• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengelolaan Inventory Kayu Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada UD. Sofie Furniture

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Pengelolaan Inventory Kayu Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada UD. Sofie Furniture"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pengelolaan Inventory Kayu Menggunakan Metode Economic Order Quantity pada UD. Sofie Furniture

Rifqi Subadil1*, Kusnadi2

1,2Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Singaperbangsa Karawang Indonesia

*Koresponden email: rifqi.subadil16123@student.unsika.ac.id

Diterima: 19 Februari 2023 Disetujui: 12 Maret 2023

Abstract

The Economic Order Quantity (EOQ) method is utilized to determine the most efficient inventory management strategy that minimizes associated costs. A study was conducted at UD. Sofie Furniture, a wood industry company located in Karawang, addresses their difficulties in obtaining wood due to long delivery times from suppliers. The objective of this research was to determine the ideal ordering quantity for raw materials using the EOQ method, as well as to identify safety stock, reorder time (Reorder Point), and total inventory management costs at UD. Sophie Furniture. The application of the EOQ method has demonstrated its ability to optimize inventory management costs, including ordering and storage expenses, while additionally allowing the company to adjust the total inventory cost to IDR 4,105,959.99. It is therefore recommended that the company evaluate its wood inventory management policy using the EOQ method to ensure the purchase of wood is executed in an optimal manner, with a lower cost.

Keywords: economic order quality (EOQ), UD. Sofie Furniture, safety stock, reorderpoint, optimal

Abstrak

Economic Order Quantity merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menentukan strategi pengelolaan inventori yang optimal dengan tujuan meminimalkan biaya yang terkait. Studi ini dilakukan di UD. Sofie Furniture yang terletak di Karawang, sebuah perusahaan kayu. Saat pabrik melakukan produksi, perusahaan mengalami kesulitan dalam memperoleh kayu karena pengiriman bahan baku yang memakan waktu lama dari pemasok kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kuantitas pesanan yang optimal untuk bahan baku menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), serta menemukan jumlah persediaan pengaman (Safety stock), waktu pemesanan ulang (Reorder Point), dan biaya pengelolaan inventori pada UD. Sofie Furniture. Dengan menerapkan metode EOQ, diketahui bahwa metode ini dapat mengoptimalkan biaya pengelolaan inventori, termasuk biaya pemesanan dan penyimpanan, serta memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan total biaya inventori menjadi sebesar Rp4.105.959,99. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya meninjau kembali kebijakan pengelolaan inventori kayu dengan menggunakan metode EOQ agar pembelian kayu dapat dilakukan secara optimal dengan biaya yang lebih rendah.

Kata Kunci: economic order quality (EOQ), UD. Sofie Furniture, persediaan pengaman, pemesanan kembali, optimal

1. Pendahuluan

Pada saat ini, pertumbuhan ekonomi di sektor industri tumbuh dengan cepat. Ini disebabkan oleh produksi yang semakin beragam dari perusahaan-perusahaan baik di sektor industri maupun individu.

Untuk bersaing dalam memproduksi produk yang berkualitas dan memenangkan kepercayaan konsumen, banyak elemen yang harus diperhitungkan, termasuk pengadaan material. Untuk mendukung pertumbuhan perusahaan di Indonesia, disiplin dan administrasi yang baik harus dijalankan. Salah satu cara untuk menjaga persaingan dalam dunia industri adalah pengelolaan persediaan. Karena manajemen inventaris membutuhkan investasi modal terbesar dalam aset atau aset saat ini, ini adalah fungsi administratif yang penting. Kemungkinan besar barang akan rusak atau hilang jika manajemen di gudang terlalu banyak bekerja. Namun, jika bisnis memiliki manajemen persediaan yang buruk saat kekurangan bahan baku dapat meningkatkan biaya produksi. Akibatnya, proses produksi menempatkan prioritas tinggi pada bahan baku.

dan beberapa perusahaan menggunakan sistem manajemen persediaan untuk mengelola pasokan bahan baku sesuai dengan kebutuhan perusahaan, seperti yang dijelaskan oleh [1].

Sebagaimana dikemukakan [2], tujuan menyeluruh dari sebuah perusahaan (bisnis) adalah untuk

"menghasilkan produk atau layanan dengan biaya minimum, membangun kebiasaan, dan menjual dengan

(2)

"membangun kebiasaan" dan menentukan biaya. Sementara itu, produksi terkait dengan sisi penawaran, seperti dari semua jenis asosiasi, baik manufaktur, jasa, perusahaan swasta, perusahaan milik negara, dalam bentuk profit maupun non profit, membuat produk seminimal mungkin.

Biaya merupakan aspek penting dari analisis kebijakan perusahaan. Analisis biaya dan metode penentuan dalam suatu perusahaan dapat menjelaskan kemampuan suatu perusahaan di masa yang akan datang [3]. Masalah utama dalam perusahaan yang sering muncul adalah terkait dengan ketidaksesuaian perusahaan dalam hal perencanaan biaya dengan realisasi biaya yang sebenarnya. Oleh karena itu, diperlukan penanganan biaya produksi mengenai pengeluaran untuk mencapai produksi yang efisien.

Pengelolaan persediaan bahan baku atau material merupakan salah satu cara untuk mengendalikan biaya produksi dalam suatu perusahaan. Karena persediaan merupakan bagian dari modal kerja dengan sifat liquid, yang merupakan input utama, peralatan merupakan salah satu aspek terpenting dari proses produksi.

Indroprasto dan Suryani [4] menyatakan bahwa suatu perusahaan dalam sistem persediaannya dapat dikendalikan dengan baik tentunya akan memudahkan perusahaan untuk menjaga kelancaran kegiatan perusahaan dan bertahan dalam kegiatan operasionalnya. Dengan demikian, persediaan produk menjadi penting karena keberhasilan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan perencanaan dan pengawasan persediaan yang menentukan keuntungan perusahaan.

Untuk menghasilkan produk yang berkualitas diperlukan rantai produksi yang baik. Pengadaan material merupakan salah satu rantai produksi yang krusial. Jika bahan yang dipesan tidak mencukupi, maka kegiatan produksi dapat terhambat. Sebaliknya jika bahan yang dipesan berlebihan maka dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Selain itu, waktu tunggu pengiriman atau lead time juga dapat mempengaruhi kegiatan produksi. Salah satunya adalah terjadinya penumpukan material yang disebabkan oleh material yang tidak lengkap atau masih transit. Oleh karena itu, pengadaan material yang cerdas diperlukan untuk kelancaran rantai produksi. Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Gitosudarmo menyatakan bahwa cara paling efisien untuk memutuskan berapa banyak bahan yang akan dipesan sekaligus adalah melalui Metode Economic Order Quantity (EOQ), yang menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan hal ini dijelaskan juga oleh [5].

Namun, meskipun metode EOQ dapat membantu dalam mengoptimalkan pemesanan material, namun metode ini memiliki kelemahan yaitu asumsi konstan dalam permintaan dan biaya pesanan. Kondisi ini mungkin tidak selalu terpenuhi di dunia nyata, sehingga perlu dilakukan penyesuaian atau pengembangan model yang lebih sesuai dengan situasi yang ada. Selain itu, pengelolaan inventori yang baik juga membutuhkan kerja sama antar departemen di perusahaan, terutama antara departemen produksi dan departemen pembelian. Departemen produksi perlu memberikan informasi yang akurat mengenai kebutuhan bahan baku untuk produksi, sedangkan departemen pembelian perlu memastikan ketersediaan bahan baku dengan kuantitas dan waktu pengiriman yang tepat. Jika terdapat keterlambatan atau kesalahan dalam pengiriman bahan baku, maka hal ini dapat berdampak pada proses produksi dan akhirnya merugikan perusahaan.

Pengelolaan inventori yang baik juga perlu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi ketersediaan bahan baku. Bencana alam atau perubahan iklim, misalnya, dapat berdampak pada pasokan beberapa bahan mentah. Akibatnya, bisnis harus mendiversifikasi pemasok bahan baku mereka untuk menghindari ketergantungan yang berlebihan pada satu sumber, serta melakukan perencanaan dan pengawasan yang lebih cermat untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya ketidaktersediaan bahan baku. Selain faktor lingkungan, aksesibilitas bahan baku juga dapat dipengaruhi oleh modifikasi kebijakan pemerintah atau kebijakan yang diadopsi oleh pemasok bahan baku.

konsekuensinya, bisnis harus memantau perkembangan. dan perubahan kebijakan terkait dengan bahan baku yang dibutuhkan. Misalnya, biaya produksi dapat berubah jika tarif impor untuk bahan baku tertentu berubah. Oleh karena itu, bisnis perlu memantau dan menilai bagaimana kebijakan bahan baku dikembangkan, serta melakukan strategi yang tepat untuk mengatasi dampak dari perubahan tersebut.

Selain itu, pengelolaan inventori yang baik juga perlu dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor ekonomi, seperti perubahan harga dan fluktuasi nilai tukar. Perubahan harga bahan baku dapat berdampak pada biaya produksi, sedangkan fluktuasi nilai tukar dapat berdampak pada harga bahan baku yang diimpor.

Akibatnya, bisnis harus melakukan pemantauan dan analisis terhadap perkembangan ekonomi terkait dengan bahan baku yang dibutuhkan, serta melakukan strategi yang tepat untuk mengatasi dampak dari perubahan tersebut.

(3)

2. Metode Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Tahun 2022 di UD. Sofie Furniture terletak di sebuah jalan sungai buntu, Desa Jatimulya, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, dengan mematuhi kondisi dan ketetapan yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan adalah Economic Order Quantity (EOQ), yang menurut [6]

adalah jumlah pesanan yang ekonomis untuk meminimalkan biaya inventory kemudian dengan menggunakan dua biaya, biaya yang terkait dengan pemesanan dan penyimpanan [7]. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan digunakan untuk menghitung biaya persediaan. Metode EOQ memiliki beberapa asumsi dasar [8], yaitu:

a. Permintaan selama satu tahun (D) diketahui tetap dan tidak berubah, b. Harga sediaan (C) diketahui tetap dan tidak berubah,

c. Sediaan dianggap selalu tersedia,

d. Biaya sediaan diketahui tetap dan tidak berubah. Oleh karena itu, variabel yang dianggap berubah-ubah adalah kuantitas pemesanan (Q) yang digunakan dalam metode EOQ.

e. Pembelian bahan baku hanya dilakukan berdasarkan permintaan pasar atau order dari konsumen, namun kadang-kadang perusahaan membeli bahan baku dalam jumlah yang relatif besar, yang dapat menyebabkan pemborosan pada biaya penyimpanan bahan baku, tergantung pada nilai faktor D, C, dan biaya-biaya sediaan.

Economic Order Quantity (EOQ) dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑄= √2𝐷𝑆 𝐻 Keterangan:

Q* = EOQ = Jumlah pembelian optimal yang ekonomis D = Jumlah kebutuhan (unit per tahun)

S = Biaya Pesanan (rupiah/pesanan) H = Biaya Simpan (rupiah/unit/tahun)

Setelah mendapat nilai Economic Order Quantity selanjutnya adalah menentukan biaya persediaan berdasarkan EOQ. Berikut merupakan tahapan menentukan biaya persediaan EOQ:

1. Safety stock

Safety stock adalah inventaris ekstra yang disimpan untuk mencegah potensi kekurangan material.

Assauri dalam [9] mengatakan, kemungkinan terjadinya kekurangan bahan atau material dapat diakibatkan oleh terlambatnya kedatangan bahan baku atau dapat disebabkan juga karena lebih besarnya pemakaian bahan baku dari perkiraan. Safety stock dapat dirumuskan sebgai berikut:

𝑠𝑠 = 𝑍 × 𝐷̅ × 𝐿 Keterangan:

D ̅ = Jumlah kebutuhan perhari L = Lama waktu tunggu (Lead time) Z = Service level

2. Reorder Point

Reorder Point merupakan suatu keadaan dimana persediaan tersebut telah mencapai tingkatannya, sehingga pemesanan harus segera dilakukan dan berikut merupakan rumus dari perhitungan ROP [10] :

𝑅𝑂𝑃 = (𝐷 ̅ × 𝐿) + 𝑆𝑆 Keterangan:

𝐷 ̅ = Jumlah kebutuhan perhari 𝐿 = Lama waktu tunggu (Lead time) 𝑆𝑆 = Lama waktu tunggu (Lead time) 3. Total Biaya Persediaan

Total Biaya Persediaan (TIC) adalah suatu hasil besaran pada ongkos pemesanan dan ongkos penyimpanan [11], biaya persediaan dirumuskan sebagai berikut:

(4)

3. Hasil dan Pembahasan

Adapun data hasil dan pembahasan yang diperoleh pada penelitian di UD. Sofie Furniture yaitu sebagai berikut.

a. Pembelian Bahan Baku

Menurut [12], bahan baku adalah bahan yang secara pasti berintegrasi dengan barang jadi dan digunakan untuk membuat produk akhir. Karena proses produksi terus berlangsung hingga produk akhir dihasilkan, bahan baku memiliki makna yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Tujuan dari pengendalian bahan dan penghitungan biaya ke harga pokok produksi adalah untuk mengelompokkan bahan baku dan bahan penolong serta memberi prioritas pengendalian bahan pada bahan yang memiliki nilai relatif tinggi.

Tabel 1. Pembelian Bahan Baku Kayu

Bulan Pembelian

Januari 1,3

Februari 1,4

Maret 1,1

April 1,3

Mei 1

Juni 1,4

Juli 1,2

Agustus 1,3

September 1,3

Oktober 1,1

November 1,2

Desember 1,1

Total 14,7

Sumber: Data Peneliti, 2022

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa pembelian bahan baku kayu jati belanda pada UD. Sofie Furniture tahun 2021 sebesar 814,7 m3 dengan pembelian per tahun.

b. Waktu Tunggu (Lead time) pengadaan bahan baku

Periode waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perakitan dan pengumpulan data pada bahan baku yang relevan sangat penting, disebut sebagai waktu tunggu. Ketidakhadiran bahan baku pada perusahaan dapat terjadi jika deadline tidak terpenuhi karena keterlambatan pengiriman bahan baku, meskipun pesanan telah dilakukan [13]. Berdasarkan informasi dari perusahaan, bahan baku jati Belanda membutuhkan waktu dua hari untuk mempersiapkannya. Berdasarkan penelitian ini, tidak ada kejadian yang tak terduga, sehingga waktu produksi bahan kayu adalah 2 (dua) hari.

c. Biaya Pemesanan

Seluruh biaya mendatangkan barang dari luar disebut sebagai biaya pemesanan. Biaya ini umumnya mencakup beberapa hal seperti pengolahan pesanan, biaya perjalanan, biaya telepon dan komunikasi lainnya, biaya dokumen dan perlengkapan administrasi, biaya penimbangan dan pengepakan, biaya pengiriman ke gudang, serta biaya inspeksi penerimaan [14].

Tabel 2. Biaya Pemesanan

Jenis Biaya Biaya/pesan Biaya telepon Rp 15.000,00 Biaya administrasi Rp 10.000,00 Biaya transportasi dan

pembongkaran Rp 200.000,00

Total Rp 225.000,00

Sumber: (Data Peneliti, 2022)

Berdasarkan Tabel 2 diketahui total biaya pemesan adalah Rp. 225.000 untuk setiap kali pesan.

(5)

d. Biaya Penyimpanan

Semua biaya yang terkait dengan pemeliharaan persediaan yang dihasilkan dari menyimpan produk dalam penyimpanan disebut sebagai biaya penyimpanan [15]. Ongkos pemeliharaan dan ongkos kerusakan merupakan bagian dari biaya penyimpanan.

Tabel 3. Jumlah Produksi Jenis Biaya Biaya/bulan Biaya pemeliharaan Rp 150.000,00

Biaya kerusakan Rp 180.000,00 Total Rp 330.000,00 Sumber: (Data Peneliti, 2022)

Berdasarkan Tabel 3 diketahui biaya penyimpanan per bulan adalah Rp. 330.000. Maka biaya simpan kayu per m3 adalah Rp. 269.387,76.

e. Economic Order Quantity (EOQ)

Perusahaan memiliki peluang untuk menjamin total nilai pesanan material yang paling efektif dengan total permintaan dan lead time yang konsisten menggunakan metode EOQ. Sesuai data yang diperoleh dari UD. Sofie Furniture, maka perhitungan metode Economic Order Quantity (EOQ) ditunjukkan dibawah ini:

𝑄= √2𝐷𝑆 𝐻

𝑄= √2 × 14,7 × 𝑅𝑝225.000 𝑅𝑝269.388 𝑄= √ 24,56

𝑄= 4,96 ≈ 5 𝐹 = 𝐷

𝑄 𝐹 =14,7

4,96 𝐹 = 2,97

Dibutuhkan 4,96 m3 kayu untuk setiap pesanan, sesuai perhitungan nilai EOQ pesanan optimal (Q*).

123 hari atau 2,97 kali per tahun, tergantung frekuensi pemesanan (F).

f. Safety stock

Perusahaan mengharapkan terjadinya stock out hanya 5% maka service level adalah sebesar 95%

dan apabila dilihat dari tabel service level didapatkan nilai safety factor (Z) adalah 1,645.

𝑠𝑠 = 𝑍 × 𝐷̅ × 𝐿 𝑆𝑆 = 1,645 ×14,7

313× 2 𝑆𝑆 = 0,15 m3

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh hasil untuk safety stock adalah sebesar 0,15 m3 kayu.

g. Reorder Point

Reorder point (ROP) adalah waktu dimana suatu bisnis perlu melakukan pemesanan baru berdasarkan stok yang masih ada di gudang.

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝐷 𝑄× 𝑆 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 =14,7

4,96× 𝑅𝑝. 225.000 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑠𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑅𝑝667.457,86

(6)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 =𝑄 2 × 𝐻 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 =4,96

2 × 𝑅𝑝269.387,76 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑎𝑛 = 𝑅𝑝667.457,86 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝐻 × 𝑆𝑆

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 = 3.000.000 × 0,15 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝑆𝑡𝑜𝑐𝑘 = 𝑅𝑝41.624,28

𝑇𝐼𝐶= 𝐷

𝑄× 𝑆 +𝑄

2 × 𝐻 + 𝐻 × 𝑆𝑆

𝑇𝐼𝐶= 𝑅𝑝667.457,86 + 𝑅𝑝667.457,86 + 𝑅𝑝41.624,28 𝑇𝐼𝐶= 𝑅𝑝1.376.540

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui biaya persediaan bahan baku UD. Sofie Furniture adalah sebesar Rp1.376.540 merupakan bahaya.

h. Evaluasi Produktivitas

Dalam menghitung produktivitas, umumnya digunakan persentase sebagai bentuk pengukurannya.

Jika hasil produksi dibagi dengan input yang digunakan menghasilkan persentase 100%, maka kinerja tersebut dianggap produktif. Untuk memperbaiki rasio ini, hasil produksi harus meningkat sehingga rasio yang dihasilkan lebih dari satu, sehingga produktivitas dapat dikatakan baik.

Sebaliknya, jika rasio tersebut menurun, akan mengakibatkan kerugian dan menurunkan produktivitas.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada PT. Putra Kemuning selama periode April-Juni 2021, nilai produktivitas tenaga kerja terhadap hasil produksi dianggap baik karena nilainya sudah lebih dari 1 atau 100%. Total nilai produktivitas selama tiga bulan adalah 42,92% dan rata-rata nilai produktivitas sebesar 14,2%.

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 496 m3 merupakan jumlah pemesanan bahan baku yang ideal berdasarkan model EOQ (Q*). kayu setiap kali pemesanan. Frekuensi pemesanan (F) adalah sebanyak 2,97 kali per tahun atau setiap 123 hari sekali. Safety stock yang disarankan adalah sebesar 0,15 m3, dan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (reorder point) saat persediaan bahan baku di gudang tersisa sebesar 0,25 m3.

Gambar 1. Nilai Pemesanan Optimal Sumber: Data Peneliti, 2022

Diketahui biaya pemesanan per tahunnya adalah Rp. 667.457,86, biaya penyimpanan per tahunnya adalah Rp. 667.457,86 dan biaya safety stock Rp. 41.624,28 dengan total biaya persediaan per tahun sebesar.

ROP

2 hari 5,20

EOQ 4,96

0,25

Reorder Point 0,25

0,15

Safety stock 0,15

(7)

Gambar 2. Nilai Optimal EOQ Sumber: (Data Peneliti, 2022) 4. Kesimpulan

Pengelolaan persediaan bahan baku atau material UD. Sofie Furniture sesuai data tahun 2022 yang berdasarkan pada metode EOQ yaitu 4,96 m3 kayu untuk setiap kali pesan. Dengan frekuensi pemesanan (F) adalah 2,97 kali per tahun atau setiap 123 hari sekali, Safety stock yang disarankan adalah sebesar 0,15 m3, dan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (reorder point) saat persediaan bahan baku di gudang tersisa sebesar 0,25 m3.

Biaya pemesanan pertahunnya adalah Rp. 667.457,86, biaya penyimpanan pertahunnya adalah Rp.

667.457,86 dan biaya safety stock Rp. 41.624,28 dengan total biaya persediaan pertahun sebesar . Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa menggunakan metode EOQ dapat mengoptimalkan biaya persediaan dan jika dibandingkan dengan biaya persediaan berdasarkan kebijakan perusahaan Rp.

5.482.500,00 metode ini juga dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp. 4.105.959,99.

Setelah melakukan pengukuran dan analisis terhadap masalah di industri mebel, disarankan agar perusahaan mempertimbangkan penggunaan metode EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku. Dengan metode EOQ, perusahaan dapat membeli bahan baku yang optimal dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan kebijakan perusahaan saat ini. Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh UD.

Sofie Furniture antara lain mengadopsi metode EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku untuk membeli bahan baku secara optimal dengan biaya minimum, melakukan re-order point untuk menghindari keterlambatan pemesanan bahan baku, dan melakukan persediaan pengaman (safety stock) untuk menghindari kekurangan bahan baku saat proses produksi.

5. Referensi

[1] W. A. Darmawan, “Menentukan jumlah persedian bahan baku alumunium pada ikm bunga matahari dengan menggunakan metode eqonomic order quantity (EOQ),” J. Media Teknol., vol. 06, no. 01, pp. 1–10, 2019, [Online]. Available: Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Galuh Ciamis 46215

[2] Handoko, Dasar - dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE, 2016.

[3] P. C. P. Dewi, N. T. Herawati, and M. A. Wahyuni, “Analisis Pengendalian Persediaan dengan Metode (EOQ) Economic Order Quantity guna Optimalisasi Persediaan Bahan Baku Pengemas Air Mineral,” J. Akunt. Profesi, vol. 10, no. 2, pp. 1–12, 2019, [Online]. Available:

https://ejournal/undiksha.ac.id

[4] E. S. Indroprasto, “Analisis Pengendalian Persediaan Produk Dengan Metode EOQ Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Mengefisienkan Biaya Persediaan,” Tek. ITS, vol. 1, pp. 305–309, 2012.

[5] C. Yuliana, T. Topowijono, and N. Sudjana, “Penerapan Model EOQ (Economic Order Quantity ) Dalam Rangka Meminimumkan Biaya Persediaan Bahan Baku (Studi Pada UD. Sumber Rejo Kandangan-Kediri),” J. Adm. Bisnis, vol. 36, no. 1, pp. 1–9, 2016.

[6] D. Sjahrial, D., & Purba, Akuntansi Manajemen. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012.

[7] Siswandi, Manajemen Keuangan. Lentera Ilmu Cendekia, 2010.

[8] Murdifin Haming dan Mahfud Nurnajamudd, Manajemen Produksi Modern, Operasi Manufaktur dan Jasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.

[9] D. E. Shofiana and D. N. Sari, “Analisis Pengendalian Bahan Baku Jasa Maklon Dengan Menggunakan Metode Eoq (Economic Order Quality) Berbasis Big Data Logistik Guna Meminimalisir Biaya Produksi Pada Pt Barata Indonesia (Persero),” Maj. Ilm. Bijak, vol. 15, no. 2, pp. 138–162, 2018, doi: 10.31334/bijak.v15i2.202.

(8)

[11] F. Ramadhona and P. Nia, “Analisis Usulan Penentuan Optimal Ordering Cost Cover Engine Ya40003084 Untuk Minimasi Total Inventory Cost Dengan Metode Economic Order Quantity (Eoq),” Ind. Eng. Online J., vol. 5, no. 4, pp. 1–7, 2016.

[12] E. P. Lahu, O. : Enggar, P. Lahu, and J. S. B. Sumarauw, “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado Analysis of Raw Material Inventory Control To Minimize Inventory Cost on Dunkin Donuts Manado,” Anal.

Pengendalian… 4175 J. EMBA, vol. 5, no. 3, pp. 4175–4184, 2017, [Online]. Available:

http://kbbi.web.id/optimal.

[13] D. Rosa Indah and Z. Maulida, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang,” J. Manaj. dan Keuang., vol. 7, no. 2, p. 157, 2018, doi:

10.33059/jmk.v7i2.814.

[14] F. Sulaiman and N. Nanda, “Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode Eoq Pada Ud. Adi Mabel,” Teknovasi, vol. 2, no. 1, pp. 1–11, 2015.

[15] V. Wibowo and Saparso, “Analisis Manajemen Persediaan Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ),” Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis, vol. 15, no. 2. pp. 67–79, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Kata  “komunikasi” merupakan asal  dari bahasa latin, communis,

Dengan demikian, orientasi penelitian ini adalah untuk: (a) membuktikan apakah ada pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pedagang berdasarkan dimensi

%e$an" he$an ini he$an ini mengguna menggunakan mata kan mata untuk melihat, hidung yang untuk melihat, hidung yang berfun berfungsi gsi sebagai indra pencium, tangan

82 Muhaimin, Op.. oleh adanya peraturan-peraturan, pembangunan kesan, baik dari dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan suatu lembaga pendidikan atau suatu

Performans Produksi yang terdiri atas produksi susu, lama dan periode laktasi serta BCS sapi serah FH di desa Air Duku dan Air Putih Kali Bandung, Selupu

Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan penderita DM2 mengenai penanganan penyakit diabetes dengan

yang terakhir juga tidak memiliki pengaruh terhadap pemahaman. akuntansi dikarenakan mahasiswa cenderung mempersiapkan materi

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ANGER MANAGEMENT UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF (Penelitian Quasi EksperimenTerhadapPesertaDidikKelas XI SMK MJPS 3 Kota Tasikmalaya)..