• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

44 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Subyek penelitian terdiri dari 26 siswa, dimana dari total siswa, hanya 10 siswa yang dinyatakan lulus KKM (65) sementara 16 siswa lainnya belum lulus KKM.

4.2 Hasil Belajar

4.2.1 Kondisi Sebelum Tindakan

Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui suasana pembelajaran dan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPA. Pada saat observasi tersebut, penulis memberikan soal prasiklus tentang materi yang diajarkan guru saat itu. Pencapaian hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Kondisi Awal

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 41 - 50 5 19,2 Belum Tuntas 2 51 - 60 11 42,3 Belum Tuntas 3 61 – 70 6 23,1 Tuntas 4 71 – 80 3 11,6 Tuntas 5 81 – 90 1 3,8 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 61,34 Nilai tertinggi 85 Nilai terendah 40

(2)

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa siswa yang telah mencapai KKM adalah 10 siswa atau 38,5% dan siswa yang belum mencapai KKM adalah 16 siswa atau 61,5%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 61,34 dengan perolehan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40.

Mengacu pada KKM yaitu 65, maka persentase keseluruhan siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan maupun belum, disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah siswa Persentase (%) 1 ˂ 65 16 61,5 Belum Tuntas 2 ≥ 65 10 38,5 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 61,34 Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 40

Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN kutowinangun 11 sebelum tindakan, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 16 siswa atau 61,5% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa atau 38,5% dari keseluruhan siswa.

Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan masih rendah. Hal ini disebabkan oleh guru kurang mempunyai keterampilan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan selalu menggunakan metode konvensional. Penggunaan metode konvensional secara terus menerus akan terasa monoton sehingga mengakibatkan pembelajaran kurang menarik bagi siswa. Siswa merasa jenuh dan terkesan pasif dalam pembelajaran. Transformasi ilmupun terjadi kurang maksimal, karena pembelajaran hanya berpusat pada guru sehingga pembelajaran berjalan kurang efektif.

(3)

Berdasarkan data hasil belajar yang rendah dari siswa IV di SDN Kutowinangun 11 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014, penulis akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sesuai dengan rancangan penelitian ini, penulis akan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) guna meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa yang akan dilakukan dalam dua siklus, dimana setiap siklus akan dilakukan tiga kali pertemuan.

4.2.2 Pelaksanaan siklus I

4.2.2.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus I

Sebelum dilaksanakan tindakan, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, antara lain:

a. Bersama denga guru kolaborator memeriksa kembali RPP yang telah disusun dan dicermati setiap butir yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan.

b. Menyiapkan alat peraga dan sarana lain yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan.

c. Mengecek kembali kelengkapan alat pengumpulan data, seperti lembar observasi yang telah disepakati bersama guru kolaborator.

d. Membuat kesepakatan dengan teman sejawat untuk menentukan fokus observasi.

4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, penulis bersama observer menyepakati untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran yaitu:

Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 2 mei 2014 dengan kompetensi dasar menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan pertama terdapat tiga indikator pembelajaran

(4)

yang disampaikan yaitu mengidentifikasi beberapa dampak perubahan lingkungan fisik, menjelaskan pengaruh erosi, menjelaskan pengaruh abrasi. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan pertama yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menanyakan “Apakah anak-anak pernah melihat hutan gundul?”. Siswa diminta menjawab pertanyaan guru. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu guru membagikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan yakni erosi dan abrasi serta memberikan soal-soal yang bersangkutan dengan erosi dan abrasi. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan guru sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pengertian, penyebab dan dampak dari erosi dan abrasi. Setelah mendapatkan pengarahan dari pengajar kemudian mereka berdiskusi dengan kelompok untuk menemukan pengertian, penyebab dan dampak dari erosi dan abrasi. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumnya.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan pengertian, penyebab, dan dampak dari erosi dan abrasi yang ditemukannya di depan kelas. Suasana yang tercipta terhadap ini sangat gaduh, karena siswa belum mendapatkan giliran untuk berpresentasi

(5)

justru berjalan kesana kemari. Namun, hal tersebut dapat segera diatasi oleh pengajar ketika siswa yang lain menganggapi atau mengomentari hasil presentasi. Selama kegiatan inti berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses pembelajaran Numbered Heads Together dalam menemukan pengertian, penyebab, dan dampak dari erosi dan abrasi. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang dampak perubahan lingkungan fisik, pengertian erosi, penyebab erosi, dampak erosi, pengerian abrasi, penyebab abrasi, dan dampak abrasi yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut. Pengajar juga menyampaikan pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 3 mei 2014 dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan kedua kali ini terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan pengaruh banjir. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi.

(6)

Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukankan gambar banjir. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran numbered heads together. Dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu pengajar membagikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini, pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan yakni banjir, memberikan soal-soal yang berkaitan dengan banjir. Dan teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pengertian, penyebab, dan dampak dari banjir. Setelah mendapat pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan pengertian, penyebab, dan dampak dari banjir. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumnya.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan pengertian, penyebab dan dampak dari banjir yang ditemukannya didepan kelas. Suasana pada saat ini juga lebih terkendali daripada pertemuan pertama, lebih banyak siswa yang menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses pembelajaran Numbered Heads Together dalam menemukan pengertian, penyebab dan dampak dari banjir. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads

(7)

Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c) Kegiatan Penutup

Pengajar besama-sama dengan siswa membuat penegasan kesimpulan tentang pengertian banjir, penyebab banjir dan dampak banjir yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut dan materi pertemuan sebelumnya, karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi.

Pertemuan III

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 5 mei 2014 dengan kompetensi dasar yang masih sama yakni menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan terakhir dari siklus I ini terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yakni menjelaskan pengaruh longsor. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pertemuan terakhir pada siklus I:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukkan gambar longsor. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran dengan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran Numbered Haeds Together. Dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu pengajar membagikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

(8)

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yakni dengan memberikan teks bacaan mengenai perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan yakni longsor, memberikan soal-soal yang berkaitan dengan longsor. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan pengertian, penyebab dan dampak dari longsor. Setelah mendapatkan pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompok untuk menemukan pengertian penyebab dan dampak dari longsor. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumya.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan pengertian, penyebab dan dampak dari longsor yang telah ditemukan di depan kelas. Suasana pada saat ini juga lebih terkendali daripada pertemuan pertama, lebih banyak siswa yang menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses pembelajaran Numbered Heads Together dalam menemukan pengertian, penyebab dan dampak dari longsor. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c) Kegiatan Penutup

Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang pengertian longsor, penyebab longsor dan dampak longsor yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar

(9)

membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mangawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar membagikan lembar angket motivasi belajar pada siswa, siswa mengisi angket motivasi dengan baik dan pengajar mengawasi siswa dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengisi angket motivasi belajar, pengajar bersama siswa mencocokkan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa.

4.2.2.3 Tahap Observasi Tindakan Siklus I

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan yang mengacu pada kegiatan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Hasil observasi akan dianalisis untuk memantau sejauh mana pengaruh upaya tindakan perbaikan terhadap tujuan pembelajaran yang diinginkan. Observasi dilakukan oleh guru observer itu sendiri.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer, pengajar telah menerapkan pembelajaran Numbered Heads Together dengan baik. Pengajar dapat mengatur serta mengendalikan keberlangsungan proses belajar mengajar. Pada saat awal pembelajaran Numbered Heads Together banyak siswa yang masih bingung, tetapi pengajar dapat mengantisipasi hal tersebut dengan cara menjadi fasilitator yang baik dan membantu siswa-siswa yang mengalami kesulitan.

Observasi yang dilakukan pada tahap ini juga meliputi observasi respon siswa dengan cara mengamati aktivitas setiap siswa dengan menyesuaikan dengan indikator respon siswa pada lembar observasi. Berdasarkan pengamatan respon siswa yang telah dilakukan oleh observer menunjukkan sudah lebih dari separuh siswa yang memberikan respon positif dalam mengikuti pembelajaran. Namun, masih ada siswa yang bingung dalam melaksanakan pembelajaran Numbered Heads Together walaupun siswa sudah turut serta dalam tugas belajarnya. Hasil observasi respon siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:

(10)

Tabel 4.3

Hasil Lembar Observasi Respon Siswa

No Respon Siswa

Siklus I Pertemuan

1 2 3

1 Apakah siswa siap dalam mengikuti pembelajaran? √ √ √ 2 Apakah siswa terlibat aktif dalam mengerjakan tugas

kelompok?

√ √ 3 Apakah siswa menjawab pertanyaan bersama anggota

kelompoknya?

√ √ √ 4 Apakah siswa menemukan jawaban dari pertanyaan

dengan cara membaca materi?

√ √ √ 5 Apakah siswa yang dipanggil nomor kepalanya

mengangkat tangan?

√ √ √ 6 Apakah siswa mempresntasikan jawaban hasil dikusi

kelompoknya?

√ √ √ 7 Apakah siswa menanggapi presentasi hasil kelompok

lain?

(11)

Tabel 4.4

Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Numbered Heads Together No Uraian Kegiatan Siswa Dan Guru

Siklus I Pertemuan 1 2 3

1 Apakah guru mengecek kehadiran siswa? √ √ √

2 Apakah guru memberiakn apersepsi? √ √ √

3 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan?

√ √ √

4 Apakah guru menyampaikan cara belajar? √ √ √

5 Apakah guru menyampaikan materi pelajaran? √ √ √ 6 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok kecil? √ √ √ 7 Apakah guru membagikan nomor kepala kepada setiap

anggota kelompok?

√ √ √

8 Apakah guru memberikan pertanyaan? √ √ √

9 Apakah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi?

√ √ √

10 Apakah siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi?

√ √ √

11 Apakah siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan?

√ √ √

12 Apakah guru berkeliling untuk mengamati,

memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan?

√ √

13 Apakah guru memanggil salah satu nomor secara acak?

√ √ √

14 Apakah siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok?

√ √ √

15 Apakah siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi?

√ √

16 Apakah guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa?

√ √ √

17 Apakah guru memberikan penguatan terhadap kerja siswa?

√ √ √

18 Apakah siswa terlibat dalam membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran dengan mencau pada materi pembelajaran?

√ √ √

19 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran?

(12)

4.2.2.4 Motivasi Belajar Siklus I

Mengukur skala motivasi belajar siswa, dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus I, digunakan menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingakat motivasi belajar siswa, digunakan ketuntasan yang dibuat oleh Depdinas (2003) yaitu:

Σskor yang diperoleh siswa

Σskor maksimum X100% Dengan ketentuan sebagai berikut: ≥ 80 ke atas : tinggi

60 – 79 : sedang ≤ 59 : rendah

Berdasarkan hasil total perhitungan perolehan sebagai berikut: Nilai=733

1040x100

Nilai = 70,48

Berdasarkan hasil total perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

Motivasi Belajar Siswa Siklus I

No Kriteria Jumlah siswa Persentase (%)

1 Rendah 4 15,4 2 Sedang 16 61,5 3 Tinggi 6 23,1 Jumlah 26 100 Rata-rata 70,48 Tertinggi 85 Terendah 50

Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus I berada pada kategori sedang dengan nilai 70,48% dengan total skor 733.

(13)

4.2.2.5 Hasil Analisis Data Siklus Belajar Siklus I I. Paparan Hasil Belajar Siklus I

Hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I yang diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran Numbered Heads Together pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN K utowinangun 11 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus I

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan pembelajaran Numbered Heads Together menunjukkan bahwa perbandingan siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=65) adalah sebanyak 20 siswa atau 77% sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 6 siswa atau 23%. Kondisi ini mengalami perubahan dibandingkan pada kondisi awal sebelum tindakan. Pada kondisi setelah siklus I, siswa yang mendapatkan nilai pada rentan 41-50 sebanyak 2 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 51-60 sebanyak 4 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 61-70 sebanyak 7 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 71-80 sebanyak 8 siswa, siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 81-90 sebanyak 5 siswa. Nilai rata - rata siswa meningkat, pada kondisi awal sebelum tindakan yaitu 61,15 menjadi 70,38 atau meningkat 9,23 pada siklus I. Nilai terendah yang mencapai pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 90.

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah siswa Persentase (%)

1 41 - 50 2 7,8 Belum Tuntas 2 51 - 60 4 15,3 Belum Tuntas 3 61 – 70 7 26,9 Tuntas 4 71 – 80 8 30,8 Tuntas 5 81 – 90 5 19,2 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 70,38 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 50

(14)

Berdasarkan data diperoleh hasil belajar data mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I No Nilai Siklus I Keterangan Jumlah siswa Persentase (%) 1 ˂ 65 6 23 Belum Tuntas 2 ≥ 65 20 77 Tuntas Jumlah 26 100 Rata-rata 70,38 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 50

Berdasarkan tabel 4.7 persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kutowinangun 11 siklus I, menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) sebanyak 5 siswa atau 23% dari total keseluruhan siswa. Sedangkan siswa yang nilainya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 20 siswa atau 77% dari total keseluruhan siswa.

II. Perbandingan Hasil Belajar Sebelum Tindakan Dan Siklus I

Berdasarkan pengamatan, setelah diadakan penelitian tindakan siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan siswa mulai tertarik dalam proses pembelajaran karena di beri nomor dan bisa bekerja sama dalam kelompok. Selain itu, siswa bekerja sama menemukan jawaban dari setiap pertanyaan. Sehingga siswa terlibat secara aktif. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan pembelajaran Numbered Heads Together, siswa mulai menunjukkan respon positif dalam pembelajaran.

Pada kondisi awal, siswa yang hasil belajarnya telah tuntas hanya 10 siswa (38,5%), sedangkan siswa yang hasil belajarnya belum sebanyak 16 siswa (61,5), dengan nilai rata-rata sebelum tindakan 61,34. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa yang telah tuntas hasil belajarnya (77%) sedangkan

(15)

siswa yang belum tuntas hasil belajarnya hanya 6 siswa (23%), dengan nilai rata-rata menjadi 70,38. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dan sesuai dengan kriteria yang diharapkan yaitu dengan ketuntasan klasikal sebesar 75% dari 26 siswa.

Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada siklus I, berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I:

Tabel 4.8

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal; Dan Siklus I

No Nilai

Kondisi Awal Siklus I Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 10 38,5 20 77 2 Belum Tuntas 16 61,5 6 23 Jumlah 26 100 26 100

Mengacu pada tabel tersebut, dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I. Dari kondisi awal ke siklus I mengalami peningkatan ketuntasan belajar yang signifikan, yaitu dari ketuntasan 38,5% menjadi 77%. Selain itu ketuntasan, rata-rata nilai juga mengalami peningkatan, yaitu dari 61,34 menjadi 70,38. Pada siklus I ini ketuntasan belajar telah mencapai 77% berarti peningkatan tersebut telah tercapai kriteria yang diharapkan yaitu 75% dari total jumlah siswa. Selain ketuntasan untuk lebih jelasnya mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan siklus I, tersaji pada diagram berikut ini:

(16)

Diagram 4.1

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan Dan Setelah Siklus I

4.2.2.6 Tahap Refleksi Siklus I

Tahap ini dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan. Refleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan baik secara proses maupun hasil. Kegiatan refleksi dilakukan bersama antara guru pengajar, guru kolaborator (observer) dan perwakilan beberapa siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh observer terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Pembelajaran IPA kelas IV pada materi perubahan lingkungan fisik pada siklus I ini telah berhasil sesuai kriteria yang ditentukan, yaitu ketuntasan klasikal telah mencapai lebih dari 75%. Nilai yang diperoleh pada siklus I ini terendah 50 dan nilai tertinggi 90 dengan rata-rata 70,38. Hal ini dapat tercapai karena kelebihan pada pembelajaran Numbered Heads Together diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran disajikan dengan menyampaikan materi dan pertanyaan yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran. 38.50% 77% 61.50% 23% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00%

Kondisi Awal Siklus I Tuntas Tidak Tuntas

(17)

b) Dalam pembelajaran siswa dapat mengemukakan pendapat dan mengembangkan rasa ingin tahunya dalam materi penyebab perubahan lingkungan fisik.

c) Siswa mampu mengingkatkan rasa percaya diri dan lebih aktif.

Meskipun telah berhasil sesuai kriteria yang diharapkan, namun tetap ada kelemahan selama pembelajaran berlangsung. Hasil diskusi guru pengajar dengan observer mengungkapkan kekurangan dalam pembelajaran tersebut yaitu:

a) Pada awal pertemuan, siswa masih belum memahami langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together dengan benar.

b) Kelas masih ribut ketika siswa kerja kelompok.

c) Tidak semua kelompok memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi temannya.

d) Guru belum memberikan reward/penguatan pada siswa yang menjawab benar.

Mengacu pada kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:

a) Guru pengajar lebih membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran.

b) Guru berkeliling mengawasi siswa yang sedang mengerjakan tugas kelompok.

c) Guru pengajar mengarahkan siswa untuk lebih memperhatikan siswa yang sedang presentsi dan meminta untuk memberikan komentar terhadap hasil presentasi tersebut.

d) Memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar, baik secara individu maupun kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I dan data-data di atas masih banyak kekurangan, maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan pada siklus II.

(18)

4.2.3 Pelaksanaan Siklus II

4.2.3.1 Tahap Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada tahap perencanaan tindakan siklus II ini, peneliti bersama observer memperbaiki sekenario pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang akan dilaksanakan pada siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer dan refleksi siklus I, maka guru pengajar melakukan upaya perbuatan perbaikan pembelajaran, membimbing siswa selama langkah-langkah pembelajaran mengawasi siswa saat mengerjakan tugas kelompok, mengarahkan siswa untuk memperhatikan dan memberikan komentar terhadap hasil presentasi siswa untuk memperhatikan dan memberikan komentar terhadap hasil presentasi siswa lain dan memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar. Selain itu guru pengajar juga menyiapkan kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi, penilaian dan alat peraga.

Pertemuan I

Pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada 8 mei 2014 dengan kompetensi dasar mendiskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan pertama terdapat dua indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan cara mencegah erosi, menjelaskan cara mencegah abrasi. Berikut adalah langkah- langkah pembelajaran pada siklus II pertemuan pertama:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukkan gambar erosi. Setelah apersepsi, kemudian pengajar menyampaikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran numbered heads together. Dan pengajar membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu guru memberikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

(19)

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai cara mencegah erosi dan abrasi serta memberikan soal-soal yang berkaitan dengan cara mencegah erosi dan abrasi. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebutkan berlangsung, pengajaran berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan cara mencegah erosi dan abrasi. Setelah mendapat pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan cara mencegah erosi dan abrasi. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumnya.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan cara mencegah erosi dan abrasi yang ditemukannya di depan kelas. Pembelajaran pada siklus II ini lebih kondusif dan siswa sudah terbiasa dengan alur pembelajaran Numbered Heads Together. Saat menanggapi atau mengomentari hasil presentasi temannya, juga lebih kondusif dan aktif. Selama kegiatan inti berlangsung, pengajar melakukan penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian proses. Penilaian yang dilakukan menyangkut penilaian afektif dan psikomotor siswa. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses Numbered Heads Together dalam menemukan cara mencegah erosi dan abrasi. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c) Kegiatan Penutup

Pengajar bersama–sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang cara mencegah erosi dan cara mencegah abrasi yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Numbered Heads Together.

(20)

Pengajar juga menyampaikan pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 9 mei 2014 dengan kompetensi dasar masih sama yaitu mendiskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan kedua kali ini terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu menjelaskan cara mencegah banjir. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pada siklus I pertemuan kedua:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang telah didesain dalam rencana pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukkan gambar banjir. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu guru memberikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti yang dilakukan pengajar hampir sama kegiatan inti pertemuan pertama, pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai yakni banjir. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan cara mencegah banjir. Setelah mendapat pengarahan bagi pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompoknya untuk menemukan cara mencegah banjir. Jawaban yang

(21)

ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumnya.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan cara mencegah banjir yang ditemukan di depan kelas. Suasana pada saat ini juga lebih terkendali daripada pertemuan pertama, lebih banyak siswa yang menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses pembelajaran Numbered Heads Together dalam menemukan cara mencegah banjir. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

c) Kegiatan Penutup

Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan dan kesimpulan tentang cara mencegah banjir yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar memberikan pesan kepada siswa untuk mempelajari lagi materi tersebut dan materi pertemuan sebelumnya, karena pada pertemuan selanjutnya akan diadakan evaluasi.

Pertemuan III

Pertemuan terakhir dari penelitian tindakan ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 10 mei 2014 dengan kompetensi dasar yang masih sama yaitu mendiskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor). Pada pertemuan terakhir ini terdapat satu indikator pembelajaran yang disampaikan yaitu cara mencegah longsor. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran pertemuan terakhir:

a) Kegiatan Awal

Pengajar membuka pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen dan melakukan apersepsi. Sebelum melakukan kegiatan apersepsi, pengajar melakukan kegiatan prasyarat dengan menanyakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan apersepsi dilakukan dengan menunjukkan

(22)

gambar longsor. Setelah apersepsi, kemudian pengajar mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan cara belajar yang ditempuh dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Dan guru membentuk siswa dalam kelompok masing-masing 4-5 siswa perkelompok, setelah itu guru memberikan nomor kepala kepada setiap anggota kelompok.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti pengajar mengorientasikan siswa ke dalam masalah, yaitu dengan memberikan teks bacaan mengenai soal-soal bersangkutan dengan longsor. Dari teks bacaan tersebut secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menjawab soal-soal yang telah diberikan sebelumnya. Selama kegiatan tersebut berlangsung, pengajar berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk menemukan cara mencegah banjir. Setelah mendapatkan pengarahan dari pengajar, kemudian mereka berdiskusi dengan kelompok untuk menemukan cara mencegah longsor. Jawaban yang ditemukan kemudian ditulis di kertas jawaban yang telah dibagikan sebelumnya. Pada pembelajaran kali ini alokasi waktu pada kegiatan inti lebih pendek dikarenakan akan adanya evaluasi atau tes pada akhir pembelajaran.

Secara bergantian sesuai nomor kepala yang dipanggil oleh pengajar siswa mempresentasikan cara mencegah longsor yang ditemukannya di depan kelas. Suasana pada saat ini juga lebih terkendali, lebih banyak siswa yang menanggapi atau mengomentari hasil presentasi. Untuk memantapkan siswa mengenai materi yang dipelajari, pengajar memberikan umpan balik dan penguatan terhadap proses pembelajaran Numbered Heads Together dalam menemukan cara mencegah longsor. Pengajar dan siswa melakukan refleksi dalam mengikuti pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajar juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.

(23)

c) Kegiatan Penutup

Pengajar bersama-sama dengan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang cara mencegah longsor yang telah ditemukan oleh siswa dalam pembelajaran Numbered Heads Together. Pengajaran menyampaikan kepada siswa tentang kesiapan dalam mengikuti evaluasi pembelajaran. Pengajar menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian pengajar membagikan soal evaluasi pada setiap siswa. Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan baik dan pengajar mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengerjakan soal evaluasi, pengajar membagikan lembar angket motivasi pada setiap siswa, siswa mengisi angket motivasi dengan baik dan pengajar mengawasi siswa dari awal sampai akhir. Setelah semua siswa selesai mengisi angket motivasi belajar, pengajar bersama siswa mencocokkan hasil kerja siswa dan langsung mengumumkan hasil nilai tes kepada siswa.

4.2.3.2 Tahap Observasi Tindakan SiklusII

Sama halnya pada siklus sebelumnya, pada siklus ini kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan oleh guru kolaboratif meliputi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(NHT) serta respon siswa.

Berdasarkan pengamatan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(NHT) pada siklus II lebih kondusif dan terkendali. Sebagian besar siswa telah memberikan respon positif dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Hanya ada dua siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Hasil observasi tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10, sedangkan respon siswa siklus II dapat dilihat pada tabel 4.9.

(24)

Tabel 4.9

Hasil Lembar Observasi Respon Siswa

No Respon Siswa

Siklus II Pertemuan

1 2 3

1 Apakah siswa siap dalam mengikuti pembelajaran? √ √ √ 2 Apakah siswa terlibat aktif dalam mengerjakan tugas

kelompok?

√ √ √ 3 Apakah siswa menjawab pertanyaan bersama anggota

kelompoknya?

√ √ √ 4 Apakah siswa menemukan jawaban dari pertanyaan

dengan cara membaca materi?

√ √ √ 5 Apakah siswa yang dipanggil nomor kepalanya

mengangkat tangan?

√ √ √ 6 Apakah siswa mempresntasikan jawaban hasil dikusi

kelompoknya?

√ √ √ 7 Apakah siswa menanggapi presentasi hasil kelompok

lain?

(25)

Tabel 4.10

Hasil Lembar Observasi Pembelajaran Numbered Heads Together No Uraian Kegiatan Siswa Dan Guru

Siklus II Pertemuan 1 2 3

1 Apakah guru mengecek kehadiran siswa? √ √ √

2 Apakah guru memberiakn apersepsi? √ √ √

3 Apakah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan indikator keberhasilan?

√ √ √

4 Apakah guru menyampaikan cara belajar? √ √ √

5 Apakah guru menyampaikan materi pelajaran? √ √ √ 6 Apakah guru membagi siswa dalam kelompok kecil? √ √ √ 7 Apakah guru membagikan nomor kepala kepada setiap

anggota kelompok?

√ √ √

8 Apakah guru memberikan pertanyaan? √ √ √

9 Apakah siswa bersama kelompoknya mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari kegiatan membaca materi?

√ √ √

10 Apakah siswa diberikan kesempatan untuk membaca materi?

√ √ √

11 Apakah siswa bersama kelompok berdiskusi untuk menjawab pertanyaan?

√ √ √

12 Apakah guru berkeliling untuk mengamati,

memotivasi dan memfasilitasi serta membantu siswa yang memerlukan?

√ √ √

13 Apakah guru memanggil salah satu nomor secara acak?

√ √ √

14 Apakah siswa yang dipanggil nomornya mengangkat tangan dan mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi kelompok?

√ √ √

15 Apakah siswa dari kelompok lain menanggapi atau mengomentari hasil dari kelompok yang presentasi?

√ √ √

16 Apakah guru memberikan umpan balik terhadap kerja siswa?

√ √ √

17 Apakah guru memberikan penguatan terhadap kerja siswa?

√ √ √

18 Apakah siswa terlibat dalam membuat penegasan atau kesimpulan pembelajaran dengan mencau pada materi pembelajaran?

√ √ √

19 Apakah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru sebagai proses penilaian pembelajaran?

(26)

4.2.3.3 Motivasi Belajar Siswa Siklus II

Mengukur skala motivasi belajar siswa, dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan pembelajaran Numbered Heads Together pada siklus II, digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu:

Nilai=Σskor yang diperoleh siswa

Σskor maksimum X100% Dengan ketentuan sebagai berikut:

≥ 80 keatas : tinggi 60 – 79 : sedang ≤ 59 : rendah

Berdasarkan hasil total penghitungan diperoleh sebagai berikut: Nilai= 874

1040x100

Nilai = 84

Berdasarkan hasil total perhitungan dapat dilihat tabel 4.11 sebagai beriku:

Tabel 4.11

Motivasi Belajar Siswa Siklus II

No Kriteria Jumlah siswa Persentase (%)

1 Rendah 1 3,8 2 Sedang 2 7,7 3 Tinggi 23 88,5 Jumlah 26 100 Rata-rata 83,94 Tertinggi 92,5 Terendah 67,5

Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II berada pada kategori tinggi dengan nilai 84%.

(27)

4.2.3.4 Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I Dan Siklus II

Pada siklus I motivasi belajar siswa berada pada kategori sedang dengan nilai 70,48 dengan total skor 733. Motivasi belajar siswa kembali meningkat setelah dilaksanakan siklus II, berada pada kategori tinggi dengan kategori 84 dengan total skor 874, atau nilai meningkat 13,52.

Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, berikut disajikan tabel perbandingan motivasi belajar siswa setelah tindakan siklus I dan siklus II:

Tabel 4.12

Perbandingan Motivasi Belajar Siklus I Dan Siklus II ΣTotal Skor ΣTotal Skor

Maksimum

Nilai Kinerja

(%) Kriteria

Siklus I 733 1040 70,48 Sedang

Siklus II 874 1040 84 Tinggi

4.2.3.5 Hasil Analisis Data Hasil Belajar SiklusII I. Paparan Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar setelah pelaksanaan pembelajaran Numbered Heads Together pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN Kutowinangun 11, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.13

Rekapitulasi Hasil Belajar IPA Siklus II

No Nilai Siklus II Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 61 - 70 3 11,5 Tuntas 2 71 - 80 10 38,5 Tuntas 3 81 - 90 10 38,5 Tuntas 4 91 - 100 3 11,5 Tuntas Jumlah 26 100 Rata – rata 82,88 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 65

Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar (KKM=65) pada siklus II dengan penerapan pembelajaran Numbered Heads Together mencapai 100% atau sebanyak 26 siswa yang tuntas. Kondisi ini mengalami

(28)

peningkatan dari hasil tindakan siklus I. Nilai rata-rata siswa juga meningkatkan, pada siklus I yaitu 70,38 menjadi 82,88 pada siklus II. Nilai terendah yang dicapai pada siklus II adalah 65 dan nilai tertinggi yang dicapai adalah 100.

Berdasarkan data perolehan hasil belajar dan mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 berikut:

Tabel 4.14

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II No Nilai Siklus II Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 ˂ 65 0 0 - 2 ≥ 65 26 100 Tuntas Jumlah 26 100 Rata – rata 82,88 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 65

Berdasarkan tabel persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas IV SDN Kutowinangun 11 siklus II, menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang memperoleh nilai kurang dari kriteria ketuntasan minimal (KKM=65). Siswa yang nilainya telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 26 siswa atau 100% siswa. Dengan hasil ini membuktikan bahwa penelitian tindakan yang dilakukan sebanyak 2 siklus telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 75%.

II. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan SiklusII

Pada siklus I hasil belajar siswa yang telah tuntas sebanyak 20 siswa (77%) sedangkan siswa yang belum tuntas hasil belajarnya 6 siswa (23%), dengan nilai rata-rata 70,38. Hasil tersebut meningkatkan kembali setelah dilaksanakan siklus II, yaitu siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 26 siswa (100%) dengan nilai rata-rata menjadi 82,88.

Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II, berikut disajikan tabel perbandingan hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I dan siklus II:

(29)

Tabel 4.15

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Dan Siklus II

No Nilai Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa Persentase (%) 1 Tuntas 20 77 26 100 2 Belum Tuntas 6 23 0 0 Jumlah 26 100 26 100

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kembali jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan ketuntasan belajar yaitu dari ketuntasan 77% menjadi 100%. Selain ketuntasan, rata – rata nilai juga mengalami peningkatan kembali, yaitu dari 70,38 menjadi 82,88. Baik pada siklus I maupun siklus II dalam penelitian tindakan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena ketuntasan klasikal yang dicapai telah lebih dari 75%. Berikut tersaji diagram untuk memahami lebih jelas mengenai perbandingan ketuntasan hasil belajar siklus I dan siklus II:

Diagram 4.2

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Dan Siklus II

77% 100% 23% 0% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Siklus I Siklus II

(30)

III. Perbandingan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Pencapaian hasil belajar kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16

Perbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Nilai

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persen tase (%) Jumlah Siswa Persen tase (%) Jumlah Siswa Persen tase (%) 1 Tuntas 10 38,5 20 77 26 100 2 Belum Tuntas 16 61,5 6 23 - - Jumlah 26 100 26 100 26 100 Rata – rata 61,34 70,38 82,88 Nilai Tertinggi 85 95 100 Nilai Terendah 40 50 65

Berdasarkan tabel 4.16, penelitian tindakan dengan menerapkan pembelajaran Numbered Heads Together ini telah meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang telah mencapai nilai ketuntasan kriteria minimal (KKM=65) sebanyak 10 siswa dari 26 siswa atau 38,5%. Nilai rata-rata yang diperoleh pada kondisi awal 61,34 dengan pencapaian nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I mendapatkan hasil peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak 20 siswa telah memperoleh nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal, jika dalam persentase siswa yang telah tuntas sebanyak 77%. Nilai rata-rata yang dicapai juga meningkat menjadi 70,38 dengan pencapaian nilai tertinggi 90 dan terendah 50. Berdasarkan hasil tersebut penelitian pada siklus I ini telah berhasil karena telah mencapai krietria keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu ketuntasan klasikal sebesar 75%. Peningkatan tersebut cukup besar, dari ketuntasan 38,5% menjadi 77% atau meningkat sebesar 38,5%, dari rata - rata 61,34 menjadi 70,38 atau meningkat sebesar 9,23. Meskipun siklus I telah berhasil, penelitian tindakan ini tetap masih dilanjutkan ke siklus II. Hasil dari penelitian tindakan siklus II juga mengalami

(31)

peningkatan lagi, dengan ketuntasan belajar menjadi 100%. Sebanyak 26 siswa yang mencapai nilai lebih dari KKM. Nilai rata-rata yang dicapai setelah siklus II ini juga mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu 82,88 dengan pencapaian nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 65. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi penyebab perubahan lingkungan fisik dan cara pencegahan kerusakan lingkungan pada siswa kelas IV SDN Kutowinangu 11 kecamatan tingkir kota salatiga tahun pelajaran 2013/2014. Hasil tersebut disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II berikut:

Diagram 4.3

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

4.2.3.6 Tahap Refleksi Siklus II

Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II maka diadakan evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai

38.50% 77% 100% 61.50% 23% 0% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Kondisi Awal Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas

(32)

materi pembelajaran. Dengan kriteria ketuntasan minumal (KKM) 65 hasil evaluasi yang dicapai siswa sebanyak 26 orang siswa dari keseluruhan siswa kelas IV berjumlah 26 siswa mencapai nilai ≥ 65. Jadi, dapat dikatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM dan keseluruhan siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Ketuntasan tersebut berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan, yaitu tercapai KKM 65 dari semua siswa. Peneliti memberikan patokan ketuntasan sebesar 100% dari jumlah keseluruhan siswa untuk hasil belajar siswa. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, maka terlihat bahwa hasil belajar siswa meningkat hingga mencapai persentase 100% dari 26 orang siswa.

Berdasarkan hasil evaluasi siswa siklus II, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat. Ketuntasan tesebut meningkat dari 77% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Untuk pencapaian nilai maksimal 100 dan nilai minimal 65. Nilai rata-rata pada siklus I semula 70,38 meningkat menjadi 82,88. Dengan demikian berarti evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada saat observer melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus I, masih ada beberapa kekurangan yang terjadi ketika peneliti menggunakan pembelajaran Numbered Heads Together. Pada saat siswa melakukan kerja kelompok atau diskusi masih ada siswa yang berbicara dan bermain sendiri diluar materi pembelajaran. Selain itu siswa juga masih belum memahami langkah-langkah pembelajaran Numbered Heads Together dengan benar. Guru belum maksimal membimbing semua siswa dalam proses diskusi, terbukti dengan masih ada beberapa sisa yang menjawab pertanyaan dengan benar, sehingga siswa tidak tertarik untuk memberikan komentar dan tanggapan terhadap hasil presentasi tarjadi pada siklus I. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II, guru terlebih dahulu mengajak siswa untuk membuat kesepakatan agar kegiatan pembelajaran berlangsung dengan lancar dan tertib. Pada siklus II saat siswa melakukan diskusi guru lebih aktif dan mendominasi jalannya diskusi pada siklus I. Guru mengajak siswa untuk membuat kesepakatan jika ada siswa yang melanggar kesepakatan tersebut maka skor kelompoknya akan dikurangi dan kelompoknya tidak akan dapat reward. Hal

(33)

tersebut dilakukan sebagai tambahan agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan melakukan proses diskusi. Selain itu, untuk meningkatkan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, maka pada siklus II ini dilakukan perbaikan yaitu dengan menggunakan media yang lebih menarik. Selain itu, pembagian kelompok yang secara heterogen dengan membagi setiap anak yang pintar ke dalam setiap kelompok.

Berdasarkan hasil refleksi siklus II dan data-data di atas serta indikator keberhasilan (ketuntasan belajar) IPA telah tercapai 100% dari keseluruhan siswa kelas IV Kutowinangun 11 Salatiga, maka penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus II.

4.3 Pembahasan

Penelitian tindakan ini difokuskan pada upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Kutwinangun 11 dengan menerapkan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Pembelajaran ini menuntut siswa untuk bekerja sama dalam kelompok dan mengembangkan sikap rasa percaya diri siswa untuk menjawab pertanyaan. Tugas guru dalam pembelajaran ini bukan sebagai pentransfer pengetahuan tetapi hanya sebagai fasilitator. Dalam pembelajaran pembelajaran ini siswa belajar secara berkelompok sehingga akan dapat mengoptimalkan kerjasama siswa dalam kelompok kecil. Setelah itu, siswa juga diminta untuk mempresentasikan hasil penyelesaiannya di depan kelas dan kelompok lain memberikan komentar atau tanggapan. Dominasi guru dalam pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) menjadi kurang sehingga siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Guru selalu berusaha mengoptimalkan interaksi. Pada akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Numbered Heads Together (NHT) ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan gagasan yang paling tepat. Selain untuk meningkatkan kerja sama siswa, Numbered Heads Together (NHT)

(34)

juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Miftahul Huda 2014: 203).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan, pada siklus I motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) berada pada kategori sedang dengan nilai 70,48. Setelah dilaksanakan perbaikan-perbaikan kinerja pada siklus II, terjadi peningkatan motivasi belajar dalam mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) berada pada kategori tinggi dengan nilai 84.

Selain meningkatkan motivasi belajar, hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I Sudah menunjukkan adanya peningkatan, dengan ketuntasan klasikal yang telah mencapai 77% dan perolehan nilai rata-rata 70,38. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan pada siklus I telah mengalami keberhasilan karena sudah mencapai krietria yang ditetapkan yaitu ketuntasan klasikal 75%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran sudah merata, hanya saja pada awal pertemuan banyak siswa yang masih bingung dalam mengikuti langkah pembelajaran Numbered Heads Together (NHT). Terdapat tiga siswa yang terlihat belum aktif dalam pembelajaran, salah satunya disebabkan karena mereka masih merasa takut salah dan malu untuk bertanya, menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat. Kerjasama antar siswa juga sudah nyata dalam diskusi kelompok dan saat mempresentasikan hasil kerja. Meskipun siklus I telah berhasil, penelitian tetap dilanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki dan lebih mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi. Perbaikan tersebut diantaranya guru lebih memberikan bimbingan kepada siswa selama langkah-langkah pembelajaran, siswa lebih diarahkan untuk memperhatikan siswa yang sedang presentasi dan meminta untuk memberikan reward/penguatan kepada siswa yang menjawab benar baik secara individu maupun kelompok.

(35)

Dari pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi ada tindakan siklus II, siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan partisipatif. Siswa sudah lebih paham dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Hasil ketuntasan belajar 26 siswa pada siklus II ini meningkat lagi menjadi 100%, dikatakan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar sebab telah memenuhi standar ketuntasan belajar 75%. Sampai pada perbaikan pembelajaran siklus II, semua siswa yang sudah mencapai nilai tuntas.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alustina Isyuniarsih (2011) menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar kognitif dan afektif siswa di SDN 03 Ngumbul Kecamatan Todanan Kabupaten Blora. Keberhasilan penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuni Winarti (2011) yang menyatakan bahwa melalui metode NHT yang diterapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di SDN Banyumudal 02 Kabupaten Wonosobo.

Berdasarkan uraian pembahasan tersebut maka dapat di paparkan implikasi teoritis dan implikasi praktis:

1. Implikasi Teoritis

Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar IPA.

2. Implikasi Praktis

a. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat melibatkan secara aktif, membangun pengetahuan siswa, rasa percaya diri siswa dalam pembelajaran IPA kelas IV dengan pokok bahasan perubahan lingkungan belajar. b. Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

terhadap peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Kutowinangun 11 pada pokok bahasan perubahan lingkungan fisik.

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan dengan program ini bertujuan untuk mengetahui panjang maximum bidang gelincir dari suatu timbunan, sehingga dapat ditentukan jarak yang aman untuk membangun

Untuk peneliti yang berminat untuk mengkaji dan menelaah secara lebih luas dan mendalam mengenai masalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini, sebaiknya dapat

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik dan

Dalam sebuah perusahaan kinerja karyawan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan pula, maka perlu adanya timbal balik dari pihak pimpinan Asra10 Tours & Travel untuk

Berkaitan dengan usaha untuk mempermudah dan meminimalkan kesalahan dalam penelusuran penyebab kecacatan pada incoming inspection, tiap proses, QC produk akhir, dan sortir,

PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

Jembatan baja pada umumnya digunakan untuk jembatan dengan bentang yang panjang dengan beban yang diterima cukup besar.. Seperti halnya beton prategang,