• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH OLAHRAGA TERHADAP DAYA INGAT LANSIA: Studi ex post facto tentang perbedaan pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang wanita lanjut usia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH OLAHRAGA TERHADAP DAYA INGAT LANSIA: Studi ex post facto tentang perbedaan pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang wanita lanjut usia."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 15

E. Asumsi ... 15

F. Hipotesis ... 18

G. Metode Penelitian ... 18

H. Lokasi Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Lansia ... 21

B. Proses Penuaan ... 22

C. Olahraga ... 28

1. Kualitas Hidup Lansia dan Olahraga ... 28

2. Pendekatan Pembelajaran Hidup Sehat Bagi Lansia ... 32

3. Teori Pembelajaran Pada Lansia ... 33

4. Olahraga Kesehatan ... 35

5. Manfaat Olahraga ... 36

6. Olahraga dan Pertumbuhan Saraf ... 38

(2)

vi

8. Senam Aaerobik ... 44

9. Olahraga Jalan Kaki ... 49

10. Penelitian tentang pengaruh olahraga Terhadap daya ingat ... 53

D. Memori atau Ingatan ... 55

1. Jenis-Jenis Memori ... 57

2. Fungsi Otak dalam Memori ... 61

3. Peran Hipocampus dan Struktur Lain ... 64

4. Proses Memori ... 66

5. Penurunan Fungsi Memori ... 68

6. Distorsi-distorsi Memori ... 79

7. Penelitian tentang Memori ... 81

E. Persepsi ... 85

1. Proses Terjadinya Persepsi ... 86

2. Organisasi Persepsi ... 90

3. Hukum Persepsi ... 91

4. Objek Persepsi ... 94

5. Konsistensi dalam Persepsi ... 95

6. Fungsi Panca Indra dalam Persepsi ... 101

7. Teori-Teori tentang Persepsi ... 104

8. Defisit-defisit di dalam Persepsi ... 109

9. Penelitian tentang Persepsi ... 109

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 111

B. Populasi dan Sampel ... 116

C. Desain Penelitian ... 117

D. Definisi Operasional Variabel ... 119

E. Instrumen Penelitian ... 122

F. Analisis dan Pengolahan Data ... 127

(3)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 131

1. Hasil PengujianTingkat Kesalahan Persepsi ... 132

2. Hasil Pengujian Ingatan Jangka Pendek ... 137

3. Hasil Pengujian Ingatan Jangka Panjang ... 150

15 menit setelah penelitian 4. Hasil Pengujian Ingatan Jangka Panjang ... 156

1 hari setelah Penelitian B. Pembahasan ... 163

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 185

B. Rekomendasi ... 186

DAFTAR PUSTAKA ... 188

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 193

(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Rata-rata usia, tekanan darah,tinggi badan ... 131

berat badan, indeks masa tubuh dan Frek. Latihan/ minggu 4.2 Rata-rata dan simpangan baku tingkat kesalahan persepsi, ... 132

Ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang 4.3 Nilai rata-rata dan simpangan baku... 132

Tingkat kesalahan persepsi 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 133

tingkat kesalahan persepsi 4.5 Hasil Uji Levene kesalahan Persepsi ... 134

4.6 Hasil Uji Kruskal-Wallis tingkat kesalahan persepsi ... 135

4.7 Hasil Uji Chi -Square tingkat kesalahan persepsi ... 137

4.8 Nilai rata-rata dan simpangan baku mengingat angka ... 138

4.9 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov mengingat angka ... 140

4.10 Hasil Uji Levene mengingat angka ... 140

4.11 Hasil uji One Way Anovamengingat Angka ... 141

4.12 Hasil Uji Tukey HSD perbedaan mengingat angka ... 142

4.13 Hasil Uji Homogeneous Subset ... 143

4.14 Nilai rata-rata dan simpangan baku mengingat huruf ... 144

4.15 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov mengingat huruf ... 146

4.16 Hasil Uji Levene mengingat huruf ... 147

4.17 Hasil uji One Way AnovaPerbedaan mengingat huruf ... 148

4.18 Hasil uji Tukey HSD Perbedaan mengingat huruf... 148

4.19 Hasil Uji Homogeneous Subset ... 149

4.20 Rata-rata dan simpangan baku mengingat kata ... 151

15 menit setelah penelitian 4.21 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov mengingat kata ... 153

(5)

ix

4.22 Hasil Uji Levene mengingat kata ... 153 15 menit setelah penelitian

4.23 Hasil Uji Kruskal Wallis mengingat kata ... 154 15 menit setelah penelitian

4.24 Hasil Uji Chi- Square mengingat kata ... 156 15 menit setelah penelitian

4.25 Rata-rata dan simpangan baku mengingat kata ... 157 1 hari setelah penelitian

4.26 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov mengingat kata ... 158 1 hari setelah penelitian

4.27 Hasil Uji Levene mengingat kata ... 159 1 hari setelah penelitian

4.28 Hasil uji One Way Anovamengingat kata ... 160 1 hari setelah penelitian

4.29 Hasil uji Tukey HSD mengingat kata ... 161 1 hari setelah penelitian

(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pendekatan Pembelajaran Hidup Sehat pada Lansia ... 33

2.2 Teknik Pembelajaran Hidup Sehat pada Lansia ... 35

2.3 Grafik lupa ... 71

2.4 Hasil eksperimen berdasarkan teori interferensi ... 73

2.5 Probabilitas menyebut kembali ... 85

2.6 Proses Persepsi ... 88

2.7 Contoh hukum kesamaan ... 93

2.8 Contoh hukum kontinuitas ... 93

2.9 Contoh hukum ketetapan ... 94

2.10 Ponzo Illusion ... 98

2.11 Muller-Lyer Illusion ... 98

3.1 Desain ex post facto ... 117

3.1 Paradigma penelitian ... 118

3.3 Schematic representation of result of one of ... 123

the Muller-Lyer Illusion 3.4 Tahapan penelitian ... 130

4.1 Diagram batang tingkat kesalahan persepsi ... 136

4.2 Diagram batang mengingat angka ... 139

4.3 Diagram batang mengingat huruf... 145

4.4 Diagram batang mengingat kata 15 menit ... 152

setelah penelitian 4.5 Diagram batang nilai rata-rata mengingat kata 15 menit ... 155

setelah penelitian 4.6 Diagram batang mengingat kata 1 hari ... 158

(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil tes tingkat kesalahan persepsi ... 193 kelompok senam aerobik

2 Hasil tes tingkat kesalahan persepsi ... 194 kelompok jalan kaki

3 Hasil tes tingkat kesalahan persepsi ... 195 kelompok inaktivitas

4 Hasil tes ingatan jangka pendek ... 196 kelompok senam aerobik

5 Hasil tes ingatan jangka pendek ... 197 kelompok jalan kaki

6 Hasil tes ingatan jangka pendek ... 198 kelompok inaktivitas

7 Hasil tes ingatan jangka panjang ... 199 kelompok senam aerobik

8 Hasil tes ingatan jangka panjang ... 200 kelompok jalan kaki

9 Hasil tes ingatan jangka panjang ... 201 kelompok inaktivitas

10 Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis ... 202 tingkat kesalahan persepsi

11 Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis ... 206 ingatan jangka pendek

12 Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis ... 215 ingatan jangka panjang, 15 menit setelah penelitian

13 Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji hipotesis ... 219 ingatan jangka panjang, 1 hari setelah penelitian

(8)

xii

15 Foto pelaksanaan tes persepsi ... 227

16 Foto pelaksanaan tes ingatan jangka pendek ... 228

17 Foto pelaksanaan ingatan jangka panjang ... 229

18 Foto latihan senam aerobik ... 230

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Data statsitik menunjukkan bahwa di negara Jerman 70 persen penghuni panti jompo mengidap penyakit pikun. Dalam hitungan angka, jumlahnya mencapai 1,2 juta orang. About 4,5 million Americans now have Alzheimer Desease (Hebert at.al, 2030); Current trend persist, an estimated 14 million older

Americans will have Alzheimer Desease by 2050 (National Institute of Health,

2002). Alzheimer adalah salah satu penyakit yang digolongkan dalam kelompok demensia. Berdasarkan jumlah data yang sangat besar tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang telah memasuki lansia ada kemungkinan akan mengalami kepikunan.

Pikun (dementia) merupakan penyakit degeneratif yang ditandai gejala menurunnya kemampuan berfikir secara progresif yang diakibatkan oleh terjadinya penurunan fungsi jaringan otak. Sistem saraf tidak mampu membawa informasi dari otak dengan sempurna. Hal inilah yang menjadikan kekuatan daya ingat menjadi tidak maksimal, keterampilan gerak menjadi terganggu, bahkan bisa mengakibatkan perubahan prilaku.

(10)

Dari hasil wawancara langsung dengan para lansia di “Panti werdha Budhi isteri” Bandung, penulis menemukan beberapa kasus yang berhubungan dengan gejala kepikunan, yaitu: 1) beberapa orang lansia tidak mampu mengingat tanggal, bulan dan tahun ia lahir; 2) sebahagian lansia tidak mampu mengingat nama anak-anaknya; 3) dan beberapa orang dari mereka mengalami kesulitan untuk menghitung mundur (dari angka 20 mundur 3 angka).

Hasil wawancara tersebut memberikan gambaran bahwa daya ingat lansia yang tinggal di panti jompo mengalami kemunduran secara progresif, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Penelitian Ebbinghaus dan Boreas (Woodworth, 1951 dalam Walgito, 2004) menunjukkan bahwa kekuatan mengingat manusia itu makin lama makin berkurang, yang pada akhirnya manusia akan mengalami kelupaan.

Penyakit pikun memberikan pengaruh yang sangat jelas pada penurunan kinerja memori otak, misalnya terjadi penurunan dalam hal mempersepsikan suatu objek, terjadi penurunan kemampuan dalam mengingat hal- hal yang baru saja terjadi maupun hal-hal yang sudah lama terjadi.

(11)

sering keliru ketika memanggil nama orang padahal orang tersebut adalah cucunya sendiri atau salah menyebutkan nama dan fungsi suatu benda.

Kepikunan mempunyai pengaruh yang besar terhadap penurunan kinerja memori baik pada ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka panjang. Ingatan jangka pendek diartikan sebagai salah satu tempat penyimpanan informasi yang bersifat sementara. Menurut Miller (1956:81) sesorang hanya mampu mengingat 7 ± 2 (lima sampai sembilan) bit informasi. Informasi yang disimpan dalam memori jangka pendek berisi informasi yang terpilih dari memori sensori. Kapasitas memori jangka pendek lebih kecil bila dibandingkan dengan yang tersimpan dalam memori jangka panjang dalam hal menyimpan informasi. Sedangkan ingatan jangka panjang diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen. Ingatan jangka panjang disebut juga sebagai gudang atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas (Lutan, 1988).

Gejala pikun dapat dikenali dengan mudah, dan pada umumnya ditandai dengan menurunnya kemampuan berfikir dan daya ingat. Kemampuan berpikir menjadi lamban, sukar untuk berkonsentrasi, dan sulit mempelajari hal baru. Misalnya sering lupa menaruh kunci, lupa mengingat nama orang yang baru saja bertemu, sering lupa berapa jumlah rakaat yang telah dilakukan ketika sedang melaksanakan ibadah sholat, dan susah mengingat sesuatu yang baru saja ada dalam pikiran, serta susah mengingat sesuatu yang baru saja dipikirkan.

(12)

dengan lebih tepat karena kekuatan otak dan sarafnya tidak berfungsi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh proses pengiriman informasi dari pusat otak ke organ untuk bicara tidak berjalan secara efektif. Yang mencolok dari ciri orang yang pikun adalah sikapnya menjadi temperamental atau menjadi lebih mudah marah, emosinya sering meluap-luap sehingga ia tidak bisa mengendalikan sikapnya.

Banyak faktor yang menyebabkan seorang lansia menjadi pikun di antaranya adalah stress dan penyakit stroke. Stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntuan beban atasnya (Hans Selye, 1950 dalam Hawari, 2007:26). Stress atau tekanan yang berlarut-larut lama-kelamaan akan mengganggu kinerja otak yang berfungsi untuk menyimpan seluruh memori. Stress juga dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi dan menyulitkan seseorang untuk tetap fokus pada suatu hal.

Hasil studi yang dilakukan oleh sejumlah peneliti menunjukkan bahwa stress dalam tingkat kronis berkaitan dengan gejala awal penyakit pikun. Menurut mereka orang-orang yang depresi, gelisah, dan dilanda kecemasan memiliki resiko 40 kali lebih besar mengalami penurunan fungsi kerja otak yang disebabkan oleh faktor penuaan (Mukodi, 2009:58).

(13)

yang mengalami stress juga menunjukkan tanda tertentu di otaknya yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut Astrawinata Guatama dalam Mukodi (2007:58) mengungkapkan bahwa stress jangka pendek yang berlangsung hanya beberapa jam pun dapat merusak komunikasi antar sel otak di beberapa daerah yang berhubungan dengan kemampuan belajar dan daya ingat. Penelitian itu juga menunjukkan, baik stress berat jangka pendek maupun yang berlangsung beberapa pekan atau bulan, tetap dapat merusak komunikasi antar sel di wilayah ingatan dan kemampuan belajar di otak. Dalam studi tersebut, para peneliti telah mengidentifikasi bagaimana stress dapat berpengaruh tehadap penurunan daya ingat. Stress akut dapat mengaktifkan molekul tertentu yang disebut corticotrophin releasing hormones (CRH) yang mengganggu proses otak dalam

menyimpan dan mengumpulkan ingatan. Stress juga dapat mengurangi cadangan anti oksidan dalam tubuh sehingga sel otak sulit menghadapi banyaknya radikal bebas dalam tubuh yang mengakibatkan penuaan dini dalam sel otak.

(14)

Hal tersebut di atas dipicu oleh kebiasaan dan gaya hidup lansia yang kurang baik seperti: sikap emosional, kurang istirahat, pola makan yang tidak teratur, kurang gizi, merokok, kebiasaan mengkonsumsi obat-obat tertentu serta kurang gerak (olahraga).

Berdasarkan pengamatan, sebahagian besar lansia tidak melakukan olahraga secara teratur dan hidup inaktivitas. Keadaan kurang gerak ini selain menurunkan fungsi organ juga meningkatkan resiko mendapatkan berbagai penyakit degeneratif antara lain hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit jantung koroner. Giriwijoyo, (2007:16) berpendapat bahwa “Gerak adalah ciri kehidupan. Tiada hidup tanpa gerak dan apa gunanya hidup bila tak mampu bergerak. Memelihara gerak adalah mempertahankan hidup, meningkatkan kemampuan gerak adalah meningkatkan kualitas hidup. “

Manfaat olahraga bagi lansia di antaranya adalah: meningkatkan kekuatan otot jantung, memperkecil resiko serangan jantung, melancarkan sirkulasi darah, menurunkan kadar lemak dalam tubuh sehingga membantu mengurangi berat badan yang berlebih dan terhindar dari obesitas, menguatkan otot-otot dan tulang sehingga terhindar dari penyakit osteoporosis, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan mengurangi stres yang menjadi salah satu penyebab lansia menjadi pikun.

(15)

gaya hidup yang jarang olahraga. Pria dan wanita yang memiliki program olahraga terbukti memiliki keterampilan berfikir dan daya ingat yang lebih baik (Fielding. B, 2008:174). Selanjutnya Fielding. B, (2008:176) Mengemukakan bahwa ”Olahraga dapat meningkatkan faktor pertumbuhan neuron. Faktor-faktor ini merupakan biokimia yang: mendorong pertumbuhan baru dalam sel, melindungi saraf dari kerusakan akibat oksidasi dan membantu pemeliharaan sistem saraf untuk jangka panjang.”

Daniel Landers dalam Mukodi (2009:104) mengungkapkan lima manfaat olahraga terhadap otak, yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan otak.

Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi, kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik.

2. Membantu menunda proses penuaan.

(16)

3. Mengurangi stres.

Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh lagi, bisa membantu anda mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat meningkatkan kemampuan jantung dan membuat anda lebih cepat mengatasi stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari merupakan cara terbaik mengurangi stres.

4. Menaikkan daya tahan tubuh.

(17)

5. Memperbaiki kepercayaan diri.

Umumnya semakin mahir seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka kepercayaan diri pun akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak melakukan kegiatan serupa.

Jenis olahraga yang dianjurkan untuk lansia adalah : berjalan, berenang, naik sepeda, senam aerobik kategori low impact dan tenis meja, sedangkan pelaksanaannya harus didahului dengan latihan pemanasan, selanjutnya latihan inti dimulai dari intensitas yang ringan kemudian sedikit demi sedikit intensitasnya ditingkatkan dan diakhiri dengan latihan pendinginan.

Giriwijoyo (2007:268) mengungkapkan bahwa: ”Olahraga kesehatan terbaik ialah senam aerobik oleh karena olahraga ini merupakan olahraga kesehatan sasaran-3 yang dapat mencapai seluruh tubuh”. Jenis senam aerobik yang dianjurkan bagi lansia adalah jenis senam aerobik kategori low impact. Low impack adalah jenis senam aerobik dengan benturan ringan dan variasi

gerakannya dilakukan dalam tempo rendah (low). Low impact aerobik berisi gerakan-gerakan yang mudah, tanpa loncatan, disusun secara sistemis dan terencana sehingga mudah untuk diikuti, dan bermanfaat bagi kebugaran jasmani pelakunya.

(18)

gerakan yang bervariasi dapat mengurangi kebosanan dalam berlatih. Ditinjau dari segi kesehatan, senam aerobik sangat baik karena gerakannya dapat menjangkau seluruh sendi dan otot-otot tubuh. Selain itu para pelakunya (pesenam) selalu dirangsang otaknya untuk berfikir karena harus mengikuti gerakan yang diperagakan instruktur yang secara periodik dan sistematik berubah-ubah. Peserta senam dituntut untuk melakukan tugas gerak yang antagonis. Misalnya, gerakan tangan ke arah kiri sedangkan langkah kaki ke sebelah kanan atau sebaliknya. Untuk dapat melakukan gerakan tersebut diperlukan koordinasi gerak yang baik. Tingkat kesulitan / kompleksitas dari gerakan aerobik pun dirancang sedemikian rupa dan dirangkaikan menjadi sebuah koreografi (gabungan berbagai gerakan) sehingga tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani tetapi juga bermanfaat untuk meningkatkan konsentrasi dan daya ingat pesertanya.

Pollatscheck. J. dalam Rahmat, (2003:15-20) menjelaskan bahwa : “gerakan secara langsung bermanfaat kepada sistim saraf. Kegiatan otot terutama kegiatan yang terkoordinasi, tampak menstimulasi produksi neurotrophin yaitu subtansi alami yang merangsang pertumbuhan sel-sel saraf dan meningkatkan jumlah koneksi saraf dalam otak. Henry W. Mahncke at. al. (2006) juga menjelaskan bahwa :

The adult brain continously adaps to disproportionately represent relevant sensory stimuli and behavior outputs with well coordinated populations of neuron. This adaptation is achived by enganging competitive processes in brain network that refine the selective representation of sensori input or motor skill.

(19)

sensorik dan prilaku yang relevan, maka populasi neuron berkoordinasi dengan baik. Adaptasi ini dicapai dengan melibatkan proses-proses yang kompetitif dalam jaringan otak yang menyaring input sensoris atau keterampilan motorik, biasanya akan mengakibatkan peningkatan kekuatan cortikal, peningkatan kesetiaan, dan meningkatkan input sensoris atau keterampilan motorik.

Olahraga jalan kaki juga banyak dipilih dan dilakukan para lansia dalam mengisi waktu senggangnya sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan. Aktivitas jalan kaki baru bisa disebut olahraga jika dilakukan secara kontinu. Agar latihan jalan kaki memberikan pengaruh terhadap kesehatan maka volume dan intensitasnya harus berada pada zona latihan. Olahraga jalan kaki bermanfaat untuk memelihara daya tahan, jika dilakukan dalam waktu yang relatif lama dan kecepatannya ditambah secara progresif. Olahraga ini juga dapat meningkatkan stabilitas tulang belakang dan meningkatkan kekuatan otot-otot penyangga sehingga postur tubuh yang tegak tetap terjaga. Selain itu, berjalan kaki juga dapat memperkuat tulang, sehingga apabila dilakukan secara rutin dapat membantu mencegah osteoporosis.

(20)

belajar lagi secara khusus. Jalan kaki dapat meningkatkan kualitas kesehatan, mencegah beragam penyakit, bahkan mencegah kepikunan.

Giriwijoyo (2007:258) melaporkan hasil penelitian dari universitas Illinois di Amerika yang mengemukakan bahwa peningkatan derajat kebugaran jasmani melalui kegiatan aerobik (jalan), meningkatkan kemampuan berfikir. Lansia usia antara 58-78 tahun sebanyak 41 orang dilatih aerobik (jalan) yang ditingkatkan secara bertahap selama 3 (tiga) bulan, untuk mencapai durasi latihan selama 45 menit dengan frekwensi tiga kali per minggu. Hasil menunjukkan adanya peningkatan pada fungsi otaknya. Aktivitas otak diukur dengan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Setelah 3 (tiga) bulan kemampuan otaknya (diukur dengan menggunakan tes kemampuan mengambil keputusan selama/sambil melakukan berbagai tugas) ternyata meningkat sebesar 11%. Kelompok inaktivitas yang hanya menjalani latihan anaerobik yaitu peregangan dan latihan isometrik, kemampuan otaknya tidak menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan.

(21)

sejumlah kata-kata lalu diminta menyebutkannya kembali. Hasilnya tampak nyata bahwa hasil tes dari partisipan yang rutin berolahraga jalan kaki lebih cemerlang dibanding mereka yang tidak berolahraga.

Penelitian di Universitas Wake Forest Carolina Utara melaporkan, terjadinya peningkatan 18% dalam konsumsi oksigen serta penurunan bobot badan dan lemak pria tengah baya yang melakukan program jalan kaki selama 20 minggu. Sementara, penelitian di Universitas Massachusetts pada tahun 1987 melaporkan, 67% pria dan 91% wanita yang diteliti dapat mencapai denyut nadi dalam zona latihannya pada waktu mereka jalan 1,6 km secepat-cepatnya dapat mereka lakukan. Penelitian menunjukkan pula bahwa pria dan wanita yang telah mencapai puncak kebugaran dapat memperoleh manfaat aerobik dari jalan kaki.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh olahraga terhadap daya ingat wanita lanjut usia, khususnya mengungkap pengaruh senam aerobik dan jalan kaki, dan inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang wanita lanjut usia.

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian secara rinci dirumuskan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

(22)

2. Bagaimana pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia ?

3. Bagaimana pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 15 menit setelah penelitian ?

4. Bagaimana pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 1 hari setelah penelitian?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengungkap pengaruh senam aerobik, jalan kaki, dan inaktivitas terhadap kemampuan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang wanita lanjut usia. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi wanita lanjut usia.

2. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia.

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 15 menit setelah penelitian.

(23)

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, yaitu dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan olahraga, khususnya yang terkait dengan pengaruh olahraga terhadap daya ingat wanita lanjut usia.

2. Manfaat praktis

Kecuali manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis, yaitu :

a. Dapat memberikan masukan yang berarti bagi para pembina, dan pelatih olahraga dalam upaya meningkatkan keterampilan gerak, kebugaran jasmani, dan merangsang kemampuan berfikir (intelektual) melalui aktivitas jasmani. b. Khusus bagi lansia hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong dan

memotivasi para lansia agar selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga sebagai upaya untuk menghambat proses penurunan fungsi kognisi dan mencegah kepikunan.

c. Bagi institusi/lembaga yang memberdayakan para lansia agar memasukan program olahraga dan dilaksanakan secara rutin agar mereka menjadi lebih mandiri baik secara fisik, psikis, maupun sosial.

E.Asumsi

(24)

Asumsi yang mendasari perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa: Olahraga tak hanya membuat badan sehat, tapi juga dapat meningkatkan kecerdasan. Hal tersebut disebabkan karena olahraga bisa merangsang pertumbuhan sel-sel otak pada bagian hippocampus, yaitu bagian otak yang paling berkaitan dengan memori seseorang.

Tomporowski dalam Spirduso (2008:85) menjelaskan bahwa ”Physical activity or exercise also has restorative powers on cognition and whether these

effects are short term, long term or boht.”

Olahraga berpengaruh terhadap sistim persyarafan, pertumbuhan neurotrophin, pertumbuhan neuron, koneksitas neuron, dan meningkatkan

distribusi oksigen ke otak, seperti yang dijelaskan dijelaskan Nelson (1999) sebagai berikut:

exercise is known to effect a number of factor that influence neurological develovement; Physical activity leads to production of neurotrophins than regulate the survival, growth, and differention of neurons during

develovement (Barde 1989, Vaynman and Gomez-Pinilla 2006);

Synaptogenesis that occurs concurrently with myelination (Huttenlocher 1994); and angiogenesis that influences glucose and oxigen distribution (Black at al. 1990).

Churchill et. al dalam Wannen.W. Spirduso (2008:98) juga mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

Chronic exercise training may produce long - term changes in the brain and structures that underlie arousal states. A recent riview of studies that examined the effect of cronic physical activity on brain functions in animal suggested improvements in the integrity of brain function may be attribut on changes synaptogenesis and neuronal architecture, neurogenesis and growth of new neurons, glial plasticity of non neuronal cells of the brain, or vascular plasticity and blood flow.

(25)

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa olahraga dapat meningkatkan integritas fungsi otak, menambah synaptogenesis dan neuronal arsitektur, meningkatkan neurogenesis dan pertumbuhan neurons baru, meningkatkan elastisitas sel saraf dalam otak, dan membuat aliran darah menjadi lancar.

James E. Black at al (1995) melakukan riset dengan menggunakan tikus besar sebagai sampel melaporkan bahwa tikus yang diberikan latihan dengan keterampilan motorik yang mengandung unsur akrobatik (keterampilan kompleks/sulit) dapat meningkatkan sinapsis pada ujung- ujung syaraf (sambungan dari ujung-ujung syaraf menjadi lebih banyak). Sedangkan pada tikus yang hanya diberikan latihan keterampilan biasa menunjukkan peningkatan pada pembentukan sel-sel syaraf yang baru. Dengan kata lain bahwa latihan yang kompleks akan meningkatkan synaptogenesis sedangkan latihan keterampilan motorik biasa akan meningkatkan anggiogenesis dalam cellebral cortex.

(26)

known to produce increased plasma levels of neurohormonal subtances such

efinephrine and norepinephrine, wich have been linked to cognitive function.”

F. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh senam aerobik terhadap tingkat kesalahan persepsi wanita lanjut usia lebih baik dibandingkan dengan jalan kaki, dan inaktivitas.

2. Pengaruh senam aerobik terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia lebih baik dibandingkan dengan jalan kaki, dan inaktivitas.

3. Pengaruh senam aerobik terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 15 menit setelah penelitian lebih baik dibandingkan dengan jalan kaki dan inaktivitas.

4. Pengaruh senam aerobik terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 1 hari setelah penelitian lebih baik dibandingkan dengan jalan kaki dan inaktivitas.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian ex post facto. Alasan menggunakan metode tersebut karena penulis tidak melakukan perlakuan atau manipulasi terhadap variable bebas, tetapi langsung mengambil hasil.

(27)

kaki secara rutin 3 kali dalam seminggu. Yang menjadi kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang tidak aktif olahraga (inaktivitas) (1 x dalam seminggu). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 45 orang, dari jumlah populasi 138 orang.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kesalahan persepsi adalah method of average error (Muller-Lyer, dalam Walgito, 2004), Number test dan letter tets (Miller G.A., 1956:81-94) untuk mengukur ingatan jangka pendek, dan mengukur ingatan jangka panjang digunakan word test , (Miller G.A. 1956:81-94) sebagai alat ukur.

H. Lokasi Penelitian

1. Lokasi Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Jantung Sehat Indonesia cabang utama Jawa Barat yang beralamat di Jln. Raya Barat Blk. No 226 Cicalengka kabupaten Bandung. Subjek penelitian adalah para wanita lanjut usia umur 60- 65 tahun yang aktif mengikuti senam aerobik dan jalan kaki . Yang dimaksud aktif dalam penelitian ini adalah melakukan senam aerobik dan jalan kaki secara rutin 3 kali dalam seminggu. Yang menjadi kelompok inaktivitas dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang tidak rutin melakukan olahraga (1 x dalam seminggu).

2. Pengambilan Data

(28)

Giriwijoyo dan Dr. dr. N. Tine. K. Almuktabar, M. Kes. AIPO. (Ketua Prodi jurusan Pendidikan Olahraga Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Dibantu oleh dr. Lucky (Dosen FPOK Universitas Pendidikan Indonesia). Petugas pengambil data adalah para mahasiswa Pasca Sarjana jurusan Pendidikan Olahraga yaitu: Tono Nugraha, Yayan Saeful Azhar, Silvi Yudhitia, Yogi Akin, Lungit Wicaksono, dan Elsa (mahasiswi FPOK), serta bapak Eko (petugas laboratorium).

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan suatu prosedur atau cara ilmiah untuk mengetahui sesuatu. Menurut Sugiyono (2009:2) cara ilmiah berarti:

Kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan itu menggunakan langkah-langkah tertentu dan bersifat logis.

Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Margono (2007:18) mengungkapkan bahwa “Penelitian adalah penerapan pendekatan ilmiah pada pengkajian suatu masalah. Tujuannya yaitu untuk menemukan jawaban terhadap persoalan yang signifikan, melalui penerapan prosedur-prosedur ilmiah.”

Berdasarkan pendapat tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, dan mengolah data, serta menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian. Sugiyono (2009:2) berpendapat: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

(30)

perlakuan terhadap variabel bebas tetapi langsung mengambil hasil. Penelitian ex post facto merupakan penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi

ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, keterikatan antara variabel bebas dengan variabel bebas, maupun antara variabel bebas dengan variabel terikat telah terjadi secara alami dan peneliti dengan setting tersebut ingin melacak kembali jika dimungkinkan apa yang menjadi faktor penyebabnya (Sukardi, 2008:165). Hal yang sama juga dikemukakan Syaodih (2008:55) yang menjelaskan bahwa:

Penelitian ekpos fakto (ex post facto research) meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan (dirancang dan dilaksanakan) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa sesuatu variabel disebabkan atau dilatarbelakangi oleh variabel tertentu atau mengakibatkan variabel tertentu.

Penelitian ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Dalam pengertian yang lebih khusus Furchan ( 2002:383) menjelaskan bahwa:

Penelitian ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan- perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami. Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung.

Selanjutnya Furchan (2002: 384) mengemukakan bahwa penelitian ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut.

(31)

bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.

2. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks. 3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda,

tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.

4. Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.

5. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidak lah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.

6. Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap.

7. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar.

(32)

memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh. Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini membandingkan kelompok wanita lanjut usia (60 – 65 tahun) yang aktif mengikuti senam aerobik dan jalan kaki dengan kelompok wanita lanjut usia yang tidak aktif mengikuti program olahraga sebagai kelompok kontrol. Penetapan sampel usia 60-65 berdasarkan pengelompokan lansia yang dikemukakan oleh WHO dalam Kusmaedi (2004:35) yaitu kelompok ”elderly”, dari umur 60 tahun -74 tahun. Tetapi pada populasi penelitian ini tidak ditemukan lansia berusia 74 tahun, umur mereka maksimal 65 tahun, oleh sebab itu, maka populasi dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia umur 60-65 tahun.

(33)

melakukan senam aerobik dan jalan kaki tiga kali dalam seminggu. Aktivitas senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas telah berlangsung sebelum penelitian dimulai.

a. Jadwal dan program latihan senam di Yayasan Jantung Sehat Indonesia cabang utama Jawa Barat, Cicalengka kabupaten Bandung

No Hari Jam Program

1 Minggu 06.00-07.00 Senam Jantung sehat &Low impact aerobik 2. Selasa 06.00-07.00 Senam Tera &Low impact aerobik

3 Kamis 06.00-07.00 Senam Jantung sehat &Senam Tera

b. Jadwal dan program latihan jalan kaki di Yayasan Jantung Sehat Indonesia cabang utama Jawa Barat, Cicalengka kabupaten Bandung

Minggu ke Waktu latihan Jarak tempuh Frekwensi latihan Pelaksanaan 1 20 menit 1000 m 3x/minggu A. Pemanasan

- Berdoa - Stretching - Cek denyut nadi B. Latihan inti

-Jalan kaki disesuaikan dengan program. -Cek denyut nadi C. Pendinginan - Stretching - Berdoa

2 18 menit 1000 m 3x/minggu

3 26 menit 1500 m 3x/minggu

4 24 menit 1500 m 3x/minggu

5 29 menit 2000 m 3x/minggu

6 27 menit 2000m 3x/minggu

7 35 menit 2500m 3x/minggu

8 33 menit 2500 m 3x/minggu

9 40 menit 3000 m 3x/minggu

10 38 menit 3000 m 3x/minggu

11 45 menit 3500 m 3x/minggu

12 43 menit 3500 m 3x/minggu

13 50 menit 4000 m 3x/minggu

14 50 menit 4000 m 3x/minggu

(34)

oleh pengelola klub jalan sehat bertujuan untuk memelihara kebugaran jasmani dan bukan untuk tujuan prestasi. Penerapan latihan di atas disesuaikan dengan kondisi lansia di lapangan.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi.

Populasi adalah keseluruhan subjek/obyek yang akan diteliti, meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sugiyono (2007:57) memberi pengertian populasi sebagai berikut:

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya, … populasi bukan hanya orang, akan tetapi juga benda-benda yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Dari pengetahuan tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa Populasi dalam penelitian meliputi segala sesuatu yang akan dijadikan subyek atau obyek penelitian yang dikehendaki peneliti. Populasi penelitian adalah wanita lanjut usia yang tergabung dalam klub senam jantung sehat, klub jalan sehat, dan lansia inaktivitas berjumlah 138 orang. Berdasarkan hasil identifikasi populasi (berdasarkan usia) maka secara purposif ditentukan bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang berusia 60-65 tahun.

2. Sampel

(35)

berjumlah 45 orang, dibagi ke dalam tiga kelompok sampel, masing-masing kelompok berjumlah 15 orang. Mengenai jumlah sampel Syaodih (2008:261) menegaskan bahwa:

Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup besar, sedang dalam penelitian kausal komparatif dan eksperimental 15 individu untuk setiap kelompok yang dibandingkan dipandang sudah cukup memadai. Untuk penelitian survai sampel sebanyak 100 individu untuk seluruh sampel baru dipandang cukup memadai, sedang untuk kelompok-kelompok sampel berkisar antara 20 sampai 50 individu.

Penelitian yang penulis lakukan termasuk penelitian causal comparative. Karena causal comparative merupakan salah satu jenis dari penelitian ex post facto (Sukardi, 2008:165). Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka jumlah

sampel 15 orang untuk masing-masing kelompok memenuhi kriteria penelitian.

C. Desain Penelitian

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa pada penelitian ex post facto tidak ada manipulasi perlakuan terhadap variabel bebasnya. Adapun desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

[image:35.595.110.517.194.660.2]

Gambar 3.1 Desain ex post facto Keterangan:

X1 = Kelompok senam aerobik

X1 O1

X2 O2

(36)

X2 = Kelompok jalan kaki X3 = Kelompok inaktivitas

O1 = Hasil pengukuran tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang kelompok senam aerobik.

O2= Hasil pengukuran tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang kelompok jalan kaki.

O3 = Hasil pengukuran tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang kelompok inaktivitas.

Penelitian dilakukan terhadap tiga kelompok sampel yaitu kelompok senam aerobik, kelompok jalan kaki, dan kelompok inaktivitas. Terhadap ketiganya penulis tidak memberikan perlakuan, karena sebelum penelitian dilakukan mereka sudah melaksanakan senam aerobik, jalan kaki secara rutin dan tidak aktif olahraga. Ketiga aktivitas dari kelompok sampel tersebut akan diteliti pengaruhnya terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Penulis tidak melakukan tes awal tetapi langsung melakukan tes akhir. Pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat digambarkan dalam paradigma penelitian sebagai berikut:

X1 Y1

X2 Y2

X3 Y3

[image:36.595.111.514.234.741.2]
(37)

Keterangan:

X1 = Senam aerobik X2 = Jalan kaki X3 = Inaktivitas

Y1 = Tingkat kesalahan persepsi Y2 = Ingatan jangka pendek Y3 = Ingatan jangka panjang

X1 Y123 = Pengaruh senam aerobik terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.

X2 Y123 = Pengaruh jalan kaki terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.

X3 Y123 = Pengaruh inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah ciri dari individu, obyek, gejala atau peristiwa yang akan diteliti. Sugiyono (2009:38) mengatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

(38)

sebenarnya. Variabel-variabel tersebut terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau variabel yang mempengaruhi. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat karena variabel bebas atau variabel yang dipengaruhi. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang aktif senam aerobik , wanita lanjut usia yang aktif jalan kaki, dan Wanita lanjut usia yang inaktivitas sebagai kelompok kontrol. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah tingkat kesalahan persepsi , ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang .

1. Variabel bebas a. Senam aerobik.

Menurut Giriwijoyo (2007:428) Senam aerobik adalah ”olahraga kesehatan bertingkat sasaran III (olahraga aerobik) yang wujudnya adalah gerakan- gerakan senam”. Selanjutnya Tangkudung (2004:5) menjelaskan “senam aerobik adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu.”

b. Jalan kaki.

(39)

bahwa ”jalan kaki adalah suatu gerakan melangkah ke segala arah yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tanpa adanya hubungan terputus dengan tanah.”

c. Inaktivitas.

Inaktivitas adalah tidak berperan aktif dalam suatu program atau kegiatan. Inaktivitas dalam konteks penelitian ini adalah wanita lanjut usia yang tidak aktif olahraga secara rutin (1x seminggu).

2. Variabel terikat a. Persepsi.

Persepsi menurut Ruch (1967: 300) adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.

b. Ingatan Jangka Pendek

(40)

informasi, baik yang berasal dari kompartemen short term sensory store maupun kompartemen memori jangka panjang atau ingatan jangka panjang.”

c. Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang diartikan sebagai tempat penyimpanan informasi yang bersifat permanen dibandingkan memori jangka pendek. Memori jangka panjang disebut juga sebagai gudang atau tempat penyimpanan informasi yang kapasitasnya tidak terbatas (Lutan, 1988:170).

E. Instrumen Penelitian 1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui data kesehatan lansia dan faktor- faktor yang mempengaruhinya seperti: Riwayat penyakit, kebiasaan tidur, nutrisi, kebiasaan mengkonsumsi obat-obat terlarang termasuk minuman keras, cidera yang di alami, dan kelelahan. Wawancara berpedoman pada sejumlah pertanyaan–pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa yang dituangkan ke dalam sebuah angket wawancara.

2. Pengukuran Tingkat Kesalahan Persepsi

(41)

adalah Method Of Average Error (Muller-Lyer, dalam Walgito, 2004). Dalam penelitian ini alat dikonstruksi sedemikian rupa yang dijadikan variabel stimulus dapat diubah-ubah panjangnya baik dengan gerak keluar maupun dengan gerak ke dalam.

[image:41.595.113.513.223.625.2]

Gambar 3.3

Schematic representation of result of one Soft the Muller-Lyer Illusion

Untuk keperluan pengambilan data digunakan dua macam stimulus, yang satu berkedudukan sebagai standard stimulus, dan yang lainnya sebagai variabel stimulus. Dalam contoh ini A menjadi stimulus standard dan B sebagai stimulus

variabel. B yang berkedudukan sebagai stimulus variabel dapat digerakan ke dalam maupun ke luar. Dalam pelaksanaan pengambilan data, kedua gerak ini digunakan secara berselang seling, untuk menghindari kesalahan yang mungkin timbul karena kebiasaan gerak. Apabila dengan gerak ke luar titik tolak stimulus variabel lebih pendek dari standar, dan stimulus variabel digerakan ke luar hingga pada saat orang coba memberikan penilaiannya stimulus variabel sama dengan standar.

Prosedur pelaksanaan :

(42)

c. Petugas pengambil data menunjukan ukuran yang sama antara variabel standar dan variabel stimulus (sebanyak 3 kali), kemudian menyuruh orang coba untuk mengingat kesamaan ukuran tersebut.

d. Petugas pengambil data melakukan setting ulang (merubah ukuran variabel stimulus).

e. Testi disuruh mengatur ulang ukuran variabel stimulus yang telah diubah sebelumnya agar sama dengan variabel standar.

f. Perbedaan ukuran variabel stimulus dengan variabel standar untuk setiap percobaan dicatat sebagai data.

g. Jumlah percobaan sebanyak 12 kali.

h. Apabila testi berhasil mengatur ulang variabel stimulus sama dengan variabel standar maka diberi nilai 0, apabila lebih atau kurang maka nilainya dihitung sesuai besarnya perbedaan antara variabel stimulus dan variabel standar, (misalnya 1 cm, 2 cm dst).

i. Penilaian: skor keseluruhan setiap individu dibagi 12 (jumlah percobaan). Semakin kecil hasil pembagian semakin baik tingkat kesalahan persepsi individu tersebut.

3. Pengukuran Ingatan Jangka Pendek (short term memory)

Untuk mengukur ingatan jangka pendek penulis menggunakan dua jenis tes, yaitu Number Test dan Letter Test, (Miller, G.A. 1956:81-97).

a. Number Test

(43)

dengan alamat situs: www.braingle.com/mind/test_numbers. (Braingle: Mentalrobics: Memory Tests Using Numbers).

Prosedur pelaksanaan :

1) Item tes diperlihatkan kepada testi selama 10 detik, seperti contoh dibawah ini:Ketika tombol start di klik, akan tampak di layar komputer sejumlah angka yang harus diingat ,waktu mengingat angka tersebut adalah 10 detik .

Batas waktu: 10 detik 586

2) Setelah habis waktu testi disuruh mengucapkan/menuliskan kembali angka tersebut pada kolom yang telah disediakan, seperti pada gambar di bawah ini: Masukan angka-angka yang berhasil diingat

waktu: 10 detik Masukkan angka

3) Kalau jawaban testi benar maka tes dilanjutkan dengan angka empat digit. 4) Item tes yang diperlihatkan mulai dari tiga digit , empat digit, lima digit dan

seterusnya.

5) Tes berakhir setelah testi tidak mampu mengingat atau salah menyebutkan kembali angka-angka yang ada dalam monitor tes.

6) Skor : banyaknya kemampuan mengingat angka dalam waktu 10 detik kemudian dicatat sebagai data.

b. Letter Test

(44)

on-line dengan alamat situs: www.braingle.com/mind/test_numbers. (Braingle: Mentalrobics: Memory Tests Using Numbers).

Alat ukur : Ingatan jangka pendek test (Miller, G.A. 1956:81-97) Prosedur pelaksanaan:

1) Item tes diperlihatkan kepada testi selama 10 detik, seperti pada gambar di bawah ini: Ketika tombol start di klik, akan tampak di layar komputer sejumlah huruf yang harus diingat ,waktu mengingat huruf tersebut adalah 10 detik .

Batas waktu: 10 detik UXD

2) Setelah habis waktu testi disuruh mengucapkan/menuliskan kembali huruf tersebut pada kolom yang tersedia di layar komputer, seperti pada gambar di bawah ini: Masukan huruf- huruf yang berhasil diingat.

waktu: 10 detik Masukkan huruf

3) Item tes yang diperlihatkan mulai dari tiga huruf , empat huruf, lima huruf dan seterusnya.

4)Tes berakhir setelah testi tidak mampu mengingat atau salah menyebutkan kembali huruf-huruf yang ada dalam monitor tes.

5)Skor: banyaknya kemampuan mengingat huruf dalam waktu 10 detik kemudian dicatat sebagai data.

4. Pengukuran Ingatan Jangka Panjang (long term memory)

(45)

kemampuan mengingat kata dalam waktu 90 detik. Tes dilaksanakan secara on-line dengan alamat situs: www.braingle.com/mind/test_numbers. (Braingle: Mentalrobics: Memory Tests Using Numbers).

Prosedur pelaksanaan :

a. Sejumlah kata yang tak berarti diperlihatkan kepada testi selama 90 detik. b. Setelah habis waktu testi disuruh menghapal kata-kata yang ia ingat.

c. Setelah 15 menit testi disuruh menyebutkan kata-kata yang ia ingat, batas waktu menyebutkan kata 2 menit.

d. Setelah satu hari kemudian testi di tes kembali, batas waktu menyebutkan kata 2 menit.

e. Skor : Jumlah kata-kata yang diingat selama 2 menit kemudian dicatat sebagai data.

F. Analisis dan Pengolahan Data

Analisis dan Pengolahan data dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang diperoleh dalam rangka menjawab rumusan masalah dan hipotesis serta menyimpulkan hasil penelitian. Analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Statistical Product and Service Solution (SPSS) 17. Analisis data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis data hasil pengukuran tingkat kesalahan persepsi kelompok senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas, digunakan langkah-langkah statistik sebagai berikut:

(46)

b. Uji Homogenitas.

c. Uji non parametrik, yaitu uji Kruskal-Wallis dan uji Chi-Square.

2. Untuk menganalisis data hasil pengukuran ingatan jangka pendek kelompok senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas, digunakan langkah-langkah statistik sebagai berikut:

a. Uji normalitas. b. Uji Homogenitas.

c. Uji parametrik, yaitu uji one way anova, uji Tukey HSD dan uji Homogeneous sub sets.

3. Untuk menganalisis data hasil pengukuran ingatan jangka panjang, 15 menit setelah penelitian pada kelompok senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas. Digunakan langkah-langkah statistik sebagai berikut:

a. Uji normalitas. b. Uji Homogenitas.

c. Uji non parametrik, yaitu uji Kruskal Wallis dan uji Chi-Square.

4. Untuk menganalisis data hasil pengukuran ingatan jangka panjang, 1 hari setelah penelitian pada kelompok senam aerobik, jalan kaki dan inaktivitas.. Digunakan langkah-langkah statistik sebagai berikut:

a. Uji normalitas. b. Uji Homogenitas.

c. Uji parametrik, yaitu uji one way anova, uji Tukey HSD dan uji Homogeneous

(47)

G. Prosedur dan Tahapan Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dikerjakan dalam suatu peanelitian. Secara garis besar prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) Tahap perencanaan penelitian, meliputi: mendefinisikan dan merumuskan masalah, melakukan studi kepustakaan, merumuskan hipotesis, menentukan model dan desain penelitian. 2) Tahap pelaksanaan penelitian, meliputi: mengumpulkan data, mengolah dan menyajikan informasi, menganalisis dan mengiterpretasikan data, membuat kesimpulan. 3) Tahap Penulisan laporan penelitian, yaitu membuat laporan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah atau tahapan penelitian sebagai berikut.

1. Melakukan studi pendahuluan.

2. Merumuskan masalah penelitian berdasarkan temuan dari hasil

studi pendahuluan mengacu pada teori atau konsep yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.

3. Merumuskan hipotesis penelitian.

4. Menentukan metode penelitian yang akan digunakan (ex post facto). 5. Membuat desain penelitian

6. Menetapkan populasi (lansia usia 60-65 tahun) dan sampel penelitian (kelompok senam aerobik, kelompok jalan kaki dan kelompok inaktivitas) 7. Memilih instrumen yang akan digunakan untuk mengambil data (Method Of

(48)

8. Melakukan pengambilan data (tes persepsi, tes ingatan jangka pendek dan tes ingatan jangka panjang).

9. Mengolah data hasil tes (SPSS 17) 10. Interpretasi data.

11. Membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan dan interpretasi data. Secara skematis langkah-langkah pelaksanaan penelitan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Populasi

Sampel

Kelompok Kelompok Kelompok

senam aerobik jalan kaki inaktivitas

Tes persepsi Tes ingatan Tes ingatan jangka pendek jangka panjang

Pengolahan data

Interpretasi data

Membuat kesimpulan

Gambar 3.4

[image:48.595.116.508.245.719.2]
(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kesalahan persepsi

a. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada jalan kaki terhadap tingkat kesalahan persepsi wanita lanjut usia.

b. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi wanita lanjut usia.

c. Jalan kaki memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap tingkat kesalahan persepsi wanita lanjut usia.

2. Ingatan jangka pendek

a. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada jalan kaki terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia.

b. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia.

c. Jalan kaki memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka pendek wanita lanjut usia.

3. Ingatan jangka panjang (15 menit setelah penelitian)

(50)

b. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 15 menit setelah penelitian.

c. Jalan kaki memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 15 menit setelah penelitian. 4. Ingatan jangka panjang (1 hari setelah penelitian)

Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada jalan kaki dan inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 1 hari setelah tugas mengingat diberikan.

a. Senam aerobik memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 1 hari setelah penelitian.

b. Jalan kaki memiliki pengaruh yang lebih baik daripada inaktivitas terhadap ingatan jangka panjang wanita lanjut usia, 1 hari setelah penelitian.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Program Studi Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi sebagai lembaga pendidikan tinggi di bidang keolahragaan. Agar membekali para mahasiswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang berorientasi pada teori andragogi dan gerogogi. Sehingga mereka memiliki kemampuan untuk membina para lansia menjadi lebih mandiri secara “Bio-psiko-sosial.”

(51)

program olahraga dan dilaksanakan secara rutin agar mereka menjadi lebih mandiri baik secara fisik, psikis, maupun sosial.

3. Bagi Pengelola dan Pembina olahraga masyarakat untuk tetap konsisten dalam mengelola dan membina olahraga di masyarakat. Dalam pelaksanaannya harus selalu berpedoman pada prinsip-prinsip pelatihan olahraga yang benar. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi peneguh bagi masyarakat, pengelola dan pembina olahraga masyarakat untuk lebih giat dalam memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

4. Bagi para guru Pendidikan jasmani direkomendasikan untuk mengaplikasikan hasil temuan ini pada proses belajar pengajar pendidikan jasmani melalui model-model pembelajaran yang kreatif dan dapat merangsang sel saraf dalam otak, sehingga pendidikan jasmani bukan hanya dipandang sebagai instrumen untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani saja tetapi juga dapat dijadikan alat untuk meningkatkan intelegensi atau kecerdasan siswa.

5. Khusus bagi lansia, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pendorong dan pemacu untuk selalu berpartisipasi aktif dalam kegiatan olahraga sebagai upaya untuk memelihara kebugaran jasmani dan menghambat terjadinya penurunan daya ingat, yang merupakan salah satu gejala penyakit pikun.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aka Adisuyanto.B. (2009). Cerdas Dan Bugar Dengan Senam Lantai . Indonesia : PT. Gramedia Widiasarana.

Ackil,J.K. and Zaragoza, M.S. (1998). Memorial Consequences of Forced Confabulation: Age deference in Susceptibility to False Memories. Dalam Developmental Psychology, No 34, hlm, 227-257.

Atkinson, R.C, & Shiffrin, R.M. (1971). The Control of Short Term Memory Dalam Scientific America. No 225, hlm. 82-90.

Ayers, M.S. & Reder, L.M., (1998). A Teoritical Reviw of The Misinformation Effect:Predictor from An Activation-Based Memory Model.Dalam Psychonomic Bulletin &Review, no 5, hlm. 1-21.

Berger, C.R. (1973). The Aquitance Process Revisited:Exploration in Initials Intreaction.North-Western University.

Biederman. I. (1972, 1987). Recognition-by-Components: A Teory of Human Image Understanding. Dalam Psychology Review, No 94, hlm. 115-147.

Brocklehurst, Allen,S.C. (1988). Geriatric Medicine For Student (2nd Ed), Churchill & Livingstone.

Buzan. T. (1996). Master Your Memory . London : BBC. Buzan. T. (2003). Otak Sejuta Gigabyte . Bandung : Kaifa.

Cabeca, R. & Nyberg. L. (1997). Imaging Cognition: An Empirical Review Of PET Studies with Normal Subject.. Dalam jurnal of cognitive Neuroscience. No 9 (1). Hlm. 1-26.

Cahill, L., Babinsky, R., Markowitsch. H.J. (1995). The Amigdala and Emotional Memory.Dalam Nature, No 337, hlm. 295-296.

Cahill, L., at.al (1996). The Amigdala Activity at Encoding Corelated With Long-Term, Free Recall of Emotional Information. Dalam Procedings of the Natinal Academy of Sciences, No 93, hlm. 8016-8021.

Darmojo Budhi, R. (2009) Geriatri Ilmu Kesehatran Usia Lanjut ; Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(53)

Ebbinghaus, H. (1885) : Uber Das Gadachtnis; Yleipzig Germany : Duncker and Hublot.

Farrah, M.J. (1990 : Visual Agnosia Disorders of Object Recognition and What They Tell Us About Normal Vision; Cambridge, M.A: MIT Press.

Fielding, B. (2008) : Optimizing Your Brain Memory; Yogyakarta : Quills Book Publisher.

Furchan. A. (1982) Pengantar Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional,

Gazaniga, M.S., Irvy, R.B. & Mangan (2002) : Cognitive Neuroscience;The Biological of The Mind (ed 2) New York. Norton.

Gerry, M., & Loftus, M.F. (1994). Pseudomemories Without Hypnotis; Dalam International Jurnal of Clinical and Experimental Hypnosis, No. 42, hlm. 363-378.

Gibb, Barry J. (2007) : The Rough Guide to The Brain; Penguin Books Ltd, 80 Strand. London WC2R ORL.

Gilliam, B. (2000) . Perceptual Constancies. Dalam A.E. Kazdin (Ed), Ensyclopedia of Psychology, (vol6). Washington. DC: American Psycological Association. Hlm 89-93.

Giriwijoyo, H.Y.S. Santosa. (2007) : Ilmu Faal Olahraga; fungsi tubuh manusia pada olahraga: Universitas Pendidikan Indonesia.

Giriwijoyo, H.Y.S. Santosa. (2007) : Ilmu kesehatan olahraga : Universitas Pendidikan Indonesia.

Hagwood. S. (2009), Rahasia Melejitkan Daya Ingat: Jogjakarta: Think.

Harsuk. (2003), Perkembangan Olahraga Terkini Kajian Para Pakar; Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasan. I. (2006), Analisis Data Penelitian dengan Statistik; kajian para pakar: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hawari. D. (2007), Sejahtera di Usia Senja ; Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(54)

Henry W. Mahncke at. al (2006) Journal, Memory enhancenent in healthly older adults using a brain plasticity- based training program: a randomized, controlled study.

James E. Black, at al (1995). Learning couses synaptogenesis, whereas motor aktivity couses angiogenesis in cerebral cortex of adult rats.

Japardi. I, (2007), Learning and Memory ; Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara.

Kusmaedi. N. (2004), Penuntun Pembelajaran Hidup Sehat Terpadu Berbasis Masyarakat (pendekatan olahraga menuju hidup aktif dan berguna sepanjang hayat bagi lansia); Program Pasca Sarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Latash, Mark L, (1988), Neurophysiological Basis of Movement; The Pennysylvania State University: Human Kinetics.

Lutan. R. (2000), Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

Lutan, R. (2000), Sosiaologi Olahraga; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek penataran Guru SLTP setara D-III.

Mar’at .(1982), Sikap Manusia Perubahan dan Pengukurannya: Bandung.Ghalia. Martono. H. (1990). The Aquitance Process Revisited:Exploration in Initials

Perubahan Fisiologik dan fatologik pada Usia Lanjut.Simposium geriatri, PDGI. Korwil Jawa Tengah.

McGough, J.L. (1999), Memory Storage,Modulation of. Dalam R.a. Wilson & F.C. Kell (Ed). The MIT ensyclopedia of the Cognitif Science. Cambridge, M.A: MIT Press. Hlm. 522-524.

Miller, G. A. (1956), The Magical Number Seven, Plus or Minus TwoSome Limits on Our Capacity for Processing Information; Dalam psycological Review. No.63, hlm. 81-97.

Miller, G. A., Gildea, P.M. (1987), Images and Models, Similes and Metaphors: Dalam A. Orthony (Ed) , Metaphor and tough. New York Cambridge University Press. Hlm. 202-250.

(55)

Mooren, Frank C and Volker Klaus. (2005), Molecular and Cellular Exercise Physiology: Institute of Sport Medicine University Hospital Muenster. Human Kinetics

Moskowitz, M.J. (1969). General Psychology: A core text in Human Behavior. Boston. Hougton Miffin Company.

Moscovitch, M. (1997, 2003), What is Special About Face Recognition? Nineteen Experiments on a Person With Visual Object Agnosia and Dyslexia but Normal Recognition: Dalam Jurnal of Cognitive Neuroscience. No.9. Hlm. 555-604.

Mukodi, Muhamad. A. (2009), Agar Tidak Pikun Renta Di Hari Tua: Jogjakarta.Garailmu.

Nelson, K. (1999), Language of Tought. Dalam M. Bennett (Ed), Developmental Physicology. Philadelphia Psycology Press. Hlm. 185-2004.

Nickerson, R.S. (2004), Teaching Reasoning. Dalam J.P. Leighton & R.J. Sternberg (Ed), The Nature of Reasoning. New York Cambridge University Press. Hlm. 410-442.

Notoatmodjo. S. (2005), Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi: Jakarta. Rineka Cipta.

Nurkasiani S. (2009), Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Keperawatan: Jakarta. Salemba Medika.

Palmer, S.E., (2000), Perceptual Organisation: Dalam A.E. Kazdin (Ed), Ensyclopedia of Psychology, (vol6). Washington. DC: American Psycological Association. Hlm 93-97.

Peterson, L.R., & Peterson, R.J. (1959), Short-Term Retention of Individual Verbal Items: Dalam Journal of Experimental Psychology. No. 58. Hlm 193-198.

Phillip D, Catherine L. Devis, Patricia H. Miller, and Jack A. Naglieri. (1990) .Exercise and Children’s Intellegency, Cognitive, and Academic Achivement.

Pollatsek, A., &. Miller. (2003)..Reading and Writing. DalamL. Nadel (Ed) Ensyclopedia of Cognitive Science. Vol 3, London.England. Nature Publishing Group. Hlm. 841-847.

Gambar

Tabel                                                                                                            Halaman                               4.1      Rata-rata usia, tekanan darah,tinggi badan  .......................................
Gambar                                                                                                        Halaman
Gambar 3.1 Desain ex post facto
Gambar. 3.2 Paradigma Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

bahwa besaran gaji pokok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai

Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar Akidah Akhlak sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru dalam mengajarkan

GCG yang diproksi oleh komisaris indepen- den, dan kepemilikan institusional tidak berpenga- ruh signifikan terhadap kinerja operasi perusahaan (ROA), sehingga hasil penelitian ini

Menimbang, bahwa sesuai ketentuan Pasal 23 huruf (b) Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974, SEORANG WANITA sebagai isteri sah ketika itu adalah merupakan pihak yang paling

Berdasarkan hipotesis di atas dapat disimpulkan bahwa, jika F hitung <F tabel maka lama penyinaran yang berbeda memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap

Alhamdulillahhirobil’alamin , penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas

(setiap akan pergi papalele diawali dengan berdoa “Tuhan saya mau pergi cari bahan untuk dijual. Jualan apapun yang didapat, adalah dari Tuhan dan pasti ada untuk

1. Pembelajaran ilmu fisika tidak hanya ditekankan pada aspek produk ilmiahnya saja tetapi juga menekankan pada proses ilmiah yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada