• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGELOLA ZAKAT (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGELOLA ZAKAT (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENERAPAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TERHADAP AKUNTABILITAS KEUANGAN PENGELOLA

ZAKAT (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum (MH) Dalam Bidang

Hukum Ekonomi Syariah (HES)

OLEH:

Rina Nur Izzatin NIM: 219420371

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (HES) PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1444 H/2022 M

(2)

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Keuangan Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)” yang ditulis oleh Rina Nur Izzatin, NIM: 219420371 telah diperiksa dan disetujui untuk dijadikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta: 03 Muharram 1444 H

01 Agustus 2022 M

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I, MA. Dr. H. hidayat, MA

(3)

ii

LEMBARAN PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan judul “Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Keuangan Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)” oleh Rina Nur Izzatin, NIM: 219420371 telah diujikan di sidang Munaqasyah Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 20 Desember 2022. Tesis tersebut telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Hukum (M.H.) dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah.

No. Nama Jabatan dalam Tim Tanda

Tangan 1. Dr. Muhammad Azizan

Fitriana, MA.

Ketua 2. Dr. H. Hidayat, MA. Sekretaris 3. Prof. Dr. Abdul Wahab Abd

Muhaimin, Lc., MA.

Anggota/Penguji I 4. Dr. Hendra Kholid, MA. Anggota/Penguji II 5. Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I.,

MA.

Anggota/Pembimbing I 6. Dr. H. Hidayat, MA. Anggota/Pembimbing II

Tangerang Selatan: 20 Desember 2022 M 27 JMD. Awl 1444 H

Mengetahui

Direktur Pascasarjana IIQ Jakarta

Muhammad Azizan Fitriana, MA.

(4)

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rina Nur Izzatin

NIM : 219420371

Tempat/Tgl. Lahir : Lamongan, 27 Desember 1996

Menyatakan bahwa Tesis dengan judul “Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Keuangan Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)” adalah benar asli karya saya kecuali kutipan- kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 01 Agustus 2022

(Rina Nur Izzatin)

(5)

iv ABSTRAK

Rina Nur Izaatin, Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia). Magister Prodi Hukum Ekonomi Syariah IIQ Jakarta.

Laporan keuangan pengelola zakat harus sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku yakni PSAK No.109 dinyatakan tidak bertentangan dengan syariah dan fatwa Majelis Ulama Indonesia oleh Dewan Syariah Nasional MUI pada tanggal 16 Agusutus 2011. Sehingga PSAK No.109 menjadi prinsip dasar dalam menjalankan akuntansi keuangan di lembaga zakat. Seluruh organisasi pengelola zakat wajib menjalankannya. Adapun tujuan dari penelitian ini, salah- satunya yakni untuk menganalisa sejauh mana ketaatan organisasi pengelola zakat dalam pembuatan laporan keuangan.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan studi kasus. Penulis meneliti suatu fenomena yang terjadi di lapangan yakni banyaknya Organisasi Pengelola Zakat yang belum menerapkan PSAK No. 109.

Penelitian ini juga bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji dampak penerapanl Undang-Undangl No. 23l tahun 2011l terhadap akuntabilitas pengelola zakat (studi kasus BAZNAS RI), sumber data primer berasal dari hasil wawancara, dan semua peraturan yang bersangkutan dengan perzakatan. Sumber data sekunder berasal dari website resmi, buku, dan jurnal.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama ketaatan pembuatan laporan keuangan zakat pada organisasi pengelola zakat belum 100%, dibuktikan dengan banyaknya pengelola zakat yang belum menerapkan PSAk No. 109 yang harus diterapkan oleh organisasi zakat, bahkan ada organisasi yang belum membuat laporan keuangan zakat. Kedua ada dua mekanisme pengawasan yakni audit internal dan audit eksternal. Ketiga audit berpengaruh penting terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

Kata kunci: Akuntabilitas, Audit, Dampak dari Undang-Undang No. 23 tahun 2011.

(6)

v ABSTRACT

Rina Nur Izaatin, The Impact of Implementing Law Number 23 of 2011 on the Accountability of Zakat Managers (Case Study of the Republic of Indonesia's National Amil Zakat Agency). IIQ Jakarta Sharia Economic Law Study Program Master.

The financial statements of zakat managers must comply with applicable laws and regulations, namely PSAK number 109 which was declared not to conflict with sharia, and the fatwa of the Indonesian Ulema Council by the MUI National Sharia Council on August 16, 2011. So PSAK number 109 becomes the basic principle in carrying out accounting finance in zakat institutions. All zakat management organizations are required to implement it. The purpose of this study, of them is to analyze the extent to which zakat management organizations obey in preparing financial reports.

This research is a type of qualitative research using case studies. The author examines a phenomenon that occurs in the field, namely the many Zakat Management Organizations that have not implemented PSAK number 109. This research is also normative juridical research, namely research that is focused on examining the impact of the implementation of Law number 23 of 2011 on the accountability of zakat managers (a case study of BAZNAS RI), the primary data source comes from the results of interviews, and all regulations related to zakat.

Secondary data sources come from official websites, books, and journals.

The results of this study indicate that, First, compliance with the preparation of zakat financial reports at zakat management organizations is not yet 100%, as evidenced by the large number of zakat managers who have not implemented PSAk No. 109 that must be implemented by zakat organizations, there are even organizations that have not made zakat financial reports. Second, there are two monitoring mechanisms, namely internal audit, and external audit. The three audits have an important effect on increasing the financial accountability of zakat managers. Keywords: Accountability, Audit, Impact of Law Number 23 of 2011.

(7)

vi

صخللما

ون انير ةّزع ر

ت رثأ ، قيبط مقر نوناقلا 34

ل ةنس 3122 ةيلؤسم لوح

( ةاكزلا يريدم ةسارد

ةلاح ل ةلاكول .)ايسينودنإ ةيروهجم في ةاكزلل ةينطولا فىيرتسجام

نوناقلا ةسارد جمنارب يداصتقلاا

لإا مامس IIQ تاركاج .

يرياعم .مقر نوناقلل اقفو ةلؤسلدا 34

ةنسل 3122 ةقفاوتم نوكت نأ بتج ةاكزلا ةرادإ يأ ،

نامعإ .ابه لومعلدا حئاوللاو ينناوقلا عم PSAK

مقر 211 ىوتفو ةعيرشلا عم ضراعتي لا ونأ

سينودنلإا ءاملعلا سللر (MUI)

حبصي كلذل ،

PSAK مقر

211 في ساسلأا أدبلدا وى

بسالمحا ءارجإ تا

ةاكزلا تاسسؤم في ةيلالدا .

ةاكزلا ةرادإ فى تاسسؤلدا عيجم ىلع بجيف مزتلت نأ

.ابه دادعإ في ةاكزلا ةرادإ تاسسؤم مازتلا ىدم ليلتح وى اىدحأ نإف ، ةساردلا هذى ضرغلو

ةيلالدا ريراقتلا .

اذى مادختسبا عونلا ثحبلا نم عون وى ثحبلا ةرىاظ نع ثحابلا ثحبي .ةلالحا ةسارد

ذفنت لم تيلا ةاكزلا ةرادإ تائيى ددع ىو ،ناديلدا في ثدتح PSAK

مقر 211 ت بط يق نوناقلا

اكزلل ة،

ةاكزلا يريدبم ةقلعتلدا ةلاح ةسارد(

BAZNAS RI ىلع دامتعلإبا ثحابلا ماق ،)

و حئاوللا عيجمو تامباقلدا جئاتن نم ةيساسلأا رداصلدا علإا

دامت عقاولدا نم ةيوناثلا رداصلدا ىلع

.ةيسمرلا تاملمجاو بتكلاو ةينوتًكللإا ةساردلا هذى جئاتن يرشت

ًالوأ ةرادإ تاسسؤم في ةاكزلل ةيلالدا ريراقتلا دادعبإ مازتللاا نأ لىإ

لىإ دعب لصي لم ةاكزلا 211

نم حضتي امك ، ٪ هرادلإءاردم

اوقبطي لم نيذلا ةاكزلا PSAk No.

109 ا تيل مزلت ةاكزلا ريراقت مدقت لم تامظنم كانى نأ تىح ، ةاكزلا تامظنم لبق نم ذفنت نأ

.ةيلالدا

ًااينثا قيقدتلا تايلمع . جرالخا قيقدتلاو لخادلا قيقدتلا اهمو ، ةبقارملل ناتيلآ كانى ،

ةثلاثلا .ةاكزلا يريدلد ةيلالدا ةلءاسلدا ةدياز ىلع مهم يرثتأ الذ

ًتاملكلا يحاتفلما

ة

ً:

ًرادإ ةاكزلاًة

ً،

هيلالماًةاكزلاريراقت

ً،

ً

ً.مقرًنوناقلاًيرثتأً،ًقيقدتلا 34

ً

ًنم

3122

.

(8)

vii

KATA PERSEMBAHAN

ٍمْلِع ْكَأ ٍةَيِراَج ٍةَقَدَص ْنِم َّلاِإ ٍةَثَلاَث ْنِم َّلاِإ ُهُلَمَع ُهْنَع َعَطَقْػنا ُفاَسْنِلإا َتاَم اَذ

إ

ُهَل وُعْدَي ٍحِلاَص ٍدَلَك ْكَأ ِهِب ُعَفَػتْػنُػي

“Jika seorang manusia mati, maka terputuslah darinya semua amalnya kecuali dari tiga hal, dari sedekah jariyah atau ilmu yang diambil manfaatnya atau anak salih yang mendoakannya." (HR Muslim no. 1631)

نيغلا دبع ناا ك رقفلا نم ؼاخا فيك

Bagaimana aku takut akan kemiskinan, sedangkan aku adalah seorang hamba dari yang maha kaya (Allah).

(9)

viii

مسب وللا نمحرلا ميحرلا

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga Tesis yang berjudul “Dampak Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)” dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.

Salawat dan salam, penulis persembahkan kepada Nabi akhir zaman, Nabi agung Muhammad SAW, sebagai suri tauladan serta uswah hasanah yang harus diteladani oleh setiap insan untuk kemaslahatan, dan keselamatan dunia akhirat.

Penulis sangat menyadari bahwasanya dalam penyelesaian Tesis ini terdapat banyak hambatan yang penulis hadapi, namun dengan kegigihan yang keras serta dukungan dari semua pihak, baik secara moril maupun materil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun akan selalu dikenang hingga unjung usia. Dengan memohon kepada Allah SWT, segala jasa kebaikan senantiasa mendapat ganjaran pahala berlipat ganda.

Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi, Program Pascasarjana di Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Penulis menyadari bahwasanya Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan penghaormatan dan rasa terimakasih kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Ibu Dr. Hj. Nadjematul Faizah, S.H, M.Hum.

2. Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Bapak Dr. H.

Muhammad Azizan Fitriana, MA.

3. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah, Bapak Dr. H. Hidayat

(10)

ix

4. Bapak Dr. Syarif Hidayatullah, S.S.I., MA. dan Bapak Dr. H. Hidayat, MA.

sebagai dosen pembimbing tesis I dan II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan petunjuk dengan sabar kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Para dosen pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan dibangku perkuliahan.

6. Seluruh Staf Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah membantu dari proses awal hingga akhir penulisan tesis.

7. Teman-teman kelas pascasarjana HES angkatan 2019, yang selalu bersama dan menyemangati penulis dari awal hingga akhir.

8. Keluarga besar BAZNAS RI, khususnya Bapak Dr. Ahmad Hambali, S.Ag., M.H. (Kepala Divisi Hukum dan Kelembagaan/Kepala PPID BAZNAS RI), Bapak Iwan Ginda (Narasumber), Bapak Taris (Narasumber sekaligus sebagai Manager PPID BAZNAS RI, teman-teman Divisi Layanan Publik, dan Divisi Layanan Muzakki, yang namanya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian kedua saya, memberikan data, informasi, pengalaman, meluangkan waktu, dan sabar dalam menjawab pertanyaan penulis.

9. Seluruh Staf perpustakaan IIQ Jakarta, Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, dan UIN Jakarta yang telah memfasilitasi berupa buku-buku dan tempat yang nyaman untuk menyelesaikan tesis ini.

10. Keluarga penulis terkasih dan tercintai, orangtua Bapak Misbah, Ibu Mukhlisum, kakak Mukhlisin, Ipar Nuril, yang selalu memberikan motivasi, arahan, dukungan, dan tidak pernah lupa berdoa untuk kesuksesan penulis.

Jazakumullah khairan katsiran wa jazakumullah ahsanal jaza.

(11)

x

11. Keluarga besar Yayasan Al-Ihsan, dan RQ Ar-Royan yang telah memberikan pelajaran hidup, arti perjuangan, keikhlasan, dan semua warna warni dalam keseharian penulis.

12. Seluruh pihak yang ikut terlibat dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga jasa dan pengorbanan tulus antum semua mendapat imbalan berlipat ganda. Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil‟alamin penulis dapat menyelesaikan Tesis ini. Segala kekurangan, kesalahan, dan kelemahan semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya, aamiin.

Tangerang Selatan: 20 Desember 2022 M 27 JMD. Awl 1444 H

Penulis

(12)

xi DAFTAR ISI

Persetujuan Pembimbing ... i

Pengesahan Penguji ... ii

Pernyataan Penulis ... iii

Abstrak ... iv

Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Pedoman Transliterasi ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Pembatasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 14

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 15

G. Kajian Pustaka ... 17

H. Metode Penelitian ... 27

I. Sistematika Penulisan ... 30

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ZAKAT, AKUNTANSI ZAKAT, AKUNTABILITAS PENGELOLA ZAKAT, DAN STANDAR AKUNTABILITAS ... 32

A. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 8 Tahun 2011 Tentang Amil Zakat ... 32

1. Sumber Hukum Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 8 Tahun 2011 tentang Amil Zakat ... 32

(13)

xii

2. Hasil Keputusan ... 34

3. Analisis Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 8 Tahun 2001 tentang Amil Zakat ... 36

B. Zakat ... 38

1. Pengertian Zakat ... 38

2. Dasar Hukum Zakat ... 41

3. Sanksi Organisasi Pengelola Zakat ... 46

C. Akuntansi Zakat ... 52

1. Pengertian Akuntansi Zakat ... 52

2. Sejarah Akuntansi Zakat... 56

3. Tujuan Akuntansi Zakat ... 58

D. Akuntabilitas Pengelola Zakat ... 59

1. Pengertian Akuntabilitas ... 59

2. Pengakuan dan Pengukuran Zakat, Infak, dan Sedekah ... 61

3. Dana Nonhalal ... 64

4. Penyajian Zakat, Infak, dan Sedekah ... 65

5. Pengungkapan Zakat, Infak, dan Sedekah ... 65

E. Standar Akuntabilitas Pengelola Zakat Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 ... 66

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 Tentang Akuntansi Zakat ... 66

2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 101 Tentang Akuntansi Keuangan Syariah ... 69

BAB III : BENTUK PENGELOLAAN KEUANGAN DAN AUDIT ZAKAT PADA BAZNAS RI ... 76

A. Profil BAZNAS RI ... 76

1. Sejarah BAZNAS RI ... 76

(14)

xiii

2. Struktur Organisasi BAZNAS RI ... 81

B. Bentuk Pengelolaan Keuangan Zakat pada BAZNAS RI ... 83

C. Audit BAZNAS RI Atas Laporan Keuangan Pengelola Zakat ... 87

D. Laporan Keuangan BAZNAS RI Tahun 2021 ... 88

E. Tabel Zakat ... 95

BAB IV : EFEKTIFITAS HUKUM TERHADAP AUDIT PENGELOLA ZAKAT OLEH BAZNAS RI (ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011) ... 96

A. Mekanisme Audit BAZNAS RI Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Keuangan Pengelola Zakat ... 96

B. Penerapan Audit Lembaga Pengelola Zakat Dalam Pembuatan Laporan Keuangan Zakat Setelah Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 ... 103

C. Pengaruh Audit Terhadap Peningkatan Akuntabilitas Keuangan Pengelola Zakat ... 107

BAB V : PENUTUP ... 116

A. Kesimpulan ... 116

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(15)

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi tesis ini berpedoman pada buku penulisan proposal, tesis dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta tahun 2020. Transliterasi Arab- Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

أ

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب

Bā‟ B -

ت

Tā‟ T -

ث

Śā‟ Ś s (dengan titik di atas)

ج

Jim J -

ح

Hā‟ ḥa‟ h (dengan titik di

bawah)

خ

Khā‟ Kh -

د

Dal D -

ذ

Źal Ź z (dengan titik di atas)

ر

Rā‟ R -

(16)

xv

ز

Zai Z -

س

Sīn S -

ش

Syīn Sy -

ص

Şād Ş s (dengan titik di

bawah)

ض

Dād d (dengan titik di

bawah)

ط

Tā‟ Ţ t (dengan titik di

bawah)

ظ

Zā‟ z (dengan titik di

bawah)

ع

„Ayn „ Koma terbalik ke atas

غ

Gain G -

ؼ

Fā‟ F -

ؽ

Qāf Q -

ؾ

Kāf K -

ؿ

Lām L -

ـ

Mīm M -

ف

Nūn N -

(17)

xvi

ك

Waw W -

ق

Hā‟ H -

ء

Hamzah ‟ Apostrof

ي

Y -

2. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:

3. Tā marbūtah di akhir kata.

a. Bila dimatikan, ditulis h:

ة مكح

Ditulis Hikmah

ةيزج

Ditulis Jizyah

(Ketentuan ini tidak diperlukan terhadap katakata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila Ta‟ Marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

ء ايلكلأا ةمارك

Ditulis karāmah al-auliyā‟

ة دّدعتم

Ditulis muta„addidah

ة ّدع

Ditulis „iddah

(18)

xvii

c. Bila Ta‟ Marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t

يرطفلا ةاكز

Ditulis zākat al-fitr

4. Vokal Pendek

5. Vokal Panjang

Faţḥah + alif ditulis Ā

ةيلهاج

ditulis Jāhiliyyah

Faţḥah + ya‟ mati ditulis Ā

يسنت

ditulis Tansā

Kasrah + ya‟ mati ditulis Ī

ميرك

ditulis Karīm

ḍammah + wawu mati ditulis Ū

ضورف

ditulis Furūd

6. Vokal Rangkap

Faţḥah + ya‟ mati ditulis Ai

مكنيب

ditulis bainakum

Faţḥah + wawu mati ditulis Au

ؿوق

ditulis Qaul

َ

fathah ditulis A

َ

kasrah ditulis I

َ

dammah ditulis U

(19)

xviii

7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

متناا

Ditulis a'antum

ت دعا

Ditulis u'iddat

تمركش نئل

Ditulis la'in syakartum

8. Kata sandang Alif + Lām a. Bila diikuti huruf qomariyyah

b. Bila diikuti huruf syamsyiyyah, ditulis dengan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf I (el) nya.

ءامسلا

Ditulis As-samā‟

سمشلا

Ditulis Asy-syams

9. Penulisan kata-kata dalam rangkaian ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.

a. Bila dimatikan, ditulis h:

ةحكح

Ditulis Hikmah

ف ارقلا

ditulis al-Qur'ān

س ايقلا

ditulis al-Qiyās

ضكرفلا يكذ

Ditulis Zawi al-furūd

ةنسلا لهأ

Ditulis Ahl al-sunnah

(20)

xix

ةيزج

Ditulis Jizyah

b. Bila Tā marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta baaaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h

c. Bila Tā marbūtah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah, maka ditulis t

ءايلكلأا ةمارك

Ditulis Karāmah al-auliyā‟

ةرطفلا ةاكز

Ditulis Zākat al-ftr

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika dicermati lebih dalam, sebenarnya pensyariatan zakat bisa ditemukan pada masa para rasul sebelum Nabi Muhammad. Dan Allah mengabadikan cerita tersebut di dalam Al-Qur‟an, ada beberapa ayat yang menyinggung masalah zakat diantaranya yaitu: ayat pertama surat al-Baqarah ayat 43

َْينِعِكاَّرلا َعَماْوُعَكْراَوَةوكَّزلااوُتاَو َةوَلَّصلا اوُمْيِقَاَو ٣٤

Artinya: “Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang- orang yang ruku‟”. (Q.S. al-Baqarah [2]: 43).

Ayat tersebut ditujukan kepada Bani Israil yang suka mengingkari nikmat Allah, menjual belikan ayat-ayat Allah dengan harga murah, menukar informasi yang benar dengan yang salah, serta menyembunyikan kebenaran sesungguhnya, termasuk menyembunyikan tentang kebenaran perintah zakat disamping perintah salat.

Ayat kedua dan ketiga surat at-Taubah ayat 34-35

ِلِطاَبْل ِبا ِساَّنلا َلاَوْمَا َنْوُلُكْأَيَل ِناَبْىُّرلاَوِراَبْحَْلاا َنِّماًرْ يِثَك َّنِاآْوُ نَمأ َنْيِذَّلا اَهُّ يَيآ َنْوُّدُصَيَو

ِّشَبَ ف ِالله ِلْيِبَس ِْفي اَهَ نْوُقِفْنُ يَلاَوَةَّضِفْلاَو َبَىَّذلا َنْوُزِنْكَي َنْيِذَّلاَو ِالله ِلْيِبَس ْنَع ٍباَذَعِب ْمُىْر

ٍمْيِلَا ْمُىُرْوُهُظَو ْمُهُ بْوُ نُجَو ْمُهُىاَبِجاَِبه ىَوْكُتَ ف َمَّنَهَجِرَنا ِْفي اَهْ يَلَع ىَمُْيُ َمْوَ ي ٤٣

اَذى

َنْوُزِنْكَت ْمُتْ نُكاَماْوُ قْوُذَف ْمُكِسُفْ نَِلا ُْتُْزَ نَكاَم ٤٣

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar

(22)

2

memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang- halangi manusia dari jalan Allah, dan mereka yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya dijalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka lalu dikatakan kepada mereka: “inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang akibat dari apa yang kamu simpan itu”. (Q.S. at-Taubah [10]: 34-35).

Ayat tersebut menggambarkan sikap bagian terbesar orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani. Kaum tersebut terbiasa memakan harta orang dengan cara batil dengan menimbun harta yang berbentuk emas dan perak yang menyebabkan mereka diancam dengan siksaan yang siksa.

Ayat keempat surat Maryam ayat 31

اَّيَح ُتْمُداَمِةوَكَّزلاَوِةوَلَّصِبا ِْنَِصْوَاَو ُتْنُكاَم َنْيَا اًكَرَ بُم ِنَِعَجَو ٤ٔ

1

Artinya: “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan salat dan menunaikan zakat selama aku hidup”. (Q.S. Maryam [16]: 31).

Ayat tersebut di atas berisikan tentang perjalanan Nabi Isa as, yaitu Allah jadikan beliau sebagai seorang nabi yang taat beribadah salat dan zakat sepanjang hayatnya.

1 Kementerian Agama RI, Al-Qur‟an Terjemah as-Salam, (Jakarta: al-Huda), hal. 306.

(23)

3

Ayat kelima surat al-Qashash ayat 54

َنْوَ تْؤُ ي َكِئلوُا َنْوُقِفْنُ ي ْمُهَ نْ قَزَراَِّمَِوَةَئِّيَّسلا ِةَنَسَْلح ِبا َنْوُءَرْدَيَواوُرَ بَصاَِبم ِْينَ تَّرَّم ْمُىَرْجَا

٣٣

Artinya: “Mereka itu diberi pahala dua kali (karena berimman kepada Taurat dan Al-Qur‟an) disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan menginfakkan Sebagian dari rezeki yang telah kami berikan kepada mereka”. (Q.S. al-Qashash [20]:54).

Ayat tersebut ditujukan kepada kaum Nabi Musa yaitu Qarun seorang yang kaya raya. Pada awalnya Qarun hanyalah orang biasa, akan tetapi ia bisa mengelola hartanya kemudian menjadi berlimpah, ketika memiliki banyak harta ia diperintahkan untuk mengeluarkan sebagian yang dimilikinya untuk orang- orang miskin.2

Kelima ayat tersebut membahas persoalan zakat, yang jelas arah pembicaraannya tidak ditujukan kepada pengikut Nabi Muhammad, akan tetapi ditujukan kepada orang Yahudi dan Nasrani. Dan penjelasan di atas secara nyata mengindikasikan wujud pensyariatan zakat kepada Para Nabi Allah terdahulu.

Tetapi umat mereka mengingkari pensyariatan zakat. Meraka enggan membayar zakat, karena dianggap akan mengurangi kekayaan mereka.

Menurut pendapat mayoritas ulama, pengumpulan pada masa Nabi dimulai sejak tahun ke-2 Hijriah (624 H). Zakat fitrah sejak awal bersifat sukarela dan juga bersifat individual, dan hal ini berkaitan erat dengan hari raya idhul fitri. Hal ini berbeda dengan zakat harta, yang dari awal bersifat wajib.

2 Sudirman, Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN-Malang Press, 2007), hal. 35.

(24)

4

Seiring populasi masyarakat muslim dan perluasan wilayah negara Islam, Nabi Muhammad mengangkat petugas zakat, seperti Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib.3 Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad menutup wilayah Jazirah Arab dengan petugas zakatnya. Hal ini kemudian menjadi acuan umum, bahwa sejak masa Nabi Muhammad permasalahan zakat menjadi urusan pemerintah.

Ini menandakan era baru, di mana zakat tidak hanya dikelola secara personal oleh Nabi Muhammad, namun juga boleh dikelola secara kolektif oleh petugas profesional yaitu seorang amil zakat.4 Semasa Nabi Muhammad masih hidup, beliau, keluarga, dan kerabat beliau sebagai pengelola zakat tidak menerima zakat. Dengan demikian, telah terjadi transformasi pengelolaan zakat yang mengarah pada struktur yang formal, kolektif, terorganisir, dan permanen sejak masa Nabi Muhammad.

Dinamika pengelolaan zakat pada masa awal Islam ini diriwayatkan secara lengkap oleh „Ubayd.5 Pada masa Rasul, zakat diserahkan langsung kepada Rasul atau kepada orang yang dipercaya beliau untuk mengelolanya. Di masa Abu Bakar zakat diserahkan langsung kepada beliau atau kepada orang yang dipercayai untuk mengelolanya. Begitu pula pada masa pemerintahan Umar, boleh juga diserahkan kepada orang yang telah dilantik untuk mengelolanya.

Pengelolaan seperti ini juga berkelanjutan pada masa Utsman. Namun setelah Utsman terbunuh yakni pada masa kekuasaan Ali, terdapat perbedaan pendapat

3 Sjechul Permono, Pemerintah Rebupblik Indonesia Sebagai Pengelola Zakat, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995), hal. 3.

4 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2015), hal. 133.

5 Sulaiman Rasjid, Fikih Islam, (Bandung: Ainar Baru Algensindo, 2009), cet ke-42, hal. 211.

(25)

5

di kalangan muslim. Sebagian orang menyerahkan zakat kepada penguasa dan sebagiannya menyerahkan zakat secara langsung kedapa mustahik.6

Penjelasan di atas dapat disimpulkan, bahwa jabatan seorang amil dan lembaga pengelola zakat tetap dipertahankan para khalifah, yang mengalami beberapa perubahan dengan kebutuhan dan keadaan, yang artinya menyesuaikan masa atau zamannya.

Hal itu juga diterangkan dalam firman Allah Qur‟an Surat at-Taubah ayat 103

ُاللهَو مَُّلِ ٌنَكَس َكَتوَلَص َّنِا مِهيَلَع ِّلَصَواَِبِ مِهِّكَزُ تَو مُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص مِِلِاَومَا نِمذُح ٌميِلَع ٌعيَِسَ

Artinya: “Ambillah zakat dari Sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka, sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. at- Taubah [10]: 103).

Pengelola zakat akan lebih baik jika memiliki kekuatan hukum formal, diantaranya adalah: pertama yaitu sesuai dengan syariah dan sirah nabawi, sirah sahabat, dan sirah tabi‟in. kedua untuk menjamin kepastian hukum dan disiplin dalam pembayaran zakat. Ketiga untuk menjaga perasaan mustahik zakat apabila bertemu langsung dengan muzakki. Keempat agar efisien, efektif, dan tepat sasaran. Kelima yaitu untuk syiar Islam. Sebaliknya jika zakat diberikan langsung kepada mustahik, maka akan terabaikan hal-hal di atas.7 Meskipun secara hukum Syariah adalah sah, akan tetapi hikmah dan fungsi zakat terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan.

6 Muhammad Amin Suma, las-Nas Modern Pertama di Indonesia 1967-2018, (Jakarta: BAMUIS BNI, 2018), hal. 118.

7 Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia Tenggara, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal. 99.

(26)

6

Separuh negara muslim saat ini adalah negara sekuler, yaitu dasar pemerintahannya tidak berdasarkan agama Islam. Kondisi seperti ini belum banyak dibahas dalam buku fikih klasik. Tidak heran jika pengelolaan zakat pada masa kini menjadi eksperimen yang beragam, contoh dilihat dari cara penghimpunannya: pertama sistim pembayarannya wajib, yakni masyarakat wajib mengeluarkan zakat dan terdapat sanksi bagi masyarakat yang tidak patuh.

Sistim seperti ini diterapkan oleh negara muslim seperti: Arab Saudi, Libya, Pakistan, Sudan, Yaman, dan Malaysia. Negara-negara tersebut menjadikan Islam sebagai dasar negara. Kedua pembayaran zakat secara sukarela, yaitu tidak ada sanksi hukum bagi masyarakat yang tidak membayar zakat. Biasanya mayoritas negara sekuler yang menerapkan sistim ini, seperti: Yordan, Bangladesh, Kuwait, Mesir, dan negara yang memang minoritas muslim, di mana Islam tidak dijadikan dasar negara oleh negara tersebut.

Posisis Indonesia tergolong unik. Sebelum Undang-Undang No. 38 tahun 1999 dikeluarkan, zakat dihimpun secara tradisional dan bersifat sukarela.

Bangkit di tahun 1990-an dikenal dengan tahun gerakan sosial ekonomi, dikalangan masyarakat sipil mulai banyak lembaga amil zakat profesional.

Setelah Undang-Undang No. 38 tahun 1999 diterbitkan, masalah perzakatan di Indonesia resmi dikelola oleh negara yaitu Badan Amil Zakat (BAZ), akan tetapi masih bersifat sukarela dan tetap mengikutsertakan masyarakat yakni Lembaga Amil Zakat (LAZ). Namun berjalannya peraturan perundang- undangan di atas memiliki permasalahan yang signifikan. Permasalah yang paling urgen adalah kepastian hukum secara materil, dan akhirnya menyebabkan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar zakat.8

8 Oneng Nurul Bariyah, Total Quality Management Zakat, (Jakarta: Wahana Kardofa FAI MUJ, 2012), hal. 53.

(27)

7

Tahun 2011 lahir Undang-Undang baru, yakni Undang-Undang No. 23 Tahun 2011, Undang-Undang ini mendapat dukungan dari keagamaan nasional yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam fatwa MUI No. 8 tahun 2011 tentang Amil Zakat resmi pada tanggal 3 Maret 2011.9 Sebelum Undang- Undang No. 23 tahun 2011 diterbitkan, MUI juga sudah menegaskan bahwa Amil Zakat boleh berasal dari unsur pemerintah ataupun dari masyarakat yang mendapat izin dari pemerintah.

Peraturan perzakatan di Indonesia terhitung masih baru jika dibandingkan dengan masuknya Islam ke Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kolonial Belanda juga mengeluarkan regulasi yang biasa disebut Bijblad No. 1892 pada tanggal 4 Agustus 1893 tentang kebijakan zakat. Sebagian isi dari Bijblad tersebut adalah pegawai pemerintah dan penduduk pribumi dilarang untuk membantu dalam pengelolaan zakat (Bijblad No. 6200 tanggal 28 Februari 1905). Adanya larangan tersebut menunjukkan rasa takut kolonial Belanda akan perjuangan umat Islam merebut kemerdekaannya.10

Sejarah pengelolaanl zakat dil Indonesia Ordel Baru danl Reformasi menunjukkanl bahwa praktikl zakat bergantungl pada tingkatl kepercayaan

lmasyarakat. Sebagai contoh upaya Presidenl Soeharto melakukanl sentralisasi pengumpulan zakatl tahun l1968. Upaya tersebut gagal dan berakhirl tahun l1972.

Justru LAZ yangl dibentuk olehl masyarakat mengalamil perkembangan secara signifikanl di eral reformasi, karena program pendayagunaan yang kreatif, transparan, dan akuntabel. Bisa ditarik kesimpulan, bahwa pengelola zakat yang

lprofesional, akuntabel, danl transparan yangl akan mendapatkan kepercayaanl oleh masyarakat.11

9 https://mui.or.id/produk/fatwa/1043/amil-zakat, Fatwa MUI No. 8 Tahun 2011 Tentang Amil Zakat, diakses pada tanggal 19 Agustus 2022, pukul 23.35 WIB.

10 Muhammad Dawud Ali, Sistim Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, (Jakarta: Ui- Press, 2012), hal. 70.

11 Arief Mufraini, Akuntansi Dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2006), hal. 130.

(28)

8

Pada dasarnya setiap pengelola zakatl yang telah mendapat izin sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan seperti: profesional, amanah, dan transparan. Akan tetapi penerapan dilapangan masih ada organisasi pengelola zakat yang melanggar.12

Jumlah pengelola zakat aktif baik yang dibentuk oleh pemerintah (BAZNAS) ataupun masyarakat LAZ semakin bertambah. Per tahun 2020 tercatat jumlah pengelola zakat di Indonesia adalah sebanyak 596 OPZ, yang terdiri dari 497 BAZNAS provinsi/kabupaten/kota, dan 99 LAZ yang telah mendapatkan rekomendasi izin. Dari jumlah tersebut, per batas waktu penyampaian laporan akhir tahun tercatat laporan yang diterima adalah sebanyak 345 atau 57,9% dari total pengelola zakat di Indonesia.13 Kemudian juga peneliti pernah mewawancarai Manager PPID BAZNAS RI yaitu bapak Taris, beliau mengatakan bahwa pelaporan oleh organisasi pengelola zakat dan LAZ kepada BAZNAS RI belum 100%.14 Dapat diartikan bahwa BAZNAS dan LAZ per batas waktu penyampaian laporan akhir tahun 2020 ada sekitar 40,1%

yang belum menyampaikan laporan pengelolaan zakat kepada BAZNAS RI.

Sehingga menurut peneliti perlu adanya pengawasan sebagai standar keberhasilan pengelola zakat, karena pengawasan berguna untuk mengendalikan hubungan kerja yang koordinatif, konsultatif, dan informatif.

Dari penjelasan tersebut, peneliti menganggap perlu untuk diteliti dan dibahasa terkait permasalahan tersebut. Terpenting mengenai dampak penerapan

12 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktoran Pemberdayaan Zakat, Pendoman Pengawasan Lembaga Pengelola Zakat, 2012, hal. 2.

13 https://simbi.kemenag.go.id/simzat/SistemInformasiZakatTerpadu, diakses pada tanggal 20 Desember pukul 21.41 WIB.

14 Wawancara dengan Manager PPID BAZNAS RI, Gedung Kebangkitan Zakat, Matraman Jakarta Timur, bapak Taris, 10 Maret 2021. Pukul 09.49 WIB.

(29)

9

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas dan pengawasan pengelola zakat oleh BAZNAS RI.

Dasar pengawasan Organisasi Pengelola Zakat adalah Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Pada bab 5 pasal 34 berisi tentang, yang berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia (BAZNAS RI), BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan Lembaga Amil Zakat adalah Menteri.15 Dalam hal ini, BAZNAS RI bersama pemerintah bertanggungjawab untuk mengawal pengelolaan zakat, yakni meliputi pengawasan dan pembinaan yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadialan, kepastian hukum, terintegrasi serta akuntabilitas.15 Ini menjadi salah-satu alasan peneliti menjadikan BAZNAS RI sebagai objek penelitian.

Ada satu badan yang resmi dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 yakni Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah pada tingkat nasional. Terbitnya Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat menetapkan peran BAZNAS RI sebagai organisasi yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.16

15 https://hkln.kemenag.go.id, Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 34 Ayat (1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ. (LAZ) Gubernur dan Bupati melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya. (3) pembinaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) meliputi fasilitas, sosialisasi, dan edukasi, diakses pada tanggal 19 Agustus 2022, pukul 23.40 WIB.

16 http:/baznas.go.id/profil, diakses pada tanggal 28 Agustus 2021 pukul 20.50 WIB.

(30)

10

Undang-Undang tersebut juga menyatakan bahwa BAZNAS RI menjadi lembaga nonstruktural yang mandiri dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.17

Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia terdiri atas: Badan Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawas.18 Adapun tugas dari Komisi Pengawas adalah menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat oleh Badan Pelaksana.

Komisi pengawas dapat meminta bantuan oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan tugas pemeriksaan keuangan.19

Akuntabilitas laporan keuangan merupakan tanggungjawab kepada masyarakat, negara, dan kepada Allah. Oleh karena itu pengelola zakat harus melaporkan hasil pengelolaan zakat kepada muzakki agar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga potensi zakat yang dikumpulkan lebih maksimal dan jauh lebih besar karena kepercayaan masyarakat terhadap pengelola zakat. 20 Agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam mengeluarkan zakat menjadi semakin tumbuh subur, maka dapat diwujudkan melalui kinerja pengelola zakat yang akuntabel, transparan, dan profesional.

Untuk itu pengelola zakat harus memiliki laporan keuangan yang merupakan cerminan dari pengelolaan keuangan yang baik.

17 https://hkln.kemenag.go.id, Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 5 Ayat (3), diakses pada tanggal 19 Agustus 2022, pukul 23.40 WIB.

18 https://hkln.kemenag.go.id, Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 Tentang Badan Amil Zakat Nasional Pasal 5, diakses pada tanggal 19 Agustus 2022, pukul 23.40 WIB.

19 https://hkln.kemenag.go.id, Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 Tentang Badan Amil Zakat Nasional Pasal 11 dan 12, diakses pada tanggal 19 Agustus 2022, pukul 23.40 WIB.

20 Siti Nur Hasanah, Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat Dalam Memaksimalkan Potensi Zakat, Jurnal: Ilmu Akuntansi, Vol. 11 No. 2, 2018, hal. 150.

(31)

11

Akan tetapi, ada banyak Lembaga Pengelola Zakat yang belum mendapat pengawasan dan pembinaan terkait pembuatan laporan keuangan. Bahkan Forum Zakatl (FOZ) telah mengadakanl kerja samal dengan Ikatanl Akuntan Indonesial (IAI) dalam membuat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAKl) Zakat tahunl 2007. Kemudianl di tahun l2008, IAI menyelesaikanl PSAK No. 109l tentang Akuntansil Zakat, resmil diberlakukan untukl penyusunan, danl penyajian laporanl keuangan pengelolal zakat perl 1 Januaril 2009.21 Tetapi sangat disayangkan masih ada OPZ yang belum menerapkan PSAK No. 109 tentang Akuntansi Zakat.

Sebagaimana yang telah peneliti jelaskan latarbelakang dari penelitian ini sebelumnya, bahwa peneliti juga menemukan beberapa pengelola zakatl yang beluml menerapkan PSAKl No. l109, diantaranya adalah Lembaga Amil Zakat Kota Tasikmalaya,22 Lembaga Amil Zakat Muhammadiyah Riau,23 BAZNAS Sumatera Utara, 24 BAZNAS Kota Manado, 25 BAZNAS Kabupaten Bojonegoro, 26 BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara,27 BAZNAS Kabupaten

21 Dewan Standar Akuntansi Syariah dan Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK No.

109nTentang Akuntansi Zakat, (Jakarta: IAI, 2008).

22 Rini Muflihah, dan Nisa Noor Wahid, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Pada Lembaga Amil Zakat, Infak, Dan Sedekah Di Kota Tasikmalaya, Jurnal: Akuntansi, Vol. 16 No.

1 Januari 2019, hal. 21.

23 Yani Ramadinni, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah pada Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah Muhammadiyah (LZISMU) Riau, Skripsi (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2021), hal. 79.

24 Pandapotan Ritonga, Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada BAZNAS Sumatera Utara, Jurnal: Kitabah, Vol. 1. No. 1 Januari 2017, hal. 117.

25 Sartika Wati HS Arief, dkk, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Manado, Jurnal: Riset Akuntansi Going Concern, Vol. 1. 2017, hal. 106.

26 Dewi Haqiqi Andriana dan Nur Sayidah, Penerapan Akuntansi Zakat Dan Infak/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Bojonegoro, Jurnal: Analisa Akuntansi dan Perpajakan, Vol. 2, No. 2, September 2018, hal. 85.

27 Sabrina Shahnaz, Penerapan PSAKNo. 109 Tentang Pelaporan Keuangan Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Provinsi Sulawesi Utara, Jurnal: Emba, Vol. 3, No. 4, Desember 2015, hal. 100.

(32)

12

Nganjuk,28 Lazismu Kota Palopo,29 dan bahkan ada OPZ yang tidak membuat laporan keuangan zakat.30

Hal ini dapat peneliti katakan, bahwa dampak penerapanl Undang-Undangl No.

23l Tahun 2011l terhadap akuntabilitas sertal pengawasan BAZNAS RI terhadap pengelola zakat masih kurang dalam berpartisipasi turun ke lapangan.

Tugas BAZNAS RI yakni mengelola data pengawasan untuk dijadikan bahan evaluasi penyempurnaan pengelola zakat, sehingga proses pengelolaan zakat dapat berjalan dengan lancar dan terhindar dari penyelewengan yang tidak diinginkan. Sejalan dengan itu, nomenklatur baru Direktorat Pemberdayaan Zakat dari sudut pandang OPZ merupankan agenda penting penataan perzakatan kedepan. Jika fungsi pengawasan oleh pemerintah tidak maksimal, maka akan berimplikasi terhadap kinerja sistim pengelolaan zakat nasional secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas Penulis menganggap hal ini perlu dikaji lebih dalam, terkait bagaimana dampak penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dan pengawasan pemerintah dalam hal ini adalah BAZNAS RI, terhadap akuntabilitas OPZ dalam pengelolaan zakat. Hal ini berkaitan dengan Indonesia memiliki sumber hukum yang lebih dari satu yaitu: hukum Islam, hukum Positif, dan hukum adat. Dan hukum tersebut menjadi ciri khas tersendiri dalam ranah hukum dunia.33 Maka dalam penyusunan Tesis ini, Penulis mengambil judul “Dampak Penerapan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Akuntabilitas Keuangan

28 Juwita Ima Febriani Putri, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Zakat, Infak Dan Sedekah Pada BAZNAS Kabupaten Nganjuk, Jurnal: Cendekia Akuntansi, Vol. 2, No. 1, Juni 2021, hal. 57.

29 Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, Pedoman Pengawasan Lembaga Pengelola Zakat, 2012, hal. 18.

30 Ulya Kencana, Hukum Wakaf Indonesia, (Malang: Setara Press, 2017), hal. 178.

(33)

13

Pengelola Zakat (Studi Kasus Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia)”.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai denganl latar belakang dil atas, penelitil mengidentifikasi beberapal masalah, diantaranyal adalah:

1. Mekanisme audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas pengelola zakat.

2. Ketaatan Organisasi Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Zakat dalam pembuatan laporan keuangan zakat setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.

3. Pengaruh audit terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

4. Legalitas hukum tentang Pernyataan Standarl Akuntansi Keuanganl (PSAK)

lNo. 109 Tentangl Akuntansi lZakat.

5. Bentuk peneguran terhadap Organisasi Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Zakat yang belum menerapkan laporan keuangan syariah atau PSAK No. 109.

6. Cara mensosialisasikan PSAK No. 109 kepada Organisasi Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Zakat.

C. Pembatasan Masalah

Agar penulisan Tesis ini mencapai hasill yang baikl dan lmaksimal, sesuai dengan tujuanl yang peneliti kehendaki danl masalah-masalahl yang ditelitil tidak meluas danl atau keluarl dari pembahasan Tesis, makal peneliti membatasi penelitianl ini denganl pembatasan, satu diantaranya adalah:

1. Mekanisme audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

(34)

14

2. Ketaatan Organisasi Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Zakat dalam pembuatan laporan keuangan zakat setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.

3. Pengaruh audit terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana mekanisme audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat?

2. Bagaimana penerapan audit Organisasi Pengelola Zakat dan Lembaga Pengelola Zakat dalam pembuatan laporan keuangan zakat setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011?

3. Bagaimana pengaruh audit terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dasar penelitian tersebut di atas, diharapkan penelitian ini bermanfaat sekaligus mendatangkan kebaikan, karena penelitian tanpa tujuan yang jelas akan menjadi simpang siur serta tidak sempurna. Oleh karena itu, tujuan penelitian menjadi dasar utama yang dijadikan standar dalam penelitian, kemudian pelaksanaan penelitian menjadi lebih mudah dalam proses pencapaiannya. Ada beberapa tujuan yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisa mekanisme audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

2. Untuk menganalisa penerapan audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

(35)

15

3. Untuk menganalisa pengaruh audit terhadap peninngkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitianl di latas, diharapkan penelitianl ini menaruh manfaatl dan bisa menjadi acuan secara teoritis dan praktis dalam pengamalan di dunial pendidikan ataupun dil masyarakat. Mengenai manfaatl yang diharapkanl dari penelitian ini ladalah:

1. Manfaat Secaral Teoritis

a. Penelitianl ini ditujukan sebagai bahan kajian dan referensi untuk pengetahuan serta teori yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, khususnya yang berkaitan dengan audit BAZNAS RI terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat. Di samping itu, produk Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ini dapat dikatakan sebagai eksperimentasi31 legalitas zakat di Indonesia, bahkan semoga juga bisa dijadikan rujukan oleh pengelola zakat internasional.

b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi ilmia, khususnya bagi Prodi Hukuml Ekonomi Syariahl Pascasarjana Institutl Ilmu All-Qur‟anl (IIQ) lJakarta.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian seterusnya.

31 Eksperimentasi ini sangat potensial mengandung risiko, artinya jika peraturan ini dapat efektif berjalan tentu akan membawa banyak manfaat bagi mayarakat. Sebaliknya jika tidak efektif, maka peraturan tentang pengelolaan zakat ini tidak akan banyak artinya.

(36)

16

2. Manfaat Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan menjawab dan memperjelas mekanisme audit BAZNAS RI menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas keuangan pengelola zakat.

b. Hasil penelitian ini diharapkan agar dijadikan panduan ataupun pegangan bagi pihak masyarakat yang berkepentingan yakni: Badan Amil Zakat Nasional RI (badan resmi satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 2001), masyarakat muslim khususnya masyarakat yang sudah dibebankan untuk membayar zakat, akademisi yang memiliki ketertarikan terhadap permasalahan perzakatan, terlebih dalam mengimplementasikan Undang-Undang zakat, sehingga tujuan dicanangkannya regulasi pengelolaan zakat dapat tercapai secara efektif dan optimal. Selain itu diharapkan juga Lembaga Pengelola Zakat mengetahui lebih details mengenai mekanisme audit, penerapan audit, dan juga pengaruh audit terhadap peningkatan akuntabilitas keuangan pengelola zakat, sehingga Badan atau Lembaga Pengelola Zakat bisa menerapkan Undang-Undang tersebut lebih baik dari yang sebelumnya, diharapkan juga potensi ekonomi Islam khususnya pengelolaan zakat lebih meningkat.

c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan kajian selanjutnya.

G. Kajian Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan dampak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas lembaga zakat sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, baik dari penelusuran pustaka yaitu, buku, jurnal, tesis, diantara penelitian tersebut adalah:

(37)

17

1. Syapar Alim Siregar Pasca Sarjana Universitas Negeri Islam Sumatera Utara, 2016, Tesis dengan judul: Implementasi dan Implikasi Undang-Undang No.

23 Tahun 2011 Terhadap Pengelolaan zakat Di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan).32 Di mana penelitian tersebut mengkaji peran BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap pengumpulan dan pendistribusian zakat, dan juga kendala yang dihadapi BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan Undang-Undang zakat.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi hukum. Termasuk penelitian hukum empiris.

Tesis ini menjelaskan tentang implementasi dan dampak Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan, dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat belum terlaksana secara optimal, bisa dibuktikan dari jumlah penerimaan zakat masih sedikit.

Kendala yang dihadapi BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 diantaranya adalah: kurang dukungan dari pemerintah dari segi kebijakan, dana untuk sosialisasi masih kurang, tidak ada peraturan yang memberikan sanksi secara tegas kepada para muzakki yang tidak mengeluarkan zakat, pemahaman dan kesadaran yang kurang dari masyarakat, kurangnya rasa kepedulian seorang ashnaf untuk mengembalikan modal usahanya, dan kurangnya Kerjasama

32 Syapar Alim Sireger, “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Pengelolaan Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan (studi deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan)”. Tesis (Medan:

Universitas Negeri Islam Sumatera Utara, 2016), hal. 15.

(38)

18

antara pengurus BAZNAS dengan Unit Pengumpul Zakat yang telah dibentuk dibeberapa Instansi.33

Adapun persamaan dengan penelitian penulis yaitu dalam hal meneliti tentang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011. Ada perbedaan penulisan pada tesis milik peneliti, Tesis ini meneliti di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedangkan penulis meneliti tentang dampak penerapan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas lembaga zakat, dan studi kasus pada penelitian ini di BAZNAS RI.

2. Fatmawati, Andi Nuraeni Aksa, dan Andi Rosdianti Razak, 2016, dalam Jurnal Administrasi Publik, yang berjudul: Pengawasan Kementerian Agama Dalam Pembagian Zakat Di BAZNAS Kabupaten Wojo.34 Adapun jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Hasil dari penelitian ini adalah Kementerian Agama Kabupaten Wojo telah melakukan pengawasan dalam pembagian zakat, akan tetapi pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Wojo belum efektif dan efisien, karena pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian Agama Kabupaten Wojo tertuju pada laporan-laporan tertulis saja, hal tersebut dapat dinilai dari hasil wawancara, informan, serta observasi di lapangan.

Adapun persamaaan dengan Tesis milik peneliti yakni membahas tentang pengawasan terhadap organisasi pengelola zakat, dan perbedaannya adalah objek dari penelitian, dan fokus pada pengawasan dalam pembagian zakat di BAZNAS Kabupaten Wojo, sedangkan penelitian milik penulis

33 Syapar Alim Sireger, “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Pengelolaan Zakat Di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan (studi deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan)”. Tesis (Medan:

Universitas Negeri Islam Sumatera Utara, 2016), hal. 170.

34 Fatmawati, dkk, “Pengawasan Kementerian Agama Dalam Pembagian Zakat Di BAZNAS Kabupaten Wojo”, Jurnal: Administrasi Publik, Vol. 2 No. 2 Agustus 2016, hal. 20.

(39)

19

fokus terhadap dampak Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas pengelola zakat dan pengawasannya.

3. Sartika Wati HS Arief, Hendrik Manossoh, Stanly W Alexander, 2017, dalam Jurnal dengan Judul: Analisis Penerapan PSA No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Manado.35 Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif.

Hasil penelitian jurnal tersebut di atas adalah, BAZNAS Kota Manado dalam Menyusun laporan keuangan zakat belum menerapkan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, karena laporan keuangannya hanya menyajikan laporan penerimaan, dan pendistribusian. Selain itu, kas yang masuk hanya dana sedekah dan zakat yang dipisah, untuk dana amil dan dana non halal masih digabung dan dianggap sebagai penambahan dana zakat.36

Jurnal ini memiliki kesamaan dengan tesis penulis yaitu tentang akuntansi zakat. Dan sebagai pembeda dalam tulisan ini adalah, jurnal ini meneliti seputar penerapan PSAK No. 109, sedangkan Tesis milik peneliti membahas terkait dampak dari Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 terhadap akuntabilitas pengelola zakat.

4. Harseko, Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri IAIN Palopo, 2017, Tesis dengan judul: Optimalisasi Pengelolaan Zakat Pada BAZNAS Kabupaten Luwu Utara.37

35 Sartika Wati SH Arief, dkk, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, sedekah/wakaf Pada BAZNAS Kota Manado, Jurnal: Riset Akuntansi Going Concern, Vol. 1, 2017, hal. 11.

36 Sartika Wati SH Arief, dkk, Analisis Penerapan PSAK No. 109 Tentang Akuntansi Zakat, sedekah/wakaf Pada BAZNAS Kota Manado, Jurnal: Riset Akuntansi Going Concern, Vol. 1, 2017, hal. 106.

37 Harseko, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Luwu Utara”, Tesis, (Palopo: Institut Agama Islam Negeri IAIN Palopo, 2017), hal. 10.

(40)

20

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan pendekatan syar‟i dan normatif yuridis, pengumpulan data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara.

Ada beberapa poin dari hasil penelitian ini, diantaranya adalah:

a. Hanya fokus pada pengumpulan infak pegawai negeri, sedangkan pengumpulan zakat masyarakat belum meluas.

b. Pendistribusian zakat masih konsumtif.

c. Pendayagunaan zakat belum maksimal.

d. Pola optimalisasi pengelolaan zakat belum terlaksana secara maksimal, dan pengawasan audit laporan keuangan belum berjalan dengan baik.38

Tesis ini memiliki kesamaan dengan tesis penulis dalam segi fariabelnya yaitu perzakatan. Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah fokus penelitian, tesis ini membahas tentang optimalisasi pengelolaan zakat, sedangkan tesis milik peneliti adalah dampak Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

5. Pandapotan Ritonga, 2017, dalam Jurnal Kitabah, dengan judul: Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada BAZNAS Sumatera Utara.39 Penelitian ini dilakukan untuk menguji laporan keuangan yang sudah disiapkan oleh BAZNAS Sumatera Utara dan untuk mengetahu aplikasi yang digunakan apakah sudah sesuai dengan PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

38 Harseko, “Optimalisasi Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Luwu Utara”, Tesis, (Palopo: Institut Agama Islam Negeri IAIN Palopo, 2017), hal. 87.

39Pandapotan Ritonga, Analisis Akuntansi Zakat Berdasarkan PSAK No. 109 Pada BAZNAS Sumatera Utara, Jurnal: Kitabah, Vol. 1. No. 1 Januari 2017, hal. 12.

Referensi

Dokumen terkait

Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah a (―gagal‖; ―menolak‖; ―tidak ada kesempatan‖), lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur

1) Mudah dijumpai dijalan-jalan, tinggal memanggil Jasa Penggilingan Padi Keliling tersebut akan datang menghampiri. Tidak perlu repot-repot tinggal memanggil saja, Jasa

Nilai pengujian kekasaran permukaan benda hasil coran didapatkan nilai terkecil terletak pada komposisi serbuk kayu 6% dan nilainya sebesar 0,06µm, sedangkan nilai

Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, aktivitas pembelajaran yang dilakukan dalam kelas berpusat pada guru, guru menyampaikan materi pelajaran

Melalui uji-t pada penelitian ini, hipotesis nol dari semua pengukuran GPS dengan menggunakan Telkomsel, Indosat dan XL ini dapat diterima dengan selang

[r]

Tingginya angka turnover disuatu organisasi sangat sulit untuk dibendung jika hal-hal yang berpengaruh kepada turnover tidak dikelola dengan baik oleh organisasi

d Mengembang-kan dan menyajikan hasil karya  Guru mendorong Siswa mengumpulkan informasi dari berbagai media tentang format format formulir pada halaman web dan