• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) MELALUI JEJARING MEDIA SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN TPCK GURU SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) MELALUI JEJARING MEDIA SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN TPCK GURU SEKOLAH DASAR."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PELATIHAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL

CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) MELALUI JEJARING MEDIA SOSIAL

TERHADAP KEMAMPUAN TPCK GURU SEKOLAH DASAR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Dasar

Oleh

Urip Nurdiana 1101219

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PELATIHAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL

CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) MELALUI JEJARING MEDIA SOSIAL

TERHADAP KEMAMPUAN TPCK GURU SEKOLAH DASAR

Oleh Urip Nurdiana

S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu Syarat Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana

Program Studi Pendidikan Dasar

©Urip Nurdiana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Phil. Ari Widodo, M. Ed. NIP. 196705271992031001

Pembimbing II

Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd NIP. 196510011998022001

Mengetahui

Ketua Program Studi PendidikanDasar

(4)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

(5)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PELATIHAN TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (TPCK) MELALUI JEJARING MEDIA SOSIAL TERHADAP

KEMAMPUAN TPCK GURU SEKOLAH DASAR

Abstrak

(6)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Batasan Masalah... 9

F. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kemampuan Guru dalam Penguasaan Teknologi ... 12

B. Technological Pedagogical Content Knowledge ... 15

C. Jejaring Media Sosial ... 24

D. Hakikat Pembelajaran IPA ... 32

E. Materi Panca Indera ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Metode dan Desain Penelitian ... 44

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 44

C. Variabel Penelitian ... 45

D. Instrumen Penelitian... 45

E. Uji Keterandalan Instrumen ... 46

F. Prosedur Penelitian... 47

1. Tahap Persiapan ... 47

2. Tahap Pelaksanaan ... 47

3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan ... 47

G. Pengolahan dan analisis data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Technological Knowledge ... 50

B. Pedagogical Knowledge... 56

C. Content Knowledge ... 68

D. Pedagogical Content Knowledge ... 70

(7)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 96

A. Simpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(8)

x

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Peringkat Indonesia menurut PISA ... 3

Tabel 1.2 Peringkat Indonesia menurut TIMSS ... 4

Tabel 3.1Kriteria Gain ... 47

Tabel 3.2Kisi-kisi TPCK ... 48

Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Pretest dan PostestTechnological Knowledge ... 50

Tabel 4.2 Hasil Analisis Pedagogical KnowledgePeserta TPACK ... 56

Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Pretest dan Postest Content Knowledge ... 68

Tabel 4.4 Hasil Analisis Jawaban Guru pada aspek PCK ... 70

Tabel 4.5 PetaKonsepPedagogical Content KnowledgePesertaPelatihan ... 83

(9)

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Technological Pedagogical Content Knowledge Framework .... 16

Gambar 2.2 Tampilan Facebook ... 26

Gambar 2.3 StatistikPengguna Facebook Indonesia danAmerikaSerikat ... 27

Gambar 2.4 Tampilan Gmail ... 29

Gambar 2.5 Tampilan Google Drive ... 30

Gambar 2.6 Tampilan Google Formulir ... 31

Gambar 2.7 Mata BagianDalam ... 34

Gambar 2.8 Bagian-bagianTelinga ... 38

Gambar 2.9 FungsiBagianLidah ... 40

Gambar 2.10 Bagian-bagianHidungManusia ... 41

(10)
(11)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan terus berkembang, begitupun dengan keterampilan

mengajar. Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu cepat sudah seharusnya

dipersiapkan oleh guru. Kesiapan dalam hal penguasaan ilmu pengetahuan

memang sudah layaknya harus selalu dipersiapkan oleh guru dalam rangka

menghadapi tantangan zaman di era global sekarang ini. Sudah semestinya

kemampuan guru juga harus terus ditingkatkan untuk menghadapai tantangan dan

meningkatkan kualitas pendidikan. Tetapi kenyataannya banyak guru, khususnya

guru sekolah dasar (SD) yang banyak tidak mendapat pelatihan untuk

meningkatkan kompetensinya.

Sebuah survei oleh Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) pada

Agustus-November 2012 di 20 kabupaten/kota menyebutkan sekitar 62 persen

dari 1.700 guru SD yang disurvei tidak pernah mendapatkan pelatihan. Adapun

guru di kota besar rata-rata hanya mengikuti pelatihan satu kali dalam lima tahun.

Bahkan dalam survei tersebut, ditemukan guru pegawai negeri sipil yang

mendapatkan pelatihan terakhir tahun 1980 (www.sekolahdasar.net).

Sekretaris Jenderal FSGI Retno Listyarti ketika memaparkan hasil survei

mengakui kalau kualitas guru memang kurang. Tetapi kualitas guru rendah bukan

salah guru semata, itu juga karena kapasitas guru tidak dibangun melalui pelatihan

(www.sekolahdasar.net).

Guru memang kurang mendapatkan pelatihan, seperti yang dikemukakan

oleh Santyasa, I.W (2008: 7) yang meneliti 108 orang guru yang berada di Provinsi Bali bahwa: “...42,6% guru menyatakan guru pernah mengikuti pelatihan pembelajaran yang inovatif kurang dari tiga kali, 5,6% antara 3-6 kali, 3,7% lebih dari 6 kali.” Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Santyasa terlihat bahwa guru memang sangat jarang mengikuti pelatihan, hal ini tentu saja

berdampak pada pemerolehan pengetahuan terkini yang dimiliki guru menjadi

(12)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kenyataan bahwa guru SD kurang memperoleh pelatihan dibenarkan oleh

Kepala Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan pada Kemendikbud.

Tugas pemberian pelatihan seharusnya dilakukan oleh pemerintah daerah karena

sejak otonomi daerah, penanganan guru SD menjadi tanggung jawab daerah.

Dengan demikian dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

semua pihak harus benar-benar bisa ikut terlibat demi mewujudkan kualitas

pendidikan yang lebih baik (www.sekolahdasar.net).

Pihak Kemendikbud berdalih uji kompetensi guru yang dilaksanakannya

adalah bentuk upaya pemerintah pusat untuk ikut bertanggung jawab atas

minimnya guru SD yang mendapat pelatihan. Uji kompetensi guru dilakukan

untuk mengetahui secara persis kondisi guru sehingga bisa diberikan pelatihan

sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap guru terlebih dengan kebutuhan pendidikan di

abad 21 yang dominan penggunaannya pada aspek teknologi.

Kompetensi guru di abad ke 21 menuntut guru untuk senantiasa selalu

memperbaiki kemampuannya. Menurut BSNP (2010: 20) menjelaskan

bahwaSalah satu ciri yang paling menonjol pada abad XXI adalah semakin

bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin

cepat. Sehingga hubungan antara pendidikan dengan teknologi pada abad ke 21 ini

menjadi sesuatu yang memang penting dan tidak bisa didiamkan begitu saja.

Perkembangan abad ke 21 semakin mempersempit faktor ruang dan waktu

yang selama ini telah menjadi salah satu pembatas dalam menentukan kecepatan dan

keberhasilan dalam ilmu pendidikan. Melihat manfaat teknologi yang sangat besar

sekali dalam dunia pendidikan tentunya harus benar-benar bisa dimanfaatkan oleh

semua elemen pendidikan baik itu tingkat daerah maupun tingkat pusat. Dalam

konteks pemanfaatan TIK di dunia pendidikan, telah terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat manusia.

Sehingga dengan demikian tentunya akan sangat berdampak besar bagi peningkatan

(13)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PISA (Programme for International Student Assessment) yang diadakan

setiap 3 tahun sekali terhitung sejak tahun 2000dalam rangka mengukur tingkat

pendidikan suatu negara. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun

2000. Pada tahun 2000 sebanyak 41 negara berpartisipasi sebagai peserta

sedangkan pada tahun 2003 menurun menjadi 40 negara dan pada tahun 2006

melonjak menjadi 57 negara.PISA ini mengikutkan siswa yang berusia 15 tahun

dari negara maju dan negara berkembang. Indonesia merupakan Negara peserta

yang sejak keikutsertaannya dalam survey yang digelar oleh PISA selalu berada

pada peringkat 10 besar. Peringkat 10 besar ini bukan merupakan peringkat teratas

melainkan peringkat 10 dari bawah (http://padepokanguru).

Tabel 1.1 Peringkat Indonesia menurut PISA

(14)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan peringkat PISA sejak tahun 2000 sampai dengan 2012dapat

terlihat bahwa nilai dari sains selalu menduduki peringkat terbawah. Hasil survey

tahun 2012 pun tidak memberikan hasil yang lebih baik dari tahun-tahun

sebelumnya bahkan lebih parah lagi, yakni berada pada peringkat 64. Peringkat 64

ini merupakan peringkat kedua dari bawah dengan jumlah total Negara peserta

yang ikut sebanyak 65 negara. Melihat data ini ternyata banyak hal yang harus

dievaluasi.Tidak hanya dari siswa, tetapi dari semua aspek baik itu guru maupun

dengan pihak pemangku kebijakan.

Tidak berbeda jauh dengan peringkat PISA, pada peringkat menurut

TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) Indonesia juga

masih berada pada peringkat bawah nilai rata-rata secara internasional. TIMSS

adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah

lanjutan tingkat pertama. TIMSS merupakan studi yang diselenggarakan setiap

empat tahun sekali. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi sejak tahun 1999.

Tabel 1.2 Peringkat Indonesia menurut TIMSS

(15)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Utomo (2011) menyebutkan bahwa Indonesia berada signifikan

di bawah rata-rata internasional. Berdasarkan tabel hasil TIMSS di atas terlihat

dengan jelas, Pada tahun 1999 skor prestasi matematika Indonesia berada di

peringkat 34 dari 38 Negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46

negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara. Dengan jumlah

negara peserta yang sama seperti dalam matematika, untuk rata-rata skor prestasi

sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda. Siswa Indonesia pada tahun 1999

berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37, dan pada

tahun 2007 berada di peringkat ke 35.Data TIMSS terakhir yang dilaksanakan

pada tahun 2011nasibnya juga hampir sama dengan peringkat pada PISA, yakni

nilai sains negara Indonesia berada pada peringkat kedua dari bawah.

Pelatihan terhadap Guru mengenai pendekatan atau metode yang baru

dengan menggunakan media e-learning merupakan sesuatu hal yang tepat

dilakukan dalam pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan proses dan hasil

pembelajaran siswa pembelajaran e-learning merupakan salah satu cara

dalammeningkatkan pendidikan baik melaui proses pembelajaran maupun dalam

pengembangan kompetensi guru. Penggunaan e-learning sendiri memang jarang

dilakukan oleh guru-guru dengan berbagai alasan. Seperti ketersediaan sarana dan

prasarana, kemampuan dari guru, atau pun karena kurangnya penggunaan media

e-learningyang dianggap lebih repot untuk digunakan.

Penggunaan Pembelajaran e-learning memang dirasa kurang diaplikasikan

didalam pembelajaran. Hal itu terlihat berdasarkan hasil observasi lapangan,

sering ditemukan penggunaan metode dan media yang masih berorientasi pada

pembelajaran konvensional. Artinya masih terdapat guru-guru yang menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan metode dan media yang konvensional seperti

contohnya penggunaan metode sepenuhnya ceramah atau juga penggunaan media

gambar dan papan tulis saja. hal ini terjadi karena keterlibatan dari pihak-pihak

pemangku kebijakan jarang melakukan pelatihan terhadap guru-guru. Sehingga

berdampak pada kurangnya pemahaman guru terhadap penggunaan media dan

(16)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terobosan yang harus dilakukan di abad ke-21 dalam pendidikan tentunya

guru harus bisa memanfaatkan proses pembelajaran dengan bantuan teknologi.

Kualitas pembelajaran akan semakin meningkat manakala guru mampu

memanfaatkan teknologi yang dapat membuat guru learning how to learn dan to

learn about teaching. Pembelajaran pada yang pada umumnya selalu menerapkan

aspek pedagogy dan content seiring dengan perkembangan zaman maka faktor

teknologi menjadi pelengkap bagi guru dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan.

Peradaban yang semakin maju tentunya menghasilkan teknologi yang

semakin baru juga. Semakin canggihnya teknologi semakin memudahkan aktifitas

manusia. Seperti dengan kemunculan jejaring media sosial yang hadir akibat dari

perkembangan internet. Kehadiran Jejaring media sosial merupakan bentuk dari

kemajuan teknologi. Dengan adanya jejaring media sosial membuat orang bisa

berinteraksi satu sama lain meski berbeda tempat. Kemunculan jejaring media

sosial juga dari hari kehari semakin menarik dalam hal tampilan atau pun

fasilitas-fasilitas yang ada. Seperti misalnya jejaring media sosial facebook yang terus

menerus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penggunanya.

Perkembangan zaman abad ke 21 telah memunculkan paradigma baru.

Dalam hal ini adalah munculnya paradigma pendidikan di abad 21. Paradigma

pendidikan di abad ke 21 ini tujuannya adalah untuk memperbanyakpengetahuan

pendidikan pada masa lalu dengan kolaborasi dengan pengetahuan pada masa

sekarang ini. Selain itu perubahan paradigma pendidikan di abad ke 21 ini

menitikberatkan pada pengembangan dan penguasaan kemampuan teknologi

dalam pembelajaran. Jika penguasaan teknologi semakin mumpuni tentunya guru

bisa menerapkannya dalam proses pembelajaran dengan harapan dapat

meningkatkan mutu dari pendidikan. Bagi guru pengembangan kemampuan

teknologi dalam pendidikan membuat guru mampu beradaptasi dengan

perkembangan zaman yang ada. Sebagai guru yang profesional sudah selayaknya

selalu bisa mengembangkan kompetensi dirinya terutama dalam hal pendidikan.

Salah satu cara pengembangan kompetensi ini adalah dengan penguasaan dan

(17)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat perkembangan teknologi yang terus menerus berkembang

tentunya harus bisa dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka meningkatkan

pembelajaran. Kemampuan teknologi yang meningkat yang dimiliki oleh guru

dalam pembelajaran, tentunya akan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran

pula. Maka dari itu pemahaman akan teknologi yang diintegrasikan dalam proses

pembelajaran tentunya akan semakin meningkatkan kualitas pendidikan.

Kemampuan guru tidak semata-mata hanya mengembangkan kemampuan

pedagogical ataupun Content saja dalam pembelajaran, melainkan diperlukan

pemahaman mengenai teknologi supaya pembelajaran sesuai dengan

perkembangan zaman di era modern ini.

Pengintegrasian teknologi, pedagogi, dan konten dalam proses

pembelajaran memberikan kerangka berfikir baru bagi guru untuk meningkatkan

proses dan juga hasil pembelajaran. Pengintegrasian teknologi, pedagogi, dan

konten ini yang kemudian dikenal dengan TPCK. TPCK merupakan sebuah

kerangka kerja yang bisa mengintegrasikan aspek pengetahuan teknologi,

pedagogi, dan konten secara utuh sehingga memunculkan pola berfikir baru

mengenai penggabungan ketiga aspek tersebut dalam pembelajaran. Dengan

pengintegrasian ketiga aspek Technology, pedagogy, dan content dalam

pembelajaran tentunya dapat memberikan variasi dalam pembelajaran yang dapat

bermanfaat bagi peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik lagi.

Dari latarbelakang yang dikemukakan di atas penulis tertarik mengambil judul untuk penelitian “Pelatihan TPCK (Techonological Pedagogical Content Knowledge) melalui Jejaring media Sosial terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar pada Materi Panca Indera”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah kemampuan TPCK guru SD sebelum mengikuti pelatihan

TPCK melalui jejaring media sosial pada pembelajaran IPA materi Panca

(18)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Apakah pelatihan TPCK melalui jejaring media sosial berpengaruh terhadap

peningkatan TPCK guru SD pada pembelajaran IPA materi Panca Indera

sebelum dan sesudah pelatihan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan TPCK Guru SD sebelum

dan sesudah pelatihan melalui jejaring media sosial pada pembelajaran

IPA materi Panca Indera.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan TPCKGuru SD

selamapelatihan melalui jejaring sosial pada pembelajaran IPA materi

Panca Indera.

D.Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bermanfaat untuk memahami konsep e-learning yang dapat

diterapkan pada pendidikan di Sekolah Dasar.

2. Penelitian ini memberikan pemahaman kepada guru tentang perpaduan

pengetahuan Technology, Pedagogy, dan Content Knowledge (TPCK)

dalam pembelajaran dengan e-learning di Sekolah Dasar.

3. Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan pada para guru SD

dalam hal pengintegrasian jejaring sosial dengan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar.

4. Memberikan pemahaman dan juga skill/kemampuan kepada guru dalam

penyusunan perencanaan dan pengembangan pendidikan dengan

menggunakan konsep e-learning.

5. Penelitian ini sebagai bahan inovasi pelaksanaan pembelajaran di SD

dalam hal pengoptimalan konten digital untuk merancang desain

pembelajaran IPA yang diintegrasikan dengan technology, pedagogy,

(19)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang jelas,

maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikuti:

1. Jejaring Media Sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah jejaring

sosial media Facebook.

2. Aplikasi Google Drive yang digunakan yaitu aplikasi Google Form dan

aplikasi e-mail.

F. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah yang

digunakan pada penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang

istilah-istilah tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. TPCK adalah suatu kerangka kerja untuk memahami dan menggambarkan

jenis pengetahuan yang dibutuhkan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan Technology, Pedagogical dan Content juga secara lebih efektif.

2. Pembelajaran hybird adalah pembelajaran yang sebagian aktivitas belajarnya

dipindahkan ke ruang virtual (berlangsung secara online) dengan mengurangi

porsi belajar tatap muka tradisional, tetapi tidak meniadakan sama sekali.

3. Facebook adalah sebuah layanan jejaring sosial media dan situs web yang

diluncurkan pada bulan Februari 2004 yang dimiliki dan dioperasikan oleh

Facebook, Inc

4. Google Drive merupakan aplikasi yang ada pada jaringan internet yang

berguna untuk Mengelola File Berkas Documents (Agung. G, 2009:1).

5. Alat indera adalah alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan di luar

(20)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Kuantitatif dengan metode

deskriptif. Sukmadinata (2012:54) menjelaskan bahwa “metode penelitian

deskriptif adalah suatu metode yang menggambarkan fenomena-fenomena yang

ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau”. Pada penelitian ini,

peneliti tidak mengadakan manipulasi pada variable-variabel bebas, tetapi

menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Dalam penelitian pelatihan TPCK

melalui jejaring media social terhadap guru SD ini, peneliti menggambarkan

bagaimana kerangka kerja para guru peserta pelatihan sebelum dilaksanakan

pelatihan dan juga mendeskripsikan kerangka kerja guru setelah dilaksanakan

penelitian.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada dilingkungan UPTD Kecamatan Cileunyi.

Lebih tepatnya di gugus I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Provinsi Jawa

Barat. Jumlah SD yang ada di Gugus I ini berjumlah sepuluh SD dengan Jumlah

Guru sebanyak 135 Orang.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah Guru di Gugus I Kecamatan Cileunyi Kabupaten

Bandung. Subyek penelitian terdiri dari guru-guru SD yang berada di lingkungan

Dinas Pendidikan Kecamatan Cileunyi, lebih tepatnya lagi di gugus I. Karena

pertimbangan jumlah guru yang begitu banyak, maka penelitian ini difokuskan

pada guru-guru bisa mengaplikasikan teknologi komputer dan aplikasi internet.

Berdasarkan alasan tersebut maka yang menjadi subyek penelitian berjumlah 8

(21)

45

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel Penelitian

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat Level

TPCK guru SD pada pembelajaran IPA. Variabel bebas dalam penelitian adalah

Pelatihan aplikasi Facebook dan aplikasi Google Drive.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: tes tertulis TPCK,

pedoman observasi dan Portofolio

1. Tes TPCK

Tes ini mengandung Tujuh komponen TPCK menurut Mishra dan Kohler

dalam Handbook TPCK for Educators (2008:12) yaitu Pedagogical knowledge

(PK), Content knowledge (CK), Technology knowledge (TK), Pedagogical content

knowledge (PCK), Technological content knowledge (TCK), Technological

pedagogical knowledge (TPK), maupun Technological pedagogical content

knowledge (TPCK). Namun yang diuji melalui instrumen tes hanya pada level

Content Knowledge saja. Tes ini diberikan saat sebelum pelatihan dan setelah

dilaksanakan pelatihan. Dalam pengukuran Content Knowledge (CK), diukur

dengan butir soal yang dibuat dalam bentuk Essay sebanyak 5 soal.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat dalam rangka memperoleh gambaran

mengenai kemampuan Pedagogical knowledge (PK), Pedagogical Content

Knowledge (PCK), dan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK).

Ketiga level baik PK, PCK maupun TPCK diberikan pedoman wawancara

yang nantinya akan dijawab oleh guru. Hasil pedoman wawancara yang telah

dijawab oleh guru kemudian diukur dengan menggunakan pertanyaan yang

nantinya akan dianalisis secara kualitatif.

Technological Content Knowledge (TCK) dan Technological Pedagogical

Knowledge (TPK) dalam penelitian ini tidak diukur. Hal ini karena keterbatasan

(22)

46

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pedoman Observasi

Pedoman Observasi TPCK digunakan untuk memperoleh informasi berupa

aktivitas guru terhadap indikator TPCK yang tercapai atau tidak tercapai selama

pelatihan TPCK dilakukan. Bentuk observasi yang dilakukan dengan

membubuhkan tanda ceklist pada hasil pengamatan, dengan pertimbangan ya dan

tidak, dilakukan atau tidak.

E. Uji Keterandalan Instrumen

Uji keterandalan Instrumen dilakukan untuk mengukur sejauh mana

instrumen penelitian dapat mengungkap dengan tepat gejala-gejala yang akan

diukur serta untuk memperoleh validitas dari instrumen yang telah disusun.

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang

diteliti secara tepat Arikunto, (2006:168). Validitas yang dilakukan pada

penelitian ini menggunakan construct validity (validitas empirik). construct

validity dilakukan dengan cara menguji kesahihan butir-butir terhadap faktor

(indikator)nya.Validitas konstrak yang dibuat dapat mengukur setiap aspek

berfikir yang ada pada indikator atau pemetaan indikator dengan merinci atau

memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek pada indikator. Pengujian

terhadap validitas konstrak ini dilakukan oleh para ahli yang memiliki kredibilitas

dalam bidang Teknologi pembelajaran, konten pembelajaran dan juga dalam

bidang pedagogi.

Pada aspek Technological Knowledge dilakukan analisis kuantitatif

dengan cara menghitung gain. Menghitung gain atau peningkatan hasil belajar

adalah dengan cara menghitung skor pretest dan postest tiap-tiap peserta pelatihan

TPCK di gugus 1 Kecamatan Cileunyi, serta dibandingkan dengan kriteria yang

ditentukan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur peningkatan

kemampuan tiap-tiap guru peserta pelatihan menurut Meltzer (Cahya, 2013:5)

(23)

47

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor Postest – Skor Pretest Skor Maksimum – skor Pretest Ngain =

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan gain menurut

klasifikasi Meltzer (Cahya, 2013:5) seperti tabel di bawah ini:

Tabel 3.1 Kriteria Ngain

Penelitian melalui tiga tahap berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mempelajari standar isi mata pelajaran IPA SD pada Materi Panca Indera

b. Melakukan studi kepustakan mengenai TPCK.

c. Melakukan studi kepustakan mengenai penggunaan sosial media dalam

pembelajaran

d. Menentukan topik dan subjek penelitian.

e. Menyusun kisi-kisi instrumen yang terdiri dari tes kemampuan TPCK sebelum

dan sesudah pelatihan materi Panca Indera, pedoman observasi dan portofolio

f. Validasi instrumen.

g. Perbaikan instrumen.

h. Mempersiapkan instrumen dan mengurus surat ijin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Mengumpulkan guru-guru untuk bersedia mengikuti pelatihan TPCK melalui

jejaring media sosial.

b. Menentukan jadwal pelaksanaan pelatihan pelatihan TPCK melalui jejaring

media sosial.

c. Melaksanakan tes kemampuan pelatihan TPCK.

3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

a. Melakukan analisis yaitu mengkategorikan informasi yang diperoleh ke dalam

(24)

48

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(PK), Content knowledge (CK), Technology knowledge (TK), Pedagogical

content knowledge (PCK), maupun Technological pedagogical content

knowledge (TPCK).

b. Bentuk TPCK yang dikembangkan oleh guru akan dijadikan bahan portofolio

setelah pelatihan materi panca indera.

c. Dari hasil observasi akan diperoleh informasi dari guru seputar pelatihan

TPCK dalam pembelajaran sains. Kemudian faktor pendukung dan

penghambatnya dianalisis.

d. Analisis data didukung oleh berbagai sumber sebagai dasar teori.

G. Pengolahan dan analisis data

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

berupa hasil kemampuan TPCK guru dalam bentuk skor nilai, sedangkan data

kualitatif merupakan data pendukung yang dianalisis dengan cara deskriptif yaitu

berupa data kemampuan TPCK guru.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu

secara kuantitatif dan secara kualitatif. Analisis data secara kuantitatif dilakukan

untuk mengetahui besarnya peningkatan TPCK setelah dilakukan pelatihan

TPCK. Data utama yang dipakai untuk melihat peningkatan TPCK adalah data

hasil Pretest maupun postest. Data tersebut dianalisis untuk melihat skor hasil tes.

Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rata-ratanya.

Berikut ini adalah kisi-kisi soal TPCK, yaitu :

Tabel 3.2 Kisi-Kisi TPCK

(25)

49

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(PK) pengetahuan tentang

pengelolaan kelas

(CK) pengetahuan tentang

(26)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Penelitian ini untuk memberikan gambaran/ deskripsi mengenai

kemampuan TPCK yang dimiliki sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.

Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut:

Pertama, bahwa kemampuan guru SD di gugus 1 Kecamatan Cileunyi

sebelum mengikuti pelatihan TPCK pada umumnya masih rendah. Selain itu pada

umumnya guru tidak pernah menggunakan proses pembelajaran yang melibatkan

kemampuan TPCK yang terintegrasi dengan kemajuan perkembangan teknologi

seperti di Abad ke-21. Hal ini terlihat pada salah satu level TPCK yakni TK,

dimana para guru masih belum bisa memaksimalkan TK pada proses

pembelajaran. Selain TK, level CK juga menunjukkan bahwa pemahaman guru

mengenai content knowledge dalam hal ini panca indera masih kurang. Hal ini

terlihat pada nilai rata-rata skor pretest adalah 41,25.

Kedua, Pelatihan TPCK melalui jejaring media sosial telah terbukti

berpengaruh positif terhadap kemampuan TPCK guru SD pada pembelajaran

IPA. Hal itu terlihat Pada level TK terjadi peningkatan hasil postest dengan NGain

sebesar 0,3. Untuk level PK guru telah memahami pengetahuan tentang PK, hal

ini terlihat dari pengetahuan mengenai metode dan media pembelajaran yang

diungkapkan oleh setiap guru pada instrumen yang telah dijawab. Level CK juga

mengalami peningkatan tinggi, hal ini terlihat pada skor nilai Pretest dan Postest

dengan NGain sebesar 0,9. Level PCK guru peserta pelatihan memiliki dasar

pengetahuan yang cukup, hal ini terlihat dari ungkapan yang dikemukakan oleh

guru dan juga hasil RPP yang telah guru buat. Level TPCK para guru peserta

pelatihan juga mengalami tambahan pengetahuan baru, dimana semua guru telah

mampu dan paham bagaimana cara memanfaatkan teknologi internet dalam

pembelajaran. Pemanfaatan teknologi internet ini sendiri meliputi pengintegrasian

(27)

97

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Saran

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan yang ada pada tesis ini, maka

penulis memberikan beberapa saran sebagai masukan yakni:

1. Kepada Dinas Pendidikan pada khususnya untuk menyelenggarakan pelatihan

TPCK dalam rangka memfasilitasi guru-guru SD untuk melek Teknologi dan

selalu dapat bersaing di era kemajuan teknologi yang terus berkembang.

2. Kepada para Guru, diharapkan dengan pemanfaatan TPCK dapat memberikan

pembelajaran yang bervariasi kepada siswa sehingga bermanfaat bagi proses

pembelajaran yang lebih baik lagi.

3. Sekolah mempunyai peran penting untuk senantiasa memberikan kesempatan

kepada guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis e-learning dengan

penerapan konsep TPCK, sehingga TPCK bukan hal yang awam lagi ketika

digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas.

4. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan ada penelitian tentang penerapan

model pelatihan dengan menggunakan lesson study, atau pun penelitian

(28)

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agung, G. (2009). Google untuk Guru. Jakarta: Gramedia

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asydhad, A. (2012). Indonesia Peringkat 1 dalam facebook di Asia. [online].Tersedia:http://news.detik.com/read/2009/07/11/080128/1163040/ 723.

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan abad XXI. Jakarta: Kemendikbud.

Cahya, B.I. (2013). Penggunaan Aplikasi Multimedia Pembelajaran Topologi Jaringan Komputer Berbasis Macromedia Flash untuk menigkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran TIK. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta.

Chai, C. S., Koh, J. H. L., & Tsai, C.-C. (2010). Facilitating Preservice Teachers' Development of Technological, Pedagogical, and Content Knowledge (TPCK). Educational Technology & Society, 13 (4), 63–73.

Dahar, R.W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Degeng, I Nyoman, S. (1989). Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: Depdikbud

Djamarah, S.B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dziuban, C., Hartman, J., & Moskal, P. (2004). “Blended learning”. Educause center for applied research Bulletin, 7, 1-12.

Driana, E. (2012). Skor TIMS. Gawat Darurat Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.bincangedukasi.com/gawat-darurat-pendidikan.html

[5/12/2013].

Hambali, (2008). Aplikasi Penyebaran Tugas Kerja Berbasis Jejaring Sosial

Harahap. R.F. (2008). Setiap Hari Pengguna Internet di Indonesia Capai 87

Juta. [online]. Tersedia:

http://techno.okezone.com/read/2013/04/10/55/78. [27/06/2013]

(29)

99

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iwan. (2013). Skor PISA. Posisi Indonesia Nyaris Jadi Juru Kunci. [online].

Tersedia:http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html [5/12/2013].

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2005). What happens when teachers design edu- cational technology? The development of technological pedagogical content knowledge. Journal of Educational Computing Research. 32 (2), 131–152.

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2007). What Is Technological Pedagogical Content Knowledge?. Journal Michigan State University. 9, Issue 1 (2009) ISSN 1528-5804.

Koehler, M. J., & Mishra, P. (2008). Handbook Technological Pedagogical Content Knowledge for Educators. Routledge for the American Association fo Colleges for Teacher Educations.

Kurniali. S (2009). Peran Media Sosial Di Internet Pada Penerapan Proses Knowledge Management. Makalah pada Graduate Program in Information System Management BINUSJakarta

Majid, A. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda

Meng, Chew Ceng et. All., (2012). Using Lesson Study to Develop Pre-Service Teachers Technological Pedagogical Content Knowledge for Teaching Mathematics with the Geometer’s Sketchpad. Jurnal Diges Pendidik Universitas Sains Malaysia dan Universitas Pendidikan Indonesia. 12, 25-36.

Nn. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Nugraha, R. S. (2013). Sejarah Teknologi informasi dan komunikasi. [online].Tersedia:http://sebuahramasebuahcerita.blogspot.com/2013/05/per kembangan-teknologi-komunikasi.html. [28/07/2013].

Nurbono. (2012). Pedagogical Content Knowledge. [online]. Tersedia: http://itppb.webs.com/apps/blog/show/5532697 [15/01/2013].

Nurkamid, dkk. (2010). Pemanfaatan Aplikasi Jejaring Sosial Facebook Untuk Media Pembelajaran. ISSN : 1979-6870, 1-16

(30)

100

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Parwatha, W.A. (2012). Optimalisasi Penggunaan Facebook. Makalah Program Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Pomham (1984). Handbook of psycological and educational assesment of Children. New York: Cecil R.Reynolds, Randy W. Kamphaus.

Rezab, J. (2013). Facebook Statistic. [online]. Tersedia: http://www.socialbakers.com/facebook-statistics/indonesia. [13/07/2013].

Rosenberg (2001). Pemanfaatan Multimedia dalam Pendidikan. Newyork: Addison Wesley Longman.

Sanjaya, W. (2007). Kurikulum dan pembelajaran Teori dan Praktek KTSP. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group.

Santyasa, I Wayan. (2008). Keberadaan dan kepentingan pengembangan model pelatihan untuk pembinaan profesi guru. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha.

Schmidt, A.D, .et all (2009). Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK): The Development and Validation of an Assessment Instrument for Preservice Teachers. Jurnal Iowa State university. 42(2), 123-149.

Septa, K.. (2012). Banyak Guru SD Tidak Mendapat Pelatihan. [online].Tersedia:http://www.sekolahdasar.net/2012/12/banyak-guru-sd-tidak-mendapat-pelatihan.html. [12/12/2012].

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Syarifudin, T dan Kurniasih, (2009). Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.

(31)

101

Urip Nurdiana, 2014

Pengaruh Pelatihan Technological Pedagogical Content Knowledge (TPCK) Melalui Jejaring Media Sosial Terhadap Kemampuan TPCK Guru Sekolah Dasar

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sutisnawati, A. (2012). Pengaruh pelatihan materi sains berbasis ICT terhadap peningkatan scientific literacy dan ict literacy guru sekolah dasar.Bandung: Tesis Program Studi Pendidikan Dasar Universitas Pendidikan Indonesia

Tasar, M.F dan Timur, B. (2010). Developing Technological Pedagogical Content Knowledge in Pre-Service Teachers Through Microteaching Via Inquiry Based Interactive Physics Computer Animation. Journal Gazi University Turkey. 1-10.

Tasdik (2003). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta

TIM PISA. (2013). Survey Internasional PISA

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa

Trisnariyadi, Irfan (2013). Pengertian Teknologi. [online].Tersedia::http://irfantrisnariyadi.wordpress.com/2013/04/30/penge rtian-definisi-teknologi-menurut-para-ahli-2/. [28/07/2013]

Utomo. Y.S., Survey Internasional PISA.

[online].Tersedia:http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa. (12/6/2013)

Wibawanto, H. (2012). Pemanfaatan Facebook untuk Pengelolaan Pembelajaran Terpadu. Jurnal Diges Pendidik Universitas Sains Malaysia dan Universitas Pendidikan Indonesia. 12, 37-50.

Widodo dan Riandi (2013).Dual Mode Teacher Professional Development: challenges and re-visioning TPD in Indonesia. Jurnal Teacher Development. 17 (3), 380-392.

Wikipedia. (2012).

Gambar

Tabel 1.1 Peringkat Indonesia menurut PISA
Tabel 1.2 Peringkat Indonesia menurut TIMSS
Tabel 3.1 Kriteria Ngain
Tabel 3.2  Kisi-Kisi TPCK

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Gramsci, dalam hubungan kekuatan politik memiliki tiga hubungan tambahan sebagai perjuangan melawan hegemoni yang mengarah pada ‘economic-corporate’,

Seiring dengan kebutuhan pembangunan perkotaan yang dikeluarkan daerah Kabupaten Merangin, maka salah satu upaya penting yang dilakukan adalah dengan pemahaman persepsi dan

Indriana menyatakan bahwa ketidaksiapan dan upaya melawan perubahan-perubahan yang dialami pada masa usia lanjut justru akan menempatkan individu usia ini pada posisi

BNPT tidak bisa melakukan sendiri bagaimana melawan pemikiran Aman Abdurrahman melalui media online yang mereka kembangkan, tetapi lebih penting lagi peran sarjana, ulama

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi antrian di BAAK UTP, apakah dalam kategori padat atau tidak, menganalisa menggunakan teori antrian untuk

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih dan karuniaNya sehingga penyusunan naskah skripsi yang berjudul “Pengaruh kombinasi kaolin dan Kalsium fosfat dibasik

Tengku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pengantar Fiqh Mu’amalah, PT.. Barang najis tidak sah untuk diperjual belikan dan tidak boleh dijadikan uang sebagai alat tukar,

news producers, reporter, dan presenter head. Tahap kedua, yakni pasca peliputan peristiwa di mana hasil rapat redaksi tersebut kemudian dilimpahkan kepada