• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Institusi Repositori di Lembag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Institusi Repositori di Lembag"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Membangun Institusi Repositori

di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional

Untuk Diseminasi Hasil Penelitian

R. Johannes Manalu1*), B M Riyanto Subowo 2, Sunaryo3 1,2,3Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh-LAPAN

E-mail: jo_manalu@yahoo.com

Abstrak: Jurnal ilmiah dan proseding hasil penelitian yang telah diseminarkan baik secara nasional maupun internasional di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - LAPAN belum di simpan dan dikelola secara terpadu. Penyimpanan jurnal atau prosiding secara digital di LAPAN pada media tertentu kemungkinan sudah tersedia tetapi sulit diakses karena sistem pencari (searching) belum memadai. Institusi Repository (IR) dapat digunakan sebagai wahana diseminasi hasil penelitian suatu instansi yang dapat diakses secara terbuka. Adanya Institusi Repository (IR) di LAPAN diharapkan terjalin budaya bertukar informasi (sharing) kegiatan penelitian dan terbentuknya arsip publikasi ilmiah dengan baik. Institusi Repository (IR) tersebut dibangun melalui sistem basis metadata, sehingga memudahkan dalam melakukan akses (query) untuk menemukan metadata jurnal maupun proseding yang diperlukan. Pembangunan sistem basis metadata yang terintegrasi untuk pengelolaan publikasi ilmiah di LAPAN diperlukan keseragamaan format folder untuk memudahkan dalam pembuatan query yang digunakan dalam aplikasi website. Website yang dibangun harus dapat menampilkan metadata yang dibutuhkan oleh user/ peneliti secara mudah (user-friendly). Dari sistem basis metadata yang dibangun tersebut akan dihubungkan dengan aplikasi website yang merupakan portal untuk memperoleh metadata yang diiginkan. Dibangunnya Institusi Repository (IR) akan meningkatkan penyebaran publikasi ilmiah dan teknologi penginderaan jauh satelit LAPAN serta optimalisasi hasil penelitian dengan institusi lain.

Kata Kunci: Institusi Repositori, Metadata, Diseminasi

Abstract: Scientific journals and Proceedings of the research that has been presented in the seminar, both nationally and internationally in Remote sensing Application Center-LAPAN are not stored and managed in an integrated system. Depository of digital journals or proceedings in LAPAN in certain media may already be available but difficult to access because of the searching system is not adequate. Institutional Repository (IR) can be used as a tool for dissemination of research results as a public access. The existence of Institutional Repository (IR) in LAPAN is expected as exchange information of research activities and to create a good archive of scientific publications. Institutional Repository (IR) is built base on metadata system, so it is easy to access and to find metadata journals and proceedings that is required. Development of integrated metadata database system for the management of scientific publications in LAPAN require a same type of folder forma t to facilitate the making of queries in web applications. The Websites is built to be able to display the metadata by the user/researcher easily (user -friendly). The Metadata system will be link to the application website to find the metadata. Institutional Repository (IR) will improve the dissemination of scientific publications and remote sensing application of LAPAN and optimizing the results of research with other institutions.

Key Word: Institution Repository, Metadata, Dissemination.

1. PENDAHULUAN

Untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi hasil penelitian berupa jurnal, prosiding, kumpulan data serta tulisan yang tidak dipublikasikan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional - LAPAN harus membangun repositori. Hal ini dimaksudkan untuk menyediakan akses terbuka terhadap hasil penelitian, menciptakan visibility global terhadap karya lembaga, mengumpulkan konten pada lokasi tunggal dan menyimpan serta memelihara aset digital lembaga (Hasugian J, 2013). Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, LAPAN dituntut untuk mendokumentasikan hasil penelitian secara digital baik berformat tex, audio, ataupun video, maka untuk melakukan penyimpanan dokumen-dokumen digital tersebut diperlukan repositori digital.

Repositori dapat diartikan sebagai gudang yang mencakup, perpustakaan, museum, arsip. Institutional

Repository (IR) sebagai penyimpan dan preservasi informasi digital sebuah organisasi atau asset

pengetahuan sebuah organisasi (Branin, 2010). Repositori institusi didefinisikan sebagai “a permanent,

institute-wide repository of diverse locally produced digital eworks (e.g. article preprints and postprints, data sets, electronic theses and dissertations, learning objects, and technical reports that is available for

public use and supports metadata harvesting (University of Houston, 2006). Definisi serupa diberikan juga

oleh Mark & Shearer (2006) yang menulis “an Institutional Repository is a way for every academic

(2)

2 menyediakan akses pada karya digital yang merupakan produk sebuah komunitas (Alb. Pramukti Narendra SS. M.IP, 2014).

Kemajuan teknologi telah mengubah paradigma pola kehidupan manusia dan menghasilkan berbagai pola pikir yang berbeda, salah satu teknologi yang saat ini banyak digunakan dan dibicarakan adalah internet. Kehadiran internet merupakan jembatan pertukaran informasi antar suku dan budaya, dan cara komunikasipun berubah drastis. Internet bukanlah satu-satunya sarana sumber informasi, (Wallace, 1999) berpendapat bahwa internet adalah perpustakaan di dunia maya berisi informasi yang dibutuhkan oleh manusia. Dalam waktu yang singkat, internet berhasil menarik perhatian setiap orang dan saat ini sudah hampir menjadi kebutuhan utama (Pressman, Roger S. 2002).

Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi internet, LAPAN harus menjadi sumber utama informasi hasil penelitian pemanfaatan data penginderaan jauh satelit. Salah satu fungsi LAPAN di era teknologi informasi harus sebagai IR di bidang penginderaan jauh satelit. Dengan membangun IR, LAPAN telah melaksanakan sebuah konsep pengumpulan, pengelolaan, penyebaran dan pelestarian karya-karya ilmiah di bidang penginderaan jauh satelit. Hasil karya LAPAN dikelola dalam bentuk digital yang dapat dimanfaatkan dan ditemukan kembali melalui mesin pencari dengan mudah untuk menunjang pertukaran

(sharing) dan promosi yang baik untuk kepentingan penyampaian hasil penelitian antar pusat penelitian

pemerintah maupun swasta, sehingga penelitian menggunakan data penginderaan jauh satelit dapat berkembang dengan baik di masyarakat luas. Untuk membangun IR dapat menggunakan sumber daya yang sudah ada maupun membangun dari awal, menggunakan sumber daya yang sudah ada dapat menggunakan perangkat lunak IR yang gratis seperti Dspace, Eprints, Senayan Library Information Management Systems

(SLIMS) (Antonius Rachmat C, 2016).

2. METODOLOGI

Kajian pembangunan IR di LAPAN dapat dibagi dalam 3 tahapan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.1, di bawah ini.

Gambar 2.1 Tahapan Pembangunan IR di LAPAN.

Kajian pembangunan IR ini, menggunakan Metode Studi Pustaka dan Metode Spiral dimana Metode Spiral merupakan gabungan dari Metode Daur Hidup dengan Metode Prototype. Tahap pengumpulan data dengan cara studi pustaka, dibutuhkan referensi-referensi yang relefan dengan obyek. Beberapa referensi tersebut diambil dari, artikel, situs internet, buku dan studi sejenis serta sumber informasi lain yang berkaitan. Setelah mendapatkan beberapa referensi yang sesuai, dilanjutkan dengan pencarian informasi-informasi yang dibutuhkan.

(3)

3 informasi digital yang mudah diakses, dicari, dilihat dan diambil oleh pengguna. Dengan adanya IR, melalui proses digitalisasi yang murah dan efektif konten digital yang terseleksi dan terkumpul sebagai aset digital tidak hanya tersimpan di media tertentu tetapi tersimpan pada komputer di berbagai belahan dunia. Dengan berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat memberikan dampak cukup besar dalam pengelolaan IR khusunya preservasi digital, sehingga perlu adanya sebuah tanggung jawab yang besar untuk mempertahankan siklus hidup digital, pelestarian dan akses jangka panjang, mempunyai tujuan agar informasi digital dapat terus terjaga dan dengan cepat ditemukan oleh pengguna dalam waktu yang tidak terbatas, dan untuk merancang pembangunan IR digital diperlukan sebuah standar pelestarian digital. Dengan adanya standar tersebut memungkinkan informasi yang dilestarikan dapat dimanfaatkan sesuai keinginan pengguna.

2.1.Institutional Repositori

Menurut (Pendit 2008), istilah lembaga penyimpanan merujuk ke sebuah kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah komunitas tertentu. (Mustaine 2008) dalam (Siagian 2009), menjelaskan bahwa:

Kata repositori dapat merujuk ke pusat tempat dimana data dapat disimpan atau dipertahankan, Repositori juga dapat merujuk ke suatu tempat yang khusus digunakan untuk menyimpan data digital, dapat merujuk ke situs pencetakan terletak. Repositori juga berarti tempat di mana banyak database atau file yang terletak yang kemudian beberapa digunakan untuk distribusi melalui jaringan tertentu. Hal ini juga dapat merujuk ke lokasi komputer yang diakses secara langsung ke pengguna tanpa dia mencari atau log on ke seluruh jaringan. Secara singkat repositori berarti tempat di mana apa pun disimpan yang nantinya dapat digunakan lagi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa repositori berarti suatu tempat untuk menyimpan dan melestrarikan informasi digital yang dapat didistribusikan dalam jaringan komputer untuk digunakan kembali. Repositori dapat berarti gudang sehingga bisa mencakup perpustakaan, museum, bahkan juga gudang arsip. Definisi dari (University of Houston, 2006) dalam (Alb. Pramukti Narendra, 2014) bahwa Repositori institusi didefinisikan sebagai suatu institusi repositori yang permanen yang diproduksi secara lokal oleh jaringan digital yang berbeda (mis artikel pracetak dan paska cetak, kumpulan data, tesis dan disertasi elektronik, obyek belajar, dan laporan teknis yang tersedia untuk umum dan mendukung mengadopsi metadata.

(Crow, Raym, 2002) dalam (Muh Ahlis Ahwan, 2012) menyebutkan bahwa jenis koleksi yang disediakan pada sebuah Institutional Repositori dapat berupa proposal penelitian, hasil penelitian, buku lepas, bahan pengajaran, buku, data, laporan penelitian, prosiding atau hasil seminar, skripsi, tesis, disertasi, dan buku panduan. Karakteristik koleksi institutional repositorimenurut Pendit (2008) adalah:

a. Pengirim materi untuk disimpan bukanlah hanya si pembuat, tetapi juga pemilik karya (misalnya penerbit yang sudah membeli hak cipta dari penulis) dan pihak ketiga (misalnya pustakawan). b. Selain karya, disimpan pula metadata dari karya tersebut, dan ini dimungkinkan karena perangkat

lunaknya memang sudah dilengkapi dengan boring untuk mengisi metadata secara mudah. c. Pada umumnya tersedia mekanisme sederhana untuk meletakkan, mengambil mencari dokumen. d. Karena mengendalikan inisiatif dari pihak pengirim, maka sebuah simpanan kelembagaan perlu

mendapatkan kepercayaan dan dukungan.

e. Karakteristik sctiap simpanan kelembagaan temtu saja sangat ditentukan oleh lembaga tempatnya berada, selain oleh jenis koleksinya, yang terutama merupakan basil penelitiannya.

(Freedom Foundation USA, 2007) dalam (Siagian, 2009), menyatakan bahwa repositoriadalah: tempat

dimana data atau spesimen disimpan dan dipelihara untuk pengambilan masa depan. Repositori bisa sebagai :

 Sebuah tempat penyimpanan data

 Sebuah tempat data digital yang spesifik

 Sebuah lokasi pencetakan

 Sebuah tempat di mana beberapa database atau file ditempatkan untuk didistribusikan melalui jaringan

 Sebuah tempat untuk menyimpan spesimen, termasuk serum atau fraksi biologis lainnya

(4)

4 Menurut (Pandapotan H., 2013), ada 4 hal yang menjadi perhatian utama bagi eksistensi institutional repository, diantaranya sebagai berikut :

1. Untuk mengumpulkan konten dalam satu lokasi sehingga mudah untuk ditemukan kembali. 2. Untuk menyimpan dan melestarikan aset intelektual sepanjang waktu.

3. Untuk menyediakan akses terbuka terhadap karya intelektual institusi kepada khalayak umum. 4. Untuk menciptakan visibilitas global bagi hasil karya ilmiah institusi.

Dibangunnya sarana penyimpanan digital LAPAN, dimana sarana tersebut berisi koleksi hasil penelitian sangat berguna untuk diseminasi hasil penelitiannya. Koleksi hasil penelitian tersebut perlu dikelola menggunakan sarana teknologi agar mudah diakses dan dimanfaatkan oleh para peneliti maupun pengguna lainnya. Koleksi hasil penelitian dalam bentuk digital dari suatu institusi yang dikelola dan disimpan dalam suatu tempat serta didistribusikan melalui jaringan agar dapat digunakan lagi oleh institusi maupun masyarakat umum disebut sebagai Institutional Repository (IR). Dengan adanya IR diharapkan koleksi

repository dapat diakses dengan mudah dari mana saja dan kapan saja.

Pengembangan sistem informasi termasuk IR memiliki beberapa model. Metodology yang digunakan akan menggabungkan model Daur Hidup dan Prototype, dimana masing-masing model akan dijelaskan secara ringkas di bawah ini, dan pada bagian akhir akan digambarkan bagaimana menggabungkan ketiga model tersebut dengan Metode Spiral.[3](Antonius Rachmat C, 2016)

2.2.Metode Daur Hidup

Metode daur hidup memiliki berbagai tahap, dan setiap tahap memiliki sub-tahap yang lebih detail. Secara umum tahap pada Metode Daur Hidup (Gambar 2.2) adalah :

1. Tahap Perencanaan, pada tahap ini sebenarnya terlebih dahulu dilandasi oleh tahap pemahaman akan keinginan dari user dengan melihat beberapa faktor dibawah ini :

 Pendefinisian masalah

 Tujuan dari pengembangan sistem informasi  Organisasi pemakai

2. Tahap Analisis, pada tahap ini akan menganalisis permasalahan lebih mendalam untuk melihat dari sisi teknis dan non teknis. Seperti faktor ekonomis, non-ekonomis, hukum, etika, operasional, jadwal, pembiayaan dan sebagainya.

3. Tahap Disain/Perancangan, pada tahap ini adalah melakukan perancangan teknis dari hasil dua tahap sebelumnya. Seperti pada pengembangan database, maka hal ini akan memberikan output rancangan DFD, ERD, Data Dictionary, Flow Chart dan sebagainya.

4. Tahap Implementasi/Penerapan, hasil pada tahap perancangan akan dituangkan dalam pengkodean pembuatan aplikasi ataupun website.

5. Tahap Evaluasi, hasil dari pengkodean perlu di uji dengan mengikuti berbagai metode pengujian yang telah banyak di anut pada sistem informsi seperti Black-Box ataupun White-Box model. Hasil evaluasi akan dapat memberikan feedback untuk kembali ke tahap penerapan dalam rangka penyempurnaan pengkodean. Pada tahap evaluasi juga akan dilihat kesesuaian dengan sistem perangkat keras, jaringan komputer, perangkat lunak lainnya dan tentu saja user dari sistem informasi yang terkait.

(5)

5 Gambar 2.2. Metode Daur Hidup

2.3.Metode Prototipe

Metode Prototipe menekankan perlunya prototipe untuk evaluasi sebelum dilakukan pengembangan sistem secara total. Pada teknologi prototipe bisa dikembangkan dengan alat yang sama atau berbeda. Teknologi Rapid Application Development (RAD) (Gambar 2.3) memungkinkan untuk pengembangan prototipe sehingga pengguna dapat lebih mudah memahami dan memberikan umpan balik terhadap sistem yang akan dibangun (Theresia Han, 2013). RAD mengacu pada pengembangan siklus hidup yang dirancang untuk memberikan pengembangan secara cepat, berkualitas lebih tinggi daripada sistem siklus hidup tradisional. RAD mempunyai tujuan kecepatan mengakses melalui internet dan berbiaya rendah (Introduction to Rapid Application Development(RAD), 2016. Metode prototipe memiliki tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kebutuhan pemakai, pada tahap ini akan melakukan analisis sitem terhadap kebutuhan pemakai seperti antar muka, prosedural ataupun teknologi yang akan digunakan.

2. Mengembangkan prototipe, pada tahap ini pemrograman akan mengembangkan prototipe untuk dievaluasi oleh pengguna.

3. Evaluasi prototipe, apakah pengguna dapat dipenuhi keinginannya, jika tidak maka akan dilihat apakah cukup dilakukan perbaikan-perbaikan ataukah harus di rombak total.

4. Pengembangan sistem secara keseluruhan jika telah diterima oleh pengguna pada tahap prototipe. 5. Evaluasi sistem secara keselurahan seperti tahap evaluasi pada Metode Daur Hidup.

6. Implementasi dari sistem yang telah lewat dari tahap evaluasi

Gambar 2.3. RAD Menggunakan Prototipe

Perencanaan Analisis Disain/

Perancangan

Implementasi/ Penerapan Evaluasi

(6)

6 2.4.Metode Spiral

Metode ini dikembangkan dari gabungan Metode Prototipe dan Daur hidup. Metode ini dirancang secara evolusioner dengan tahapan yang jelas, tetapi terbuka bagi pengguna untuk ikut serta guna menentukan pemodelan dari sistem yang dirancang tersebut seperti pada (Gambar 2.4.). Pada pemodelan ini terbagai menjadi empat kuadran sebagai berikut :

a. Kuadran 1.Perencanaan, pada kuadran ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tujuan,sasaran, alternatif-alternatif dan batasan-batasan sistem.

b. Kuadran 2. Analisa resiko, pada kuadaran ini dilakukan analisis terhadap alternatif-alternatif yang ada dan mengidentifikasi resiko-resiko yang mungkin terjadi.

c. Kuadran 3. Teknis, pada kuadran ini dilakukan pembangunan sistem secara teknis dan bertahap. d. Kuadran 4. Evaluasi, pada kuadran ini dilakukan penilaian terhadap hasil pembangunan sistem

tersebut oleh pemesan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.

Gambar 2.4. Metode Spiral

3. HASIL PEMBAHASAN

Mengacu kepada metode spiral diatas, maka perancangan model logik dari sistem yang akan dibangun secara rangkaian logik diperlihatkan pada Gambar 3.1.

(7)

7 Untuk tercapainya tujuan dan sasaran pelaksanaan kegiatan penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa) LAPAN mempunyai beberapa kegiatan sebagai Kompetensi Utama dan kegiatan Layanan antara lain:

1. Deputi Bidang Sains Antariksa dan Atmosfer yang meliputi kegiatan di Pusat Sains Antariksa dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer.

Kegiatan Pusat Sains Antariksa meliputi: a. Penelitian bidang Matahari dan Antariksa

b. Penelitian bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa c. Penelian bidang Ionosfer dan Telekomunikasi d. Penelitian bidang Teknologi Pengamatan

Kegiatan Pusat Sains dan Teknologi Antariksa meliputi: a. Penelitian bidang Pemodelan Atmosfer

b. Penelitian bidang Komposisi Atmosfer c. Penelitian bidang Teknologi Atmosfer

2. Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa yang meliputi kegiatan di Pusat Teknologi Satelit, Pusat Teknologi Penerbangan dan Pusat Teknologi Roket

Kegiatan Pusat Teknologi Satelit:

a. Pusat Teknologi Satelit mempunyai Penelitian danPengembangan Product Satellite antara lain: LAPAN TUBSAT, LAPAN A2 dan LAPAN A3

b. Pengembangan E-paper

Kegiatan Pusat Teknologi Penerbangan :

a. Program Pengembangan Pesawat berawak untuk Transport Nasional dan Light Surveilance Aircraft b. Program Pengembangan Pesawat Tanpa Awak berupa Light Surveilance UAV 02, Light

Surveilance UAV 03, Light Surveilance UAV 05

c. Diseminasi tentang Kebencanaan, Pemetaan dan Strategic APPL Kegiatan Pusat Teknologi Roket:

a. Pengembangan Roket Sonda b. Pengembangan Roket EDF/TJ c. Pengembangan Roket Cair d. Roadmap Roket Peluncur satelit

3. Deputi Bidang Penginderaan Jauh meliputi kegiatan di Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh dan Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh.

Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh: a. Litbangyasa Penerimaan Data

b. Litbangyasa Pengolahan Data c. Litbangyasa Pengelolaan Data

Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh mempunyai Bidang Kopetensi meliputi: a. Sistem Informasi untuk Mitigasi Bencana Alam

 Kondisi liputan awan dan curah hujan

 Sistem peringkat bahaya kebakaran (SBPK)

 Pemantauan Kondisi Titik Panas (hotspoy)

 Kabut Asap Kebakaran, dan Informasi Bekas Lahan Terbakar

 Informasi Potensi Banjir

 Informasi Potensi Banjir/Kekeringan di Wilayah Pertanaman Padi

 Informasi Letusan Gunung Berapi

b. Sistem Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

 Informasi Pulau Kecil Terluar

Dari kegiatan di atas para peneliti akan menghasilkan karya berupa :

(8)

8

 Proseding

 Katalog/ kumpulan data

Diseminasi hasil kegiatan penelitian diperlukan sarana penyimpanan berupa IR untuk keperluan pengembangan penelitian yang berkelanjutan. IR membutuhkan sarana dan prasarana yang handal antara lain jaringan internet, perangkat keras dan perangkat lunak. Jaringan internet LAPAN saat ini dilayani dari LAPAN pusat meliputi dari DNSserver, Web Server, Mail Server, IM & VoIP Server dan Backup Network. Sedangkan untuk membangun IR diperlukan tambahan beberapa server dan switch control untuk keperluan

load balancing. Dari penggambaran rangkaian logik Arsitektur Institutional Repository (Gambar 3.1).

Sebagai penunjang pembangunan IR, dibutuhkan perangkat keras, perangkat lunak dan kelengkapan lain yang terdiri dari :

 Buku penunjang untuk develop software dan system  Sumber daya manusia

 keterlibatan beberapa bagian eksternal (jaringan ilmiah)

4. KESIMPULAN

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat sangat mempengaruhi pilihan strategi berkomunikasi dan diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi tantangan sekaligus catatan bagi LAPAN untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan tersebut. Penyimpanan hasil penelitian para peneliti LAPAN berupa proseding, katalog dan jurnal sebagian sudah tersimpan secara digital di computer server tetapi sebagian besar masih di berbagai tempat misalnya di hardisk pribadi. Untuk menghimpun hasil penelitian dan disimpan dalam bentuk digital diperlukan tempat penyimpan yang dapat diakses, Institutional Repositori (IR) merupakan salah satu sarana penyimpan yang mudah diakses.

(9)

9 organisasi yang harus terus dipegang teguh dan dijalankan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi penyimpangan dalam membangun IR.

Untuk melakukan pertukaran data, kebijakan konten dapat disesuaikan dengan karakteristik LAPAN karena terkait dengan format dan subyek, namun metadata harus mengikuti format standar. Kebijakan akses sesuai dengan tujuan akses terbuka harus bisa digunakan secara luas dengan tetap memperhatikan hak cipta antara lain dengan memberikan lisensi Creative Commons. Dari segi konsep situs web, IR perlu memiliki halaman depan, fasilitas penelusuran, fasilitas deposit dan fasilitas pendukung lain seperti panduan, statistik, advokasi dan profiling.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alb. Pramukti Narendra SS. M.IP, Pengelolaan Repository institusi, (institutional Repositoryes) Akses Terbuka (OA, Open Access) dan ketampakan (visibility) universitas.

Diakses dari: https://fpptijawatengah.files.wordpress.com/.../Repository-institusi-fppti-jawatengah diunduh 25 April 2016

2. Ahwan Muh Ahlis, 2012. Ketersediaaan Koleksi Digital UNDIP Institutional Repository Dalam

Memotivasi Pemustaka Menyusun Tesis di Perpustakaan Program Studi Magister Linguistik Universitas Diponegoro, Jurnal Ilmu Perpustakaan Vol 1, No 1 (2012)

3. Antonius Rachmat C, Analisis Rancang Bangun Sistem Repository Institusi Berbasis Metadata Dublin Core di UKDW Yogyakarta.

http://library.umn.ac.id/jurnal/public/uploads/kajians/pdf/afc0a4d59597ac5149cb429b71c95bd9.pdf diunduh 25 April 2016

4. Crow, Raym. "The Case for Institutional Repositories: A SPARC Position Paper." ARL, no. 223 (August 2002): 1-4. <http://www.arl.org/newsltr/223/instrepo.html>.

5. Dyah Sulistyorini (2013), Akses Tebuka, Informasi ilmiah, tunggu apa lagi. http://www.antaranews.com/berita/386763/akses-terbuka-informasi-ilmiah-tunggu-apa-lagi diunduh 27 April 2016) 6. Hasugian J., ‘Pengembangan Repositori Institusi Pengalaman Perpustakaan USU’, Repository.usu. ac.id, 2013.

Diakses dari :

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39523/1/Pengembangan%20Repositori-Pengalaman%20Perpustakaan%20USU.pdf diunduh 2 Mei 2016

7. Introduction to Rapid Application Development (RAD) http://www.ftms.edu.my/ diunduh 25 April 2016 8. Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri.

9. Pressman, Roger S. 2002.”Rekayasa Perangkat Lunak (Pendekatan Praktis).” Yogyakarta : Andi.

10. Sondang P. Siagian. (2009). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja.Jakarta: PT Rineka Cipta.

11. Theresia Han, Model Life Cycle Software, 23 Januari 2013 http://theresianihan.blogspot.co.id/ diunduh 25 April 2016

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan Pembangunan IR di LAPAN.
Gambar 2.2. Metode Daur Hidup
Gambar 3.1. Arsitektur Institutional Repositori.

Referensi

Dokumen terkait

1. Pola komunikasi adaptasi mahasiswa UMSU yang indekos terdapat empat tahap yang prinsip dilakukan, yakni pertama penyesuaian diri dengan budaya baru karena penuh

Pendekatan kelembagaan pilihan rasional dipilih karena mampu menerangkan bagaimana dan me- ngapa individu dan organisasi terlibat dalam aksi kolektif sesuai dengan aturan untuk

MANAJEMEN LABA DAN RISIKO PASAR TERHADAP COST OF EQUITY CAPITAL (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi repositori institusi perpustakaan berbasis web yang dapat memudahkan mahasiswa dalam menemukan bahan-bahan referensi untuk

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka pada penelitian tugas akhir ini dilakukanlah pengukuran bidang tanah dengan menggunakan GNSS metode RTK akan menganalisis perbandingan

Implikasi Pembelajaran IPA terintegrasi Al- Quran dan nilai-nilai pesantren pada Kelas VII SMP/MTs, melalui tiga tahap seperti yang dijelaskan Barizi (2011) tahap

Perpustakaan yang memiliki keinginan untuk maju dan berkembang tentu harus didukung dengan pelestarian bahan pustaka secara maksimal. Pelestarian bahan pustaka