• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Pri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Pri"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU

HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Khusus

Oleh :

Annisa Palaah Hermawan

1105784

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU

MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI

SLB-B PRIMA SLB-BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

(Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)

Oleh

Annisa Palaah Hermawan

1105874

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Departemen Pendidikan Khusus

©Annisa Palaah Hermawan 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

1105784

“PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA

EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI-B SLB PRIMA BHAKTI MULIA KOTA

CIMAHI”

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I

Dr. Permanarian Somad, M.Pd NIP. 19540408 198103 2 001

Pembimbing II

Dr. Hj. Ehan, M.Pd NIP. 19570712 198403 2 011

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU

HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

(Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi)

Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara. Hal ini juga berdampak langsung pada terhambatnya komunikasi verbal, baik secara ekspresif maupun secara reseptif. Kemampuan berbahasa diawali dari bahasa reseptif lalu ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami ide, pikiran, ataupun perasaan yang terjadi disekitarnya, sedangkan bahasa ekspresif diartikan sebagai kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal,

tulisan, symbol, isyarat ataupun gesture’. Salah satu permasalahan bahasa reseptif

tunarungu yaitu kurang mampu untuk mengikuti perintah secara verbal sehingga ketika diberikan perintah harus ada pengulangan disertai contoh perilaku, kurang memahami kalimat secara utuh. Begitu juga permasalahan bahasa ekspresif nya, anak tunarungu mengalami kesulitan dalam menyampaikan bahasa secara verbal, tulisan, sehingga kertika berbicara anak tunarungu mempunyai keterbatasan dalam kosa kata. Anak tunarungu memperoleh bahasanya melalui indera penglihatan dan pengalaman. Oleh karena itu anak tunarungu membutuhkan pembelajaran yang memanfaatkan indera visualnya yaitu melalui lirik lagu halo-halo Bandung yang dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan bendera-bendera berwarna. Penelitian ini bertiujuan untuk meningkatkan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu melalui lirik lagu halo-halo Bandung yang di tunjukan agar pembelajaran menjadi mudah dipahami, lebih menarik respon anak dan menjadikan pembelajaran tidak monoton. Berdasarkan

permasalahan tersebut, maka disusunlah rumusan “Apakah lirik lagu halo-halo Bandung

efektif meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak

tunarungu kelas VI SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi?” untuk

menjawab rumusan masalah tersebut penulis melaksanakan penelitian di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi dengan subjek penelitian adalah seorang siswa kelas VI

SDLB. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen melalui desain single subject

reseach dengan pola A-B-A. Hasil penelitian pada subjek “FRS” menunjukan terjadi peningkatan presentase kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil mean level pada baseline-1 (A1) diperoleh presentase (R=44)(E=31,25) Pada tahap intervensi (B) diperoleh presentase (R=74,2) (E=69,62) dan pada baseline-2 (A2) diperoleh presentasi (R=98,5) (E=86).

(5)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

INCREASE IN RECEPTIVE LANGUAGE AND EXPRESSIVE LANGUAGE IN CHILDERN WITH HEARING IMPAIRENT THROUGH LYRIC OF SONG HALO-HALO BANDUNG IN SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA CIMAHI CITY

(Experimental Research Design with a Single Subject Research Deaf Children 6th degree in SDLB SLB-B Prima Bhakti Mulia Cimahi City)

The impact from deaf is decrease of language and speaking capability expansion. That fact gave the direct impact for verbal communication accordance with expressive or receptive. Language capability it’s measuring of receptive and then expressive. Receptive language is capability of someone how to understand ideas, thinking, or feel something on surroundings. expressive language is child capability use verbal language, writing symbol, sign or gesture. One of problem receptive language on deaf children is they cannot followed instruction on verbal, for example if they are will give a direction it must repeatedly and give sample of behavior, that’s why they are didn’t understand sentence perfectly. Another problems is the expressive language deaf children had problems to said verbal language, write the result of that haven’t a lot of word and sentence. Deaf children got the language from the vision and experience. The result of that deaf children need visual learning through the lyric song of Halo-halo Bandung with games used colorful flags. This research head for improved receptive language and expressive language for deaf children through the lyric song of Halo-halo Bandung, that’s visual learning make deaf children easy understand, give interested respond and didn’t boring. The result from that’s problem the writer made the formula “whether the lyric of song Halo-halo Bandung can improve receptive language and expressive language capability on deaf children 6th degree in SDLB SLB-B Prima

Bhakti Mulia Cimahi City?” for the answers that’s formula the writer made the research in SLB-B Prima Bhakti Mulia Cimahi City, the one of children from 6th degree SLDB. This research using experimntal method through a single subject research with design A-B-A scheme. The result of this research is the subject “FRS” had improve presentation receptive language and expressive language after got intervention method. The improvement refer to mean level from baseline-1 (A1) with presentation (R=44) (E=31,25). The result of intervention (B) is (R=74,2) (E=69,62), from the baseline-2 (A2) the result is (R=98,5) (E=86).

Keyword : Receptive language and expressive language, the lyric of song Halo-halo

(6)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian...5

1.Tujuan Penelitian. ... 5

2.Kegunaan Penelitian... 5

E. Struktur Organisasi Penulisan... 6

BAB II MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN EKSPRESIF ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO - HALO BANDUNG A. Deskripsi Teori... 7

1. Dampak Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Bahasa... 7

a. Aspek Perkembangan Bahasa dan Bicara... 8

b. Aspek Interaksi... 8

c. Aspek Emosi dan Sosial... 8

d. Aspek Intelegensi... 10

e. Aspek Prestasi Belajar... 11

2.Perkembangan Bahasa Anak Mendengar dan Anak Tunarungu.. 12

a. Perkembangan Bahasa Anak Mendengar... 12

b. Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu... 13

(7)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

d. Perkembangan Bahasa Reseptif dan Ekspresif Anak

Tunarungu ... 20

4.Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu... 21

5.Permasalahan Bahasa Reseptif dan Ekspresif Anak Tunarungu Kaitannya dengan Pengembangan Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung... 24

a. Lirik Lagu Halo-Halo Bandung... 24

b. Masalah bahasa Reseptif dan Ekspresif Anak Tunarungu... 26

B. Penelitian Dahulu yang Relevan... 29

C. Kerangka Berpikir... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

A. Variabel Penelitian... 30

1.Variabel Bebas... 30

2.Variabel Terikat... 33

B. Desain Penelitian... 38

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Instrumen Penelitian ... 41

1.Membuat Kisi - Kisi Instrumen... 41

2.Membuat Butir Soal... 43

3.Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal... 44

4.Uji Validitas Instrumen ... 45

5.Uji Realibilitas Instrumen... 46

E. Teknik Pengumpulan Data... 47

F. Prosedur Penelitian... 48

1.Persiapan Penelitian... 48

2.Pelaksanaan Penelitian... 49

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 52

1.Teknik Pengolahan Data... 52

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN... 54

A. Hasil Penelitian... 54

1.Deskripsi Data Kemampuan Bahasa Reseptif... 54

2.Deskripsi Data Kemampuan Bahasa Ekspresif... 62

3.Analisis Data ... 69

B. Pembahasan... 89

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI... 93

A. Kesimpulan... 94

B. Implikasi... 94

DAFTAR PUSTAKA... 95

(9)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

Tabel

2.1 ·Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu Menurut Samuel A. Krik dalam

Somad dan Hernawati (1995, hlm. 29)... 13

2.2 . Keterampilan Berbahasa Menurut Tarigan (1981, hlm. 1)... 16

2.3 Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu Menurut Bunawan (2000, hlm.45). 23 3.1 Kriteria Penilaian... 37

3.2 Identitas Subjek Penelitian... 40

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian... 42

3.4 Kriteria Penilaian... 44

3.5 Daftar Tim Expert-Judgment Instrumen Penelitian... 45

3.6 Klasifikasi Koefesien Realibilitas... 47

4.1 Fase Baseline-1 (A1) Kemampuan Bahasa Reseptif... 55

4.2 Fase Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Reseptif... 57

4.3 Fase Baseline-2 (A2) kemampuan Bahasa Reseptif... 59

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung yang Dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan bendera berwarna... 60

4.5 Fase Baseline-2 (A2) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 63

4.6 Fase Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Ekspresif...64

4.7 Fase Baseline-2 (A2) kemampuan Bahasa Ekspresif...66

4.8 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung yang Dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan bendera berwarna... 67

4.9 Data Panjang Kondisi Penelitian... 70

4.10Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek... 71

4.11 Estimasi Kecenderungan Arah Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek... 72

4.12 Rentang Stabilitas... 73

4.13 Mean Level... 74

(10)

4.16 Presentase Stabilitas Kemampuan Bahasa Reseptif... 76

4.17Presentase Stabilitas Kemampuan Bahasa Ekspresif... 77

4.18 Kecenderungan Jejak Data... 77

4.19 Level Stabilitas dan Rentang... 78

4.20 Data Level Perubahan... 78

4.21 Hasil Analisis Dalam kemampuan Bahasa Reseptif... 79

4.22 Hasil Analisis Dalam kemampuan Bahasa Ekspresif... 86

4.23 Data Jumlah yang Diubah... 81

4.24 Perubahan Kecenderungan Arah... 81

4.25 Perubahan Kecenderungan Stabilitas... 82

4.26 Perubahan Level Data... 82

4.27 Data Presentase Overlap Kemampuan Bahasa Reseptif... 85

4.28 Data Presentase Overlap Kemampuan Bahasa Reseptif... 86

4.29 Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Bahasa Reseptif... 87

(11)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

3.2 Tampilan Desain A-B-A ... 56

4.1 Fase Baseline-1 (A1)... 56

4.2 Fase Intervansi (B)... 58

4.3 Fase Baseline-2 (A2)... 59

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung yang dikemas ke dalam Permainan dengan Menggunakan Bendera Berwarna... 61

4.5 Mean Level Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek... 62

4.6 Fase Baseline-1 (A1)... 63

4.7 Fase Intervensi (B)... 65

4.8 Fase Baseline-2 (A2)... 66

4.9 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek Melalui Lirik Lagu Halo-Halo Bandung yang Dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan bendera berwarna... 68

4.10 Mean Level Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek... 69

4.11 Kecenderungan Arah Kondisi Kemampuan Bahasa Reseptif Subjek Baseline-1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A2)... 71

4.12 Kecenderungan Arah Kondisi Kemampuan Bahasa Ekspresif Subjek Baseline-1 (A1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A2)... 72

4.13 Jumlah Point Dalam Rentang Setiap Tahap Bahasa Reseptif... 75

4.14 Jumlah Point Dalam Rentang Setiap Tahap Bahasa Ekspresif... 76

4.15 Overlap Kondisi Baseline-1 Terhadap Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Reseptif... 83

4.16Overlap Kondisi Baseline-2 (A2) Terhadap Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Reseptif... 84

4.17 Overlap Kondisi Baseline-1 (A1) Terhadap Intervensi (B) Kemampuan Bahasa Ekspresif... 85

(12)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keterkaitan antara pendengaran dengan kemampuan berbahasa sangat

erat, karena kemampuan berbahasa diperoleh melalui proses mendengar,

dengan mendengar seseorang dapat meniru kata- kata yang didengarnya.

Sedangkan kemampuan berbicara diperoleh melalui proses mengeluarkan

suara yang didengarnya. Idealnya, perkembangan kemampuan berbahasa dan

berbicara setiap anak terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya.

Perkembangan bahasa dan bicara anak pada umumnya mengalami

beberapa tahapan yaitu tahap reflexsive vocalization : pada usia 0-3 minggu

bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang berupa reflex, pada usia lebih

dari 3 minggu ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan

mengeluarkan suara tangisan yang dapat dibedakan sesuai dengan keinginan

atau perasaan bayi, tahap babbling : usia 6-7 minggu, di tahap meraban keluar

suara vokal, konsonan atau gabungan. Misalnya : aaa …aaa. ma ma ma, da da

da. tahap lalling : bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 sampai dengan 6

bulan sehingga dapat mengucapkan bunyi yang didengarnya berupa suku kata

yang diulang-ulang seperti : “ba…ba…, ma….ma…”, tahap echolalia : pada

saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang didengar

dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau

isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu, tahap true speech : pada bayi

berusia 18 bulan, bayi mulai dapat berbicara meskipun kemampuan

artikulasinya belum memadai tetapi apa yang di maksud anak dapat

dimengerti oleh lingkungan sekitarnya. (Perkembangan bahasa pada anak).

(13)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa perkembangan bahasa dan

bicara dapat diperoleh secara otomatis melalui proses mendengar. Namun

tidak semua anak dapat melalui tahapan perkembangan tersebut, seperti hal

nya anak tunarungu yang mengalami hambatan pendengaran.

Dengan kondisi anak tunarungu yang mengalami hambatan

pendengaran, hal ini akan memberikan dampak pada perkembangan bahasa

dan bicara. Pada saat bayi, bayi tunarungu otomatis mengulang-ngulang

bunyi bahasa meskipun anak tunarungu tidak mendengar, karena mengulang

merupakan sifat alamiah yang dialami bayi tunarungu maupun bayi pada

umumnya. Sekitar umur 3 bulan anak pada umumnya mengalami masa

meraban yang akan berkembang menjadi bunyi yang bermakna, karena anak

mendapatkan stimulus dari lingkungan luar. Tetapi hal ini tidak terjadi pada

anak tunarungu. Anak tunarungu tetap di tahap meraban, karena tahap

meraban nya tidak dapat berkembang menjadi bunyi yang bermakna. Hal ini

disebabkan anak tunarungu tidak dapat menerima stimulus dari lingkungan

luar. Maka dari itu kemampuan bahasanya terhenti pada tahap meraban.

Dampak pada perkembangan bahasa dan bicara tersebut otomatis

berpengaruh juga terhadap kemampuan bahasa reseptif dan ekspersif anak

tunarungu. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami

ide, pikiran, ataupun perasaan yang terjadi disekitarnya. Selain bahasa

reseptif, aspek penting dalam kegiatan berbahasa yaitu bahasa ekspresif.

Yuwono (2009, hlm. 66) mengungkapkan ‘bahasa ekspresif diartikan sebagai

kemampuan anak dalam menggunakan bahasa baik secara verbal, tulisan,

symbol, isyarat ataupun gesture’.

Terhambatnya kemampuan berbahasa dan berbicara, baik secara reseptif

maupun ekspresif, membuat anak tunarungu sulit berkomunikasi dengan

lingkungan orang mendengar, yang lazim menggunakan bahasa verbal

sebagai alat komunikasi. Karena dalam pemelorehan bahasa anak tunarungu

tidak diajarkan kata-kata kemudian artinya, melainkan belajar

(14)

melalui apa yang dilihatnya. Setelah itu anak mulai memahami hubungan.

antara lambang bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan

terbentuklah bahasa reseptif.

Jadi bahasa reseptif dapat berkembang melalui proses penglihatan dan

pengalaman. Berkembangnya bahasa reseptif akan mempengaruhi

perkembangan bahasa ekspresif, dimana bahasa ekspresif dikembangkan

melalui pengalaman yang di peroleh lalu di ekspresikan melalui proses

berbicara. Sehingga pembelajaran melalui lagu lirik lagu halo-halo Bandung

tersebut dirasa sangat penting untuk dapat meningkatkan kemampuan

berbahasa reseptif dan ekspresif yang akan berpengaruh terhadap kemampuan

akademiknya.

Berdasarkan studi pendahuluan, dalam pelaksanaan pembelajaran di

kelas menggunakan sistem komunikasi oral. sistem komunikasi oral yang

diterapkan yaitu pada saat pembelajaran setiap anak duduk berderet didepan

kelas menghadap ke guru, kemudian guru melangsungkan pembelajaran

kepada anak menggunakan ujaran, membaca mimik muka, dan keterarahan

wajah. Hal ini sangat mendukung untuk meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif anak. Pada saat pembelajaran tersebut terdapat anak

kelas VI SDLB yang belum mampu memahami apa yang disampaikan oleh

guru, sehingga dapat berpengaruh pada kemampuan bahasa ekspresif dan

kemampuan akademik. Maka dari itu diperlukan suatu pembelajaran yang

dapat membantu meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif.

Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif adalah melalui lirik lagu

halo-halo Bandung yang dikemas ke dalam permainan dengan menggunakan

bendera-bendera berwarna. Lirik lagu halo-halo Bandung ini merupakan

salah satu dari lagu yang wajib untuk dipelajari oleh seluruh pemuda dan

pelajar di seluruh pelosok tanah air. Maka sebagai pelajar, anak tunarungu

mempunyai hak untuk mengetahui lirik lagu halo-halo Bandung tersebut.

(15)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

unsur-unsur cinta tanah air, hal ini akan menambah pengetahuan bagi anak

tunarungu serta mengembangkan pemahaman terhadap salah satu lirik lagu

wajib nasional yaitu lirik lagu halo-halo Bandung. Melalui lirik lagu

halo-halo Bandung serta permainan bendera-bendera berwarna anak diminta

untuk menyimak, memahami perintah guru, mengucapkan , membaca dan

menulis lirik dalam lagu tersebut. Pembelajaran menggunakan lirik lagu

halo-halo Bandung ini cocok untuk anak tunarungu, karena pembelajaran ini

dikemas dalam bentuk permainan yang menggunakan bendera-bendera

berwarna agar lebih menarik respon anak dan menjadikan pembelajaran tidak

monoton. Sehingga selain meningkatkan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif

anak, pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman dalam memaknai

kata yang terdapat pada lirik lagu halo-halo Bandung. Dengan demikian

penggunaan lirik lagu halo-halo Bandung diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.

Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan mencoba meningkatkan

kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak tunarungu kelas VI

SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi melalui lirik lagu

halo-halo Bandung, serta ingin melihat efektifitas peningkatan bahasa reseptif

dan bahasa ekspresif apabila dilatih melalui lirik lagu halo-halo Bandung.

B.Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang efektifitas

peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif anak

tunarungu apabila dilatih melalui lirik lagu halo-halo Bandung kelas VI

SDLB di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota Cimahi.

C.Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“Apakah lirik lagu halo-halo Bandung efektif meningkatkan kemampuan

bahasa reseptif dan bahasa ekspresif pada anak tunarungu kelas VI SDLB

(16)
(17)

D.Tujuan peneliatian dan kegunaan penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan ingin mengetahui seberapa

besar efektifitas peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa

ekspresif pada anak tunarungu kelas VI SDLB apabila dilatih melalui

lirik lagu halo-halo Bandung di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota

Cimahi?”

b.Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan bahasa

ekspresif anak tunarungu.

2) Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif dan bahasa

ekspresif anak tunarungu setelah diberikan perlakuan melalui lirik

lagu hallo-hallo Bandung.

3) Untuk mengetahui efektifitas penggunaan lirik lagu halo-halo

Bandung terhadap peningkatan kemampuan bahasa reseptif dan

bahasa ekspresif.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan bagi anak

Penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan kemampuan

anak tunarungu dalam berbahasa reseptif dan juga berbahasa

ekspresif sehingga anak tunarungu dapat lebih mudah memahami

dan menggunakan bahasa verbal untuk mengkomunikasikan konsep

atau pikiran yang dapat membantu tunarungu dalam akademik dan

berkomunikasi dengan masyarakat pada umumnya.

b.Kegunaan Praktis 1)Bagi Guru

Untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman

(18)

dalam meningktakan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa

ekspresif anak tunarungu. Sehingga dapat dijadikan salah satu

alternatif dalam kegiatan pembelajaran.

2)Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan tentang salah satu upaya kegiatan pembelajaran

yang dapat diterapkan dalam meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan bahasa ekspresif melalui lirik lagu halo-halo

Bandung terhadap anak tunarungu.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Struktur organisasi dalam penelitian ini terdiri dari :

Bab I Pendahuluan : Latar Belakang, Batasan Masalah,

Rumusan Masalah, ujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian dan

Struktur Organisasi Penulisan

Bab II Landasan Teori : Deskripsi Teori meliputi : Dampak

Ketunarunguan Terhadap Perkembangan Bahasa, Perkembangan

Bahasa Anak Mendengar dan Anak Tunarungu, Perkembangan Bahasa

Reseptif dan Bahasa Ekspresif Anak Tunarungu, Pemerolehan Bahasa

Anak Tunarungu, Permasalahan Bahasa Reseptif dan Bahasa Ekspresif

Anak Tunarungu Kaitannya dengan Pengembangan Melalui Lirik Lagu

Halo-Halo Bandung, Pendahuluan Terdahulu yang Relevan dan

Kerangka Berpikir

Bab III Metode Penelitian : Variabel Penelitian, Desain Penelitian,

Populasi dan Sampel, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Prosedur Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan : Hasil Penelitian dan

Pembahasan.

(19)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam judul penelitian “Peningkatan

Kemampuan Bahasa Reseptif Dan Bahasa Ekspresif Pada Anak Tunarungu

Melalui Lirik Lagu Halo-halo Bandung di SLB-B Prima Bhakti Mulia Kota

Cimahi” yaitu :

1. Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)

(Sugiyono, 2014, hlm 39). Pada penelitian dengan subjek tunggal,

variabel bebas disebut juga dengan intervensi. Variabel bebas dari

penelitian ini adalah lirik lagu halo-halo Bandung. lirik lagu halo-halo Bandung merupakan lirik yang terdapat pada salah satu lagu wajib

nasional yang wajib untuk dipelajari dan dipahami isinya oleh seluruh

pemuda dan pelajar di seluruh pelosok tanah air. Lagu halo-halo Bandung

di ciptakan oleh Ismail Marzuki, lagu ini menggambarkan besarnya

semangat perjuangan rakyat kota Bandung dalam masa pasca

kemerdekaan pada tahun 1946, khususnya dalam peristiwa Bandung

lautan api pada tanggal 23 maret 1946.

Lirik lagu halo-halo Bandung yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah lirik lagu halo-halo Bandung yang di penggal menjadi beberapa

penggalan lirik. Setiap penggalan lirik tersebut diberikan simbol-simbol

warna berbeda yaitu dalam bentuk warna-warna bendera. Contoh :

Judul Lagu : Halo-Halo Bandung

(20)

Jika bendera warna merah

Ucapkan : Halo-halo Bandung

Jika bendera warna hitam

Ucapkan : Ibukota periangan

Jika bendera warna merah

Ucapkan : Halo-halo Bandung

Jika bendera warna putih

Ucapkan : Kota kenang-kenangan

Jika Bendera warna hijau

Ucapkan : Sudah lama beta

(21)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat 8 penggalan lirik lagu halo-halo Bandung yang diberikan

7 simbol warna- warna bendera. Ke delapan penggalan lirik tersebut

dikemas ke dalam materi pembelajaran yang dibentuk suatu permainan.

Seperti contoh :

1) Ketika peneliti mengucapkan penggalan lirik lagu halo-halo

Bandung, anak mengangkat bendera.

2) Ketika peneliti mengucapkan lirik lagu halo-halo Bandung, anak

mengucapkannya kembali.

3) Ketika peneliti mengangkat bendera, anak mengucapkan lirik lagu

halo-halo Bandung, anak mengangkat bendera.

4) Ketika peneliti mengangkat bendera, anak menuliskan lirik

halo-halo Bandung.

Adapun tahap pertama yang dilakukan oleh peneliti, yaitu :

1. Mengajarkan anak untuk belajar lagu halo-halo Bandung seperti contoh

diatas secara bersama sama melalui papan tulis yang telah ditempel

media kartu berupa lirik lagu halo-halo Bandung sehingga anak dapat

melihat dan membaca).

2. Setelah itu anak mulai tidak membaca di papan tulis melainkan anak

membaca gerak bibir peneliti dan menirukannya. (Reseptif)

Ucapkan : Tidak berjumpa dengan kau

Jika bendera berwarna kuning

Ucapkan : Sekarang sudah menjadi lautan api

Jika Bendera berwarna biru

(22)

3. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna merah,

peneliti dan anak mengucapkan lirik “halo-halo Bandung”, lalu peneliti

dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut. (Reseptif dan

Ekspresif)

4. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna hitam,

peneliti dan anak mengucapkan lirik “ibukota periangan”, lalu peneliti

dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut.(Reseptif dan

Ekspresif)

5. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna merah,

peneliti dan anak mengucapkan lirik “halo-halo Bandung”, lalu peneliti

dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut. (Reseptif dan

Ekspresif)

6. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna putih, peneliti

dan anak mengucapkan “kota kenang-kenangan”, lalu peneliti dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut. (Reseptif dan Ekspresif)

7. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna hijau, peneliti

dan anak mengucapkan “sudah lama beta”, lalu peneliti dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut.(Reseptif dan Ekspresif)

8. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna ungu, peneliti

dan anak mengucapkan “tidak berjumpa dengan kau”, lalu peneliti dan anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut. (Reseptif dan Ekspresif)

9. Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna kuning,

peneliti dan anak mengucapkan “sekarang sudah menjadi lautan

api”.(Reseptif dan Ekspresif)

10.Apabila peneliti dan anak mengangkat bendera berwarna biru peneliti

dan anak mengucapkan “mari bung rebut kembali”, lalu peneliti dan

anak bersama-sama menuliskan lirik tersebut. (Reseptif dan Ekspresif)

2. Variabel Terikat

(23)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam Single Subject Research (SSR) merupakan target behavior. Target behavior pada penelitian ini adalah kemampuan bahasa reseptif dan

bahasa ekspresif pada anak tunarungu.

Tidak semua aspek bahasa dicantumkan melainkan hanya beberapa

aspek saja yang sesuai dengan kebutuhan anak. Adapun kemampuan

bahasa reseptif dan bahasa ekpresif yang akan diukur mencakup dalam :

Lisan Tulisan

Reseptif Menyimak Membaca

Ekspresif Berbicara Menulis

Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak

lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta

interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta

memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara

melalui ujaran atau bahasa lisan, sedangkan berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan

perasaan (Tarigan, 2008, hlm.16). Pengertian tersebut menunjukkan

dengan jelas bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan kata-kata

yang bertujuan untuk menyampaikan baik itu perasaan, ide atau gagasan.

Pengajaran menyimak, berbicara, dan menulis itu haruslah sering

berhubungan serta berkaitan erat dengan keterampilan membaca.

Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya

merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat

berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk

mengekspresikan makna atau arti.

Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara berbicara dan

menyimak, hubungan antara berbicara dan membaca, hubungan antara

(24)

1) Hubungan antara Berbicara dan Menyimak

Brooks dalam Tarigan (1981, hlm. 4) mengemukakan bahwa

berbicara dan menyimak merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang

langsung serta merupakan komunikasi tatap-muka atau face-to-face communication. Hal – hal yang dapat memperlihatkan eratnya hubungan antara berbicara dan menyimak, sebagai berikut :

a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi).

b. Kata – kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh sang anak biasanya

ditentukan oleh perangsang (stimulus) yang mereka temui (misalnya kehidupan desa/kota) dan kata – kata yang paling banyak memberi

bantuan atau pelayanan dalam menyampaikan ide – ide atau gagasan.

c. Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan

dalam masyarakat.

d. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu

meningkatkan kualitas berbicara seseorang.

e. Bunyi atau suara merupakan faktor penting dalam meningkatkan cara

pemakaian kata – kata sang anak.

f. Berbicara dengan bantuan alat – alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak

penyimak.

2) Hubungan antara Berbicara dan Membaca

Beberapa proyek penelitian telah memperlihatkan adanya

hubungan yang erat antara perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan

kesiapan baca. Hubungan – hubungan antara bidang kegiatan lisan dan

membaca telah dapat diketahui dari beberapa telaah penelitian, antara lain

:

a. Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan

kecakapan berbahasa lisan

b. Pola – pola ujaran yang tuna – aksara mungkin mengganggu pelajaran

(25)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Pada tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi

pelajaran membaca, maka membaca bagi anak – anak kelas yang lebih

tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka

d. Kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara

langsung.

3) Hubungan antara Ekspresi Lisan dan Ekspresi Tulis

Komunikasi lisan dan komunikasi tulis erat sekali berhubungan

karena keduanya mempunyai banyak persamaan, antara lain :

a. Anak belajar berbicara jauh sebelum dia dapat menulis. Kosa

kata, pola – pola kalimat, serta ide – ide yang memberi ciri

kepada ujarannya merupakan dasar bagi ekspresi tulis

berikutnya.

b. Anak yang telaah dapat menulis dengan lancar biasanya

dapat pula menuliskan pengalaman – pengalaman

pertamanya secara tepat tanpa diskusi lisan pendahuluan

tetapi dia masih perlu membicarakan ide – ide yang rumit

yang diperolehnya dari tangan kedua.

c. Perbedaan – perbedaaan terdapat pula antara komunikasi

lisan dan komunikasi tulis. Ekspresi lisan cenderung ke arah

kurang berstuktur, dan lebih sering berubah – rubah.

Pengalaman telah menunjukkan bahwa meningkatkan

ekpresi lisan pada individu berarti turut pula meningkatkan

daya pikir mereka. Sebaliknya komunikasi tulis cenderung

lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat,

lebih formal dalam gaya bahasa.

d. Pembuat catatan serta pembuat bagan atau rangka ide – ide

yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan.

Menyimak dan membaca erat berhubungan dalam hal bahwa

keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan

menulis erat berhubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan cara

(26)

Terhambatnya perkembangan bahasa dapat mengakibatkan anak

tunarungu mengalami kendala dalam mengekspresikan perasaan, pikiran

dan seringkali kesulitan dalam memahami dan mengerti pesan atau

informasi yang disampaikan. Maka dari itu dalam kegiatan belajar,

kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif penting agar anak dapat

menangkap apa yang di sampaikan oleh guru dan dapat mengungkapkan

perasaan atau pikirannya melalui kata - kata secara verbal.

Kata meningkat dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah :

menaikan, mempertinggi, memperhebat, mengangkat diri dan

memegahkan diri. Sedangkan meningkatkan yang penulis maksudkan

dalam penelitian ini adalah meningkatkan bahasa reseptif dan ekspresif

anak yang kurang baik dengan cara melatih bahasa reseptif dan ekspresif

melalui lagu hallo-hallo Bandung yang di penggal menjadi beberapa

penggalan lirik, agar bahasa reseptif dan ekspresifnya dapat lebih baik

dari sebelumnya.

Karena anak tunarungu tidak dapat mendengar dan merespon bunyi suara

yang datang dari luar lingkungannya, maka alat bicara anak tunarungu

tidak terlatih untuk mengungkapkan kata-kata sehingga alat bicara nya

pun menjadi kaku, yang artinya anak akan mengalami kesulitan ketika

mengungkapkan sesuatu tanpa latihan.

Adapun bahasa reseptif dan bahasa ekspresif yang diukur adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian

No Keterangan Nilai

1 0

1 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak

mampu mengangkat bendera yang sesuai dengan

lirik tersebut

(27)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak mampu

meniru kembali ucapan yang diucapkan peneliti

3 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu,

anak mampu menuliskan lirik yang sesuai

dengan warna bendera tersebut

4 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu,

anak mampu mengucapkan lirik yang sesuai

dengan warna bendera tersebut.

5 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak tidak

mampu mengangkat bendera yang sesuai dengan

lirik tersebut

6 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak tidak

mampu meniru kembali ucapan yang diucapkan

peneliti

7 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu,

anak tidak mampu menuliskan lirik yang sesuai

dengan warna bendera tersebut

8 Apabila guru mengangkat bendera, anak tidak

mampu mengucapkan lirik yang sesuai dengan

warna bendera tersebut

B.Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2014, hlm.72), mengemukakan

definisi metode eksperimen adalah sebagai berikut: Eksperimen adalah metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan.

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data tentang efektifitas

penggunaan lirik lagu halo-halo Bandung terhadap peningkatan kemampuan

bahasa reseptif dan ekspresif pada siswa tunarungu kelas VI di SLB-B Prima

(28)

Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan

pendekatan Single Subject Research (SSR). Adapun desain penelitian yang digunakan adalah desain A-B-A yang terdiri dari tiga tahapan kondisi, yaitu

A-1 (baseline 1), B (intervensi), A-2 (baseline 2). Menurut Sunanto (2005,

hlm. 44), Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain

dasar A-B, desain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab-akibat

antara variabel terikat dan variabel bebas.

Adapun desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :

Baseline-1 (A-1) Intervensi (B)

Baseline-2 (A-2)

Grafik 3.1 Tampilan Desain A-B-A

Desain A-B-A

1. Baseline-1 (A1) merupakan suatu kondisi kemampuan awal subjek dalam bahasa reseptif dan ekspresif sebelum diberikan perlakuan atau

intervensi. Dalam mengumpulkan data pada kondisi baseline-1 (A1),

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

(29)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peneliti secara kontinu melakukan empat sesi sampai data cenderung

stabil. Satu kali sesi dilaksanakan dalam satu hari dengan setiap proses

intervensinya dilakukan selama 30 menit.

2. Intervensi (B) merupakan tahap intervensi atau perlakuan. Yaitu kondisi kemampuan subjek selama diberikan perlakuan atau intervensi dalam

meningkatkan kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif melalui

penggalan lirik lagu halo-halo Bandung secara kontinu yang diberikan

sebanyak 8 sesi sampai data stabil atau konsisten pada tahap baseline-1 (A1). Setiap pelaksanaan intervensi ini dilakukan dengan waktu 60

menit.

3. Baseline-2 (A2) yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi sejauh mana intervensi yang diberikan dapat berpengaruh terhadap

subjek dalam kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak tunarungu.

Pelaksanaan baseline-2 (A2) dilaksanakan sebanyak empat sesi sampai data stabil atau konsisten pada tahap intervensi, dengan setiap proses

intervensinya dilakukan selama 30 menit.

4. Sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Tahap ini dilakukan setelah

menemukan data stabil pada tahap baseline (B).

C.Populasi dan Sampel a.Populasi

Populasi merupakan sekumpulan objek/subjek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang dapat dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa

Kelas VI SLB-B Prima Bhakti Mulia yang berjumlah delapan orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono 2014, hlm. 81). Sampel dalam penelitian ini

adalah satu orang siswa tunarungu kelas 6 yang tergolong tunarungu berat

(30)

Tabel 3.2

Identitas Subjek Penelitian

Inisial Nama FSR

Tempat Tanggal Lahir Cimahi, 18 Juni 2001

Jenis Kelamin Laki - laki

Derajat Ketajam Pendengaran Kanan : 90 dB

Kiri : 90 dB

Kriteria Subjek 1. Tunarungu Berat

2. Tidak mampu

menjalankan perintah

secara lisan

3. Kesulitan dalam menjawab

pertanyaan sederhana

4. Dalam berinteraksi dengan

teman-teman FSR lebih

banyak diam, tidak banyak

berbicara dan terkadang

dia suka menyendiri.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010, hlm.203) yaitu alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Penyusunan instrumen penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data

yang di buat berdasarkan variabel-variabel yang telah ditentukan peneliti dan

selanjutnya menetapkan indikator yang akan diukur dari setiap variabel

tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa test,

yang terdiri dari tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan yang di dalamnya berisi

(31)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

halo Bandung, tes tulis yaitu menuliskan penggalan lirik lagu.halo-halo

Bandung sedangkan tes perbuatan yaitu bentuk tes yang subjek lakukan

dengan mengangkat bendera. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

memberikan tes lisan, tes perbuatan, dan tes tulis pada baseline-1, intervensi,

baseline-2. Selain itu, peneliti melampirkan juga skenario pembelajaran yang digunakan sebagai panduan saat melaksanakan pembelajaran.

Untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen. Peneliti melakukan

beberapa langkah, yaitu :

1. Membuat Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi merupakan rancangan penyusunan rencana butir-butir soal

yang diperoleh dari indikator bahasa reseptif dan ekspresif, kemudian

dikembangkan pada pembuatan instrumen berupa soal-soal yang disesuaikan

dengan variabel penelitian serta kemampuan subjek. Adapun format kisi-kisi

instrumen penelitian yang telah disusun sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-kisi intrumen penelitian meningkatkan kemampuan bahasa

reseptif dan ekspresif melalui lirik lagu halo-halo Bandung.

(32)

2.Membaca 2.1Anak mampu meniru apa

yang

disampaikan

peneliti

dengan

membaca

gerak bibir

peneliti

Tes Tes Lisan

Ekspresif :

3. Berbicara

3.1 Anak dapat

mengucapkan

penggalan

lirik sesuai

dengan warna

bendera

Tes Tes Lisan

4. Menulis 4.1Anak mampu menuliskan

setiap

penggalan

lirik yang

diucapkan

peneliti

Tes Tes tulis

2. Membuat Butir Soal

Penyusunan butir soal dibuat berdasarkan indikator yang sesuaikan

dalam kisi-kisi instrumen penelitian. Jumlah butir soal keseluruhan

sebanyak 32 butir dalam bentuk tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan yang

terbagi ke dalam empat indikator yaitu : menyimak, membaca, menulis dan

(33)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Butir soal yang dibuat sebanyak 32 soal yang mencakup pada 4

indikator bahasa reseptif dan ekspresif yaitu :

1. Bahasa reseptif

a. Menyimak : tes perbuatan, menyimak yang disampaikan peneliti

sebanyak 8 soal.

b. Membaca : tes lisan, meniru yang disampaikan peneliti dengan

membaca gerak bibir sebanyak 8 soal.

2. Bahasa ekspresif

a. Menulis : tes lisan, mengucapkan penggalan lirik sesuai dengan

warna bendera sebanyak 8 soal.

b. Berbicara : tes menuliskan setiap penggalan lirik yang diucapkan

peneliti sebanyak 8 soal.

3. Menentukan Kriteria Penilaian Butir Soal

Untuk menetapkan nilai dari hasil belajar, peneliti membuat kriteria

penilaian. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala guttman,

kemudian sistem penilaian menggunakan bentuk checklist pada setiap butir

soal. Adapun kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian

No Keterangan Nilai

1 0

1 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak mampu

mengangkat bendera yang sesuai dengan lirik

tersebut

2 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak mampu

meniru kembali ucapan yang diucapkan peneliti

3 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu, anak

mampu menuliskan lirik yang sesuai dengan warna

bendera tersebut

(34)

4 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu, anak

mampu mengucapkan lirik yang sesuai dengan

warna bendera tersebut.

5 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak tidak

mampu mengangkat bendera yang sesuai dengan

lirik tersebut

6 Apabila peneliti mengucapkan lirik, anak tidak

mampu meniru kembali ucapan yang diucapkan

peneliti

7 Apabila peneliti mengangkat bendera tertentu, anak

tidak mampu menuliskan lirik yang sesuai dengan

warna bendera tersebut

8 Apabila guru mengangkat bendera, anak tidak

mampu mengucapkan lirik yang sesuai dengan

warna bendera tersebut

validitasnya dengan uji validitas isi (construct) berupa expert-judgement

dengan teknik penilaian oleh para ahli atau tenaga pengajar di SLB-B

Prima Bhakti Mulia. Menurut Sugiyono (2014, hlm, 125) “untuk

menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli

(judgement experts)“.

Penilaian validitas instrumen dilakukan oleh satu orang dosen dan

dua orang guru di SLB Prima Bhakti Mulia. Penilai tersebut

mencocokkan indikator yang ada dalam kisi-kisi instrumen dengan butir

soal yang dibuat oleh penguji. Apabila penilai tersebut menilai indikator

(35)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

nilai 0. Berikut adalah para ahli yang memberikan judgement atas instrumen penelitian yang telah dibuat oleh peneliti, diantaranya :

Tabel 3.5

Daftar Tim Expert-Judgement Instrumen Penelitian

No. Nama Ahli Jabatan Instansi

1. Dr. Sima Mulyadi, M.Pd. Dosen UPI

2. Yuningsih, S.Pd. Guru SLB-BC Budaya Bangsa

3. Elin Marlina, S.Pd. Guru SLB-B Prima Bhakti Mulia Hasil expert judgement dikatakan valid apabila perolehan skor diatas 50%. Skor hasil validitas kemudian dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Error! Reference source not found.

Keterangan :

P = Skor / presentase

F = Jumlah cocok

N = Jumlah Penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu :

1. Valid = × 100% = 100%

2. Cukup Valid = × 100% = 66,6%

3. Kurang Valid = × 100% = 33,3%

4. Tidak Valid = × 100% = 0%

Berdasarkan hasil judgement terhadap tiga orang tim ahli diperoleh

hasil dengan presentasi 100%. Artinya bila ditinjau dari validitas, instrumen

tersebut dapat dikatakan valid atau layak digunakan.

(perhitungan validitas expert judgement terlampir).

5. Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2010, hlm. 154) jika instrumen yang dibuat dapat

dipercaya atau reliabel, maka akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

(36)

terlebih dahulu pada subjek yang memiliki karakteristik yang sama atau

mendekati karakteristik subjek dalam kemampuan bahasa reseptif dan

ekspresif. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini diukur dengan cara

internal consistency, karena mencobakan instrumen hanya sekali saja. Pengujian reliabilitas ini menggunakan rumus KR.20 (Kuder

Richardson) dengan rumus sebagai berikut :

}

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1

qi = 1 – pi

St²Error! Reference source not found. = varians total yaitu varians skor total

Sebelum menggunakan rumus diatas untuk mencari nilai reliabilitas,

maka harus menghitung Varians total (Error! Reference source not found. ) terlebih dahulu dengan menggunakan rumus :

Error! Reference source not found. dengan Error! Reference source not found.

n = jumlah responden

diketahui : n = 1

1) Menghitung varians total (Terlampir)

2) Menghitung relibilitas (Terlampir)

Tolak ukur menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat

digunakan tabel klasifikasi analisis reliabilitas tes menurut Arikunto (2010)

(37)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,00 – 0,19 Sangat rendah

0,20 – 0,39 Rendah

0,40 – 0,59 Cukup

0,60 – 0,79 Tinggi

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Hasil yang didasarkan dari uji relibilitas terhadap instrumen

penelitian, maka diperoleh harga = 0,81 Jika diinterprestasikan, maka

tergolong pada koefisien relibilitas sangat tinggi, sehingga instrumen

tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan

cara tes, tes merupakan serentetan pertanyaan ataupun latihan serta alat

lainnya yang digunakan untuk dapat mengukur keterampilan pengetahuan dan

intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh subjek. Tes yang

digunakan dalam penelitian ini adalah tes lisan, tes tulis dan tes perbuatan. Tes

tersebut diberikan pada tahap baseline-1 (A1) dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan anak sebelum diberikan intervensi atau perlakuan,

tahap intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian selama mendapatkan

perlakuan, dan tahap baseline-2 (A2) bertujuan untuk melihat pengaruh intervensi yang diberikan. Skoring dilakukan berdasarkan kriteria penilaian

yang ditetapkan berdasarkan butir soal yang telah disusun. Setelah semua data

terkumpul, kemudian dijumlahkan. Jumlah jawaban benar (skor perolehan)

dibagi jumlah skor keseluruhan (skor maksimum) dikalikan seratus (100%).

F. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

(38)

a. Pengurusan Administrasi

 Mengurus surat pengantar dari jurusan Pkh untuk pengangkatan

dosen pembimbing;

 Mengurus surat pengantar izin penelitian untuk ke direktorat melalui

Direktorat Akademik;

 Mengurus surat pengantar izin penelitian melalui Direktorat

Akademik untuk ke Badan Kesatuan Bangsa.

 Membuat surat izin penelitian di KESBANG.

 Memberikan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah ditempat

penelitian yaitu SLB-B Prima Bhakti Mulia.

b. Penentuan subjek dan lokasi penelitian

Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap untuk mendapatkan

gambaran jelas tentang subjek penelitian yang ada dilapangan. Subjek

dalam penelitian ini adalah seorang anak tunarungu berat kelas VI di

SLB-B Prima Bhakti Mulia. Berikut identitas subjek :

Nama : FRS

Usia : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Ciputri 298 Rt : 09/ Rw ; 05, kelurahan Cigugur

tengah, kecamatan Cimahi tengah.

2. Pelaksanaan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaannya

adalah sebagai berikut

a. Tahap baseline-1 (A1)

Untuk mengetahui kemampuan dasar bahasa reseptif dan ekspresif

anak, maka peneliti melakukan asesmen awal dengan memberian tes

lisan dan tes perbuatan dalam memahami dan mengucapkan kata sampai

data cenderung stabil. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 32 soal.

(39)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Pertama, untuk mengukur kemampuan anak dalam bahasa reseptif.

Peneliti melakukan beberapa perintah sederhana kepada subjek,

pengukuran pada tahap ini melalui tes tulis dan tes perbuatan.

2) Kedua, untuk mengukur kemampuan anak dalam bahasa ekspresif.

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada subjek,

pengukuran pada tahap ini melalui tes lisan.

Sebelum melaksanakan intervensi, peneliti bersama anak melakukan

tahap perkenalan sebagai berikut :

1) Anak akan dikenalkan dan dijelaskan artinya terlebih dahulu pada

setiap kata yang ada di dalam lagu halo-halo Bandung

2) Peneliti mengintruksikan kepada anak untuk mengangkat bendera

sesuai dengan nama warna yang diucapkan oleh peneliti.

3) Peneliti mengangkat bendera berwarna merah dan mengucapkan

halo-halo Bandung, lalu anak menirukan yang diucapkan oleh

peneliti.

4) Peneliti mengangkat bendera berwarna hitam dan mengucapkan

ibukota periangan, lalu anak menirukan yang diucapkan oleh

peneliti.

5) Peneliti mengangkat bendera berwarna merah dan mengucapkan

halo-halo Bandung, lalu anak menirukan yang diucapkan oleh

peneliti.

6) Peneliti mengangkat bendera berwarna kuning dan mengucapkan

kota kenang-kenangan, lalu anak menirukan yang diucapkan oleh

peneliti.

7) Peneliti mengangkat bendera berwarna hijau dan mengucapkan

sudah lama beta , lalu anak menirukan yang diucapkan oleh peneliti.

8) Peneliti mengangkat bendera berwarna ungu dan mengucapkan

tidak berjumpa dengan kau, lalu anak menirukan yang diucapkan

(40)

9) Peneliti mengangkat bendera berwarna merah muda dan

mengucapkan sekarang sudah menjadi lautan api, lalu anak

menirukan yang diucapkan oleh peneliti.

10)Peneliti mengangkat bendera berwarna biru dan mengucapkan mari

bung rebut kembali, lalu anak menirukan yang diucapkan oleh

peneliti.

11)Setelah itu peneliti mengangkat bendera dan menuliskan lirik lagu

halo-halo Bandung, lalu anak mengikutinya.

b. Tahap Pelaksanaan/tahap intervensi(B) :

1) Peneliti dan anak berdoa bersama sama sebelum belajar.

2) Peneliti memberikan penjelasan kepada anak, bahwa akan belajar

berbahasa reseptif dan ekspresif menggunakan lirik lagu halo-halo

Bandung.

3) Peneliti menyiapkan penggalan lirik lagu yang ditulis pada sebuah

karton dan delapan bendera kecil berwarna

4) Peneliti memberikan contoh dan memberikan penjelasan ketika

peneliti mengucapkan lirik lagu halo-halo Bandung, anak

mengangkat bendera. Contoh : peneliti megucapkan halo-halo

Bandung anak mengangkat bendera berwarna merah.

5) Peneliti memberikan contoh dan penjelasan kepada anak untuk

menirukan lirik lagu yang diucapkan peneliti dengan membaca

gerak bibir peneliti. Contoh : peneliti mengucapkan lirik halo-halo

Bandung, anak mengucapkannya juga.

6) Peneliti memberikan contoh dan penjelasan kepada anak untuk

menuliskan lirik lagu halo-halo bandung sesuai dengan yang

diucapkan oleh peneliti. Contoh : peneliti mengucapkan lirik

halo-halo Bandung anak menuliskannya.

7) Peneliti memberikan contoh dan memberikan penjelasan cara

mengucapkan penggalan lirik lagu ketika salah satu bendera di

(41)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengucapkan penggalan lirik yang sesuai dengan kesepakatan

sebelum nya. Yaitu : halo-halo Bandung.

8) Peneliti mengucapkan lirik lagu halo-halo Bandung

Kemudian anak mengangkat bendera warna merah (reseptif)

9) Peneliti mengucapkan lirik lagu ibukota periangan

Kemudian anak mengangkat bendera warna hitam (reseptif)

10)Peneliti mengucapkan lirik lagu halo-halo Bandung

Kemudian anak mengangkat bendera berwarna merah (reseptif)

11)Peneliti mengucapkan lirik lagu kota kenang-kenangan

Kemudian anak mengangkat bendera berwarna putih (reseptif)

12)Peneliti mengucapkan lirik lagu sudah lama beta

Kemudia anak mengangkat bendera berwarna hijau (reseptif)

13)Peneliti mengucapkan lirik lagu tidak berjumpa dengan kau

Kemudian anak mengangkat bendera berwarna ungu (reseptif)

14)Peneliti mengucapkan lirik lagu sekarang sudah menjadi lautan api

Kemudian anak mengangkat bendera berwarna kuning (reseptif)

15)Peneliti mengucapkan lirik lagumari bung rebut kembali

Kemudian anak mengangkat bendera berwarna biru (reseptif)

16) Peneliti mengucapkan setiap lirik lagu halo-halo Bandung,

kemudian anak mengucapkannya kembali dengan melihat gerak

bibir peneliti (reseptif)

17)Peneliti mengangkat bendera warna merah

Kemudian anak mengucapkan : halo-halo Bandung (ekspresif)

18)Peneliti mengangkat bendera warna hitam

Kemudian anak mengucapkan ibukota periangan (ekspresif)

19)Peneliti mengangkat bendera warna merah

Kemudian anak berkata : halo-halo Bandung (ekspresif)

20)Peneliti mengangkat bendera warna kuning

Kemudian anak berkata : kota kenang-kenangan (ekspresif)

21)Peneliti mengangkat bendera warna hijau

(42)

22)Peneliti mengangkat bendera warna ungu

Kemudian anak berkata : tidak berjumpa dengan kau (ekspresif)

23)Peneliti mengangkat bendera warna merah muda

Kemudian anak berkata : sekarang sudah menjadi lautan api

(ekspresif)

24)Peneliti mengangkat bendera warna merah biru

Kemudian anak berkata : mari bung rebut kembali (ekspresif)

25) Peneliti mengangkat bendera dengan warna tertentu, kemudian

anak menuliskan lirik lagu sesuai dengan bendera yang diangkat

tersebut. (ekspresif)

26)Selesai

c. Tahap baseline-2 (A2) :

Pada tahap ini merupakan tahap pengulangan dari kondisi awal

baseline-1 (A1) tanpa intervensi, yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif anak dengan memberikan

format tes yang sama seperti pada tahap awal baseline-1 (A1). pada tahap ini pula subjek diberikan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana

intervensi melalui lirik lagu halo-halo Bandung terhadap kemampuan

bahasa reseptif dan bahasa ekspresif subjek.

G.Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

pengukuran presentase. Persentase (%) yaitu dengan cara menghitung

jumlah soal yang dikerjakan dengan benar dibagi jumlah maksimum

dikalikan seratus.

Setelah data terkumpul kemudian diolah dan dianalisis ke dalam

statistik deskriptif, Menurut Sugiyono (2014, hlm. 207) :

(43)

Annisa Palaah Hermawan, 2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK

TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan akhir dalam sebuah penelitian

sebelum menarik kesimpulan. Analisis data pada penelitian dengan subjek

tunggal ini menggunakan statistik deskriptif, yang disajikan dalam table

dan grafik, grafik yang digunakan yaitu grafik garis. Penggunaan tabel

dan grafik diharapkan dapat memperjelas dan mempermudah dalam

memahami data hasil kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif

melalui lirik lagu halo-halo Bandung.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis

data-data tersebut adalah:

1. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1 (A1),. 2. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B).

3. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2 (A2).

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1 (A1), kondisi intervensi (B) dan baseline-2 (A2).

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1 (A1), skor intervensi (B) dan baseline-2 (A2).

6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara

langsung perubahan yang terjadi dari ketiga tahap.

7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.

Gambar

Tabel 3.1
Grafik 3.1 Tampilan Desain A-B-A
Tabel 3.2 Identitas Subjek Penelitian
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENGGUNAAN SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) DAN BAHASA ISYARAT INDONESIA (BISINDO) OLEH SISWA TUNARUNGU REMAJA DI SLB-B KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Judul Skripsi : Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Anak Tunarungu Kelas VIII di SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran

Bagi para ibu anak tunarungu di SLB-B “X” agar meningkatkan resiliensi mereka dengan mencari alternatif metode cara mendidik anak tunarungu untuk dapat meningkatkan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan mendiskriminasi bunyi bahasa pada anak tunarungu kelas VII SLB B Karnnamanohara dalam pembelajaran Bina

Diharapkan perancangan media pembelajaran buku dan kartu peraga mengenai meningkatkan kemampuan bahasa reseptif pada anak tunarungu di mata pelajaran matematika dapat

Tahun Pelajaran 2016/2017 (Tinjauan Psikolinguistik). Penelitian ini bertujun untuk mengetahui, 1) sejauh mana pemerolehan bahasa siswa tunarungu di SLB YKK Pacitan,

Hasil penelitian kemampuan berbahasa reseptif tiga anak tunarungu taman kanak-kanak kelas 1 dengan metode maternal reflektif yaitu: (1) Y mampu berbahasa

Aplikasi ini tidak hanya diperuntukan bagi tunarungu saja, tetapi dapat digunakan oleh anak normal yang sedang belajar kode bahasa isyarat abjad tunarungu dan