik baik pada suhu kamar maupun suhu 80°C.

Nilai derajat keasaman (pH) pada air kolam anaerob yaitu 7 sehingga tergolong normal dan baik bagi kelangsungan hidup bakteri. Nilai pH yang didapatkan menunjukkan bahwa air pada kolam bersifat netral, yang dapat mendukung kehidupan bakteri penghasil biosurfaktan. Pertumbuhan bakteri penghasil biosurfaktan yang baik yaitu pada pH 6,8 - 7,2. Suasana asam dan alkalis tidak baik bagi pertumbuhan bakteri penghasil biosurfaktan (Hasbi dan Tabrani, 2006).

Hasil pengukuran kadar minyak dan lemak pada air kolam anaerob diperoleh 265 mg/L. Kadar minyak yang terdapat pada air kolam limbah anaerob dimanfaatkan oleh bakteri sebagai makanannya. Dalam prosesnya, sebelum bakteri memakan minyak yang ada di lingkungannya, bakteri tersebut menghasilkan surfactant. Surfactant merupakan sejenis enzim yang dapat menyatukan air dan minyak. Setelah air dan minyak menyatu, kemudian bakteri tersebut memakan minyak, ditandai dengan terpecah-pecahnya gumpalan minyak menjadi pertikel yang lebih kecil (Sari et al., 2010).

Isolasi Bakteri

Dari keenam media Blood Agar dan MacConkey Agar ditemukan beberapa bakteri yang tumbuh pada media. Pada media Blood Agar pengenceran I-4 ditemukan dua isolat bakteri yang berbeda dan ditemukan masing-masing satu isolat bakteri pada pengenceran I-5 dan I-6. Pada media MacConkey Agar ditemukan satu isolat bakteri pada setiap pengenceran. Kemudian hasil subkultur

(5)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

235

bakteri pada media Blood Agar dan MacConkey Agar dipindahkan ke dalam media bening TSA (Trypticase Soy Agar) untuk mempermudah pengamatan secara visual, sehingga dapat melihat perbedaan dengan jelas dari setiap isolat sesuai bentuk, warna, elevasi dan tepian dari isolat tersebut.

Tabel 2. Isolat Bakteri Murni

Dari beberapa isolat bakteri yang telah ditemukan terdapat tiga karakteristik isolat bakteri yang berbeda, kemudian masing-masing isolat bakteri diberi nama F1, F2 dan F3.

Uji Emulsifikasi

Uji emulsifikasi bertujuan untuk menentukan apakah bakteri tersebut menghasilkan biosurfaktan atau tidak. Hasil uji emulsifikasi yang telah dilakukan pada ketiga isolat, diketahui terdapat dua jenis bakteri penghasil biosurfaktan, yaitu isolat F1 dan F2 ditandai dengan adanya lapisan busa yang terbentuk di dalamnya. Sedangkan isolat F3 tidak menghasilkan biosurfaktan karena tidak membentuk lapisan busa. Adapun histogram indeks emulsifikasi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Histogram Indeks Emulsifikasi

Uji emulsifikasi merupakan proses percampuran antara dua benda cair yang tidak dapat bercampur dengan bantuan agen emulsifikasi (surfaktan), sehingga dapat dijadikan salah satu standar dalam menguji kemampuan surfaktan. Diketahui indeks emulsifikasi pada isolat F1 sebesar 30% dan isolat F2 sebesar 36,7%. Menurut Purnomohadi (2010), bakteri yang menghasilkan biosurfaktan adalah memiliki indeks emulsifikasi berkisar antara 30% sampai 80%. Hal ini menujukkan bahwa nilai indeks emulsifikasi pada kedua bakteri

No Gambar Bentuk Warna Tepian Elevasi

1 Bulat tak

beraturan Putih pekat Berbenang Cembung

2 Tak

beraturan Putih pekat Berbenang Cembung

3 Bulat

beraturan

Putih

kekuningan Licin Datar

(6)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

236

yang ditemukan tergolong rendah. Menurut Gozan et al. (2014), sifat surfaktan yang paling baik didapatkan dari indeks emulsifikasi paling besar. Semakin besar indeks emulsifikasi yang dihasilkan maka akan semakin besar kemampuan bakteri tersebut dalam mendegradasi limbah minyak.

Perbedaan nilai indeks emulsifikasi yang dihasilkan oleh kedua isolat disebabkan oleh perbedaan kemampuan masing-masing bakteri dalam mendegradasi minyak. Oleh karena itu, biosurfaktan yang dihasilkan oleh kedua isolat dapat memiliki kualitas dan kuantitas yang berbeda. Hal ini sesuai pernyataan Kurniati (2016), kemampuan setiap isolat dalam mendegradasi minyak berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi biosurfaktan yang dihasilkan oleh masing-masing isolat.

Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri dilakukan dengan dua cara yaitu identifikasi biokimia dan identifikasi dengan metode PCR untuk mendapatkan strain dan DNA bakteri.

Identifikasi Biokimia

Identifikasi biokimia merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi suatu bakteri yang dilihat dari sifat-sifat fisiologinya. Identifikasi menggunakan metode uji biokimia dilakukan dengan merujuk pada buku Atlas Berwarna Mikrobiologi Kedokteran Hart dan Shears (1997).

Tabel 3. Hasil Uji Biokimia

Uji Biokimia

Kode Sampel Hart dan Shears (1997)

F1 F2 Enterobacter aerogenes Proteus mirabilis

Gram - - - -

Katalase + + + +

Oksidase - - - -

TSIA K/K M/M K/K M/M

Sulfida - + - +

Indol - - - -

Motilitas + + + +

Simon Citrat + + + +/-

Urease - + - +

Glukosa + + + +

Laktosa + - + -

Manitol + - + -

Maltosa + - + -

Sukrosa + + + +/-

Berdasarkan uji biokimia yang telah dilakukan dan dicocokkan dengan buku identifikasi didapatkan hasil bahwa isolat F1 merupakan bakteri Enterobacter aerogenes dan isolat F2 yaitu bakteri Proteus mirabilis.

Bakteri Enterobacter aerogenes dengan ciri-ciri pada pewarnaan gram merupakan gram negatif batang, katalase positif, oksidase negatif dan pada uji biokimia TSIA basa/basa, SIM (terdapat H2S, indol negatif dan motiliti positif),

(7)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

237

simon sitrat positif, urea negatif dan pada uji gula-gula bakteri tersebut mampu memfermentasi glukosa, laktosa, manitol, maltosa, sukrosa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Sayuti (2016), bakteri Enterobacter mampu memfermentasikan laktosa dan sukrosa serta tidak menghasilkan gas pada saat fermentasi karbohidrat, menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon dan energi serta bersifat motil. Komala et al. (2012) juga menyatakan bakteri Enterobacter berbentuk batang, bergerak dengan peritrichously flagella, dapat membentuk endospora, respirasi secara fakultatif anaerob dengan rentang suhu pertumbuhan 10-45°C.

Bakteri ini hidup dengan baik pada suhu sekitar 30-37°C (Fatmawali et al., 2009) dan hidup dengan baik pada pH 7-8 (Sastrawidana, 2011). Penelitian Yona (2019), menemukan E. aerogenes yang diisolasi dari IPAL industri minyak kelapa sawit PT. SAI sebagai bakteri penghasil biosurfaktan dengan indeks emulsifikasi sebesar 41,6%. Penelitian (Nurjannah et al., 2017) juga mendapatkan Enterobacter sebagai pendegradasi minyak solar yang ditemukan pada perairan Pelabuhan Tanjung Perak dengan indeks emulsifikasi sebesar 66,17%. Hal ini membuktikan bahwa, bakteri E. aerogenes dapat mendegradasi limbah minyak di perairan. Namun, penelitian Yona dan Nurjannah memperoleh indeks emulsifikasi lebih tinggi dibandingkan indeks emulsifikasi yang ditemukan pada air limbah anaerob PT. EDI. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah keberadaan senyawa hidrofobik dan senyawa hidrofilik, pH, suhu dan komponen ataupun molekul biosurfaktan itu sendiri (Kosaric, 1992).

Bakteri Proteus mirabilis dengan ciri-ciri pada pewarnaan gram merupakan gram negatif batang pendek, katalase positif, oksidase negatif dan pada uji biokimia TSIA asam/asam, SIM (tidak terdapat H2S, indol negatif dan motiliti positif), simon sitrat positif, urea positif dan pada uji gula-gula bakteri tersebut mampu memfermentasi glukosa dan sukrosa, tetapi tidak mampu memfermentasi laktosa, manitol, maltosa. O’hara et al. (2000) mengatakan Proteus mirabilis umumnya memfermentasi xilosa, namun tidak memfermentasi laktosa, manitol, dulsitol, adonitol, sorbitol, arabinosa dan rhamnosa. Uji oksidase negatif, uji urease positif dan uji lisin dekarboksilase negatif. Proteus mirabilis memberi reaksi positif terhadap uji sitrat dan ornithine dekarboksilase serta menghasilkan hidrogen sulfide. Bakteri ini biasa muncul secara alami di usus manusia, berbagai macam hewan, di kotoran, tanah, dan perairan yang tercemar. Berdasarkan penelitian Manurung (2019) bakteri Proteus sp. juga ditemukan sebagai penghasil biosurfaktan pada perairan Desa Mengkapan Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau. Hal ini didukung oleh penelitian Yolanda (2019) dan Yona (2019) yang menemukan bakteri P.

mirabilis di air dan lumpur kolam anaerob IPAL industri minyak kelapa sawit PT. SAI, yang dengan nilai indeks emulsifikasi masing-masing sebesar 46,6%

dan 43,3%.

Identifikasi PCR 16s rDNA

Identifikasi dilakukan pada bakteri Proteus mirabilis dikarenakan pada bakteri ini diperoleh hasil emulsifikasi tertinggi dari semua isolat bakteri.

Adapun tujuan dilakukan identifikasi dengan metode PCR yaitu untuk

(8)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

238

memperoleh rangkaian DNA dan perbedaan nyata diperlihatkan berdasarkan persentase diperoleh beberapa strain Proteus mirabilis.

Tabel 4. Kode DNA Bakteri Proteus mirabilis

Keterangan: A= Adenin, G = Guanin, C = Sitosin dan T = Timin

Dari rangkaian DNA yang didapat kemudian dibandingkan dengan kode BLAST dan didapatkan hasil spesies Proteus mirabilis strain FUA1240 dengan total score 2769 dengan maximum score 2769 berarti tingkat homogenitasnya sudah mencapai angka tertinggi sehingga sesuai dengan hasil pada Query Cover 100% yang berarti antara Query dengan sekuen database tersejajarkan (Miller, 1990) kemudian dengan E-value 0,0 menunjukkan bahwa sekuen terebut identik (Claverie, 2003).

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada air kolam anaerob IPAL industri minyak kelapa sawit PT. Eka Dura Indonesia didapatkan dua jenis bakteri penghasil biosurfaktan, yaitu Enterobacter aerogenes dan Proteus mirabilis dengan indeks emulsifikasi masing-masing 30% dan 36,7%. Bakteri Proteus mirabilis dengan indeks emulsifikasi terbesar dianalisis dengan metode PCR 16S rDNA dan didapatkan jenis Proteus mirabilis strain FUA1240.

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan terhadap bakteri yang telah ditemukan untuk mengetahui kemampuan bakteri tersebut dalam mendegradasi limbah minyak di perairan.

Kode Penamaan Bakteri dan Visualisasi

DNA

Kode DNA

Pm_1430pb

TGCAGTCGAGCGGTAACAGGAGAAAGCTTGCTTTCTT GCTGACGAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGTATGGGG ATCTGCCCGATAGAGGGGGATAACTACTGGAAACGG TGGCTAATACCGCATAATGTCTACGGACCAAAGCAGG GGCTCTTCGGACCTTGCACTATCGGATGAACCCATAT GGGATTAGCTAGTAGGTGGGGTAAAGGCTCACCTAG GCGACGATCTCTAGCTGGTCTGAGAGGATGATCAGCC ACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGG AGGCAGCAGTGGGGAATATTGCACAATGGGCGCAAG CCTGATGCAGCCATGCCGCGTGTATGAAGAAGGCCTT AGGGTTGTAAAGTACTTTCAGCGGGGAGGAAGGTGA TAAGGTTAATACCCTTATCAATTGACGTTACCCGCAG AAGAAGCACCGGCTAACTCCGTGCCAGCAGCCGCGG TAATACGGAGGGTGCAAGCGTTAATCGGAATTACTGG GCGTAAAGCGCACGCAGGCGGTCAATTAAGTCAGAT GTGAAAGCCCCGAGCTTAACTTGGGAATTGCATCTGA AACTGGTTGGCTAGAGTCTTGTAGAGGGGGGTAGAAT TCCATGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGAGATGTGGAGG AATACCGGTGGCGAAGGCGGCCCCCTGGACAAAGAC TGACGCTCAGGTGCGAAAGCGTGGGGAGCAAACAGG ATTAGATACCCTGGTAGTCCACGCTGTAAACGATGTC GATTTAGAGGTTGTGGTCTTGAACCGTGGCTTCTGGA GCTAACGCGTTAAATCGACCGCCTGGGGAGTACGGCC GCAAGGTTAAAACTCAAATGAATTGACGGGGGCCCG CACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGATGCAAC GCGAAGAACCTTACCTACTCTTGACATCCAGCGAATC CTTTAGAGATAGAGGAGTGCCTTCGGGAACGCTGAGA CAGGTGCTGCATGGCTGTCGTCAGCTCGTGTTGTGAA ATGTTGGGTTAAGTCCCGCAACGAGCGCAACCCTTAT CCTTTGTTGCCAGCACGTAATGGTGGGAACTCAAAGG AGACTGCCGGTGATAAACCGGAGGAAGGTGGGGATG ACGTCAAGTCATCATGGCCCTTACGAGTAGGGCTACA CACGTGCTACAATGGCAGATACAAAGAGAAGCGACC TCGCGAGAGCAAGCGGAACTCATAAAGTCTGTCGTAG TCCGGATTGGAGTCTGCAACTCGACTCCATGAAGTCG GAATCGCTAGTAATCGTAGATCAGAATGCTACGGTGA ATACGTTCCCGGGCCTTGTACACACCGCCCGTCACAC CATGGGAGTGGGTTGCAAAAGAAGTAGGTAGCTTAA CCTTCGGGAGGGCGCTTACCACTTTGTGATTCATGAC TGGGGTGAAGT

(9)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

239

DAFTAR PUSTAKA

Claverie, J. M. and C. Notredame. 2003. Bioinformatics for Dummies. Wiley Publishing. United States.

Cooper, D. G., Macdonald, S. J. Duff and N. Kosaric. 1981. Enhanced production of surfactin from Bacillus subtilis by Continuous Product removal and metal cation additions. Apllied and Environmental Microbiology. 42(3): 408-412.

Fatmawali, B. Kepel, I. Yusuf, R. Natsir dan F. Baharuddin. 2009. Populasi Bakteri pada Tanah Bekas Buangan Limbah Merkuri Tambang Emas di Kabupaten Bolaang Mongondow: Penelitian Pendahuluan. Jurnal Kedokteran Yarsi 17(2): 134-141.

Gozan, M., I. N. Fatimah., C. Nanda dan A. Haris. 2014. Produksi Biosurfaktan oleh Pseudomonas aeruginosa dengan Substrat Limbah Biodiesel Terozonasi untuk Peningkatan Perolehan Minyak Bumi. Journal of Agro- based Industry. 31(2): 39-44.

Hart, T. dan P. Shears. 1997. Atlas Bewarna Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Hipokrates. Jakarta.

Hasbi, M dan G. Tabrani. 2006. Meningkatkan Produksi Biosurfaktan Bakteri Bacillus maceran Strain TS9-8 dengan Perlakuan Faktor Lingkungan (pH, Suhu dan Suplai Oksigen). Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo dan Petrokimia Indonesia. Universitas Riau.

Komala, P. S., D. Helard dan D. Delimas. 2012. Identifikasi Mikroba Anaerob Dominan pada Pengolahan Limbah Cair Pabrik Karet dengan Sistem Multi Soil Layering (MSL). Jurnal Teknik Lingkungan UNAND. 9(1): 74-88.

Kosaric, N. 1991. Biosurfactants in Industry. Pure and Applied Chemical Journals. 64(11): 1731-1737.

Kurniati, T. H. 2016. Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Lingkungan Tercemar Limbah Minyak dan Potensinya dalam Mendegradasi Hidrokarbon Aromatic Polisiklik (HAP). Disertasi. Program Studi Mikrobiologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak Diterbitkan).

Manurung, M. N. K. 2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan pada Sedimen di Perairan Desa Mengkapan Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Provinsi Riau. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan.

Universitas Riau. (Tidak Diterbitkan).

Miller, B. M. and W. Litsky. 1990. Industrial Microbiology. McGraw Hill.

California.

Nurjannah, I., Mauludiyah dan M. Munir. 2017. Potensi Degradasi Minyak Solar oleh Bakteri Hidrokarbonoklastik di Perairan Pelabuhan Tanjung Perak.

Journal of MRCM 1(1): 31-37.

(10)

Jurnal Sumberdaya dan Lingkungan Akuatik Vol.2, No.1, April 2021 e-ISSN: 2722-6026

240

Nursanti, I. 2014. Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Kolam Pengasaman dengan Menggunakan Mineral Zeolit. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 14(4): 93-97.

O’Hara, C. M., F. W. Brenner and J. M. Miller. 2000. Classification, Identification, and Clinical Significance of Proteus, Providencia, and Morganella. Clin Microbiol Rev. 13(4): 534-546.

Purnomohadi, A. 2010. Potensi Antibakteri dan Analisis Emulsifikasi Biosurfaktan dari Isolat Bakteri Lokal. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. (Tidak Diterbitkan).

Reningtyas, R., Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Eksergi. 12(2): 12-22.

Riupassa, R. M. 2011. Isolasi dan Karakteristik Bakteri Penghasil Biosurfaktan Asal Limbah Rumah Potong Ayam Tradisional di Kota Malang. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Brawijaya. (Tidak Diterbitkan).

Rois, M. dan H.Fresillia. 2017. Strategi Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di PT. AMP Plantation Jorong Tapian Kandih Nagari Salareh Aia Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Tunas Geografi. 6(2): 116-123.

Sari, M., F. Afiati dan W. Sharyoto. 2015. Potensi Bakteri Lumpur Minyak sebagai Penghasil Biosurfaktan dan Antimikroba. PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON. 1(1): 85-88.

Sastrawidana, I. D. K. 2011. Studi Perombakan Zat Warna Tekstil Remazol Red RB secara Aerob Menggunakan Bakteri Enterobacter aerogenes yang Diisolasi dari Lumpur Limbah Tekstil. Jurnal Kimia. 5(2): 117-124.

Sayuti, I. 2016. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Limbah Minyak Bumi dari Perairan Pelabuhan Sungai Duku Kota Pekanbaru sebagai Rancangan Modul Pembelajaran Biologi SMA. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau. (Tidak Diterbitkan).

Sopiah, N., Mulyono dan S. Sulistia. 2011. Kajian Potensi Biosurfaktan Isolat Bakteri Terseleksi untuk Dimanfaatkan dalam Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi. Ecolab. 5(1): 1-44.

Yolanda, N. 2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan di Air Limbah Kolam Anaerob pada IPAL Industri Minyak Sawit. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. (Tidak Diterbitkan).

Yona, L. 2019. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Lumpur Kolam Anaerob pada IPAL Industri Minyak Sawit. Skripsi.

Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. (Tidak Diterbitkan).

Referensi

Dokumen terkait

Prognosis pasien ini baik, karena walaupun saat kehamilan ibu pasien mengeluh berbagai gejala yaitu ibu pasien merasa pertumbuhan kehamilannya yang lebih cepat

Jika dilihat dari konsep pemupukan (5T) yaitu: tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis, tepat cara, dan tepat kualitas dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa petani belum

A migráció tehát lehet az államhatár átlépése függvényében külső vagy belső, a  mozgás iránya szerint kifelé vagy befelé irányuló, a  résztvevők számát

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Shao Ming [6] melakukan reaksi kondensasi aldol antara furfural dan aseton dengan katalis 20% MgO/NaY menggunakan pelarut

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu

Jumlah jam kerja yang akan digunakan untuk setiap tingkat keterampilan kemudian ditentukan dengan menambahkan waktu yang dibutuhkan untuk untuk melakukan

Syamsul Alam Paturusi, MSP., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan dukungan, bimbingan, masukan dan saran, serta semangat kepada penulis untuk menyusun laporan