• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis pada anak SD Mutihan di Banguntapan, Bantul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis pada anak SD Mutihan di Banguntapan, Bantul"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

p-ISSN: 2654-9980 e-ISSN: 2656-0534 http://journal2.uad.ac.id/index.php/cp/index

Hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis pada anak SD Mutihan di Banguntapan, Bantul

Shoniya Shoniya1, Hariza Adnani1

1Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKES Surya Global, Yogyakarta

*Corresponding Author: harizaadnani541@gmail.comAuthor; 3 Email Third Author (9pt

A R T I C L E I N F O A B S T R A C T ( 1 0P T)

Article history Received: 02 Oktober 2022 Revised: 27 Oktober 2022 Accepted: 22 November 2022

The prevalence of pediculosis capitis among Yogyakarta's rural elementary school students was 19.6%. The circumstance in urban area was slightly better with prevalence of 12.3% among similar group of students. The aim of this study was to seek the association of the knowledge and personal hygiene with the incidence of pediculosis capitis among students in SD Negeri Mutihan Yogyakarta. This study employed a cross-sectional design and nonprobability sampling to collect the research sample. A questionnaire was distributed to 111 students who agreed to participate in the study. Data was analysed with the Chi-Square Test and Relative Risk. Participants consisted of 65 boys (58.6%) and 46 girls (41.4%). The number of participants who had sufficient knowledge on pediculosis capitis, had good personal hygiene, and suffered pediculosis capitis were 58.6%, 63%, and 36.9%, respectively. Poor knowledge increased the risk of developing pediculosis capitis by 5.9 times. In contrary, poor personal hygiene can reduced its risk. Knowledge and personally hygiene are important factors to determine the incidence of Pediculosis Capitis.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Keywords

Knowledge Personal hygiene Pediculosis capitis;

1. Latar Belakang

Salah satu permasalahan kesehatan masyarakat adalah kejadian Pediculosis Capitis yaitu infeksi pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh serangga ektoparasit obligat (1).

Infeksi kutu kepala ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita (2), (3),(4). Pediculosis capitis adalah kondisi menular yang disebabkan oleh ektoparasit kutu manusia (Pediculus humanus capitis) dan hanya mempengaruhi kulit kepala manusia.

Penularan dicapai melalui kontak langsung dari kepala manusia satu ke kepala manusia lain atau kontak tidak langsung melalui benda-benda yang dipakai bersama seperti kuas, syal, dan topi (5), (6), (7), (8). Meskipun infeksi kutu tidak menunjukkan gejala, efek samping yang paling nampak adalah pruritus, yang mungkin terjadi sebagai konsekuensi dari kepekaan terhadap wajah kutu dan air liur dan mungkin menyebabkan lecet dan infeksi sekunder (9), (10), (11). Kontrol perkembangan dan penyebaran kutu terus menjadi masalah yang sulit karena penularannya tidak terkendali dan defisiensi relatif dari perawatan yang tersedia (12).

Banyak faktor seperti kebersihan yang buruk, status sosial ekonomi, kurangnya perawatan medis, dan resistensi terhadap pengobatan; terpengaruh dominasi kutu kepala (13). Tambahan faktor yang terkait dengan situasi keuangan dapat mendorong penyebaran infestasi (14).

Berdasarkan latar belakang tersebut, agar Pediculus humanus capitis tidak berkembang dan menyebar, maka sangat penting bagi anak sekolah untuk memperhatikan kebersihan diri, seperti

(2)

mencuci tangan yang benar, cara mencuci barang pribadi yang benar (seperti sisir, ikat rambut, atau kerudung). Informasi seputar kondisi tersebut sehingga pencegahan dapat dilakukan secara mandiri.

Berdasarkan penelitian di Yogyakarta, angka prevalensi pedikulosis kapitis adalah 19,6%

pada murid SD pedesaan (15) dan 12,3% pada murid sekolah dasar (SD) perkotaan. Proporsinya lebih tinggi di sekolah umum (17,0%) dibandingkan dengan sekolah swasta (9,9%) (16). Hasil studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan peneliti pada 10 anak SD kelas 5 dan 6 menemukan bahwa mayoritas anak perempuan pernah mengalami pediculosis capitis dan hanya 4 orang anak laki-laki y a n g belum pernah mengalami pediculosis capitis. 4 anak tersebut mengatakan b ahw a m erek a mencuci rambut seminggu 2 kali dan 3 dari 10 mengatakan tidak tahu pencegahan dan perawatan pediculosis capitis. Selain itu, 6 anak perempuan tersebut pernah mengalami pediculosis capitis karena tertular dari lingkungan terdekat, baik teman maupun keluarga, serta personal hygine dan pengetahuan terkait pediculosis humanus capitis masih buruk karena. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan murid; mengetahui personal hygiene murid; dan mengetahui hubungan pengetahuan dan personal hygiene dengan kejadian pediculosis capitis pada murid Sekolah Dasar Negeri Mutihan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta tahun 2022. Harapannya bermanfaat bagi sekolah dalam usaha preventif kejadian pediculosis humanus capitis.

2. Metode

Jenis penelitian ini menggabungkan investigasi cross sectional dengan deskriptif analitik.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pediculosis kapitis, sedangkan faktor bebasnya adalah pengetahuan dan ..kebersihan diri. Semua murid yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Mutihan, di Banguntapan, Bantul menjadi populasi. Sampel penelitian diambil menggunakan nonprobability sampling dengan teknik sampling jenuh, yang berarti semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (111 orang). Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil survei dan hasil wawancara studi pendahuluan, observasi dan pengisian kuesioner oleh murid sekolah dasar negeri Mutihan Kecamatan Banguntapan Bantul, Yogyakarta.

Sebelum melakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu harus melakukan uji coba asumsi dasar sebagai pernyataan untuk dapat menggunakan Chi Square sebagai tekhnik analisis data bertujuan untuk mengetahui normal distribusi sebaran skor. Untuk mengetahui normalitas dilihat dari skor Skewness dibagi skor Std. Score Error of Skewness. Bila pembagian tersebut menghasilkan angka dibawah 2, maka berdistribusi normal, tetapi bila angka yang dihasilkan lebih dari 2, maka data tidak berdistribusi normal (19). Teknik analisis data menggunakan analisis statistik Chi-Square (λ2) dan Relative Risk (RR) (17).

(3)

3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil

Berikut ini adalah Tabel 1 karakteristik responden menurut jenis kelamin, umur dan kelas di SD Negeri Mutihan Banguntapan Bantul Yogyakarta:

Tabel 1. Karakteristik responden menurut jenis kelamin, umur dan kelas

Karakteristik Responden F %

Jenis Kelamin

Laki-laki 65 58,6

Perempuan 46 41,4

Umur (tahun)

5-6 5 4,5

7-8 23 20,7

9-10 52 46,8

11-12 31 29,9

Kelas

1 10 9,0

2 17 15,3

3 13 11,7

4 15 13,5

5 30 27,0

6 26 23,4

Total 111 100,0

Tabel 2 merupakan hasil uji normalitas tiga ariable utama yaitu pengetahuan, personal hygiene, dan pediculosis capitis: Sebaran data yang didapatkan menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal sehingga tepat jika digunakan analisis nonparametric.

Tabel 2. Hasil uji Normalitas Variabel Pengetahuan, Personal Hygiene dan Pediculosis Capitis pada murid di SD Negeri Mutihan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 2022

Variabel

Uji Normalitas

Kesimpulan N Median Valid

Missing Skewness Std.Error Of Skewness

Pengetahuan 111 16 0 -916 0,229 Tidak

normal Personal

Hygiene 111 9 0 -1.109 0,229 Tidak

normal Pediculosis

Capitis 111 0 0 1.040 0,229 Tidak

normal

Selain itu, uji normalitas data variabel pengetahuan terkait pediculosis capitis dengan kejadian pediculosis capitis menggunakan pembagian nilai Skewness dengan Std. Error of Skweness diperoleh nilai -916 > 2, yang artinya distribusi data tidak normal. Oleh karena itu, ketiga variable tersebut akan menggunakan nilai median. Nilai median pengetahuan, personal hygiene, dan pediculosis capitis adalah 16, 9, dan 0 secara berurutan. Tabel 3 merupakan analisis univariat dari variabel pengetahuan, Personal Hygiene dan Pediculosis capitis:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Personal Hygiene dan Pediculosis capitis

Variabel F %

Pengetahuan

Tidak Baik 46 41,4

Baik 65 58,6

Personal Hygiene

(4)

Tidak Baik 41 36.9

Baik 70 63,1

Pediculosis capitis

Tidak Ada 70 63,1

Ada 41 36.9

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa tingkat pengetahuan terkait pediculosis capitis dari 65 murid dari 111 total responden atau sekitar 58.6% adalah baik. Sedangkan, 70 murid atau sekitar (63,1 %) memiliki Personal Hygiene yang baik dan tidak ada infeksi pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh serangga ektoparasit obligat (Pediculosis capitis). Pengetahuan yang dimaksud meliputi pengetahuan terkait Personal Hygiene, yaitu cara membersihkan kamar tidur (bantal, kasur dan selimut), membersihkan barang-barang pribadi (sisir, ikat rambut, maupun kerudung) dan pengetahuan terkait pediculosis humanus capitis untuk mencegah dan mengatasinya mulai dari kebersihan diri sendiri.

Tabel 4. Hubungan Antara Pengetahuan dan Personal Hygiene dengan Pediculosis Capitis

Hubungan antara Variabel

Pediculosis Capitis Total

RR PValue

Tidak Ada Ada

F % F % F %

Pengetahuan

Tidak Baik 13 11,7 33 29,7 46 41,4 5,916 0,000

Baik 57 51,4 8 7,2 65 58,6

Total 70 63,1 41 36,9 111 100

Personal Hygiene

Tidak Baik 0 0 41 36.9 41 36.9 0.014 0,000

Baik 70 63,1 0 0 70 63,1

Total 70 63,1 41 36.9 111 100

Hasil pada Tabel 4 diketahui bahwa murid yang pengetahuannya baik pada umumnya tidak memiliki infeksi pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh serangga ektoparasit obligat (pediculosis capitis). Hal ini ditunjukkan pada 57 orang (51,4 %), sedangkan murid yang pengetahuannya tidak baik pada umumnya ada infeksi pada kulit dan rambut kepala yang terjadi pada 33 orang (29,7 %). Banyaknya murid yang pengetahuannya baik dengan tidak mengalami pediculosis capitis lebih banyak daripada murid yang pengetahuannya tidak baik dengan pediculosis capitis.

Berdasarkan hasil uji chi square, didapatkan nilai χ2= 40,846 dengan p value= 0,00 (0,00 < 0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pediculosis capitis murid di SD Negeri Mutihan Banguntapan Yogyakarta. Berdasarkan hasil perhitungan Risk Relative (RR) sebesar 5,916 (RR = 0,71/0,12) yang artinya pengetahuan tidak baik memiliki risiko 5,916 kali lebih besar terjadinya pediculosis capitis.

3.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pediculosis capitis murid di SD Negeri Mutihan, Banguntapan Yogyakarta. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil sebuah penelitian dari Özdemir A., Ünal E., Çeki L, 2019 tentang The Prevalence of Pediculus Capitis and Personal Hygiene Status in Two Vocational High Schools menyatakan ada perbedaan yang bermakna antara kepositifan

(5)

kejadian Pediculus capitis anak berdasarkan tingkat pengetahuan tentang Pediculus capitis (23). Sebaliknya, hasil penelitian dari Atik Setyoasih dan Dyah Suryani, 2016 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan infestasi pediculus capitis pada santriwati Muhammadiyah Boarding School. Responden yang memiliki pengetahuan tidak baik 1,1 kali berisiko lebih besar mengalami infeksi Pediculus capitis dibandingkan responden dengan pengetahuan baik. Akan tetapi, faktor pengetahuan belum tentu merupakan faktor risiko untuk infestasi Pediculus capitis (20).

Hasil penelitian ini juga berlawanan dengan hasil penelitian dari Anggraini yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mengenai pediculosis capitis dengan kejadian pediculosis capitis pada anak asuh di Panti Asuhan Liga Dakwah Sumatera Barat (21). Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan sangat erat kaitannya dengan sikap individu. Orang yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tetapi tidak dapat mengendalikan emosinya, tidak disertai kemauan dan tidak disikapi dengan tindakan untuk mengurangi penularannya untuk bersikap sesuai dengan tingkat pengetahuanya, maka akan meningkatkan prevalensi suatu penyakit seperti pediculosis capitis (22).

Hasil dari Tabel 4 diketahui bahwa murid dengan personal hygiene baik pada umumnya tidak ada infeksi pada kulit dan rambut kepala (pediculosis capitis) sebanyak 70 murid (63,1%), sedangkan murid dengan personal hygiene tidak baik pada umumnya mengalami infeksi pada kulit dan rambut kepala yang dialami oleh 41 murid (36,9%). Banyaknya murid dengan personal hygiene baik dan tidak mengalami pediculosis capitis lebih banyak daripada murid yang personal hygiene tidak baik dengan pediculosis capitis.

Secara umum, terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan pediculosis capitis murid di SD Negeri Mutihan Banguntapan Yogyakarta. Murid dengan personal hygiene yang tidak baik berisiko 0,014 kali lebih rendah terjadinya pediculosis capitis. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Özdemir A., Ünal E., Çeki L, (2019) yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antar sekolah dalam hal prevalensi pedikulosis menurut status cuci tangan sebelum makan dan memotong kuku (23). Hasil penelitian dari Hanadi B. Baghdad, et.al. (2021) menyatakan bahwa responden percaya bahwa frekuensi kebersihan pribadi dan mencuci rambut adalah metode terbaik untuk mencegah infestasi kutu (24).

4. Kesimpulan

Hasil penelitian tim peneliti di SD Mutihan Banguntapan Bantul Yogyakarta memiliki beberapa kesimpulan utama. Pertama, pengetahuan dan personal hygiene murid pada umumnya baik dan tidak mengalami pediculosis capitis. Kedua, pengetahuan y a n g kurang memiliki

(6)

risiko hamper enam kali lebih besar terjadinya pediculosis capitis. Ketiga, personal hygiene yang tidak baik memiliki risiko lebih rendah terjadinya pediculosis capitis.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu adanya penyebarluasan informasi kepada masyarakat khususnya murid di SD Negeri Mutihan Yogyakarta mengenai pediculosis capitis.

Media yang dapat digunakan yaitu leaflet, poster atau banner. Media ini perlu diletakkan di tempat-tempat yang strategis seperti: pintu masuk sekolah, kamar mandi, kantin, dll. Informasi dalam media tersebut perlu mencakup tentang pencegahan infestasi kutu rambut; tidak berbagi alat pribadi (alat makan dan minum, handuk, jaket, jilbab dll) dengan temannya; dan suka membersihkan barang-barang pribadi (sisir, ikat rambut, maupun kerudung).

Ucapan Terima Kasih

Tim Peneliti mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu selama proses penelitian ini terutama kepada kepala sekolah SD Negeri Mutihan Banguntapan Bantul yang telah memberi ijin peneliti melaksanakan penelitian.

Konflik kepentingan Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan.

REFERENCES

1. Yousefi, S, Shamsipoor F AY. Epidemiological Study of Head Louse (Pediculus Humanus Capitis) Infestation Among Primary School Students in Rural Areas of Sirjan County, South of Iran. Thrita J Med Sci. 2012;1(2):53–6.

2. Mohammadi-Azni S. Prevalence of head lice at the primary schools in Damghan. Zahedan.

J Res Med Sci 16, 47–49. 2014;16:47–9.

3. Nategh, A., Eslam, M.A., Davoud, A., Roghayeh, S., Akbar, G., Hassan, B., Mehdi S, Primary. Prevalence of Head lice infestation (Pediculosis Capitis) among primary school students in the Meshkin Shahr of Ardabil Province. Am J Pediatr. 2018;4:94– 99.

4. Alberfkani, M., Mero, W.M.S. The incidence of Scabies and Head lice and their associated risk factors among displaced people in Cham Mishko Camp, Zakho City, Duhok Province.

Iraq. . J Microbiol 69, 463–469. 2020;69:463–469.

5. P.M. Linardi, J.R. Botelho MM. Crendices e falsos conceitos que dificultam ações profiláticas contra o piolho e a pediculose capitis. J Pediatr. 1988;64(1):248–55.

6. A.M. Bailey PP. Persistent of head lice following multiple treatments: Evidence for insecticide resistance in Pediculus humanus capitis. Australas. J Dermatol. 2000;41(1):250–

4.

7. C.N. Burkhart CGB. Fomite transmission in head lice. J Am Acad Dermatol.

2007;56(1):1044–7.

8. M. Shayeghi, A. Paksa, Y. Salim Abadi, A. Sanei Dehkoordi, A. Ahmadi, M. Eshaghi SB.

Epidemiology of head lice infestation in primary school pupils, in Khajeh City, East Azerbaijan Province Iran. J ArthropodBorne Dis. 2010;4(1):42–6.

9. R. Speare PGB. Head lice in pupils of a primary school in Australia and implications for control Int. J Dermatol. 1999;38(1):285–90.

10. M. Motovali-Emami, M.R. Aflatoonian, A. Fekri MY. Epidemiological aspects of pediculosis capitis and treatment evaluation in primary schoolchildren in Iran. PJBS.

2008;11(1):260–4.

(7)

11. S. Mahmud, G. Pappas WCH. Prevalence of head lice and hygiene practices among women over twelve years of age in Sindh, Balochistan, and North West Frontier Province: National Health Survey of Pakistan, 1990–1994. Parasit Vectors. 2011;4(1):1–10.

12. Combescot-Lang, C., Vander Stichele, R.H., Toubate, B., Veirron, E., Mumcuoglu KY. Ex vivo effectiveness of French over-the-counter products against head lice (Pediculus humanus capitis De Geer, 1778). Parasitol Res. 2015;114,:1779–1792.

13. AL-Shawa RM. Pediculus capitis, infestation according to sex and social factors in Gaza Governorate. IUJ. 2008;16:75–83.

14. Moradiasl, E., Rassi, Y., Hanafi-Bojd, A.A., Vatandoost, H., Saghafipour, A., Adham D, Aabasgolizadeh, N., Oskouei, A.O., Sadeghi H. The Relationship between Climatic Factors and the Prevalence of Visceral Leishmaniasis in North West of Iran. Int J Pediatr.

2018;6:7169–7178.

15. Munusamy, H., Murhandarwati, E.E & Umniyati S (n. d. . The Relationship Between The Prevalence of Head Lice Infestation with Hygiene and Knowledge Among The Rural School Children In Yogyakarta. Trop Med J. 2011;Vol. 01(2):102–9.

16. Anastasia Joyce Lim Yit Zhen , E. Elsa Herdiana Murhandarwati SRU. Head Lice Infestation and Its Relationship with Hygiene and Knowledge among Urban School Children in Yogyakarta. Trop Med J. 2011;01(1):35–41.

17. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta CV;

2017.

18. AL Bashtawy, M., Hasna, F EMHJ 18 43-84. Pediculosis capitis among primary school children in Mafraq Governorate, Jordan. EMHJ 18, 43-84. 2012;18:43–84.

19. Riyanto A. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

20. Setyoasih, Atik dan Suryani D. Hubungan antara Pengetahuan, Personal Hygiene, dan Infestasi Pediculus humanus var. capitis pada Santriwati Muhammadiyah Boarding School Prambanan Sleman Yogyakarta. J Kedokt dan Kesehat. 2016;12(2):190–201.

21. Anggraini A, Anum Q, Masri M. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Personal Hygiene terhadap Kejadian Pedikulosis Kapitis pada Anak Asuh di Panti Asuhan Liga Dakwah Sumatera Barat. J Kesehat Andalas. 2018;7(1):131.

22. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta;

23. Özdemir A., Ünal E. ÇL. The Prevalence of Pediculus Capitis and Personal Hygiene Status in Two Vocational High Schools. Int J Caring Sci . 2019;12(2):658–65.

24. Hanadi B.Baghdad, Eltigani O.M.Omer DMMR-G. Prevalence of head lice (Pediculus humanus capitis) infestation among schools workers in the Eastern Region, Saudi Arabia.

Saudi J Biol Sci. 2021;28(10):5662–6.

Referensi

Dokumen terkait

Angka reliabilitas ini menunjukkan soal tergolong pada kategori sedang dan soal sudah reliabel.Hasilanalisis tingkat kesukaran soal diketahui bahwa Hasil analisis

Tipe fragmen adalah tipe yang paling banyak ditemukan pada batch 1 (pengambilan bulan 1) diikuti dengan fiber lalu film.. Batch 2 (pengambilan bulan 2) tipe fiber yang

Ketiga variabel ini dielaborasi dari karakteristik kawasan minapolitan sesuai Peraturan Menteri Kelautan &amp; Perikanan nomor: 12/MEN/2010 dan elemen-elemen tertentu

 Persiapan bagi Pelayan Firman Ibadah Pelkat PKP, PKB dan PKLU dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 17 Februari 2015 pukul 19.00 WIB bertempat di Gedung Gereja

Dan dapat berinteraksi langsung tanpa harus bertemu dan mungkin akan lebih murah biayanya daripada menelpon, karena program ini dirancang seperti halnya masyarakat mengirim

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai signifikan 0,037, maka artinya Ada perbedaan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap berat badan bayi umur 0- 6 bulan di posyandu wilayah

Perlakuan varietas dan jumlah bibit berbeda nyata pada panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, berat kering total tanaman, jumlah malai,

Genteng dan batu bata sama-sama berbahan dasar tanah liat, selain itu juga berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai