DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... Ii
PERNYATAAN... Iii
KATA PENGANTAR... Iv
UCAPAN TERIMAKASIH... v
ABSTRAK... Ix ABSTRACT... x
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A.Latar Belakang... 1
B.Rumusan Masalah... 9
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10
D.Penjelasan Istilah... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13
A.Keterampilan Berpikir Reflektif... 13
B.E-learning dalam Pembelajaran Kimia... 21
C.Materi Ikatan Kimia... 27
D.Penelitian yang Relevan... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47
A.Paradigma Penelitian... 47
B.Metode Penelitian... 49
1. Studi pendahuluan (Define)... 51
2. Perancangan program pembelajaran (Design)... 52
3. Pengembangan program pembelajaran (Develop)... 53
D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... 54
E.Teknik Pengolahan Data... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 57
A.Hasil Penelitian... 57
1. Studi pendahuluan (Define)... 58
2. Perancangan pembelajaran (Design)... 67
a. Model pembelajaran... 67
b. Validasi ahli... 69
c. Realisasi pembelajaran dalam bentuk Web TUTOR 72 3. Pengembangan (Develop)... 75
a. Uji coba terbatas... 76
b. Perbaikan dan validasi... 94
c. Ujicoba diperluas... 107
B.Temuan dan Pembahasan... 128
1. Karakteristik pembelajaran Ikatan Kimia berbasis e-learning... 128 2. Meningkatkan keterampilan berpikir reflektif ... 134
3. Indikator berpikir reflektif yang dikembangkan dalam pembelajaran... 138 4. Peningkatan pemahaman konsep Ikatan Kimia. 140 5. Kendala yang ditemui dalam pembelajaran... 141
6. Tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran... 142
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 144
A. Kesimpulan... 144
B. Implikasi... 146
C. Saran ... 146
DAFTAR PUSTAKA... 147
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Materi Ikatan Kimia di Beberapa Perguruan Tinggi di
Indonesia………. 30
Tabel 2.2 Materi Ikatan Kimia di Beberapa PT Luar Negeri... Tabel 2.3 Analisis Konsep Materi Inti Mata Kuliah Ikatan Kimia... Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan... 31 36 44 Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data……….. 55
Tabel 4.1 Tahapan dan Hasil Penelitian... 57
Tabel 4.2 Materi Ikatan Kimia SMA, PT dan Saran untuk Calon Guru………... 60
Tabel 4.3 Validasi Ahli dan Perbaikan yang Dilakukan... 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Keterpakaian... 77
Tabel 4.5 Skor Pretes-Postes dan N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif ……… 82
Tabel 4.6 Skor Prediksi Mahasiswa... 83
Tabel 4.7 Skor Klarifikasi Mahasiswa Calon Guru... 85
Tabel 4.8 Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Relevansi ... 87
Tabel 4.9 Konsep yang Digunakan Mahasiswa dalam Pretes-Postes... 90
Tabel 4.10 Penguasaan Konsep Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Beserta N-Gain... 91
Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran………. 93
Tabel 4.12 Deskripsi Pembelajaran Ikatan Kimia Berbasis e-learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Reflektif... 97
Tabel 4.13 Keterampilan Berpikir Reflektif mahasiswa... 115
Tabel 4.14 Kemampuan dalam Prediksi oleh Mahasiswa... 117
Tabel 4.15 Kemampuan Mahasiswa dalam Klarifikasi... 119
Tabel 4.16 Kemampuan Mahasiswa dalamRelevansi... 121
Tabel 4.17 Data Uji Statistik Keterampilan Berpikir Reflektif dan Indikatornya………... 123
Tabel 4.18 Pemahaman Mahasiswa terhadap Materi Ikatan Kimia... 125
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kedudukan Berfikir Reflektif terhadap Berpikir Dasar dan Berpikir Tingkat Tinggi... Gambar 2.2 Struktur Materi Ikatan Kimia Perguruan Tinggi dan
Materi yang Mendasarinya... Gambar 2.3 Struktur Materi Ikatan Kimia SMA dan Materi yang
Mendasarinya... Gambar 2.4 Pengembangan Pembelajaran Ikatan Kimia...
17
32
33
46
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian... 47
Gambar 3.2 Desain Penelitian... 50
Gambar 4.1 Materi Ikatan Kimia yang Dibutuhkan Guru... 59
Gambar 4.2 Struktur Materi Ikatan Antar Atom... 64
Gambar 4.3 Karakterisrik Mahasiswa Calon Guru PT A Berkaitan dengan e-learning... 65
Gambar 4.4 Karakterisrik Mahasiswa Calon Guru PT B Berkaitan dengan e-learning... 66
Gambar 4.5 Pembelajaran e-learning Ikatan Kimia Teoritis... 71
Gambar 4.6 Gambaran Umum Keterkaitan Ikatan Kimia Perguruan Tinggi, Proses Pembelajaran dan Penguasaan Materi Ikatan Kimia………. 75
Gambar 4.7 Karakterisrik Mahasiswa Berkaitan dengan Pendukung e-learning……….. 78
Gambar 4.8 Presentase Jumlah Mahasiswa dengan Tipe Belajar e-learning……….. 80
Gambar 4.9 Persen N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa……… 81
Gambar 4.10 Persen N-Gain Prediksi Mahasiswa Calon Guru... 83
Gambar 4.11 Persen N-Gain Klarifikasi Mahasiswa Calon Guru... 86
Gambar 4.12 N-Gain Mahasiswa dalam Relevansi... 88
Gambar 4.13 Rata-rata Persen N-Gain Keterampilan Berfikir Reflek-tif dan Indikatornya untuk Mahasiswa Calon Guru……. 89
Gambar 4.14 Persen N-Gain Pemahaman Mahasiswa... 92
Gambar 4.15 Tahapan Pembelajaran yang Diperbaiki... 95
Gambar 4.16 Karakteristik Mahasiswa PT Berkaitan dengan e-learning………... 107
Gambar 4.17 Pembelajaran Salahsatu Mahasiswa Melalui Siklus TUTOR untuk Kestabilan Atom... 110
Gambar 4.18 Persentase N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa ………... 116
Gambar 4.19 Persentase N-Gain Kemampuan Prediksi Mahasiswa.... 118
Gambar 4.21 Persentase N-Gain Kemampuan Mahasiswa dalam
Relevansi……….. 122
Gambar 4.22 Persentase N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa dan Indikatornya... Gambar 4.23 Rata-rata N-Gain Setiap Materi LPTK A dan LPTK B...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Angket/Kuesioner Bapak/Ibu Guru kimia………... 153
Lampiran A.2 Angket untuk Mahasiswan………... 154
Lampiran A.3 Deskripsi Pembelajaran Awal……….. 156
Lampiran A.4 Permasalahan dan Jawaban dalam Pembelajaran………… 168
Lampiran A.5 Jawaban Tes………. 174
Lampiran A.6 Validasi Ahli……… 176
Lampiran A.7 Halaman TUTOR untuk Mahasiswa dan Dosen…………. 180
Lampiran A.8 Gambaran Hubungan Pembelajaran dengan Penguasaan Konsep………. 186
Lampiran A.9 Contoh pembelajaran yang dilakukan Mahasiswa……… 188
Lampiran A.10 Angket Tanggapan Mahasiswa……… 197
Lampiran A.11 Validasi Setelah Ujicoba Terbatas……….. 199
Lampiran A.12 Pedoman Singkat Penggunaan TUTOR……….. 200
Lampiran B.1 Data Ujicoba Soal………. 206
Lampiran B.2 Skor Pretes Berpikir Reflektif Ujicoba Terbatas………….. 214
Lampiran B.3 Data N-gain Ujicoba Terbatas……….. 224
Lampiran B.4 Statistik Ujicoba Terbatas……… 228
Lampiran B.5 Skor Ujicoba Diperluas……… 240
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu
pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia
merupakan jalan untuk menjelaskan tentang fenomena yang ada di lingkungan
sekitar, hal ini disebabkan kajian kimia yang tidak terlepas dari kehidupan. Guna
mendapatkan manfaat ilmu kimia, kimia dipelajari semenjak Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dilanjutkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan di
Perguruan Tinggi (PT) bagi yang mempelajari bidang yang berkaitan langsung
atau tidak langsung dengan kimia. Mempelajari kimia dari tingkatan yang berbeda
tersebut mengalami reduksi didaktis secara vertikal maupun horizontal yang
disesuaikan dengan tahapan pendidikan pembelajar.
Kajian kimia seperti yang ditulis di atas yang berkaitan dengan alam sekitar
dan kehidupan meliputi struktur materi, komposisi, sifat, perubahannya serta
energi yang terlibat dalam perubahan tersebut. Kajian kimia ini menimbulkan
kesulitan dan kesalahan konsep bagi pembelajar karena sebagian besar berkaitan
dengan konsep abstrak. Kesulitan belajar dan kesalahan konsep ini dimulai dari
tingkatan sekolah menengah sampai perguruan tinggi seperti yang dilaporkan Tan
dan Treagust (1999). Taber juga menemukan pembelajar yang kesulitan
memahami konsep-konsep sentral dalam kimia (Sirhan 2007). Konsep-konsep
merupakan konsep inti dan landasan belajar kimia lebih lanjut atau pendukung
cabang IPA dan ilmu yang lain. Calon guru kimia sebagai pembelajar di tingkat
perguruan tinggi telah mengalami pembelajaran kimia semenjak sekolah
menengah dan tidak luput dari kesulitan dan kesalahan konsep ini. Konsep yang
sulit dipahami dan menjadi kesulitan bagi calon guru salah satunya adalah ikatan
kimia. Permasalahan ini muncul disebabkan prior knowledge calon guru
(Oskay & Dincol, 2011). Sirhan (2007) menambahkan beberapa faktor penyebab
permasalahan dalam belajar ikatan kimia yaitu komposisi kurikulum kimia yang
dilewati pembelajar, permasalahan dalam kerja memori pembelajar, bahasa dan
komunikasi serta motivasi pembelajar. Permasalahan yang dihadapi pembelajar
dan calon guru kimia ini hendaknya menjadi perhatian Lembaga Pendidikan calon
guru kimia
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai institusi
pendidikan merupakan wadah proses pendidikan calon guru. Pendidikan calon
guru meliputi pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan
guru untuk menjalankan tugasnya. Guru dalam melaksanakan tugas hendaknya
memahami bahwa tugas guru adalah sebuah profesi yang harus dikerjakan secara
profesional. Schulman menyatakan ciri-ciri keprofesionalan seorang pendidik
adalah sebagai berikut: diakui oleh masyarakat, memiliki sekumpulan bidang ilmu
pengetahuan dan keterampilan sebagai landasan sejumlah teknik dan prosedur
yang unik. Ciri selanjutnya, diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis
sebelum melaksanakan pekerjaan profesional, memiliki mekanisme untuk
memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat
(Darling dan Bransford 2005).
Penegasan guru sebagai pendidik profesional tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 yang menyatakan guru
sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal. Fungsi guru profesional
adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional yang menjadikan guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi (kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional), sehat jasmani dan
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Guru profesional ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 16 tahun 2009
(DepPAN dan RB No16, Tahun 2009) yang menyatakan guru adalah pendidik
profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih dan mengevaluasi peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan
guru dalam pembelajaran meliputi penyusunan perencanaan, melaksanakan,
menilai, mengevaluasi dan merencanakan perbaikan dan pengayaan pembelajaran.
Guru profesional diharapkan juga mengembangkan diri secara berkelanjutan
melalui pendidikan formal, pelatihan, kegiatan yang mengembangkan kualifikasi
dan kompetensi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) serta seni, publikasi ilmiah, menghasilkan karya inovatif maupun
Berdasarkan uraian di atas guru profesional mempunyai
komponen-komponen: kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, adanya
mekanisme penjaringan, sehat jasmani dan rohani, mempunynai sekumpulan
bidang ilmu dan kompetensi, adanya persiapan, pelaksanaan praktek profesional
serta evaluasi untuk peningkatan kualitas professional. Komponen lain adalah
pengakuan dari masyarakat, adanya organisasi profesi dan pengembangan profesi
berkelanjutan sejalan perkembangan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Diantara komponen guru profesional adalah mempunyai sekumpulan bidang
ilmu dan keterampilan serta pengembangan profesi berkelanjutan. Ilmu dan
keterampilan serta upaya pengembangan profesi berkelanjutan ini dibekalkan
kepada guru semenjak menjalani pendidikan di LPTK. Calon guru kimia
khususnya yang menjalani pendidikan di LPTK tidak terlepas dari pembekalan
tersebut salahsatunya melalui pembelajaran ikatan kimia.
Perkuliahan ikatan kimia merupakan salah satu perkuliahan wajib di LPTK
yang termasuk rumpun mata kuliah kimia fisika. Ikatan kimia sebagaimana ilmu
kimia secara umum, dalam pembelajarannya meliputi tiga level berpikir yaitu
level makroskopik yang bisa diamati, level sub mikroskopis yang tidak dapat
diamati dan level simbolik. Ketiga level tersebut harus bisa disajikan oleh guru
atau dosen sehingga tidak terjadi salah interpretasi (Tasker & Dalton, 2006).
Konsep-konsep dalam ikatan kimia berada dalam wilayah sub mikroskopis atau
wilayah molekular yang bersifat abstrak. Selain itu perkuliahan ikatan kimia kaya
akan prinsip yang dapat digunakan mahasiswa untuk menjelaskan permasalahan
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, calon guru telah melalui
pembelajaran ikatan kimia semenjak sekolah menengah dan dilanjutkan dalam
pembekalan di LPTK. Penelitian menunjukkan prior knowledge yang dibawa
calon guru saat masuk LPTK berpotensi untuk membuat mahasiswa calon guru
kesulitan dalam belajar ikatan kimia (Sirhan, 2007). Penelitian ini didukung oleh
Talanquer et al. (2009) yang menyatakan bahwa prior knowledge calon guru akan
mempengaruhi bagaimana calon guru memahami pembelajaran yang diikutinya
dan calon guru dalam beberapa temuan memiiki konsep yang lemah berkaitan
dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Berdasarkan studi lapangan mengenai
pembelajaran ikatan kimia, memperkuat hasil penelitian mengenai kesulitan
belajar. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam belajar ikatan kimia tetapi ada
upaya untuk membantu mahasiswa calon guru memahami konsep ikatan kimia,
seperti penggunaan model tiga dimensi (molimod) dan penugasan pembuatan
model tiga dimensi untuk membantu mahasiswa memahami level
sub mikroskopis. Upaya ini tidak bertahan lama karena mahasiswa tidak dapat
menerapkan pengetahuannya terhadap permasalahan ikatan kimia yang diberikan.
Keterbatasan mahasiswa calon guru dalam pembelajaran ikatan kimia juga
terlihat dalam menjelaskan grafik atau gambar. Contoh kasus ini mahasiswa
memahami proses pembentukan ikatan kovalen dan energi yang terlibat di dalam
proses tersebut tetapi tidak dapat menjelaskan gambar energi potensial
pembentukan ikatan kovalen. Demikian pula, mahasiswa memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi energi kisi ikatan ion tetapi tidak dapat menjelaskan grafik
permasalahan atom yang stabil tetapi tidak mampu atau ragu-ragu menjelaskan
mengapa jawaban tersebut yang dipilihnya. Intinya mahasiswa tidak dapat
memberikan alasan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Mahasiswa tidak
menganggap hal ini suatu masalah karena mahasiswa lebih menyukai soal yang
sesuai dengan contoh yang diberikan dalam pembelajaran. Mahasiswa
mempermasalahkan soal yang “rumit” karena lebih kompleks dibanding contoh
yang diberikan (hasil studi lapangan).
Permasalahan calon guru ini jika tidak dicarikan pemecahannya akan
berdampak pada kinerja guru kimia di lapangan yang akan mengajarkan ikatan
kimia di sekolah menengah. Putra (2010) menemukan salah satu materi yang
dipermasalahkan guru dalam membelajarkan siswa adalah materi ikatan kimia.
Diperlukan pembelajaran ikatan kimia yang tidak sekedar memberikan
pengetahuan dan pemahaman. Diperlukan keterampilan untuk menjelaskan suatu
permasalahan yang sudah dijawab benar oleh mahasiswa calon guru, keterampilan
mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, sehingga dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dapat dijelaskan dengan pengetahuan atau konsep yang sudah
dipahami. Mahasiswa calon guru perlu keterampilan dalam menyelesaikan
permasalahan yang kompleks dengan mengetahui apa yang belum diketahui, apa
yang sudah diketahui dan pengetahuan apa yang diperlukan. Dengan memahami
posisi pengetahuannya mahasiswa calon guru akan termotivasi untuk belajar lebih
lanjut. Keterampilan ini diperlukan karena permasalahan yang akan dihadapi
sebagai guru akan lebih kompleks yang membutuhkan pengetahuan dan
untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang sesuai dengan
kebutuhannya untuk meningkatkan keprofesionalitasnya.
Keterampilan yang memungkinkan menjawab permasalahan di atas adalah
keterampilan berpikir reflektif, karena berpikir reflektif menurut Dewey adalah
suatu tipe berpikir tingkat tinggi yang bersifat aktif, berkelanjutan dan teliti
terhadap keyakinan yang didasari pengetahuan (Fisher, 2004). Chen (2002)
mendukung pendapat Dewey melalui temuannya bahwa berpikir reflektif
diperlukan dan penting bagi profesional untuk mengembangkan profesionalitas
berkelanjutan, karena mendorong untuk belajar lebih lanjut dan meningkatkan
keterampilan berpikir lainnya.
Keterampilan berpikir reflektif dapat berkembang dalam situasi yang
mendukung. Lipman (2003) menyatakan situasi reflektif adalah peserta didik
digerakkan untuk berpikir tentang permasalahan atau fenomena yang ada di alam,
pembelajaran yang diberikan mendorong rasa ingin tahu dan memperlihatkan
keterkaitan antar materi pembelajaran serta pembelajaran berlangsung dalam
komunitas dengan interaksi belajar maupun sosial.
Beberapa lembaga pendidikan dan pengembangan profesional guru telah
melakukan pembelajaran alternatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir
reflektif yang bermanfaat bagi mahasiswa calon guru. Manfaat ini dapat dirasakan
selama masa mahasiswa dan setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan di
LPTK (Lee, 2005).
Berdasarkan karakteristiknya mata kuliah ikatan kimia merupakan mata
berpikir reflektif mahasiswa calon guru. Berdasarkan analisis terhadap materi
ikatan kimia di sekolah menengah dan perguruan tinggi diperoleh hasil bahwa
materi ini didominasi konsep yang berada di wilayah sub mikroskopis. Khan
(2005), Tasker dan Dalton (2006) menyatakan wilayah ini merupakan sumber
miskonsepsi dan tantangan bagi mahasiswa. Materi ikatan kimia juga mengalami
reduksi didaktis yang mejadi bekal pengetahuan awal calon guru yang perlu diurai
untuk melihat pemahaman calon guru. Karena itu perlu pengembangan
pembelajaran agar mudah dipahami dan memberikan pengalaman belajar yang
mendukung berpikir reflektif yaitu dapat melakukan penilaian terhadap
pembelajaran yang dilakukan dan adanya interaksi sosial (Chen, 2002).
Keterampilan berpikir reflektif dapat dibekalkan dengan berbagai cara yaitu
melalui praktek profesional guru (Chen, 2002) dan Maor (2007) melakukan
pembelajaran peer learning secara on line untuk membekalkan keterampilan
berpikir reflektif. Tan dan Goh (2008) melakukan pembelajaran di kelas dengan
memberikan pertanyaan jika... maka selama pembelajaran berlangsung untuk
mendorong berpikir reflektif. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran berpikir reflektif dapat dilakukan secara tatap muka maupun
dengan bantuan jaringan (on line ). Berdasarkan materi ikatan kimia yang berada
pada wilayah sub mikroskopis dan potensinya untuk membekalkan keterampilan
berpikir reflektif diperlukan pembelajaran yang dapat membantu penjelasan
materi ikatan kimia sekaligus mendukung keterampilan berpikir reflektif.
E-learning sebagai alternatif pembelajaran mempunyai keunggulan dapat
memfasilitasi untuk mengetahui keragaman prior knowledge, belajar mandiri
sekaligus dapat melakukan interaksi dalam pembelajaran. Kondisi e-learning
merupakan keadaan yang mendukung berpikir reflektif yang membutuhkan
interaksi dan pencatatan pengetahuan awal menjadi pengetahuan yang dipelajari
pembelajar. Penelitian sebelumnya telah membuktikan e-learning sukses dalam
membantu memvisualisasikan pembelajaran tanpa meninggalkan interaksi sosial
(Tuvi & Gorsky 2007; Tasker & Dalton, 2006).
E-learning sebagai produk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan seni
diharapkan dapat membantu calon guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Sebagai calon guru yang akan menghadapi tantangan dalam
pelaksanaan tugas keprofesian dan pengembangan keprofesionalan sejalan iptek
dan seni calon guru perlu dibekali pengalaman pembelajaran dengan
memanfaatkan e-learning.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimanakah pengembangan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru?
Rumusan masalah diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif calon guru?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon
3. Indikator berfikir reflektif apa yang dikembangkan dalam pembelajaran
ikatan kimia berbasis e-learning?
4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep ikatan kimia mahasiswa
calon guru setelah mengikuti pembelajaran ikatan kimia berbasis
e-learning ?
5. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran ikatan kimia
berbasis e-learning bagi mahasiswa calon guru?
6. Kendala apa saja yang ditemui dalam pembelajaran ikatan kimia berbasis
e-learning bagi mahasiswa calon guru?
C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang
diajukan maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning untuk
meningkatkan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru.
2. Meningkatkan keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman konsep
Ikatan kimia mahasiswa calon guru kimia.
Pencapaian tujuan penelitian sebagaimana yang dituliskan di atas
diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Sebagai bentuk pengembangan dan contoh model pembelajaran untuk
LPTK yang memberikan pembekalan bagi calon guru yang bukan sekedar
reflektif yang diperlukan calon guru selama menjadi mahasiswa dan
pengembangan profesi berkelanjutan
2. Sebagai masukan bagi LPTK mengenai pembelajaran e-learning berupa
kelebihan dan kekurangannya, serta faktor pendukung dan faktor
penghambat keterlaksanaannya
3. Alternatif pembelajaran bagi dosen, guru dan mahasiswa berupa
pembelajaran e-learning untuk berpikir reflektif yang dapat diterapkan
pada mata kuliah/pelajaran lain dengan penyesuaian sesuai karakternya
masing-masing.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan agar memudahkan memahami maksud
penelitian ini dan menjelaskan cakupan penelitian yang dilakukan. Beberapa
definisi yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:
1. Ikatan kimia adalah mata kuliah yang wajib diikuti mahasiswa calon guru
kimia. Mata kuliah ini berisi kajian teori mekanika kuantum dan
jenis-jenis ikatan kimia (National Standard Teacher Asociation, 2003). Pada
penelitian ini ikatan kimia yang dibahas adalah ikatan kimia antar atom.
2. E-learning dalam penelitian ini merupakan pembelajaran dengan
menggunakan teknologi multimedia dan internet yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran (Holmes & Gardner, 2006).
3. Keterampilan berpikir reflektif berupa keterampilan berpikir yang pertama
ini adalah definisi yang telah mengalami perkembangan menjadi berpikir
reflektif berupa jalinan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian memaparkan tentang paradigma penelitian, metode
penelitian berupa Research and Development (R&D) dengan model 3D, lokasi
dan subjek penelitian. Diuraikan juga mengenai instrumen penelitian dan teknik
pengumpulan data.
A. Paradigma Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan pembelajaran ikatan kimia berbasis
e-learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif bagi mahasiswa
calon guru. Cara pandang dalam penelitian ini atau yang disebut dengan
paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pembelajaran berbasis e-learning
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian.
Materi Ikatan Kimia spesifik ,konsep abstrak Mahasiswa Calon
Guru Kimia
SKGP Kimia Pembelajaran berbasis e-learning visualisasi
interaksi
mengakomodasi perbedaan Keterampilan berpikir
reflektif
PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA BERBASIS E-LEARNING BAGI MAHASISWA CALON GURU
Materi/ media pendukung Berisi permasalahan Materi landasan
Calon guru kimia adalah mahasiswa pendidikan kimia yang dipersiapkan
menjadi guru. Selama dalam pendidikan diharapkan dapat memenuhi kompetensi
penguasaan bidang studi kimia yaitu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep
esensial dalam kimia dan mengaitkan konsep-konsep kimia serta fungsinya untuk
memahami dan memecahkan masalah-masalah kimia. Selain itu diharapkan calon
guru kimia mampu mencari informasi yang berkaitan dengan ilmu kimia melalui
media terutama internet. Diharapkan calon guru mampu menilai diri sendiri dan
menggunakannya untuk memperbaiki kinerjanya.
Keterampilan berpikir reflektif adalah salah satu bentuk keterampilan yang
diperlukan dan bermanfaat bagi calon guru maupun setelah menjadi guru.
Keterampilan ini dapat mendorong calon guru belajar lebih lanjut yang
bermanfaat untuk pengembangan konsep calon guru dan pengembangan
profesional guru.
Ikatan kimia adalah salah satu mata kuliah pada pendidikan calon guru
kimia. Materi ini membahas landasan teori dan teori yang menjelaskan ikatan
kimia. Pembelajaran dimulai dengan kajian teori atom modern yang dititik
beratkan pada teori atom mekanika kuantum, membahas bermacam ikatan antar
atom dan antar molekul dan bagaimana menjelaskan sifat materi berdasarkan
ikatan yang terdapat pada materi tersebut. Pembahasan juga mencakup geometri
molekul dan bagaimana secara teori menjelaskan fakta- fakta menarik tentang
materi ditinjau dari geometrinya. Pada penelitian ini materi yang dikaji adalah
ikatan antar atom meliputi kestabilan atom, ikatan kimia, ikatan kovalen, ikatan
Bahasan ikatan kimia lebih banyak pada daerah sub mikroskopik. Kondisi
ini memerlukan bantuan media atau metoda pembelajaran yang mendukung
pemahaman, visualisasi dan interaksi yang dapat diakomodir dengan e-learning.
Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning yang dikembangkan berisi
permasalahan yang berfungsi memancing pengetahuan awal mahasiswa.
Permasalahan juga memancing interaksi dan belajar lebih lanjut agar tujuan
pembelajaran berpikir reflektif dapat terwujud.
Permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran merupakan permasalahan
yang berkaitan dengan ikatan kimia. Pemecahan masalah menuntut pemahaman
konsep dan dapat menjadikannya sebagai landasan pemecahan masalah.
Mahasiswa diharapkan dapat memadukan beberapa konsep untuk saling
menunjang jawaban yang diberikan.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan
pengembangan dengan model 3D yang merupakan modifikasi model 4D dari
Thiagarajan, et al. (1974). Kegiatan 3D meliputi Define yaitu pengumpulan data
dari berbagai sumber sesuai dengan informasi yang dibutuhkan, Design dengan
kegiatan merancang program pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning
untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif. Kegiatan berikutnya Develop
yaitu kegiatan mengembangkan pembelajaran. Desain penelitian secara jelas dapat
Studi Pendahuluan
Standar Kompetensi Guru Pemula Kimia (SKGP)
National Standard Teacher Association (NSTA)
Standar isi dan kompetensi kimia SMA
Silabus Ikatan Kimia PT (LPTK dan non LPTK)
Gambar 3.2 Desain Penelitian
1. Studi Pendahuluan (Define)
Studi pendahuluan bertujuan untuk persiapan pengembangan. Pada
tahapan ini yang dilakukan adalah studi pustaka dan lapangan. Studi pustaka
mengenai SKGP guru kimia dan NSTA yang berkaitan dengan pembekalan
materi ikatan kimia untuk calon guru. Didapatkan kompetensi guru untuk ikatan
kimia terdiri dari kompetensi inti, kompetensi tambahan dan kompetensi
pendukung. Dimana kompetensi tersebut merupakan materi minimal untuk calon
guru.
Dilakukan analisis terhadap silabus ikatan kimia di Perguruan Tinggi
LPTK ataupun non LPTK yang ada di Indonesia dan di luar Indonesia. Dilakukan
studi mengenai standar kompetensi dan isi yang berkaitan dengan ikatan kimia di
SMA. Studi pustaka juga mempelajari e-learning dalam pembelajaran kimia serta
keterampilan berpikir reflektif sebagai keterampilan yang dibutuhkan calon guru.
Dikaji juga mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan untuk melihat
posisi penelitian ini.
Dilakukan studi lapangan mengenai materi ikatan kimia yang dibutuhkan
guru dengan cara memberikan kuesioner kepada 12 orang guru kimia. Dilakukan
juga studi lapangan mengenai pembelajaran ikatan kimia di LPTK. Selanjutnya
dilakukan kuesioner kepada calon guru kimia mengenai kebiasaan, fasilitas dan
2. Perancangan Program Pembelajaran (Design)
Berdasarkan kajian pustaka dan studi lapangan dilakukan analisis sehingga
ditetapkan tujuan pembelajaran, materi yang mendukung pencapaian tujuan
pembelajaran dan indikator yang digunakan. Perancangan dilanjutkan dengan
pembuatan deskripsi pembelajaran yang menggambarkan hubungan antara
konsep, indikator, pembelajaran dan asesmen yang digunakan. Asesmen yang
digunakan adalah soal uraian yang membutuhkan pemecahan sesuai dengan
indikator yang dikembangkan sebanyak 10 buah. Soal divalidasi bersamaan
dengan deskripsi pembelajaran dan diujicobakan kepada mahasiswa calon guru.
Data-data mengenai ujicoba soal dapat dilihat pada lampiran Untuk mengukur
pencapaian indikator dan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran yang
dikembangkan disusun instrumen penelitian berupa kuesioner dan soal penilaian
keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman calon guru terhadap konsep ikatan
kimia.
Tahapan selanjutnya adalah membuat storyboard dan pembelajaran
e-learning teoritis. Storyboard dan pembelajaran teoritis dikembangkan menjadi
pembelajaran e-learning dengan mengajukan kepada pengembang web untuk
didiskusikan mengenai pengembangannya. Pengembang mengembangkan web
yang telah disepakati dan materi ikatan kimia yang sesuai dengan deskripsi
3. Pengembangan Program Pembelajaran (Develop)
Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning yang sudah dirancang
diujicoba dengan ujicoba terbatas yaitu penggunaan pembelajaran kepada tiga
orang mahasiswa calon guru dan dilakukan perbaikan. Dilakukan juga validasi
oleh tiga orang ahli, satu ahli bidang pendidikan IPA, satu ahli bidang kimia
fisika dan satu ahli pembelajaran jarak jauh. Hasil ujicoba terbatas dan validasi
ahli digunakan untuk perbaikan pembelajaran.
Pembelajaran yang sudah diperbaiki diujicoba ulang kepada 19 orang
mahasiswa calon guru kimia. Mahasiswa yang melakukan ujicoba pembelajaran
merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Pembelajaran
yang dilakukan adalah model pembelajaran e-learning.
Sebelum melakukan pembelajaran mahasiswa dikumpulkan untuk
melakukan pretes dan pengambilan identitas untuk dientri menjadi nomor user
dan password. Nomor user dan password didistribusikan kepada mahasiswa dan
mahasiswa diminta melakukan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning.
Bagi mahasiswa yang kesulitan login diadakan simulasi. Pembelajaran dilaporkan
melalui format on-line. Selama pembelajaran dilakukan diskusi dan pemecahan
permasalahan yang diberikan. Setelah melakukan pembelajaran dilakukan postes.
Ujicoba diperluas dilakukan pada dua tempat yaitu di salahsatu LPTK di
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat. Pengumpulan data studi
pendahuluan berupa kajian pustaka dilakukan di salahsatu perguruan tinggi di
Bandung. Studi lapangan dilakukan di Sulawesi Tengah berupa survei kebutuhan
guru (12 orang guru) dan karakteristik mahasiswa yang berkaitan dengan
e-learning (30 orang). Karakteristik mahasiswa yang berkaitan dengan e-learning
juga dikumpulkan di Bandung berupa kuesioner (30 orang yang mengembalikan
27 orang).
Ujicoba keterpakaian dilakukan oleh tiga mahasiswa calon guru kimia dan
ujicoba terbatas dilakukan di sebuah perguruan tinggi di Bandung yang
melibatkan subyek penelitian 19 mahasiswa calon guru yang mengambil mata
kuliah Kimia Fisika Empat. Mata kuliah ini membahas materi Ikatan Kimia. Saat
penelitian dilakukan mahasiswa belum memasuki materi Ikatan (materi yang
sedang dipelajari adalah Hidrogen Like Ion yang merupakan materi sebelum
Ikatan Kimia). Ujicoba lebih luas dilakukan di Palu dan Bandung. Masing-masing
19 dan 28 mahasiswa.
D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data yang
diperlukan dalam tiap tahapan. Studi pendahuluan dan perancangan pembelajaran
memerlukan data mengenai materi yang diperlukan guru yang berkaitan dengan
materi ikatan kimia. Karakteristik user dilakukan untuk mengetahui faktor
Tahapan pengembangan memerlukan data penilaian deskripsi pembelajaran
dan pembelajaran dari validator. Mahasiswa memberikan penilaian mengenai
pembelajaran dengan mengisi format penilaian . Tahap pengujian memerlukan
data mengenai keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman mahasiswa
sebelum dan sesudah pembelajaran. Pengujian pemahaman dan keterampilan
berpikir reflektif dilakukan melalui soal. Soal yang dikembangkan sebanyak
sepuluh buah yang divalidasi diujicobakan pada 45 orang calon guru. Pendapat
mahasiswa mengenai pembelajaran diungkap melalui kuesioner. Berikut disajikan
Tabel 3.1 mengenai data yang diperlukan, sumber data, instrumen yang digunakan
dan teknik pengumpulan data.
Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
No Data yang Diperlukan Sumber
Data materi yang diperlukan untuk pembelajaran ikatan kimia di SMA
Format validasi deskripsi pembelajaran
Pendapat tentang pembela-
E. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dilakukan pengolahan dan analisis.Teknik
analisis data penelitian dilakukan sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan
yaitu jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi pendapat
guru mengenai materi ikatan kimia yang diperlukan, karakteristik mahasiswa yang
berkaitan dengan e-learning, penilaian pembelajaran dan pendapat tentang
pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Demikian juga dengan data aktifitas
mahasiswa diolah secara deskriptif. Data kuantitatif berupa keterampilan berpikir
reflektif dan pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Skor
pretes dan postes digunakan untuk menghitung N-gain (normalized gain) dengan
rumus:
N-gain
=
� � − � � �� ��� �� � − � � �
N-gain diinterpretasikan berdasarkan skala Hake (1998) yaitu tinggi jika bernilai
0,71-1, sedang jika bernilai 0,31-0,70 dan rendah jika bernilai 0,00-0,30..
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Berdasarkan hasil, temuan dan pembahasan didapatkan bahwa
pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning dapat meningkatkan keterampilan
berpikir reflektif dan pemahaman mahasiswa secara signifikan pada kelas
e-learning dan pendamping. Hal ini berimplikasi kepada pentingnya e-learning
sebagai alternatif pembelajaran.
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal dalam
penelitian ini yaitu:
1. Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning untuk meningkatkan
keterampilan berpikir reflektif mahasiswa memiliki karakteristik:
a) Pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang berkaitan dengan
ikatan kimia yang menuntut prediksi, klarifikasi dan relevansi untuk
memotivasi berpikir reflektif. b) Pembimbingan komunitas dan individu.
c) Klarifikasi dan relevansi dalam memberikan jawaban. d) Dosen sebagai
pengarah sehingga pemahaman mahasiswa adalah proses yang
dikendalikan mahasiswa. e) Aktifitas pembelajaran dapat sebagai bahan
penelusuran dosen dan mahasiswa sebagai pendukung berpikir reflektif.
2. Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning dapat meningkatkan
dan pembelajaran pendamping dengan N-gain rata-rata masing-masing
0,41 dan 0,51 serta gain yang berbeda secara signifikan dimana
e-learning lebih baik sebagai pendamping mata kuliah reguler.
3. Indikator berpikir reflektif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran
ini adalah prediksi (N-gain rata-rata 0,41 e-learning dan 0,54
pendamping, berbeda signifikan). Klarifikasi ( N-gain rata-rata 0,39 dan
0,51, berbeda secara signifikan. Relevansi ( N-gain 0,20 dan 0,23 tidak
berbeda secara signifikan).
4. Pemahaman mahasiswa terhadap konsep ikatan kimia meningkat dengan
N-gain rata 0,50 untuk e-learning. Kelas pendamping N-gain
rata-rata 0,53, gain kedua kelas ini berbeda secara signifikan. Konsep yang
dipelajari meliputi kestabilan atom, ikatan kimia, ikatan ion, energi kisi,
ikatan kovalen, hibridisasi, orbital molekul, dan ikatan pada logam.
N-gain tertinggi konsep kestabilan atom dan terendah ikatan kovalen.
5. Tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran sebagian besar setuju
pembelajaran dapat membuat mahasiswa memikirkan manfaat untuk
profesi guru, mengetahui kekurangan dan kelebihannya dalam belajar,
dan memotivasi untuk belajar lebih lanjut .
6. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran ini adalah koneksi yang
lambat sehingga mempengaruhi jam belajar yang efektif dan peralihan
B. Implikasi
Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran berbasis e-learning dengan fasilitas yang ada dan persepsi
mahasiswa yang cukup mendukung dapat dijadikan alternatif
pembelajaran pendamping.
2. Kerjasama pihak LPTK untuk mendukung lingkungan pembelajaran untuk
keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru yang merupakan
aset untuk mengembangkan diri dan mengembangkan profesionalitasnya.
C. Saran
Dengan mengacu kepada kesimpulan penelitian dan implikasi dari
penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Dosen kimia fisika untuk menggali kekuatan ikatan kimia untuk dijadikan
sarana berpikir mahasiswa calon guru. Perlu kesungguhan untuk
menjadikan ikatan kimia sebagai mata kuliah yang disenangi karena dapat
menjelaskan fenomena alam dari sudut ikatan kimia.
2. Pengembang web, dosen dan peneliti untuk bahu membahu membentuk
dan mendukung pembelajaran e-learning yang meningkatkan pemahaman
dan keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa untuk pengembangan diri
dan profesionalnya sebagai guru untuk mewujudkan pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
3. Mengembangkan indikator lain (seperti fairness) dari keterampilan
DAFTAR PUSTAKA
Akkoyunlu, B dan Soylu, M.Y. (2008). „A Study of Students„ in a Blended Learning Environment Based on Different Learning Styles“. Educational technology and Society, 11, (1), 183-193.
Alonso, D.L dan Blazquez, E.F. (2009).“ Are the Functions of Teachers in e-Learning and Face- to- Face Learning Environments Really Different?“. Educational technology and Society, 12, (4), 331-343.
Arifin, M. et al. (2004). Standar Kompetensi Guru Pemula Lulusan Program Studi Pendidikan Kimia. Jakarta: Dikti.
Arnita, M.T. (2005). Tekhnologi Informasi dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://www.bung-hatta.info/content.php.article.54 [20 April 2010].
CASEMaker Totem. (2000). Why Do You Need to be RAD? USA: CASEMaker Inc.
Chen, A.Y. (2002). “Reflective Thinking and Deep Learning”, dalam Teachers’ Handbook On Teaching Generic Thinking Skills. Singapura: Prentice Hall.
Chevallard, Y dan Ladage, C. (2008). E-learning as a Touchstone for Didactic Theory and Conversely. Journal of E-learning and knowledge Society. 4, (2), June 2008.
Cohen, B.E. dan Nycz, M. (2006). “Learning Objects and E-Learning: an Informing Science Perspective”. Journal of Knowledge and Learning Objects. 28, (2), 91-100.
Costa, A.L. (1985). Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD .
Cotton, K. (2001). Teaching Thinking Skill. Nothwest Regional Educational Laboratory.
Darling-Hammond, L. dan Bransford, J. (2005). Preparing Teachers for A Changing World. San Francisco: John Wiley and Sons.
Duit, R. (2007). “Science Education Research Internationally: Conceptions, Research Methods, Domains of Research”. Journal of Mathmatics, Science & Technology Education, 3, (1), 3-15.
Firman, H. (2000). Beberapa Pokok Pikiran Tentang Pembelajaran Kimia di SLTA. Makalah pada diskusi guru mata pelajaran kimia Madrasah Aliyah se Jawa Barat di Balai Penataran Guru, Bandung.
Fisher, A. (2004). Critical Thinking An Introductin. Cambridge: Cambridge University Press.
Gall, et al, (2003). Educational Research: an Introduction. USA: Pearson Education.
Gurol, A. (2011). “Determining the Reflective Thinking Skills of Pre-Service Teachers in Learning and Teaching Process”. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies. 3, (3), 387-402.
Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement vs. traditional methods; a six-thousand
student survey of mechanic test data for introductory physics courses”.
American Journal of Physics. 66, 64-74.
Handbook Oxford Chemistry Departement. (2010). [Online]. Tersedia:
http://www.Chem.Ox.ac.uk. [27 Maret 2009]
Henderson, K., Napan, K dan Monteiro . (2004). Encouraging Reflective Learning: An Online Challenge. Proceeding of the 21stASCILITE Conference: Perth.
Holmes, B. dan Gardner, J. (2006). E-learning, Concepts and Practice. London: SAGE Publications.
Hullfish-Gordon, H dan Smith, P.G. (1961). Reflektive Thinking. New York: Dodd, Mead & Company.
Husu, J, Toom, A., dan Patrikainen, S . (2006). Guided Reflection Promoting ways to Advance Reflective Thinking in Teaching. [Online]. Tersedia:
http://www.leeds.ac.uk/educol/document/57892.html [28 Maret 2011]
Jolliffe et al. (2001). The On line Learning Handbook. London: Kogan Page.
Judy-Yehudit, D. (2002), “Freshman Learning in Web-based Chemistry Course”. The Journal of Chemical Education. 28, (2), 81-90.
Khan, S. (2005). Constructing Visualizable Models in Chemistry., Montreal, Canada: AERA Confrence
King, FJ. et al (2000) Higher Order Thinking Skill. Educational Service Program.
Kok, A. (2010). C-Thinking via E-learning: “A Conceptual Paper about the Use of
Digital Learning Tools for Reflective Thinking”. International Journal of Digital Society. 1, (3), 12-15.
Lee, J. H. (2005). “Understanding and Assessing Preservice Teacher‟s Reflective Thinking”. Journal Teaching and Teacher Education. 21, (2), 699-715.
Leslie, T. ( 1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Colorado: Merryll Publishing Company.
Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato pengukuhan Jabatan guru Besar Tetap UPI dalam Ilmu pendidikan IPA: tidak diterbitkan.
Lipman, M. (2003). Thinking in Education. Cambridge: Cambridge University Press.
Lyall, R. (2005). The Strategies Used by Distance Education Students when Teaching Learning Basic Chemistry. Holland: RSC.
Lydia, T. (2007). “Effectiveness of MORE Laboratory Module in Prompting Student
to Revise Their Molekuler-Level Ideas about Solution”. Journal Chemical Education Research. 84, (1), 71-80.
Maor, D. (2007). Peer-learning and Reflective Thinking in an On-line Community of Learners [On line]. Tersedia: http://www.peer-learing/ EPS/
PES/2011/thompson.hotml [25 Maret 2010]
Massachusetts Institute of Tecnology Opencourse Ware. (2011). Open Course Ware Chemistry. [Online]. Tersedia: http://www.MIT [31 Agustus 2010]
Monk, M. dan Osborne, J. (2000). Good Practice in Science , What Research has to Say. Buckingham: Open University Press.
Moran, J. (2006). Visualizations in Teaching Chemistry. National Center for Supercomputing Application.
Nouwens, F. (2007). Evaluating Use of an On line Concept Mapping Tool to Support Collaborative Project Based Learning. Proceeding of the 2007 AaeE Conference. Melbourne.
Oskay, O.O dan Dincol, S. (2011). Enhancing Prospective Chemistry Teachers‟
Cognitive Structures in the Topics of Bonding and Hybridization by Internet-Assisted Chemistry Aplication. World Journal on Education Technology. 3, (2), 90-102
Paul, R dan Elder, L. (2004). Critical and Creative Thinking. The Foundation for Critical Thinking.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Mata Pelajaran.
Psillos, et al (2005). Science Teacher Education Issues and Proposal. Netherlands: Springer.
Putra, E.P. (2010). Pengembangan Program Penjaminan Mutu Pendidikan Kimia oleh LPMP. Disertasi Doktor pada SPS UPI: tidak diterbitkan.
Schone, B.J. (2011). Engaging Interactions For e-Learning. [Online]. Tersedia:
http://www.EngagingInteractions.com [1 Desember 2011]
Sheard, J dan Carbone, A. (2008). ICT Teaching and Learning in a New Education
Paradigm: Lecturers‟ Perception versus Students‟ Experience. Australian Computer Society.88, November 2008.
Silabus Ikatan Kimia.[On line]. Tersedia: http://mipa.ugm.ac.id/downlo [31 Agustus 2010]
http://kimia.unp.ac.id unp.content/uploads/2010,[31 Agustus 2010]
http://silabus.upi.edu/index.php?link=detail&code=KIM, [31 Agustus 2010]
http://www.mc.edu/campus/users/mager/411_5411che_syllabus.pdf, [31 Agustus 2010]
http://www.bu.edu/chemistry/undergrad/course,
http://www.KLE-UGAIET-chemistry//syllabus.html. [31 Agustus 2010]
Sirhan, G. (2007). Learning Diffficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education. 4, Issue 2, September 2007.
Song, D. H. et al. (2005). “Patterns of Instructional-Design Factors Prompting Reflective Thinking in Middle-School and Collage Level Problem-Based
Learning Environment”. Journal of Instructional Science. 34, (09), 63-87.
Somekh. (1997). Using Information Technology Effectively in Teaching and Learning. London: Routledge.
Sunarya, Y. (2000). Ikatan Kimia. Bandung: JICA-UPI.
Strampel, K dan Oliver,R. (2007). Using Technology to Foster Reflection in Higher Education. Proceeding Ascillte : Singapore.
Taggart. (2005). Promoting Reflective Thinking in Teachers: 50 Action Strategies. [On line]. Tersedia: http://www.corwinpress.com [27 Januari 2009].
Talanquer, V., Scantlebury, K. dan Dukerich, L. (2009). The Continum of Secondary Science Teacher Preparation: Knowledge, Question, and Research Recommendations. Sense Publisher: Arizona.
Tan, S. K. dan Goh, K. N. (2008). “Re-interpreting Assessment: Society,
Measurement and Meaning”. Paper presented at the IAEA 2008 Annual
Conference.
Tan, D dan Treagust, DF. (1999). Evaluating Students‟ Understanding of Chemical Bonding. School Science Review. September 1999.
Tasker, R dan Dalton, R (2006). “Research into Practice:Visualisation of the
Molecular World Using Animations”. Journal Chemistry Education Research
and Practice. l7, (2), 141-159.
Thiagarajan, S. et al. (1974). Instructional development for training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University.
Tuvi, I.A dan Gorsky, P. (2007). ” New Visualization tools for Learning Molecular Symmetry: a Preliminary Evauation.” Journal the Royal Society of Chemistry.,
8, (4), 61-72.
Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Yezierski , E. J. (2006). “Misconceptios About the Particulate Nature of Matter Using
Animations to Close the Gender Gap”. Journal of Chemical Education. 83, 6 Juni 2006.
Zenios, M. et al. (2006). Designing to Facilitate Learning through Networked Technology: Factors Influencing the Implementation of Digital Resources in Higher Education. Australia. CSALT.