• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS PRASETYA LESTARI S541302089

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TESIS PRASETYA LESTARI S541302089"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN MENSTRUASI DAN KOMUNIKASI TEMAN SEBAYA DENGAN PERSONAL HYGIENE SELAMA

MENSTRUASI PADA SISWI SMA

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

PRASETYA LESTARI S541302089

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN MENSTRUASI DAN KOMUNIKASI TEMAN SEBAYA DENGAN PERSONAL HYGIENE SELAMA

MENSTRUASI PADA SISWI SMA

TESIS

Oleh:

PRASETYA LESTARI S541302089

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing

Pembimbing I Prof. Dr. Mulyoto., M.Pd. ___________ ________2014 NIP. 194307121973011001

Pembimbing I Dr. Hari Wujoso., dr. Sp.F., M.M. ___________ ________2014 NIP. 196210221995031001

Dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal __________2014

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan tesis dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dan Komunikasi Teman Sebaya Dengan Personal Hygiene

Selama Menstruasi Pada Siswi SMA.

Penulis memahami bahwa penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, melalui pengantar ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi., M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta,

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus., M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,

3. Dr. dr. Hari Wujoso., Sp.F., M.M., selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan saran dalam penyusunan tesis,

(6)

4. Dr. Nunuk Suryani., M.Pd., selaku Ketua Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan di Minat Pendidikan Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta,

5. Prof. Dr. Mulyoto., M.Pd., selaku Pembimbing I dalam penulisan tesis yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan tesis,

6. Drs. H. Paimin, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini.

7. Siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sebagai sarana penyempurnaan tesis ini dan membangun wawasan penulis sehingga dapat lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum wr. wb.,

Surakarta, Juli 2014

(7)

Prasetya Lestari. 2014. S541302089. ”Hubungan Pengetahuan Menstruasi dan Komunikasi Teman Sebaya Dengan Personal Hygiene Selama Menstruasi Pada Siswi SMA. TESIS. Pembimbing I: Mulyoto Pembimbing II: Hari Wujoso. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar belakang: Personal hygiene menstruasi penting dalam meningkatkan derajat kesehatan reproduksi wanita. Oleh karenanya, diperlukan informasi melalui pengetahuan menstruasi dan komunikasi teman sebaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene menstruasi pada siswi kelas X SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul.

Metode: Jenis penelitian ini korelasional dengan pendekatan waktu cross-sectional. Sampel penelitian ini menggunakan siswi kelas X SMA berjumlah 102 responden dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan tes pilihan ganda. Analisis bivariat menggunakan

pearson product moment dan multivariat menggunakan uji regresi linier ganda.

Hasil: Terdapat hubungan positif dan signifikan pengetahuan menstruasi r=0.293 p=0,001, ada hubungan positif dan signifikan komunikasi teman sebaya r=0,401

p=0,000 dengan personal hygiene selama menstruasi. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara pengetahuan menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi dengan nilai F=12,655 p=0,000 R=0,451 R2 = 0,204 adjusted R2 = 0,188.

Kesimpulan: Ada hubungan bersama antara pengetahuan menstruasi dan

komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene menstruasi pada siswi SMA.

Kata kunci: Pengetahuan, Komunikasi Sebaya, Personal Hygiene Menstruasi

(8)

Prasetya Lestari. 2013. S541302089. "Correlation Menstrual Knowledge and

Peer Communications With Personal Hygiene During Menstruation In high school student". THESIS. Supervisor I: Mulyoto Supervisor II: Hari Wujoso.

Master of Family Medicine Interest in Primary Education Health Professions, Graduate University of Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRACT

Background: Menstrual personal hygiene is essential in improving the

reproductive health status of women. Therefore, required knowledge and information from peer communications. The research aims to analyze the correlation between menstrual knowledge and peers communication with menstrual personal hygiene class X student of SMA 2 Banguntapan.

Methods: The types of the research used correlational study with cross-sectional

time approaches. Subjects were 102 students of X-class high school used simple random sampling technique. Collecting data by questionnaire and multiple choice test. Data analysis using pearson product moment for bivariate analysis and multiple linear regression for multivariate analysis.

Results: There is a positive and significant correlation of menstrual knowledge

and menstrual personal hygiene r = 0.293 p = 0.001, there is positive significant correlation of peers communication and menstrual personal hygiene r = 0.401, p = 0.000. There is a correlation together between menstrual knowledge and peer communication with personal hygiene during menstruation with an F = 12.655, p = 0.000 R2 = 0,204 R = 0.451 adjusted R2 = 0.188.

Conclusion: There is a signifikan correlation between menstrual knowledge and

peers communication with menstrual personal hygiene in high school.

Keywords: Knowledge, Peer Communication, Menstrual Personal Hygiene

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 8

1. Personal Hygiene Selama Menstruasi ... 8

2. Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 17

a. Pengetahuan ... 17

b. Menstruasi ... 21

3. Komunikasi Teman Sebaya... 26

(10)

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Jenis Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data ... 41

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

H. Teknik Analisis Data ... 44

I. Hipotesis Statistik ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 49

B. Uji Hipotesis ... 57

C. Pembahasan ... 64

D. Keterbatasan Penelitian ... 75

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Implikasi ... 76

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA... 78

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Personal Hygiene Menstruasi ... 41

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengetahuan Tentang Menstruasi ... 41

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Komunikasi Teman Sebaya ... 42

Tabel 3.5 Panduan Skoring Kuesioner ... 42

Tabel 3.6 Panduan Interpreasi Hasil Uji Hipotesis ... 45

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 49

Tabel 4.2 Data Statistik variabel pengetahuan tentang menstruasi ... 50

Tabel 4.3 Data Skor Komunikasi Teman Sebaya ... 52

Tabel 4.4 data skor personal hygiene menstruasi... 53

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data ... 54

Tabel 4.6 Hasil Uji multikolinieritas ... 56

Tabel 4.7 Hasil Analisis Pearson Product Moment Pengetahuan ... 57

Tabel 4.8 Hasil Analisis Pearson Product Moment Komunikasi Teman Sebaya 58 Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji F ... 59

Tabel 4.10 Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Terikat ... 59

Tabel 4.11 Hasil Persamaan Regresi Linier Ganda ... 60

Tabel 4.12 Sumbangan Relatif Dan Efektif ... 64

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pikir penelilitian ... 35

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian ... 37

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Menstruasi ... 50

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Skor Komunikasi Teman Sebaya ... 51

Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Personal Hygiene Menstruasi ... 53

Gambar 4.4 Scatter Plot Residual ... 55

Gambar 4.5 Scater Plot Regression ... 56

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule Penelitian ... 84

Lampiran 2 Pengantar Penelitian ... 85

Lampiran 3 Persetujuan Menjadi Responden ... 86

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian ... 87

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Pengetahuan Menstruasi ... 94

Lampiran 6 Skoring Validitas Instrumen Pengetahuan Menstruasi ... 95

Lampiran 7 Skoring Validitas Instrumen Personal Hygiene ... 96

Lampiran 8 Skoring Validitas Instrumen Komunikasi Teman Sebaya ... 97

Lampiran 9 Validitas Instrumen Pengetahuan Menstruasi ... 98

Lampiran 10 Validitas Instrument Komunikasi Teman Sebaya ... 99

Lampiran 11 Validitas Instrumen Personal Hygiene ... 100

Lampiran 12 Skoring Reliabilitas Instrumen Pengetahuan Menstruasi ... 101

Lampiran 13 Skoring Reliabilitas Intrumen Komunikasi Teman Sebaya ... 102

Lampiran 14 Skoring Reliabilitas Instrumen Personal Hygiene ... 103

Lampiran 15 Reliabilitas Kuesioner Komunikasi Teman Sebaya ... 104

Lampiran 16 Reliabilitas Kuesioner Personal Hygiene ... 105

Lampiran 17 Reliabilitas Instrument Tes Pengetahuan Menstruasi ... 106

Lampiran 18 Tabulasi Data Skor Hasil Penelitian ... 107

Lampiran 19 Tabulasi Hasil Penelitian ... 116

Lampiran 20 Analisis Univariat ... 119

(14)

Lampiran 22 Analisis Bivariat Dan Multivariat... 123

Lampiran 23 Penghitungan Sumbangan Efektif Dan Sumbangan Relatif ... 127

Lampiran 24 Surat Uji Coba Instrumen Penelitian ... 129

Lampiran 25 Surat Ijin Penelitian ... 130

Lampiran 26 Surat Bukti Penelitian ... 131

Lampiran 27 Lembar Konsultasi Penelitian ... 132

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi remaja perlu mendapatkan perhatian yang cukup penting. Mengingat masa remaja merupakan masa transisi dari anak–anak menuju dewasa yang diwarnai oleh perubahan pertumbuhan, munculnya berbagai kesempatan dan seringkali menghadapi resiko-resiko kesehatan reproduksi. Resiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan, misalnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ reproduksi, ketidaksetaraan jender, kekerasan seksual, dan pengaruh media massa maupun gaya hidup. Berdasarkan faktor tersebut, remaja perlu diajak untuk peduli dengan kesehatan reproduksinya dengan alasan bahwa remaja merupakan awal masa depan dalam kehidupan dan penerus generasi. Apabila sejak masa remaja sudah ditanamkan reproduksi yang sehat maka selanjutnya akan menghasilkan generasi yang sehat (BKKBN, 2008).

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan reproduksi pada remaja. Perawatan kesehatan dan kebersihan merupakan hal yang banyak dibicarakan dalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orangtua sejak masih kecil. Ada sebagian orangtua sering kali tidak merasa nyaman membicarakan masalah kesehatan reproduksi, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya menyangkut hal yang umum saja,

(16)

sedangkan urusan kesehatan organ reproduksi jarang dapatkan dari orangtua (Sarwono, 2010).

Personal hygiene menstruasi pada remaja merupakan isu kritis sebagai deteminan status kesehaan remaja yang akan berpengaruh dalam kehidupan masa tua. Buruknya personal hygiene menstruasi berpengaruh besar terhadap morbiditas dan komplikasi (Uzochukwu et al, 2009). Oleh karena iu, remaja harus dipersiapkan baik pengetahuan, sikap maupun tindakannya kearah pencapaian reproduksi yang sehat.

Berdasarkan kajian teoritis yang ada, salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku higienis. Perilaku higienis pada saat menstruasi tidak akan terjadi begitu saja, namun merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan menstruasi (Indriastuti, 2009).

Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim terbuka sehingga sangat mudah terkena infeksi. Apabila kebersihan diri selama menstruasi buruk maka dapat mengakibatkan infeksi alat reproduksi. Infeksi alat reproduksi ini mempunyai dampak yang buruk ke masa depan, yang bersifat seumur hidup, seperti kemandulan yang konsekuensinya dapat menurunkan kualitas hidup individu yang bersangkutan (Saadah, 2004).

(17)

Kurangnya kesadaran kebersihan menstruasi dan perawatan selama menstruasi yang disebabkan oleh kurangnya pendidikan yang berhubungan dengan menstruasi dan kebersihan menstruasi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Subhash et al (2011) di Nagpur melaporkan bahwa hanya 36,95% dari gadis remaja mengetahui menstruasi sebelum menarche. Lebih dari tiga keempat gadis-gadis itu tidak sadar tentang penyebab dan sumber perdarahan dan mayoritas dari mereka memiliki pengetahuan tentang penggunaan pembalut. Menurut Dhingra, et al (2009) peningkatan pengetahuan tentang menstruasi langsung dari masa kanak-kanak dapat meningkatkan praktek yang aman dan dapat membantu dalam mengurangi penderitaan jutaan perempuan.

Hasil penelitian Anusree (2014) bahwa kurang dari setengah dari remaja perempuan yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kebersihan menstruasi hal ini mengindikasikan bahwa masih kurangnya pengetahuan yang memadai mengenai kebersihan menstruasi di kalangan remaja perempuan. Dengan demikian, perlu program pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebersihan menstruasi dan meningkatkan praktik kebersihan menstruasi. Tempat terbaik untuk memberikan pendidikan tentang kebersihan menstruasi untuk remaja perempuan adalah sekolah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012) bahwa faktor utama yang berpengaruh terhadap perilaku kebersihan diri saat menstruasi adalah teman sebaya. Hasil SDKI 2012 menunjukan dari setengah responden wanita membicarakan menstruasi sebelum nenarche dengan teman (53 persen) atau dengan ibunya (41 persen). (Kemenkes, 2013; Suryati, 2012).

(18)

Gangguan pada wanita saat menstruasi sangatlah luas, salah satunya

Pruritus vulvae yakni iritasi atau rasa gatal di sekitar vulva dan lubang vagina. Rasa gatal yang ditimbulkan menyebabkan timbulkan rasa kurang nyaman dan perih pada vulva. Jika kulit vagina tergores oleh garukan kuku, dapat menimbulkan infeksi sekunder seperti infeksi kandida akut, vaginosis bakteri dan trikomoniasis. Hal tersebut akan memperburuk kesehatan reproduksi wanita (Tony, 2011).

Hal di atas sesuai dengan penelitian Indah yang menunjukkan bahwa kejadian pruritus vulvae berhubungan dengan personal hygiene selama menstruasi. Di samping menimbulkan kejadian pruritus vulvae, kurangnya perilaku higienis saat menstruasi dapat menyebabkan berbagai penyakit misalnya vaginitis. Klebanoff (2010), dalam penelitiannya menunjukkan hasil ada hubungan signifikan antara personal hygiene dengan kejadian bacterial vaginosis(BV) pada wanita (Indah, 2013; Klebanoff, 2010).

Berdasarkan survey pendahuluan oleh peneliti, sebagian besar murid SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul berjenis kelamin perempuan, yang mana setiap perempuan pasti mengalami menstruasi setiap bulannya. Siswi lebih banyak menghabiskan waktu dan berinteraksi dengan teman sebaya di sekolah mulai dari proses belajar mengajar hingga esktrakurikuler berlangsung relatif lama dari pagi hari hingga sore hari, sehingga sangat berpengaruh terhadap personal hygiene remaja putri pada saat menstruasi. Selain hal tersebut tentunya, murid SMA N 2 Banguntapan Bantul memiliki banyak sumber informasi yang akan mempengaruhi pembentukan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMA N 1

(19)

Banguntapan Bantul mengenai personal hygiene menstruasi. Dari latar belakang inilah peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan

personal hygiene selama menstruasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan personal hygiene selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta?

2. Apakah ada hubungan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene

selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta? 3. Apakah ada hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi

teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan personal hygiene siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

(20)

b. Menganalisis hubungan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

D. MANFAAT

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bukti empiris bahwa pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi antar teman sebaya akan meningkatkan personal hygiene selama menstruasi.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi mengenai personal hygiene menstruasi pada siswi, sebagai dasar dalam upaya menjaga

personal hygiene menstruasi siswi SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta melalui program konseling kesehatan reproduksi remaja dalam program UKS, PMR maupun sebagai sumber bahan pembelajaran dalam mata pelajaran yang bersangkutan, dengan menggunakan pedekatan teman sebaya.

b. Bagi Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi siswa agar dapat menerapkan personal hygiene selama menstruasi, sehingga

(21)

terwujud kesehatan reproduksi yang sehat dengan cara meningkatkan pengetahuan tentang menstruasi melalui berbagai sumber informasi dan komunikasi antar teman sebaya.

c. Bagi Dinas Kesehatan Setempat

Memberikan bahan alternative dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja terutama dalam hal personal hygiene

melalui pendekatan komunikasi teman sebaya.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Personal Hygiene Menstruasi

a) Pengertian

Definisi Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti personal yaitu perorangan dan hygiene yaitu sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu usaha memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Hygiene adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan (Manuaba, 2008). Menurut Patricia (2005) personal hygiene merupakan peningkatan kesehatan melalui implementasi tindakan hygiene yang dapat dilakukan saat menstruasi.

Tujuan dari perawatan selama menstruasi untuk pemeliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi sehingga mendapakan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan derajat kesehatan seseorang (Patricia, 2005).

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

1) Body image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli terhadap kebersihanya.

(23)

2)Praktek sosial

Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status sosial ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.

5) Budaya

Disebagaian masyarakat misalnya menstruasi dianggap darah kotor sehingga seorang wanita harus diasingkan dan menjalani aktivitas harian di dalam rumah adat khusus untuk wanita yang tengah menstruasi. 6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan seseorang mengunakan produk tertentu dalam perawatan diri.

7) Kondisi fisik

Pada kondisi sakit kemampuan merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

c) Indikator personal hygiene selama menstruasi

Menurut Patricia (2005) perawatan personal Hygiene meliputi: 1) Perawatan Kulit dan Wajah.

(24)

Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung, sekresi, ekskresi, pengaturan temperatur, dan peka terhadap rangasangan. Kulit memiliki tiga lapisan utama yaitu: epidermis, dermis dan subkutan. Kulit sering kali merefleksikan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor dan temperatur (Patricia, 2005).

Kesehatan dan kencantikan dapat tercemin dari kulit, terutama kulit wajah. Wajah merupakan bagian yang paling sensitif bagi seorang remaja terutama remaja putri. Masalah jerawat pada remaja terkait dengan penampilan mereka. Pada saat menstruasi kerja dari kelenjar sebaseus akan meningkat sehingga produksi keringat meningkat. Pada saat menstruasi sangat bermanfaat untuk membersihkan muka dua sampai tiga kali sehari guna membantu mencegah timbulnya jerawat (Patricia, 2005; Varney, 2007).

Perawatan wajah pada saat menstruasi terdiri dari perawatan dalam dan perawatan luar. Perawatan dalam ini meliputi makan-makanan dengan menu seimbang diperlukan untuk kesehatan kulit karena semua zat gizi dan vitamin sangat penting bagi kulit. Perawatan dari luar dapat dilakukan dengan pembersih dan pelembab (Patricia, 2005).

2) Kebersihan Rambut

Menjaga kebersihan rambut sangatlah penting karena pada saat menstruasi kulit kepala lebih berminyak dan berkeringat sehingga akan memudahkan timbulnya ketombe dan mikroorganisme lain. Agar kebersihan rambut dan kulit kepala terjaga, usahakan minimal

(25)

membersihkan rambut dua hari sekali. Kebersihan rambut bisa membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit kepala, membatu relaksasi dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh berkembang secara normal (Patricia, 2005).

Kebersihan rambut genitalia saat menstruasi juga penting untuk dijaga. Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut karena dapat menimbulkan lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan rambut genetalia disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan gunting atau dicukur sampai habis setiap 40 hari. (Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta, 2012).

Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk kesehatan alat kelamin, yaitu berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik yang melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing kecil ke dalam vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat. Sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur (Nugroho, 2010). 3) Kebersihan Tubuh dan Organ Genital

Menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan. Hal ini juga berlaku bagi kesehatan organ-organ genetalia. Udara yang panas cenderung lembab dan berkeringat. Keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama di bagian tubuh yang tertutup dan lipatan-lipatan, yang

(26)

akan menyebabkan bakteri mudah berkembang biak, menimbulkan bau yang tidak sedap dan juga menimbulkan penyakit (Siswono, 2001).

Kebersihan tubuh pada saat menstruasi juga sangat penting diperhatikan, dan sebaiknya mandi 2 kali sehari, dengan sabun mandi biasa, pada saat mandi organ reproduksi luar perlu cermat dibersihkan. Cara membersihkan daerah kewanitaan yang terbaik ialah membasuhnya dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan dalam membasuh daerah kewanitaan kita, terutama setelah buang air besar (BAB), yaitu dengan membasuhnya dari arah depan ke belakang (dari vagina ke arah anus), bukan sebaliknya. Karena apabila terbalik arah, maka kuman dari daerah anus akan terbawa ke depan dan dapat masuk ke dalam vagina (Varney, 2007).

Pada saat membersihkan alat kelamin, tidak perlu dibersihkan dengan cairan pembersih atau cairan antiseptik secara berlebihan karena akan merusak flora normal yaitu bakteri doderlin, sehingga memudahkan masuk dan berkembangbiaknya kuman patogenik yang akan berakibat tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Apabila menggunakan sabun, sebaiknya gunakan sabun yang lunak (dengan pH 3,5), misalnya sabun bayi yang biasanya ber-pH netral. Setelah memakai sabun, hendaklah dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang tertinggal malah dapat menimbulkan penyakit (Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I, 2012).

(27)

Menurut Siswono (2001), Tujuan perawatan selama menstruasi pada alat reproduksi eksternal adalah sebagai yakni menjaga kesehatan dan kebersihan vagina, membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina, mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal (3,5-4,5), mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa, mencegah munculnya keputihan dan virus.

4) Kebersihan Pakaian Sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat (bahan katun atau kaus) karena pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian dalam yang telah terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat sebaiknya dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi (Varney, 2007).

5) Penggunaan Pembalut

Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Pilihlah pembalut yang bersih, tidak berwarna, tidak mengandung parfum, dan daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat

(28)

menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal (Varney, 2007).

Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau setiap setelah mandi, buang air kecil, dan buang air besar. Apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah, segera ganti pembalut. Alasannya karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu dibuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya direndam memakai sabun di tempat tertutup sebelum dicuci (Varney, 2007).

Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit (Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I, 2012).

Menurut Pujiastuti (2003), kesalahan yang sering dilakukan saat pemakaian pembalut: membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, menyimpan pembalut ditempat lembab seperti kamar mandi, menggunakan pembalut yang telah kadarluarsa, pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut, memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang bau, serta pemakaian pembalut yang terlalu lama.

(29)

d) Cara Untuk Menghindari Alergi Kulit Genetalia Saat Menstruasi

Cara untuk menghindari alergi kulit genetalia saat menstruasi menurut Dwikarya (2005) yakni: ganti jenis atau merek pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, bisa saja iritasi tersebut karena pembalut yang digunakan. Saat mandi daerah radang atau iritasi jangan dibilas dengan air ledeng, sebaiknya menggunakan aquadest. Hindari pemakaian sabun untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi mereda. Gunakan sabun lunak yang ber-PH rendah. Gunakan sabun cuci pakaian yang lembut untuk mencuci celana dalam dan oleskan krim anti alergi dengan lembut dan hati - hati. Jangan menggaruk daerah iritasi jika terasa gatal. Sebagai ganti garukan, kompres dengan menggunakan handuk yang dicelup air es pada bagian gatal. Hindari penyebab alergi dan iritasi.

e) Dampak tidak menjaga personal hygiene saat menstruasi terhadap kesehatan reproduksi wanita.

1) Dampak fisik, banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Antara lain gangguan intergritas kulit, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak psiko-sosial, masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

3) Timbul infeksi pada genetalia, infeksi ini timbul disesebabkan oleh buruknya kebersihan di area vagina. Infeksi vagina yang umum terjadi,

(30)

seperti vaginitis bacterial, trichomonas vaginalis, dan kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita.

Vaginitis (peradangan pada vagina) adalah salah satu yang paling dikeluhkan wanita. Gejala seperti pruritus vulvae, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih, biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut: Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis. Sekitar 25 % dari kasus yang ada disebabkan oleh

C. Albican dan T. vaginalis, dan sisanya oleh G. Vaginalis (Baradero, 2007; Bobak, 2004).

f) Pengukuran Personal Hygiene

Pengukuran personal hygiene dilakukan secara kuantitatif melalui wawancara atau kuesioner. Terdapat lima bentuk skala sikap yang biasanya digunakan dalam mengukur sikap, perilaku ataupun pendapat yakni (Widoyoko, 2013; Hidayat, 2011):

1) Skala Likert

Prinsip pokok skala Likert yaitu menentukan lokasi seeorang dalam suatu kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif. Penentuan lokasi dengan cara mengkuantifikasi respon seseorang terhadap butir pertanyaan/pernyataan yang disediakan.

Gradasi jawaban setiap butir instrument pada skala Likert dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Terdapat tiga model skala Likert,

(31)

yaitu skala tiga (tiga pilihan), skala empat (empat pilihan) dan skala lima (lima pilihan).

2) Skala Guttman

Skala guttman berupa sederetan pernyataan opini tentang suatu objek secara berurutan. Skala pengukuran ini akan diperoleh jawaban yang tegas dan konsisten misalnya, ya-tidak, benar-salah, setuju-tidak setuju. 3) Perbedaan semantik (semantic differential)

Merupakan pengukuran makna kata digunakan pada penelitian yang diukur konsep-konsep tiga dimensi dalam kategori. Bentuk skala ini bukan pilihan ganda atau ceklist melainkan tersusun dalam satu garis kontinum dan harus menggunakan pilihan jawaban ganjil, karena harus ada nilai tengah yang bersifat netral.

4) Rating Scale

Skala sikap yang memberikan pernyataan dengan jawaban berupa interval angka yang telah disediakan.

5) Skala Thrustone

Skala yang memberikan sejumlah pernyataan pada responden yang memiliki skor nilai berbeda pada tiap pernyataan tersebut.

2. Pengetahuan Tentang Menstruasi

a) Pengetahuan

1) Pengertian

Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu diperoleh dari kenal, sadar, insaf, mengerti yang merupakan kesan di dalam pikiran

(32)

manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan merupakan semua isi di dalam pikiran. Dengan demikian dapat disimpulkan pengetahuan merupakan hasil proses pemikiran dari usaha manusia untuk tahu melalui panca inderanya (Bakhtiar, 2006; Mubarok, 2007).

2) Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan menurut Notoadmodjo (2011) tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi artinya sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.

d) Analisis (Analysis)

(33)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation)

Evauasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.

3) Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan tes, wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Interpretasi hasil skor pengetahuan menurut Riwidikdo (2008) dikategorikan sebagai berikut pengetahuan baik: nilai responden (x) > mean

+1SD, pengetahuan cukup: mean-1SD ≤ x ≤ mean +1SD, pengetahuan kurang: x < mean-1SD.

(34)

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang menurut Notoatmodjo (2011) dipengaruhi oleh:

a)Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

b)Pengalaman

Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan, keterampilan profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan.

c)Usia

Semakin tua semakin bijak, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.

d)Informasi

Orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain media cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah, penyuluhan.

(35)

e)Lingkungan Budaya, dalam hal ini faktor keturunan dan bagaimana orang tua mendidik sejak kecil mendasari pengetahuan yang dimiliki oleh remaja dalam berfikir selama jenjang hidupnya.

f)Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah.

b) Menstruasi

1) Definisi

Menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik berasal dari uterus yang bersifat fisiologi disertai pelepasan endometrium yang terjadi pada wanita usia reproduktif. Menstruasi juga didefinisikan sebagai perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Wiknjosastro, 2010; Bobak, 2004).

Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama kurang lebih 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. (Manuaba, 2008).

(36)

2)Fisiologi siklus menstruasi

Siklus menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Bobak, 2004).

Apabila tidak terjadi pembuahan (pertemuan sperma dan ovum), maka

korpus luteum mengalami kematian dan tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim oleh karena hormone esterogen dan progesterone berkurang sampai menghilang dan menyebabkan terjadinya fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah sehingga lapisan dalam rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selanjutnya diikuti dengan

vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam bentuk

perdarahan yang disebut “menstruasi” (Wiknjosastro, 2010).

3)Fase menstruasi

Fase menstruasi menurut Bobak (2004) di kelompokkan menjadi beberapa fase di bawah ini:

a) Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon)

(37)

menurun dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

b) Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. c) Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

d) Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan

(38)

4) Tanda dan gejala awal menstruasi

Tanda dan gejala awal menstruasi setiap wanita berbeda-beda. Menurut NICHD (2013) tanda dan gejala awal menstruasi yakni kram atau nyeri perut atau panggul, nyeri punggung bawah, rasa nyeri dan tegang pada payudara, nafsu makan meningkat atau berkurang, perubahan suasana hati dan mudah tersinggung atau emosional, serta sakit kepala dan mudah kelelahan.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi

Menurut Wiknjosastro (2010), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

a)Faktor enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat tersebut ikut berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya.

b)Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri dan vena-vena. Regresi endometrium menimbul statis dalam vena, saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri yang berakhir dengan terjadinya nekrosis, dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

(39)

c)Faktor prostaglandin

Prostaglandin terlepas dari endometrium akan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

6) Gangguan Menstruasi

Menurut Proverawati (2009), ada beberapa gangguan menstruasi antara lain: Polimenorrhea adalah siklus dengan interval 21 hari atau kurang.

Metrorrhagia adalah menstruasi yang tidak teratur sesuai dengan siklus.

Menorrhagia adalah periode menstruasi yang sangat panjang dan banyak, perdarahannya lebih dari 80ml pada siklus biasa. Menometrorrhagia adalah menstruasi yang banyak dan memanjang pada siklus yang biasa.

Oligomenorrhea adalah menstruasi yang jarang, periode menstruasi pendek (interval siklus melebihi 35 hari).

Amenorrhea adalah hilangnya periode menstruasi pada wanita usia produktif, kondisi lebih dari 6 bulan tanpa menstruasi pada wanita non-menopause. Midcycle Spooting adalah bercak yang terjadi sesaat sebelum ovulasi. Hypomenorrhea merupakan periode menstruasi yang sangat pendek. Hypermenorrhea adalah perdarahan yang terjadi lebih dari 7 hari perdarahan menstruasi. Pre Menstrual Tension yaitu ketegangan sebelum haid yang terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung. Mastodinia atau Mastalgia adalah ras tegang pada payudara menjelang haid. Mittelschmerz yaitu rasa nyeri pada ovulasi yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari di pertengahan siklus

(40)

menstruasi. Dismenore adalah rasa nyeri pada saat menstruasiyang berupa kram ringan pada bagian kemaluan sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

3. Komunikasi Teman Sebaya

Perkembangan kehidupan sosial remaja ditandai dengan meningkatnya pengaruh teman sebaya dalam kehidupan. Sebagian besar waktu remaja dihabiskan untuk melakukan interaksi sosial dengan teman-teman sebayanya (Desmita, 2009). Teman sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama (Santrock, 2007).

Pada usia remaja hubungan pertemanan merupakan hubungan yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan yang sama dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk memecahkan masalah bersama. Teman merupakan tahap awal dalam pergaulan remaja. Pada usia ini mereka bisa juga mendengar pendapat pihak ketiga. Pada usia dua belas tahun ke atas, ikatan emosi bertambah kuat dan mereka makin saling membutuhkan, namun mereka saling memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadiannya masing-masing (Sarwono, 2007).

Bagi remaja, teman sebaya mendapatkan perhatian prioritas utama daripada keluarga. Hal tersebut menganggap teman sebaya lebih memberikan pengertian, dukungan dan penampungan. Adanya teman sebaya, remaja dapat dengan mudah untuk membagi perasaan ataupun kesulitan-kesulitannya. Teman selalu siap menampung masalah karena merasa senasib. Dalam hal ini remaja sering mendapat persetujuan (approval) dan penerimaan (acceptance)

(41)

dari teman sebayanya. Itulah sebabnya banyak remaja yang lebih terbuka pada teman sebaya (Tim Penulis Poltekes Depkes Jakarta I, 2012).

Komunikasi antar teman sebaya adalah proses pertukaran informasi antara individu yang saling tatap muka dengan dua orang atau lebih baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh kawan seumuran dengan mempunyai tujuan dan keinginan yang sama (Nurul, 2009).

Menurut Sugiyo (2005) komunikasi merupakan kegiatan manusia menjalin hubungan satu sama lain yang demikian otomatis keadaannya, sehingga sering tidak disadari bahwa ketrampilan berkomunikasi merupakan hasil belajar.

Komunikasi merupakan rangkaian proses penyampaian pesan dari satu orang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) dengan maksud tertentu, dengan menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal) berupa simbol-simbol (berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non verbal secara langsung/tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual) yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain (Effendy, 2011).

Komunikasi itu berlangsung melalui tahap-tahap tertentu secara terus menerus, berubah-ubah, dan tidak ada henti-hentinya. Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima saling mempengaruhi satu sama lain. Komunikasi menyebabkan perubahan tingkah laku dalam diri individu dalam aspek kognitif, afektif atau psikomotor.

Ada lima komponen komunikasi yaitu orang yang mengirimkan pesan (komunikator), pesan yang akan dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui

(42)

pesan dari si pengirim kepada si penerima, si penerima pesan (komunikan dan umpan balik (feedback, effect, influence). Karena komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik maka komponen balikan perlu ada dalam proses komunikasi (Effendi, 2011).

Ciri komunikasi antar pribadi yang efektif menurut Devito dalam Sugiyo (2005) :

a. Keterbukaan (Opennes)

Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi antar pribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi dengan kita, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan, atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan. Kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala sesuatu yang dikatakannya.

b. Positif (Positiveness)

Memiliki perilaku positif yakni berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Kesamaan (Equality)

Keefektifan komunikasi antarpribadi juga ditentukan oleh kesamaan-kesamaan yang dimiliki pelakunya. Seperti nilai, sikap, watak, perilaku, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya.

(43)

d. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.

e. Dukungan (Supportiveness)

Komunikasi antar pribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan.

Tujuan berkomunikasi menurut Effendy (2011) untuk mempengaruhi orang lain, memahami dan menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar sehingga dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, membentuk dan memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, melalui komunikasi antarpribadi individu dapat mengubah sikap dan perilaku sendiri dan orang lain. Komunikasi antarpribadi merupakan proses belajar, mempengaruhi orang lain, mengubah pendapat orang lain, dan membantu orang lain.

Berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia, karena dengan komunikasi kebutuhan manusia akan terpenuhi. Menurut Johnson (1981) dalam Supratiknya (2003) mengemukakan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia, adalah sebagai berikut:

(44)

a. Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial individu.

b. Identitas atau jati diri terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Adanya komunikasi, seseorang dapat memahami realitas dan menguji kebenaran kesan-kesan maupun pengertian yang dimiliki individu melalui membandingkannya dengan kesan-kesan, pengertian orang lain dan realitas yang sama.

c. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita.

B. Penelitian Relevan

Penelitian relevan yang mendukung penelitian ini yakni penelitian Diana (2009) dengan judul Hubungan Komunikasi Dan Media Informasi Dengan Tingkat Pegetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja (Studi Pada Murid SMK

Negeri 2 Sampit) Provinsi Kalimantan Tengah. Jenis penelitian yang digunakan Explanatory research dengan pendekatan metode Cross sectional study. Populasi murid kelas 1 SMK Negeri 2 Sampit, sampel diambil sebanyak 67 responden dengan teknik simple random sampling. Hasil uji statistik Chi-Square, ada hubungan media informasi dengan pengetahuan reproduksi remaja, ada hubungan komunikasi dengan teman sebaya dengan pengetahuan reproduksi remaja, dan ada hubungan komunikasi guru dengan pengetahuan reproduksi remaja. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada

(45)

tempat dan waktu pelaksanaan, populasi dan sampel, variable terikatnya, serta jenis uji statistik.

Rahmawati (2011) dengan judul Hubungan Antara Sumber Informasi dan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Perilaku Personal Hygiene

selama Menstruasi. Penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 220 siswi, dengan jumlah sampel 60 siswi menggunakan simple random sampling. Analisis hubungan menggunakan uji korelasi product moment. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan tentang menstruasi, pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku personal hygiene selama menstruasi, dan sumber informasi dengan perilaku personal hygiene selama menstruasi. Perbedaan pada penelitian ini terletak pada variabel bebas komunikasi teman sebaya, variable terikat, teknik sampling, dan uji statistik.

Suryati (2012) dengan judul penelitian Perilaku kebersihan remaja saat menstruasi. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan terhadap perilaku kebersihan pada saat menstruasi pada remaja putri. Desain penelitian cross sectional dengan populasi siswi remaja putri yang telah mengalami menstruasi dengan besar sampel 186 responden. Analisis data menggunakan uji Chi-Square dengan teknik analisis univariat, bivariat dan multivariat untuk menentukan faktor dominan yang berpengaruh terhadap perilaku kebersihan saat menstruasi. Variabel yang terbukti berhubungan secara statistik bermakna terhadap perilaku kebersihan pada saat

(46)

menstruasi adalah pendidikan orang tua, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas alat pembersih dan dukungan teman sebaya. Variabel yang secara statistik tidak berhubungan secara bermakna terhadap perilaku kebersihan adalah pekerjaan orangtua, jumlah anak, keterpaparan informasi, ketersediaan fasilitas informasi, dukungan guru, dan dukungan petugas kesehatan. Analisis multivariat model regresi variabel yang paling berpengaruh adalah dukungan teman sebaya.

Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada judul, variabel, populasi dan sampel, dan uji statistik pada analisis bivariate. Penelitan ini pada analisis bivariat menggunakan uji statistik Coeficient Contingency.

Penelitian Khan (2012) berjudul Perceptions and Practices about Menstrual Hygiene among Adolescent Girls in a Rural Area - A

Cross-Sectional Study. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesadaran praktik personal hygiene menstruasi pada remaja putri. Metodologi penelitian dengan crossesctional. Jumlah sampel 199 remaja putri yang berada di pedesaan. Analisis statistik : Persentase, Uji Chi-Square. Hasil : Dari 199 responden, 63.31 % subyek tidak mengetahui sumber perdarahan menstruasi, 61,3 % perempuan memiliki pengetahuan tentang menstruasi, 12 % anak perempuan tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga selama menstruasi, 72,05 % dari remaja yang belum menikah menggunakan sepotong kain saat menstruasi dibandingkan dengan 27,9 % sudah menikah. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada judul, tempat dan waktu, populasi dan sampel serta uji analisis data yang digunakan.

(47)

Subhash, B et al. (2011) dalam penelitian berjudul Menstrual Hygiene: Knowledge and Practice among Adolescent School Girls of Saoner, Nagpur

District dengan tujuan penelitian, untuk menilai pengetahuan dan praktik kebersihan menstruasi remaja putri antara sekolah pedesaan dan perkotaan. Jenis penelitian communitas based pendekatan waktu cross sectional, teknik sampling menggunkan purposive sampling 387 sisiwi kelas 8 dan 9. Pengumpulan data dengan interview. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variabel X2 (komunikasi teman sebaya) dan Y (personal hygiene mensruasi). Selain hal tersebut, tempat dan waktu penelitian, populasi sampel, teknik sampling menggunakan simple random sampling, serta instrument dan teknik pengambilan data.

Penelitian Sommer (2013) berjudul Girls’ and women’s unmet needs for

menstrual hygiene management (MHM): the interactions between MHM and

sanitation systems in low-income countries. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi pengetahuan tentang keyakinan dan perilaku menstruasi dan managemen perempuan saat menstruasi dalam kaitannya dengan sistem sanitasi yang ada di negara-negara berpenghasilan rendah. Mengeksplorasi bagaimana pembuangan pembalut yang telah digunakan saat menstruasi, dan konsekuensi dari praktek-praktek pembuangan yang berbeda untuk fungsi sistem sanitasi. Perbedaan dengan penelitiaan ini terletak pada jenis variabel X dan Y, tujuan penelitian, tempat penelitian, populasi dan sampel, jenis

penelitian, teknik sampling dan analisis data.

(48)

Sridevi (2013) penelitian berjudul A Cross Sectional Study On Menstrual

Hygiene Among Adolescent Girls In Urban Health Center Field Practice

Area Of A Medical College In West Godavari District, Andhra Pradesh. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola menstruasi di kalangan remaja perempuan, serta mengetahui pengetahuan, sikap dan praktek kebersihan menstruasi di kalangan remaja perempuan. Pendekatan waktu dengan

crossectional. Penelitian dilakukan pada siswi kelas 8, 9 dan 11 di sekolah pemerintahan dan perguruan tinggi di daerah perkotaan praktek lapangan dari sebuah perguruan tinggi medis di distrik barat Godavari dengan jumlah sampel 374 siswi. Hasil penelitian 13,07 % lama menstruasi lebih dari 5 hari, 16,8 % memiliki siklus menstruasi kurang dari 28 hari. 22.93 % memiliki perdarahan yang berlebihan. Pengetahuan tentang menstruasi sebelum menarche adalah 6,13% tapi setelah menarche 80.27 % anak perempuan tahu benar bahwa vagina adalah rute menstruasi. Mengenai sikap 80,8 % dari gadis-gadis tertarik untuk belajar tetapi merasa malu untuk belajar tentang menstruasi. Mengenai praktek-praktek 74,4 % menggunakan pembalut dan 99,2 % dari gadis-gadis praktek kebersihan pribadi. 68.01 % membuang pembalut dengan cara yang benar. Perbedaan dengan penelitian tersebut terletak pada variabel X2 yaitu komunikasi teman sebaya, tujuan penelitian, tempat dan tahun pelaksanaan, teknik sampling serta uji analisis data.

(49)

C. KERANGKA PIKIR

Keterangan: : diteliti : tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka pikir hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi

(50)

D. HIPOTESIS

1. Ada hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan personal hygiene

selama menstruasi pada siswi SMA N 2 Banguntapan Bantul.

2. Ada hubungan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene

selama menstruasi pada siswi SMA N 2 Banguntapan Bantul.

3. Ada hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi pada siswi SMA N 2 Banguntapan Bantul.

(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanankan di SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari pengajuan Judul Tesis pada Bulan Desember 2013 sampai pengumpulan Tesis pada Bulan Juli 2014. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 11 April 2014. Jadwal pelaksanaan penelitian pada lampiran 1.

B.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini kuantitatif korelasional dengan pendekatan waktu

cross sectional. Kerangka penelitian disajikan dalam gambar 3.1 di bawah ini.

1

3

2

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian Pengetahuan tentang

menstruasi (X1)

Komunikasi Teman Sebaya

(X2)

Personal hygiene

selama menstruasi (Y)

(52)

Keterangan:

1.Hubungan X1 dengan Y. 2.Hubungan X2 dengan Y.

3.Hubungan X1 dan X2 dengan Y.

C. Populasi Dan Sampel

1.Populasi

Populasi penelitian adalah semua siswi kelas X SMA N 2 Banguntapan Bantul Yogyakarta sejumlah 136 siswi. Populasi sasaran 120 siswi dengan Kriteria inklusi yakni responden berusia 15-17 tahun, siswi kelas X SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul, sudah mengalami menstruasi, serta hadir dalam penelitian.

2.Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling. Penentuan besar sampel dengan populasi penelitian kurang dari 10.000, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Berdasarkan rumus di atas maka dapat diperoleh besar sampel sebagai berikut ini:

(53)

=

= 102 responden

Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 102 siswi.

D.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1.Variabel Penelitian

Variable yang digunakan pada penelitian sebagai berikut: a.Variabel bebas (X):

X1: pengetahuan tentang menstruasi

X2: komunikasi teman sebaya

b.Variabel terikat (Y): personal hygiene selama menstruasi 2.Definisi Operasional

Definisi operasional variabel pada penelitian ini disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

(54)

No. Variabel Definisi Instrument Satuan Skala

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer yang digunakan meliputi pengetahuan menstruasi, komunikasi sebaya dan

personal hygiene menstruasi responden. 2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti dengan membagikan kuesioner dan tes pada responden di kelas dengan cara menyediakan waktu khusus yang telah disepakati sebelumnya dengan responden. Sebelum

(55)

mengisi kuesioner, responden mendapatkan penjelasan tentang tujuan dan cara pengisian kuesioner dari peneliti. Kuesioner diisi sendiri oleh responden.

F. Teknik dan Instrumen untuk mengumpulkan Data

Instrumen Penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan tes yang dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kuesioner pada penelitian ini menggunakan jenis skala Likert bentuk check list dengan model lima pilihan jawaban. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi–Kisi Kuesioner Personal Hygiene Menstruasi

Keterangan : *tidak valid

Tabel 3.3 Kisi–Kisi Tes Pengetahuan Tentang Menstruasi

Variabel Indikator No. Soal Jumlah

Pengetahuan

menstruasi Definisi Menstruasi

1*, 2, 3, 19, 26 5 Fisiologi menstruasi 4, 9, 10, 11, 14, 27* 6 Faktor penyebab menstruasi 5, 6, 7*, 21, 12, 15 6 Gangguan dalam menstruasi 13, 18, 22*, 23, 29*,

30

6 Hal yang perlu dilakukan saat

menstruasi Kebersihan tubuh dan organ

genetalia

13, 16, 30 19, 22, 25* 6 Kebersihan pakaian sehari -

hari

15, 20, 24 14, 17, 26 6 Penggunaan pembalut 27, 29, 18 21, 23, 28* 6

(56)

Tabel 3.4 Kisi–Kisi Kuesioner Komunikasi Teman Sebaya

Keterangan * : tidak valid

Untuk memudahkan dalam perhitungan dan analisis data maka diperlukan skor pada masing-masing butir soal. Pada instrumen tes untuk mengukur pengetahuan, jawaban benar diberi skor 1 dan 0 untuk jawaban salah. Adapun panduan skoring kuesioner komunikasi teman sebaya dan kuesioner personal hygiene disajikan dalam tabel 5 dibawah ini.

Tabel 3.5 Panduan Skoring Kuesioner Pilihan Jawaban Skor jawaban

Favorable Unvaforabel

Selalu 5 1

Sering 4 2

Kadang-kadang 3 3

Pernah 2 4

Tidak pernah 1 5

G.Uji Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan instrumen yang dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen sebelum instrumen digunakan pada penelitian. Uji ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan dan konsistensi instrumen penelitian. Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan pada tanggal 29 Maret 2014 di SMA Negeri 2

Variabel Indikator No. Soal Jumlah

Favorable Unfavorable

Komunikasi teman sebaya

Keterbukaan 1, 13*,21* 8, 17, 29 6 Positif (positivines) 19, 23, 28 2, 6, 12 6

Kesamaan 3,7, 16, 20, 25, 30 6

Empati 18*, 24, 27 4,10, 14 6

Dukungan 5,9*, 11, 15 , 22, 26 6

Jumlah 30

(57)

Banguntapan. Responden dalam uji instrumen ini sebanyak 30 responden di luar sampel yang digunakan dalam penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas berguna untuk menunjukkan tingkat kesahihan atau tingkat validitas suatu alat untuk mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas instrumen menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan program

SPSS Versi 21. Berdasarkan hasil uji validitas instrumen terdapat beberapa butir soal yang tidak valid dikarenakan nilai p>0,05 atau r hitung kurang dari r tabel. Adapun butir soal yang tidak valid adalah sebagai berikut. Instrumen kuesioner personal hygiene dari 30 soal terdapat 4 butir soal tidak valid yaitu 8, 11, 25, 28. Instrumen tes pengetahuan menstruasi dari 30 butir soal terdapat 6 butir soal yang tidak valid yakni 1, 7, 16, 22, 27, 29. Sedangkan pada instrumen kuesioner komunikasi teman sebaya dari 30 butir soal terdapat 4 butir soal yang tidak valid yakni 9, 13, 18 dan 21. Butir-butir soal yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam instrumen penelitian. Butir tersebut telah terwakili oleh butir lain yang valid dalam tiap indikator. 2. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui derajat keajegan suatu alat ukur, alat ukur akan menunjukkan angka yang sama jika digunakan berkali-kali oleh peneliti ataupun oleh orang lain. Suatu instrumen penelitian reliable apabila nilai alpha lebih dari 0,7. Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Cronbach dengan program SPSS Versi 21. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian ini didapatkan nilai alpha 0,750

(58)

pada kuesioner komunikasi teman, alpha 0,753 instrumen kuesioner

personal hygiene serta alpha 0,726 pada instrumen tes pengetahuan sehingga bisa dikatakan bahwa instrumen penelitian ini reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. AnalisisUnivariat

Analisa univariat digunakan untuk mengetahui deskripsi data pengetahuan siswi tentang menstruasi, komunikasi teman sebaya dan

personal hygiene menstruasi yang hasilnya disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mencari korelasi dua variabel antara X dan Y. Analisis bivariat, dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

Pearson Product Moment. Data penelitian ini merupakan data parametrik dengan jumlah sampel lebih dari 50, oleh karena itu sebelumnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji kolmogorov smirnov.

Interpretasi hasil pada perhitungan dengan SPSS dapat dilihat dari nilai asymp.sig jika p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antar variabel (H0 diterima), sedangkan jika p < 0,05 berarti ada hubungan antar variabel (Ha diterima). Selain dilihat dari nilai asymp.sig interpretasi hail uji korelasi didasarkan pada kekutan korelasi, dan arah hubungan. Adapun panduan interpretasi hasil dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian  ...................................................................
Gambar 2.1 Kerangka pikir hubungan pengetahuan tentang menstruasi dan komunikasi teman sebaya dengan personal hygiene selama menstruasi commit to user
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian commit to user
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi  Instrument  Satuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,