• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika berkembang dari tahun ke tahun sesuai dengan kebutuhan zaman. Perkembangan yang dimaksudkan bukan hanya terkait materi saja namun juga terkait kegunaannya (manfaatnya). Matematika memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sehingga pembelajaran matematika lebih banyak diajarkan daripada mata pelajaran lainnya. Bahkan untuk kurikulum 2013, pada kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 pembelajaran matematika terpisah dari tema.

Menurut Soedjadi (2003:3) menyatakan “Matematika yang di berikan dijenjang sekolah itu sekarang biasa disebut sebagai Matematika Sekolah (school mathematics) . Maka dari itu setiap jenjang pendidikan memberikan pendidikan

matematika, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan hampir di semua program studi di perguruan tinggi negeri memiliki mata kuliah matematika. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa matematika sangat penting untuk kehidupan.

Belajar matematika harus paham mengenai konsep dasar dari setiap materi yang diajarkan, karena jika hanya mengingat saja maka akan mudah sekali lupa.

Itulah mengapa pemahaman mengenai konsep matematika harus terus ditingkatkan. Terlebih lagi untuk tingkat sekolah dasar, pemahaman matematika harus dibentuk sejak dini, agar siswa terbiasa dan tidak menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menegangkan.

(2)

Jika berbicara mengenai pemahaman maka ini berkaitan dengan kognitif anak. Menurut Widiasworo (2017:81) menyatakan “Pemahaman adalah kemampuan untuk menyatukan informasi yang dipelajari di otak kita untuk membentuk gambaran yang lengkap”. Bisa juga dikatakan bahwa pemahaman ini adalah kemampuan untuk menghubungkan informasi lain yang sudah ada di otak kita.

Siswa dapat dikatakan sudah memahami suatu hal apabila siswa tersebut dapat melihat dari berbagai sisi dan mampu untuk mengasosiasikan pegetahuan tersebut. Jika siswa tersebut belum bisa untuk mengasosiasikan informasi yang di dapat, maka sisa tersebut belum bisa dikatakan memahami informasi yang siswa terima.

Dalam pembelajaran matematika, setiap konsep abstrak harus diberi penguatan agar konsep tersebut dapat melekat di ingatan siswa. Untuk konsep abstrak diperlukan pembelajaran yang menguatkan pemahaman tidak sekedar menghafal saja atau mengingat fakta saja karena siswa mudah lupa. Sesuai dengan teori psikologi daya yang menjelaskan bahwa belajar merupakan cara melatih daya yang ada pada diri manusia seperti daya mengamati, daya menanggapi, daya mengingat, daya berimajinasi dan sebagainya.

Perkalian merupakan salah satu materi dasar (Penjumlahan, Pengurangan, Perkalian dan Pembagian) dalam Matematika, peserta didik pertama kali belajar perkalian pada kelas 2 sekolah dasar. Sehingga sangat penting agar siswa memahami konsep dasar perkalian dan memahami pola-pola dari perkalian.

Berdasarkan buku yang peneliti baca, ada beberapa pola perkalian yang harus diketahui siswa agar mudah mempelajari perkalian. Yang pertama, semua hasil

(3)

perkalian 10 di akhiri dengan angka 0. Yang kedua, hasil perkalian 5 diakhiri dengan angka 5 atau angka 0. Yang ketiga, hasil perkalian dengan 0, hasilnya selalu 0. Yang keempat, semua angka jika dikali 1, hasilnya adalah angka itu sendiri.

Berdasarkan Permendikbud No. 37 tahun 2018 mengenai KI dan KD Matematika Kurikulum 2013 pada KD 3.3 kelas 4 siswa harus bisa “Menjelaskan dan melakukan penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun bilangan desimal.” Dari pernyataan isi lampiran tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa kelas 4 sudah harus menguasai perkalian 1- 10 dan perkalian 2 angka, hal ini karena untuk KD 3.3 itu ilmu dasar yang harus dikuasai adalah memahami perkalian agar KD 3.3 tercapai. Serta KD 4.3 siswa harus bisa “Menyelesaikan masalah penaksiran dari jumlah, selisih, hasil kali dan hasil bagi dua bilangan cacah maupun bilangan desimal”.

Berdasarkan hasil wawancara guru kelas 4 pada 08 Mei 2022 di SD Negeri 07/X Muara Sabak Barat dan observasi awal, wali kelas 4 menyatakan bahwa ada beberapa siswa yang kesulitan dalam materi perkalian, lalu ada beberapa siswa yang bisa namun lambat dalam menentukan hasil perkalian karena mereka menjumlahkan satu persatu angka. Guru juga mengatakan bahwa ada juga siswa yang hanya menebak hasil jawaban jika ditanya oleh guru sampai menemukan jawaban yang benar.

Selain mewawancarai guru kelas, peneliti juga melakukan observasi di kelas serta mengadakan tes tertulis untuk siswa kelas 4. Hasil yang dilakukan peneliti pada kegiatan pembelajaran menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap perkalian 2 angka masih kurang. Pada proses pembelajaran guru

(4)

memberikan pertanyaan kepada siswa mengenai apa itu perkalian, beberapa siswa menjawab dengan benar dan beberapa siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru serta saat diberikan soal perkalian 2 angka siswa mengerjakan di buku masing-masing dan guru melihat bahwa hanya beberapa siswa yang menjawab benar semua dari keseluruhan siswa. Jika dipersentasekan kegiatan pembelajaran, 50% guru berceramah dan 50% siswa mnegerjakan soal yang diberikan oleh guru. Hasil dari tes tertulis dari 21 siswa hanya ada satu siswa yang semua jawabannya benar, namun saat peneliti bertanya perkalian itu apa siswa tersebut beserta seluruh anggota kelas tidak mengerti apa itu perkalian. Peneliti juga memberikan soal hitung Perkalian 1 angka, Perkalian 2 angka, Perkalian pada materi Pembulatan dan menggunakan 2 angka, angka yang dikali dengan 0 dan soal cerita. Dari hasil tes di dapatkan seluruh siswa menjawab salah untuk soal pertama, 10 (47%) siswa menjawab salah untuk soal kedua, 5 (23%) siswa menjawab salah untuk soal nomor 3, 15 (71%) siswa menjawab salah untuk soal nomor 4 dan 17 (80%) siswa menjawab salah untuk soal nomor 5. Siswa ada yang kesulitan dalam menjumlahkan hasil perkalian dan ada yang salah dalam mengalikan antara 1 angka dan angka yang lainnya dan wali kelas membenarkan bahwa kebanyakan siswa masih sulit dalam perkalian 2 angka. Ada 1 orang siswa yang saat waktu pengerjaan sudah habis namun belum menjawab satu soalpun, siswa tersebut hanya diam saja saat ditanya oleh peneliti mengapa tidak menjawab soal. Rata-rata ketuntasan klasikal hanya 32,4%. Siswa yang mencapai ketuntasan minimal hanya 3 siswa (14,3%) dari total 21 siswa.

Hasil observasi tersebut menunjukkan kesenjangan antara pemahaman yang seharusnya di capai oleh siswa dengan kenyataan yang terjadi. Pemahaman

(5)

siswa jika di persentasekan masih kurang dan harus lebih di tingkatkan lagi. jika tidak ditingkatkan hal ini akan menjadi masalah bagi siswa dan guru pada jenjang selanjutnya. Secara teori, Bruner menekankan bahwa siswa harus diberi kesempatan untuk memanipulasi objek/alat bantu visual dalam proses pembelajaran. Dengan alat peraga, siswa dapat melihat secara langsung bagaimana keteraturan pola pada alat peraga digunakan. Bruner juga mengatakan bahwa dalam paemahaman dasar konsep yang abstrak diperlukan benda-benda konkret untuk memudahkan siswa dalam memahamai konsep abstrak yang sedang dipelajari. Dalam proses kegiatan ini siswa akan mendapatkan penguatan pemahaman mengenai konsep abstrak tersebut.

Hakikatnya untuk memahami konsep abstrak diperlukan alat peraga atau aktivitas nyata yang bisa dilihat oleh mata yang bisa menuntun siswa pada pemahaman konsep dan dapat diterapkan oleh siswa pada kehidupan sehari-hari.

dari masalah yang saya temukan maka perlu solusi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap perkalian. Salah satu cara yang diterapkan oleh peneliti adalah menggunakan media/alat peraga Papan Perkalian Pintar, alasan peneliti memilih ini karena papan dan tabel adalah dua hal yang sering ditemui oleh siswa di kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Pemahaman siswa pada Pembelajaran Matematika Kompetensi Dasar Perkalian dengan Media Papan Perkalian Pintar di Sekolah Dasar”.

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, terdapat 2 masalah yang ditemui oleh peneliti, yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media pembelajaran dan metode pembelajarannya dengan ceramah.

2. Kemampuan siswa dalam membulatkan angka dan perkalian 2 angka masih sangat kurang, ketuntasan klasikal hanya 32,4% dengan jumlah siswa yang mencapai nilai ketuntasan sebanyak 3 siswa (14,3%) dari total 21 siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, penelitian ini harus memiliki batasan masalah agar penelitian lebih efektif, adapun pembatasan masalah yaitu “Meningkatkan pemahaman perkalian siswa dengan media papan perkalian pada kompetensi dasar Pembulatan dan Penaksiran di Kelas 4.”

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat ditarik rumusan masalah yaitu “Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Matematika materi perkalian dengan media Papan Perkalian Pintar pada siswa kelas 4?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang telah dirancang, yaitu “Untuk meningkatkan pemahaman siswa pada pembelajaran Matematika materi perkalian dengan media Papan Perkalian Pintar pada siswa kelas 4”.

(7)

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis

Untuk menambah pengetahuan dan informasi terkait cara meningkatkan pemahaman anak terhadap perkalian dengan menggunakan media pembelajaran.

Serta bisa menjadi bahan rujukan untuk penelitian yang terkait.

1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat menambah pengetahuan dan wawasan guru terkait upaya meningkatkan pemahaman anak terhadap perkalian dengan media pembelajaran. Serta menjadi bahan pertimbangan dan referensi bagi guru untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap perkalian.

b. Bagi Siswa, dapat menambah pengetahuan serta wawasan siswa terkait pemahaman perkalian serta dapat memudahkan siswa belajar perkalian.

c. Bagi Peneliti, dapat menambah pengetahuan serta wawasan mahasiswa terkait cara untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap perkalian dengan menggunakan media pembelajran. Serta dapat menjadi bekal/persiapan bagi mahasiwa agar nanti bisa menjadi guru yang professional.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya pada kegiatan penutup, guru memberikan soal yang berupa beberapa pertanyaan terkait dengan bahan bacaan yang telah dipelajari oleh siswa yang harus dikerjakan

nilai yang didapat pada penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya kemungkinan karena perbedaan usia sampel serta alat pemeriksaan yang berbeda... Interval ini

Melalui perhitungan korelasi antara data hasil interpolasi dengan data pengukuran langsung, maka didapatkan bahwa metoda interpolasi spline memiliki tingkat presisi

(1) Pengadaan barang dan/atau jasa BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh

Dari uraian definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan dari judul skripsi peranan pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler jurnalistic learning activities

Hasil analisis antara ketersediaan sarana dengan cakupan penderita TB paru BTA positif, secara statistik menghasilkan nilai p=0,000 artinya ada hubungan yang bermakna, secara

Penelitian dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan melibatkan mahasiswa PGSD yang mengambil mata kuliah Magang II. Data diperoleh dengan

Kata repositori dapat merujuk ke pusat tempat dimana data dapat disimpan atau dipertahankan, Repositori juga dapat merujuk ke suatu tempat yang khusus digunakan