• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA BERBASIS E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF BAGI MAHASISWA CALON GURU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA BERBASIS E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF BAGI MAHASISWA CALON GURU."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... Ii

PERNYATAAN... Iii

KATA PENGANTAR... Iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

ABSTRAK... Ix ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.Latar Belakang... 1

B.Rumusan Masalah... 9

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian... 10

D.Penjelasan Istilah... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

A.Keterampilan Berpikir Reflektif... 13

B.E-learning dalam Pembelajaran Kimia... 21

C.Materi Ikatan Kimia... 27

D.Penelitian yang Relevan... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

A.Paradigma Penelitian... 47

B.Metode Penelitian... 49

1. Studi pendahuluan (Define)... 51

2. Perancangan program pembelajaran (Design)... 52

3. Pengembangan program pembelajaran (Develop)... 53

(2)

D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data... 54

E.Teknik Pengolahan Data... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN, TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 57

A.Hasil Penelitian... 57

1. Studi pendahuluan (Define)... 58

2. Perancangan pembelajaran (Design)... 67

a. Model pembelajaran... 67

b. Validasi ahli... 69

c. Realisasi pembelajaran dalam bentuk Web TUTOR 72 3. Pengembangan (Develop)... 75

a. Uji coba terbatas... 76

b. Perbaikan dan validasi... 94

c. Ujicoba diperluas... 107

B.Temuan dan Pembahasan... 128

1. Karakteristik pembelajaran Ikatan Kimia berbasis e-learning... 128 2. Meningkatkan keterampilan berpikir reflektif ... 134

3. Indikator berpikir reflektif yang dikembangkan dalam pembelajaran... 138 4. Peningkatan pemahaman konsep Ikatan Kimia. 140 5. Kendala yang ditemui dalam pembelajaran... 141

6. Tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran... 142

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 144

A. Kesimpulan... 144

B. Implikasi... 146

C. Saran ... 146

DAFTAR PUSTAKA... 147

(3)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Materi Ikatan Kimia di Beberapa Perguruan Tinggi di

Indonesia………. 30

Tabel 2.2 Materi Ikatan Kimia di Beberapa PT Luar Negeri... Tabel 2.3 Analisis Konsep Materi Inti Mata Kuliah Ikatan Kimia... Tabel 2.4 Penelitian yang Relevan... 31 36 44 Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data……….. 55

Tabel 4.1 Tahapan dan Hasil Penelitian... 57

Tabel 4.2 Materi Ikatan Kimia SMA, PT dan Saran untuk Calon Guru………... 60

Tabel 4.3 Validasi Ahli dan Perbaikan yang Dilakukan... 69

Tabel 4.4 Hasil Uji Coba Keterpakaian... 77

Tabel 4.5 Skor Pretes-Postes dan N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif ……… 82

Tabel 4.6 Skor Prediksi Mahasiswa... 83

Tabel 4.7 Skor Klarifikasi Mahasiswa Calon Guru... 85

Tabel 4.8 Skor Pretes, Postes, dan N-Gain Kemampuan Relevansi ... 87

Tabel 4.9 Konsep yang Digunakan Mahasiswa dalam Pretes-Postes... 90

Tabel 4.10 Penguasaan Konsep Mahasiswa Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Beserta N-Gain... 91

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran………. 93

Tabel 4.12 Deskripsi Pembelajaran Ikatan Kimia Berbasis e-learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Reflektif... 97

Tabel 4.13 Keterampilan Berpikir Reflektif mahasiswa... 115

Tabel 4.14 Kemampuan dalam Prediksi oleh Mahasiswa... 117

Tabel 4.15 Kemampuan Mahasiswa dalam Klarifikasi... 119

Tabel 4.16 Kemampuan Mahasiswa dalamRelevansi... 121

Tabel 4.17 Data Uji Statistik Keterampilan Berpikir Reflektif dan Indikatornya………... 123

Tabel 4.18 Pemahaman Mahasiswa terhadap Materi Ikatan Kimia... 125

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kedudukan Berfikir Reflektif terhadap Berpikir Dasar dan Berpikir Tingkat Tinggi... Gambar 2.2 Struktur Materi Ikatan Kimia Perguruan Tinggi dan

Materi yang Mendasarinya... Gambar 2.3 Struktur Materi Ikatan Kimia SMA dan Materi yang

Mendasarinya... Gambar 2.4 Pengembangan Pembelajaran Ikatan Kimia...

17

32

33

46

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian... 47

Gambar 3.2 Desain Penelitian... 50

Gambar 4.1 Materi Ikatan Kimia yang Dibutuhkan Guru... 59

Gambar 4.2 Struktur Materi Ikatan Antar Atom... 64

Gambar 4.3 Karakterisrik Mahasiswa Calon Guru PT A Berkaitan dengan e-learning... 65

Gambar 4.4 Karakterisrik Mahasiswa Calon Guru PT B Berkaitan dengan e-learning... 66

Gambar 4.5 Pembelajaran e-learning Ikatan Kimia Teoritis... 71

Gambar 4.6 Gambaran Umum Keterkaitan Ikatan Kimia Perguruan Tinggi, Proses Pembelajaran dan Penguasaan Materi Ikatan Kimia………. 75

Gambar 4.7 Karakterisrik Mahasiswa Berkaitan dengan Pendukung e-learning……….. 78

Gambar 4.8 Presentase Jumlah Mahasiswa dengan Tipe Belajar e-learning……….. 80

Gambar 4.9 Persen N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa……… 81

Gambar 4.10 Persen N-Gain Prediksi Mahasiswa Calon Guru... 83

Gambar 4.11 Persen N-Gain Klarifikasi Mahasiswa Calon Guru... 86

Gambar 4.12 N-Gain Mahasiswa dalam Relevansi... 88

Gambar 4.13 Rata-rata Persen N-Gain Keterampilan Berfikir Reflek-tif dan Indikatornya untuk Mahasiswa Calon Guru……. 89

Gambar 4.14 Persen N-Gain Pemahaman Mahasiswa... 92

Gambar 4.15 Tahapan Pembelajaran yang Diperbaiki... 95

Gambar 4.16 Karakteristik Mahasiswa PT Berkaitan dengan e-learning………... 107

Gambar 4.17 Pembelajaran Salahsatu Mahasiswa Melalui Siklus TUTOR untuk Kestabilan Atom... 110

Gambar 4.18 Persentase N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa ………... 116

Gambar 4.19 Persentase N-Gain Kemampuan Prediksi Mahasiswa.... 118

(5)

Gambar 4.21 Persentase N-Gain Kemampuan Mahasiswa dalam

Relevansi……….. 122

Gambar 4.22 Persentase N-Gain Keterampilan Berfikir Reflektif Mahasiswa dan Indikatornya... Gambar 4.23 Rata-rata N-Gain Setiap Materi LPTK A dan LPTK B...

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Angket/Kuesioner Bapak/Ibu Guru kimia………... 153

Lampiran A.2 Angket untuk Mahasiswan………... 154

Lampiran A.3 Deskripsi Pembelajaran Awal……….. 156

Lampiran A.4 Permasalahan dan Jawaban dalam Pembelajaran………… 168

Lampiran A.5 Jawaban Tes………. 174

Lampiran A.6 Validasi Ahli……… 176

Lampiran A.7 Halaman TUTOR untuk Mahasiswa dan Dosen…………. 180

Lampiran A.8 Gambaran Hubungan Pembelajaran dengan Penguasaan Konsep………. 186

Lampiran A.9 Contoh pembelajaran yang dilakukan Mahasiswa……… 188

Lampiran A.10 Angket Tanggapan Mahasiswa……… 197

Lampiran A.11 Validasi Setelah Ujicoba Terbatas……….. 199

Lampiran A.12 Pedoman Singkat Penggunaan TUTOR……….. 200

Lampiran B.1 Data Ujicoba Soal………. 206

Lampiran B.2 Skor Pretes Berpikir Reflektif Ujicoba Terbatas………….. 214

Lampiran B.3 Data N-gain Ujicoba Terbatas……….. 224

Lampiran B.4 Statistik Ujicoba Terbatas……… 228

Lampiran B.5 Skor Ujicoba Diperluas……… 240

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kimia adalah cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan salah satu

pengetahuan yang penting untuk dipelajari (Sirhan, 2007). Memahami kimia

merupakan jalan untuk menjelaskan tentang fenomena yang ada di lingkungan

sekitar, hal ini disebabkan kajian kimia yang tidak terlepas dari kehidupan. Guna

mendapatkan manfaat ilmu kimia, kimia dipelajari semenjak Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dilanjutkan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan di

Perguruan Tinggi (PT) bagi yang mempelajari bidang yang berkaitan langsung

atau tidak langsung dengan kimia. Mempelajari kimia dari tingkatan yang berbeda

tersebut mengalami reduksi didaktis secara vertikal maupun horizontal yang

disesuaikan dengan tahapan pendidikan pembelajar.

Kajian kimia seperti yang ditulis di atas yang berkaitan dengan alam sekitar

dan kehidupan meliputi struktur materi, komposisi, sifat, perubahannya serta

energi yang terlibat dalam perubahan tersebut. Kajian kimia ini menimbulkan

kesulitan dan kesalahan konsep bagi pembelajar karena sebagian besar berkaitan

dengan konsep abstrak. Kesulitan belajar dan kesalahan konsep ini dimulai dari

tingkatan sekolah menengah sampai perguruan tinggi seperti yang dilaporkan Tan

dan Treagust (1999). Taber juga menemukan pembelajar yang kesulitan

memahami konsep-konsep sentral dalam kimia (Sirhan 2007). Konsep-konsep

(8)

merupakan konsep inti dan landasan belajar kimia lebih lanjut atau pendukung

cabang IPA dan ilmu yang lain. Calon guru kimia sebagai pembelajar di tingkat

perguruan tinggi telah mengalami pembelajaran kimia semenjak sekolah

menengah dan tidak luput dari kesulitan dan kesalahan konsep ini. Konsep yang

sulit dipahami dan menjadi kesulitan bagi calon guru salah satunya adalah ikatan

kimia. Permasalahan ini muncul disebabkan prior knowledge calon guru

(Oskay & Dincol, 2011). Sirhan (2007) menambahkan beberapa faktor penyebab

permasalahan dalam belajar ikatan kimia yaitu komposisi kurikulum kimia yang

dilewati pembelajar, permasalahan dalam kerja memori pembelajar, bahasa dan

komunikasi serta motivasi pembelajar. Permasalahan yang dihadapi pembelajar

dan calon guru kimia ini hendaknya menjadi perhatian Lembaga Pendidikan calon

guru kimia

Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebagai institusi

pendidikan merupakan wadah proses pendidikan calon guru. Pendidikan calon

guru meliputi pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan

guru untuk menjalankan tugasnya. Guru dalam melaksanakan tugas hendaknya

memahami bahwa tugas guru adalah sebuah profesi yang harus dikerjakan secara

profesional. Schulman menyatakan ciri-ciri keprofesionalan seorang pendidik

adalah sebagai berikut: diakui oleh masyarakat, memiliki sekumpulan bidang ilmu

pengetahuan dan keterampilan sebagai landasan sejumlah teknik dan prosedur

yang unik. Ciri selanjutnya, diperlukan persiapan yang sengaja dan sistematis

sebelum melaksanakan pekerjaan profesional, memiliki mekanisme untuk

(9)

memiliki organisasi profesional untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat

(Darling dan Bransford 2005).

Penegasan guru sebagai pendidik profesional tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 yang menyatakan guru

sebagai tenaga profesional pada jalur pendidikan formal. Fungsi guru profesional

adalah meningkatkan mutu pendidikan nasional yang menjadikan guru wajib

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi (kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional), sehat jasmani dan

rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Guru profesional ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 16 tahun 2009

(DepPAN dan RB No16, Tahun 2009) yang menyatakan guru adalah pendidik

profesional yang bertugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih dan mengevaluasi peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan

guru dalam pembelajaran meliputi penyusunan perencanaan, melaksanakan,

menilai, mengevaluasi dan merencanakan perbaikan dan pengayaan pembelajaran.

Guru profesional diharapkan juga mengembangkan diri secara berkelanjutan

melalui pendidikan formal, pelatihan, kegiatan yang mengembangkan kualifikasi

dan kompetensi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(iptek) serta seni, publikasi ilmiah, menghasilkan karya inovatif maupun

(10)

Berdasarkan uraian di atas guru profesional mempunyai

komponen-komponen: kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, adanya

mekanisme penjaringan, sehat jasmani dan rohani, mempunynai sekumpulan

bidang ilmu dan kompetensi, adanya persiapan, pelaksanaan praktek profesional

serta evaluasi untuk peningkatan kualitas professional. Komponen lain adalah

pengakuan dari masyarakat, adanya organisasi profesi dan pengembangan profesi

berkelanjutan sejalan perkembangan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Diantara komponen guru profesional adalah mempunyai sekumpulan bidang

ilmu dan keterampilan serta pengembangan profesi berkelanjutan. Ilmu dan

keterampilan serta upaya pengembangan profesi berkelanjutan ini dibekalkan

kepada guru semenjak menjalani pendidikan di LPTK. Calon guru kimia

khususnya yang menjalani pendidikan di LPTK tidak terlepas dari pembekalan

tersebut salahsatunya melalui pembelajaran ikatan kimia.

Perkuliahan ikatan kimia merupakan salah satu perkuliahan wajib di LPTK

yang termasuk rumpun mata kuliah kimia fisika. Ikatan kimia sebagaimana ilmu

kimia secara umum, dalam pembelajarannya meliputi tiga level berpikir yaitu

level makroskopik yang bisa diamati, level sub mikroskopis yang tidak dapat

diamati dan level simbolik. Ketiga level tersebut harus bisa disajikan oleh guru

atau dosen sehingga tidak terjadi salah interpretasi (Tasker & Dalton, 2006).

Konsep-konsep dalam ikatan kimia berada dalam wilayah sub mikroskopis atau

wilayah molekular yang bersifat abstrak. Selain itu perkuliahan ikatan kimia kaya

akan prinsip yang dapat digunakan mahasiswa untuk menjelaskan permasalahan

(11)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, calon guru telah melalui

pembelajaran ikatan kimia semenjak sekolah menengah dan dilanjutkan dalam

pembekalan di LPTK. Penelitian menunjukkan prior knowledge yang dibawa

calon guru saat masuk LPTK berpotensi untuk membuat mahasiswa calon guru

kesulitan dalam belajar ikatan kimia (Sirhan, 2007). Penelitian ini didukung oleh

Talanquer et al. (2009) yang menyatakan bahwa prior knowledge calon guru akan

mempengaruhi bagaimana calon guru memahami pembelajaran yang diikutinya

dan calon guru dalam beberapa temuan memiiki konsep yang lemah berkaitan

dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya. Berdasarkan studi lapangan mengenai

pembelajaran ikatan kimia, memperkuat hasil penelitian mengenai kesulitan

belajar. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam belajar ikatan kimia tetapi ada

upaya untuk membantu mahasiswa calon guru memahami konsep ikatan kimia,

seperti penggunaan model tiga dimensi (molimod) dan penugasan pembuatan

model tiga dimensi untuk membantu mahasiswa memahami level

sub mikroskopis. Upaya ini tidak bertahan lama karena mahasiswa tidak dapat

menerapkan pengetahuannya terhadap permasalahan ikatan kimia yang diberikan.

Keterbatasan mahasiswa calon guru dalam pembelajaran ikatan kimia juga

terlihat dalam menjelaskan grafik atau gambar. Contoh kasus ini mahasiswa

memahami proses pembentukan ikatan kovalen dan energi yang terlibat di dalam

proses tersebut tetapi tidak dapat menjelaskan gambar energi potensial

pembentukan ikatan kovalen. Demikian pula, mahasiswa memahami faktor-faktor

yang mempengaruhi energi kisi ikatan ion tetapi tidak dapat menjelaskan grafik

(12)

permasalahan atom yang stabil tetapi tidak mampu atau ragu-ragu menjelaskan

mengapa jawaban tersebut yang dipilihnya. Intinya mahasiswa tidak dapat

memberikan alasan berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Mahasiswa tidak

menganggap hal ini suatu masalah karena mahasiswa lebih menyukai soal yang

sesuai dengan contoh yang diberikan dalam pembelajaran. Mahasiswa

mempermasalahkan soal yang “rumit” karena lebih kompleks dibanding contoh

yang diberikan (hasil studi lapangan).

Permasalahan calon guru ini jika tidak dicarikan pemecahannya akan

berdampak pada kinerja guru kimia di lapangan yang akan mengajarkan ikatan

kimia di sekolah menengah. Putra (2010) menemukan salah satu materi yang

dipermasalahkan guru dalam membelajarkan siswa adalah materi ikatan kimia.

Diperlukan pembelajaran ikatan kimia yang tidak sekedar memberikan

pengetahuan dan pemahaman. Diperlukan keterampilan untuk menjelaskan suatu

permasalahan yang sudah dijawab benar oleh mahasiswa calon guru, keterampilan

mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, sehingga dalam menyelesaikan

suatu permasalahan dapat dijelaskan dengan pengetahuan atau konsep yang sudah

dipahami. Mahasiswa calon guru perlu keterampilan dalam menyelesaikan

permasalahan yang kompleks dengan mengetahui apa yang belum diketahui, apa

yang sudah diketahui dan pengetahuan apa yang diperlukan. Dengan memahami

posisi pengetahuannya mahasiswa calon guru akan termotivasi untuk belajar lebih

lanjut. Keterampilan ini diperlukan karena permasalahan yang akan dihadapi

sebagai guru akan lebih kompleks yang membutuhkan pengetahuan dan

(13)

untuk melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang sesuai dengan

kebutuhannya untuk meningkatkan keprofesionalitasnya.

Keterampilan yang memungkinkan menjawab permasalahan di atas adalah

keterampilan berpikir reflektif, karena berpikir reflektif menurut Dewey adalah

suatu tipe berpikir tingkat tinggi yang bersifat aktif, berkelanjutan dan teliti

terhadap keyakinan yang didasari pengetahuan (Fisher, 2004). Chen (2002)

mendukung pendapat Dewey melalui temuannya bahwa berpikir reflektif

diperlukan dan penting bagi profesional untuk mengembangkan profesionalitas

berkelanjutan, karena mendorong untuk belajar lebih lanjut dan meningkatkan

keterampilan berpikir lainnya.

Keterampilan berpikir reflektif dapat berkembang dalam situasi yang

mendukung. Lipman (2003) menyatakan situasi reflektif adalah peserta didik

digerakkan untuk berpikir tentang permasalahan atau fenomena yang ada di alam,

pembelajaran yang diberikan mendorong rasa ingin tahu dan memperlihatkan

keterkaitan antar materi pembelajaran serta pembelajaran berlangsung dalam

komunitas dengan interaksi belajar maupun sosial.

Beberapa lembaga pendidikan dan pengembangan profesional guru telah

melakukan pembelajaran alternatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir

reflektif yang bermanfaat bagi mahasiswa calon guru. Manfaat ini dapat dirasakan

selama masa mahasiswa dan setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikan di

LPTK (Lee, 2005).

Berdasarkan karakteristiknya mata kuliah ikatan kimia merupakan mata

(14)

berpikir reflektif mahasiswa calon guru. Berdasarkan analisis terhadap materi

ikatan kimia di sekolah menengah dan perguruan tinggi diperoleh hasil bahwa

materi ini didominasi konsep yang berada di wilayah sub mikroskopis. Khan

(2005), Tasker dan Dalton (2006) menyatakan wilayah ini merupakan sumber

miskonsepsi dan tantangan bagi mahasiswa. Materi ikatan kimia juga mengalami

reduksi didaktis yang mejadi bekal pengetahuan awal calon guru yang perlu diurai

untuk melihat pemahaman calon guru. Karena itu perlu pengembangan

pembelajaran agar mudah dipahami dan memberikan pengalaman belajar yang

mendukung berpikir reflektif yaitu dapat melakukan penilaian terhadap

pembelajaran yang dilakukan dan adanya interaksi sosial (Chen, 2002).

Keterampilan berpikir reflektif dapat dibekalkan dengan berbagai cara yaitu

melalui praktek profesional guru (Chen, 2002) dan Maor (2007) melakukan

pembelajaran peer learning secara on line untuk membekalkan keterampilan

berpikir reflektif. Tan dan Goh (2008) melakukan pembelajaran di kelas dengan

memberikan pertanyaan jika... maka selama pembelajaran berlangsung untuk

mendorong berpikir reflektif. Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa

pembelajaran berpikir reflektif dapat dilakukan secara tatap muka maupun

dengan bantuan jaringan (on line ). Berdasarkan materi ikatan kimia yang berada

pada wilayah sub mikroskopis dan potensinya untuk membekalkan keterampilan

berpikir reflektif diperlukan pembelajaran yang dapat membantu penjelasan

materi ikatan kimia sekaligus mendukung keterampilan berpikir reflektif.

E-learning sebagai alternatif pembelajaran mempunyai keunggulan dapat

(15)

memfasilitasi untuk mengetahui keragaman prior knowledge, belajar mandiri

sekaligus dapat melakukan interaksi dalam pembelajaran. Kondisi e-learning

merupakan keadaan yang mendukung berpikir reflektif yang membutuhkan

interaksi dan pencatatan pengetahuan awal menjadi pengetahuan yang dipelajari

pembelajar. Penelitian sebelumnya telah membuktikan e-learning sukses dalam

membantu memvisualisasikan pembelajaran tanpa meninggalkan interaksi sosial

(Tuvi & Gorsky 2007; Tasker & Dalton, 2006).

E-learning sebagai produk ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan seni

diharapkan dapat membantu calon guru untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan. Sebagai calon guru yang akan menghadapi tantangan dalam

pelaksanaan tugas keprofesian dan pengembangan keprofesionalan sejalan iptek

dan seni calon guru perlu dibekali pengalaman pembelajaran dengan

memanfaatkan e-learning.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah pengembangan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning

untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru?

Rumusan masalah diuraikan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning

untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif calon guru?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon

(16)

3. Indikator berfikir reflektif apa yang dikembangkan dalam pembelajaran

ikatan kimia berbasis e-learning?

4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep ikatan kimia mahasiswa

calon guru setelah mengikuti pembelajaran ikatan kimia berbasis

e-learning ?

5. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran ikatan kimia

berbasis e-learning bagi mahasiswa calon guru?

6. Kendala apa saja yang ditemui dalam pembelajaran ikatan kimia berbasis

e-learning bagi mahasiswa calon guru?

C. Tujuan dan Manfaaat Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang

diajukan maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning untuk

meningkatkan keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru.

2. Meningkatkan keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman konsep

Ikatan kimia mahasiswa calon guru kimia.

Pencapaian tujuan penelitian sebagaimana yang dituliskan di atas

diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Sebagai bentuk pengembangan dan contoh model pembelajaran untuk

LPTK yang memberikan pembekalan bagi calon guru yang bukan sekedar

(17)

reflektif yang diperlukan calon guru selama menjadi mahasiswa dan

pengembangan profesi berkelanjutan

2. Sebagai masukan bagi LPTK mengenai pembelajaran e-learning berupa

kelebihan dan kekurangannya, serta faktor pendukung dan faktor

penghambat keterlaksanaannya

3. Alternatif pembelajaran bagi dosen, guru dan mahasiswa berupa

pembelajaran e-learning untuk berpikir reflektif yang dapat diterapkan

pada mata kuliah/pelajaran lain dengan penyesuaian sesuai karakternya

masing-masing.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan agar memudahkan memahami maksud

penelitian ini dan menjelaskan cakupan penelitian yang dilakukan. Beberapa

definisi yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Ikatan kimia adalah mata kuliah yang wajib diikuti mahasiswa calon guru

kimia. Mata kuliah ini berisi kajian teori mekanika kuantum dan

jenis-jenis ikatan kimia (National Standard Teacher Asociation, 2003). Pada

penelitian ini ikatan kimia yang dibahas adalah ikatan kimia antar atom.

2. E-learning dalam penelitian ini merupakan pembelajaran dengan

menggunakan teknologi multimedia dan internet yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran (Holmes & Gardner, 2006).

3. Keterampilan berpikir reflektif berupa keterampilan berpikir yang pertama

(18)

ini adalah definisi yang telah mengalami perkembangan menjadi berpikir

reflektif berupa jalinan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian memaparkan tentang paradigma penelitian, metode

penelitian berupa Research and Development (R&D) dengan model 3D, lokasi

dan subjek penelitian. Diuraikan juga mengenai instrumen penelitian dan teknik

pengumpulan data.

A. Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan pengembangan pembelajaran ikatan kimia berbasis

e-learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif bagi mahasiswa

calon guru. Cara pandang dalam penelitian ini atau yang disebut dengan

paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Pembelajaran berbasis e-learning

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian.

Materi Ikatan Kimia spesifik ,konsep abstrak Mahasiswa Calon

Guru Kimia

SKGP Kimia Pembelajaran berbasis e-learning  visualisasi

 interaksi

 mengakomodasi perbedaan Keterampilan berpikir

reflektif

PEMBELAJARAN IKATAN KIMIA BERBASIS E-LEARNING BAGI MAHASISWA CALON GURU

Materi/ media pendukung Berisi permasalahan Materi landasan

(20)

Calon guru kimia adalah mahasiswa pendidikan kimia yang dipersiapkan

menjadi guru. Selama dalam pendidikan diharapkan dapat memenuhi kompetensi

penguasaan bidang studi kimia yaitu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep

esensial dalam kimia dan mengaitkan konsep-konsep kimia serta fungsinya untuk

memahami dan memecahkan masalah-masalah kimia. Selain itu diharapkan calon

guru kimia mampu mencari informasi yang berkaitan dengan ilmu kimia melalui

media terutama internet. Diharapkan calon guru mampu menilai diri sendiri dan

menggunakannya untuk memperbaiki kinerjanya.

Keterampilan berpikir reflektif adalah salah satu bentuk keterampilan yang

diperlukan dan bermanfaat bagi calon guru maupun setelah menjadi guru.

Keterampilan ini dapat mendorong calon guru belajar lebih lanjut yang

bermanfaat untuk pengembangan konsep calon guru dan pengembangan

profesional guru.

Ikatan kimia adalah salah satu mata kuliah pada pendidikan calon guru

kimia. Materi ini membahas landasan teori dan teori yang menjelaskan ikatan

kimia. Pembelajaran dimulai dengan kajian teori atom modern yang dititik

beratkan pada teori atom mekanika kuantum, membahas bermacam ikatan antar

atom dan antar molekul dan bagaimana menjelaskan sifat materi berdasarkan

ikatan yang terdapat pada materi tersebut. Pembahasan juga mencakup geometri

molekul dan bagaimana secara teori menjelaskan fakta- fakta menarik tentang

materi ditinjau dari geometrinya. Pada penelitian ini materi yang dikaji adalah

ikatan antar atom meliputi kestabilan atom, ikatan kimia, ikatan kovalen, ikatan

(21)

Bahasan ikatan kimia lebih banyak pada daerah sub mikroskopik. Kondisi

ini memerlukan bantuan media atau metoda pembelajaran yang mendukung

pemahaman, visualisasi dan interaksi yang dapat diakomodir dengan e-learning.

Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning yang dikembangkan berisi

permasalahan yang berfungsi memancing pengetahuan awal mahasiswa.

Permasalahan juga memancing interaksi dan belajar lebih lanjut agar tujuan

pembelajaran berpikir reflektif dapat terwujud.

Permasalahan yang diangkat dalam pembelajaran merupakan permasalahan

yang berkaitan dengan ikatan kimia. Pemecahan masalah menuntut pemahaman

konsep dan dapat menjadikannya sebagai landasan pemecahan masalah.

Mahasiswa diharapkan dapat memadukan beberapa konsep untuk saling

menunjang jawaban yang diberikan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan

pengembangan dengan model 3D yang merupakan modifikasi model 4D dari

Thiagarajan, et al. (1974). Kegiatan 3D meliputi Define yaitu pengumpulan data

dari berbagai sumber sesuai dengan informasi yang dibutuhkan, Design dengan

kegiatan merancang program pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning

untuk meningkatkan keterampilan berpikir reflektif. Kegiatan berikutnya Develop

yaitu kegiatan mengembangkan pembelajaran. Desain penelitian secara jelas dapat

(22)

Studi Pendahuluan

Standar Kompetensi Guru Pemula Kimia (SKGP)

National Standard Teacher Association (NSTA)

Standar isi dan kompetensi kimia SMA

Silabus Ikatan Kimia PT (LPTK dan non LPTK)

Gambar 3.2 Desain Penelitian

(23)

1. Studi Pendahuluan (Define)

Studi pendahuluan bertujuan untuk persiapan pengembangan. Pada

tahapan ini yang dilakukan adalah studi pustaka dan lapangan. Studi pustaka

mengenai SKGP guru kimia dan NSTA yang berkaitan dengan pembekalan

materi ikatan kimia untuk calon guru. Didapatkan kompetensi guru untuk ikatan

kimia terdiri dari kompetensi inti, kompetensi tambahan dan kompetensi

pendukung. Dimana kompetensi tersebut merupakan materi minimal untuk calon

guru.

Dilakukan analisis terhadap silabus ikatan kimia di Perguruan Tinggi

LPTK ataupun non LPTK yang ada di Indonesia dan di luar Indonesia. Dilakukan

studi mengenai standar kompetensi dan isi yang berkaitan dengan ikatan kimia di

SMA. Studi pustaka juga mempelajari e-learning dalam pembelajaran kimia serta

keterampilan berpikir reflektif sebagai keterampilan yang dibutuhkan calon guru.

Dikaji juga mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan untuk melihat

posisi penelitian ini.

Dilakukan studi lapangan mengenai materi ikatan kimia yang dibutuhkan

guru dengan cara memberikan kuesioner kepada 12 orang guru kimia. Dilakukan

juga studi lapangan mengenai pembelajaran ikatan kimia di LPTK. Selanjutnya

dilakukan kuesioner kepada calon guru kimia mengenai kebiasaan, fasilitas dan

(24)

2. Perancangan Program Pembelajaran (Design)

Berdasarkan kajian pustaka dan studi lapangan dilakukan analisis sehingga

ditetapkan tujuan pembelajaran, materi yang mendukung pencapaian tujuan

pembelajaran dan indikator yang digunakan. Perancangan dilanjutkan dengan

pembuatan deskripsi pembelajaran yang menggambarkan hubungan antara

konsep, indikator, pembelajaran dan asesmen yang digunakan. Asesmen yang

digunakan adalah soal uraian yang membutuhkan pemecahan sesuai dengan

indikator yang dikembangkan sebanyak 10 buah. Soal divalidasi bersamaan

dengan deskripsi pembelajaran dan diujicobakan kepada mahasiswa calon guru.

Data-data mengenai ujicoba soal dapat dilihat pada lampiran Untuk mengukur

pencapaian indikator dan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran yang

dikembangkan disusun instrumen penelitian berupa kuesioner dan soal penilaian

keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman calon guru terhadap konsep ikatan

kimia.

Tahapan selanjutnya adalah membuat storyboard dan pembelajaran

e-learning teoritis. Storyboard dan pembelajaran teoritis dikembangkan menjadi

pembelajaran e-learning dengan mengajukan kepada pengembang web untuk

didiskusikan mengenai pengembangannya. Pengembang mengembangkan web

yang telah disepakati dan materi ikatan kimia yang sesuai dengan deskripsi

(25)

3. Pengembangan Program Pembelajaran (Develop)

Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning yang sudah dirancang

diujicoba dengan ujicoba terbatas yaitu penggunaan pembelajaran kepada tiga

orang mahasiswa calon guru dan dilakukan perbaikan. Dilakukan juga validasi

oleh tiga orang ahli, satu ahli bidang pendidikan IPA, satu ahli bidang kimia

fisika dan satu ahli pembelajaran jarak jauh. Hasil ujicoba terbatas dan validasi

ahli digunakan untuk perbaikan pembelajaran.

Pembelajaran yang sudah diperbaiki diujicoba ulang kepada 19 orang

mahasiswa calon guru kimia. Mahasiswa yang melakukan ujicoba pembelajaran

merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Pembelajaran

yang dilakukan adalah model pembelajaran e-learning.

Sebelum melakukan pembelajaran mahasiswa dikumpulkan untuk

melakukan pretes dan pengambilan identitas untuk dientri menjadi nomor user

dan password. Nomor user dan password didistribusikan kepada mahasiswa dan

mahasiswa diminta melakukan pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning.

Bagi mahasiswa yang kesulitan login diadakan simulasi. Pembelajaran dilaporkan

melalui format on-line. Selama pembelajaran dilakukan diskusi dan pemecahan

permasalahan yang diberikan. Setelah melakukan pembelajaran dilakukan postes.

Ujicoba diperluas dilakukan pada dua tempat yaitu di salahsatu LPTK di

(26)

C. Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat. Pengumpulan data studi

pendahuluan berupa kajian pustaka dilakukan di salahsatu perguruan tinggi di

Bandung. Studi lapangan dilakukan di Sulawesi Tengah berupa survei kebutuhan

guru (12 orang guru) dan karakteristik mahasiswa yang berkaitan dengan

e-learning (30 orang). Karakteristik mahasiswa yang berkaitan dengan e-learning

juga dikumpulkan di Bandung berupa kuesioner (30 orang yang mengembalikan

27 orang).

Ujicoba keterpakaian dilakukan oleh tiga mahasiswa calon guru kimia dan

ujicoba terbatas dilakukan di sebuah perguruan tinggi di Bandung yang

melibatkan subyek penelitian 19 mahasiswa calon guru yang mengambil mata

kuliah Kimia Fisika Empat. Mata kuliah ini membahas materi Ikatan Kimia. Saat

penelitian dilakukan mahasiswa belum memasuki materi Ikatan (materi yang

sedang dipelajari adalah Hidrogen Like Ion yang merupakan materi sebelum

Ikatan Kimia). Ujicoba lebih luas dilakukan di Palu dan Bandung. Masing-masing

19 dan 28 mahasiswa.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data yang

diperlukan dalam tiap tahapan. Studi pendahuluan dan perancangan pembelajaran

memerlukan data mengenai materi yang diperlukan guru yang berkaitan dengan

materi ikatan kimia. Karakteristik user dilakukan untuk mengetahui faktor

(27)

Tahapan pengembangan memerlukan data penilaian deskripsi pembelajaran

dan pembelajaran dari validator. Mahasiswa memberikan penilaian mengenai

pembelajaran dengan mengisi format penilaian . Tahap pengujian memerlukan

data mengenai keterampilan berpikir reflektif dan pemahaman mahasiswa

sebelum dan sesudah pembelajaran. Pengujian pemahaman dan keterampilan

berpikir reflektif dilakukan melalui soal. Soal yang dikembangkan sebanyak

sepuluh buah yang divalidasi diujicobakan pada 45 orang calon guru. Pendapat

mahasiswa mengenai pembelajaran diungkap melalui kuesioner. Berikut disajikan

Tabel 3.1 mengenai data yang diperlukan, sumber data, instrumen yang digunakan

dan teknik pengumpulan data.

Tabel 3.1 Data, Sumber Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

No Data yang Diperlukan Sumber

Data materi yang diperlukan untuk pembelajaran ikatan kimia di SMA

Format validasi deskripsi pembelajaran

Pendapat tentang pembela-

(28)

E. Teknik Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan dilakukan pengolahan dan analisis.Teknik

analisis data penelitian dilakukan sesuai dengan jenis instrumen yang digunakan

yaitu jenis data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif meliputi pendapat

guru mengenai materi ikatan kimia yang diperlukan, karakteristik mahasiswa yang

berkaitan dengan e-learning, penilaian pembelajaran dan pendapat tentang

pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Demikian juga dengan data aktifitas

mahasiswa diolah secara deskriptif. Data kuantitatif berupa keterampilan berpikir

reflektif dan pemahaman mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Skor

pretes dan postes digunakan untuk menghitung N-gain (normalized gain) dengan

rumus:

N-gain

=

� � − � � �

� ��� �� � − � � �

N-gain diinterpretasikan berdasarkan skala Hake (1998) yaitu tinggi jika bernilai

0,71-1, sedang jika bernilai 0,31-0,70 dan rendah jika bernilai 0,00-0,30..

(29)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Berdasarkan hasil, temuan dan pembahasan didapatkan bahwa

pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning dapat meningkatkan keterampilan

berpikir reflektif dan pemahaman mahasiswa secara signifikan pada kelas

e-learning dan pendamping. Hal ini berimplikasi kepada pentingnya e-learning

sebagai alternatif pembelajaran.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal dalam

penelitian ini yaitu:

1. Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning untuk meningkatkan

keterampilan berpikir reflektif mahasiswa memiliki karakteristik:

a) Pembelajaran dimulai dengan permasalahan yang berkaitan dengan

ikatan kimia yang menuntut prediksi, klarifikasi dan relevansi untuk

memotivasi berpikir reflektif. b) Pembimbingan komunitas dan individu.

c) Klarifikasi dan relevansi dalam memberikan jawaban. d) Dosen sebagai

pengarah sehingga pemahaman mahasiswa adalah proses yang

dikendalikan mahasiswa. e) Aktifitas pembelajaran dapat sebagai bahan

penelusuran dosen dan mahasiswa sebagai pendukung berpikir reflektif.

2. Pembelajaran ikatan kimia berbasis e-learning dapat meningkatkan

(30)

dan pembelajaran pendamping dengan N-gain rata-rata masing-masing

0,41 dan 0,51 serta gain yang berbeda secara signifikan dimana

e-learning lebih baik sebagai pendamping mata kuliah reguler.

3. Indikator berpikir reflektif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran

ini adalah prediksi (N-gain rata-rata 0,41 e-learning dan 0,54

pendamping, berbeda signifikan). Klarifikasi ( N-gain rata-rata 0,39 dan

0,51, berbeda secara signifikan. Relevansi ( N-gain 0,20 dan 0,23 tidak

berbeda secara signifikan).

4. Pemahaman mahasiswa terhadap konsep ikatan kimia meningkat dengan

N-gain rata 0,50 untuk e-learning. Kelas pendamping N-gain

rata-rata 0,53, gain kedua kelas ini berbeda secara signifikan. Konsep yang

dipelajari meliputi kestabilan atom, ikatan kimia, ikatan ion, energi kisi,

ikatan kovalen, hibridisasi, orbital molekul, dan ikatan pada logam.

N-gain tertinggi konsep kestabilan atom dan terendah ikatan kovalen.

5. Tanggapan mahasiswa tentang pembelajaran sebagian besar setuju

pembelajaran dapat membuat mahasiswa memikirkan manfaat untuk

profesi guru, mengetahui kekurangan dan kelebihannya dalam belajar,

dan memotivasi untuk belajar lebih lanjut .

6. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran ini adalah koneksi yang

lambat sehingga mempengaruhi jam belajar yang efektif dan peralihan

(31)

B. Implikasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini adalah:

1. Pembelajaran berbasis e-learning dengan fasilitas yang ada dan persepsi

mahasiswa yang cukup mendukung dapat dijadikan alternatif

pembelajaran pendamping.

2. Kerjasama pihak LPTK untuk mendukung lingkungan pembelajaran untuk

keterampilan berpikir reflektif mahasiswa calon guru yang merupakan

aset untuk mengembangkan diri dan mengembangkan profesionalitasnya.

C. Saran

Dengan mengacu kepada kesimpulan penelitian dan implikasi dari

penelitian ini, diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dosen kimia fisika untuk menggali kekuatan ikatan kimia untuk dijadikan

sarana berpikir mahasiswa calon guru. Perlu kesungguhan untuk

menjadikan ikatan kimia sebagai mata kuliah yang disenangi karena dapat

menjelaskan fenomena alam dari sudut ikatan kimia.

2. Pengembang web, dosen dan peneliti untuk bahu membahu membentuk

dan mendukung pembelajaran e-learning yang meningkatkan pemahaman

dan keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa untuk pengembangan diri

dan profesionalnya sebagai guru untuk mewujudkan pengembangan

keprofesian berkelanjutan.

3. Mengembangkan indikator lain (seperti fairness) dari keterampilan

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Akkoyunlu, B dan Soylu, M.Y. (2008). „A Study of Students„ in a Blended Learning Environment Based on Different Learning Styles“. Educational technology and Society, 11, (1), 183-193.

Alonso, D.L dan Blazquez, E.F. (2009).“ Are the Functions of Teachers in e-Learning and Face- to- Face Learning Environments Really Different?“. Educational technology and Society, 12, (4), 331-343.

Arifin, M. et al. (2004). Standar Kompetensi Guru Pemula Lulusan Program Studi Pendidikan Kimia. Jakarta: Dikti.

Arnita, M.T. (2005). Tekhnologi Informasi dalam Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://www.bung-hatta.info/content.php.article.54 [20 April 2010].

CASEMaker Totem. (2000). Why Do You Need to be RAD? USA: CASEMaker Inc.

Chen, A.Y. (2002). “Reflective Thinking and Deep Learning”, dalam Teachers’ Handbook On Teaching Generic Thinking Skills. Singapura: Prentice Hall.

Chevallard, Y dan Ladage, C. (2008). E-learning as a Touchstone for Didactic Theory and Conversely. Journal of E-learning and knowledge Society. 4, (2), June 2008.

Cohen, B.E. dan Nycz, M. (2006). “Learning Objects and E-Learning: an Informing Science Perspective”. Journal of Knowledge and Learning Objects. 28, (2), 91-100.

Costa, A.L. (1985). Developing Minds. A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD .

Cotton, K. (2001). Teaching Thinking Skill. Nothwest Regional Educational Laboratory.

Darling-Hammond, L. dan Bransford, J. (2005). Preparing Teachers for A Changing World. San Francisco: John Wiley and Sons.

(33)

Duit, R. (2007). “Science Education Research Internationally: Conceptions, Research Methods, Domains of Research”. Journal of Mathmatics, Science & Technology Education, 3, (1), 3-15.

Firman, H. (2000). Beberapa Pokok Pikiran Tentang Pembelajaran Kimia di SLTA. Makalah pada diskusi guru mata pelajaran kimia Madrasah Aliyah se Jawa Barat di Balai Penataran Guru, Bandung.

Fisher, A. (2004). Critical Thinking An Introductin. Cambridge: Cambridge University Press.

Gall, et al, (2003). Educational Research: an Introduction. USA: Pearson Education.

Gurol, A. (2011). “Determining the Reflective Thinking Skills of Pre-Service Teachers in Learning and Teaching Process”. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies. 3, (3), 387-402.

Hake, R. R. (1998). “Interactive-engagement vs. traditional methods; a six-thousand

student survey of mechanic test data for introductory physics courses”.

American Journal of Physics. 66, 64-74.

Handbook Oxford Chemistry Departement. (2010). [Online]. Tersedia:

http://www.Chem.Ox.ac.uk. [27 Maret 2009]

Henderson, K., Napan, K dan Monteiro . (2004). Encouraging Reflective Learning: An Online Challenge. Proceeding of the 21stASCILITE Conference: Perth.

Holmes, B. dan Gardner, J. (2006). E-learning, Concepts and Practice. London: SAGE Publications.

Hullfish-Gordon, H dan Smith, P.G. (1961). Reflektive Thinking. New York: Dodd, Mead & Company.

Husu, J, Toom, A., dan Patrikainen, S . (2006). Guided Reflection Promoting ways to Advance Reflective Thinking in Teaching. [Online]. Tersedia:

http://www.leeds.ac.uk/educol/document/57892.html [28 Maret 2011]

Jolliffe et al. (2001). The On line Learning Handbook. London: Kogan Page.

Judy-Yehudit, D. (2002), “Freshman Learning in Web-based Chemistry Course”. The Journal of Chemical Education. 28, (2), 81-90.

(34)

Khan, S. (2005). Constructing Visualizable Models in Chemistry., Montreal, Canada: AERA Confrence

King, FJ. et al (2000) Higher Order Thinking Skill. Educational Service Program.

Kok, A. (2010). C-Thinking via E-learning: “A Conceptual Paper about the Use of

Digital Learning Tools for Reflective Thinking”. International Journal of Digital Society. 1, (3), 12-15.

Lee, J. H. (2005). “Understanding and Assessing Preservice Teacher‟s Reflective Thinking”. Journal Teaching and Teacher Education. 21, (2), 699-715.

Leslie, T. ( 1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. Colorado: Merryll Publishing Company.

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains. Pidato pengukuhan Jabatan guru Besar Tetap UPI dalam Ilmu pendidikan IPA: tidak diterbitkan.

Lipman, M. (2003). Thinking in Education. Cambridge: Cambridge University Press.

Lyall, R. (2005). The Strategies Used by Distance Education Students when Teaching Learning Basic Chemistry. Holland: RSC.

Lydia, T. (2007). “Effectiveness of MORE Laboratory Module in Prompting Student

to Revise Their Molekuler-Level Ideas about Solution”. Journal Chemical Education Research. 84, (1), 71-80.

Maor, D. (2007). Peer-learning and Reflective Thinking in an On-line Community of Learners [On line]. Tersedia: http://www.peer-learing/ EPS/

PES/2011/thompson.hotml [25 Maret 2010]

Massachusetts Institute of Tecnology Opencourse Ware. (2011). Open Course Ware Chemistry. [Online]. Tersedia: http://www.MIT [31 Agustus 2010]

Monk, M. dan Osborne, J. (2000). Good Practice in Science , What Research has to Say. Buckingham: Open University Press.

Moran, J. (2006). Visualizations in Teaching Chemistry. National Center for Supercomputing Application.

(35)

Nouwens, F. (2007). Evaluating Use of an On line Concept Mapping Tool to Support Collaborative Project Based Learning. Proceeding of the 2007 AaeE Conference. Melbourne.

Oskay, O.O dan Dincol, S. (2011). Enhancing Prospective Chemistry Teachers‟

Cognitive Structures in the Topics of Bonding and Hybridization by Internet-Assisted Chemistry Aplication. World Journal on Education Technology. 3, (2), 90-102

Paul, R dan Elder, L. (2004). Critical and Creative Thinking. The Foundation for Critical Thinking.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Mata Pelajaran.

Psillos, et al (2005). Science Teacher Education Issues and Proposal. Netherlands: Springer.

Putra, E.P. (2010). Pengembangan Program Penjaminan Mutu Pendidikan Kimia oleh LPMP. Disertasi Doktor pada SPS UPI: tidak diterbitkan.

Schone, B.J. (2011). Engaging Interactions For e-Learning. [Online]. Tersedia:

http://www.EngagingInteractions.com [1 Desember 2011]

Sheard, J dan Carbone, A. (2008). ICT Teaching and Learning in a New Education

Paradigm: Lecturers‟ Perception versus Students‟ Experience. Australian Computer Society.88, November 2008.

Silabus Ikatan Kimia.[On line]. Tersedia: http://mipa.ugm.ac.id/downlo [31 Agustus 2010]

http://kimia.unp.ac.id unp.content/uploads/2010,[31 Agustus 2010]

http://silabus.upi.edu/index.php?link=detail&code=KIM, [31 Agustus 2010]

http://www.mc.edu/campus/users/mager/411_5411che_syllabus.pdf, [31 Agustus 2010]

http://www.bu.edu/chemistry/undergrad/course,

http://www.KLE-UGAIET-chemistry//syllabus.html. [31 Agustus 2010]

Sirhan, G. (2007). Learning Diffficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education. 4, Issue 2, September 2007.

(36)

Song, D. H. et al. (2005). “Patterns of Instructional-Design Factors Prompting Reflective Thinking in Middle-School and Collage Level Problem-Based

Learning Environment”. Journal of Instructional Science. 34, (09), 63-87.

Somekh. (1997). Using Information Technology Effectively in Teaching and Learning. London: Routledge.

Sunarya, Y. (2000). Ikatan Kimia. Bandung: JICA-UPI.

Strampel, K dan Oliver,R. (2007). Using Technology to Foster Reflection in Higher Education. Proceeding Ascillte : Singapore.

Taggart. (2005). Promoting Reflective Thinking in Teachers: 50 Action Strategies. [On line]. Tersedia: http://www.corwinpress.com [27 Januari 2009].

Talanquer, V., Scantlebury, K. dan Dukerich, L. (2009). The Continum of Secondary Science Teacher Preparation: Knowledge, Question, and Research Recommendations. Sense Publisher: Arizona.

Tan, S. K. dan Goh, K. N. (2008). “Re-interpreting Assessment: Society,

Measurement and Meaning”. Paper presented at the IAEA 2008 Annual

Conference.

Tan, D dan Treagust, DF. (1999). Evaluating Students‟ Understanding of Chemical Bonding. School Science Review. September 1999.

Tasker, R dan Dalton, R (2006). “Research into Practice:Visualisation of the

Molecular World Using Animations”. Journal Chemistry Education Research

and Practice. l7, (2), 141-159.

Thiagarajan, S. et al. (1974). Instructional development for training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University.

Tuvi, I.A dan Gorsky, P. (2007). ” New Visualization tools for Learning Molecular Symmetry: a Preliminary Evauation.” Journal the Royal Society of Chemistry.,

8, (4), 61-72.

Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Yezierski , E. J. (2006). “Misconceptios About the Particulate Nature of Matter Using

Animations to Close the Gender Gap”. Journal of Chemical Education. 83, 6 Juni 2006.

(37)

Zenios, M. et al. (2006). Designing to Facilitate Learning through Networked Technology: Factors Influencing the Implementation of Digital Resources in Higher Education. Australia. CSALT.

Gambar

Gambar 4.21 Persentase  N-Gain Kemampuan Mahasiswa dalam Relevansi……………………………………………….
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian.
Gambar 3.2  Desain Penelitian
Tabel 3.1 mengenai data yang diperlukan, sumber data, instrumen yang digunakan

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Pasal 1 Ayat 3. sebagai Negara hukum Indonesia mempunyai

[r]

Fotocopy halaman depan prosiding atau buku program, serta halaman yang berisi jadwal presentasi dosen... Laporan kegiatan dalam bentuk hard copy dan soft copy dikirim melalui email ke

Hasil penelitian diperoleh selama lima kali pertemuan yaitu keaktifan dan kreativitas siswa terdorong saat guru menggunakan model Inquiry dalam pembelajaran seni

[r]

bahwa Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 6 tahun 2014 tentang Besaran Tarif Per Zona di Taman Pintar Yogyakarta sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penggunaan asam traneksamat pada pasien tuberkulosis dengan hemoptisis meliputi dosis, frekuensi dan lama penggunaan

Kemaslahatan di bidang spiritual-keagamaan dilaku- kan dengan memperbaiki cara hidup beragama umat manusia (ishlah al-ddin al-nass). Pengabaian pada tujuan ini dapat