• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, NILAI ANAK, STATUS SOSIAL BUDAYA (ADAT ISTIADAT), STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA PADA ANAK DALAM KELUARGA BERENCANA: Studi Eksplanatoris Terhadap Pasangan Usia Subur di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, NILAI ANAK, STATUS SOSIAL BUDAYA (ADAT ISTIADAT), STATUS SOSIAL EKONOMI DENGAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA PADA ANAK DALAM KELUARGA BERENCANA: Studi Eksplanatoris Terhadap Pasangan Usia Subur di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten A"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, NILAI ANAK, STATUS SOSIAL

BUDAYA (ADAT ISTIADAT), STATUS SOSIAL EKONGMI

DENGAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA PADA

ANAK DALAM KELUARGA BERENCANA

(Studi Eksplanatoris Terhadap Pasangan Usia Subur di Kecamatan

Manyak Payed Kabupaten Aoeh Timur)

T E S I S

Diajukan kepada panitia ujian Tesis Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Bandung untuk memenuhi sebagian syarat

ujian program S-2, Pasca Sarjana Bidang

studi Pendidikan Luar Sekoiah

OLEH :

N A S R I A H

NIP : 8932139

PROGRAM

PASCA

SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISYAHKAM OLEH TIM PEMBIMBING

2-**-*-*^/

EEQL. UR^. SQEEAEDJQ ADIKUSUMQ Pembimbing I

/

/, S /Uu^L J

riR_ BAMSAMG SQEWARNQ, M

Pembimbing II

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS PASCA SARJANA

(3)

Kupersembahkan Kepada :

Ayah dan Bunda,

Suami,

Serta

Ananda tersayang : Dedy Husrizal Syah,

Chairunnisa yang setia menemani

diriku dalam segala senang dan derita

MOTTO : "Tuntutlah ilmu dari buaian

sampai ke liang lahat" CHadist)

"Sesungguhnya Allah tidak akan

merubah keadaan seorang, sebe-lum dia merubahnya".

(4)

ABSTRAK

Permasalahan yang diangkat dalam Tesis ini adalah "hubungan antara tingkat pendidikan nilai anak, status sosial budaya {adat istiadat}, status sosial ekonomi dengan tanggung jawab orangtua pada anak dalam program KB". Fokus masalah dalam penelitian ini dilihat dari aspek-aspek tingkat pendidikan, nilai anak, adat istiadat dan status sosial ekonomi, kesemua ini sebagai variabel X. Sedangkan Tanggung jawab orang tua sebagai variabel Y.

Penelitian ini dilaksanakan di Keoamatan Manyak Payed, Kabupaten Aoeh Timur, Propinsi Daerah Istimewa

Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang

tua { Bapak dan Ibu } dalam suatu rumah tangga yang sudah mempunyai anak, dan pada tahun penelitian ini dilakukan mereka merupakan pasangan usia subur { PUS }, yang berdomilisi di Kecamatan Manyak Payed. Yang dimaksud dengan PUS disini adalah orang tua yang istrinya berumur antara 15-45 tahun. Sampelnya berjumlah 10.0 pasangan usia subur { PUS }, yaitu dengan tehnik cluster atau area proporsional random sampling. Pengumpulan data digunakan

interview terstruktur dan tidak terstruktur. Setelah

data terkumpul meliputi apa yang tertuang dalam instrumen kemudian penulis memeriksa kembali terhadap kelengkapan data dan kejelasan makna jawaban, kemudian diolah dan

dianalisi raelalui tehnik analisi statistik non

(5)

parametrik.

Temuan penelitian yang diperoleh antara lain :

1. Hasil Analis Univariate terhadap variabel X^

{tingkat pendidikan} menunjukkan bahwa pendidikan orang tua di enam desa penelitian

adalah sebagai berikut :

[1]. SD/sederajat 43,5 % [2]. SMP/sedrajat 30.0% [3]. SMA/sederajat 15,5% [4]. PT/Diploma

11,0%.

2. Terhadap Variabel Xg {nilai anak menurut

orang

tua}. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang mempunyai pandangan tentang nilai anak tinggi [49,5%], sedang [28,5%], dan rendah

[29,0%].

3. Terhadap variabel X~ status sosial budaya {adat istiadat} hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua yang termasuk keterikatan adat istiadat tinggi [40,5%], dan yang adat istiadatnya sedang [34,5%], sedangkan yang adat istiadatnya rendah [25,0%].

(6)

5. Terhadap variabel Y : Tanggung jawab

orang

tua

pada anak.

Hasil

penelitian

menunjukan

bahwa

orang tua yang

mempunyai

tanggung

jawab

pada

anak tinggi

sebesar

[43,0%],

sedang

[26,0%],

sedangkan yang

mempunyai

tanggung

jawab pada

anak rendah

sebesar

31,0%.

Dapat

disimpulkan

bahwa belum mencapai 50,0% orang tua yang

mempunyai tanggung jawab

pada anak tinggi,

hal

ini akan menyebabkan rendahnya

kualitas

sumber

daya manus'ia di daerah tersebut.

Untuk

mengetahui

apakah

ada

hubungan

antara

variabel X1 , Xg, X-j, X^

dengan

Y

digunakan

tehnik

statistik Epsilon, X , dan Somer's D.

Dari hasil analisis hubungan Bivariate antara

Variabel

Independen

dengan

Dependen

tersebut

adalah

sebagai berikut :

1. Hubungan

Bivariate

antara

tingkat

pendidikan

orang

.tua ( X1 )

dengan tanggung jawab

orang tua pada anak [Y].

Harga

statistik

yang

diperoleh yaitu Epsilon

:27,8%

dan

Chi_square

55,55 lebih besar dari Chi_squaretabel 9,49 pada

dk

4

dengan

kepercayaan

0,95%.

Hal

ini

mengandung makna

bahwa

ada

hubungan

yang

signifikan

dan

hipotesi

pertama

diterima

kebenarannya.

2. Hubungan Bivariate

antara

nilai

anak

menurut

(7)

orang tua [Xp! dengan tanggung jawab orang tua

pada anak [Y]. Harga statistik

yang diperoleh

yaitu somer's D 0,10 adalah kurang dari 0,20

dan Chi_square 5,01 kurang dari 9,49 pada dk 4

dengan tingkat kepercayaan 0,95%. Hal ini

dapat

ditapsirkan bahwa nilai anak menurut orang

tua,

sangat sedikit kontribusinya

terhadap

tanggung

jawab orang

tua pada anak.

Hipotesa kedua

ditolak.

3. Hubungan bivariate antara status

sosial

budaya

atau adat istiadat [X_]

dengan

tanggung

jawab

orang

tua

pada

anak

(Yl.Harga

statistik

yangdiperoleh

menunjukkanbahwasomer's

D-0,12

adalah

sangat

lemah,

atau

dapat

dikatakan

hubungannya

dapat

diabaikan.

Namun

demikian

harga Chi_square

sebesar

10,58

adalah

sangat

signifikan pada X2 daftar 9.49 pada dk 4 dengan

tingkat

kepercayaan

0,95%.

Dapat

disimpulkan

bahwa adat istiadat

ada kontribusinya

terhadap

tanggung

jawab

orang

tua

pada

anak.

Dengan

demikian mengandung makna bahwa

semakin

tinggi

keterikata'n

adat

istiadat

orang

tua

semakin

tinggi pula tanggung jawab orang tua pada anak.

4. Hubungan bivariate antara

statussosial

ekonomi

[X.] dengan tanggung jawab orang tua pada anak

[Y]. Harga statistik menunjukkan bahwa

hubungan

(8)

antara variabel x dengan Y adalah sangat lemah 4

dan tidak signitikan, dimana somer's D 0,032 lebih kecil dari 0,20 dan Chi_square 0,43 lebih kecil dari 9,49 pada dk 4 dengan tingkat kepercayaan 0,95%.

Dapat ditafsirkan bahwa tingkat status sosial ekonomi orang tua sangat sedikit hubungannya dengan tanggung jawab orang tua pada anak. Hal ini mengandung makna bahwa tingginya status sosial ekonomi orang tua, belum tentu menjamin besarnya tanggung jawab orang tua pada anak.

Demikianlah ringkasan dari tesis ini dengan harapan mudah-mudahan ada manfaatnya bagi pembaca semuanya, amiin.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

v

ABSTRAK

ix

DAFTAR ISI

xiv

DAFTAR TABEL

xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 10

C. Penjelasan Judul dan Definisi

Operasional 11

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis 25

E. Tujuan Penelitian 26

F. Kegunaan Penelitian 27

BAB II KERANGKA TEORI

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 28

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah . 28 2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah .... 32 3. Pendekatan Belajar Dalam PLS 33

a. Konsep Ivan Illich 33

b. Konsep Poulo Frire 35

c. Carl Rogers 36

d. Abraham H.Mas low 38

e. Suzanna Kindervatter 39

f. Ki Hadjar Dewantara 41

(10)

B. Posisi PLS Dalam Kerangka UUSPN

no. 2 tahun 1989 42

C. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga

Merupakan Program PLS 45

D. Keterkaitan Tanggung Jawab Orang Tua

Dalam KB 50

E. Kerangka Variabel Yang Diteliti: 56

1. Tingkat Pendidikan 56

2. Nilai Anak Menurut Orang Tua 59

3. Status Sosial Budaya (adat istiadat)d 65

4. Status Sosial Ekonomi 69

5.Tanggung Jawab Orang Tua Pada Anak 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Yang Digunakan 77

B. Populasi dan Sampel 78

C. Penjabaran Konsep Teoritik, Empirik

dan Analitik 80

D. Intrumen Penelitian 84

E. Prosedur Pengumpulan Pengolahan dan

Analisis Data 86

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Daerah Penelitian 90

B. Gambaran Umum Tentang Sampel 92

C. Diskripsi Analisis Univariate Terhadap

Variabel Yang Diteliti 100

(11)

D. Diskripsi Analisis Tentang Hubungan Bivariate Antara Variabel Independen

Dengan Dependen

;-•. .

1°9

E. Gambaran Umum Sampel Dalam Mengikuti

Program KB

126

BAB

V

DISKUSI

132

BAB VI KESIMPULAN, IHPLIKASI DAN SARAN

143

A. Kesimpulan

143

B. Implikasi Hasil Penelitian

144

C. Saran-saran

146

D. Keterbatasan Pen-elitian

150

KEPUSTAKAAN

i52

LAMPIRAN-LAMPIRAN

I56

(12)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

. Hal

Gambar 1: Paradigma Penelitian 24

2: Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut Axinn 30

3: Sub Sistem Pendidikan Nasional 47

Tabel 1: Penyebaran Sampel/PUS 80

2: Penyebaran Penduduk di Kec. Manyak Payed 91 3: Penyebaran Responden Istri Menurut Umur 92

4: Penyebaran Respoden Suami Menurut Umur 93

5: Penyebaran PUS Berdasarkan Jumlah anak sekarang ... 94 6: Penyebaran PUS Bewwrdasarakan Kursus Yang Pernah

diikuti 94

,7: Penyebaran Res. Istri Berdasarkan Jumlah Anak Yang

diinginkan 95

8: Penyebaran Res. Suami Berdasarkan Jumlah Anak Yang

diinginkan 96

9: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Pekerjaan

Tetap 96

10: Penyebaran Responden Istri Berdasarkan Pekerjaan

Tetap 97

11: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Pekerjaan

Sampingan 98

12: Penyebaran Responden Istri Berdasarkan Pekrjaan

Sampingan 99

13: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 101

(13)

14: Penyebaran Responden Istri Bedasarkan Tingkat

Pendidikan 102

15: Kategorisasi Nilai Anak Menurut Istri 103

16: Kategorisasi Anak Menurut Suami 104

17: Penyebaran Res. Suami Berdasarkan Status Sosial

Budaya {adat istiadat} 105

18: Penyebaran Res. Istri Berdasarkan Status Sosial

Budaya {adat istiadat} 106

19: Kategorisasi Tingkatan Status Sosial Ekonomi

Orang Tua 107

20: Kategorisasi Tingkatan Tanggung Jawab Res. Suami

Pada Anak 108

21: Kategorisasi Tingkatan Tanggung Jawab Res. Istri

Pada Anak 109

22: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang- Tua Dengan

Tanggung Jawab Orang Tua

Pada Anak

112

23: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Suami Dengan

Tanggung Jawabnya Pada Anak 113

24: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Istri Dengan

Tanggung Jawab Pada Anak 114

25: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Orang Tua

Dengan Tanggung Jawab Terhadap anak 116

26: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Suami Dengan

Tanggung Jawab Pada Anak 117

27: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Istri

Dengan Tanggung Jawabnya Pada Anak 118

(14)

28: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat

istiadat} Orang Tua Dengan Tanggung Jawab Orang

Orang Tua Pada Anak 119

29: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat

istiadat} Suami Dengan Tanggung Jawabnya Pada

Anak 120

30: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat istiadat} Istri Dengan Tanggung Jawabnya pada

Anak 121

31: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Dengan Tanggung Jawab Orang Tua Pada Anak 123 32: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Dengan Tanggung Jawab Suami Pada Anak 124 33: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua

Dengan Tanggung Jawab Istri Pada Anak 125 34: Penyebaran PUS Menjadi Peserta Prograa KB 128 35: Penyebaran PUS Berdasarkan Lamanya Menjadi

Peserta KB 129

36: Penyebaran PUS Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang

Digunakan 130

37: Penyebaran PUS Sebagai Peserta KB di DIPUSKESMAS 130 38: Penyebaran PUS Berdasarkan Informasi Tentang

Keluarga Berencana " 131

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini. bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah

satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan. Soepardjo Adikusumo mengemukakan bahwa "Jumlah penduduk yang banyak bisa menjadi beban pembangunan, sehingga upaya

pembangunan

akan

tidak

terasa

hasilnya,

atau

potensi

sumber daya manusia kita ini tidak akan mempunyai arti apa-apa. Katakanlah bagi bangsa dan pengembangan budaya".

Atas dasar permasalahan tersebut, maka dalam TAP.

MPR NO. II/MPR/1988 ditegaskan bahwa:

Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilaku kan melalui upaya penurunan tingkat kelahiran serta penurunan tingkat kematian khususnya kematian bayi dan anak. Penurunan tingkat kelahiran terutama dilakukan melalui gerakan Keluarga Berencana yang juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan

sejah-tera.

Sekalipun program tersebut sudah dijalankan dalam waktu yang relatif lama dan dengan berbagai fasilitas dan c stray- namun hasil yang dicapai sampai sekarang belum se-perti yang diharapkan. Bagi BTCKBN sendiri pun ditemukan

berba'gai hambatan dalam pelaksanaan program

Keluarga

Be

(16)

ni-lai,

yaitu belum melembaganya nilai baru dan masalah

wa'-risan budaya masa lalu, yaitu dengan adanya pameo

di

ka-langan masyarakat bahwa banyak anak, maka banyak pula

re-zekinya (BKKBN,1980).

Sesuai dengan pendapat di atas Soepardjo

Adikusumo

mengemukakan pula

bahwa

"mendidik

anak

Indonesia

agak

berlainan dengan

mendidik

anak

dari

lingkungan

budaya

lainnya. Sebagai contoh tentang

nilai

anak.

Nilai

anak

dalam budaya kita masih dalam referensi majemuk. Orang tua

bisa menghendaki anak sebagai andalan, atau sasaran

kecintaan bahkan sampai pada

kecintaan

yang

memanjakan.

Dan ada yang berpandangan lain, yaitu anak adalah

penerus

eksistensi keluarga. Jadi tentang nilai anak

itu

sendiri

kita belum memiliki referensi yang seragam ".

Apabila ditinjau

secara

sepintas

1 alu,

tujuan

memperbanyak

anggota

keluarga

menurut

masyarakat

Aceh

seolah-olah bertentangan dengan tujuan KB. Terdapatnya

perbedaan. pandangan di kalangan

masyarakat

Aceh,

karena

pengaruh

agama,

yaitu

agama

Islam.

Pola

pemikiran

masyarakat Aceh, bahwa nasib keturunan

anak-anaknya

akan

dijamin Tuhan dan bersikap pasif terhadap takdir. Ungkapan

yang berbunyi, "Langkah, rezeki, perteumuan, maut,

berada

di tangan Tuhan" (A. Hasjmy, 1979:160).

Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, masih

(17)

Indo-•3f

nesia tentang berbagai hambatan dalam melaksanakan program

KB. Seperti penelitian yang diadakan oleh Siagian di Kali

mantan Barat, telah menemukan masih banyaknya peserta KB,

yang tidak lestari,

karena

ingin

menambah

anak

lagi

sedangkan sebagian besar di antar mereka

sudah

mempunyai

anak lebih dari 2 orang (Siagian, 1979:83).

Penelitian yang dilakukan oleh M.

Said

di

Daerah

Prop. Aceh, juga menemukan masih banyaknya

penduduk

asli

Aceh yang mempunyai anak 3 sampai 6

orang

ke

atas,

dan

yang menyolok sekali adalah di desa (M. Said, 1976:69).

Satu hasil penelitian yang

sangat

relevan

dengan

nilai anak pada orang tua yaitu penelitian di Sumatera

Se-latan yang dilakukan oleh Badan Penelitian Fakultas

Kedok-teran Universitas Sriwijaya dengan BKKBN Sumatera Selatan

menyatakan bahwa nilai anak dinyatakan sebagai faktor eko

nomi dan faktor kehormatan, serta konsep NKKBS masih ku rang dimengerti oleh. Pasangan Usia Subur.

Lebih lanjut hasil rekapitulasi laporan peserta

KB

Aktif tahun 1990 di Propinsi Daerah Istimewa Aceh dinyata

kan

belum diperoleh target yang

diharapkan,

yakni

dari

540.017 pasangan usia subur yang ikut KB hanya 229.735

(persentase

peserta

usia

subur

55,50

sedangkan

yang

diharapkan 83,35).

(18)

masyarakat yang masih lemah dan

keterbelakangan

tentunya

masih

banyak

lagi

kelemahan-kelemahannya.

Soedjatmoko

dalam

Soepardjo

Adikusumo

(1988:7),

mengatakan

bahwa

"terdapat sejumlah

besar

faktor

kebudayaan

yang

belum

diteliti dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat untuk

menaggapi

modernisasi

kemampuan

untuk

mengambil

alih

inovasi dan teknologi".

Apabi.la kita

berbicara

tentang

masalah

keluarga

berencana di Indonesia

bukaniati "merupakan

masalah

yang

berdiri sendiri,

tetapi

berhubungan

dengan

aspek-aspek

kehidupan

manusia

yang

berkaitan

dengannya,

seperti

tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.

Orang

tua yang

memahami

tugasnya

dengan

baik

menyadari dan merasakan

bahwa

makin

banyak

tugas yang

harus dipertanggung jawabkannya

makin

berat

beban

yang

dipikulnya. Dengan demikian maka semakin banyak anak dalam

keluarga semakin berat tanggung jawab orang

tua

terhadap

anak.

Penelitian

yang

dilakukan

Hasanuddin

(1982:40)

menemukan

bahwa

"orang

tua

yang

bertanggung

jawab

mempunyai aspirasi yang baik

tentang

pendidikan

anak

-anaknya namun demikian, untuk

melaksanakan

aspirasi

itu

dengan baik pasti

memerlukan

sokongan

yang

kuat,

baik

moril maupun materil".

Dengan

demikian

orang

tua

yang

(19)

jumlah

anak yang

banyak,

aspirasinya

itu

akan

sulit

diwujutkan menjadi kenyataan.

Pernyataan

di

atas

menunjukkan

bahwa

betapa

pentingnya

tanggung jawab

orang

tua

dalam

mendidik

anaknya. T.Ibrahim Alfian (1978:118) mengemukakan bahwa

orang tua yang terdiri

dari

ayah

dan

ibu

dalam

suatu

keluarga, mempunyai peranan penting

untuk

mengasuh

anak

sampai dewasa. Peranan ini sudah

menjadi

tanggung

jawab

ayah dan ibu meliputi segala

kebutuhan

keluarga

seperti

kebutuhan akan sandang pangan, kesehatan, dan pendidikan".

Sesuai

dengan

apa

yang

telah

dikemukakan

oleh

Soepardjo Adikusumo bahwa

jumlah penduduk

yang

banyak

bisa merupakan beban,

karena

paling

tidak

pada

setiap

tahun kita harus memikirkan bagaimana memberikan

sandang,

pangan, papan, dan bahkan pendidikan.

Melihat

kenyataan-kenyataan

dan

masalah-masalah

yang telah dikemukakan di atas inilah dalam penelitian ini

ingin dilihat bagaimanakah tanggung jawab orang tua

dalam

mendidik, mengasuh

dan

memelihara

anaknya,

baik

dalam

pendidikan, kesehatan dan sandang pangannya.

Sehubungan dengan masalah tanggung jawab

orang

tua

terhadap

anak,

dalam

penelitian

ini

tinggi

rendahnya

tanggung jawab orang tua tersebut dilihat dari aspek-aspek

: (1) tingkat pendidikan

orang

tua,

(2)

status

sosial

budaya (adat istiadat) orang tua, (3) nilai

anak

menurut

(20)

Pendidikan luar sekolah adalah semua usaha sadar

yang dilakukan

untuk

membantu

perkembangan

kepribadian

serta kemampuan anak dan

orang

dewasa.

Pendidikan

luar

Sekolah selalu berorientasi langsung kepada hal-hal yang

bertalian

dengan

. kehidupan.

Soepardjo

Adikusumo

mengemukakan bahwa :

Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan

dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di

luar sekolah, dan seseorang memperoleh

informasi

pe-ngetahuan, latihan

ataupun

bimbingan

sesuai

dengan

usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan

mengembang-kan tingkat keterampilan, sikap-sikap dan

nilai-nilai

yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efesien

dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyara

kat dan negara.

Sedangkan Suzanna Kindervatter mengemukakan bahwa

pendidikan luar sekolah adalah sebagai empowering

process

yaitu proses peningkatan kemampuan

seseorang

baik

dalam

arti perigetahuan, keterampilan maupun sikap,

agar

mereka

dapat memahami dan mengontrol kekuatan dirinya baik

dalam

bidang

sosial,

ekonomi,

dan

politik

sehingga

mampu

mandiri".

Berdasarkan pendapat di atas dan tanpa mengabaikan

pendapat lainnya tentang

pendidikan

luar

sekolah,

maka

jelaslah

pendidikan

luar

sekolah

itu

pada

prinsipnya

mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama bermuara kepada

suatu

pengertian

belajar,

yakni

memiliki

pengetahuan,

keterampilan,

dan

sikap.

Belajar

itu

pada

dasarnya

dituntut baik

pada

individu,

keluarga,

masyarakat

dan

(21)

Uraian tersebut di atas didukung pula oleh UUSPN

No. 2 tahun 1989 Bab IV

Pasal

9

yang

mengatakan

bahwa

satuan

pendidikan

luar

sekolah

meliputi

:keluarga,

kelompok

belajar,

kursus

dan

satuan

pendidikan

yang

sejenis. Kesemuanya dari satuah ini mempunyai

peran

yang

sangat

penting

dalam

rangka

meningkatkan

kecerdasan

masyarakat dan mencerminkan peningkatan kualitas manusia.

Dalam upaya meningkatkan kualitas manusia tersebut

perlu

pendidikan

luar

sekolah

dan

pendidikan

sekolah

berjalan

berdampingan,

saling

mengisi,

melengkapi

dan

saling menguatkan. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas

manusia tersebut telah juga dicantumkan

pemerintah

dalam

tujuan pendidikan

nasional

yang

dimasukkan

ke

dalam

UUUSPN no. 2/1989 pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan

kehi-dupan

bangsa

dan

mengembangkan

manusia

Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia yang

beriman

dan

bertaqwa

terhadap Tuhan Yang

Maha

Esa

dan

berbudi

pekerti

luhur, memiliki pengetahuan dan

keterampilan,

kese

hatan jasmani dan

rohani,

kepribadian

mantap,

dan

mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan

dan

kebangsaan.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas di

harapkan pendidikan di setiap jalur yang

ada

baik

jalur

pendidikan sekolah maupun jalur

pendidikan

luar

sekolah

dapat membantu tercapainya tujuan tersebut.

' Pelaksanaan sistem pendidikan nasional perlu adanya

peranserta keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk

(22)

terwu-8

judnya tujuan tersebut. Dalam hubungan ini, maka pendidik-an keluarga termasuk bagipendidik-an dari jalur pendidikan luar

sekolah (PLS), merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.

Lebih lanjut ditegaskan dalam UUSPN No. 2/1989

bahwa:

Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan aga ma, nilai budaya yang mencakup moral dan aturan per-gaulan dan pandanagan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan berriegara kepada anggota keluarga yang

bersang-kutan (UUSPN No. 2/1989 3:6).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa keluarga mempu nyai tanggung jawab yang sangat penting dalam membina dan mengembangkan kesejahteraan anak, sehingga anak kelak men

jadi manusia yang berkualitas.

Tujuan pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masya

rakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya harus lah dimulai sedini mungkin yakni dari anak dan bahkan di-mul'ai dari sejak anak anak masih dalam kandungan ibu.

Anak merupakan potensi bangsa sehingga perlu disi-apkan dan dikembangkan untuk kematangan pribadinya agar kemudian dapat berperanserta dan memberikan sumbangan yang nyata kepada kepentingan keluarga, masyarakat, bangsa, dan

(23)

9

Salah satu usaha dalam rangka pembinaan kesejahte raan anak adalah melakukan pengawasan terhadap

pertumbuhan,

perkembangan

dan

„ pemeliharaan

anak.

Sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto pada upacara

pembukaan Komperensi Nasional Pembinaan

dan

Pengembangan

Kesejahteraan anak menyatakan,

"Guna

menyiapkan

tunas

bangsa yang sehat dan kuat di masa mendatang

pertumbuhan,

perkembangah, dan pemeliharaan

anak

perlu

diawasi

dari

awal kehidupan".

Pendapat ini juga menunjukkan bahwa betapa

penting-nya tanggung jawab orang tua dalam keluarga untuk

membina

dan mengembangkan kesejahteraan anak.

Orang tua yang bertanggung jawab pada anaknya

akan

menyadari bahwa untuk memelihara dan mendidik anak

dengan

baik akan memerlukan dukungan ekonomi, pikiran, tenaga dan

bahkan perasaan yang kuat. Makin banyak anak terdapat

da

lam suatu keluarga, maka

dukungan

yang

diperlukan

akan

bertambah kuat.

Sehubungan dengan itu, Burikpadi telah menemu

kan adanya koefisien korelasi yang positif dan

signifikan

antara cita-cita orang tua tentang pendidikan anaknya de

ngan usaha pengendalian kelahiran. Orang

tua

yang

ingin

mendapatkan pendidikan anaknya dengan lebih

baik,

mempu

nyai sikap yang positif terhadap usaha-usaha dan

(24)

10

kekhawatiran dalam diri orang tua, bahwa jumlah anak

yang

banyak akan menimbulkan kesulitan dan masalah dalam

usaha

mendidik dan memeliharanya, sehingga mereka

merasa

perlu

membatasinya (Burikpadi, 1977:79).

Hasil dari penelitian di atas menunjukkan bahwa se

tiap orang akan menginginkan keluarga yang sejahtera.

Na-mun demikian, dengan jumlah anak yang

banyak,

keluarga

yang "sejahtera akan sulit diujiadkan. Masalah yang

seperti

itu sudah disadari oleh sebagian anggbta masyarakat. Dalam

hal ini, Siagian (1979 ) telah

menemukan

bahwa

68.09%

responden yang ditelitinya menyetujui

usaha

pengendalian

kelahiran karena berpendapat bahwa dengan

keluarga

lebih

kecil akan lebih mudah merawat dan

mendidiknya,

sehingga

keluarga yang sejahtera akan lebih mudah dicapai.

B. Rurausan Masalah

Dari beberapa uraian berupa fakta dan hasil peneli

tian yang telah dikemukakan pada

bagiam

terdahulu,

maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

"Adakah hubungan antara tingkat

pendidikan,

nilai

anak,

status

sosial

budaya

(adat

istiadat),status

sosial

ekonomi orang tua dengan tanggung

jawab

orang

tua

pada

anak dalam program KB".

Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan

beberapa pertanyaan sebagai berikut:

(25)

de-11

ngan tanggung jawab orang tua pada anak dalam program

KB?

2. Apakah nilai anak ada hubungannya dengan tanggung jawab

orang tua pada anak dalam program KB?

3. Apakah status sosial budaya ada hubungannya dengan tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam program

KB? .

4. Apakah status sosial ekonomi ada hubungannnya dengan tanggung jawab orang tua pada anak dalam program KB?

C. Penjelasan Judul dan Definisi Operasional

Agar memiliki pemahaman yang sama terhadap variabel

penelitian yang dilakukan ini, maka akan dianalisis secara

singkat beberapa variabel dan hubungan dari

masing-masing

variabel yang tercakup di dalamnya, yaitu: (1) Tanggung

jawab orang tua, (2) nilai anak, (3) status sosial

ekono

mi, (4) status sosial budaya, dan (5) pendidikan.

1. Tanggung Jawab Orang Tua

Tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan meme-lihara anak yang lahir dalam keluaxga adalah merupakan tu

gas orang tua yang utama.

Soelaeman Joesoef (1979:46) mengemukakan bahwa, "keluarga sebagai lembaga pendidikan yang ikut bertanggung

jawab dalam

proses

pendidikan".

Selanjutnya

Ki

Hadjar

(26)

12

pendidikan yang pertama dan yang terpenting,

oleh

karena

itu sejak timbulnya adat kemanusiaan

hingga

kini,

hidup

keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti

tiap-tiap manusia."

Kutipan di atas menunjukkan bahwa

keluarga

(dalam

hal ini orang tua) memiliki tanggung

jawab

yang

penting

dalam mendidik dan memelihara anak.

Kamars (1980:167) mengemukakan bahwa, "Tanggung ja

wab dari segi kognisi dapat diartikan sebagai

kesanggupan

untuk memahami tugas yang dipikul seseorang. Dari segi

ko-nasi mencakup kesediaan atau kemauan seseorang untuk

men-jalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya".

Pendapat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mema

hami tugasnya dengan baik akan

menyadari

dan

merasakan,

bahwa makin banyak tugas yang harus dipertanggungjawabkan

nya, makin berat beban yang harus dipikulnya.

Selanjutnya menurut T.

Ibrahim

Alfian

(1978:118)

mengemukakan bahwa: "Ayah dan ibu

dalam

keluarga

batih,

mempunyai

peranan penting untuk mengasuh anak sampai

de

wasa. Peranan ini sudah menjadi tanggung

jawab

ayah

dan

ibu meliputi segala kebutuhan keluarga

seperti

kebutuhan

akan sandang pangan, kesehatan, dan pendidikan".

Hasanuddin (1982, 57-58) mengemukakan bahwa, "tang

gung jawab dapat dilihat dari segi kognisi, emosi, konasi,

(27)

13

Dari beberapa konsep tangg-arrg jawab yang

dikemuka

kan di atas dan tanpa mengabaikan konsep lain yang

berhu-bungan dengan penelitian ini, maka

yang

dimaksud

dengan

tanggung jawab dalam penelitian ini adalah " pemahaman dan

kesadaran

orang

tua

terhadap

faktor-faktor:

kognisi,

emosi, dan konasi.

Secara operasional

dapat

dikatakan

bahwa tanggung orang orang tua ialah responsi mereka

ter

hadap item-item ihstrumen yang sengaja disusun untuk

itu,

kadar tanggung jawab berupa bobot .

2. Nilai Anak

Dengan istilah nilai-nilai secara umum dapat

dika

takan sebagai setiap ciri yang dianggap penting, berdasar

kan pertimbangan psikis, sosial, moral,

maupun

keindahan

(Good, 1959, 593).

Kutipan Good ini menunjukkan bahwa antara nilai de

ngan kepentingan

seseorang terhadap sesuatu terdapat

hu

bungan yang erat. Sesuatu yang dianggap

bernilai

penting

karena memberikan keuntungan

akan

mempunyai

nilai

yang

tinggi atau positif menurut pandangan

yang

bersangkutan,

sebaliknya sesuatu yang dianggap tidak penting atau

mung-kin merugikan, akan mempunyai nilai yang rendah atau

nega-tif menurut pandangan yang bersangkutan.

Arnold dalam Paul A. Mayer (1977, 2-3) mengemukakan

bahwa nilai anak yang menonjol adalah:

(28)

14

(1) Keuntungan ekonomis dan jaminan:

(a) Jaminan di hari tua

(b) Bantuan tenaga; usaha tani, usaha dagang, ban

tuan di rumah.

(2) Kepaduan keluarga dan kontinuitas:

(a) Kemajuan hubungan antara suami dan istri (b) Kontinuitas garis keturunan

'"'(3) Keuntungan psikologis: (a) Kebahagiaan

(b) Perasaan mempunyai teman b. Nilai negatif:

(1) Biaya keuangan:

(a) Biaya pendidikan (b) Biaya sandang pangan (c) Upacara perkawinan (2) Kerugian psikologis:

(a) Kesehatan anak

(b) Pengaruh negatif dari teman anak

c. Nilai keluarga besar:

(1) Keengganan keluarga satu anak (2) mortalitas bayi dan anak

d. Nilai keluarga kecil:

Soal kelebihan penduduk

e. Faktor sosio-demokrafi:

(29)

15

(2) Pengalaman tinggal di kota (3) Pendapat

(4) Pekerjaan istri

f. Orientasi psikio-sosial:

(1) Modernitas

(2) Penerimaan alat penghubung umum.

Selanjutnya Chalidjah Hasan (1982, 37) mengemukakan bahwa, "nilai anak bagi orang tua dapat dibagi secara ga-ris besarnya kepada tiga macam yaitu anak bernilai ekono

mi, bernilai budaya dan bernilai psikologis.

Hasil penelitian tentang nilai anak bagi keluarga

nelayan di kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa

nilai

ekonomi yang diperoleh oleh tua dari anak

biasanya

mulai

semenjak dapat dimanfaatkan tanaganya sampai menikah.

Ni

lai anak laki-laki berbeda dengan nilai anak perempuan ba gi orang tua. Perbedaan ini terjadi karena' adat istiadat yang hidup dalam masyarakat sudah membedakan menurut jenis

kelamin. Sesuai dengan adat istiadat sesuatu pekerjaan yang khusus untuk anak laki-laki turut serta dengan orang tua ke laut, sedangkan anak perempuan cukup bekerja di ru

mah .

Sedangkan nilai sosial budaya- yang diperoleh oleh orang tua dari anak bukanlah karena supaya lebih banyak

(30)

16

anak dari segi sosial budaya bukan mendorong

memperbanyak

keturunan. Dapat pula ditambah bahwa

jenis

kelamin

anak

bukan masalah penting bagi masyarakat

nelayan

di

daerah

ini, karena anak laki-laki maupun perempuan sama-sama berhak menerima warisan orang tua mereka. Sedangkan gelar

atau marga yang akan diwariskan kepada anak tidak ada.

Be-gitu juga anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama

merasa berkewajiban membantu orang tua dalam batas

kemam

puan yang aada (Chalidjah Hasan, 1982: 37-57).

Selanjutnya penelitian

yang dilakukan

oleh

BKKBN

Prop. Kalimantan Barat, (1982: 11-12) tentang

nilai

anak

bagi keluarga nelayan di Kalimantan Barat. Dari penelitian

tersebut diperoleh data antara lain:

a. Dari segi ekonomi:

- Anak dapat membantu mencari nafkah

- Anak dapat membantu pekerjaan orang tua - Anak dapat melanjutkan usaha orang tua - Mengharapkan ada balas jasa dari anak

b. Dari segi sosial budaya:

- Kalau orang tua sakit ada yang merawatnya - Anak dapat berguna untuk nusa dan bangsa - Anak dapat meneruskan keturunan

- Anak dapat sebagai ahli waris

- Anak dapat menjunjung nairia.oj.aflg tua

(31)

17

c. Dari segi psikologis:

- Anak dapat menggiatkan pekerjaan orang tua - Anak dapat tempat bernaung di hari tua

- Anak dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tua

- Supaya keadaan rumah tidak sepi

- Anak adalah tumpuan harapan orang tua - Anak dapat memperkuat ikatan perkawinan.

Penelitian di atas menunjukkan bahwa kepentingan orang tua pada anak dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial budaya, dan psikologis, dengan sendirinya orang tua telah mempunyai nilai tertentu terha dap anaknya.

Jadi, yang dimaksud nilai anak dalam penelitian ini

adalah pandangan atau

penghayatan

orang

tua

terhadap

keberadaan

anak,

dilihat

dari

berbagai

aspek

seperti

ekonomi, psikologis, dan sosial

budaya

yang

diartikan

daiam nilai negatif sebagai beban dan nilai positif berarti memberi keuntungan .

Secara operasional nilai anak bagi orang tua akan

tercermin dalam responsi orang tua tersebut terhadap

item-item instrumen yang sengaja dibuat untuk itu. Kadar nilai orang tua akan terlihat berupa bobot .

3. Status Sosial Ekonomi

Setiap individu dalam hidup bermasyarakat selalu

(32)

hi-18

dup

bermasyarakat selalu berkelompok-kelompok.

Pengelom-pokan ini pada umumnya berkisar pada jenis kelamin,

ting

katan umur, agama, pendidikan, dan ada pula didasarkan ada

status sosial ekonomi.

Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang

di dalam kelompoknya

dan

turut

menentukan

peranan

dan

fungsi dalam kelompok itu (Krech, et. al, 1982:313).

Dilihat dari status sosial ekonomi sendiri

kadang-kadang didasarkan pada kelas ekonomi tinggi, kelas ekonomi

menengah atau sedang, dan kelas ekonomi rendah.

Pembagian

masyarakat yang didasarkan pada kelas-kelas atau

lapisan-1^.lsan afcas, menengah, dan rendah atau bawah semacam

ini

sering

pula adanya tingkat perbed'aan sosial

atau

adanya

diferensiasi sosial. Setiap orang tua (keluarga) yang mem

punyai status sosial ekonomi tertentu turut menentukan pu

la pola tingkah lakunya terhadap anak.

Sering status sosial ekonomi seseorang turut menen

tukan aktif tidaknya dalam melaksanakan tugas atau

kegiat-an tertentu. Dengkegiat-an kata lain perkegiat-ankegiat-an seseorkegiat-ang dalam

ke

luarga atau kelompok

kadangkala

sangat

ditentukan

oleh

status sosial ekonominya. Ini sesuai dengan apa yang dike

mukakan oleh Keicth Davis (1981:37) yaitu, "peranan seseo

rang dalam kelompok juga banyak ditentukan oleh status so

sial ekonominya". Selanjutnya Krech (1972:31) mengemukakan

(33)

19

pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan. Namun hasil

studi yang dilakukan Warner, et. el., banyak menekankan kepada masalah status sosial ekonomi pada cara yang berhu-bungan dengan pekerjaan, pendapatan, pemilikan dan daerah tempat tinggal (Miller,1964:100).

Untuk keperluan penelitian ini, maka status sosial ekonomi orang tua akan diungkapkan melalui indikator jenis pekerjaan, pemilikan perabot rumah tangga, jenis tanah dan

ternak serta alat transportasi yang dimiliki . 4. Status Sosial Budaya

Kebudayaan merupakan konsep dasar dalam ilmu-ilmu sosial, karena konsep tersebut dijadikan titik tolak dari kajian semua aspek perilaku manusia. Kebudayaan adalah mi-lik semua manusia, yaitu yang membedakannya dari makhluk lain di muka bumi ini. Hanya manusia atau masyarakatlah yang mempunyai dan memiliki kebudayaan.

Suatu prinsip yang dikemukakan oleh Ki Hadjar De-wantara dalam upaya pengembangan kemampuan lewat kebudaya an, nampaknya konsep "trikon" masih relevan dengan kondisi

Indonesia dewasa ini. Kontinuitas dengan kebudyaan kita

sendiri merupakan "garis kehidupan" yang dapat melestari-kan kepribadian. Konfergensi membawa individu ke lingkung an komunitas, dan membawa komunitas ke perubahan dunia.

(34)

tradi-20

sional merupakan fundasi kuat dalam upaya pembentukan ke

mampuan dan perilaku individu, baik dalam hubungannya

d£-ngan sesamanya, maupun ded£-ngan lingkud£-ngan alam dan masyara

kat luas.

Selanjutnya Koentjaraningrat (1981:9) mengemukakan bahwa kebudayaan diartikan sebagai "keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya".

Seorang antropolog yaitu E.E. Tylor (1571) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah kompelks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat isitiadat atau kebiasaan dan lain kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986:154). Selo Sumaedjan dan Soelaaeman Soemardi (1964:117) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah sebagai berikut:

Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan, kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasil-nya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat.

(35)

. . . 21

salah satu masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab orang tua pada anaknya dalam program KB, khususnya di dae rah penelitian. Aspek kecil yang peneliti maksudkan di

si-ni adalah " adat istiadat ".

Masalah adat istiadat dan kebiasaan sebenarnya bu kan merupakan hal yang baru, tetapi sudah dibawa sejak

turun temurun, terutama di Daerah Istimewa Aceh.

Bagi masyarakat Aceh, dalam penghidupan masyarakat sehari-hari antara perorangan dengan perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara golongan dengan golongan mempunyai norma tertentu atau etiket-etiket per-gaulan. Masing-masing pihak memelihara norma-norma terse but sehingga adanya suatu kelestarian dalam kehidupan di antara sesamanya.

Dalam masyarakat Aceh terungkap kata "adat ngon hu-kum lagee zat ngon sifeut" yang artinya adat dengan 'hukum' seperti zat dengan sifat yang tidak bisa

dipisah-kan .

Berdasarkan ungkapan ini, jelas bahwa masyarakat Aceh masih sangat terikat dengan adat istiadat.

Dalam penelitian ini penulis melihat adat istiadat Aceh dari segi adat dan upacara kelahiran, adat upacara sebelum dewasa, adat pergaulan muda mudi, adat upacara perkawinan dan upacara kematian serta kepercayaan pada

(36)

22

Secara operasional keterikatan adat istiadat bagi orang tua akan tercermin dalam responsi orang tua, terhadap item-item instrumen yang sengaja dibuat untuk itu. Kadar status sosial budaya (adat istiadat) akan terlihat berupa bobot .

5. Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses transfor-mask_i pengetahuan dan budaya, yang berlangsung melalui dua

jalur yakni pendidikan sekolah-dan -""pendidikan luar seko lah. Pendidikan yang dilaksanakan pada kedua jalur terse but sama mempunyai peranan yang sangat penting, yang haki-katnya tidak terlepas dari sistem pendidikan secara utuh.

Sebagian para ahli berpendapat bahwa seseorang atau masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih cepat menerima inovasi dan perubahan so sial, bila dibandingkan dengan orang atau masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudardja Adiwikarta (1987:59-60) adalah:

Pendidikan memegang peranan penting dalam mengem-bangkan pemilihan dan pemanfaatan teknologi di klangan warga masyarakat, atau meningkatkan kemampuan seseo rang dalam penerapan teknologi (ide-ide baru) terten tu. Ke dalamnya termasuk kemampuan memperbaharui tek nologi itu sendiri melalui inovasi-inovasi.

4

Pendidikan cukup

memegang

peranan

penting

dalam

proses integritas bangsa. Pendidikan akan dapat mencipta-kan sumber daya manusia yang berkualitas. Soepardjo Adiku

(37)

23

Dalam upaya menjadikan sumber daya

yang

mempunyai

arti bagi pembangunan haruslah

meningkatkan

kualitas

... dan kualitas sumber daya manusianya. Istilah

kua

litas itu jangan diartikan sempit hanya dalam

penger

tian ekonomi atau kemampuan intelektual. Kualitas sum

ber daya manusia harus dipahami dalam pengertian

kesa-daran manusia terhadap eksistensinya sebagai

manusia,

manusia yang manyadari

eksistensinya

atau

keberada

annya.

Kutipan di atas menunjukkan

bahwa

kesadaran

atau

keberadaan diri seseorang sangatlah mempunyai

arti

untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Berbicara tentang hubungan antara tingkat pendidik

an dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya

tidak-lah terlepas dari fungsi dan peranan dari

pendidikan

itu

send ir i .

Tidak ada seorang pun yang normal jiwanya akan

mem-biarkan anak-anaknya tumbuh dengan sendirinya menjadi

de

wasa. Setiap pendidik tentu menghendaki anak didiknya men

jadi lebih maju lagi dengan penuh tanggung jawab.

Apabila

kita melihat perkembangan jiwa pada anak, maka seakan-akan

anak itu menuntut dididik. Sutari Imam Bernadib (1982:1-3)

mengatakan bahwa, "untuk dapat mendidik anak dengan

seba-ik-baiknya

haruslah mempunyai pengetahuan yang mendalam".

Pendapat di atas ini menunjukkan bahwa tinggi

ren-dahnya pendidikan seseorang akan mencerminkan tingkat

pe

ngetahuan, sikap, dan perilaku yang. dimilikinya, yang pada

gilirannya dapat mempengaruhi

seseorang

atau

sekelompok

dalam melaksanakan tanggung

jawabnya

terhadap

anak

dan

(38)

24

Secara operasional, tingkat pendidikan yang dimak sud di dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan se

kolah yang pernah diikuti oleh orang tua

(ayah

dan

ibu)

yakni sebagai berikut:

1. Pendidikan Tinggi/Diploma, tamat dan tidak tamat 2. SMA/sederajat, tamat dan tidak tamat.

3. SMP/sederajat, tamat dan tidak tamat.

4. SD/sederajat, tamat dan tidak tamat.

Dalam menganalisis tingkat pendidikan, tidak digu-nakan istilah tinggi dan rendah, tetapi menganalisis sesu-ai dengan istilah tingkatan pendidikan itu sendiri, hanya yang tidak tamat menyelesaikan pendidikan di setiap ting kat disatukan pada yang tamat saja.

Dari uraian permasalahan tersebut di atas, dapatlah dikemukakan suatu paradigma yang mencakup hubungan teori

tik dalam penelitian sebagai berikut:

| Tingkat Pendidikan

I

Nilai Anak menurut

Orang Tua Jr Vf

Tanggung Jawab Orang Tua

Status Sosial Budaya T '

k

Status Sosial Ekonomi

Program

(39)

Bentuk gambar bagan di utaiTmemperlihatkan ada

be

berapa variabel yang diteliti, yaitu

variabel

independen

yang terdiri atas tingkat pendidikan,

status sosial

eko

nomi, status sosial budaya, dan nilai anak. Sedangkan

va

riabel dependen adalah tanggung jawab orang tua.

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar yang menjadi titik tolak dalam pene

litian ini adalah:

1. Tidak ada

orang tua

yang normal membiarkan anaknya

tum-buh dengan sendirinya menjadi

dewasa,

tanpa

mendapat

pendidikan dari orang tuanya.

2. Kemampuan

orang

tua dalam mendidik

dan

mengasuh

anak

dalam keluarga sehari-hari

sangat

berhubungan

dengan

pengetahuan, pandangan, sikap,

dan

keterampilan

yang

dimilikinya.

3. Orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang ren

dah, diduga akan berkurang tanggung jawab pada anaknya,

apalagi kalau

mempunyai

anak

banyak

(lebih

dari

2

orang).

4. Orang tua yang mengharapkan bantuan lebih

banyak

pada

anak,

diduga akan menginginkan banyak

anak,

sehingga

orang tua

tersebut kurang bertanggung jawab pada anak

nya.

5. Orang tua yang masih menjunjung tinggi adat istiadatnya

lebih cenderung mempunyai anak banyak,

sehingga

tang

(40)

6. Tingginya angka kelahiran anak diduga karena kurangnya

tanggung .jawab orang tua pada anak.

.'•ebagai jawaban sementara terhadap masalah yang di-tel;ii, uirumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji

ke-ut;!iararmya. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua

de

ngan tanggung jawab orang tua terhadap anak.

2. Ada hubungan antara nilai anak bagi

orang

tua

dengan

tanggung jawab orang tua terhadap

anak

dalam. program

KB.

3. Ada hubungan antara status sosial budaya

(adat

istia

dat) orang tua dengan tanggung jawab orang tua terhadap

anak dalam program KB.

4. Ada hubungan antara status sosial

ekonomi

orang

tua

dengan tanggung jawab orang

tua

terhadap

anak

dalam

program KB.

E. Tujuan Penelitian

Berpijak pada permasalahan

yang

dirumuskan

dalam

pertanyaan-pertanyaan penelitian serta dengan

memperhati-kan variabel-variabel tersebut di atas, maka secara opera-sional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya hu bungan tingkat pendidikan orang tua dengan tanggung

jawab orang tua pada anaknya dalam program KB.

(41)

hu-bungan antara nilai anak

dengan tanggung

jawab

orang

tua pada anak dalam program KB.

3. Untuk memperoleh informasi mengenai

ada

tidaknya

hu

bungan status sosial budaya dengan tanggung jawab orang

tua pada anaknya dalam proagram KB.

4. Untuk memperoleh infomrasi mengenai

ada

tidaknya

hu

bungan status

sosial

ekonomi

dengan

tanggung

jawab

orang tua pada anaknaya dalam program KB.

F. Kegunaan Penelitian

Informasi yang dapat diungkapkan

dalam

penelitian

ini digunakan sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang

pengembangan

pelaksanaan

program KB khususnya dan program pendidikan luar

seko

lah umumnya, yang selama ini

dapat

diasumsikan

belum

menoapai hasil maksimal sesuai dengan yang diharapkan.

2. Sebagai bahan

masukan untuk penelitian selanjutnya

di

bidang yang sama atau yang ada kaitannya.

3

Sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang

pengem-bangan/pemasyarakatan NKKBS di dalam pelaksanaan

prog

ram KB di masyarakat yang masih

memegang

teguh

nilai

tradisional, khususnya pada masyarakat Aceh. Di samping

itu juga

sebagai

introsp.eksi 'dan

pertimbangan

bagi

rnstansi yang terkait dengan aktivitas kependudukan dan

KB dalam

menyesuaikan

pendekatan

untuk

mensukseskan

program nasional

tanpa mengganggu

sistem

nilai

yang

(42)
(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian Yang Digunakan

Penelitian

ini

menggunakan

metode

eksplanasi

(explanatory

research).

Tujuannya

bersifat

menerangkan

atau menjelaskan yakni "mempelajari fenomena sosial dengan

meneliti

hubungan

variabel

penelitian"

(Singarimbun,

1981:12)

Objek telahaan penelitian

eksplanasi

(explanatory

research) adalah untuk menguji hubungan antar variabel

yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini,

jelas

ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis

itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau le

bih variabel; untuk mengetahui apakah sesuatu variabel

berasosiasi ataukah

tidak

dengan

variabel

lainnya;

atau apakah

sesuatu

variabel

disebabkan/dipengaruhi

ataukah tidak oleh variabel lainnya (Sanapiah

Faisal,

1989:21).

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif;

sedangkan tehnik pengumpulan

data

menggunakan

wawancara

berstruktur sebagai alat utama dan wawancara terbuka seba

gai pelengkap. Intervieu terstruktur mempunyai keungggulan

tertentu yakni "untuk penelitian berskala besar metode ini

sangat efektif dan terlebih jika; (1) pertanyaan-pertanya

an disusun oleh peneliti

sendiri,

(2)

para

interviewer

mempunyai potensi untuk

menanyakan

pertanyaan-pertanyaan

secara lancar, (3) cukup latihan

dalam

cara

beroperasi;

ada supervisi, ada kualitas kontrolnya"(Bambang Suwarno).

Interview terstruktur

dipakai

untuk

mengumpulkan

data tentang variabel-variabel yang ditelfti bertolak pada

(44)

78

penjabaran konsep teoritis, empirik, dan analitik.

Adapun variabel-variabelnya sebagai berikut: variabel dependent adalah tanggung jawab orang tua pada anak, yang dilihat dari segi kognisi : pendidikan, kesehatan, sandang

dan pangan, segi emosi dan konasi. Sedangkan variabel independentnya adalah nilai anak bagi orang tua yang terdiri atas segi ekonomi, psikologis, sosial budaya, tingkat pendidikan orang tua, status sosial budaya (adat istiadat) dan status sosial ekonomi orang tua.

Interview tak terstruktur atau wawancara terbuka

juga dipakai untuk mengumpulkan data pelengkap di atas dan

digunakan untuk memperoleh data tentang keikutsertaan

orang tua dalam program KB. Begitu juga data skunder

yang

dipandang perlu.

B. Populasi dan Sampel "*

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

orang

tua (Bapak dan Ibu) dalam suatu rumah

tangga

yang

sudah

mempunyai anak, dan pada tahun penelitian ini dilakukan

mereka merupakan pasangan usia subur (PUS), yang

berdomi-sili di kecamatan Payed. Yang dimaksudkan dengan PUS ialah

orang tua yang istrinya berumur anta r a 15-45 tahun (BKKBN, 1978:18).

Tehnik sampling yang digunakan adalah cluster

atau

area proporsional random sampling. Penarikan sampel dengan

(45)

79

penggolongan-penggolongan (pengelompokan)

unsur-unsur/ele-men-elemen populasinya berdasarkan atribut-atribut terten tu. Misalnya berdasarkan daerah (RT/RW) kelurahan/kecamat-an atau cencus tract tempat tinggal mereka". (Bambang Su-warno, 1987:13). Oleh sebab itu prosedur penarikan sampel

yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah

sebagai

ber

ikut . Pertama, daerah penelitian

kecamatan

yang

terdiri

atas 32 desa, dan selanjutnya dipilih 20 % secara random menjadi enam desa.

Kedua, berdasarkan

hasil

desa

terpilih

didaftar

orang tua-orang tua yang telah mempunyai anak dan

masing-masing merupakan pasangan usia

subur

(PUS).

Selanjutnya

dipilih lagi berdasarkan

proporsional.

Maksudnya

setiap

desa akan diwakili dalam sampel sebanding dengan

proporsi

populasi. Dalam penelitian setiap desa diambil 13 %.

Ketiga, berdasarkan sampel yang akan

diambil

pada

setiap desa 13 %, ditarik secara

random

sampai

mencapai

jumlah sampel yang diharapkan, dan dalam hal ini

sebanyak

100% pasangan usia subur (PUS).

Penentuan besarnya

sampel

yang

dilakukan

secara

proporsional dengan pertimbangan,

bahwa

sampel

tersebut

(46)

TABEL 01

Penyebaran Sampel/PUS

80

Desa Besar Sampling Besar

populasi farction sampel

1. Sampaimah 174 0,13 23

2. Mesdjid 158 0,13 21

3. Tualang Baro 146 0,13 19

4. lee Bintah 97 0,13 13

5. Simpang Lhee 88 0,13 11

6. G. Merak 102 0,13 13

Jumlah 765 100

Berdasarkan tehnik tersebut di ata^, dengan jumlah

sampel yang diinginkan adalah 100, maka sampling

fraction-nya harus sama

untuk

semua

desa,

dan

besarnya

adalah

100/765 = 0,13. Perbandingan dan jumlah sampel adalah se-bagaimana terdapat pada tabel di atas.

C. Penjabaran Konsep Teoritik, Empirik, dan Analitik

Variabel-variabel yang' digunakan dalam penelitian

ini perlu dijabarkan ke dalam

konsep

teoritik,

empirik,

dan analitik. Maksudnya adalah untuk memberikan batasan

dan kejelasan terhadap masalah yang ingin dijawab,

tehnik

pengukurannya, dan operasionalnya yang dituangkan di dalam

instrumen. Penjabaran konsep tersebut adalah sebagai

ber

(47)

81

Penjabaran Konsep Variabel Independen

Teoritik Empirik Analitik

I. Tingkat 1.1. Jenis pendidikan seko 1. Jawaban responden ten

pendidikan lah yang pernah di tang jenis pendidikan

ikuti sekolah yang pernah

diikuti, tamat atau

tidak

1.2. Jenis pendidikan luar 1. Jawaban responden ten

-sekolah yang diikuti tang PLS yang diikuti.

II. Nilai Anak 2.1. Segi ekonomi

2.1.1 Jumlah anak 1. Jawaban reseponden

tentang jumlah anak yang telah dimiliki dan diinginkan

2.1.2. Alasan responden 1. Jawaban responden

terhadap pertanyaan

yang berkenaan dengan

alasan mempunyai anak

a. Anak menambah rezekei

b. Anak merepotkan

2.1.3. Motivasi 1. Jawaban reseponden

terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan motivasi

a. Anak dapat membantu pekerjaan orang tua b. Anak dapat membantu keuangan orang tua

2.2. Segi psikologis

2.2.1.Alasan reseponden 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan hadirnya anak dalam keluarga

a. Memberikan ketenteraman batin

b. Keluarga tidak sepi

2.2.2. Motivasi 1. Jdrt*»aban reseponden

(48)

p o

, ;

mempunyai anak

a. Sebagai tabungan di hari tua

b. Memberikan kebahagiaan dalam keluarga

2.3. Segi sosial budaya

2.3.1. Alasan reseponden 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan hadirnya

anak dalam keluarga

a. Sebagai penerus keturunan

b. Lebih dihormati orang III. Sosial 3.1. Adat istiadat

Budaya 3.1.1. Kelahiran 1. Jawaban reponden

(adat terhadap pertanyaan yang

isti berkenaan dengan adat

adat) istiadat kelahiran

a. Ketika hamil harus dibuat ajimat

b. Upacara turun tanah

bayi

3.1.2. Kematian

1.

Jjjjfcoaban

responden

terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat

istiadat kematian a. Harus ada tahlilan b. Ada yang meninggal harus diberitahukan kepada pemimpin agama

3.1.3. Perkawinan 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat perkawinan

a. Upacara meminang calon istri

b. Upacara menabur beras

padi

3.1.4. Sebelum dewasa 1. Jawaban responden

terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat

istiadat sebelum dewasa

a. Anak yang berumur lebih kurang 7 tahun belajar

mengaji di Maunasah

(49)

IV. Status 4.1. Pekerjaan

Sosial 4.1.1. Jenis pekerjaan te-Eknomi tap suami/istri

3.1.5. Peragulan muda mudi

3.1.6. Hari besar Islam

3.1.7. Adat/kepercayaan

4.1.2. Jenis pekerjaan sampingan suami/ istri

4.1.3. Jumlah penghasilan

setiap bulan

4.2. Situasi bangunan rumah 4.2.1. Status pemilikan

rumah

4.2.2. Luas rumah

4.2.3. Tipe rumah

4.3. Kekayaan

4.3.1. Alat-alat rumah tangga

laki-laki adat Aceh.

narus memaka

1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat pergaulan muda mudi

1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat dan upacara hari besar Islam

1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat dan

kepercayaan

a. Kekuatan sakti/kuburan

b. Ukiran-ukiran dan motif

1. Jawaban tentang jenis tetapnya 1. Jawaban tentang jenis sampingan responden pekerjaan responden pekerjaan

Jawaban responden tentang jumlah penghasilan rata-rata setiap bulan

Jawaban responden tentang

s ta tus pemi1i kan rumah

tempat tinggal

Jawaban responden tentang luas rumah tempat tingal

Jawaban responden

tentang

tipe rumah tempat

tinggal

seperti dinding, atap,

atap, dan lantai

Jawaban responden tentang

(50)

4.3.2. Transportasi

4.3.3. Jenis dan luas ta

nah

4.3.4. Jenis dan jumlah dari masing-masing ternak yang

dimili-masing ternak

ki

Variabel Dependen

I. Tanggung 1.1. Kognisi

Jawab 1.1.1. Pendidikan

Orang 'Tua

1.1. Kesehatan

.1.1.3. Sandang pangan

.1.2. bmosi 1.2.1. Motivasi

1.3. Konasi 1.3.1. Perilaku

D. Instrumen Penelitian

R4

yang dimiliki

Jawaban responden tentang transportasi yang dimiliki

Jawaban responden tentang

jenis dan luas tanah yang

dimiliki

Jawaban responden tentang

jenis dan. jumlah masing-masing ternak yang dimiliki

Jawaban responden tentanq

tanggung jawabnya terhadap

pendidikan sekolah dan

pendidikan luar sekolah

anak

Jawaban responden tentang tanggung jawab terhadap

kesehatan anak

Jawaban responden tentang tanggung jawab terhadap

sandang jBangan

Jawaban responden tentana

motivasi memiliki anak dari

jenis kelamin tertentu

(laki-laki atau perempuan)

Jawaban responden tentang perilaku orang tua pada anak

wab

pertanyaan penelitian adalah interview.

Data

primer

diperoleh

dengan

interview terstruktur.

Sedangkan

data

skunder

didapat melalui interview tidak terstruktur.

Ada

beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar dalam pembuat

alat pengumpulan data ini adalah:

(51)

85

1. Agar data yang diperoleh tentang variabel-variabel yang

diteliti dapat dianalisis dan diolah secara statistik.

2. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan dapat

di

peroleh data yang objektif.

3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian

dilakukan dengan mudah dan hemat waktu,

biaya,

tenaga

dan sebagainya.

Isi pedoman wawancara

mencakup

beberapa

variabel

yang diteliti yakni: tanggung jawab orang tua, nilai anak,

tingkat pendidikan, status sosial budaya .(adat istiadat),

dan status sosial ekonomi. Jumlah seluruhnya ada 75 perta

nyaan, rinciannya 15 pertanyaan untuk tanggung ,jawab,

15

pertanyaan untuk nilai anak, 2 pertanyaan untuk

pendidik

an, 19 pertanyaan untuk status sosial budaya

(adat

isti

adat), 15 pertanyaan untuk status sosial

ekonomi,

dan

5

pertanyaan untuk keikutsertaan dalam program KB,

serta.

4

pertanyaan untuk identitas responden.

Pertanyaan yang menggunakan

interview

terstruktur

telah ditentukan jawabannya berdasarkan pertimbangan

pene-liti. S. Nasution (1987:88) mengemukakan bahwa, "untuk

me-netapkan berapa jumlah pilihan yang sebaiknya dari setiap

pertanyaan atau pernyataan adalah peneliti sendiri

berda

sarkan pertimbangannya".

Sesuai dengan ungkapan di atas dalam^penelitian ini

(52)

so-86

sial ekonomi umumnya menggunakan 3 pilihan a, b, dan c,

dan ada beberapa pertanyaan yang harus

menggunakan

lebih

dari 3 pilihan. Maksud dari pilihan ini adalah untuk

me-ngetahui tinggi, sedang, dan

rendahnya

jawab

responden

terhadap variabel yang diteliti, kecuali

variabel

pendi

dikan.

(Bambang

Suwarno

(1987:52)

mengemukakan

bahwa

meskipun banyak

variabel

yang

telah

mempunyai

nilai/kategori (menurut kebiasaan) yang bakujp akan

tetapi

dalam

ilmu

sosial

biasanya

peneliti

sendiri

yang

menentukan". Beliau memberikan contoh variabel status

sosial menjadi tiga ketgori, tinggi, sedang, dan rendah.

E. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

a. Langkah Persiapan

Pada

langkah

ini

peneliti

mempersiapkan

segala

sesuatu yang mencakup:

1) Menyusun disain penelitian, yang telah diseminarkan pa

da tanggal 3 Maret 1991.

2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan variabel yang

telah dijabarkan dalam konsep teoritis, empiris,

anali-tis, dan operasional.

3) Setelah instrumen penelitian disetujui oleh pembimbing,

langkah selanjutnya mengajukan permohonan izin

peneli

tian kepada Dekan FPS IKIP Bandung yang diteruskan

ke

(53)

87

selanjutnya mohon izin atau rekomendasi dari Direktorat

Sospol Propinsi Dati. I Jawa Barat,

Direktorat

Sospol

Dati I Daerah Istimewa Aceh, Direktorat Sospol Dati

II

Kabupaten Aceh Timur dan Camat Kecamatan Manyakpayed.

Langkah persiapan ini ditempuh mulai

21 Agustus

1991

Referensi

Dokumen terkait

Dalam metode ini, kita tidak menspesifikasikan secara penuh distribusi bersama dari variabel-variabel respons, tetapi hanya menspesifikasikan fungsi link, hubungan

Keputusan Walikota Semarang Nomor 875.1/2 Tahun 2011 tentang Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Perijinan dan Non Perijinan kepada Kepala Badan Pelayanan.. Perijinan Terpadu

Aplikasi tersebut dibuat untuk memberikan informasi untuk orang-orang yang sering berpergian menggunakan kendaraan bermotor di daerah Jakarta Pusat, aplikasi ini diharapkan

Berdasarkan hasil penelitian analisa profil protein selama proses fermentasi tepung singkong dengan biakan angkak dari berbagai lama fermentasi (hari) dapat dilihat

menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ada sebuah pungutan

pemilhan kata atau diksi, dalam penggunaan tanda baca, pembentukan kata, penggunaan ejaan dan penguasaan kalimat efektif, sebagai salah satu faktor kebahasaan yang

Dengan menggunakan metode sistem pakar, diharapkan kemampuan seorang pakar yang ahli dalam masalah kesehatan, khususnya mengenai penyakit pada tulang (dalam hal ini adalah

Adalah transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan atas dasar faktur penjualan yang dilampiri dengan surat order pengiriman dan surat muat yang diterima oleh