• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERJUDIAN ONLINE DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Adapun judul Skripsi ini adalah “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Perjudian Online Di Kota Makassar”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu besar harapan penulis semoga Skripsi ini memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa.

Terselesaikannya Skripsi ini dengan baik berkat dukungan, motivasi, petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng, selaku Rektor Universitas Bosowa ;

2. Bapak Dr. Ruslan Renggong, S.H., M.H, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bosowa ;

3. Bapak Dr. Almusawir Nanja, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa;

4. Bapak Dr. H. Abdul Salam Siku, S.H., M.H, selaku Dosen Pembimbing I yang tidak pernah bosan dan lelah dalam membimbing, guna menyelesaikan Skripsi ini ;

iii

(6)

5. Ibu Hj. Siti Zubaidah, S.H., M.H,. selaku Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan masukan, saran dan petunjuk dalam proses menyelesaikan Skripsi ini ;

6. Semua Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Bosowa yang telah mengajarkan dan memberikan banyak ilmu dengan tulus. Semoga Ilmu yang di berikan dapat bermanfaat di dunia dan akhirat ;

7. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Hukum yang telah membantu dan mendorong kami dalam penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini, masih banyak kekurangan dan banyak mengalami kendala, oleh karena itu bimbingan, arahan, kritikan dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi hasil yang lebih baik.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi pembaca umumnya serta mampu menjadi referensi untuk teman-teman yang lain dalam penyusunan Skripsi dikemudian hari. Atas bimbingan serta petunjuk yang telah diberikan dari berbagai pihak akan memperoleh imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Makassar, Mei 2019

Penulis

iv

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4. Metodologi ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana ... 8

2.2. Tindak Pidana Perjudian ... 13

2.2.1. Pengertian Perjudian ... 13

2.2.2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian ... 17

2.2.3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Perjudian ... 23

2.3. Pengertian dan Jenis-Jenis Cybercrime ... 25

2.4. Pengaturan Cybercrime di Indonesia ... 39

2.5. Judi Online ... 40

BAB 3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

3.1. Data Kasus Perjudian Online di Kota Makassar ... 43 3.2. Modus Operandi Kejahatan Perjudian Online di Kota Makassar . 43

v

(8)

3.3. Hambatan Penegakan Hukum Perjudian Online di Kota

Makassar... 48

3.3.1. Aspek Penyidik ... 48

3.3.2. Aspek Alat Bukti ... 48

3.3.3. Aspek Anggaran Operasional... 49

3.3.4. Aspek Fasilitas ... 50

BAB 4 PENUTUP ... 51

4.1. Kesimpulan ... 51

4.2. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA ...

vi

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Kasus Judi Online yang ditangani Polrestabes

Kota Makassar Tahun 2016-2018 ... 43

vii

(10)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum (recht staat). Karena Indonesia merupakan negara yang berdasarkan pada hukum, maka idealnya kedudukan hukum harus ditempatkan di atas segalanya dan setiap orang dan perbuatan harus sesuai dengan aturan hukum tanpa terkecuali.

Kemajuan teknologi dan komunikasi telah merubah tatanan masyarakat dari yang bersifat lokal menuju ke arah masyarakat yang bersifat global. Perubahan ini dikarenakan oleh kehadiran teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi informasi bergabung dengan media elektronik sehingga melahirkan piranti baru yang disebut internet. Internet telah menghadirkan realitas kehidupan baru bagi umat manusia. Internet telah mengubah jarak dan waktu menjadi tidak terbatas.

Internet menciptakan berbagai peluang baru dalam kehidupan masyarakat, internet juga sekaligus menciptakan peluang-peluang baru bagi kejahatan. Di dunia virtual orang melakukan berbagai perbuatan jahat (kejahatan) yang justru tidak dapat dilakukan didunia nyata. Kejahatan tersebut dilakukan dengan menggunakan komputer sebagai sarana perbuatannya. Kejahatan yang dilakukan didunia virtual dengan menggunakan komputer itu disebut “kejahatan komputer” atau “cyber crime”. Kejahatan-kejahatan komputer telah menciptakan masalah- masalah

(11)

2

baru bagi tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan oleh para penegak hukum. Dalam cyber crime terdapat berbagai macam kejahatan-kejahatan yang menimbulkan masalah sosial. Salah satunya yang sedang marak dilingkungan masyarakat adalah perjudian yang dilakukan dengan sarana internet atau lebih dikenal dengan judi online.

Permainan judi online sangat digemari dikarenakan sistem judi online sangat mudah di akses dan lebih aman dibandingkan dengan perjudian biasa atau tradisional. Jenis-jenis perjudian online yang dipertarukan diantaranya yaitu permainan sepak bola, kartu poker, lotre, roulete, kasino ,sicbo ,togel dan permainan lainya.

Dalam hal perjudian online pemerintah berupaya memberantas kegiatan judi online sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa judi online tidak terpantau oleh hukum. Hukum di Indonesia telah mengatur tentang perjudian yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, PP No 9 Tahun 1981 tentang Pelaksanaan UU No 7 tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No 19 tahun 2016 tentang perubahan Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)..

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat sebagaimana dalam pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

(12)

3

Kepolisian Negara Republik Indonesia. Kepolisian terutama salah satu pihak terdepan yang menegakkan keamanan dan keadilan hukum yang paling berperan penting dalam kasus perjudian online yang sedang marak terjadi. Untuk itu perlu kerja keras yang harus dilakukan oleh pihak kepolisian dalam upaya menanggulangi tindak kejahatan perjudian online.

Kota Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan dan salah satu kota besar di Indonesia, tentu tidak luput dari yang namanya tindak kejahatan. Dengan gampangnya akses menuju dunia teknologi informatika maka kejahatan cybercrime tentu dengan mudahnya dilakukan, contohnya saja perjudian online. Kejahatan ini tidak saja dilakukan oleh orang dewasa, bahkan remaja dan anak pun menjadi pelaku kejahatan ini baik secara sadar maupun tidak sadar.

Pada dasarnya banyak upaya yang ditempuh oleh pemerintah dan Kepolisian di Kota Makassar untuk mencegah dan menindak tindak pidana perjudian online ini, baik melakukan blokir kepada situs-situs yang menjadi arena judi ataupun meningkatkan sistem keamanan sehingga situs-situs perjudian ini dapat dihentikan, bahkan dengan cara menghukum pelaku tindak pidana perjudian online ini. Namun pada kenyataannya masih banyak terjadi tindak pidana perjudian online ini dimasyarakat. Hal ini disebabkan susahnya penegakan hukum dalam kasus perjudian online ini.

Masalah perjudian online sangatlah bertentangan oleh norma-norma hukum, kesusilaan, adat istiadat dan agama pada bangsa Indonesia. Oleh karena itu haruslah ada usaha untuk menanggulangi tindak pidana perjudian

(13)

4

online ini. Agar anak yang menjadi penerus bangsa tidak rusak moralnya dan terciptanya rasa aman dimasyarakat, khususnya di wilayah Kota Makassar

Dari beberapa sumber diatas memperlihatkan bagaimana perjudian yang dilakukan dengan sarana elektronik atau online merupakan hal yang dilarang dalam undang-undang. Peran serta masyarakat penting dalam upaya penanggulangan perjudian online. Dengan adanya koordinasi dan kerjasama yang baik antara masyarakat dan aparat penegak hukum akan mempermudah kepolisian dalam membongkar perjudian online tersebut.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Perjudian Online di Kota Makassar”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Modus Operandi Perjudian Online di Kota Makassar ? 2. Apakah yang menjadi hambatan penegakan hukum terhadap Perjudian

Online di Kota Makassar dalam tahap penyidikan ? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan Penelitian ini Sebagai Berikut :

1. Untuk mengetahui Modus Operandi Perjudian Online di Kota Makassar.

(14)

5

2. Untuk mengetahui hambatan penegakan hukum terhadap Perjudian Online di Kota Makassar dalam tahap penyidikan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan penjelasan kepada instansi-instansi terkait, khusunya aparat penegak hukum untuk bagaimana melakukan upaya untuk pencegahan Tindak Pidana Perjudian Online.

2. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kepustakaan dan bahan referensi hukum bagi mereka yang berminat pada kajian-kajian ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana khusunya.

1.4. Metodologi

1.4.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah empiris yang dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataanya di masyarakat. atau dengan kata lain yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang

(15)

6

terjadi di masyarakat dengan mengetahui dan menemukan fakta dan data yang dibutuhkan terkumpul kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.

1.4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Polrestabes Makassar yang terletak di Jalan. Ahmad Yani No. 9, Pattunuang, Wajo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90174.

1.4.3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

Data Primer adalah data atau informasi yang diperoleh secara langsung melalui penelitian lapangan dengan metode pengamatan dan wawancara atau interview pihak Penyidik Kepolisian Polrestabes Kota Makassar atau orang yang ada kaitanya atau relevan dengan pokok permasalahan.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research), yaitu dimana dengan membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan objek yang dimaksud sesuai dengan judul skripsi ini.

1.4.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan Data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan (library

(16)

7

research) dan objek lapangan (field research). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh Data primer dan Data sekunder yang terdiri dari :

1. Data Primer yaitu hasil pengamatan dan wawancara dari penyidik kepolisian unit cyber crime Polrestabes Kota Makassar dan pelaku perjudian online.

2. Data Sekunder berupa buku teks, undang-undang, skripsi hukum, jurnal ilmiah, majalah, surat kabar dan juga tulisan ilmiah dan literatur yang ada relevansinya dengan masalah yang dibahas.

1.4.5. Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, maka tahap berikutnya adalah adalah mengolah dan menganalisis. Data penelitian akan dianalisis dengan menggunakan analisis Deskriptif Kualitatif. Deskriptif Kualitatif adalah merupakan analisis data dengan cara memaparkan semua data, baik yang berupa data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh.

(17)

8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana

Menurut Adami Chazawi Istilah tindak pidana berasal dari hukum pidana Belanda yang dikenal dengan strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata yaitu, straf, baar, dan feit. straf diterjemahkan dengan pidana dan hukum.

baar diterjemahkan dengan dapat dan boleh. Sementara itu, untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak, peristiwa, pelanggaran, dan perbuatan.

(Adami Chazawi, 2002:1)

Istilah tindak pidana merupakan terjemahan umum untuk istilah strafbaar feit. Andi Zainal Abidin adalah salah seorang ahli hukum pidana Indonesia yang tidak sepakat dengan penerjemahan strafbaar feit menjadi tindak pidana. Adapun alasannya adalah sebagai berikut : (Suyanto, 2018 : 12)

a. Tindak tidak mungkin dipidana, tetapi orang yang melakukanlah yang dapat dijatuhi pidana;

b. Ditinjau dari segi bahasa Indonesia, tindak adalah kata benda dan pidana juga kata benda. Yang lazim ialah kata benda selalu diikuti kata sifat;

c. Istilah strafbaar feit bersifat eliptis yang kalau diterjemahkan secara harfiah adalah peristiwa yang dapat dipidana

Untuk istilah “tindak” memang telah lazim digunakan dalam peraturan perundang-undangan walaupun masih dapat diperdebatkan

(18)

ketepatannya. Tindak menunjuk pada hal kelakuan manusia dalam arti positif (handelen) semata, dan tidak termasuk kelakuan manusia yang pasif atau negative (nalaten). Padahal pengertian sebenarnya dalam istilah feit itu termasuk perbuatan aktif maupun pasif tersebut.

Perbuatan aktif artinya suatu bentuk perbuatan yang untuk mewujudkannya diperlukan adanya suatu gerakan dari tubuh atau bagian dari tubuh manusia. Sementara itu, perbuatan pasif adalah suatu bentuk tidak melakukan suatu bentuk perbuatan fisik apa pun yang oleh karenanya seseorang tersebut telah mengabaikan kewajiban hukumnya, misalnya perbuatan tidak menolong (Pasal 531 KUHPidana) atau perbuatan membiarkan (Pasal 304 KUHPidana).

Adapun beberapa istilah-istilah yang dipergunakan di dalam Bahasa Indonesia antara lain :

a. Peristiwa pidana b. Perbuatan pidana c. Tindak pidana d. Pelanggaran pidana

Dari beberapa istilah di atas yang paling popular dipakai adalah istilah tindak pidana. hal ini dapat dilihat pada beberapa buku hukum pidana, serta peraturan perundang-undangan hukum pidana yang pada umumnya mempergunakan istilah tindak pidana. Namun ada beberapa sarjana yang mempergunakan istilah lain misalnya, menganggap lebih tepat

(19)

menggunakan istilah perbuatan pidana dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Perkataan peristiwa tidak menunjukkan bahwa yang menimbulkan handeing atau gedraging seseorang, mungkin juga hewan atau kekuatan alam.

2. Perkataan tindak berarti langkah dan baru dalam bentuk tindak tanduk atau tingkah laku.

3. Perkataan perbuatan sudah lazim dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, seperti perbuatan tidak senonoh, perbuatan jahat, dan sebagainya. Dan juga istilah seperti perbuatan melawan hukum (onrecht matigedaad). (Moeljatno, 2009:

23)

Mengenai apa yang dimaksud atau apa yang diartikan dengan perbuatan pidana, tindak pidana atau peristiwa pidana, berikut penulis kemukakan beberapa pandangan pakar hukum pidana antara lain :

Moeljatno mengartikan strafbaarfeit itu sebenarnya adalah “suatu kelakuan manusia yang diaancam pidana oleh peraturan perundang- undangan”. (Eddy O.S. Hiariej, 2016:2)

Sementara Indriyanto Seno Adji Adji yang mengartikan tindak pidana sebagai :

“Perbuatan seseorang yang diancam pidana, perbuatannya bersifat melawan hukum, terdapat suatu kesalahan dan bagi pelakunya dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya”. (Suyanto, 2018:10)

Walaupun istilah tindak pidana diterjemahkan bermacam-macam sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak

(20)

pidana adalah suatu perbuatan melawan hukum, dimana pelakunya dapat dipidana.

Tindak pidana juga diartikan sebagai suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggungjawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu mengenai dilarang dan diancamnya suatu perbuatan yaitu mengenai perbuatan pidanannya sendiri, yaitu berdasarkan asas legalitas (principle of legality) asas yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-undangan, biasanya ini lebih dikenal dalam Bahasa latin sebagai nullum delictum nulla poena sine praevia lege (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu).

Dalam mengkaji unsur-unsur tindak pidana dikenal dua aliran yaitu aliran monistis dan aliran dualistis Erdianto Effendi. Aliran monistis, memandang semua syarat untuk menjatuhkan pidana sebagai unsur tindak pidana. Aliran ini tidak memisahkan unsur yang melekat pada perbuatannya (criminal act) dengan unsur yang melekat pada orang yang melakukan tindak pidana (criminal responsibility atau criminal liability yang berarti pertanggungan-jawab dalam hukum pidana). Sarjana-sarjana yang termasuk kelompok aliran monistis diantaranya: Simon, Mezger, dan Wirdjono Prodjodikoro. (Suyanto, 2018:23)

Simon mengemukakan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut : a) Perbuatan manusia (positif atau negatif).

(21)

b) Diancam dengan pidana.

c) Melawan hukum.

d) Dilakukan dengan kesalahan.

e) Oleh orang yang mampu bertanggung jawab.

Unsur-unsur tersebut oleh Simon dibedakan antara unsur objektif dan unsur subjektif. Yang termasuk dalam unsur objektif adalah: perbuatan orang, akibat yang kelihatan dari perbuatan itu, dan kemungkinan adanya keadaan tertentu yang menyertai, misalnya unsur “dimuka umum” dalam pasal 218 KUHP. Yang termasuk dalam unsur subjektif adalah: orang yang mampu bertanggung jawab dan melakukan kesalahan. (P. A. F. Lamintang dan Francius Theojunior Lamintang, 2014:11)

Sedangkan E. Mezger mengemukakan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut : (P. A. F. Lamintang dan Francius Theojunior Lamintang, 2014:15)

1. Perbuatan dalam arti yang luas dari manusia.

2. Sifat melawan hukum.

3. Dapat dipertanggungjawabkan kepada seseorang.

4. Diancam pidana

Wirdjono Prodjodikoro mengemukakan unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan definisi yang dikemukakannya sebagai berikut: “tindak pidana berarti suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana”.

Unsur-unsur tindak pidana menurut Wirdjono meliputi unsur perbuatan dan pelaku. Aliran dualistis memisahkan antara criminal act dengan criminal

(22)

responsibility, yang menjadi unsur tindak pidana menurut aliran ini hanyalah unsur-unsur yang melekat pada criminal act (perbuatan yang dapat dipidana). Sarjana-sarjana yang termasuk dalam aliran dualistis diantaranya:

H.B. Vos, W.P.J. Pompe, Moeljatno (Wirdjono Prodjodikoro, 2003 : 4) Moeljatno mengemukakan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut:

1. Perbuatan (manusia).

2. Memenuhi rumusan undang-undang.

3. Bersifat melawan hukum.

Memenuhi rumusan undang-undang merupakan syarat formil.

Keharusan demikian merupakan konsekuensi dari asas legalitas. Bersifat melawan hukum merupakan syarat materiil. Keharusan demikian, karena perbuatan yang dilakukan itu harus betul-betul oleh masyarakat dirasakan sebagai perbuatan yang tidak patut dilakukan. Menurut Moeljatno bersifat melawan hukum itu merupakan syarat mutlak untuk tindak pidana.

(Moeljatno, 2009:8)

(23)

2.2. Tindak Pidana Perjudian 2.2.1. Pengertian Perjudian

Perjudian secara tegas dinyatakan sebagai kejahatan terhadap kesopanan didalam KUHP, sehingga para pelakunya dapat dikenai suatu sanksi pidana. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan “judi” adalah : Permainan yang memakai uang/barang berharga sebagai taruhan (seperti main dadu, kartu).

Sedangkan yang dimaksud dengan “berjudi” adalah :

1. Mempertaruhkan sejumlah uang/harta dalam permainan tebakan berdasarkan kebetulan dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang/harta semula.

2. Bermain dadu (kartu atau sebagainya) dengan taruhan uang/harta.

(Hamonangan Simanjuntak, 2013 : 4)

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian, tidak ada penjelasan secara detail defenisi dari perjudian. Namun dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pasal 303 ayat (3) berbunyi :

“Yang dimaksud dengan permainan judi adalah tiap-tiap permainan, dimana kemungkinan untuk menang pada umumnya bergantung pada peruntungan belaka, juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir, dalam pengertian permainan judi termasuk juga segala pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lainnya yang tidak diadakan antara mereka yang turut berlomba atau bermain, demikian juga segala pertaruhan lainnya.”

(24)

Menurut Adami Chazawi (2005 : 166) Dari rumusan diatas sebenarnya ada dua pengertian perjudian, yaitu :

1. Suatu permainan yang kemungkinan mendapat untung bergantung pada peruntungan atau nasib belaka. Pada jenis perjudian ini, menang atau kalah dalam arti mendapat untung atau rugi hanyalah bergantung pada keberuntungan saja atau secara kebetulan saja, misalnya dalam permainan judi dengan menggunakan dadu;

2. Permainan yang kemungkinan mendapatkan untung atau kemenangan sedikit banyak bergantung pada kepandaian dan kemahiran pemainnya. Misalnya permainan melempar bola, permainan memanah, bermain bridge atau domino.

Dua pengertian perjudian diatas, diperluas juga pada dua macam pertaruhan, yaitu : (Hamonangan Simanjuntak, 2013 : 6)

1. Segala bentuk pertaruhan tentang keputusan perlombaan lainnya yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain.

2. Segala bentuk pertaruhan lainnya yang tidak ditentukan. Dengan kalimat yang tidak menentukan bentuk pertaruhan secara limitatif, maka segala bentuk pertaruhan dengan cara bagaimana pun dalam segala hal manapun adalah termasuk perjudian. Seperti beberapa permainan kuis untuk mendapatkan hadiah yang ditayangkan di televisi termasuk juga perjudian dalam Pasal ini. Tetapi permainan kuis itu tidak termasuk permaina judi yang dilarang karena bersifat hiburan dan telah mendapat izin dari pihak yang berwenang.

(25)

Pada dasarnya perjudian adalah permainan dimana adanya pihak yang saling bertaruh untuk memilih satu pilihan diantara beberapa pilihan, dimana hanya ada satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pihak yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada pihak pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan atau permainan dimulai. Terkait dengan perjudian banyak negara yang melarang perjudian sampai taraf tertentu. (Adami Chazawi, 2005 : 171)

Terutama beberapa negara Islam melarang perjudian dan hampir semua negaranegara mengatur itu. Kebanyakan hukum negara tidak mengatur tentang perjudian, dan memandang sebagai akibat dari konsekuensi masingmasing, serta tidak dapat dilaksanakan oleh proses yang sah sebagai undang-undang.

Dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas penafsiran asas dan normanya ketika menghadapi persoalan benda tak berwujud, misalnya dalam kasus pencurian listrik sebagai perbuatan pidana. Dalam kenyataan kegiatan cyber tidak lagi sederhana karena kegiatannya tidak lagi dibatasi oleh wilayah suatu negara, yang mudah diakses kapanpun dan dari mana pun. Kerugian dapat terjadi baik pada pelaku transaksi maupun pada orang lain yang tidak pernah melakukan transaksi, misalnya pencurian kartu kredit melalui pembelanjaan internet.

(Penjelasan UU No. 19 tahun 2016 Paragraf 5).

(26)

Para pengamat mengemukakan bahwa pendapatan dari perjudian yang resmi (legal gambling), yaitu perjudian secara tradisional di dunia nyata, mencapai kurang lebih $ 3 miliar setahun dalam tahun 2016. Pada 2017, pendapatan dari perjudian secara resmi tersebut mencapai jumlah $ 39 miliar per tahun. Suatu kenaikan jumlah yang luar biasa. Demikian besarnya minat masyarakat pencandu judi untuk berjudi. Pastilah apabila perjudian dimungkinkan dilakukan secara online, melalui internet, pasti perjudian akan berkembang dengan pesat. Memang demikianlah kenyataannya. Perjudian internet ternyata merupakan industri yang berkembang sangat pesat sejak kelahirannya. Diperkirakan oleh para pengamat bahwa perjudian internet akan menjadi industri yang mencapai nilai $ 10 miliar. (Sutan Remy Syahdeni, 2016:27)

(27)

Unsur-Unsur Tindak Pidana Perjudian

Perjudian di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) diatur dalam Bab XVI Pasal 303 dan Pasal 303 bis, dimana perjudian ditetapkan sebagai kejahatan terhadap kesopanan. Oleh karena itu perjudian merupakan tindak pidana, maka praktiknya dalam masyarakat perlu untuk ditanggulangi karena perbuatan tersebut dapat berdampak pada terganggunya ketertiban masyarakat.

a. Pasal 303 KUHP

Dalam Pasal 303 KUHP disebutkan :

(1) Dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah, dihukum barangsiapa dengan tidak berhak:

a) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian, atau dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan untuk itu;

b) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan kepada khalayak umum untuk bermai judi, atau dengan sengaja turut serta dalam perusahaan untuk itu, dengan tidak mempedulikan apakah untuk menggunakan kesempatan itu dengan adanya suatu syarat atau perjanjian atau dengan suatu cara apapun;

(28)

c) menjadikan turut serta pada permainan judi sebagai mata pencaharian.

(2) Kalau si tersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya, dapat ia dipecat dari jabatannya itu.

(3) Yang dikatakan main judi yaitu tiap-tiap permainan, yang mendasarkan pengharapan buat menang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja, dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebisaan pemain. Yang juga terhitung masuk main judi ialah pertaruhan tentang keputusan perlombaan atau permainan lain, yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau bermain itu, demikian juga segala pertaruhan yang lainnya.

Yang menjadi objek dari ketentuan tersebut adalah permainan judi (hazardspel). Namun, KUHP tidak memuat tentang bentuk-bentuk permaian judi secara rinci. Menurut R.Soesilo (1995 : 222), tidak semua permainan dapat dikategorikan sebagai permainan judi, tetapi hanya permainanpermainan yang mempertaruhkan segala sesuatu yang bernilai dan kemenangannya atau keuntungannya didasarkan pada kebetulan, nasib, peruntungan yang tidak dapat direncanakan dan diperhitungkan, seperti dalam permainan dadu, selikuran, roulette, bakarat, kocok, tombola, termasuk juga totalisator pada pacuan kuda, pertandingan bola, dan sebagainya.

(29)

Menurut Adami Chazawi (2012 : 158-160 ) Dalam rumusan Pasal 303 tersebut, ada 5 (lima) macam kejahatan mengenai hal perjudian (hazardspel) yang dimuat dalam ayat (1) :

1. butir 1e ada dua macam kejahatan;

2. butir 2e ada dua macam kejahatan; dan 3. butir 3e ada satu macam kejahatan.

Kejahatan Pertama dimuat dalam butir 1e yaitu: kejahatan yang “ melarang orang yang tidak berhak (tanpa izin) dengan sengaja menawarkan atau memberikan kesempatan untuk permainan judi dan menjadikannya sebagai mata pencaharian”. Dengan demikian jenis kejahatan ini terdiri dari unsur-unsur yaitu :

Unsur-unsur Objektif:

a. Perbuatannya: menawarkan kesempatan dan memberikan kesempatan.

b. Objek: untuk bermain judi tanpa izin c. Dijadikannya sebagai mata pencaharian.

Unsur Subjektif : d. Dengan sengaja

Dalam kejahatan pertama ini, si pelaku tidak bermain judi. Disini tidak ada larangan main judi, tetapi perbuatan yang dilarang adalah (1) menawarkan kesempatan bermain judi, dan (2) memberikan kesempatan bermain judi. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ketentuan ini ditujukan bagi para bandar judi. Sementara itu, orang yang bermain judi

(30)

dapat dipidana berdasarkan kejahatan yang dirumuskan pada Pasal 303 bis yang akan dibahas kemudian.

Dalam kejahatan pertama terdapat pula unsur kesengajaan.

Artinya si pelaku memang menghendaki untuk melakukan perbuatan menawarkan kesempatan atau memberikan kesempatan untuk bermain judi. Si pelaku sadar bahwa yang ditawarkan atau yang diberi kesempatan itu adalah orang-orang yang akan bermain judi, dan disadarinya bahwa perbuatan itu dijadikan sebagai mata pencaharian, artinya ia sadar bahwa dari perbuatannya itu ia mendapatkan uang untuk biaya kehidupannya

Kejahatan kedua yang dimuat dalam butir 1e adalah “melarang orang yang tanpa izin dengan sengaja turut serta dalam suatu perusahaan perjudian”. Dengan demikian unsur-unsurnya yaitu:

b. Pasal 303 bis KUHP

(1) Diancam dengan pidana penjara maksimum empat tahun atau pidana denda maksimum sepuluh juta rupiah;

Ke-1 Barangsiapa yang menggunakan kesempatan sebagaimana tersebut dalam Pasal 303, untuk bermain judi;

Ke-2 Barangsiapa yang turut serta bermain judi di jalan umum atau di suatu tempat terbuka untuk umum, kecuali jika untuk permainan judi tersebut telah diberi izin oleh penguasa yang berwenang.

(31)

(2) Jika ketika melakukan kejahatan itu belum lewat dua tahun sejak pemidanaan yang dulu yang sudah menjadi tetap karena salah satu kejahatan ini, ancamannya dapat menjadi pidana penjara maksimum enam tahun, atau denda maksimum lima belas juta rupiah.

Dalam pasal ini, terdapat 2 (dua) jenis kejahatan tentang perjudian, yaitu : (1) melarang orang yang bermain judi dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303, dan (2) melarang orang ikut serta bermain judi di jalan umum, di pinggir jalan, atau di tempat lain yang dapat dikunjungi umum, kecuali ada izin dari penguasa untuk mengadakan perjudian itu.

1. Bentuk Pertama

Pada bentuk pertama terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Perbuatan: bermain judi

b. Dengan menggunakan kesempatan yang diadakan dengan melanggar Pasal 303 KUHP.

Kejahatan dalam Pasal 303 bis ini tidak berdiri sendiri, melainkan bergantung pada terwujudnya Pasal 303 KUHP. Tanpa terjadinya pelanggaran Pasal 303 KUHP, maka pelanggaran Pasal 303 bis KUHP juga tidak ada.

2. Bentuk Kedua

Pada bentuk kedua ini unsur-unsurnya sebagai berikut:

a. Perbuatan : ikut serta bermain judi;

(32)

b. Tempatnya : jalan umum, pinggir jalan, tempat yang dapat dikunjungi umum;

c. Perjudian itu tanpa izin dari penguasa yang berwenang.\

Dalam kejahatan pertama tidak disebutkan adanya unsur tanpa mendapat izin/ tidak berhak, karena menurut Pasal 303 perbuatan memberikan kesempatan bermain judi itu sendiri memang harus tanpa izin, sudah barang tentu orang yang menggunakan kesempatan yang diadakan menurut Pasal 303 dengan sendirinya adalah tanpa izin. Lain halnya dengan kejahatan bentuk kedua menurut Pasal 303 bis ini, harus disebutkan tanpa izin, walaupun rumusannya dalam kalimat lain yaitu

“kecuali kalau ada izin”. Sebab jika tidak ditambahkan unsur demikian, setiap bentuk permainan judi akan dijatuhi dengan pidana, dan hal ini tidak sesuai dengan konsep perjudian menurut KUHP, dimana permainan judi hanya dilarang apabila dilakukan tanpa izin, yang merupakan sifat melawan hukum.

Menurut Wirjono Prodjodikoro (2003 : 130) Dari ketentuan Pasal 303 bis ini dapat dilihat adanya kelonggaran yang diberikan dalam hal tempat untuk bermain judi itu sendiri, dimana pelaksanaan kegiatan perjudian ialah harus telah mendapatkan izin dari pihak yang berwenang.

Tidaklah dilarang suatu permainan judi yang dilakukan di suatu rumah yang tidak dapat dilihat dari jalan umum. Sama halnya dengan izin yang ada dalam Pasal 303 KUHP, izin tersebut diberikan agar perjudian dapat

(33)

dikoordinasi dengan baik sehingga tidak meresahkan masyarakat dan ketertiban masyarakat pun dapat tetap terpelihara dan terjaga.

Kemudian dalam ayat (2) ada diatur mengenai residivis perjudian, dimana bagi mereka yang menjadi residivis dalam perjudian dihukum dengan ancaman pidana penjara maksimal 6 (enam) tahun atau pidana denda maksimal sebasar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah).

Dulu, orang-orang yang menggunakan kesempatan untuk bermain judi yang diadakan dengan melanggar ketentuan Pasal 303 KUHP dihukum dengan Pasal 542 KUHP. Namun, dengan ditetapkannya perjudian sebagai kejahatan, maka Pasal 542 KUHP tersebut dihapuskan dan diganti menjadi Pasal 303 bis menurut UU No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Unsur objektif dalam hal perumusan delik cybercrime mengalami beberapa terobosan dari sifat-sifat umum dari KUHP. Hal ini disebabkan kegiatan cyber meskipun bersifat virtual tetapi dikategorikan sebagai tindakan dan perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis untuk ruang cyber sudah tidak pada tempatnya lagi untuk mengkategorikan sesuatu dengan ukuran dan kualigikasi konvensional untuk dapat dijadikan objek dan perbuatan, sebab jika cara ini yang ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan hal-hal yang lolos dari jerat hukum. Kegiatan cyber adalah kegiatan virtual, tetapi berdampak sangat nyata meskipun alat bukti elektronik, dengan subjek pelakunya harus dikualifikasikan pula sebagai melakukan perbuatan hukum secara nyata. (Maskun, 2017:15)

(34)

2.2.3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Perjudian

Secara garis besar perjudian dibagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu:

(Evi Lestari Situmorang, 2014 : 5)

1. Perjudian yang bukan merupakan tindak pidana yang apabila pelaksanaannya telah mendapat izin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang seperti :

a. Casino dan petak Sembilan di Jakarta;

b. Undian berhadiah yang sudah berubah menjadi undian social berhadiah.

Jenis perjudian diatas bukanlah merupakan kejahatan karena perbuatan tersebut telah hilang sifat melawan hukumnya dengan adanya izin berupa legitimasi perjudian dari pemerintah. Hal ini berlandaskan pada Undang-undang Nomor 22 Tahun 1954 tentang Undian. Pasal 1 dan Pasal 2 UU tersebut menyebutkan : Undian yang diadakan itu ialah oleh Negara; Oleh suatu perkumpulan yang diakui sebagai badan hukum atau oleh suatu perkumpulan yang telah berdiri sedikit satu tahun, di dalam lingkungan yang terbatas pada anggota untuk keperluan sosial, Sementara itu dalam penjelasan Pasal 1 ayat (1) PP No. 9 Tahun 1981 tentang Penertiban Perjudian, perjudian dikategorikan dalam (3) tiga jenis, yaitu : Perjudian di Kasino, Perjudian di Tempat Keramaian, Perjudian yang dikaitkan dengan alasan-alasan lain, antara lain perjudian yang dikaitkan dengan kebiasaan.

(35)

Perjudian dalam bentuk ketiga ini tidak termasuk ke dalam pengertian penjelasan sebagaimana disebutkan diatas, apabila kebiasaan yang bersangkutan berkaitan dengan upacara keagamaan, dan sepanjang hal itu tidak merupakan perjudian.

Berbicara mengenai perjudian, disini akan menimbulkan pandangan yang pro dan kontra. Timbulnya pandangan yang berbeda di masyakat itu adalah merupakan suatu gejala sosial atau reaksi sosial mengenai perjudian. Pada umumnya masyaakat memandang perjudian itu adalah bertentangan dengan akhlak manusiawi, disebabkan oleh akses yang ditimbulkan dari perjudian itu. Semua orang ingin dirinya tidak dipengaruhi oleh hal yang bertentangan dengan keadaan masyarakat pada umumnya, mereka berusaha untuk sedapat mungkin menjauhi perbuatan- perbuatan tidak susila. Timbulnya reaksi sosial dari masyarakat itu menandakan bahwa masyarakat tidak ingin disebut sebagai masyarakat yang tidak susila. (Evi Lestari Situmorang, 2014 : 7)

2.3. Pengertian dan Jenis-Jenis Cyber Crime

Pada masa awalnya, cyber crime didefinisikan sebagai kejahatan komputer (tindak pidana teknologi informasi). The British Law Commission, mengartikan “tindak pidana teknologi informasi” sebagai manipulasi komputer dengan cara apa pun yang dilakukan dengan iktikad buruk untuk memperoleh uang, barang atau keuntungan lainnya atau dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian kepada pihak lain. Mandell membagi “cybercrime” atas dua kegiatan, yaitu: (Maskun, 2017:10)

(36)

a. Penggunaan komputer untuk melaksanakan perbuatan penipuan, pencurian atau penyembunyian yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan keunangan, keuntungan bisnis, kekayaan atau pelayanan;

b. Ancaman terhadap komputer itu sendiri, seperti pencurian perangkat keras atau lunak, sabotase dan pemerasan.

Menurut Maskun Sistem teknologi informasi berupa internet telah dapat menggeser paraddigma para ahli hukum terhadap definisi kejahatan komputer, pada awalnya para ahli hukum terfokus pada alat/perangkat keras yaitu komputer. Namun dengan adanya perkembangan teknologi informasi berupa jaringan internet, maka fokus dari identifikasi terhadap definisi cybercrime lebih diperluas lagi yaitu seluas aktivitas yang dapat dilakukan di dunia cyber/maya melalui sistem informasi yang digunakan.

Jadi tidak sekedar pada komponen hardware-nya saja kejahatan itu dimaknai sebagai cyber crime, tetapi sudah dapat diperluas dalam lingkup dunia yang dijelajah oleh sistem teknologi informasi yang bersangkutan.

sehingga lebih tepat jika pemaknaan dari cybercrime adalah kejahatan teknologi informasi, juga sebagai kejahatan mayantara. (Maskun, 201:11)

Pada dasarnya cybercrime meliputi semua tindak pidana yang berkenaan dengan sistem informasi itu sendiri, serta sistem informasi yang merupakan sarana untuk penyampaian/pertukaran informasi kepada pihak lainnya.

Menurut Didik M. Arif Mansur (2016 : 34) cybercrime disebut juga sebagai kejahatan lahir sebagai dampak negatif dari perkembangan

(37)

aplikasi internet. Dari pengertian ini bahwa cybercrime mencakup semua jenia kejahatan beserta modus operandinya yang dilakukan sebagai negatif aplikasi internet. Secara umum yang dimaksud kejahatan komputer atau kejahatan didunia siber yaitu upaya memasuki dan atau menggunakan fasilitas komputer atau jaringan computer tanpa izin dan dengan melawan hukum dengan atau tanpa menyebabkan perubahan dan atau kerusakan pada fasilitas komputer yang dimasuki atau digunakan tersebut.

Dengan demikian jelaslah bahwa jika seseorang menggunakan komputer atau bagian dari jaringan komputer tanpa seijin yang berhak, tindakan tersebut sudah tergolong kejahatan komputer. Perkembangan cybercrime yang masih relatif baru mengakibatkan belum adanya definisi yang final terhadap cybercrime itu sendiri.

Adapun Jenis-Jenis Cybercrime Menurut Josua Sitompul, Seperti pengertiannya, jenis-jenis cybercrime secara umum banyak sekali dan berbeda-beda karena pandangan setiap ahli hukum memiliki pandangan masing-masing selain itu juga belum ada kesepakatan yang seragam mengenai pengertian cybercrime itu sendiri sehingga membuat terjadinya perbedaan. Banyak jenis kejahatan komputer yang telah berkembang secara pesat sejak diperkenalkannya Internet berkaitan dengan pengembangan dan perkembangan teknologi informasi. Perkembangan dari waktu ke waktu jenis-jenis cybercrime bermunculan dengan upaya pembentukan undang- undang untuk mengkriminalisasi kejahatan-kejahatan baru tersebut menjadi tindak pidana. Disetiap negara berbeda-beda dalam mengatur cybercrime.

(38)

Berikut ini jenis-jenis cybercrime secara umum adalah : (Josua Sitompul, 2017:28-30)

a. Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan

Banyak jenis kejahatan komputer yang telah muncul sejak diperkenalkannya Internet berkaitan dengan pengembangan dan perkembangan teknologi informasi. Dari waktu ke waktu jenis-jenis kejahatan komputer bermunculan dan berpacu dengan upaya pembentuk undang-undang untuk menkriminalisasi kejahatan-kejahatan baru tersebut menjadi tindak pidana.

1) cybersquatting

domain name adalah aset yang sangat berharga karena dapat diperjual-belikan, disewa, dapat menjadi situs pemasangan iklan sehingga menjadi sumber keuangan, bahkan dapat dijaminkan, maka para penjahat melihat peluang untuk menjadikan domain name sebagai objek perdagangan, yaitu dengan melakukan cybersquatting.

cybersquatting adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang spekulator untuk mendaftarkan suatu domain name mendahului pihak lain, yaitu pihak yang sesungguhnya akan menggunakan domain name tersebut.

Tujuan pelaku mendahului mendaftarkan domain name tersebut adalah untuk ditawarkan kepada pihak yang sesungguhnya akan menggunakan domain name tersebut adalah untuk ditawarkan kepada pihak yang sesungguhnya akan menggunakan domain name

(39)

tersebut dengan memperoleh keuntungan besar. Pelaku cybersquatting disebut cybersquatter. Pada kejahatan cybersquatting, pendaftaran domain name dilakukan dengan menggunakan nama orang apabila korbannya adalah seorang tokoh ternama yang di era Internet ini tentunya perlu memiliki website pribadi. Tokoh – tokoh terkenal itu misalnya tokoh politik dan para selebritis seperti bintang film, apabila korbanya adalah perusahaan, yang digunakan adalah nama perusahaan atau trademark atau service merk perusahaan tersebut.

Sejak internet menjadi sumber marketing yang sangat penting dipertengahan Tahun 1990-an, muncul berbagai sengketa mengenai pendaftaran-pendaftaran domain name. Sengketa tersebut dapat terjadi antar perusahaan yang terkait dengan nama yang sama atau serupa dengan domain name tersebut di berbagai sektor industri atau antar negara. Sengketa tersebut banyak terjadi antara para pemilik asli dari nama – nama terkenal atau merek – merek dagang yang telah terlebih dahulu didaftarkan oleh para spekulator. Tujuan dari para spekulator adalah untuk menjual domain name tersebut kepada para pemilik asli nama – nama yang telah dipakai dalam domain name tersebut.

Oleh karena perusahaan pendaftar penerima permohonan pendaftaran nama tersebut berdasarkan asas “siapa duluan dia yang akan dilayani terlebih dahulu” (on first come, first served basis),

(40)

maka dimungkinkan bagi pendaftar untuk mencuri start terlebih dahulu mendaftarkan nama perusahaanperusahaan maupun tokoh- tokoh tersebut. Inilah awal mula terjadinya tindak pidana komputer menyangkut perihal domain name yang disebut dengan cybersquatting. Hal yang paling penting dengan pendaftaran domain name adalah kecepatan. Artinya secepatnya mendaftarkan domain name yang memuat nama ada trademark atau service mark perusahaannya sebelum oranglain melakukannya.

Salah satu contoh kasus yang terkenal ada kasus microsoft corporation. domain name www.microsoft.org telah didaftarkan oleh AmitMehtora jauh sebelum microsoft corporation bermaksud untuk mendaftarkan domain name-nya. Keterlambatan Microsoft Corporation bermaksud untuk mendaftarkan domain name yang mengandung namanya sendiri atau trademark-nya sebelum orang lain mendaftarkan nama tersebutmengakibatkan munculnya masalah hukum bagi microsoft coorporation. Sekalipun microsoft coorporation tidak dapat memakai www.microsoft.org sebagai domain name-nya berlakunya asas “on first come, first served basis”

dalam pendaftaran domain name.

2) Pembajakan HAKI

Internet telah menimbulkan masalah baru dibidang Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). copyright, trademark, patent, trade secret, dan moral right sangat terpengaruh oleh Internet. Internet

(41)

memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah – masalah HAKI tumbuh dengan subur. Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan denganpembajakan hak cipta.

b. Kejahatan Menyangkut Identitas

Kejahatan-kejahatan komputer yang menyangkut identitas berupa pencurian identitas orang lain yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil maupun immateri. Salah satu bentuk kejahatan tersebut adalah menggunakan identitas orang lain guna memalsukan kartu kredit dalam kejahatan yang disebut dengan carding.

1) phising atau identity theft

phising merupakan salah satu bentuk dari kejahatan Internet yangdisebut identity theft. phishing adalah pengiriman e-mail palsu atau spoofed e-mail kepada seseorang atau suatu perusahaan atau suatu organisasi dengan menyatakan bahwa pengirim adalah suatu entitas bisnis yang sah. Pengiriman e-mail tersebut menampilkan e mail itu dalam bentuk dan dengan isi sepertisuatu e-mail yang bukan e-mail palsu. Penerima yang mengira bahwa e-mail yang diterimanya itu adalah e-mail yang bukan e-mail palsu akan menanggapi e-mail tersebut dengan mengunjungi website pengirim e-mail dan kemudian terpancing untuk mengungkapkan informasi mengenai diri dari penerima email palsu tersebut, antara lain mengungkapkan password, nomor credit card,nomor social security

(42)

dan nomor rekening bank sebagaimana yang diminta oleh pengirim e-mail dalam e-mail nya itu. Website tersebut sengaja dibuat untuk mencuri informasi pribadi korbannya. Pada umumnya phising memang dilakukan melalui email, tetapi ada pula yang dilakukan melalui sms pada handphone.

Sekalipun banyak e-mail palsu tersebut tampil menyakinkan seperti yang asli, yaitu lengkap dengan logo perusahaan dan menampilkan links kepada website yang asli, tetapi banyak yang tampil sangat menggelikan karena dilakukan oleh seseorang yang bukan profesional. Hal itu tampak dari formatnya yang cenderung seperti asal – asalan, terjadinya kesalahan -kesalahan grammar dalam kalimat – kalimat yang ditulis, dan terjadinya kekeliruan spelling dari kata-kata yang digunakan.

2) carding

carding atau credit card fraud adalah suatu kejahatan kartu kredit, merupakan salah satu bentuk dari pencurian (theft) dan kecurangan (fraud) di dunia internet yang dilakukan oleh pelakunya dengan menggunakan kartu kredit (credit card) curian atau kartu kredit palsu yang dibuatnya sendiri Tujuannya tentu saja adalah untuk membeli barang secara tidak sah atas beban rekening dari pemilik kartu kredit yang sebenarnya atau untuk menarikdana secara tidak sah dari suatu rekening bank milik orang lain.Modus operasi dari carding ini adalah :

(43)

a) Dengan mencuri kartu kredit atau credit card;

b) Dengan menanamkan spyware parasites;

c) spyware parasites ini dapat melakukan pencurisn identitas (identity theft) dan dapat menelusuri nomor-nomor kartu kredit ketika seorang pemegang kartu kredit menggunakan kartu kreditnya untuk berbelanjasecara online;

d) Seorang petugas toko (merchant) menyalin tanda tangan terima penjualan (sale receipt) dari barang yang dibeli oleh pelanggan dengan tujuan untuk dapat digunakan melakukan kejahatan dikemudian hari;

e) Dengan melakukan skimming. Skimming merupakan suatu hi- tech method, yaitu si pelaku memperoleh informasi mengenai izin pribadi korban atau mengenai rekening korban dari kartu kredit, surat izin mengemudi (SIM), kartu tanda penduduk (KTP), atau paspor anda. Pelaku menggunakan suatu alat elektronik(electronic device) untuk informasi tersebut.

c. Kejahatan Terhadap Privasi

Kejahatan terhadap privasi adalah kejahatan komputer terhadap privasi pihak lain. Korban yang dapat menjadi sasaran kejahatan ini dapat berupa seseorang, organisasi bukan badan hukum, badan hukum swasta antara lain yayasan, koperasi, perusahaan, partai politik yang berbadan hukum dan milik negara yang antara lain BUMN, bank sentral, lembaga

(44)

– lembaga negara , pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, komunitas masyarakat dan lain sebagainya.

1) cyberstalking

Seperti halnya dengan kejahatan – kejahatan komputer pada umunya, demikian juga definisi dari cyberstalking belum ada yang sudah diterima secara universal. cyberstalking berasal dari dua kata, yaitu “cyber” dan “stalking”. Arti cyber telah kita diketahui bersama sebelumnya. Gangguan baru dapat dikatakan stalking hanya apabila gangguan tersebut dilakukan terus-menerus atau tidak henti- hentinya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan oleh pihak pengganggu. Misalnya mengikuti, menelepon, mengirim e-mail, mengirim surat kepada seseorang terus-menerus tanpa henti dalam waktu berhari – hari lamanya. Sudah tentu isi dari telepon, isi e-mail, isi surat dari penganggu tersebut sangat tidak disukai oleh orang yang diganggu sehingga sangat menjengkelkan.

Apabila stalking itu dilakukan dengan menggunakan Internet maka perbuatan stalking itu disebut cybertalking. cyberstalking adakalanya disebut cyberharassment, kebanyakan orang menyebut dua kata itu dalam tindak pidana ini. Sedangkan pelaku kejahatanya disebut cyberstalker.

2) cyberterrorism

Dengan perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, terutama perkembangan Internet, telah muncul bentuk

(45)

terorisme baru yang disebut dengan cyberterrorism. Dari istilah ini saja secara mudah dapat diduga bahwa terorisme tersebut pasti dilakukan dengan menggunakan program komputer sebagai sarananya.

Untuk melakukan cyberterrorism, pelaku cyberterrorism yang disebut cyberterrorist, harus terlebih dahulu mampu membobol sistem komputer pihak yang akan diteror. Dengan demikian, sebelum melakukan teror pelaku harus berhasil melakukan hacking terhadap sistem komputer pihak yang akan diteror. Dengan kata lain seorang cyberterrorist adalah hacker atau cracker yang dalam melakukan hacking bertujuan untuk melakukan teror.

Dengan munculnya terorisme melalui jaringan komputer atau menggunakan program komputer, maka terorisme dapat terjadi baik didunia nyata atau didunia virtual. cyberterrorism adalah terorisme dengan menggunakan komputer atau melalui dunia virtual. Ternyata belum ada definisi mengenai terorisme itu sendiri yang disepakati secara global. Oleh karena itu belum pula terdapat kesepakatan mengenai apa yang disebut dengan cyberterrorism.

d. Kejahatan Terhadap Sistem Komputer

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukan dengan maksud sabotase ataupun

(46)

pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi.

hacking and cracking Dalam dunia komputer, terdapat dua istilah yang semula berbeda artinya tetapi dalam perkembangannya menjadi dua istilah yang memiliki arti yang sama. Kedua istilah itu adalah hacking dan cracking. hacking adalah perbuatan membobol sistem komputer.

Tindak pidana didunia maya ini adalah melakukan perbuatan memasuki sistem komputer orang lain tanpa izin atau otoritasi dari pemiliknya.

Pelaku hacking adalah hacker.

Apabila hal itu terjadi di dunia nyata, cracking sama dengan burglary atau pencurian. Menurut para hacker, tujuan cracker adalah membobol secure system dari komputer, sedangkan tujuan para hacker hanyalah untuk memperoleh pengetahuan tentang system-sistem komputer. Media massa telah menggunakan istilah hacker bagi orang- orang yang mengakses sistem-sistem komputer tanpa memperoleh otorisasi dengan tujuan untuk mencuri dan menyalahgunakan data yang tersimpan dalam system-sistem komputer tersebut, yaitu istilah hacker seharusnya disebut cracker, bukan hacker.

e. Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum

Merupakan kejahatan dengan memasukan data atau informasi ke Internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat

(47)

dianggap melanggar hukum atau mengganggu ketertiban umum. Sebagai contohnya, pemuatan suatu berita bohong atau fitnah yang akan menghancurkan martabat atau harga diri pihak lain, hal – hal yang berhubungan dengan pornografi atau pemuatan suatu informasi yang merupakan rahasia negara, agitasi dan propaganda untuk melawan pemerintahan yang sah dan sebagainya.

1) Perjudian di Internet

Perjudian Internet (internet gambling, online gambling, atau cyberspace gambling) ternyata merupakan merupakan industri yang berkembang sangat pesat kelahirannya. Perjudian Internet telah memusingkan perusahaan-perusahaan penerbit kartu kredit berkenaan dengan penggunaan kartu kredit oleh para penjudian. Para penegak hukum mengemukakan bahwa perjudian di Internet dapat digunakan untuk melakukan pencucian uang. Para penegak hukum mengemukakan bahwa masalah-masalah anonimitas (anonymity) dan yurisdiksional (jurisdictional) yang merupakan ciri dari perjudian Internet merupakan sarana yang sangat menguntungkan bagi para pencuci uang.

2) Pornografi Anak di Internet

Pornografi anak atau child pornography atau child porn adalah bahan-bahan porno yang menampilkan anak-anak.

Kebanyakan negara menyebutkan hal ini dengan sebagai bentuk dari child sexual abuse dan merupakan hal yang melanggar hukum.

(48)

Dimana child pornography berupa foto-foto yang menampilkan anak-anak yang terlibat dalam perilaku seksual dan memproduksi bahan-bahan tersebut dengan sendirinya dilarang hukum sebagai child sexual abuse di kebanyakan negara. Perkembangan dan meningkatnya akses kepada Internet, serta penggunaan teknologi home-computer telah mengubah besar-besaran cara distribusi gambar – gambar porno ini karena mudahnya melakukan akses kepada Internet dan makin murahnya biaya produksi dan distribusi gambar-gambar tersebut terutama secara lintas batas negara.

Teknologi komputer telah mentransformasikan produksi dari gambar – gambar ini ke dalam suatu industri global yang canggih

Bentuk-Bentuk Cybercrime Menurut Didik M. Arif Mansur (2016 : 15) cybercrime mempunyai bentuk beragam, karena setiap negara tidak selalu sama dalam melakukan krimininalisasi. Begitu pula, dalam setiap negara dalam menyebut apakah suatu perbuatan tergolong kejahatan cybercrime atau bukan kejahatan cybercrime juga belum tentu sama. Secara teoritik, berkaitan dengan konsepsi kejahatan.

cybercrime meliputi pelanggaran hak kekayaan intelektual, fitnah atau pencemaran nama baik, pelanggaran terhadap kebebasan pribadi (privacy), ancaman dan pemerasan, ekploitasi seksual anak-anak dan pencabulan, perusakan sistem komputer, pembobolan kode akses, dan pemalsuan tanda tangan digital. Semua perbuatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara pidana sesuai dengan yurisdiksinya.

(49)

cybercrime juga dapat berbentuk pemalsuan data, penyebaran virus komputer ke jaringan komputer atau sistem komputer, penambahan atau pengurangan sistem instruksi dalam jaringan komputer, pembulatan angka, perusakan data, dan pembocoran data rahasia. Ini diuraikan oleh Sue Titus Reid, bahwa cybercrime meliputi “data diddling, the Trojan horse, the salami technique, superzapping, and date leakgage.”

Klasifikasi cybercrime yaitu sebagai berikut : (Josua Sitompul, 2017 : 36) 1. Komputer sebagai Objek Dalam kategori ini, bentuk-bentuk cybercrime

termasuk kasus-kasus perusakan terhadap komputer, data atau program yang terdapat di dalamnya atau perusakan terhadap sarana-sarana komputer seperti air condutouring (AC) dan peralatan yang menunjang pengoprasian komputer.

2. Komputer sebagai Subjek Komputer dapat pula menimbulkan tempat atau lingkungan untuk melakukan kejahatan, misalnya pencurian, penipuan, dan pemalsuan yang menyangkut harta benda dalam bentuk baru yang tidak dapat disentuh (intangible), misalnya pulsa elektronis dan guratan-guratan magnetis.

3. Komputer sebagai Alat Komputer digunakan sebagai alat melakukan kejahatan sehingga sifat peristiwa kejahatan tersebut adalah sangat kompleks dan sulit diketahui. Salah satu contoh adalah seseorang pelaku kejahatan yang mengambil warkat-warkat setoran darai suatu bank dan menulis nomor rekening pelaku dengan tinta magnetis pada warkat-warkat tersebut kemudian meletakkan kembali ke tempat

(50)

semula. Nasabah yang akan memasukkan uang akan mengambil dan mengisi warkat yang sudah dibubuhi nomor rekening pelaku kejahatan memproses warkat-warkat nasabah, komputer secara otomatis akan mengredit sejumlah uang pada rekening pelaku kejahatan. Salah satu, pelaku kejahatan menarik uang dengan cek dari rekeningnya sebelum peram nasabah yang menyetor mengajukan komplain ke bank.

4. Komputer sebagai simbol Suatu komputer dapat digunakan sebagai simbol untuk melakukan penipuan atau ancaman, dalam kategori ini termasuk penipuan “Biro Jodoh” yang menyatakan bahwa biro jodoh tersebut memakai komputer untuk membantu si koraban mencari jodoh, akan tetapi ternyata birojodoh tersebut sama sekali tidak memakai komputer untuk keperluan tersebut.

2.4. Pengaturan Cybercrime di Indonesia

Tanggal 25 November 2016 telah diundangkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Undang- undang ini bukanlah undang-undang tindak pidana khusus, melainkan juga memuat tentang pengaturan mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik dengan tujuan pembangunan, namun undang undang ini juga mengantisipasi pengaruh buruk dari pemanfaatan kemajuan teknologi ITE tersebut, yakni dengan diaturnya hukum pidana khususnya tentang tindak pidana yang menyerang kepentingan hukum orang pribadi, masyarakat, atau

(51)

kepentingan hukum Negara dengan memanfaatkan kemajuan teknologi ITE, atau sering disebut tindak pidana cybercrime.

UU ITE telah menetapkan perbuatan-perbuatan mana yang termasuk tindak pidana di bidang ITE (cybercrime) dan telah ditentukan unsur-unsur tindak pidana dan penyerangan terhadap berbagai kepentingan hukum dalam bentuk rumusan-rumusan tindak pidana tertentu. Tindak Pidana cybercrime dalam UU ITE diatur dalam 9 pasal, dari pasal 27 sampai dengan pasal 35. Dalam 9 pasal tersebut dirumuskan 20 bentuk atau jenis tindak pidana ITE. Pasal 36 tidak merumuskan bentuk tindak pidana ITE tertentu, melainkan merumuskan tentang dasar pemberatan pidana yang diletakkan pada akibat merugikan orang lain pada tindak pidana yang diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34. Sementara ancaman pidananya ditentukan didalam Pasal 45 sampai Pasal 52.

Dari uraian rumusan pasal-pasal bentuk-bentuk cybercrime menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yakni :

1) cybercrime yang menggunakan komputer sebagai alat kejahatan, yakni Pornografi Online (cyber-Porno), Perjudian Online, Pencemaran nama baik melalui media sosial, penipuan melalui komputer, pemalsuan melalui komputer, pemerasan dan pengancaman melalui komputer, penyebaran berita bohong melalui komputer, pelanggaran terhadap hak cipta, cyber terrorism.

(52)

2) cybercrime yang berkaitan dengan komputer, jaringan sebagai sasaran untuk melakukan kejahatan, yakni akses tidak sah (illegal acces), menggangu sistem komputer dan data komputer, penyadapan atau intersepsi tidak sah, pencurian data, dan menyalahgunakan peralatan komputer.

2.5. Judi Online

Perjudian Online adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan di mana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang yang dimainkan menggunakan komputer atau perangkat seluler dan koneksi internet. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai. (Hamonangan Simanjuntak, 2013 : 2)

Semakin canggih teknologi, semakin canggih modus kejahatan. salah satunya adalah modus judi online. Kini, situs judi online gentayangan di dunia maya. Menjerat korbannya dengan permainan baccarat, poker, koprok, roulette, taruhan bola, blackjack, kiukick, balap kuda, sampai sabung ayam yang disiarkan secara langsung via livestreaming.

Aksesnya pun sangat mudah, bisa lewat komputer jinjing bahkan telepon seluler. Pemain cukup mendaftar, top up saldo, taruhan bisa segera dimulai. Recehan hingga jutaan rupiah dipertaruhkan. Saat pemain kalah, bandar pun girang. Judi online ternyata bisnis besar. Nilainya sampai triliunan rupiah. (Hamonangan Simanjuntak, 2013 : 4)

(53)

Fenomena judi online kian menjamur Modus kekinian jauh lebih canggih dari sebelumnya tahun 2016, polisi dengan mudah dapat melacak keberadaan sindikat judi online di Indonesia. Saat itu, akses internet belum sebebas dan semudah saat ini. “Pemainnya menggunakan warnet untuk mengakses situs judi, Bandar menggunakan semacam SMS gateaway untuk menyebar pesan singkat menggunakan broadcast messages ke sekian ribu nomor telepon. Penerima yang tergoda diarahkan ke situs judi, Saat itu rata- rata yang direkrut sebagai agen itu adalah pihak warnet.

Namun saat ini lebih canggih, agar lolos dari pelacakan polisi, sindikat judi online menggunakan cara operasi berbeda. Mereka memindahkan server ke sejumlah negara tetangga, seperti Kamboja, Thailand, Filipina dan Singapura. Mereka sewa server di sana, buat server di sana. Kemudian mereka memasukkan konten-konten berbahasa Indonesia sehingga bisa diakses oleh orang Indonesia. (Nasional Kompas Tanggal 3 Januari 2017)

Perjudian online diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UU ITE yang berbunyi:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan, mentransmisikan, dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian.”

Ancaman terhadap pelanggaran ini diatur dalam Pasal 45 ayat (2) UU 19/2016, yakni :

(54)

Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan perjudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.

(55)

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Kasus Perjudian Online di Kota Makassar

Tabel 3.1.

Jumlah Kasus Judi Online yang ditangani Polrestabel Kota Makassar Tahun 2016 – 2018

No. Jenis Perjudian

Tahun

Jumlah 2016 2017 2018

1 Poker 1 - - 1

2 Domino 99 1 1 - 2

Total 3

Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui, bahwa jenis perjudian yang ditangani oleh Krimsus Polrestabes Kota Makassar yang terjadi diwilayah hukum Polrestabes Makassar. Antara tahun 2016 sampai dengan tahun 2018 sebanyak 3 kasus, yaitu : Jenis Perjudian Poker dan Domino 99 Pada Tahun 2016 terdapat 1 kasus dan Jenis Perjudian Domino 99 pada tahun 2017 terdapat 1 kasus.

3.2. Modus Operandi Kejahatan Perjudian Online di Kota Makassar

Modus operandi adalah pola suatu kejahatan dilakukan, dalam kata lain dapat diartikan bagaimana suatu kejahatan bisa terlaksana. Modus operandi ini bermacam-macam tipenya. Ada yang masih dilakukan dengan cara konvensional ataupun dengan cara tersistematis.

Modus operandi kejahatan perjudian online dapat digolongkan menjadi dua garis besar, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Pelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah utama dan sub masalah. Masalah utamanya yaitu seperti apakah media pembelelajaran yang inovatif pada pelajaran PKn

Pada kegiatan inti pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai soal-soal bersangkutan dengan longsor. Dari teks bacaan

Menganalisis hubungan antara perilaku seksual berisiko dengan kejadian infeksi menular seksual pada wanita pekerja seks tidak langsung (WPSTL) di Indonesia setelah

Sektor UMKM yang berpotensi berperan besar menyumbang dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan di Indonesia khususnya Jawa Tengah adalah sektor usaha

Saat ini banyak pengerdara sepeda motor maupun pengendara roda 4 (mobil) yang menerobos lampu lalu lintas (trafic light) dan melanggar rambu lalu lintas karna itu

Semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka berarti semakin kecil jumlah modal pemilik yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang.Dari hasil di atas dibuktikan pada

Komponen inovasi teknologi ramah lingkungan yang diintroduksikan oleh BPTP kepada komunitas petani sayuran Desa Tawangargo yaitu (1) pemberian pupuk organik, (2)

As this A Fistful Of Love: Wisdom And Humor From A Monk's Bowl By Om Swami will certainly remain in this book, all publications that you need will be right below, as well. Simply