• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Petung Vertikal Takikan Tidak Sejajar Tipe U Lebar 3 cm Tiap Jarak 10 cm.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Petung Vertikal Takikan Tidak Sejajar Tipe U Lebar 3 cm Tiap Jarak 10 cm."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

3 CM TIAP JARAK 10 CM

Flexural Capacity of Bamboo Petung Reinforcement Concrete Beam U-Type Vertical not Parallel Notches 3 cm Width at 10 cm in Distance

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh :

FRESTA OKTAVIANA

NIM I 0112059

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)
(3)
(4)

MOTTO

“Berangkat

dengan penuh keyakinan, Berjalan dengan penuh keihklasan, Istiqomah

dalam menghadapi cobaan”

(TGKH.Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)

"Allah akan meninggikan derajat rang-orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan”

(Al-Mujadillah: 11)

"Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah

memudahkannya mendapat jalan ke syurga."

(H.R Muslim)

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa

dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."

(Thomas Alva Edison)

"Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya menggunakan untuk

memotong, ia akan memotongmu."

(5)

Abstrak

Fresta,2016. Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Petung Vertikal Takikan Tidak Sejajar Tipe U Lebar 3 Cm Tiap Jarak 10 Cm. Tugas Akhir, Program Studi, Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk terutama di Indonesia, membuat kebutuhan ekonomi menjadi naik, sehingga permintaan kebutuhan rumah dengan struktur yang aman dan ekonomis pun meningkat, sedangkan ketersediaan bahan baku biji besi untuk pembuatan tulangan baja yang merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui semakin menipis dan langka, membuat harga tulangan menjadi naik. Bahan baku baja juga sulit didapatkan di daerah pedesaan yang terpencil karena akses material yang sulit dijangkau. Para ahli struktur telah meneliti kemungkinan material lain yang dapat menggantikan peran tulangan baja, seperti yang dilakukan oleh Morisco (1996) yaitu dengan menggunakan bambu sebagai tulangan beton. Bambu dapat menjadi alternatif bahan pengganti tulangan baja pada balok beton bertulang yang lebih ramah lingkungan.

Penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kapasitas lentur balok beton tulangan bambu petung vertikal takikan tidak sejajar tipe u lebar 3 cm tiap jarak 10 cm. Benda uji berjumlah 14 buah. Dimensi tulangan bambu yang digunakan adalah panjang 1650 mm, lebar 20 mm dan tebal 5 mm. Benda uji berbentuk balok dengan dimensi panjang 1700 mm, lebar 110 mm dan tinggi 150 mm. Delapan buah balok menggunakan tulangan takikan 3 cm dan sisanya menggunakan tulangan baja. Mutu beton minimal 17,0 MPa. Uji lentur dilakukan pada umur 28 hari dengan metode two point loading.

Nilai kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan bambu adalah 0,1614 ton.m untuk lebar takikan 3 cm. Kapasitas lentur hasil pengujian balok beton tulangan baja adalah 0,5926 ton.m, dengan kata lain kapasitas lentur balok tulangan bambu lebar takikan 3 cm adalah 27,23% dari kapasitas lentur balok tulangan baja.

(6)

Abstract

Fresta,2016. Flexural Capacity of Bamboo Petung Reinforcement Concrete Beam U-Type Vertical Not Parallel Notches 3 cm Width at 10 cm In Distance. Final Project , Course of Study Civil Engineering Faculty of Sebelas Maret University

Along with population growth especially in Indonesia, making the economy needs to be increased, so the demand for homes with safe and economical structures has increased, while the availability of iron ore raw materials for the manufacture of steel reinforcement which a resource that can not be renewable dwindling and rare, making the price of reinforcement to rise. Steel raw materials are also difficult to obtain in remote rural areas because of access to material that is difficult to reach.. Structures experts have been researching the possibilities of other materials that could replace steel reinforcement role, as practiced by Morisco (1996) is using bamboo as reinforcement of concrete. Bamboo can be an alternative substitute of steel reinforcement in reinforced concrete beam that is more environmentally friendly.

The study was to determine the value of the flexural capacity of concrete beam bamboo petung vertical reinforcement with not parallel notches U-type 3 cm wide at 10 cm distance each. This study used an experimental method with a number of specimen 14 pieces. Dimensions bamboo used is the length of 1650 mm, a width of 20 mm and a thickness of 5 mm. Beam-shaped test specimens with dimensions of length 1700 mm, width 110 mm and height of 150 mm. Eight beams using reinforcing notches 3 cm and the rest use steel reinforcement. Concrete quality of at least 17.0 MPa. Flexural test performed at 28 days with two-point loading method.

Flexural capacity of concrete beam flexural test results is 0.1614 ton.m bamboo reinforcement to the width of the notch 3 cm. Flexural capacity test results of concrete reinforcing steel beam is 0.5926 ton.m, in other words the flexural capacity of bamboo reinforcement beam notches 3 cm width is 27.23% of the flexural capacity of beam steel reinforcement.

(7)

PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Kapasitas Lentur Balok Beton Tulangan Bambu Petung Vertikal Takikan Tidak Sejajar Tipe U

δebar 3 cm Tiap Jarak 10 cm”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak banyak kendala yang sulit untuk penyusun hadapi sehingga terselesaikanya penyususnan skripsi ini. Untuk itu, Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Wibowo, ST, DEA, selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Agus Setiya Budi, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I skripsi. Terimakasih atas semua waktu, bimbingan, motivasi, serta bantuanya selama penyusunan skripsi ini sampai selesai.

3. Ir. Sunarmasto, MT, selaku Dosen Pembimbing II skripsi. Terimakasih atas semua waktu, bimbingan, motivasi, serta bantuanya selama penyusunan skripsi ini sampai selesai.

4. Ir. Purwanto, MT, selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terimakasih atas semua waktu, bimbingan, motivasi, serta bantuanya selama penyusunan skripsi ini sampai selesai.

5. Semua Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Staf pengelola / laboran Labolatorium Bahan Bangunan dan Struktur Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Seluruh anggota skripsi tim Bambu angkatan 2012. Semoga dengan semua yang telah terlewati ini kita menjadi pribadi yang lebih kuat, tabah dan tangguh kedepannya. Semoga kita semua sukses kedepannya dan selamat berjuang.

(8)

10.Semua orang yang telah terlibat baik langsung atau secara tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sendiri.

Surakarta, Juli 2016

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka ... 4

2.1.1. Bambu ... 4

2.1.1.1. Umum ... 4

2.1.1.2. Sifat - Sifat Bambu ... 6

2.1.1.3. Pengawetan Bambu dengan Boraks dan Asam Boriks ... 10

2.1.2. Baja ... 11

2.1.3. Beton ... 12

2.2 Landasan Teori ... 13

2.2.1. Sifat Fisika dan Mekanika Bambu ... 13

2.2.1.1. Kadar Air, Berat Jenis, dan Kerapatan ... 13

2.2.1.2. Kuat Tarik, Kuat Tekan, Kuat Geser dan Kuat Lentur... 14

2.2.2. Material Penyusun Beton ... 15

2.2.3.2. Anggapan-anggapan ... 22

2.2.3.3. Pembatasan Tulangan Tarik ... 23

2.2.3.4. Analisis Balok ... 23

2.2.3.5. Perhitungan Tulangan Geser ... 25

2.2.4. Uji Statistik ... 26

(10)

2.2.6. Rencana Campuran Beton (Mix Design) ... 26

3.5. Diagram Alir Penelitian ... 45

3.6. Tahap Penelitian ... 46

3.6.1. Tahap Persiapan ... 46

3.6.2. Tahap Pengujian Pendahuluan... 46

3.6.2.1. Pengujan Karakteristik Bambu ... 46

3.6.2.2. Pengujian Bahan Dasar Beton ... 48

3.6.2.3. Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan ... 50

3.6.3. Pengujian Kuat Tekan Beton Mix Design ... 50

3.6.4. Tahap Pembuatan Benda Uji ... 50

3.6.5. Tahap Pengujian Kuat Lentur ... 52

3.7. Tahap Analisis Data... 53

3.8. Tahap Kesimpulan dan Saran ... 53

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Karakteristik Material ... 54

4.1.1. Bambu Petung ... 54

4.1.1.1. Sifat Fisika ... 54

4.1.1.2. Sifat Mekanika ... 55

4.1.2. Material Penyusun Beton ... 62

4.1.2.1. Pengujian Agregat Halus ... 62

4.1.2.2. Pengujian Agregat Kasar ... 66

4.1.3. Tulangan Baja ... 68

4.2. Perancangan Tulangan Geser Balok Beton ... 72

4.3. Rencana Campuran Adukan Beton ... 73

4.4. Hasil Pengujian Slump ... 74

4.5.Hasil Pengujian Kuat Desak Beton ... 75

4.6.Hasil Pengujian dan Analisis Data Kuat Lentur ... 81

4.6.1.Hasil Pengujian ... 81

4.6.2. Kuat Lentur Balok Beton ... 85

4.6.3.Kapasitas Lentur Balok Beton ... 86

4.6.3.1. Momen Maksimal Hasil Pengujian ... 86

4.6.3.2. Momen Nominal Hasil Analisis ... 90

4.6.3.3. Tulangan Geser ... 94

4.7. Hasil ... 96

4.7.1. Karakteristik Material Bambu ... 96

4.7.2. Kuat Lentur Balok Berdasarkan 2 Titik Pembebanan ... 97

4.7.3. Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Bambu Petung Takikan Jarak 10 cm Lebar 30 mm dan Tulangan Baja D 7,45 mm ...98

4.7.4. Pola Keruntuhan Balok Benda Uji ... 99

4.8. Kegagalan Balok... 101

(11)

4.8.2. Gaya Geser Beton ... 101 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kuat Tekan Rata- Rata Bambu Kering Oven ... 6

Tabel 2.2. Kuat Tarik Bambu Tanpa Buku/Nodia Kering Oven ... 7

Tabel 2.3. Kuat Tarik Rata-Rata Bambu Kering Oven ... 8

Tabel 2.4. Kuat Kadar Air dan Berat Jenis Bambu Petung ... 9

Tabel 2.5. Jenis dan Penggunaan Semen Portland. ... 16

Tabel 2.6. Persyaratan Gradasi Agregat Halus ... 24

Tabel 2.7. Persyaratan Gradasi Agregat Kasar ... 25

Tabel 2.8. Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan Faktor Air-Semen, dan Agregat Kasar yang Bisa Dipakai Di Indonesia ... 27 Tabel 2.9. Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam Lingkungan Khusus ... 28

Tabel 2.10. Perkiraan Kadar Air Bebas (kg/m3) yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat Kemudahan Pekerjaan Adukan Beton ... 29

Tabel 2.11. Daerah Gradasi Agregat Halus ... 29

Tabel 4.1. Hasil Pengujian Pendahuluan Karakteristik Sifat Fisika Bambu Petung ... 54

Tabel 4.2. Hasil Uji Kenormalan Kadar Air dan Kerapatan ... 55

Tabel 4.3. Hasil Uji Kenormalan Kadar Air dan Kerapatan ... 55

Tabel 4.4. Hasil Pengujian Pendahuluan Kuat Geser dan Kuat Tekan Sejajar Serat Bambu Petung ... 56

Tabel 4.5. Hasil Uji Kenormalan Geser Sejajar Serat ... 56

Tabel 4.6. Hasil Uji Data Outlier Kuat Geser Sejajar Serat ... 57

Tabel 4.7. Hasil Uji Kenormalan Tekan Sejajar Serat ... 57

Tabel 4.8. Hasil Uji Data Outlier Kuat Tekan Sejajar Serat ... 57

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat dan Modulus Elastisitas Bambu Petung ... 58

Tabel 4.10. Hasil Uji Kenormalan Kuat Tarik Sejajar Serat nodia ... 59

Tabel 4.11. Hasil Uji Data Outlier Kuat Tarik Sejajar Serat nodia ... 59

(13)

Tabel 4.13. Hasil Uji Data Outlier Kuat Tarik Sejajar Serat Internodia ... 60

Tabel 4.19. Hasil Pengujian MOR dan MOE Bambu Petung Setelah Uji Statistik62 Tabel 4.20. Hasil Pengujian Gradari Agregat Halus ... 63

Tabel 4.21. Hasil Pengujian Kandungan Lumpur Pada Pasir ... 64

Tabel 4.22. Tabel Perubahan Warna ... 65

Tabel 4.23. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Halus ... 65

Tabel 4.24. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar ... 66

Tabel 4.25. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Kasar ... 68

Tabel 4.26. Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja ... 70

Tabel 4.27. Hasil Uji Kenormalan Kuat Tarik Baja Ulir ... 71

Tabel 4.28. Hasil Uji Data Outlier Kuat Tarik Baja Ulir ... 71

Tabel 4.29. Hasil Uji Kenormalan Kuat Tarik Baja Polos ... 71

Tabel 4.30. Hasil Uji Data Outlier Kuat Tarik Baja Polos ... 72

Tabel 4.31. Kebutuhan Material Penyusun Beton Untuk Pengujian ... 74

Tabel 4.32. Hasil Pengujian Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari ... 75

Tabel 4.33. Hasil Uji Kenormalan Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari ... 77

Tabel 4.34. Hasil Uji Data Outlier Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari ... 78

Tabel 4.35. Hasil Pengujian Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari setelah eliminasi data ... 79

Tabel 4.36. Hasil Uji Kenormalan Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari setelah eliminasi data ... 80

Tabel 4.37. Hasil Uji Data Outlier Kuat Desak Beton Untuk Balok Bertulangan Bambu dan Baja Umur 28 Hari setelah eliminasi data ... 81

(14)

Tabel 4.39. Hasil Hitungan Kuat Lentur Balok Beton ... 85

Tabel 4.40. Rangkuman Hitungan Momen Maksimal Hasil Pengujian ... 89

Tabel 4.41. Rangkuman Hitungan Momen Nominal Berdasarkan Analisis ... 93

Tabel 4.42. Hasil Kesimpulan Pengujian Sifat Fisika Bambu ... 96

Tabel 4.43. Hasil Kesimpulan Pengujian Sifat Mekanika Bambu ... 96

Tabel 4.44. Hasil Kesimpulan Pengujian Kuat Tarik ... 97

Tabel 4.45. Hasil Kesimpulan Kuat Lentur Balok Berdasarkan 2 Titik Pembebanan ... 97

Tabel 4.46. Hasil Kesimpulan Kapasitas Lentur Balok Beton ... 98

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengambilan Spesimen Bambu ... 7

Gambar 2.2. Diagram Tegangan - Regangan Bambu dan Baja... 12

Gambar 2.3. Perletakan dan Pembebanan Balok Uji... 20

Gambar 2.4. Daerah Patah Pada Balok Uji ... 21

Gambar 2.5. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton ... 22

Gambar 2.6. SFD dan BMD ... 23

Gambar 2.7. Distribusi Tegangan dan Regangan Pada Penampang Beton ... 24

Gambar 3.1. Bambu Petung Daerah Boyolali ... 31

Gambar 3.2. (a) Agregat Halus dan (b) Agregat Kasar ... 32

Gambar 3.3. Semen PPC ... 32

Gambar 3.4. (a) Baja ulir 8 mm dan (b) Baja polos 6 mm ... 33

Gambar 3.5. (a) Boraks dan (b) Asam Borik ... 33

Gambar 3.6. . Balok Benda Uji ... 34

Gambar 3.7. Bambu Takikan Lebar 30 mm ... 34

Gambar 3.8. Detail Benda Uji Balok Bertulang Bambu ... 35

Gambar 3.9.(a) Timbangan Besar, (b) Timbangan Kecil dan (c) Timbangan Digital ... 36

Gambar 3.10. Ayakan ... 36

Gambar 3.11. Mesin Los Angeles ... 37

Gambar 3.12. Corong Konik/Conical Mould ... 37

Gambar 3.13. Kerucut Abrams ... 38

Gambar 3.14. Oven ... 38

Gambar 3.15. Cetakan Silinder... 39

Gambar 3.16. Universal Testing Machine (UTM) ... 39

Gambar 3.17. Compression Testing Machine (CTM) ... 40

Gambar 3.18. Loading Frame ... 41

Gambar 3.19. Dial Gauge Kapasitas Penurunan 50 mm ... 42

Gambar 3.20. Hydraulic Pump ... 42

Gambar 3.21. Hydraulic Jack ... 43

(16)

Gambar 3.23. Load Cell ... 44

Gambar 3.24. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ... 44

Gambar 3.25. Pembebanan Pada Benda Uji ... 52

Gambar 3.26. Setting Up Alat Pengujian Balok ... 53

Gambar 4.1. Grafik Gradasi Agregat Halus ... 63

Gambar 4.2. Grafik Gradasi Agregat Kasar ... 67

Gambar 4.3. Pengujian Slump Pada Campuran Beton ... 74

Gambar 4.4. Skema Pengujian Kuat Lentur ... 82

Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Hubungan Antara Beban dengan Lendutan Setiap Benda Uji Balok Pada Dial Gauge ... 84

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Kuat Lentur Metode Dua Titik Pembebanan.. 86

Gambar 4.7. Diagram Gaya SFD dan BMD ... 87

Gambar 4.8. Grafik Perbandingan Momen Maksimal Hasil Pengujian dan Momen Nominal Analisis ... 93

Gambar 4.9. Lokasi dan Pola Retak Balok A1 ... 100

(17)

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1. Tegangan Leleh Baja ... 11

Persamaan 2.2. Tegangan Maksimum Baja ... 11

Persamaan 2.3. Kadar Air Bambu (%) ... 13

Persamaan 2.4. Berat Jenis Bambu ... 13

Persamaan 2.5. Kerapatan Bambu ... 13

Persamaan 2.6. Kuat Tarik Sejajar Serat ... 14

Persamaan 2.7. Kuat Tekan Sejajar Serat ... 14

Persamaan 2.8. Kuat Geser Sejajar Serat ... 14

Persamaan 2.9. Modulus Lentur Bambu ... 14

Persamaan 2.10. Modulus Elastisitas Bambu ... 14

Persamaan 2.11. Modulus Kehalusan Pasir ... 17

Persamaan 2.12. Kadar Lumpur Agregat Halus ... 18

Persamaan 2.13. Bulk Specific gravity Agregat Halus ... 18

Persamaan 2.14. Bulk Specific gravity SSD Agregat Halus ... 18

Persamaan 2.15. Apparent Specific gravity Agregat Halus ... 18

Persamaan 2.16. Absorbtion Agregat Halus ... 18

Persamaan 2.17. Prosentase yang Hilang pada Gradasi Agregat Kasar ... 18

Persamaan 2.18. Modulus Kehalusan Agregat Kasar ... 18

Persamaan 2.19. Prosentase yang Hilang pada Abrasi Agregat Kasar ... 18

Persamaan 2.20. Bulk Spesific Gravity Agregat Kasar ... 19

Persamaan 2.21. Bulk Spesific Gravity SSDAgregat Kasar ... 19

Persamaan 2.22. Apparent Spesific Gravity Agregat Kasar ... 19

Persamaan 2.23. Absorbsion Agregat Kasar ... 19

Persamaan 2.24. Kuat Lentur Beton pada 1/3 L ... 20

Persamaan 2.25. Kuat Lentur Beton pada 5 % diluar 1/3 L ... 20

Persamaan 2.26. Tinggi Luasan Tekan pada Balok... 22

Persamaan 2.27. Perhitungan Momen Maksimum ... 24

Persamaan 2.28. Kondisi Regangan Seimbang ... 25

(18)

Persamaan 2.30. Perhitungan Tulangan Geser ... 25

Persamaan 2.31. Nilai margin... 26

Persamaan 2.32. Nilai Kuat Tekan Rata-rata ... 27

Persamaan 2.33. Nilai berat jenis agregat campuran ... 29

Persamaan 2.34. Kebutuhan agregat campuran ... 30

Persamaan 2.35. Kebutuhan agregat halus ... 30

(19)

DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

L = Perubahan panjang (mm)

a = Jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan luar yang terdekat, diukur

A = Luas penampang (mm2)

As = Luas tulangan (mm2)

Asb = Luas tulangan balance (mm2)

b = Lebar (mm)

BJ = Berat jenis bambu (gram/cm3)

d = Tinggi efektif (mm)

E = Modulus elastisitas (N/mm2)

f’cr = Kuat tekan rata-rata (N/mm2)

fc’ = Kuat tekan beton (N/mm2)

ft = Kuat tarik maksimum (N/mm2)

fy = Kuat tarik leleh (N/mm2)

h = Tinggi (mm)

Ka = Kadar air (%)

L = Panjang (mm)

M = Margin

Mmax = Momen maksimum (kg.m) Mn = Momen nominal (kg.m)

MOE = Modulus elastisitas bambu (N/mm2)

(20)

Mu = Momen ultimate (kg.m)

Ø = Diameter baja (mm)

p = Selimut beton (mm)

pada 4 tempat pada sisi titik dari bentang (mm)

Pleleh = Gaya leleh (N) Pmaks = Gaya maksimum (N)

PPC = Portland Pozzolan Cement Sr = Standar deviasi

t = Tebal (mm)

UTM = Universal Testing Machine

= Lendutan (mm) = Regangan

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Data Pengujian Benda Uji Bambu Lampiran B : Data Pengujian Benda Uji Baja Lampiran C : Data Pengujian Agregat

Lampiran D : Data Mix Design

Lampiran E : Data Pengujian Balok Lampiran F : Data Pola Keretakan Balok Lampiran G : Foto Uji Pendahuluan Lampiran H : Aplikasi Ilustrasi

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa RAP yang telah direkayasa dengan rumus Cooper mempunyai nilai kepadatan dan daya dukung yang lebih

sengketa diatas, antara lain karena ; ketentuan hukum yang mengatur masalah arbitrase di Indonesia belum banyak diketahui dan dipahami oleh pelaku bisnis, belum adanya

Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Paparan Uap Bahan Bakar Minyak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas; (2) perbedaan sikap mahasiswa

Treatmen adalah perlakuan peneliti terhadap subjek yang mau diteliti agar nantinya diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan (Suparno, 2010:51). Teratmen dalam

Dengan demikian software proteus yang dicobakan dalam penelitian ini dapat diterapkan dan membantu proses pembelajaran mikrokontroler sebagai solusi keterbatasan

Hasil penelitiannya yaitu Bank Indonesia tidak menjalankan wewenangnya kepada lembaga perbankan yang bermasalah berdasarkan realitas penerapan aturan kepailitan