HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, NILAI ANAK, STATUS SOSIAL
BUDAYA (ADAT ISTIADAT), STATUS SOSIAL EKONGMI
DENGAN TANGGUNG JAWAB ORANG TUA PADA
ANAK DALAM KELUARGA BERENCANA
(Studi Eksplanatoris Terhadap Pasangan Usia Subur di Kecamatan
Manyak Payed Kabupaten Aoeh Timur)
T E S I S
Diajukan kepada panitia ujian Tesis Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Bandung untuk memenuhi sebagian syarat
ujian program S-2, Pasca Sarjana Bidang
studi Pendidikan Luar Sekoiah
OLEH :
N A S R I A H
NIP : 8932139
PROGRAM
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
DISETUJUI DAN DISYAHKAM OLEH TIM PEMBIMBING
2-**-*-*^/
EEQL. UR^. SQEEAEDJQ ADIKUSUMQ Pembimbing I
/
/, S /Uu^L J
riR_ BAMSAMG SQEWARNQ, M
Pembimbing II
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS PASCA SARJANA
Kupersembahkan Kepada :
Ayah dan Bunda,
Suami,
Serta
Ananda tersayang : Dedy Husrizal Syah,
Chairunnisa yang setia menemani
diriku dalam segala senang dan derita
MOTTO : "Tuntutlah ilmu dari buaian
sampai ke liang lahat" CHadist)
"Sesungguhnya Allah tidak akan
merubah keadaan seorang, sebe-lum dia merubahnya".
ABSTRAK
Permasalahan yang diangkat dalam Tesis ini adalah "hubungan antara tingkat pendidikan nilai anak, status sosial budaya {adat istiadat}, status sosial ekonomi dengan tanggung jawab orangtua pada anak dalam program KB". Fokus masalah dalam penelitian ini dilihat dari aspek-aspek tingkat pendidikan, nilai anak, adat istiadat dan status sosial ekonomi, kesemua ini sebagai variabel X. Sedangkan Tanggung jawab orang tua sebagai variabel Y.
Penelitian ini dilaksanakan di Keoamatan Manyak Payed, Kabupaten Aoeh Timur, Propinsi Daerah Istimewa
Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang
tua { Bapak dan Ibu } dalam suatu rumah tangga yang sudah mempunyai anak, dan pada tahun penelitian ini dilakukan mereka merupakan pasangan usia subur { PUS }, yang berdomilisi di Kecamatan Manyak Payed. Yang dimaksud dengan PUS disini adalah orang tua yang istrinya berumur antara 15-45 tahun. Sampelnya berjumlah 10.0 pasangan usia subur { PUS }, yaitu dengan tehnik cluster atau area proporsional random sampling. Pengumpulan data digunakan
interview terstruktur dan tidak terstruktur. Setelah
data terkumpul meliputi apa yang tertuang dalam instrumen kemudian penulis memeriksa kembali terhadap kelengkapan data dan kejelasan makna jawaban, kemudian diolah dan
dianalisi raelalui tehnik analisi statistik non
parametrik.
Temuan penelitian yang diperoleh antara lain :
1. Hasil Analis Univariate terhadap variabel X^
{tingkat pendidikan} menunjukkan bahwa pendidikan orang tua di enam desa penelitian
adalah sebagai berikut :
[1]. SD/sederajat 43,5 % [2]. SMP/sedrajat 30.0% [3]. SMA/sederajat 15,5% [4]. PT/Diploma
11,0%.
2. Terhadap Variabel Xg {nilai anak menurut
orang
tua}. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang tua yang mempunyai pandangan tentang nilai anak tinggi [49,5%], sedang [28,5%], dan rendah
[29,0%].
3. Terhadap variabel X~ status sosial budaya {adat istiadat} hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar orang tua yang termasuk keterikatan adat istiadat tinggi [40,5%], dan yang adat istiadatnya sedang [34,5%], sedangkan yang adat istiadatnya rendah [25,0%].
5. Terhadap variabel Y : Tanggung jawab
orang
tua
pada anak.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
orang tua yang
mempunyai
tanggung
jawab
pada
anak tinggi
sebesar
[43,0%],
sedang
[26,0%],
sedangkan yang
mempunyai
tanggung
jawab pada
anak rendah
sebesar
31,0%.
Dapat
disimpulkan
bahwa belum mencapai 50,0% orang tua yang
mempunyai tanggung jawab
pada anak tinggi,
hal
ini akan menyebabkan rendahnya
kualitas
sumber
daya manus'ia di daerah tersebut.
Untuk
mengetahui
apakah
ada
hubungan
antara
variabel X1 , Xg, X-j, X^
dengan
Y
digunakan
tehnik
statistik Epsilon, X , dan Somer's D.
Dari hasil analisis hubungan Bivariate antara
Variabel
Independen
dengan
Dependen
tersebut
adalah
sebagai berikut :
1. Hubungan
Bivariate
antara
tingkat
pendidikan
orang
.tua ( X1 )
dengan tanggung jawab
orang tua pada anak [Y].
Harga
statistik
yang
diperoleh yaitu Epsilon
:27,8%
dan
Chi_square
55,55 lebih besar dari Chi_squaretabel 9,49 pada
dk
4
dengan
kepercayaan
0,95%.
Hal
ini
mengandung makna
bahwa
ada
hubungan
yang
signifikan
dan
hipotesi
pertama
diterima
kebenarannya.
2. Hubungan Bivariate
antara
nilai
anak
menurut
orang tua [Xp! dengan tanggung jawab orang tua
pada anak [Y]. Harga statistik
yang diperoleh
yaitu somer's D 0,10 adalah kurang dari 0,20
dan Chi_square 5,01 kurang dari 9,49 pada dk 4
dengan tingkat kepercayaan 0,95%. Hal ini
dapat
ditapsirkan bahwa nilai anak menurut orang
tua,
sangat sedikit kontribusinya
terhadap
tanggung
jawab orang
tua pada anak.
Hipotesa kedua
ditolak.
3. Hubungan bivariate antara status
sosial
budaya
atau adat istiadat [X_]
dengan
tanggung
jawab
orang
tua
pada
anak
(Yl.Harga
statistik
yangdiperoleh
menunjukkanbahwasomer's
D-0,12
adalah
sangat
lemah,
atau
dapat
dikatakan
hubungannya
dapat
diabaikan.
Namun
demikian
harga Chi_square
sebesar
10,58
adalah
sangat
signifikan pada X2 daftar 9.49 pada dk 4 dengan
tingkat
kepercayaan
0,95%.
Dapat
disimpulkan
bahwa adat istiadat
ada kontribusinya
terhadap
tanggung
jawab
orang
tua
pada
anak.
Dengan
demikian mengandung makna bahwa
semakin
tinggi
keterikata'n
adat
istiadat
orang
tua
semakin
tinggi pula tanggung jawab orang tua pada anak.
4. Hubungan bivariate antara
statussosial
ekonomi
[X.] dengan tanggung jawab orang tua pada anak
[Y]. Harga statistik menunjukkan bahwa
hubungan
antara variabel x dengan Y adalah sangat lemah 4
dan tidak signitikan, dimana somer's D 0,032 lebih kecil dari 0,20 dan Chi_square 0,43 lebih kecil dari 9,49 pada dk 4 dengan tingkat kepercayaan 0,95%.
Dapat ditafsirkan bahwa tingkat status sosial ekonomi orang tua sangat sedikit hubungannya dengan tanggung jawab orang tua pada anak. Hal ini mengandung makna bahwa tingginya status sosial ekonomi orang tua, belum tentu menjamin besarnya tanggung jawab orang tua pada anak.
Demikianlah ringkasan dari tesis ini dengan harapan mudah-mudahan ada manfaatnya bagi pembaca semuanya, amiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
i
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
v
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
xiv
DAFTAR TABEL
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 10
C. Penjelasan Judul dan Definisi
Operasional 11
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis 25
E. Tujuan Penelitian 26
F. Kegunaan Penelitian 27
BAB II KERANGKA TEORI
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 28
1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah . 28 2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah .... 32 3. Pendekatan Belajar Dalam PLS 33
a. Konsep Ivan Illich 33
b. Konsep Poulo Frire 35
c. Carl Rogers 36
d. Abraham H.Mas low 38
e. Suzanna Kindervatter 39
f. Ki Hadjar Dewantara 41
B. Posisi PLS Dalam Kerangka UUSPN
no. 2 tahun 1989 42
C. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Keluarga
Merupakan Program PLS 45
D. Keterkaitan Tanggung Jawab Orang Tua
Dalam KB 50
E. Kerangka Variabel Yang Diteliti: 56
1. Tingkat Pendidikan 56
2. Nilai Anak Menurut Orang Tua 59
3. Status Sosial Budaya (adat istiadat)d 65
4. Status Sosial Ekonomi 69
5.Tanggung Jawab Orang Tua Pada Anak 72
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Yang Digunakan 77
B. Populasi dan Sampel 78
C. Penjabaran Konsep Teoritik, Empirik
dan Analitik 80
D. Intrumen Penelitian 84
E. Prosedur Pengumpulan Pengolahan dan
Analisis Data 86
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Daerah Penelitian 90
B. Gambaran Umum Tentang Sampel 92
C. Diskripsi Analisis Univariate Terhadap
Variabel Yang Diteliti 100
D. Diskripsi Analisis Tentang Hubungan Bivariate Antara Variabel Independen
Dengan Dependen
;-•. .
1°9
E. Gambaran Umum Sampel Dalam Mengikuti
Program KB
126
BAB
V
DISKUSI
132
BAB VI KESIMPULAN, IHPLIKASI DAN SARAN
143
A. Kesimpulan
143
B. Implikasi Hasil Penelitian
144
C. Saran-saran
146
D. Keterbatasan Pen-elitian
150
KEPUSTAKAAN
i52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
I56
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
. Hal
Gambar 1: Paradigma Penelitian 24
2: Klasifikasi Kegiatan Belajar Menurut Axinn 30
3: Sub Sistem Pendidikan Nasional 47
Tabel 1: Penyebaran Sampel/PUS 80
2: Penyebaran Penduduk di Kec. Manyak Payed 91 3: Penyebaran Responden Istri Menurut Umur 92
4: Penyebaran Respoden Suami Menurut Umur 93
5: Penyebaran PUS Berdasarkan Jumlah anak sekarang ... 94 6: Penyebaran PUS Bewwrdasarakan Kursus Yang Pernah
diikuti 94
,7: Penyebaran Res. Istri Berdasarkan Jumlah Anak Yang
diinginkan 95
8: Penyebaran Res. Suami Berdasarkan Jumlah Anak Yang
diinginkan 96
9: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Pekerjaan
Tetap 96
10: Penyebaran Responden Istri Berdasarkan Pekerjaan
Tetap 97
11: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Pekerjaan
Sampingan 98
12: Penyebaran Responden Istri Berdasarkan Pekrjaan
Sampingan 99
13: Penyebaran Responden Suami Berdasarkan Tingkat
Pendidikan 101
14: Penyebaran Responden Istri Bedasarkan Tingkat
Pendidikan 102
15: Kategorisasi Nilai Anak Menurut Istri 103
16: Kategorisasi Anak Menurut Suami 104
17: Penyebaran Res. Suami Berdasarkan Status Sosial
Budaya {adat istiadat} 105
18: Penyebaran Res. Istri Berdasarkan Status Sosial
Budaya {adat istiadat} 106
19: Kategorisasi Tingkatan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua 107
20: Kategorisasi Tingkatan Tanggung Jawab Res. Suami
Pada Anak 108
21: Kategorisasi Tingkatan Tanggung Jawab Res. Istri
Pada Anak 109
22: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang- Tua Dengan
Tanggung Jawab Orang Tua
Pada Anak
112
23: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Suami Dengan
Tanggung Jawabnya Pada Anak 113
24: Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Istri Dengan
Tanggung Jawab Pada Anak 114
25: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Orang Tua
Dengan Tanggung Jawab Terhadap anak 116
26: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Suami Dengan
Tanggung Jawab Pada Anak 117
27: Hubungan Antara Nilai Anak Menurut Istri
Dengan Tanggung Jawabnya Pada Anak 118
28: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat
istiadat} Orang Tua Dengan Tanggung Jawab Orang
Orang Tua Pada Anak 119
29: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat
istiadat} Suami Dengan Tanggung Jawabnya Pada
Anak 120
30: Hubungan Antara Status Sosial Budaya {adat istiadat} Istri Dengan Tanggung Jawabnya pada
Anak 121
31: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dengan Tanggung Jawab Orang Tua Pada Anak 123 32: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dengan Tanggung Jawab Suami Pada Anak 124 33: Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Orang Tua
Dengan Tanggung Jawab Istri Pada Anak 125 34: Penyebaran PUS Menjadi Peserta Prograa KB 128 35: Penyebaran PUS Berdasarkan Lamanya Menjadi
Peserta KB 129
36: Penyebaran PUS Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang
Digunakan 130
37: Penyebaran PUS Sebagai Peserta KB di DIPUSKESMAS 130 38: Penyebaran PUS Berdasarkan Informasi Tentang
Keluarga Berencana " 131
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini. bangsa Indonesia masih menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan pembangunan. Salah
satu masalah yang dihadapi adalah masalah kependudukan. Soepardjo Adikusumo mengemukakan bahwa "Jumlah penduduk yang banyak bisa menjadi beban pembangunan, sehingga upaya
pembangunan
akan
tidak
terasa
hasilnya,
atau
potensi
sumber daya manusia kita ini tidak akan mempunyai arti apa-apa. Katakanlah bagi bangsa dan pengembangan budaya".
Atas dasar permasalahan tersebut, maka dalam TAP.
MPR NO. II/MPR/1988 ditegaskan bahwa:
Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilaku kan melalui upaya penurunan tingkat kelahiran serta penurunan tingkat kematian khususnya kematian bayi dan anak. Penurunan tingkat kelahiran terutama dilakukan melalui gerakan Keluarga Berencana yang juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejah-tera.
Sekalipun program tersebut sudah dijalankan dalam waktu yang relatif lama dan dengan berbagai fasilitas dan c stray- namun hasil yang dicapai sampai sekarang belum se-perti yang diharapkan. Bagi BTCKBN sendiri pun ditemukan
berba'gai hambatan dalam pelaksanaan program
Keluarga
Be
ni-lai,
yaitu belum melembaganya nilai baru dan masalah
wa'-risan budaya masa lalu, yaitu dengan adanya pameo
di
ka-langan masyarakat bahwa banyak anak, maka banyak pula
re-zekinya (BKKBN,1980).
Sesuai dengan pendapat di atas Soepardjo
Adikusumo
mengemukakan pula
bahwa
"mendidik
anak
Indonesia
agak
berlainan dengan
mendidik
anak
dari
lingkungan
budaya
lainnya. Sebagai contoh tentang
nilai
anak.
Nilai
anak
dalam budaya kita masih dalam referensi majemuk. Orang tua
bisa menghendaki anak sebagai andalan, atau sasaran
kecintaan bahkan sampai pada
kecintaan
yang
memanjakan.
Dan ada yang berpandangan lain, yaitu anak adalah
penerus
eksistensi keluarga. Jadi tentang nilai anak
itu
sendiri
kita belum memiliki referensi yang seragam ".
Apabila ditinjau
secara
sepintas
1 alu,
tujuan
memperbanyak
anggota
keluarga
menurut
masyarakat
Aceh
seolah-olah bertentangan dengan tujuan KB. Terdapatnya
perbedaan. pandangan di kalangan
masyarakat
Aceh,
karena
pengaruh
agama,
yaitu
agama
Islam.
Pola
pemikiran
masyarakat Aceh, bahwa nasib keturunan
anak-anaknya
akan
dijamin Tuhan dan bersikap pasif terhadap takdir. Ungkapan
yang berbunyi, "Langkah, rezeki, perteumuan, maut,
berada
di tangan Tuhan" (A. Hasjmy, 1979:160).
Sehubungan dengan pernyataan tersebut diatas, masih
Indo-•3f
nesia tentang berbagai hambatan dalam melaksanakan program
KB. Seperti penelitian yang diadakan oleh Siagian di Kali
mantan Barat, telah menemukan masih banyaknya peserta KB,
yang tidak lestari,
karena
ingin
menambah
anak
lagi
sedangkan sebagian besar di antar mereka
sudah
mempunyai
anak lebih dari 2 orang (Siagian, 1979:83).
Penelitian yang dilakukan oleh M.
Said
di
Daerah
Prop. Aceh, juga menemukan masih banyaknya
penduduk
asli
Aceh yang mempunyai anak 3 sampai 6
orang
ke
atas,
dan
yang menyolok sekali adalah di desa (M. Said, 1976:69).
Satu hasil penelitian yang
sangat
relevan
dengan
nilai anak pada orang tua yaitu penelitian di Sumatera
Se-latan yang dilakukan oleh Badan Penelitian Fakultas
Kedok-teran Universitas Sriwijaya dengan BKKBN Sumatera Selatan
menyatakan bahwa nilai anak dinyatakan sebagai faktor eko
nomi dan faktor kehormatan, serta konsep NKKBS masih ku rang dimengerti oleh. Pasangan Usia Subur.
Lebih lanjut hasil rekapitulasi laporan peserta
KB
Aktif tahun 1990 di Propinsi Daerah Istimewa Aceh dinyata
kan
belum diperoleh target yang
diharapkan,
yakni
dari
540.017 pasangan usia subur yang ikut KB hanya 229.735
(persentase
peserta
usia
subur
55,50
sedangkan
yang
diharapkan 83,35).
masyarakat yang masih lemah dan
keterbelakangan
tentunya
masih
banyak
lagi
kelemahan-kelemahannya.
Soedjatmoko
dalam
Soepardjo
Adikusumo
(1988:7),
mengatakan
bahwa
"terdapat sejumlah
besar
faktor
kebudayaan
yang
belum
diteliti dan mempengaruhi kemampuan suatu masyarakat untuk
menaggapi
modernisasi
kemampuan
untuk
mengambil
alih
inovasi dan teknologi".
Apabi.la kita
berbicara
tentang
masalah
keluarga
berencana di Indonesia
bukaniati "merupakan
masalah
yang
berdiri sendiri,
tetapi
berhubungan
dengan
aspek-aspek
kehidupan
manusia
yang
berkaitan
dengannya,
seperti
tanggung jawab orang tua terhadap anaknya.
Orang
tua yang
memahami
tugasnya
dengan
baik
menyadari dan merasakan
bahwa
makin
banyak
tugas yang
harus dipertanggung jawabkannya
makin
berat
beban
yang
dipikulnya. Dengan demikian maka semakin banyak anak dalam
keluarga semakin berat tanggung jawab orang
tua
terhadap
anak.
Penelitian
yang
dilakukan
Hasanuddin
(1982:40)
menemukan
bahwa
"orang
tua
yang
bertanggung
jawab
mempunyai aspirasi yang baik
tentang
pendidikan
anak
-anaknya namun demikian, untuk
melaksanakan
aspirasi
itu
dengan baik pasti
memerlukan
sokongan
yang
kuat,
baik
moril maupun materil".
Dengan
demikian
orang
tua
yang
jumlah
anak yang
banyak,
aspirasinya
itu
akan
sulit
diwujutkan menjadi kenyataan.
Pernyataan
di
atas
menunjukkan
bahwa
betapa
pentingnya
tanggung jawab
orang
tua
dalam
mendidik
anaknya. T.Ibrahim Alfian (1978:118) mengemukakan bahwa
orang tua yang terdiri
dari
ayah
dan
ibu
dalam
suatu
keluarga, mempunyai peranan penting
untuk
mengasuh
anak
sampai dewasa. Peranan ini sudah
menjadi
tanggung
jawab
ayah dan ibu meliputi segala
kebutuhan
keluarga
seperti
kebutuhan akan sandang pangan, kesehatan, dan pendidikan".
Sesuai
dengan
apa
yang
telah
dikemukakan
oleh
Soepardjo Adikusumo bahwa
jumlah penduduk
yang
banyak
bisa merupakan beban,
karena
paling
tidak
pada
setiap
tahun kita harus memikirkan bagaimana memberikan
sandang,
pangan, papan, dan bahkan pendidikan.
Melihat
kenyataan-kenyataan
dan
masalah-masalah
yang telah dikemukakan di atas inilah dalam penelitian ini
ingin dilihat bagaimanakah tanggung jawab orang tua
dalam
mendidik, mengasuh
dan
memelihara
anaknya,
baik
dalam
pendidikan, kesehatan dan sandang pangannya.
Sehubungan dengan masalah tanggung jawab
orang
tua
terhadap
anak,
dalam
penelitian
ini
tinggi
rendahnya
tanggung jawab orang tua tersebut dilihat dari aspek-aspek
: (1) tingkat pendidikan
orang
tua,
(2)
status
sosial
budaya (adat istiadat) orang tua, (3) nilai
anak
menurut
Pendidikan luar sekolah adalah semua usaha sadar
yang dilakukan
untuk
membantu
perkembangan
kepribadian
serta kemampuan anak dan
orang
dewasa.
Pendidikan
luar
Sekolah selalu berorientasi langsung kepada hal-hal yang
bertalian
dengan
. kehidupan.
Soepardjo
Adikusumo
mengemukakan bahwa :
Pendidikan luar sekolah adalah setiap kesempatan
dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di
luar sekolah, dan seseorang memperoleh
informasi
pe-ngetahuan, latihan
ataupun
bimbingan
sesuai
dengan
usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan
mengembang-kan tingkat keterampilan, sikap-sikap dan
nilai-nilai
yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efesien
dan efektif dalam lingkungan keluarga bahkan masyarakat dan negara.
Sedangkan Suzanna Kindervatter mengemukakan bahwa
pendidikan luar sekolah adalah sebagai empowering
process
yaitu proses peningkatan kemampuan
seseorang
baik
dalam
arti perigetahuan, keterampilan maupun sikap,
agar
mereka
dapat memahami dan mengontrol kekuatan dirinya baik
dalam
bidang
sosial,
ekonomi,
dan
politik
sehingga
mampu
mandiri".
Berdasarkan pendapat di atas dan tanpa mengabaikan
pendapat lainnya tentang
pendidikan
luar
sekolah,
maka
jelaslah
pendidikan
luar
sekolah
itu
pada
prinsipnya
mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama bermuara kepada
suatu
pengertian
belajar,
yakni
memiliki
pengetahuan,
keterampilan,
dan
sikap.
Belajar
itu
pada
dasarnya
dituntut baik
pada
individu,
keluarga,
masyarakat
dan
Uraian tersebut di atas didukung pula oleh UUSPN
No. 2 tahun 1989 Bab IV
Pasal
9
yang
mengatakan
bahwa
satuan
pendidikan
luar
sekolah
meliputi
:keluarga,
kelompok
belajar,
kursus
dan
satuan
pendidikan
yang
sejenis. Kesemuanya dari satuah ini mempunyai
peran
yang
sangat
penting
dalam
rangka
meningkatkan
kecerdasan
masyarakat dan mencerminkan peningkatan kualitas manusia.
Dalam upaya meningkatkan kualitas manusia tersebut
perlu
pendidikan
luar
sekolah
dan
pendidikan
sekolah
berjalan
berdampingan,
saling
mengisi,
melengkapi
dan
saling menguatkan. Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas
manusia tersebut telah juga dicantumkan
pemerintah
dalam
tujuan pendidikan
nasional
yang
dimasukkan
ke
dalam
UUUSPN no. 2/1989 pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan
kehi-dupan
bangsa
dan
mengembangkan
manusia
Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman
dan
bertaqwa
terhadap Tuhan Yang
Maha
Esa
dan
berbudi
pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan,
kese
hatan jasmani dan
rohani,
kepribadian
mantap,
dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan
kebangsaan.Berdasarkan tujuan pendidikan nasional di atas di
harapkan pendidikan di setiap jalur yang
ada
baik
jalur
pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan
luar
sekolah
dapat membantu tercapainya tujuan tersebut.
' Pelaksanaan sistem pendidikan nasional perlu adanya
peranserta keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk
terwu-8
judnya tujuan tersebut. Dalam hubungan ini, maka pendidik-an keluarga termasuk bagipendidik-an dari jalur pendidikan luar
sekolah (PLS), merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.
Lebih lanjut ditegaskan dalam UUSPN No. 2/1989
bahwa:
Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan aga ma, nilai budaya yang mencakup moral dan aturan per-gaulan dan pandanagan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasayarakat, berbangsa dan berriegara kepada anggota keluarga yang
bersang-kutan (UUSPN No. 2/1989 3:6).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa keluarga mempu nyai tanggung jawab yang sangat penting dalam membina dan mengembangkan kesejahteraan anak, sehingga anak kelak men
jadi manusia yang berkualitas.
Tujuan pembangunan nasional pada dasarnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masya
rakat Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, pembangunan manusia Indonesia seutuhnya harus lah dimulai sedini mungkin yakni dari anak dan bahkan di-mul'ai dari sejak anak anak masih dalam kandungan ibu.
Anak merupakan potensi bangsa sehingga perlu disi-apkan dan dikembangkan untuk kematangan pribadinya agar kemudian dapat berperanserta dan memberikan sumbangan yang nyata kepada kepentingan keluarga, masyarakat, bangsa, dan
9
Salah satu usaha dalam rangka pembinaan kesejahte raan anak adalah melakukan pengawasan terhadap
pertumbuhan,
perkembangan
dan
„ pemeliharaan
anak.
Sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto pada upacara
pembukaan Komperensi Nasional Pembinaan
dan
Pengembangan
Kesejahteraan anak menyatakan,
"Guna
menyiapkan
tunas
bangsa yang sehat dan kuat di masa mendatang
pertumbuhan,
perkembangah, dan pemeliharaan
anak
perlu
diawasi
dari
awal kehidupan".
Pendapat ini juga menunjukkan bahwa betapa
penting-nya tanggung jawab orang tua dalam keluarga untuk
membina
dan mengembangkan kesejahteraan anak.
Orang tua yang bertanggung jawab pada anaknya
akan
menyadari bahwa untuk memelihara dan mendidik anak
dengan
baik akan memerlukan dukungan ekonomi, pikiran, tenaga dan
bahkan perasaan yang kuat. Makin banyak anak terdapat
da
lam suatu keluarga, maka
dukungan
yang
diperlukan
akan
bertambah kuat.
Sehubungan dengan itu, Burikpadi telah menemu
kan adanya koefisien korelasi yang positif dan
signifikan
antara cita-cita orang tua tentang pendidikan anaknya de
ngan usaha pengendalian kelahiran. Orang
tua
yang
ingin
mendapatkan pendidikan anaknya dengan lebih
baik,
mempu
nyai sikap yang positif terhadap usaha-usaha dan
10
kekhawatiran dalam diri orang tua, bahwa jumlah anak
yang
banyak akan menimbulkan kesulitan dan masalah dalam
usaha
mendidik dan memeliharanya, sehingga mereka
merasa
perlu
membatasinya (Burikpadi, 1977:79).
Hasil dari penelitian di atas menunjukkan bahwa se
tiap orang akan menginginkan keluarga yang sejahtera.
Na-mun demikian, dengan jumlah anak yang
banyak,
keluarga
yang "sejahtera akan sulit diujiadkan. Masalah yang
seperti
itu sudah disadari oleh sebagian anggbta masyarakat. Dalam
hal ini, Siagian (1979 ) telah
menemukan
bahwa
68.09%
responden yang ditelitinya menyetujui
usaha
pengendalian
kelahiran karena berpendapat bahwa dengan
keluarga
lebih
kecil akan lebih mudah merawat dan
mendidiknya,
sehingga
keluarga yang sejahtera akan lebih mudah dicapai.
B. Rurausan Masalah
Dari beberapa uraian berupa fakta dan hasil peneli
tian yang telah dikemukakan pada
bagiam
terdahulu,
maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
"Adakah hubungan antara tingkat
pendidikan,
nilai
anak,
status
sosial
budaya
(adat
istiadat),status
sosial
ekonomi orang tua dengan tanggung
jawab
orang
tua
pada
anak dalam program KB".
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan
beberapa pertanyaan sebagai berikut:
de-11
ngan tanggung jawab orang tua pada anak dalam program
KB?
2. Apakah nilai anak ada hubungannya dengan tanggung jawab
orang tua pada anak dalam program KB?
3. Apakah status sosial budaya ada hubungannya dengan tanggung jawab orang tua terhadap anak dalam program
KB? .
4. Apakah status sosial ekonomi ada hubungannnya dengan tanggung jawab orang tua pada anak dalam program KB?
C. Penjelasan Judul dan Definisi Operasional
Agar memiliki pemahaman yang sama terhadap variabel
penelitian yang dilakukan ini, maka akan dianalisis secara
singkat beberapa variabel dan hubungan dari
masing-masing
variabel yang tercakup di dalamnya, yaitu: (1) Tanggung
jawab orang tua, (2) nilai anak, (3) status sosial
ekono
mi, (4) status sosial budaya, dan (5) pendidikan.
1. Tanggung Jawab Orang Tua
Tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan meme-lihara anak yang lahir dalam keluaxga adalah merupakan tu
gas orang tua yang utama.
Soelaeman Joesoef (1979:46) mengemukakan bahwa, "keluarga sebagai lembaga pendidikan yang ikut bertanggung
jawab dalam
proses
pendidikan".
Selanjutnya
Ki
Hadjar
12
pendidikan yang pertama dan yang terpenting,
oleh
karena
itu sejak timbulnya adat kemanusiaan
hingga
kini,
hidup
keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti
tiap-tiap manusia."
Kutipan di atas menunjukkan bahwa
keluarga
(dalam
hal ini orang tua) memiliki tanggung
jawab
yang
penting
dalam mendidik dan memelihara anak.
Kamars (1980:167) mengemukakan bahwa, "Tanggung ja
wab dari segi kognisi dapat diartikan sebagai
kesanggupan
untuk memahami tugas yang dipikul seseorang. Dari segi
ko-nasi mencakup kesediaan atau kemauan seseorang untuk
men-jalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya".
Pendapat ini menunjukkan bahwa seseorang yang mema
hami tugasnya dengan baik akan
menyadari
dan
merasakan,
bahwa makin banyak tugas yang harus dipertanggungjawabkan
nya, makin berat beban yang harus dipikulnya.
Selanjutnya menurut T.
Ibrahim
Alfian
(1978:118)
mengemukakan bahwa: "Ayah dan ibu
dalam
keluarga
batih,
mempunyai
peranan penting untuk mengasuh anak sampai
de
wasa. Peranan ini sudah menjadi tanggung
jawab
ayah
dan
ibu meliputi segala kebutuhan keluarga
seperti
kebutuhan
akan sandang pangan, kesehatan, dan pendidikan".
Hasanuddin (1982, 57-58) mengemukakan bahwa, "tang
gung jawab dapat dilihat dari segi kognisi, emosi, konasi,
13
Dari beberapa konsep tangg-arrg jawab yang
dikemuka
kan di atas dan tanpa mengabaikan konsep lain yang
berhu-bungan dengan penelitian ini, maka
yang
dimaksud
dengan
tanggung jawab dalam penelitian ini adalah " pemahaman dan
kesadaran
orang
tua
terhadap
faktor-faktor:
kognisi,
emosi, dan konasi.
Secara operasional
dapat
dikatakan
bahwa tanggung orang orang tua ialah responsi mereka
ter
hadap item-item ihstrumen yang sengaja disusun untuk
itu,
kadar tanggung jawab berupa bobot .
2. Nilai Anak
Dengan istilah nilai-nilai secara umum dapat
dika
takan sebagai setiap ciri yang dianggap penting, berdasar
kan pertimbangan psikis, sosial, moral,
maupun
keindahan
(Good, 1959, 593).
Kutipan Good ini menunjukkan bahwa antara nilai de
ngan kepentingan
seseorang terhadap sesuatu terdapat
hu
bungan yang erat. Sesuatu yang dianggap
bernilai
penting
karena memberikan keuntungan
akan
mempunyai
nilai
yang
tinggi atau positif menurut pandangan
yang
bersangkutan,
sebaliknya sesuatu yang dianggap tidak penting atau
mung-kin merugikan, akan mempunyai nilai yang rendah atau
nega-tif menurut pandangan yang bersangkutan.
Arnold dalam Paul A. Mayer (1977, 2-3) mengemukakan
bahwa nilai anak yang menonjol adalah:
14
(1) Keuntungan ekonomis dan jaminan:
(a) Jaminan di hari tua
(b) Bantuan tenaga; usaha tani, usaha dagang, ban
tuan di rumah.
(2) Kepaduan keluarga dan kontinuitas:
(a) Kemajuan hubungan antara suami dan istri (b) Kontinuitas garis keturunan
'"'(3) Keuntungan psikologis: (a) Kebahagiaan
(b) Perasaan mempunyai teman b. Nilai negatif:
(1) Biaya keuangan:
(a) Biaya pendidikan (b) Biaya sandang pangan (c) Upacara perkawinan (2) Kerugian psikologis:
(a) Kesehatan anak
(b) Pengaruh negatif dari teman anak
c. Nilai keluarga besar:
(1) Keengganan keluarga satu anak (2) mortalitas bayi dan anak
d. Nilai keluarga kecil:
Soal kelebihan penduduk
e. Faktor sosio-demokrafi:
15
(2) Pengalaman tinggal di kota (3) Pendapat
(4) Pekerjaan istri
f. Orientasi psikio-sosial:
(1) Modernitas
(2) Penerimaan alat penghubung umum.
Selanjutnya Chalidjah Hasan (1982, 37) mengemukakan bahwa, "nilai anak bagi orang tua dapat dibagi secara ga-ris besarnya kepada tiga macam yaitu anak bernilai ekono
mi, bernilai budaya dan bernilai psikologis.
Hasil penelitian tentang nilai anak bagi keluarga
nelayan di kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa
nilai
ekonomi yang diperoleh oleh tua dari anak
biasanya
mulai
semenjak dapat dimanfaatkan tanaganya sampai menikah.
Ni
lai anak laki-laki berbeda dengan nilai anak perempuan ba gi orang tua. Perbedaan ini terjadi karena' adat istiadat yang hidup dalam masyarakat sudah membedakan menurut jenis
kelamin. Sesuai dengan adat istiadat sesuatu pekerjaan yang khusus untuk anak laki-laki turut serta dengan orang tua ke laut, sedangkan anak perempuan cukup bekerja di ru
mah .
Sedangkan nilai sosial budaya- yang diperoleh oleh orang tua dari anak bukanlah karena supaya lebih banyak
16
anak dari segi sosial budaya bukan mendorong
memperbanyak
keturunan. Dapat pula ditambah bahwa
jenis
kelamin
anak
bukan masalah penting bagi masyarakat
nelayan
di
daerah
ini, karena anak laki-laki maupun perempuan sama-sama berhak menerima warisan orang tua mereka. Sedangkan gelar
atau marga yang akan diwariskan kepada anak tidak ada.
Be-gitu juga anak laki-laki maupun anak perempuan sama-sama
merasa berkewajiban membantu orang tua dalam batas
kemam
puan yang aada (Chalidjah Hasan, 1982: 37-57).
Selanjutnya penelitian
yang dilakukan
oleh
BKKBN
Prop. Kalimantan Barat, (1982: 11-12) tentang
nilai
anak
bagi keluarga nelayan di Kalimantan Barat. Dari penelitian
tersebut diperoleh data antara lain:
a. Dari segi ekonomi:
- Anak dapat membantu mencari nafkah
- Anak dapat membantu pekerjaan orang tua - Anak dapat melanjutkan usaha orang tua - Mengharapkan ada balas jasa dari anak
b. Dari segi sosial budaya:
- Kalau orang tua sakit ada yang merawatnya - Anak dapat berguna untuk nusa dan bangsa - Anak dapat meneruskan keturunan
- Anak dapat sebagai ahli waris
- Anak dapat menjunjung nairia.oj.aflg tua
17
c. Dari segi psikologis:
- Anak dapat menggiatkan pekerjaan orang tua - Anak dapat tempat bernaung di hari tua
- Anak dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tua
- Supaya keadaan rumah tidak sepi
- Anak adalah tumpuan harapan orang tua - Anak dapat memperkuat ikatan perkawinan.
Penelitian di atas menunjukkan bahwa kepentingan orang tua pada anak dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti ekonomi, sosial budaya, dan psikologis, dengan sendirinya orang tua telah mempunyai nilai tertentu terha dap anaknya.
Jadi, yang dimaksud nilai anak dalam penelitian ini
adalah pandangan atau
penghayatan
orang
tua
terhadap
keberadaan
anak,
dilihat
dari
berbagai
aspek
seperti
ekonomi, psikologis, dan sosial
budaya
yang
diartikan
daiam nilai negatif sebagai beban dan nilai positif berarti memberi keuntungan .
Secara operasional nilai anak bagi orang tua akan
tercermin dalam responsi orang tua tersebut terhadap
item-item instrumen yang sengaja dibuat untuk itu. Kadar nilai orang tua akan terlihat berupa bobot .
3. Status Sosial Ekonomi
Setiap individu dalam hidup bermasyarakat selalu
hi-18
dup
bermasyarakat selalu berkelompok-kelompok.
Pengelom-pokan ini pada umumnya berkisar pada jenis kelamin,
ting
katan umur, agama, pendidikan, dan ada pula didasarkan ada
status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi merupakan kedudukan seseorang
di dalam kelompoknya
dan
turut
menentukan
peranan
dan
fungsi dalam kelompok itu (Krech, et. al, 1982:313).
Dilihat dari status sosial ekonomi sendiri
kadang-kadang didasarkan pada kelas ekonomi tinggi, kelas ekonomi
menengah atau sedang, dan kelas ekonomi rendah.
Pembagian
masyarakat yang didasarkan pada kelas-kelas atau
lapisan-1^.lsan afcas, menengah, dan rendah atau bawah semacam
ini
sering
pula adanya tingkat perbed'aan sosial
atau
adanya
diferensiasi sosial. Setiap orang tua (keluarga) yang mem
punyai status sosial ekonomi tertentu turut menentukan pu
la pola tingkah lakunya terhadap anak.
Sering status sosial ekonomi seseorang turut menen
tukan aktif tidaknya dalam melaksanakan tugas atau
kegiat-an tertentu. Dengkegiat-an kata lain perkegiat-ankegiat-an seseorkegiat-ang dalam
ke
luarga atau kelompok
kadangkala
sangat
ditentukan
oleh
status sosial ekonominya. Ini sesuai dengan apa yang dike
mukakan oleh Keicth Davis (1981:37) yaitu, "peranan seseo
rang dalam kelompok juga banyak ditentukan oleh status so
sial ekonominya". Selanjutnya Krech (1972:31) mengemukakan
19
pekerjaan, tingkat pendidikan dan pendapatan. Namun hasil
studi yang dilakukan Warner, et. el., banyak menekankan kepada masalah status sosial ekonomi pada cara yang berhu-bungan dengan pekerjaan, pendapatan, pemilikan dan daerah tempat tinggal (Miller,1964:100).
Untuk keperluan penelitian ini, maka status sosial ekonomi orang tua akan diungkapkan melalui indikator jenis pekerjaan, pemilikan perabot rumah tangga, jenis tanah dan
ternak serta alat transportasi yang dimiliki . 4. Status Sosial Budaya
Kebudayaan merupakan konsep dasar dalam ilmu-ilmu sosial, karena konsep tersebut dijadikan titik tolak dari kajian semua aspek perilaku manusia. Kebudayaan adalah mi-lik semua manusia, yaitu yang membedakannya dari makhluk lain di muka bumi ini. Hanya manusia atau masyarakatlah yang mempunyai dan memiliki kebudayaan.
Suatu prinsip yang dikemukakan oleh Ki Hadjar De-wantara dalam upaya pengembangan kemampuan lewat kebudaya an, nampaknya konsep "trikon" masih relevan dengan kondisi
Indonesia dewasa ini. Kontinuitas dengan kebudyaan kita
sendiri merupakan "garis kehidupan" yang dapat melestari-kan kepribadian. Konfergensi membawa individu ke lingkung an komunitas, dan membawa komunitas ke perubahan dunia.
tradi-20
sional merupakan fundasi kuat dalam upaya pembentukan ke
mampuan dan perilaku individu, baik dalam hubungannya
d£-ngan sesamanya, maupun ded£-ngan lingkud£-ngan alam dan masyara
kat luas.
Selanjutnya Koentjaraningrat (1981:9) mengemukakan bahwa kebudayaan diartikan sebagai "keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya".
Seorang antropolog yaitu E.E. Tylor (1571) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah kompelks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat isitiadat atau kebiasaan dan lain kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Soerjono Soekanto, 1986:154). Selo Sumaedjan dan Soelaaeman Soemardi (1964:117) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah sebagai berikut:
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan, kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasil-nya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat.
. . . 21
salah satu masalah yang berhubungan dengan tanggung jawab orang tua pada anaknya dalam program KB, khususnya di dae rah penelitian. Aspek kecil yang peneliti maksudkan di
si-ni adalah " adat istiadat ".
Masalah adat istiadat dan kebiasaan sebenarnya bu kan merupakan hal yang baru, tetapi sudah dibawa sejak
turun temurun, terutama di Daerah Istimewa Aceh.
Bagi masyarakat Aceh, dalam penghidupan masyarakat sehari-hari antara perorangan dengan perorangan, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara golongan dengan golongan mempunyai norma tertentu atau etiket-etiket per-gaulan. Masing-masing pihak memelihara norma-norma terse but sehingga adanya suatu kelestarian dalam kehidupan di antara sesamanya.
Dalam masyarakat Aceh terungkap kata "adat ngon hu-kum lagee zat ngon sifeut" yang artinya adat dengan 'hukum' seperti zat dengan sifat yang tidak bisa
dipisah-kan .
Berdasarkan ungkapan ini, jelas bahwa masyarakat Aceh masih sangat terikat dengan adat istiadat.
Dalam penelitian ini penulis melihat adat istiadat Aceh dari segi adat dan upacara kelahiran, adat upacara sebelum dewasa, adat pergaulan muda mudi, adat upacara perkawinan dan upacara kematian serta kepercayaan pada
22
Secara operasional keterikatan adat istiadat bagi orang tua akan tercermin dalam responsi orang tua, terhadap item-item instrumen yang sengaja dibuat untuk itu. Kadar status sosial budaya (adat istiadat) akan terlihat berupa bobot .
5. Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan proses transfor-mask_i pengetahuan dan budaya, yang berlangsung melalui dua
jalur yakni pendidikan sekolah-dan -""pendidikan luar seko lah. Pendidikan yang dilaksanakan pada kedua jalur terse but sama mempunyai peranan yang sangat penting, yang haki-katnya tidak terlepas dari sistem pendidikan secara utuh.
Sebagian para ahli berpendapat bahwa seseorang atau masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih cepat menerima inovasi dan perubahan so sial, bila dibandingkan dengan orang atau masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sudardja Adiwikarta (1987:59-60) adalah:
Pendidikan memegang peranan penting dalam mengem-bangkan pemilihan dan pemanfaatan teknologi di klangan warga masyarakat, atau meningkatkan kemampuan seseo rang dalam penerapan teknologi (ide-ide baru) terten tu. Ke dalamnya termasuk kemampuan memperbaharui tek nologi itu sendiri melalui inovasi-inovasi.
4
Pendidikan cukup
memegang
peranan
penting
dalam
proses integritas bangsa. Pendidikan akan dapat mencipta-kan sumber daya manusia yang berkualitas. Soepardjo Adiku
23
Dalam upaya menjadikan sumber daya
yang
mempunyai
arti bagi pembangunan haruslah
meningkatkan
kualitas
... dan kualitas sumber daya manusianya. Istilah
kua
litas itu jangan diartikan sempit hanya dalam
penger
tian ekonomi atau kemampuan intelektual. Kualitas sum
ber daya manusia harus dipahami dalam pengertian
kesa-daran manusia terhadap eksistensinya sebagai
manusia,
manusia yang manyadari
eksistensinya
atau
keberada
annya.
Kutipan di atas menunjukkan
bahwa
kesadaran
atau
keberadaan diri seseorang sangatlah mempunyai
arti
untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Berbicara tentang hubungan antara tingkat pendidik
an dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
tidak-lah terlepas dari fungsi dan peranan dari
pendidikan
itu
send ir i .
Tidak ada seorang pun yang normal jiwanya akan
mem-biarkan anak-anaknya tumbuh dengan sendirinya menjadi
de
wasa. Setiap pendidik tentu menghendaki anak didiknya men
jadi lebih maju lagi dengan penuh tanggung jawab.
Apabila
kita melihat perkembangan jiwa pada anak, maka seakan-akan
anak itu menuntut dididik. Sutari Imam Bernadib (1982:1-3)
mengatakan bahwa, "untuk dapat mendidik anak dengan
seba-ik-baiknya
haruslah mempunyai pengetahuan yang mendalam".
Pendapat di atas ini menunjukkan bahwa tinggi
ren-dahnya pendidikan seseorang akan mencerminkan tingkat
pe
ngetahuan, sikap, dan perilaku yang. dimilikinya, yang pada
gilirannya dapat mempengaruhi
seseorang
atau
sekelompok
dalam melaksanakan tanggung
jawabnya
terhadap
anak
dan
24
Secara operasional, tingkat pendidikan yang dimak sud di dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan se
kolah yang pernah diikuti oleh orang tua
(ayah
dan
ibu)
yakni sebagai berikut:
1. Pendidikan Tinggi/Diploma, tamat dan tidak tamat 2. SMA/sederajat, tamat dan tidak tamat.
3. SMP/sederajat, tamat dan tidak tamat.
4. SD/sederajat, tamat dan tidak tamat.
Dalam menganalisis tingkat pendidikan, tidak digu-nakan istilah tinggi dan rendah, tetapi menganalisis sesu-ai dengan istilah tingkatan pendidikan itu sendiri, hanya yang tidak tamat menyelesaikan pendidikan di setiap ting kat disatukan pada yang tamat saja.
Dari uraian permasalahan tersebut di atas, dapatlah dikemukakan suatu paradigma yang mencakup hubungan teori
tik dalam penelitian sebagai berikut:
| Tingkat Pendidikan
I
Nilai Anak menurut
Orang Tua Jr Vf
Tanggung Jawab Orang Tua
Status Sosial Budaya T '
k
Status Sosial Ekonomi
Program
Bentuk gambar bagan di utaiTmemperlihatkan ada
be
berapa variabel yang diteliti, yaitu
variabel
independen
yang terdiri atas tingkat pendidikan,
status sosial
eko
nomi, status sosial budaya, dan nilai anak. Sedangkan
va
riabel dependen adalah tanggung jawab orang tua.
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis
Anggapan dasar yang menjadi titik tolak dalam pene
litian ini adalah:
1. Tidak ada
orang tua
yang normal membiarkan anaknya
tum-buh dengan sendirinya menjadi
dewasa,
tanpa
mendapat
pendidikan dari orang tuanya.
2. Kemampuan
orang
tua dalam mendidik
dan
mengasuh
anak
dalam keluarga sehari-hari
sangat
berhubungan
dengan
pengetahuan, pandangan, sikap,
dan
keterampilan
yang
dimilikinya.
3. Orang tua yang memiliki status sosial ekonomi yang ren
dah, diduga akan berkurang tanggung jawab pada anaknya,
apalagi kalau
mempunyai
anak
banyak
(lebih
dari
2
orang).
4. Orang tua yang mengharapkan bantuan lebih
banyak
pada
anak,
diduga akan menginginkan banyak
anak,
sehingga
orang tua
tersebut kurang bertanggung jawab pada anak
nya.
5. Orang tua yang masih menjunjung tinggi adat istiadatnya
lebih cenderung mempunyai anak banyak,
sehingga
tang
6. Tingginya angka kelahiran anak diduga karena kurangnya
tanggung .jawab orang tua pada anak.
.'•ebagai jawaban sementara terhadap masalah yang di-tel;ii, uirumuskan beberapa hipotesis yang akan diuji
ke-ut;!iararmya. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua
de
ngan tanggung jawab orang tua terhadap anak.
2. Ada hubungan antara nilai anak bagi
orang
tua
dengan
tanggung jawab orang tua terhadap
anak
dalam. program
KB.
3. Ada hubungan antara status sosial budaya
(adat
istia
dat) orang tua dengan tanggung jawab orang tua terhadap
anak dalam program KB.
4. Ada hubungan antara status sosial
ekonomi
orang
tua
dengan tanggung jawab orang
tua
terhadap
anak
dalam
program KB.
E. Tujuan Penelitian
Berpijak pada permasalahan
yang
dirumuskan
dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian serta dengan
memperhati-kan variabel-variabel tersebut di atas, maka secara opera-sional tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya hu bungan tingkat pendidikan orang tua dengan tanggung
jawab orang tua pada anaknya dalam program KB.
hu-bungan antara nilai anak
dengan tanggung
jawab
orang
tua pada anak dalam program KB.
3. Untuk memperoleh informasi mengenai
ada
tidaknya
hu
bungan status sosial budaya dengan tanggung jawab orang
tua pada anaknya dalam proagram KB.
4. Untuk memperoleh infomrasi mengenai
ada
tidaknya
hu
bungan status
sosial
ekonomi
dengan
tanggung
jawab
orang tua pada anaknaya dalam program KB.
F. Kegunaan Penelitian
Informasi yang dapat diungkapkan
dalam
penelitian
ini digunakan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang
pengembangan
pelaksanaan
program KB khususnya dan program pendidikan luar
seko
lah umumnya, yang selama ini
dapat
diasumsikan
belum
menoapai hasil maksimal sesuai dengan yang diharapkan.
2. Sebagai bahan
masukan untuk penelitian selanjutnya
di
bidang yang sama atau yang ada kaitannya.
3
Sebagai landasan penelitian selanjutnya tentang
pengem-bangan/pemasyarakatan NKKBS di dalam pelaksanaan
prog
ram KB di masyarakat yang masih
memegang
teguh
nilai
tradisional, khususnya pada masyarakat Aceh. Di samping
itu juga
sebagai
introsp.eksi 'dan
pertimbangan
bagi
rnstansi yang terkait dengan aktivitas kependudukan dan
KB dalam
menyesuaikan
pendekatan
untuk
mensukseskan
program nasional
tanpa mengganggu
sistem
nilai
yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian Yang Digunakan
Penelitian
ini
menggunakan
metode
eksplanasi
(explanatory
research).
Tujuannya
bersifat
menerangkan
atau menjelaskan yakni "mempelajari fenomena sosial dengan
meneliti
hubungan
variabel
penelitian"
(Singarimbun,
1981:12)
Objek telahaan penelitian
eksplanasi
(explanatory
research) adalah untuk menguji hubungan antar variabel
yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini,
jelas
ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Hipotesis
itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau le
bih variabel; untuk mengetahui apakah sesuatu variabel
berasosiasi ataukah
tidak
dengan
variabel
lainnya;
atau apakah
sesuatu
variabel
disebabkan/dipengaruhi
ataukah tidak oleh variabel lainnya (Sanapiah
Faisal,
1989:21).
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif;
sedangkan tehnik pengumpulan
data
menggunakan
wawancara
berstruktur sebagai alat utama dan wawancara terbuka seba
gai pelengkap. Intervieu terstruktur mempunyai keungggulan
tertentu yakni "untuk penelitian berskala besar metode ini
sangat efektif dan terlebih jika; (1) pertanyaan-pertanya
an disusun oleh peneliti
sendiri,
(2)
para
interviewer
mempunyai potensi untuk
menanyakan
pertanyaan-pertanyaan
secara lancar, (3) cukup latihan
dalam
cara
beroperasi;
ada supervisi, ada kualitas kontrolnya"(Bambang Suwarno).
Interview terstruktur
dipakai
untuk
mengumpulkan
data tentang variabel-variabel yang ditelfti bertolak pada
78
penjabaran konsep teoritis, empirik, dan analitik.
Adapun variabel-variabelnya sebagai berikut: variabel dependent adalah tanggung jawab orang tua pada anak, yang dilihat dari segi kognisi : pendidikan, kesehatan, sandang
dan pangan, segi emosi dan konasi. Sedangkan variabel independentnya adalah nilai anak bagi orang tua yang terdiri atas segi ekonomi, psikologis, sosial budaya, tingkat pendidikan orang tua, status sosial budaya (adat istiadat) dan status sosial ekonomi orang tua.
Interview tak terstruktur atau wawancara terbuka
juga dipakai untuk mengumpulkan data pelengkap di atas dan
digunakan untuk memperoleh data tentang keikutsertaan
orang tua dalam program KB. Begitu juga data skunder
yang
dipandang perlu.
B. Populasi dan Sampel "*
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
orang
tua (Bapak dan Ibu) dalam suatu rumah
tangga
yang
sudah
mempunyai anak, dan pada tahun penelitian ini dilakukan
mereka merupakan pasangan usia subur (PUS), yang
berdomi-sili di kecamatan Payed. Yang dimaksudkan dengan PUS ialah
orang tua yang istrinya berumur anta r a 15-45 tahun (BKKBN, 1978:18).
Tehnik sampling yang digunakan adalah cluster
atau
area proporsional random sampling. Penarikan sampel dengan
79
penggolongan-penggolongan (pengelompokan)
unsur-unsur/ele-men-elemen populasinya berdasarkan atribut-atribut terten tu. Misalnya berdasarkan daerah (RT/RW) kelurahan/kecamat-an atau cencus tract tempat tinggal mereka". (Bambang Su-warno, 1987:13). Oleh sebab itu prosedur penarikan sampel
yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah
sebagai
ber
ikut . Pertama, daerah penelitian
kecamatan
yang
terdiri
atas 32 desa, dan selanjutnya dipilih 20 % secara random menjadi enam desa.
Kedua, berdasarkan
hasil
desa
terpilih
didaftar
orang tua-orang tua yang telah mempunyai anak dan
masing-masing merupakan pasangan usia
subur
(PUS).
Selanjutnya
dipilih lagi berdasarkan
proporsional.
Maksudnya
setiap
desa akan diwakili dalam sampel sebanding dengan
proporsi
populasi. Dalam penelitian setiap desa diambil 13 %.
Ketiga, berdasarkan sampel yang akan
diambil
pada
setiap desa 13 %, ditarik secara
random
sampai
mencapai
jumlah sampel yang diharapkan, dan dalam hal ini
sebanyak
100% pasangan usia subur (PUS).
Penentuan besarnya
sampel
yang
dilakukan
secara
proporsional dengan pertimbangan,
bahwa
sampel
tersebut
TABEL 01
Penyebaran Sampel/PUS
80
Desa Besar Sampling Besar
populasi farction sampel
1. Sampaimah 174 0,13 23
2. Mesdjid 158 0,13 21
3. Tualang Baro 146 0,13 19
4. lee Bintah 97 0,13 13
5. Simpang Lhee 88 0,13 11
6. G. Merak 102 0,13 13
Jumlah 765 100
Berdasarkan tehnik tersebut di ata^, dengan jumlah
sampel yang diinginkan adalah 100, maka sampling
fraction-nya harus sama
untuk
semua
desa,
dan
besarnya
adalah
100/765 = 0,13. Perbandingan dan jumlah sampel adalah se-bagaimana terdapat pada tabel di atas.
C. Penjabaran Konsep Teoritik, Empirik, dan Analitik
Variabel-variabel yang' digunakan dalam penelitian
ini perlu dijabarkan ke dalam
konsep
teoritik,
empirik,
dan analitik. Maksudnya adalah untuk memberikan batasan
dan kejelasan terhadap masalah yang ingin dijawab,
tehnik
pengukurannya, dan operasionalnya yang dituangkan di dalam
instrumen. Penjabaran konsep tersebut adalah sebagai
ber
81
Penjabaran Konsep Variabel Independen
Teoritik Empirik Analitik
I. Tingkat 1.1. Jenis pendidikan seko 1. Jawaban responden ten
pendidikan lah yang pernah di tang jenis pendidikan
ikuti sekolah yang pernah
diikuti, tamat atau
tidak
1.2. Jenis pendidikan luar 1. Jawaban responden ten
-sekolah yang diikuti tang PLS yang diikuti.
II. Nilai Anak 2.1. Segi ekonomi
2.1.1 Jumlah anak 1. Jawaban reseponden
tentang jumlah anak yang telah dimiliki dan diinginkan
2.1.2. Alasan responden 1. Jawaban responden
terhadap pertanyaan
yang berkenaan dengan
alasan mempunyai anak
a. Anak menambah rezekei
b. Anak merepotkan
2.1.3. Motivasi 1. Jawaban reseponden
terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan motivasi
a. Anak dapat membantu pekerjaan orang tua b. Anak dapat membantu keuangan orang tua
2.2. Segi psikologis
2.2.1.Alasan reseponden 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan hadirnya anak dalam keluarga
a. Memberikan ketenteraman batin
b. Keluarga tidak sepi
2.2.2. Motivasi 1. Jdrt*»aban reseponden
p o
, ;
mempunyai anak
a. Sebagai tabungan di hari tua
b. Memberikan kebahagiaan dalam keluarga
2.3. Segi sosial budaya
2.3.1. Alasan reseponden 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan hadirnya
anak dalam keluarga
a. Sebagai penerus keturunan
b. Lebih dihormati orang III. Sosial 3.1. Adat istiadat
Budaya 3.1.1. Kelahiran 1. Jawaban reponden
(adat terhadap pertanyaan yang
isti berkenaan dengan adat
adat) istiadat kelahiran
a. Ketika hamil harus dibuat ajimat
b. Upacara turun tanah
bayi
3.1.2. Kematian
1.
Jjjjfcoaban
responden
terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat
istiadat kematian a. Harus ada tahlilan b. Ada yang meninggal harus diberitahukan kepada pemimpin agama
3.1.3. Perkawinan 1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat perkawinan
a. Upacara meminang calon istri
b. Upacara menabur beras
padi
3.1.4. Sebelum dewasa 1. Jawaban responden
terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat
istiadat sebelum dewasa
a. Anak yang berumur lebih kurang 7 tahun belajar
mengaji di Maunasah
IV. Status 4.1. Pekerjaan
Sosial 4.1.1. Jenis pekerjaan te-Eknomi tap suami/istri
3.1.5. Peragulan muda mudi
3.1.6. Hari besar Islam
3.1.7. Adat/kepercayaan
4.1.2. Jenis pekerjaan sampingan suami/ istri
4.1.3. Jumlah penghasilan
setiap bulan
4.2. Situasi bangunan rumah 4.2.1. Status pemilikan
rumah
4.2.2. Luas rumah
4.2.3. Tipe rumah
4.3. Kekayaan
4.3.1. Alat-alat rumah tangga
laki-laki adat Aceh.
narus memaka
1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat pergaulan muda mudi
1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat istiadat dan upacara hari besar Islam
1. Jawaban responden terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan adat dan
kepercayaan
a. Kekuatan sakti/kuburan
b. Ukiran-ukiran dan motif
1. Jawaban tentang jenis tetapnya 1. Jawaban tentang jenis sampingan responden pekerjaan responden pekerjaan
Jawaban responden tentang jumlah penghasilan rata-rata setiap bulan
Jawaban responden tentang
s ta tus pemi1i kan rumah
tempat tinggal
Jawaban responden tentang luas rumah tempat tingal
Jawaban responden
tentang
tipe rumah tempat
tinggal
seperti dinding, atap,
atap, dan lantai
Jawaban responden tentang
4.3.2. Transportasi
4.3.3. Jenis dan luas ta
nah
4.3.4. Jenis dan jumlah dari masing-masing ternak yang
dimili-masing ternak
ki
Variabel Dependen
I. Tanggung 1.1. Kognisi
Jawab 1.1.1. Pendidikan
Orang 'Tua
1.1. Kesehatan
.1.1.3. Sandang pangan
.1.2. bmosi 1.2.1. Motivasi
1.3. Konasi 1.3.1. Perilaku
D. Instrumen Penelitian
R4
yang dimiliki
Jawaban responden tentang transportasi yang dimiliki
Jawaban responden tentang
jenis dan luas tanah yang
dimiliki
Jawaban responden tentang
jenis dan. jumlah masing-masing ternak yang dimiliki
Jawaban responden tentanq
tanggung jawabnya terhadap
pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah
anak
Jawaban responden tentang tanggung jawab terhadap
kesehatan anak
Jawaban responden tentang tanggung jawab terhadap
sandang jBangan
Jawaban responden tentana
motivasi memiliki anak dari
jenis kelamin tertentu
(laki-laki atau perempuan)
Jawaban responden tentang perilaku orang tua pada anak
wab
pertanyaan penelitian adalah interview.
Data
primer
diperoleh
dengan
interview terstruktur.
Sedangkan
data
skunder
didapat melalui interview tidak terstruktur.
Ada
beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar dalam pembuat
alat pengumpulan data ini adalah:
85
1. Agar data yang diperoleh tentang variabel-variabel yang
diteliti dapat dianalisis dan diolah secara statistik.
2. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan dapat
di
peroleh data yang objektif.
3. Dengan alat pengumpul data itu, memungkinkan penelitian
dilakukan dengan mudah dan hemat waktu,
biaya,
tenaga
dan sebagainya.
Isi pedoman wawancara
mencakup
beberapa
variabel
yang diteliti yakni: tanggung jawab orang tua, nilai anak,
tingkat pendidikan, status sosial budaya .(adat istiadat),
dan status sosial ekonomi. Jumlah seluruhnya ada 75 perta
nyaan, rinciannya 15 pertanyaan untuk tanggung ,jawab,
15
pertanyaan untuk nilai anak, 2 pertanyaan untuk
pendidik
an, 19 pertanyaan untuk status sosial budaya
(adat
isti
adat), 15 pertanyaan untuk status sosial
ekonomi,
dan
5
pertanyaan untuk keikutsertaan dalam program KB,
serta.
4
pertanyaan untuk identitas responden.
Pertanyaan yang menggunakan
interview
terstruktur
telah ditentukan jawabannya berdasarkan pertimbangan
pene-liti. S. Nasution (1987:88) mengemukakan bahwa, "untuk
me-netapkan berapa jumlah pilihan yang sebaiknya dari setiap
pertanyaan atau pernyataan adalah peneliti sendiri
berda
sarkan pertimbangannya".
Sesuai dengan ungkapan di atas dalam^penelitian ini
so-86
sial ekonomi umumnya menggunakan 3 pilihan a, b, dan c,
dan ada beberapa pertanyaan yang harus
menggunakan
lebih
dari 3 pilihan. Maksud dari pilihan ini adalah untuk
me-ngetahui tinggi, sedang, dan
rendahnya
jawab
responden
terhadap variabel yang diteliti, kecuali
variabel
pendi
dikan.
(Bambang
Suwarno
(1987:52)
mengemukakan
bahwa
meskipun banyak
variabel
yang
telah
mempunyai
nilai/kategori (menurut kebiasaan) yang bakujp akan
tetapi
dalam
ilmu
sosial
biasanya
peneliti
sendiri
yang
menentukan". Beliau memberikan contoh variabel status
sosial menjadi tiga ketgori, tinggi, sedang, dan rendah.
E. Prosedur Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data 1. Prosedur Pengumpulan Data
a. Langkah Persiapan
Pada
langkah
ini
peneliti
mempersiapkan
segala
sesuatu yang mencakup:
1) Menyusun disain penelitian, yang telah diseminarkan pa
da tanggal 3 Maret 1991.
2) Menyusun instrumen penelitian berdasarkan variabel yang
telah dijabarkan dalam konsep teoritis, empiris,
anali-tis, dan operasional.
3) Setelah instrumen penelitian disetujui oleh pembimbing,
langkah selanjutnya mengajukan permohonan izin
peneli
tian kepada Dekan FPS IKIP Bandung yang diteruskan
ke
87
selanjutnya mohon izin atau rekomendasi dari Direktorat
Sospol Propinsi Dati. I Jawa Barat,
Direktorat
Sospol
Dati I Daerah Istimewa Aceh, Direktorat Sospol Dati
II
Kabupaten Aceh Timur dan Camat Kecamatan Manyakpayed.
Langkah persiapan ini ditempuh mulai
21 Agustus
1991