• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Melalui Program Verbal Imitation pada Anak yang Mengalami Keterlambatn Bicara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Melalui Program Verbal Imitation pada Anak yang Mengalami Keterlambatn Bicara."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Melalui Program Verbal Imitation pada Anak yang Mengalami Keterlambatan Bicara. Penelitian ini dilatarbelakangi fenomena semakin banyak anak yang mengalami keterlambatan bicara sedangkan kemampuan bicara merupakan salah satu kemampuan yang paling penting dalam kehidupan anak. Maksud penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif melalui program verbal imitation pada anak yang mengalami keterlambatan bicara. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh program verbal imitation yang teruji untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak yang mengalami keterlambatan bicara.

Subjek penelitian ini adalah 2 anak yang mengalami keterlambatan bicara, Keduanya laki-laki berusia 39 bulan dan 44 bulan. Alat ukur yang digunakan adalah milestone perkembangan bicara dan bahasa yang diadaptasi dari Hendrick, Prather, &.Tobin (1975, 1984) Sequenced Inventory of Communication Development; Rossetti (1990), The Rossetti Infant-Toddler Language Scale, dan Zimmerman, Steiner, & Pond (2002) Preschool Language Scale. Validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik expert validity.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek menunjukkan peningkatan kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan bahasa ekspresif subjek I meningkat dari 83,5 menjadi 90,6 yaitu kemampuan bahasa ekspresif anak berada di taraf rata-rata. Kemampuan bahasa ekspresif subjek II meningkat dari 66,67 menjadi 75,89 yaitu kemampuan bahasa ekspresif anak masih berada di taraf bawah rata-rata namun mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya. Subjek I mampu menguasai 95,75% dari keseluruhan materi program dan subjek II mampu menguasai 75,49% dari keseluruhan materi.

(2)

v

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This study, titled Increase Expressive Language Skills Through Verbal Imitation Program for Children with Speech Delay. This research is motivated by phenomenon of increasing number of children who have delays in speech, while speech is one of the most important abilities in a child's life. The intent of this study is to improve the expressive language skills through verbal imitation program. The purpose of this study was to obtain verbal imitation proven program to improve the language skills of children who delays in expressive language skills.

The subjects were two children who have delays in speech, both males aged 39 months and 44 months. Measuring instruments used are speech and language development milestones adapted from Hendrick, Prather, and .Tobin (1975, 1984) Sequenced Inventory of Communication Development; Rossetti (1990), The Rossetti Infant-Toddler Language Scale, and Zimmerman, Steiner, & Pond (2002) Preschool Language Scale. The validity of the measuring instrument is conducted by using expert validity.

Results of showed that both subjects showed an increase in expressive language skills. Expressive language skills subjects I, increased from 83.5 to 90.6. Expressive language skills subject II, increased from 66.67to 75.89. Subject I was able to master 95.75% of the overall material and subject II able to master 75.49% of the overall material in the verbal imitation program

(3)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Lembar Orisinalitas Laporan Penelitian... ii

Lembar Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi... viii

Daftar Bagan ... xii

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah ... 1

1. 2 Identifikasi Masalah ... 10

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1. 3. 1 Maksud Penelitian ... 10

1. 3. 2 Tujuan Penelitian ... 11

1. 4 Kegunaan Penelitian... 11

1. 4. 1 Kegunaan Teoretis ... 11

1. 4. 2 Kegunaan Praktis ... 11

(4)

ix

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN TEORETIS

2. 1 Bahasan Teoretis ... 13

2. 1. 1 Bahasa ... 13

2. 1. 1. 1 Pemerolehan Bahasa Anak ... 14

2.1.1.1.1 Teori Behavior ... 15

2. 1. 1. 2 Strategi Pemerolehan Bahasa ... 16

2. 1. 1. 3 Perkembangan Bahasa Anak ... 17

2. 1. 1. 4 Perkembangan Bahasa Ekspresif ... 22

2. 1. 1. 5 Masalah Bahasa dan Implikasinya ... 23

2. 1. 1. 6 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa ... 24

2. 1. 1. 7 Mengevaluasi Kemampuan Bahasa ... 25

2. 1. 2 Behavior Modification ... 28

2. 1. 3 Verbal ImitationImitation of Sounds and Words ... 29

2. 1. 3. 1 Fase- fase dalam Program Verbal Imitation... 30

2. 2 Kerangka Pemikiran ... 41

2. 3 Asumsi Penelitian... 49

2. 4 Hipotesis Penelitian ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian ... 50

3. 2 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional ... 51

3. 2. 1 Variabel Penelitian ... 51

(5)

3. 2. 3 Definisi Operasional Kemampuan Bahasa Ekspresif ... 52

3. 2. 4 Definisi Konseptual Program Verbal Imitation ... 52

3. 2. 5 Definisi Operasional Program Verbal Imitation ... 53

3. 2. 5. 1 Sesi dalam Program Verbal Imitation ... 55

3. 3 Alat Ukur ... 61

3. 3. 1 Data Utama... 61

3. 3. 2 Validitas Alat Ukur ... 63

3. 3. 3 Data Penunjang ... 63

3. 4 Karakteristik Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 64

3. 4. 1 Karakteristik Populasi ... 64

3. 4. 2 Teknik Pengambilan Sampel... 65

3. 5 Pengolahan Data... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Kasus ... 66

4. 1. 1 Kasus Subjek I ... 66

4. 1. 1. 1 Identitas ... 66

4. 1. 1. 2 Riwayat Keluhan Keterlambatan Bicara Subjek I ... 67

4. 1. 1. 3 Status Praesens Subjek I ... 71

4. 1. 1. 4 Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek I ... 72

4. 1. 1. 5 Hasil Penguasaan Materi Program Verbal Imitation Subjek I ... 73

(6)

xi

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

4. 1. 2. 1 Identitas ... 88

4. 1. 2. 2 Riwayat Keluhan Keterlambatan Bicara Subjek II ... 89

4. 1. 2. 3 Status Praesens Subjek II ... 91

4. 1. 2. 4 Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek II ... 92

4. 1. 2. 5 Hasil Penguasaan Materi Program Verbal Imitation Subjek II ... 93

4. 2 Pembahasan ... 106

4.3 Diskusi ... 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan Penelitian ... 116

5. 2 Saran Penelitian ... 117

5. 2. 1 Saran Teoretis ... 117

5. 2. 2 Saran Guna Laksana ... 118

(7)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 Kerangka Pemikiran Bagan 3. 1 Rancangan Penelitian

Bagan 4.1 Skor Kemampuan Bahasa Ekspresif sebelum dan sesudah program verbal imitation Subjek I

(8)

xiii

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Milestone Perkembangan Bahasa Ekspresif Tabel 3. 1 Penilaian Fase I

Tabel 3. 2 Penilaian Fase II Tabel 3. 3 Penilaian Fase III Tabel 3. 4 Penilaian Fase IV

Tabel 3. 5 Kriteria Penguasaan Materi Program Verbal Imitation Tabel 3. 6 Norma Kemampuan Bahasa Ekspresif

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Program Verbal Imitation

Lampiran B.1 Alat Ukur Kemampuan Bahasa Ekspresif

Lampiran B.2 Panduan Pengetesan Kemampuan Bahasa Ekspresif

Lampiran C Hasil Tes Kemampuan Bahasa Ekspresif Sebelum dan Sesudah Program Verbal Imitation Subjek I dan II

Lampiran D.1 Hasil Program Verbal Imitation per Sesi Subjek I Lampiran D.2 Hasil Program Verbal Imitation per Sesi Subjek I

Lampiran E Hasil Evaluasi Program Verbal Imitation Subjek I dan II

(10)

1

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa anak-anak merupakan salah satu masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan seorang individu, terutama pada saat seorang anak memasuki masa usia keemasan yaitu pada usia 1 – 5 tahun. Pada masa ini kondisi fisik dan otak anak sedang dalam masa pertumbuhan terbaik, dan masa ini merupakan masa yang paling baik untuk mengoptimalkan seluruh potensi yang dimiliki anak pada setiap aspek perkembangannya. Kemampuan bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang mendapat perhatian utama karena bahasa akan selalu digunakan anak sepanjang waktu. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan orang tua, teman, saudara, guru, dan orang lain. Bahasa juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kemampuan akademis seperti membaca, mengeja, menulis, dan berhitung.

(11)

2

ekspresif yang merujuk pada produksi bicara atau menghasilkan ujaran yang bertujuan untuk menyampaikan gagasan kepada orang lain.

Kemampuan bahasa dasar muncul di usia 3 tahun pertama kehidupan dimana anak diharapkan mampu mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang dapat dimengerti dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Jika anak belum menguasai komunikasi ekspresif pada masa ini, hal ini merupakan tanda adanya masalah perkembangan bahasa (Bzoch & League, 1970). Keterlambatan bicara merupakan istilah yang dipakai untuk menyebut masalah bahasa pada anak-anak pra-sekolah yang memiliki perkembangan yang normal. Anak dikatakan mengalami keterlambatan bicara bila perkembangan bahasanya berada di bawah perkembangan bicara anak seusianya. Anak yang mengalami keterlambatan bicara memiliki perkembangan bicara yang sama dengan anak pada umumnya, yaitu tetap mengikuti pola atau urutan yang sama, tetapi perkembangannya lebih lambat dibandingkan anak seusianya sehingga kemampuan bicaranya setara dengan anak yang usia kronologisnya lebih muda darinya (Ansel, Landa, & Stark-Selz, 1994).

(12)

3

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Misalnya jika anak berusia 25 bulan bicara dengan menggunakan satu kata dan baru beberapa kata yang ia kuasai, hal ini setara dengan perkembangan bicara anak usia 12 – 18 bulan, maka dapat dikatakan bahwa anak ini mengalami keterlambatan bicara atau bahasa ekspresif. Jika anak tersebut juga tidak menggunakan gesture atau tidak melakukan kontak mata dalam berkomunikasi, maka dapat dikatakan bahwa anak mengalami perkembangan yang menyimpang karena kontak mata seharusnya sudah mulai muncul di periode bayi (Capone, 2008).

Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : jenis kelamin, anggota keluarga yang memiliki riwayat mengalami masalah bahasa, status sosial-ekonomi yang rendah, dan anak mengalami masalah pendengaran. Campbell dan rekannya (2003) melakukan penelitian terhadap 100 anak yang berusia 3 tahun yang mengalami keterlambatan bicara, hasilnya anak berjenis kelamin laki-laki, memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan bicara, dan berasal dari keluarga dengan status sosial-ekonomi rendah, 7,71 kali memiliki kemungkinan untuk mengalami keterlambatan bahasa ekspresif dibandingkan anak yang tidak memiliki faktor-faktor ini .

(13)

4

tahun 2006 menunjukkan dari 1125 jumlah kunjungan pasien terdapat 10,13% anak yang didiagnosa keterlambatan bicara. Penelitian Wahjuni (1998) di kelurahan Paseban Jakarta Pusat menemukan bahwa 9,3% dari 214 anak berusia di bawah 3 tahun mengalami keterlambatan bicara. Di Poliklinik Tumbuh Kembang Anak RSUP Dr. Kariadi pada tahun 2007 terdapat 100 anak (22,9%) dari 436 pasien yang mengalami gangguan bicara dan bahasa (dalam Safitri, 2013). Keterlambatan bicara juga ada di urutan kedua masalah terbanyak di Klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya pada tahun 2005 yaitu 190 anak dari 687 anak (dalam Irmawati dan Listyandarini, 2005).

(14)

5

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Penelitian juga mengindikasikan bahwa keterlambatan bicara dapat mempengaruhi pencapaian akademik (Aram 1984, Bishop 1990, Catts 1993, Tallal 1997, Baker, 1987) dan/atau berhubungan dengan masalah sosial, emosional, serta perilaku (Huntley 1988, Rice 1991, Rutter 1992, Cohen 2000, Stothard 1998). Selain itu anak yang mengalami masalah bicara juga dapat mengalami kesulitan jangka panjang sampai mereka remaja atau dewasa (Haynes 1991, Rescorla 1990) dengan 30 – 60% mengalami masalah membaca dan mengeja. Berdasarkan banyaknya kasus anak yang mengalami keterlambatan bicara dampaknya terhadap aspek sosial, psikologis anak serta keluarga, maka anak yang mengalami keterlambatan bahasa perlu mendapatkan penanganan sejak dini.

(15)

6

sehingga cuti sekolah selama 4 bulan untuk pengobatan. Dua anak lainnya mendapat diagnosa mengalami keterlambatan bicara dari psikolog.

Ketiganya merupakan anak laki-laki dan dari 3 anak tersebut, 2 anak berada di playgroup dan 1 anak di jenjang toddler. Anak yang pertama memiliki inisal J berusia 44 bulan dan berada di jenjang playgroup. Awal masuk sekolah J belum mampu menyebutkan kata-kata selain namanya, mommy dan daddy. Jika ia tidak mau melakukan sesuatu, ia akan pergi menghindar atau mendorong guru. J tampak lebih pasif dibandingkan temannya yang lain, ia lebih sering mengamati teman-temannya bermain. J mampu menyebutkan nama jika ditanya dan mengucapkan salam di semester 2 ini. Ia juga sudah mengetahui dan menyebutkan warna dan jenis kelaminnya. J sudah mengetahui kata kerja yang sehari-hari seperti makan, tidur, duduk. J mampu mengungkapkan penolakan jika ia tidak mau dengan mengatakan “ga” atau “no”. Saat ini J mengungkapkan apa yang ia maksud dan keinginannya dengan menggunakan kalimat yang terdiri dari dua kata, ia belum mampu menyusun kalimat yang lebih panjang. Namun walaupun ia sudah mampu mengungkapkan maksudnya dengan kata-kata, ia lebih banyak berkomunikasi menggunakan gesture disertai dengan mengucapkan “aaah” atau “uuuh”.

(16)

7

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha sendiri, jika ada temannya yang mengajaknya main bersama atau mengajak J berbicara saat bermain, J tetap asyik main sendiri. Biasanya ia bermain sambil mengeluarkan suara-suara seperti “aaah”, “ooo”, “iii”, tertawa, atau kata-kata yang tidak dapat dimengerti. Walaupun J sudah mengalami banyak kemajuan, namun kemampuan bicara J masih belum sesuai dengan kemampuan bicara anak seusianya.

Berikutnya, O berusia 39 bulan berada di jenjang toddler, Di semester 1 O sama sekali tidak mengeluarkan suara kecuali saat menangis. Di akhir semester 2 ia tampak mengalami kemajuan, menurut orangtua saat ini O mampu mengulang kata-kata dan sudah mengetahui nama-nama benda atau kata-kata kerja yang digunakan sehari-hari, namun O tidak mau mengucapkannya. O baru mau mengucapkan salam, mengetahui nama guru dan beberapa temannya di akhir semester 2. O sudah mengalami kemajuan dalam berinteraksi dengan temannya, ia masih belum mampu bermain bersama dengan temannya namun ia tampak mengamati temannya dan tersenyum melihat temannya bermain.

(17)

8

akan menangis. Dalam kegiatan menari dan menyanyi di sekolah biasanya O akan berdiri diam diantara teman-temannya.

Kemampuan komunikasi akan mempengaruhi semua area perkembangan (Lombardino & Vadreuil, 1998; Kaiser & Hester, 1994). Deteksi dan intervensi sejak dini akan dapat membantu anak-anak dalam mengatasi masalah keterlambatan bicara ini. Terdapat beberapa pendekatan intervensi untuk menangani anak yang mengalami keterlambatan bahasa, yaitu : (1) Responsive interaction yang biasanya dilakukan orang tua, tujuannya adalah menambah kosa kata anak dan meningkatkan keterampilan komunikasi anak dengan cara meningkatkan kualitas interaksi antara anak dengan orang tua, (2) Milieu Teaching yaitu teknik spesifik yang tujuannya mirip dengan responsive interaction namun bedanya responsive interaction menekankan pada mengajarkan sesuatu yang baru pada anak sedangkan milieu teaching lebih menekankan pada memperluas apa yang sudah diketahui oleh anak, (3) Direct Teaching yang memiliki karakteristik menggunakan prompt dan reinforcement spesifik, pemberian instruksi, dan menggunakan analisis tugas untuk membagi keterampilan yang menjadi target menjadi langkah-langkah yang mudah dipelajari (Warren & Yoder, 2004).

(18)

9

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha direncanakan secara hati-hati. Cukup banyak intervensi untuk mengatasi keterlambatan bahasa yang menggunakan pendekatan direct teaching diantaranya adalah terapi wicara, terapi komunikasi, atau program khusus yang digunakan di sekolah. Selain intervensi tersebut, terdapat cara lain dalam menangani anak yang mengalami keterlambatan bahasa, yaitu menggunakan program verbal imitation.

Program ini ditujukan kepada guru dan orang tua untuk membantu anak yang mengalami gangguan perkembangan. Salah satu strategi anak belajar bahasa adalah dengan cara imitasi atau meniru. Dengan belajar bahasa melalui meniru, anak-anak akan memiliki perbendaharaan kata kemudian menggabungkan kata baru dengan kata yang sudah anak ketahui sebelumnya dengan cara yang sistematis (Bergman, Hall, dan Ross, 2007).

(19)

10

dipelajari oleh anak, isi yang diajarkan pada setiap fasenya pun terstruktur dan spesifik, pemberian instruksinya jelas, dan anak mendapat tanggapan secara langsung.

Teknik Behavior Modification telah banyak digunakan dalam penelitian, teknik ini sukses dilakukan pada berbagai populasi, seperti pada orang yang mengalami kesulitan belajar atau pada orang yang sangat pintar, diterapkan pada anak-anak sampai pada orang yang sudah tua, diterapkan di dalam institusi yang terkontrol maupun dilakukan di seting masyarakat yang kurang terkontrol. Sasaran perilakunya juga mulai dari keterampilan motorik yang sederhana sampai pada keterampilan pemecahan masalah yang kompleks. Teknik Behavioral ini juga telah diaplikasikan untuk membantu para orangtua agar lebih efektif dalam mengajarkan anak mereka untuk berjalan, toilet training, mengajarkan anak untuk mengerjakan tugas-tugasnya, dan salah satunya adalah untuk mengembangkan keterampilan bahasa anak (Kendall, 2000; Meadows, 1996 dalam Martin & Pear, 2005).

(20)

11

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha mendekati pengucapan yang benar. Juga diharapkan agar tingkat perkembangan bahasanya meningkat dan sesuai dengan milestone perkembangan bahasa anak seusianya. Kebutuhan anak untuk berkomunikasi pun menjadi lebih terpenuhi sehingga ia lebih nyaman dalam beraktivitas di sekolah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan uji coba program verbal imitation untuk mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif pada anak yang mengalami keterlambatan bicara.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah program verbal imitation dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif pada anak yang mengalami keterlambatan bicara.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak melalui program verbal imitation.

1.3.2 Tujuan Penelitian

(21)

12

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Memberikan informasi tambahan bagi bidang ilmu Psikologi khususnya bidang Psikologi Perkembangan mengenai program verbal imitation untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak.

• Memberi informasi kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis maupun penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan program verbal imitation untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak.

1.4.2. Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi kepada pihak sekolah “X” khususnya guru mengenai cara penanganan berupa program verbal imitation terhadap anak yang mengalami keterlambatan bicara.

(22)

13

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.5 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah program verbal imitation dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak. Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 anak laki-laki yang mengalami keterlambatan bicara. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti.

(23)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai uji coba program verbal imitation untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif pada anak yang mengalami keterlambatan bicara, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Program verbal imitation dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak yang mengalami keterlambatan bicara yang disebabkan oleh kurangnya stimulasi. • Subjek I, awalnya masih seperti mengoceh kemudian mulai muncul 1 kata

yang jelas artinya, lalu mulai menggabungkan dua kata dan sampai akhir sesi ia mampu bercerita dengan kalimat yang cukup panjang.

• Subjek II di awal sesi sudah mengucapkan kalimat dua kata namun ia baru mau mengucapkan jika ada hal yang menarik baginya. Seiring dengan pemberian reinforcement yang diberikan, ia menjadi lebih banyak meniru. Subjek II belum mampu bercerita dengan kalimat yang panjang, namun vokalisasi yang ia buat semakin banyak.

(24)

114

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 3. Beberapa materi yang perlu di revisi. Materi yang di revisi, yaitu :

• 1 materi pada sesi 2 yaitu meniru suara bebek “kwek-kwek”, materi ini dapat tetap dipakai namun diganti menjadi “wek-wek” sehingga lebih mudah ditirukan oleh anak.

• 1 kata di sesi 9 yaitu kata “rambut”, kata ini di revisi karena mengandung konsonan awal [r] yang sulit diucapkan bagi kedua subjek. Kata rambut yang merupakan anggota tubuh dapat diganti dengan “hidung”

• 2 kata di sesi 10 yaitu “kereta” dan “perahu” karena mengandung konsonan tengah [r] yang sulit diucapkan bagi kedua subjek. Kata tersebut dapat diganti menjadi “sepeda” dan “keluar”

• 3 kalimat dua kata di sesi 12 yaitu “ikat rambut”, “naik pesawat”, “simpan boneka” kata-kata ini belum mampu diucapkan dengan tepat oleh kedua subjek. Kalimat ini dapat diganti menjadi “naik sepeda”, “lempar bola”, “mau kesana”. Kalimat pengganti ini disesuaikan dengan bunyi-bunyi yang sudah anak kuasai.

4. Jeda yang cukup panjang antar sesi serta dukungan dari orang tua serta orang-orang di sekitar subjek, dapat mempengaruhi penguasaan materi dalam program dan kemampuan bahasa ekspresif anak

(25)

115

• Pada subjek II adanya jeda berpengaruh negatif karena orang tua tidak memberikan stimulasi di rumah.

5.2 Saran penelitian 5.2.1 Saran Teoretis

Untuk peneliti yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut disarankan :

1. Merevisi materi kemudian mengulangi penelitian uji coba sampai ditemukan materi program yang lebih mantap.

2. Materi kata yang dipakai dalam program harus disesuaikan dengan lingkungan anak.

3. Melakukan penelitian dengan jumlah subjek yang lebih banyak. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap dua subjek, sehingga simpulan yang diperoleh terbatas hanya pada dua subjek.

5.2.1 Saran Guna Laksana

1 Untuk pihak orang tua dan sekolah terutama wali kelas di TK “X” Bandung diharapkan dapat menerapkan cara yang digunakan selama program untuk menambah perbendaharaan kata anak dan mengembangkan kemampuan bahasa ekspresif anak.

(26)

116

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 3 Guru juga perlu memberikan pengulangan materi kata-kata yang ada di dalam

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Brandone, Amanda C. et al. 2006. “Language Development”, dalam Children’s Need III: Development, Prevention, and Intervention, (pp. 499 – 514). Washington, DC : National Association of School Psychologist.

Campbell, Thomas F. et al. 2003. “Risk Factor for Speech Delay of Unknown Origin in 3-Year-Old Children”, dalam Child Development, (pp. 346 – 357). Society for Research in Child Development, Inc.

Capone, Nina C. 2008. Language Development : Foundation, Processes, and Clinical Application. New Jersey : Jones and Bartlett Publishers.

Feldman, Heidi M. 2005. Evaluation and Management of Language and Speech Disorders in Preschool Children. Illinois :American Academy of Pediatrics.

Graziano, Anthony M. and Michael L. Laurin. 2000. Research Methods : A Process of Inquiry. 4th Edition. Boston : Allyn and Bacon.

Haras, Kholid dan Andika Dutha Bachari. 2009. Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung : UPI PRESS.

Lanza, Janet R. and Lynn K. Flahive. 2008. Guide to Communication Milestones. U.S.A : LinguiSystems, Inc.

Lovaas, O. Ivar. 1981. Teaching Developmentally Disabled Children. Texas : PRO-ED, Inc.

(28)

Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha Martin, Garry and Joseph Pear. 2005. Behavior Modification : What It Is and How

to Do It. 8th Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall.

Maurice, Catherine. et al. 1996. Behavioral Intervention for Young Children with Autism : A Manual for Parents and Professionals. Texas : PRO-ED, Inc.

Nelson, Heidi. et al. 2006. Screening for Speech and Language Delay on Preschool Children. Oregon : Oregon Health and Science University.

Padgett, Deborah K. 1998. Qualitative Methods in Social Work Research. 1st Edition. New York : SAGE Publications.

Santrock, John W. 2007. Child Development. 11th Edition. New York : McGraw-Hill.

(29)

DAFTAR RUJUKAN

Beyeng, Rosalia, Soetjiningsih, dan Trisna Windiani. 2012. Prevalensi dan Karakteristik Keterlambatan Bicara pada Anak Prasekolah di TPA Werdhi Kumara I dengan Early Language Milestone Scale-2. Jurnal Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 1, Desember 2012.

http://teachmetotalk.com/2008/02/12/first-100-words-advancing-your-toddlers-vocabulary-with-words-and-sign, diakses 27 April 2015.

http://www.slc.cambridgeshire.nhs.uk/activitiesideasandinfo/preschool/preschoolr esourcepack/myfirst100words, diakses 27 April 2015.

Safitri, Ani. 2013. Hubungan Pola Menonton Televisi dengan Keterlambatan Bicara : Studi pada anak usia 1 – 3 tahun di Semarang. Semarang : Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Referensi

Dokumen terkait

bahasa lisan anak melalui metode cerita bergambar pada anak kelompok B TK. Pertiwi Ngandong

Kesulitan yang dialami baik di sekolah maupun di rumah menunjukkan bahwa anak yang mengalami GPP membutuhkan penanganan agar ia dapat belajar secara optimal seperti anak-anak

Segala puji bagi Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Peningkatan Kemampuan Bahasa Anak melalui Model BCCT di Sentra

Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa melalui metode sosiodrama bagi anak kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Pulosari I

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI.. Universitas

1) Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar. 3) dapat berpartisipasi dalam suatu

4) BSB = Anak sudah mampu mengukapkan perasaan, ide dengan pilihan kata yang tepat ketika berkomunikasi dengan temanya dalam kelompok menggambar bebas dan mewarnai

Aspek observasi yang diamatai anatara lain : kehadiran siswa pada saat proses pembelajaran, perhatian anak terhadap materi pembelajaran tentang bahasa ekspresif anak melalui