IMPLEMENTASI ANALISIS POSISI
PERENCANAAN STRATEGIK PEMERATAAN & PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SD/MI
Dl PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebahagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh Alfian Afif Nim 989640
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
DISETUJUI DANDISAHEAN OLEHPEMBIMBING
(Prof. DR. H.
"T
Abin Sp&ftsuddin Makmun, MA )
<rrjp^ffo188292
Pembimbing II
MengEtahui :
Ketua Program StudiAdministrasi Pendidikan
(Prof.Dr.H.\Tb.AbinSyamsjj&dinMakmun, MA)
Nip: B&U8292Program Magister Administrasi Pendidikan
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Tests ini adalah
sepenuhnya karya saya sendirL Tidak ada bagian
didalamnya yang termasuk kriteria plagiat dari
karya orang lain.
Bandung, Juni 2000
nulls.
Kupersembahkan
Kepada
Ayahanda Almarhum Afifuddin Ibrahim
Ibunda Almarhumah Adnen Daud
Adinda Almarhumah Vera SantiAfif
Serta
Isteriku Tercinta NurlaUiAsyek
Anakku Tersayang Dinda Allya Alfian
ABSTRAK
Penelitian ini ditujukan untuk menemukan alternatif strategi atau prioritas
program untuk pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Maksud tersebut didorong oleh kenyataan dilapangan bahwa: rata-rata angka partisipasi murai (APM) 86% atau 13% dari penduduk 7-12 tahun belum sekolah, maJah
ada kabupaten yang APM nya hanya 67,5% atau 32,5% AUS 7-12 tahun belum sekolah.
Sedangkan standar nilai ideal dan pencapaian rata-rata nasional APM mencapai 88,6%
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini ialah: (1) gambaran eksternal
pendidikan SD/MI; (2) gambaran internal pendidikan SDMI; dan (3) Prioritas program atau alternatifstrategi dalam pencapain pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI.
Metode penelitian yang dipakai adalah kualitatif, yang bercirikan deskriptif analitik. Bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat penelitian untuk melihat kondisi apa yang ada dalam situasi. Teknik yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi., dan observasi. Dari penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
Pertama: posisi pemerataan pendidikan SD/MI di Aceh adalah: antara 86% s/d
103%. Posisi itu dibandingkan dengan standar nilai ideal yaitu 100% dan pencapaian rata-rata nasional yaitu: 88% s/d 103%. Rinciannya; angka partisipasi kasar 103%; angka partisipasi murai 86%; angka mengulang 90,15%; rasio siswa per sekolah 132%; rasio siswaper kelas 143%; rasio per guru 100%; rasio rombongan kelas per ruang kelas 89%; dan rombongan kelas per guru 90%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemerataan diposisikan ke dalam kekuatan pendidikan SDMI di Aceh.
Kedua: posisi mutu pendidikan SD/MI di Aceh adalah: antara 22% s/d 99,5%.
Rinciannya: angka putus sekolah 99t5%; angka kelulusan 95,9%; angka mengulang 94%;
guru yang layak 22,8%; fasilitas pendukung 22%; dan NEM 63%.
Ketiga: peluang dari Faktor Eksternal Pendidikan SD/MI adalah:
wilayah masih sangat luas dibandingkan dengan penduduknya dengan kepadatan 68 jiwa/km sedangkan secara nasional 118 jiwa/km, dan DI Yokyakarta 18.699 jiwa/km.
Pertumbuhan penduduk 4,3%/th,kesehatan penduduk baik dibuktikan dengan harapan hidup
66 tahun, didukung 20 rumali sakit dan 212 puskesmas di 142 kecamatan. AUS 7-12 th
655.168 jiwa sedangkan jumlah SDMI 3.647 unitatau 180jiwa/SD. (Ideal 240) Penduduk
bekerja95,3%. Sebahagian besar penduduk bekerja disektor pertanian, perikanan 23,9%. Propinsi Aceh juga memiliki hasil pertanian, perikanan, peternakan yang melimpah. Industri besar sebanyak 132 unit dengan pekerja 19.488 jiwa Industri pertambangan minyak bumi dan gas juga ada. Hal lainnya yang mendukung keberhasilan pendidikan
adalah mayoritas penduduk beragama islam 94,8% serta taat beragama terbukti dengan
adanya4.918 mesjid/surauyang tersebar di 5.632 desa, berart hampir setiap desa memiliki mesjid/surau. Dari segi tranportasi, Aceh memilki 3.177 kmjalan didalam wilayah 56.566 km2, berarti dalam wilayah 17,8km2 terdapat 1 kmjalan. Disampiing itu memiliki 14.235
unit angkutan umum, berarti tiap 269 jiwa terdapat 1 angkutan umum. Dalam 55 penduduk
terdapat sebuah pesawat telepoa
Keempat: Tantangan dari Faktor Eksternal Pendidikan SD/MI adalah:
Akibat luasnya wilayah dan berbukit-bukit, penduduk bermukim tidak merata,
atau diatasnya hanya 17% dari seluh penduduk. Kondisi keainanan yang tidak kondusif
sejak dua tahun terakhir sangat mempengaruhi perekonomian penduduk dan kesempatan belajar anak. Penduduk miskin masih relatif abnyak yaitu 37,3% yang berada di 1.026 desa
atau 18,2% dari 5.632 desa Daerah Aceh yang subur dimana penduduknya tercukupi kebutuhannya membuat sebagian penduduk cendrung malas dan rendahnya semangat
belajar. Banyak daerah terpencil, berjauhan, jarak antar desa berjauhan, jalan kurang dan
angkutan sangat kurang.
Kelima: Kekuatan dari Faktor Internal Pendidikan SD/MI, adalah:
Faktor atau indikator yang menjadi kekuatan dari keberhasilan pendidikan
khususnya pendidikan di SDMI di Aceh antara lain ; angka partisipasi murni (APM) yang mencapai 86 % dan angka partisipasi aksar (APK) nya 103 % dibandingkan APK dan
.APM nasional yaitu 102,9 % dan 88,6 %. Indikator Iainnya adalah angka melanjutkan
(AM) mencapai 90,15 % lebih dari tingkat nasional yang hanya 80,08 %.Rasio siswa/sekolah 181 idealnya 240, siswa/kelas 28 idealnya 40, siswa/guru 25 idealnya 25,
kelas/RK 1,12 idealnya 1, kelas/guru 0,9 idealnya l.Hal Iainnya adalah angka mengulang 6,01, putus sekolah 0,66 %, dan lulus SD 95,89 % sedangkan tingkat nasional masing-masing 4,65 %, 0,99 %, 101,76 %. Lainnya guru yang tidak layak mengajar dari segi ijazah
hanya tinggal 3,61 % malah di Sabang, B.Aceh, ABaral dan A. Tenggara tidak ada lagi
sama sekali. Di Sabang guru yang layak mencapai 90,3 %. NEM rata-rata 6,31 diatas
nasional 6,19, di Banda Aceh mencapai 8,3, Pidie 7,0.
Keetiam: Kelemahan dari faktor Internal Pendidikan SD/MI adalah:
Ternyata masih ada 13 % dari AUS 7-12 th yang belum sekolah, malah di Sabang 32,5 % dan Aceh Tenggara 25,5 %. Disamping masih ada sekitar 9,85 % atau 6.704 lulusan SDMI yang tidak melanjutkan ke SLTPMI , malah di Aceh Timur 24,9 % dan ABaral 24,7 %. Jika dilihat adri standarnya jumlah SDMI sudah belebih sekitar 913 unit, di Sabangper SDMI hanya diisi 94 siswa idealnya 240, tiap kelasnya hanya diisi 8 siswa idealnya 40. Sebaliknya di Sabang itu pula kekurangan ruang kelas RK (rasio 1 : 2). Hal itu akibat banyaknya rombongan kelas namun kelas tersebut kecil biasanya di SDMI yang terpencil. Sebaliknya di ATImur kekurangan guru, rsionya 32 sis/guru idealnya 25. Fenomena tersebut diatas akibat kondisi geografis dan tidak meratanya penyebaran
penduduk. Kendala lainnya di A.Selatan angka mengulangnya realtif besar 8,6 %, putus
sekolah di Sabang mencapai 4,74 % dan di ASelatan yang tidak lulus sampai 13,2 %. Fasilitas pustakahanya 22 %, lapangan olah raga juga 22 % dan unit kesehatan sekolah 8,7 % dari umlah sekolah yanga ada Guru yang layak mengajar hanya 22,82 %, semi layak sampai 73,57 %, dan tidak layak masih 3,61 %. NEM di AUtarahanya 4,78, ATenggara
5,4 dan A.Selatan 5,8.
Rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini adalah. Program Pemetaan
(mapping school) kembali lokasi SDMI sesuai jumlah AUS 7-12 dan kondisi geografis, khususnya untuk KotaSabang. Kemudian pemerintah perlu membangun SD kecil dan sistem .guru kunjung untuk daerah terpencil/terisolir dan beipenduduk relatif sedikit,. Yang sudah
ada SDMI namun kekurangan murid, jadikan SD kecil. Jika satu lokasi terdapat beberapa
SD namun kekurangan murid dapat dimerger. Terutama di Kota Sabang. Sedangkan untuk daerah padat penduduk diperkotaan perlu dibangun SD plus yang adapt menampung banyak
siswa dan fasilitas cukup.
dll. Kemudian kepada orang tua murid berpendidikan relatif rendali (<SMA) perlu
ditingkafkan penyuliihan/penerangan mengenai persepsi pentingnya pendidikan bagi masa
depan melalui penceramah agama khusus untuk daerah Sabang, Aceh Tenggara (APM)
Aceh Timur, Aceh Barat(AM) Aceh Selatan (ulangjulus)
Untuk daerah yang angka melanjutkannya rendah, perlu dibangun SMP kecil/terbuka dan guru kunjung untuk dati II yang AMnya rendah terutama ATimur dan A Barat. Untuk
daerah terpencil juga perlu diaktifkan paket A dan paket B. untuk dati II yang APM,AM,
lulusnya rendah dan ulang, putus tinggi seperti Sabang, Aceh Tenggara (APM) Aceh Timur'
Aceh Barat (AM) Aceh Selatan (ulang,lulus)
Untuk guru SDMI yang berlebih seperti di Sabang perlu mutasikan ke daerah yang
kekurangan guru seperti di A.Timur,A.Utara dan Pidie yang masih kekurangan guru SD.
Untuk daerah yang NEM nya rendah perlu ditinmgkatkan dengan penataran guru SDMI
yang lebih intensif sertalibatkan orang tuadalam mengawasi belajar siswa
Kepada pemerintah juga disarankan untuk dapat mengprogramkan pengadaan
pustaka, lapangan OR, UKS disetiap SDMI. Sedangkan kepada pihak yang bertikai
hendaknya menciptakan keamanan yang kondusif demi kelangsungan pendidikan anak-anak
dan perbaikan ekonomi rakyat Yang terakhir, demi kemajuan pendidikan kiranya perlu
dilibatkan masyarakat dalam program pembangunan pendidikan Untuk keberhasilan pendidikan, pemerintah perlu meningkatkan sarana jalan dan usaha bis sekolali untuk
daerah yangkurang angkutan umum yang melewati sekolali.
DAFTARISI
Halaman
ABSTRAK j
KATA PENGANTAR
"iv
UCAPAN TERIMA KASIH
'."'.
v
DAFTARISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTARBAGAN
'x
DAFTAR LAMPIRAN
'.."Z"'"xi
BAB.I. PENDAHULUAN 1
A. Latar BelakangMasalah. 1
B. Perumusan Masalah g
C. Tujuan Penelitian g
D. Asumsi 9
E. Metode Penelitian 10
F. Lokasi dan Responden Penelitian 11
G ParadigmaPenelitian 12
H. Sistematika Tesis 14
BAB.H KONSEP ANALISIS POSISI PERENCANAAN
STRATEGIK PEMERATAAN & PENINGKATAN
MUTU PENDIDIKAN SDMI. 18
A. Kedudukan Analisis Posisi dalam Proses Adm.Pendidikan 18
B. Konsep Manajemen dan Perencanaan Strategik 20
1. Strategik 20
2. Manajemen Strategik 22
3. Perencanaan Strategik 27
C. Perencanaan Pendidikan , 27
D. Analisis Posisi Pendidikan (APP) 30
1. Analisis Lingkungan Eksternal 34
2. Analisis Lingkungan Internal 37
E. Pemerataan Pendidikan SDML 39
F. PeningkatanMutu Pendidikan SDMI 40
G. Telaahan Studi terdahulu 44
H. Intisari 45
BABm METODE DAN PROSEDUR PENELrriAN 48
A Metode Penelitian 48
1. Konsep Dasar. 48
2. Pendekatan terhadap Masalah 48
B. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian 53
1. Persiapan/Pra-lapangan 53
2. Pelaksanaan Penelitian. 54
a Lokasi/Wilayah Kasus 57
c. Teknik Pengumpulan Data 63
d. Alat Pengumpul Data 64
3. Pengolahan, Penafsiran, Analisis Data 64
a Prosedur/Proses 64
b. Teknik dan Pedoman 65
4. Validitas dan Reliabilitas Data 67 C. Pengorganisasian Data Penelitian 69
BAB.IV. HASIL PENELrriAN 72
A. Profil Eksternal Pendidikan SDMI 72
1. Keadaan Geografis 7?
2. Pemerintahan 74
3..Kependudukan 74
4. Ekonomi 76
5. Sosial Budaya dan Agama 78
6. Tranportasi dan Komunikasi 81
B. Profil Internal Pendidikan SDMI 82
1. Keadaan Umum Pendidikan 82
a Pendidikan SDML 83
b. Pendidikan SLTPMTs
ZZZZZ.B5
c. Pendidikan SM/MA 86
2. Pemerataan Pendidikan SDMI 89
a Angka Partisipasi Pendidikan (APM/APK) 89
b. Angka Melanjutkan (AM) 91
c. Rasio Siswa 92
3. Peningkatan Mutu Pendidikan SDMI 96
a Efisiensi Internal (Angka Mengulang, Putus Sekolah, Lulus).96
b. Fasilitas pendukung (Pustaka, Lapangan OR, UKS)
98
c. AspekGuru 99
d. AspekNEM 101
BABV PEMBAHASAN 105
A. Peluang dan Tantangan Eksternal sertaPrioritas Program 106.
1. Keadaan Geografis dan Pemerintahan. 106
2..Kependudukan 107
3. Ekonomi 109
4. Sosial Budayadan Agama HI
5. Tranportasi dan Komunikasi 112
B. Kekuatan dan Kelemahan Internal serta Prioritas Program 113 1. Angka Partisipasi Pendidikan (APM/APK) 113
2. Angka Melanjutkan (AM) 115
3. Rasio Siswa H5
4. Efisiensi Internal (AngkaMengulang, Putus Sekolah, Lulus).. 117
5. Fasilitas Pendukung (Pustaka, Lapangan OR, UKS) 118
6. Kelayakan Guru 119
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 122
A. Kesimpulan , 122
B. Rekomendasi 126
DAFTAR PUSTAKA 129
LAMPIRAN-LAMPIRAN 132
DAFTAR TABEL
No- HAL
2.1 Standar Nilai Ideal Indikator Pemerataan Pendidikan SD 40
2.2 Standar Nilai Ideal Indikator Mutu Pendidikan SD (1997)
43
4 1 Luas Propinsi Aceh menurut penggunaan lahan (1999)
73
4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk di Propinsi Aceh (1999)
75
4.3 Mata Pencaharian Penduduk Aceh (1999) 77
4.4 Agama penduduk di Aceh (1999) 80
4.5 Kondisi dan Panjang Jalan di Aceh (1999) 81
4.6 APK dan APM SD/MI di Aceh (1999) 89
4.7 Hubungan AUS 7-12 yang Belum Sekolah & Jumlah Santri 91
4.8 Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SLTP/MTs (1999)
91
4.9 Hubungan Angka tidak Melanjutkan & Jumlah Santri (1999)....92
4.10 Rasio Siswa terhadap Sekolah,Kelas,Guru dan
Kelas perguru, serta Kelas per Ruang Kelas (1999)
93
4.11 Penurunan jumlah AUS 7-12 di Aceh (1999) 95
4.12 Siswa Mengulang, Putus sekolah, dan Kelulusan (1999)
97
4.13 Fasilitas Pendukung Belajar SD/MI (1999) 98
4.12 Kelayakan Mengajar Guru SD/MI di Aceh (1999)
100
4.15 NEM SD/MI di Aceh (1999) 102
DAFTAR BAGAN
No.
1. Paradigma Penelitian 13
2.1. A Frame for Strategic Mangement (Rowe, 1991; 1) 25
DAFTAR LAMFIRAN
No. Halaman
1. Tabel 4.16: Keadaan Umum Pendidikan SD/MI Aceh (1999) 132
2. Tabel 4.17: Keadaan Umum Pendidikan SLTP/MTs Aceh (1999) 133
3. Tabel 4.18: Keadaan Umum Pendidikan SM/MA Aceh (1999) 134
4. Matrik: Peluang &, Tantangan Eksternal Pendidikan SD/MI. di Aceh....135
5. Matrik: Kekuatan & Kelemahan Internal Pendidikan SD/MI.di Aceh.... 136
6. Grafik 1: Posisi Pemerataan Pendidikan SDMI Prop. Aceh (1999) 137 7. Grafik 2: Posisi Mutu Pendidikan SD/MI Prop.Aceh (1999) 138
8. Instrumen Penelitian 139
9. Lembar Pertanyaan 141
10. Lembar kerja Analisis SWOT 142
11. Surat Izin Penelitian dari PPS UPI Bandung 143
12. Surat Izin Penelitian dari Kanwil Depdiknas Aceh 144 13. Surat Izin Penelitian dari Ditsospol Aceh 145
14. Riwayat Hidup Penulis 146
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah _
DJ dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV dtsetjurkair^
bahwa salah satu tujuan nasional adalah membentuk suatu pemerintah negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Selanjutnya di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2
Tahun 1989 (UUSPN No.2/1989) pasal 4 disebutkan bahwa pendidikan nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan beitaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut dii dalam Garis-garis Besar Haluan
Negara tahun 1998 juga disebutkan bahwa pembangunan pendidikan memiliki
empat strategi dasar yaitu: pemerataan kesempatan, peningkatan relevansi,
peningkatan kualitas, & efisiensi pengelolaan pendidikan (Depdikbud, 1999).
Pendidikan Nasional 2020 menunjukkan bahwa :
(1) Seluruh warga negara usia sekolah minimal telah mengenyam
pendidikan dasar sembilan tahun;(2) Mutu para lulusan sistem pendidikan mampu bersaing di dunia atau
pasar kerja baik nasional maupun global;
(3) Muatan kemampuan penguasaan iptek dan ketrampilan paar lulusan dapat
memberi manfaat sebagai bekal untuk hidup di masyarakat dan memenuhi
kebutuhan dan tuntutan pembangunan dan masyarakat pemakainya;
(4) Penyelenggaraan sistem pendidikan dapat dikelola secara efektifdan
efisien (Wardiman, 1996).
Namun demikian, sejak pencanangan program wajib belajar pada tahun
1984, aspek pemerataan pendidikan menjadi prioritas utama dalam sektor
pembangunan pendidikan. Prioritas utama pembangunan pendidikan selama
beberapa Pelita yang lalu ditujukan untuk memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara dalam memperoleh pendidikan.
Pemerataan
kesempatan
pendidikan
mengandung
makna
bahwa
pembangunan pendidikan hams dapat memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, tanpa
dibedakan keturunan, jenis kelamin, agama, status sosial-ekonomi, dan asal
daerah (Depdikbud, 1993;2)
Mutu pendidikan dapat dibedakan atas mutu proses dan mutu produk.
yang bermutu pula (Depdikbud, 1993;4).
Hasil pendidikan disebut berkualitas dari segi produk jika mempunyai
salah satu atau iebih ciri-ciri:
(1) peserta didik menunjukkan tingkat pengusaan yang tinggi terhadap
tugas-tugas belajar (learning tasks) yang harus dikuasainya sesuai
dengan tujuan dan sasaran pendidikan, diantaranya adalah hasil belajar
yang dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar (kualitas internal);;
(2) hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam
kehidupannya, dengan belajar peserta didik bukan hanya "mengetahui"
sesuatu, melainkan "dapat melakukan sesuatu yang fungsional untuk
kehidupannya";
(3) hasil pendidikan sesuai atau relevan dengan tuntutan lingkungan
khususnya dunia kerja. Dalam hal ini, relevansi merupakan salah satu
aspek atau indikator kualitas (Depdikbud, 1993; 5).
Prioritas kepada pendidikan SD/MI disini dimaksudkan masih dalam
konteks prioritas kebijakan pemerintah, erat kaitannya dengan pengertian
pendidikan minimal yang hams ditamatkan oleh semua warga negara. Pasal 3 PP
No.28 Tahun 1990 menyatakan "Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan
bekal kemampuan
dasar kepada peserta didik
untuk
mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota
umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah". Oleh karena itu setiap warga negara hams diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk memperoleh pendidikan minimal SD/MI
Sementara itu pula prioritas pembangunan pendidikan pada Kabinet
Persatuan Nasional yang sedangkan aktifjuga menitik beratkan pada pendidikan
mendasari penelitian memilih kajian khusus ditingkat SD/MI bidang pemerataan
dan peningkatan mutu pendidikan SD/MI.
Namun kenyataannya, secara nasional pemerataan kesempatan belajar
pada tingkat sekolah dasar bam sekitar 88.66 persen, demikian juga dengan mutu
pendidikan, hasilnya belum memuaskan. Rata-rata NEM SD tingkat Nasional
hanya mencapai 6,19. Relevansi pendidikan dengan dunia kerja juga belum
memenuhi harapan. Daya serap lapangan kerja masih terbatas, angka
pengangguran masih tinggi. Efisiensi pengelolaan sistem pendidikan juga masih
memerlukan pembenahan. Hal itu ditandai dengan fluktuasi angka siswa yang
mengulang dan putus studi untuk tingkat SD masih sekitar 5 hingga 9 persen
(Depdikbud, 1999).
Sementara itu pula data pendidikan di Propinsi Aceh menunjukkan bahwa
ditingkat SD khususnya, angka partisipasi mumi telah mencapai sekitar 86 %
namun belum merata diselumh daerah tingkat H(dati JJ), masih ada dati Dyang
APMnya hanya 67,5 %. Masalah mutu pendidikan khususnya ditingkat SD/MI di
Daerah Istimewa Aceh masih di bawah rata-rata nasional. Seperti halnya angka
mengulang (AM) masih mencapai 6 %, angka putus sekolah 0,66 %, dan
kelulusannya hanya 95 %. .Bertolak dari kenyataan itu, peneliti lebih
memprioritaskan dan memfokuskan pada bidang pemerataan pendidikan dan
peningkatan mutu pendidikan.
ongkos sosial dan psikologis yang tinggi, dapat menimbulkan kemgian secara
nasional, serta dapat semakin memperkuat ketergantungan pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat dan memperlemah kemampuan dan kreatifitas daerah
dalam mengoptimalkan potensi daerah. Azis Wahab (1990;34-39).
LTntuk mengatasi kelemahan tersebut sebenarnya telah banyak dilakukan
penelitian, dari ribuan proyek penelitian hampir 80% berkisar masalh
pengembangan kurikulum, kemasan bahan pelajaran, metode dan media
pengajaran, pendidikan dan pelatihan gum dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
proses
belajar mengajar.
Sedangkan
permasalahn
stmktral
(manajemen
kelembagaan pendidikan serta permasalahan fundasional, teori dan konsep yang
melandasi upaya pendidikan) hampir belum mendapat sentuhan dan perhatian
yang memadai (Ahmadi, 1996 dalam Abin; 1999).
Hal tersebut terjadi karena pembahan mendasar dalam cara memandang
dan mempersepsikan pendidikan dan implikasinya terhadap ilmu pendidikan
sebagai suatu bidang disiplin ilmu pengetahuan. Pendidikan telah diciutkan
maknanya menjadi pengajaran, PBM, atau pembelajaran. Hampir selumh
aktivitas kependidikan yang terjadwal di sekolah pun didominasi oleh kegiatan
pengajaran. Personel yang berperan hanya gum sebagai pengajar. Implikasinya,
program-program studi yang tidak menghasilkan gum juga hams dihapus. Tinggal
beberapa LPTK negeri saja yang bertahan untuk tidak menutup jumsan ilmu-ilmu
Dilain pihak, pendidikan dianggap sebagai salah satu bagian penting dari
proses pembangunan nasional merupakan salah satu sumber penentu dalam
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pendidikan dipandang sebaagi investasi
dalam pengembangan sumber daya manusia, dimana peningkatan kemampuan,
kecakapan, dan kualitas pribadi diyakini sebagai faktor yang mendukung kadar
upaya manusia dalam menjalani kehidupannya. Dalam konteks inilah pendidikan
diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin
maju (Jam'an, 1999).
Sejalan dengan pikiran tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan perlu
mermperhatikan karakteristik, aspirasi, dan kebutuhan masyarakat di mana
transaksi layanan tersebut dilakukan. Pendidikan hendaknya mampu memberikan
respon kontektual sesuai dengan orientasi pembangunan daerah. Ini berarti bahwa
perumusan kebijakan dan pembuatan keputusan-keputusan pendidikan hendaknya
memperhaiikan aspirasi yang berkembang didaerah itu. Dengan kata lain, upaya
untuk mendekatkan stake holders pendidikan agar akses terhadap perumusan
kebijakan dan pembuatan keputusan yang menyangkut pemerataan dan perluasan
layanan, mutu, relevansi dan efisiensi pengelolaan (Jam'an, 1999).
Dengan dilaksanakannya desentralisasi pendidikan maka implikasi
pelaksanaannya dapat dikaji beberapa hal spesifik yang berkaitan langsung
dengan pengelolaan pendidikan langsung dengan pengelolaan pendidikan
Financial effciency, Quality Education, serta Enrollment quality.
Beberapa hal inilah yang melatarbelakangi perlunya implementasi analisis
posisi perencanaan strategik dalam pembangunan pendidikan khususnya dalam
upaya pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan.
Menumt Abin (1997; 1) Analisis Posisi Pendidikan (APP) adalah suatu
analisis sistem pendidikan berdasarkan hasil analisis stake holder dan perumusan
misis, visi, dan bidang hasil pokok (BHP)nya, sebagai bahan penyusunan sasaran
dan rencana strategis dari penyelenggaraan sistem pendidikan nasional baik pada
lingkup lokal/institusional, regional, amupun intemasional. Analisis Posisi ini
merupakan satu tahapan langkah dalam manajemen strategis.
Seandainya implementasi analisis posisi yang merupakan suatu model
perencanaan strategik ini bertiasil diterapkan, maka akan membawa kebaikan dan
keuntungan bagi stake holders diantaranya pemerintah yaitu untuk mempercepat
tercapainya salah satu visi pembangunan pendidikan yaitu mutu lulusan sistem
pendidikan mampu bersaing didunia atau pasar kerja baik nasional maupun
global. Sedangkan stake holders lainnya yaitu orang tua murid mengharapkan
anaknya dapat menyerap ilmu sebanyak-banyaknya bagi kebaikan hidupnya.
Pihak sekolah tentunya mengharapkan didikannya dapat menerima selumh ilmu
yang ingin diturunkannya.
Sebaliknya jika sistem pendidikan tidak berjalan baik akibat perencanaan
orang tua murid akan menanggung kerugian dana yang besar. Seperti diketahui
pembiayaan pendidikan di Indonesia sebahagian besar masih disubsidi.
Sedangkan pihak sekolah telah mengorbankan waktu dan tenaga dalam proses pembelajaran.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi fokus masalah adalah Bagainianakah implementasi analisis posisi bidang
pemerataan dan mutupendidikan SD/MI di Daerah Istimewa Aceh ?
Dari penelusuran makna analisis posisi perencanaan strategik dapat diklasifikasi sub-sub permasalahan yang diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian seperti tertera dibawah ini :
Pertama: Bagaimana gambaran lingkungan eksternal pendidikan SD/MI di
Aceh, dilihat dari aspek georafis, pemerintahan, kependudukan, ekonomi,
sosial-budaya, dan tranportasi / komunikasi ?
Kedua:. Bagaimana gambaran internal pendidikan SD/MI di Aceh, temtama
dalam kaitannya dengan pemerataan dan peningkatan mutu ?
Ketiga: Apakah isu/masalah strategis dan prioritas program atau alternatif strategi
yang ditemukan berkaitan dengan pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI ?
C. Tujuan Penelitian
perencanaan strategik pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan SD/MI.
Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
Pertama: Gambaran lingkungan eksternal pendidikan SD/MI di Aceh, dilihat dari
aspek georafis, pemerintahan, kependudukan, ekonomi,
sosial budaya dan
keagamaan, serta tranportasi dan komunikasi .
Kedua: Gambaran internal pendidikan dasar di Banda Aceh, temtama dalam kaitannya dengan pemerataan dan peningkatan mutu.
Ketiga: Isu/masalah strategis dan prioritas program yang ditemukan berkaiatan
dengan pemerataan dan peningkaatn mutu pendidikan SD/MI.
Selain itu hasil penelitian nni dapat digunakan:
f ^
Pertama: /sebagai bahan perbandingan dengan posisinya di masa mendatang,
sehingga dapat diidentifikasi kesenjangannya dan dapat diangkat permasalahan
pokoknya, untuk kemudian dimmuskan rencana dan upaya pemecahannya;
Kedua:
sebagai bahan penyusunan/penyempumaan visi dan misi serta bidang
hasil pokok (BHP) sehingga dapat disusun sasaran-sasaran yang realistis serta
strategi upaya pemecahan;
Ketiga. sebagai bahan dan landasan untuk merumuskan kiat, taktik, dan strategi
bersaing dengan sistem-sistem lain.
D. Asumsi
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan titik pangkal penelitian ini yaitu:
10
dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal sistem
pendidikan. Perencanaan Strategik dianggap salah satu alternatif strategi dasar
dalam upaya pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dasar.
E. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian adalah kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (1986: 9), Moleong (1997: 3) penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung paad pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya dan diartikan juga sebagai peneltian yang tidak mengadakan perhitungan.
Sedangkan Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (1997:3) mendefinikasikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilakn data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapt diamati.
Penelitian kualititatif ini bercirikan deskriptif analitik yaitu untuk
11
Menurut Abin (1996; 5) langkah atau tahapan kegiatan dalam analisis
posisi ini adalah: (a) pengumpulan data dan informasi; (b) pengorganisasian; (c)
penafsiran dan anlisis lanjut; (d) penyimpulan dan rekomendasi tindak lanjutnya.
Dalam APP, proses pengumpulan data tidak hams selalu dimulai dengan mencari
dan mengumpulkan data yang bam. Data dapat saja diperoleh dari berbagai
sumber yang tersedia, antara lain: (a) data yang telah ada dalam sistem tersebut;
(b) data yang bempa laporan dan hasil pemantauan/pengukuran yang
terdokumentasi dalam sistem tersebut; (c) kesan-kesan dari sistem lain melalui
validasi sejawat; (d) sumber-sumber lain yang relevan (BPS,Bappeda,
Puslitbang,dsb) .
F. Lokasi dan Responden Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini berada dalam lingkungan Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Aceh termasuk
sekolah-sekolah dasar yang berada dalam lingkungannya jika diperlukan. Alasannya
peneliti selama ini mengabdi dalam lingkungan institusi tersebut sedikit banyak
mengetahui gambaran pendidikan di wilayah tersebut yang kiranya dapat
membantu penelitian ini.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang
12
terkait dalam perencanaan pendidikan dasar khususnya dalam upaya pemerataan
dan peningkatan mutu SD/MI seperti Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil), Kepala
Bagian (Kabag) Perencanaan, Kepala Subbag.Penyusunan dan Pengolahan Data
(PPD), Kabag.Dikdas beserta staf lainnya yang terlibat dalam proses perencanaan
termasuk para Kepala Sekolah Sekolah Dasar dan Gum jika diperlukan.
Sedangkan responden lainnya adalah dari luar instansi Depdiknas yaitu: Kepala
Dinas P & K Tk.I Aceh, Kepala Bidang Data & Statistik Bappeda Tk.I Aceh dan
Staf Kantor Statistik Tk.I Aceh, serta Kabid. Perguman Islam Kanwil Depag
Aceh.
G. Paradigma Penelitian
Menurut Nasution (1988; 2) Yang dimaksud denganparadigma penelitian ,„
adalah suatu perangkat kepercayaan, nilai-nilaf, suatu pandangan tentang
dunia sekitar. Paradigma mengarahkan penelitian. Dengan timbulnya
paradigma bam tentang dunia, timbul pula paradigma bam dalam penelitian serta metode yang digunakan.
Pengertian tersebut di atas menunjukkan bahwa paradigma merupakan
perangkat berpikir yang didasari nilai-nilai keilmuan dan pendekatan penelitian
yang dipakai. Ringkasnya paradigma penelitian ini adalah cara berfikir yang
dipakai dalam menghadapi realita objek penelitian
Jika dihubungkan dengan permasalahan yang diteliti, maka paradigma yang
sesuai adalah paradigma pengambilan keputusan yang dipandang sebagai sentral
dalam proses manajemen. Analisa permasalahan tidak terlepas dari paradigma
Realita
Belum Merata
Rendah Mutu
umpan balik
Stake Holder
PemerurtaE
Masyarakat Orang tua murid Pengelola Sekolah
Permasalahan |
Bagaimana Implementasi Analisis '+ Posisi Perencanaan Strategik
Pemerataan & Peningkatan Mutu ? !
Kanwil SD/MI
1
Analisa Posisi
( SWOT)
Isu/
Masalah & Penyebab
Prioritas Program/ Alternatif Strategi
Bagan 1: Paradigma Penelitian
Harapan
Pemerataan
Peningkatan Mutu
umpan balik
u
mengajar di SD, jika MI ditangani oleh Depag ( kotak-5).
Untuk itu dicarilah suatu cara pemecahan, salah satunya adalah
implementasi analisis posisi dari manajemen strategik. Analisis ini juga dikenal
dengan analisa SWOT yang di mulal dengan identifikasi aspek-aspek internal
dan eksternal pendidikan SD/MI. Dan hasil identifikasi itu ditemukanlah
kekuatan dan kelemahan internal sistem. Demikian juga peluang dan tantangan
eksternal sistem (kotak-6). Dari identifikasi kelemahan dan tantangan tersebut
ditemukan isu/masalah strategis yang perlu segera mendapat prioritas
pembangunan (kotak-7).
Jika telah diketahui kelemahan dan tantangan bam dapat ditentukan
prioritas program pembangunan pendidikan selanjutnya (kotak-8). Hasil
pembangunan yang telah diprioritaskan tersebut dianalisis kembali hasilnya, apa
telah mencapai sasaran, apa telah sesuai antara harapan dan kenyataan. Hasil
tersebut dikembalikan lagi kepada pengambil keputusan sebagai umpan balik.
H- Sistematika Tesis
Tesis ini diorganisasikan ke dalam enam bab yang kandungannya secara
singkat dapat dikemukakan sebagai berikut: Bab Pertama: Pendahuluan, didalam
bab ini dibahas: pertama tentang latar belakang masalah yaitu memaparkan atau
menjawab pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Ada beberapa alasan
yang menyebabkan pentingnya penelitian ini. Kedua pemmusan masalah yaitu
15
beberapa masalah yang ada di fokuskan kedalam satu masalah yang diwujudkan
dalam tiga pertanyaan yang hams terjawab. Jawabanya hams ada dalam bab
empat dan lima. Ketiga, tujuan dan manfaat penelitian yaitu memuat pentingnya,
tujuan dan manfaat penelitian ini dilakukan baik untuk pihak yang terkait dengan
perencanaan pendidikan maupun untuk peneliti sendiri.
Keempat, asumsi yaitu anggapan awal peneliti sebelum diadakan
penelitian. Kelitna, metode penelitian yaitu ulasan singkat tentang bagaimana
penelitian ini dilakukan. Keenam, dimana lokasi penelitian dilakukan. Di instansi
apa dan dikota mana. Dan siapa yang dipilih sebagai responden penelitian.
Ketujuh, Bagaimanakah aluir pikir atau paradigma penelitian ini. Kedelapan,
dijelaskan urutan sistematis lapaoran penelitian ini.
Bab Kedua: Menjelaskan mengenai Konsep-konsep yang berkaitan dengan
penelitian ini yaitu Konsep manajemen dan perencanaan strategik serta Analisis
Posisi yang merupakan bagian darinya. Disamping itu ada juga konsep
perencanaan pendidikan, pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan beserta
indikator-indikator penentu keberhasilan program tersebut. Dan yang terakhir
intisari serta telaahan studi/penelitian yang pemah dilakukan. Ada lima penelitian
yang ada relevansi atau berkaitan dengan penelitian ini.
Bab ketiga adalah penjelasan luas tentang metode dan prosedur penelitian
yang dilakukan dalam penelitian ini Dalam bab ini dimulai dengan uraian
16
terhadap masalah.
Urutan berikutnya penjelasan mengenai prosedur dan tahap-taiiap
penelitian:
Yang pertama:
Persiapan/Pra-lapangan;
Kedua,
Pelaksanaan
Penelitian. Didalam uraian tentang pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data
ini dijelaskan beberapa hal yaitu: lokasi/wilayah kasus, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan alat pengumpul data.
Uraian selanjutnya tentang pengolahan, penafsiran, Analisis Data.
Didalamnya berisikan: prosedur/proses, teknik dan pedoman pengolahan data
dan validitas dan rehabilitas data. Yang terakhir adalah pengorganisasian data
penelitian.
Bab keempat adalah hasil penelitian, didalam bab ini dibahas mengenai
temuan penelitian dari lapangan. Temuan tersebut terbagi kedalam dua bagian
yaitu profil atau gambaran lingkungan eksternal dan internal. Profil eksternal ini
terdiri dari: keadaan geografis, pemerintahan, kependudukan, ekonomi, sosial
budaya dan Agama, serta tranportasi/komunikasi. Sedangkan profil internal terdii
dari: keadaan umum pendidikan yang didalamnya termuat gambaran umum
tentang pendidikan SD/MI, SLTP/MTs, dan SM/MA di Propinsi Aceh.
Kemudian temuan penelitian mengenai keberhasilan pendidikan yang
ditinjau dari pemerataan kesempatan belajar khususnya ditingkat SD//MI
berdasarkan indikatomya yaitu: angka partisipasi pendidikan (APM/APK), angka
melanjutkan (AM), dan rasio siswa. Selanjutnya keberhasilan peningkatan mutu
17
pendidikan SD/MI berdasarkan indikatomya yaitu: efisiensi internal (Angka
Mengulang, Putus Sekolah, Lulus); fasilitas pendukung (Pustaka, Lapangan OR,
UKS); aspek gum ; dan aspek NEM
Bab kelima adalah pembahasan temuan atau hasil penelitian. Didalam di
bahas mengenai hasil temuan di lapangan dengan konsep/teori yang ada pada bab
dua. Selanjutnya bagaimana menerapkan teori/konsep tersebut dengan data yang
ada di lapangan.Pada akhirnya akan menemukan suatu perencanaan yang baik.
Urutan pembahasan tersebut berdasarkan: pertama, peluang dan tantangan
eksternal serta prioritas program yang terdiri dari: keadaan geografis,
pemerintahan, kependudukan, ekonomi, sosial budaya agama, tranportasi dan
komunikasi. Kedua: kekuatan dan kelemahan internal serta prioritas program,
angka partisipasi pendidikan, angka melanjutkan (AM), rasio siswa, efisiensi
internal (Angka Mengulang, Putus Sekolah, Lulus), fasilitas pendukung (Pustaka,
Lapangan OR UKS), kelayakan Gum, serta NEM. Dan yang terakhir bab keenam
adalah kesimpulan dan rekomendasi.
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
/C^h^.
A. Metode Penelitian
\^ ^vi"^^
1. Konsep Dasar
Seperti diketahui, kebenaran ilmiali dicari dengan menggunakan
metode penelitian ilmiah yang memungkinkan ditemukannya kebenaran
objektif. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian dapat diartikan ;
(1). Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencari, dan menganalisis
fakta-fakta mengenai sesuatu masalah (Marzuki, 1983; 4); (2). penelitian dari
suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh
fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis (Supranto,
1974; 13); (3). Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran (Marzuki, 1983; 5); (4). Usaha untuk memperoleh fakta atau
prinsip (menemukan,mengembangkan,menguji kebenaran) dengan cara
mengumpulkan dan menganalis data yang dilaksanakan dengan teliti, jelas,
sistematik, dan dapat dipertanggung jawabkan (Hermawan, 1992; 6).
2. Pendekatan terhadap Masalah
Penelitian ini diarahkan untuk memperkuat implementasi analisis
posisi perencanaan strategik pemerataan dan mutu SD/MI. Di dalam
termuat gambai'an lingkungan internal dan eksternal sistem pendidikan
49
ukuran atau indkator keberhasilan secara kualitatif. Maka penelitian ini sesungguhnya mendeskripsikan dan menganalisa data-data yang ditemukan dilapangan mengenai pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI.
Winamo Surachmad (1980; 139), Stephan Isaac (1982; 46) pada
prinsipnya menjelaskan bahwa metode deskriptif tidak hanya sampai pada
pengumpulan data tersebut, membandingkan persamaan dan perebedaan
fenomena tertentu.
Disamping itu, Bogdan dan Taylor (1975; 5) dalam Moleong (1997; 3) mendefinisikan "metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif bempa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diarnati.
Sedangkan Kiirk dan Miller (1986; 9) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.
50
? (2) Bagaimana gambaran internal pemerataan dan mutu pendidikan
SD/MI di Propinsi Aceh?. (3) Apakah isu/masalah strategis yang ditemukan
berkaiatan dengan pemerataan dan mutu pendidikan SD/MI di Propinsi
Aceh?
Produk akhir yang diharapkan dari penelitian ini adalah mmusan
masalah/isu-isu strategik dalam upaya pemerataan dan peningkatan mutu
SD/MI. Rumusan tersebut diperoleh dari gambaran / profil kekuatan dan
kelemahan lingkungan internal dan peluang dan tantangan lingkungan
eksternal pendidikan SD/MI tersebut
Untuk mencapai maksud tersebut, penelitian ini dilakukan dengan
pendekatan riset dan pengujian kembali (replika). Jadi, tidak dirancang untk
menguji hipotesis, tetapi mendeskripsikan data, fakta, dan keadaan atau
kecendmngan yang ada, serta melakukan analisis dan prediksi menegnai apa
yang hams dilakukan untuk mencapai keadaan yang diinginkan diwaktu
yang akan datang. Oleh sebab-sebab itulah penelitian ini disebut penelitian
kualitatif. Kondisi nyata dilapangan diangkat berdasarkan hasil studi kasus
kualitatif, dan dikemas dengan teknik penyajian deskriptif analitik. Uraian
mengenai studi kasus-kualitatif sebagi beriku:
(1) Studi Kasus-Kualitatif
Penelitian ini menggunakan Studi Kasus-Kualitatif ini sesuai dengan
karakteristik Penelitian Kualitatif yaitu: (1) latar ilmiah; (2).manusia sebagai
51
(grounded theory); (5) deskriptif, (6) lebih mernentingkan proses dari hasil;
(7) adanya batas dan fokus; (8) adanya kriteria khusus untuk keabsahan data; (9) desain bersifat sementara;. (10) hasil dimndingkan dan disepakati bersama (Bogdan & Biklen, 1982) (Lincoln & Guba, 1985) (Moleong,
1989).
Metode Kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan: (1)
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda; (2) menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden;. (3) lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banayak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai
yang dihadapi (Moleong, 1997; 5). (2) Studi Dskriptif-Analitik
Studi Deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang
status gejala pada saat penelitian dilaksanakan. Studi diarahkan untuk
mengidentifikasi situasi pada waktu penyelidikan dilaksanakan, melukiskan
variabel atau kondisi sebenamya dalam suatu situasi
Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkual kecocokan model
perencanaan strategik yang dapat dijadikan pedoman bagi peningkatan mutu
dikdas, dan dikelompokkan dalam penelitian yang menggunakan metode
deskriptif analitik. Sesuai dengan Winarno Surachmad (1982), Best (1989)
pada intinya menjelaskan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk
52
(expose the facto). Penelitian dilakukan untuk melakukan variabel atau
kondisi apa yang ada dalam situasi. Dalam literatusnya disebutkan bahwa :
(a) penelitian deskriptif menuturkan sesuatu secara sistematis
mengenai data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu
secara faktual dan cermat, menganalisis (sebab itu metode ini disebut
metode analitik) dan menginterpretasikan data yang ada;
(b) penelitian deskriptif lebih menenkankan pada observasi dan
suasana ilmiah (natural setting) ia mencari teori (hypothesis testing),
verifikasi, oleh sebab itu penelitian deskriptif sangat berguna untuk
melahirkan toeri-teori tentatif;
(c) terdapat beberapa penelitian deskriptif antara lain studi kasus,
survey, studi perkembangan, sutdi tindak lanjut, anlisis tingkah laku, studi
waktu dan gerak (time and motion study) dan studi korelasional.
Studi deskriptif-analitik ini akan menitik beratkan pada studi kasus
terhadap daerah-daerah yang relatif telah merampung salah satu program
pembangunan pendidikan dasar yaitu pemerataan pendidikan dengan
programwajib belajar dikdas 6 tahun. Selanjutnya dapat dilanjutkan dengan
fokus utama pada pemerataan dan peningkatan mutu.
Studi ini dipandang cocok untuk mendeskripsikan profil-profil
sebagaimana dimaksud diatas dan untuk memmuskan masalah/isu-isu yang
berkaitan langsung dengan mmusan rencana strategis pemerataan dan
53
B. Prosedur dan Tahap-Tahap Peneltian
Ada beberapa sumber yang menjelaskan prosedur atau tahap-tahap
penelitian kualitatif, antara lain: menumt Bogdan didalam Moleong, 1993;
85) pelaksanakan sesuatu penelitian terdiri dari tiga tahapan yaitu : (1)
pra-lapangan; (2) kegiatan pra-lapangan; (3) analisis intensif.
Kirk dan Miller didalam Moleong (1993; 85) mengemukakan
penelitian kualitatif empat tahapan antara lain: (1) invensi, (2) kegiatan
lapangan; (3) penafsiran; dan (4) eksplanasi
Kemudian Nasution (1992:65) dan Subino (1988) membagi langkah
penelitian kualitatif terdiri dari tiga tahapan : (1) tahap orientasi; (2) tahap
eksplorasi; (3) tahap memberchek.
Sementara itu Hermawan (1992;26), tahap-tahap penelitian ada tiga
tahap yaitu: (a) perencanaan (persiapan), (b) pelaksanaan, dan (c)penulisan
laporan penelitian. Tahap kedua yaitu pelaksanaan yaitu: (a) pengumpulan
data, (b) pengolahan data, (c) analisis data, dan (d) penafsiran hasil analisis.
Berdasarkan prosedur tahap penelitian di atas, dalam penelitian ini
ditempuh prosedur penelitian bempa : (1) langkah persiapan penelitian; (2)
pelaksanaan penelitian; (3) pengolalahan dan analisis data hasil penelitian.
Secara rinci diuraikan langkah-langkah tersebut adalah:
1. Persiapan Penelitian / Pra Lapangan
54
permasalahan yang akan diteliti, (b) melakukan penjajakan lokasi dan objek
penelitian guna memperoleh data awal mengenai gambaran secara lengkap
dan jelas terhadap masalah yang diteliti; (c) melakukan pendalaman materi
bacaan berhubungan dengan masalah penelitian;
(d) menyusunan
desain penelitian dan kisi-kisi angket pengumpulan data dan pedoman
wawancara; (e) mengajukan permohonan untuk melakukan penelitian.
Sementara itu menumt Hermawan (1992) yang termasuk dalam tahap
pertama antara lain; (a) penetuan atau pemilihan masalah, (2) latar
belakang, (3) pemmusan/identifikasi masalah, (4) telaah kepustakaan, (5)
tujuan dan kegunaan penelitian, (6) pemmusan hipotesis, (7) metode
penelitian, (8) penyusunan administrasi penelitian. Hal tersebut sudah
dibicarakan pada Bab I, sedangkan yang dibicarakan pada Bab in ini yaitu
tahap kedua.
2. Pelaksanaan Penelitian
Menumt Hermawan (1992), tahap pelaksanaan penelitian meliputi;
(1) pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) analisis data, dan (4)
penafsiran hasil analisis data (penyimpulan)
Sedangkan Pelaksanaan penelitian menumt Bogdan
(Moleong, 1993;87) terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu tahap orientasi,
eksplorasi, dan memberchek.
Tahap orientasi terdiri dari langkah-langkah :
55
terlebih dahulu tentang situasi dan kondisi lapangan yang berhubungan
dengan permasalahn penelitian;
(b) memilih dan menggunakan informan yaitu memanfaatkan
orang-orang yang layak dipilih dan dipercaya memberikan informasi mengenai
masalah penelitian selain kepala sekolah gum, murid, masyarakat
lingkungan sekolah baik individu, kelompok, dan instansi terkait
ddalamwilayah penelitian;
(c) meyiapkan perlengkapan penelitian yaitu jauh sebelumnya
dipersiapkan seperti pedoman wawancara, observasi kamera/foto, alat rekaman atau tape re-corder;
(d) melakukan adaptasi atau penyesuaian dengan situasi lapangan
dan peneliti menjadi bagian dari organisasi untuk memperoleh gambaran
situasi sebenarnya.
Tahap memberdchek meliputi:
(a) melakukan konfirmasi terhadap data yang diperoleh dengan mengecek data bersama pihak yang merupakan re-chek kebenaran data :
(b) melakukan kegiatan yang merupakan re-chek kebenaran data :
(c) melakukan kegiatan yang sifatnya triangulasi yakni menuntaskan
kebenaran data meminta tanggapan mengenai data yang diperoleh informasi
mengenai pemasalah penelitian,
(d) Menyajikan / mempretasikan data pada dosen pembina.
56
(a) Menentukan Lokasi Penelitian
(b) Mengumpulkan data secara intensif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data dikemukakan terdahulu;
(c) analisis data lapangan, selama penelitian berlangsung dilaksanakan
juga analisis data dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan setiap data
yang diperoleh dilakukan triangulasi dengan mengungkapkan kembali pada
sumber data yang lain dan meminta komentar mengenai hal yang sama untuk
terjadinya akurasi data dan melakukan memberchek yaitu
mengkonfirmasikan dengan sumbernya;
(d) mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan secara substantif
dengan memjuk kepada hasil studi kepustakaan dan mempelajari
laporan-laporan lapangan.
Sementara itu Sanafiah Faisal (1980:45) menjelaskan bahwa siklus
dalam proses penyimpulan data menumt metode penelitian deskriptif
analitik melalui tiga tahapan:
(a) ekspiorasi yang meluas dan menyelumh dan biasanya bergerak
pada tingkat permukaan;
(b) ekspiorasi secara terfokus atau terseleksi guna mencapai tingkat
kedalaman dan keterincian masalah tertentu
(c) menkonfirmasikan hasil atau temuan penelitian. Ketiga langkah
57
Dari beberapa konsep/teori tentang tahapan penelitian disimpulkan bahwa tahap pertama dimulai dengan ;
a. Lokasi Penelitian / Wilayah Kasus
Instansi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kantor Wilayah
Depdiknas Propinsi D.I. Aceh sebagai penanggung jawab pelaksanaan
pembangunan pendidikan di Propinsi Aceh. Aceh dijadikan sebagai wilayah
kasus dalam penelitian tentang Perencanaan Strategik Pemerataan dan
Peningkatan Mutu Pendidikan SD/MI.
b. Sumber Data
Dalam rangka mengidentifikasi sejumlah karakteristik yang berpengamh
terhadap masalah yang diteliti, ataupun sumber-sumber yang dapat memberi
informasi tentang profil internal dan ekstenal pendidikan dasar di wilayah
kasus tersebut dipilih informan sebagai berikut,antara lain; Kakanwil
Depdiknas, Kabid. Dikdas, Kabag Perencanaan, Kakandepdiknas,
Pengawas TK/SD, Kepala SD, Gum-gum. Diluar Depdiknas pejabat yang dipilih adalah: Kadis P & K Tk.I Aceh, Ketua Bappeda Tk.I, Kepala Kantor Statistik Propinsi Aceh, tokoh masyarakat, dan informan lainnya yang
dianggap relevan untuk memberi informasi atau komentar tentang sesuatu
hal yang ditentukan secara "snow ball'atau bola salju sesuai dengan tujuan
penelitian dan data yang diharapkan.
Penentuan kasus penelitian berdasarkan tujuan tertentu (purposive)
58
sampling technique" atau teknik sampling bola salju (Bogdan & Biklen,
1982 ) di dalam (Moleong, 1990).
Kasus sebagai sampel purposif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(1) kasus tidak ditentukan atau ditarik terlebih dahulu, kecuali menyebutkan
karakteristik, jabatan, atau fungsinya dalam konteks masalah penelitian; (2)
penentuan kasus secara berurutan, (3) penyesuaian kasus berkelanjutan, dan
(4) pemilihan kasus berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Dengan teknik
ini diharapkan peneliti dapat memperoleh variasi yang memadai, dan dapat
memperluas informasi yang telah diperoleh terlebih dahulu sehingga dapat
dipertentangkan atau dapat diisi adanya kesenjangan informasi yang
ditemui.
Sampel manusia dalam penelitian ini lebih cendrung bersifat sebagai
informan, yang dimanfaatkan untuk membantu peneliti agar secepatnya dan
tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalm konteks setempat
temtama bagi peneliti yang belum mengalami latihan etnogarfi (lincoln dan
Guba,1995) didalam (Moleong, 1990).
Disamping itu pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam
waktu yang relatif singkat banyak informasi yang terjangkau atau sebagi
internal sampling, karena informan diminta untuk berbicara, bertukar
pikiran, atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subjek
59
Data dalam suatu penelitian dapat dikategorikan sebagai berkut:
(1) Popuiasi
Menumt Hermawan (1992;49) definisi popuiasi adalah:
(1) sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian dan
elemen popuiasi itu merupakan satuan analisis; (2) sekelompok objek, baik
manusia, gejala, nilai tes, benda atau peristiwa; (3) semua individu untuk
siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu hendak
digeneralisasikan. (Sutrisno hadi,1983); (4) jumlah keseluruhan unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga.
Penentuan sumber data bergantung pada masalah yang akan diteliti,
serta hipotesis (kuantitatif) yang akan diuji kebenarannya, atau pertanyaan
penelitian (kualitatif) yang perlu dijawab.
Popuiasi menumt Sudjana (1982:5) adalah keseluruhan nilai yang
mungkin diperhitungkan atau diukur kuanlitatif atau kualitatif dari
karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap untuk dipelajari sifat-sifanya.
John W Best (1982; 324) mengemukakan bahwa popuiasi adalah sekelompok individu tertentu yang menjadi sasaran penelitian. Dalam
penelitian naturalistik-kualitatif, popuiasi tidak terbatas pada manusia tapi
mencakup keseluruhan objek termasuk lingkungan.
60
maksud dalam penelitian mi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat
terdiri dari sejumlah data manusia (personil) maupun non mausia yang
terkait dengan lingkungan internal dan eksternal di lingkungan kegiatan
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan SD/MI di Aceh. atau
data-data dalam sistem pendidikan di lingkungan Kanwil Depdiknas Aceh.
(2) Sampel/Objek Penelitian
Sudjana (1995:4) pada pokoknya menjelaskan bahwa sebagian dan
popuiasi, baik anggotanya maupun karakteristik yang ingin dipelajari
dinamakan sampel atau contoh
Sampel diartikan sebagai bagian dari atau mewakili seluruh popuiasi,
atau sebahagian individu yang diselidiki dari populai yang menjadi sumber
data sebenamya dalam suatu penelitian (Hermawan, 1992)
Objek./sampel peneltian ini juga dapat dibedakan sebagai;
(a) pihak-pihak yang terkait langsung dalam proses perencanaan
strategik tersebut antara lain Kakanwil Depdiknas, Kabid. Dikdas, Kabag
Perencanaan, Kakandepdiknas, Pengawas TK/SD, Kepala SD, Gum-gum.
Diluar Depdiknas pejabat yang dipilih adalah: Kadis P & K Tk.I Aceh,
Ketua Bappeda Tk.I, Kepala Kantor Statistik Propinsi Aceh beserta staf
lainnya yang terkait..
(b) pihak-pihak yang tidak terkait langsung yaitu Stake Holders yaitu
personil sekolah antara lain gum, kepala sekolah atau kelompok masyarakat
61
penelitian.
Sedangkan Moleong (1990:90) menjelaskan bahwa sampel yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Sampel dalam penelitian ini mempakan sampel bertujuan (purpossive sampling).
Menumt Moleong (1990:96) karakteristik sampel adalah :
(a) rancangan sampel ini muncul atau sampel tidak dapat ditemukan atau ditarik lebih dahulu, (b) penentuan sampel secara berurutarr,
(c) penyesuaian berkelanjutan dari sampel; (d) pemilihan berakhir jika
sudah terjadi pengulangan, dan penentuan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik bola salju atau snow ball sampling. Dengan teknik ini
memungkinkan peneliti memperoleh informasi yang memadai dan mendalam
mengenai aspek-aspek perencanaan strategik di wilayah penelitian ini.
Dari konsep-konsep tersebut disimpulkan bahwa yang menjadi
sampel/objek penelitian adalah Kakanwil Depdiknas, Kabid. Dikdas, Kabag Perencanaan, Kakandepdiknas, Pengawas TK/SD, Kepala SD, Gum-gum.
Diluar Depdiknas pejabat yang dipilih adalah: Kadis P & K Tk.I Aceh,
Ketua Bappeda Tk.I, Kepala Kantor Statistik Propinsi Aceh beserta staf
lainnya, termasuk juga kepala sekolah, gum-gum yang terkait pada objek
penelitian ini dan pihak-pihak lainnya yang berhubungan dengan informasi
62
(3) Macam atau Jenis Data
Dilain pihak, macam dan jenis data dikategorikan sebagai:
(a) data primer mempakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dari responden yang dipilih. Yang dimaksud dengan data primer dalam penelitian ini antara lain seperti nilai siswa dari gum.
(b) data sekunder, mempakan data yang diperoleh dari pihak lain yang layak memberikan data yang diperoleh dari pihak lain yang layak memberikan informasi dan mempunyai hubungan tidak langsung sebagai konformasi dari sumber data primer mengenai aspek-aspek penelitian yang diteliti, misalnya nilai siswa dari Kabid. Dikdas di Kanwil Depdiknas
(Mulawarman;1999; 59).
Sementara itu, Subjek penelitian dapat dikelompokkan sebagai
berikut;
(a) Personal, yang terlibat dalam upaya pemerataan dan peningkatan
mutu dikdas. Mareka adalah Kakanwil Depdiknas Aceh, Kabag
Perencanaan, dan Kabid. Dikdas..
(b) Aktivitas, meliputi proses manajemen pemerataan dan peningkatan mutu dikdas yang mencakup; lokasi/tempat, situasi, konteks, keadaan, waktu, gejala-gejala, persoalan/topik, peristiwa-peristiwa, benda-benda yang digunakan Sanuhri (1999; 106).
63
tulisan, foto, dan stastik. Pada prinsipnya data tersebut mempakan segala
sesuatu yang dapat dilihat sebagai suatu sumber informasi yang dapat
dianalisa dan diinterpretasikan dari aspek-aspek yang dibahas dalam
penelitian ini.
c Teknik Pengumpulan Data
Menumt Hermawan (1992;70) dalam pengumpulan data dikenal
metode dan teknik, metode terdiri; (1) sensus, (2) sampling, (3) studi
kasus, (4) studi dokumentasi, (5) wawancara, (6) observasi. Namun metode
yang dipakai dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi, wawancara, and
observasi. Penelitian ini dilakukan terhadap satu aspek tertentu yang telah
ditentukan. Pengumpulan datanya juga dilakukan terhadap sebahagian
popuiasi yang mewakili. Hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, tetapi
mempakan nilai khusus dari penelitian itu sendiri.
Sedangkan teknik pengumpulan data terdiri ; (1) Teknik komunikasi
(wawancara, angket) (2) Teknik pengamatan/observasi (langsung,tidak
langsung,partisipasi). Yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan teknik pengamatan langsung yaitu pengamatan dilakukan
tanpa peralatan khusus.
Selain itu teknik pengumpulan data pada penelitian yang bersifat
deskriptif analitik lebih menarik beratkan pada perekaman situasi yang
terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dengan demikian pada
64
melalui (1) observasi, (2) wawancara, dan (3) studi dokumentasi. E.
Kusmana
(1984:84) menjelaskan bahwa metode
deskriptif analitik
memungkinkan hanya suatu langkah evaluatif atas keadaan yang nyata
terjadi. Dapat dipahami bahwa metode tersebut memungkin pula penelitian
memberikan suatu analisa yang lebih mendalam terhadap kondisi yang
terjadi.
D Alat Pengumpul Data
Penentuan alatnya adalah berdasarkan data yang diperlukan dari
sejumlah subjek, objek dan teknik yang digunakan. Dalam penelitian ini alat
yang digunakan adalah;
(1) Pedoman Penelitian, bempa daftar aspek-aspek yang dikaji
mengenai lingkungan eksternal dan internal yang mempengamhi keberhasilan
pendidikan.
(2)Catatan/laporan Lapangan, berisi deskripsi informasi dari
sejumlah data yang diperlukan berdasarkan kelompok dan sumber data;
(4) Lembar Rangkuman, mempakan bahan pokok untuk menjawab
problematik penelitian secara menyelumh. Isinya mempakan rangkuman
setiap permasalahan yang diteliti.
3. Pengolahan, Penafsiran, dan Anaiisis Data
a.Proses/Prosedur
65
analisis laporan dilaksanakan semenjak awal hingga selesai penulisan
laporan penelitian laporan penelitian, melalui tahap reduksi, display data, dan penarikan kesempatan.
b.Teknik dan Pedoman
Bogdan dan biklen (1982; 154-169) memisahkan proses analisis data atas analisis selama dilapangan dengan analisis setelah data terkumpul dan kegiatan menggunakan pedoman dibawah ini;
1. Analisis pada saat pengumpulan data,
Yaitu selama pengumpulan data penelitian merekam dan membuat catatan lapangan, melakukan membercheck dengan subjek penelitian yang bersangkutan mengadakan keabsahan data. Analisis data dilakukan secara induktif dan secara terns menems dan berproses. Proses disini maknanya bahwa analisa data sudah dilakukan semenjak pengumpulan data dan dilaksanakan secara terlebih Intensif lagi sesudah meninggalkan lapangan.
Analisa data dilakukan dengan presedur yang dikemukakan Nasution (1988
: 129-130) antara lain:
(1) Reduksi data
Yaitu melakukan pengecekan kembali seluruh catatan lapangan yang diperoleh dari hasil observasi wawancara dan studi dokumentasi, guna menemukan hal-hal yang pokok sesuai dengan makalah penelitian:
(2) Display data
66
diperoleh Informasi secara jelas mengenai hasil penelitian
(3) Verifikasi data
Yaitu pemantapan kesempatan yang diperoleh dari display dan reduksi
data yang dilakukan selain melakukan rnembercheck, melakukan diperoleh
kesimpulan data yang valid dan mendasar (grounded). .
2. Analisis setelah data terkumpul,
Yaitu mereduksi data dengan mencatat menggolongkan dan
mengklasifikasi hal-hal yang relevan dengan fokus penelitian serta
menghubungkan data antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga data
diperoleh dianalisis secara mendalam, sehingga berdasarkan data tersebut
dapat ditarik suatu kesimpulan, dirumuskan implikasinya, serta secara logis
dapat diberikan rekomendasi penelitian.
Sementara itu Moleong (1990;198) menyatakan bahwa "analisis data
dimulai sejak di lapangan, sejak saat itu sudah ada penghalusan data,
penyusunan kategori dengan kawasannya dan ada upaya dalam rangka
penyusunan hipotesis, yaitu teorinya itu sendiri". Jadi, dalam hal ini,
analisis data terjalin secara terpadu dengan penafsiran data.
Nasution (1988;126) mengemukakan bahwa "analisis data kualitatif
adalah proses menyusun data (menggolongkannya dalam tema atatu
kategori) agar dapat ditafsirkan atau diinterpretasikan". Dengan demikian
dalam proses analisis data kualitatif diperlukan daya kreatif dari peneliti
67
terkumpul bervariasi tergantung pada fokus penelitian, setian neneliti nerlu
menemukan metode yang cocok dengan sifat penelitiannya.
Data yang telah diolah dan disajikan secara deskriptif. Selanjutnya
dianalisis dengan teknik analisis SWOT. Kajian teoritik-praktis, analisis
kualitatif dan
expert-judgement
atau
pendapat
para
ahli
banyak
dipergunakan pada fase pembahasan dan pemmusan isu/masalah dalam
rangka pemerataan dan peningkatan mutu dikdas di Aceh.
4. Validitas dan Reliabilitas Data
Menumt S Nasution (1992;105); keabsahan data mempakan konsep
penting dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas)
menumt versi "positivisme". Validitas membuktikan bahwa apa yang
diamati oleh peneliti, serta kesesuaian antara "apa yang ada" dengan
"kenyataan', dan sebaliknya.
Penelitian ilmiah membedakan dua macam validitas yaitu; (a)
validitas internal, (berkenaan dengan instrumentasi yaitu adanya kesesuaian
konsep penelti dengan responden) dan (b) validitas eksternal (berkenaan
dengan generalisasi yaitu adanya kecocokan (fittingnes) dari instmmen
penelitian diaplikasikan penelitian lain dalam situasi atau konteks yang
dihadapi dengan adaptasi seperlunya.
Untuk menentukan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan
68
kepercayaan (credibility), keteraiihan (transferability), kebergantungan
(dependability) dan kepastian (confirmability). Moleong (1997;73)
Validasi atau pemeriksaan keabsahan data antara lain berpedoman
pada teknik ; perpanjanagan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,
triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif,
pengecekan anggota, uraian rinci, serta audit kebergantungan dan audit
kepastian. Moleong (1997;175).
Kriteria Teknik Pemeriksaan Data
Kredibilitas perpanjanagan keikutsertaan,
ketekunan pengamatan,
triangulasi,
pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif, pengecekan anggota
Keterangan uraian rinci
Kebergantungan audit kebergantungan
' Kepastian '
audit kepastian
'
Sumber : Moleong (1997, 173)
Validitas dalam penelitian ini dilakuakn dengan cara; memperpanjang
keikutsertaan peneliti dalam penelitian, ketekunan pengamatan, triangulasi,
ulasan referensi yang memadai, pengecekan anggota, kecukupan referensial,
serta uraian jawaban responden secara rinci.
69
derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Ketekunan pengamatan
dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan permasalahan atau isu yang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Dengan triangulasi, peneliti memeriksa keabsahan data dalam
menafsirkan data tertentu dan membandingkannya dengan sumber lain
(dokumentasi, wawancara dengan siswa, gum, kepala sekolah, pengawas
TK?SD serta Ketua BP3 dan tokoh masyarakat lainnya).
Member chek, (pengecekan teman-teman) dilakukan dengan cara
mengekspos hasii sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam diskusi
analitik dengan teman-teman. Audit Trill, yaitu mencek kebenaran data
sesuai dengan sumber asli (dokumen, foto, rekaman tape).
Kecukupan referensial digunakan sebagai alat untuk menampung dan
menyesuaikan dengan kritis tertulis untuk evaluasi. Bahan-bahan yang
tercatat atau terekam dapat digunakan sebaga acuan untuk menguji sewaktu
diadakan analisis dan penafsiran data (Moleong, 1997; 178).
C. Pengorganisasian Data Penelitian
Data dari penelitian ini diorganisasikan ke dalam dua bagian besar
yaitu: data lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Kelompok pertama
adalah: (a) geografis, data yang ditampilkan adalah: (1) luas wilayah, (2)
70
wilayah, (4) pembagian lahan, (5) musim/iklim, (6) curah hujan rata-rata,
(7)suhu rata-rata.
(b) pemerintahan, data yang dipaparkan adalah: pembagian wilayah
dan jumlahnya (1) jumlah dati IL (2) jumlah kecamatan, (3) jumlah desa.
(c) Kependudukan, data yang ditampilkan dalam kaitannya dengan
pendidikan khususnya dalam rangka pemeratan pendidikan adalah: (1)
popuiasi penduduk pada setiap jenjang umur, (2) fertilitas/kelahiran; (3)
mortalitas/kematian;
(4)
mobilitas/perpindahan/migrasi;
(karakteristik
dinamika pertumbuhan dan perkembangan kependudukan) dan (5) angka
pertumbuhan. (6) kepadatan penduduk per km2. (7) tingkat pendidikan
penduduk danjumlahnya
(d) ketenagakerjaan, data yang dipaparkan adalah:(l) jumlah tenaga
angkatan kerja (TAK); (2) bukan angkatan kerja (BAK); dan (3) angka
partisipasi angkatan kerja (APAK).
(e) ekonomi, data yang ditampilkan adalah (1) pendapatan daerah
(income perkapita / PBB / PAD / UMR), (2) hasil alam (pertanian
,perkebunan, pertambangan, kehutanan), (3) mata pencaharian penduduk dan
populasinya, (4) jenis industri, jumlah dan jumlah pekerjanya.
(f) sosbud/agama, data yang dipaparkan adalah: (1) nama dan jumlah
suku, (2) bahasa daerah, (3) agama dan jumlah penganutnya, (4) jumlah
rumah ibadah, (5) jumlah (rumah sakit, puskesmas, dokter, bidan, perawatO,
71
(g) komunikasi/tranportasi, data yang dipaparkan adalah: (1) kelas
jalan, kondisi dan panjangnya, (2) jenis sarana tranportasi dan jumlahnya,
(3) jumlah angkutan umum (bus/mini bus./ becak).
Kelompok kedua adalah data internal yaitu data pendidikan SD/MI
berdasarkan indikator keberhasila