• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERENCANAAN STRATEGIS DAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERENCANAAN STRATEGIS DAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN TERHADAP KINERJA KEPALA SEKOLAH."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN...i

MOTTO...ii

UCAPAN TERIMAKASIH...iv

ABSTRAK...vi

LEMBAR PERSETUJUAN...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...11

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...13

E. Anggapan Dasar ...14

F. Hipotesis ...17

G. Metode Penelitian ...20

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Administrasi Pendidikan 1. Pengertian Administrasi Pendidikan ...22

B. Konsep Manajemen Strategis...31

1. Pengertian Manajemen Strategis ...31

2. Dimensi-dimensi Manajemen Strategis ...36

C. Konsep.Perencanaan Strategis 1. Pengertian Sistem Informasi Manajemen ...40

2. Keunggulan adan Manfaat Perencanaan Strategis bagi Sekolah ...54

3. Perilaku Organisasi dalam Perencanaan Strategis ...59

(2)

1. Pengertian Sistem ...65

2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen ...69

3. Sistem Pendukung Keputusan ...72

4. Kepala Sekolah sebagai Pengambil Keputusan ...89

E. Kinerja Kepala Sekolah 1. Pengertian Kinerja ...90

2. Kriteria Penilaian Kinerja ...92

3.Kinerja Kepala Sekolah ...99

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian...106

B. Populasi dan Sampel ...107

1. Populasi Penelitian ...107

2. Teknik Pengambilan Sampel...107

3. Alat Pengumpulan Data...109

4. Prosedur Penelitian ...111

5. Teknik Pengolahan Data ...114

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...124

l. SeleksiData...124

2. Klasifikasi Data...125

3. Analisis Deskripsi Data...125

4. Hasil Pengolahan Data ...131

5. Pengujian Hipotesis...141

B. Pembahasan 1. Gambaran Perencanaan Strategis ...157

2. Gambaran Sistem Pendukung Keputusan ...159

(3)

4. Pengaruh Perencanaan Strategis terhadap Kinerja

Kepala Sekolah...162

5. Pengaruh Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah...163

6. Pengaruh Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah...164

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ...167

B. Implikasi...169

C. Saran ...169

DAFTAR PUSTAKA...172

LAMPIRAN...175

xi

(4)

Tabel 1.1 Data Lokasi Dan Populasi Penelitian...21

Tabel 2 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan...86

Tabel 3.1 Sampel Penelitian...109

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian...111

Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r...119

Tabel 3.4 Tingkat Koerelasi Masing-masing item variabel independen...121

Tabel 3.5 Tingkat Koerelasi Masing-masing item variabel dependen ...122

Tabel 4.1 Rekapitulasi Jumlah angket ...124

Tabel 4.2 Bobot Skor untuk setiap alternatif jawaban...125

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel XI...126

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Variabel X2 ...128

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Y...129

Tabel 4.6 Kriteria Interpretasi Skor...131

Tabel 4.7 Kecenderungan rata-rata skor Perencanaan Strategis...132

Tabel 4.8 Kecenderungan umum skor responden variabel X2...134

Tabel 4.9 Kecenderungan umum skor responden variabel Y...137

Tabel 4.10 Skor baku variabel Perencanaan strategis...139

Tabel 4.11 Skor baku variabel Sistem Penunjang Keputusan...140

Tabel 4.12 Skor baku variabel Kinerja Kepala Sekolah...140

Tabel 4.13 Uji Normalitas Variabel XI ...142

Tabel 4.14 Uji Homogenitas ...142

Tabel 4.15 Uji Signifikansi dan Linieritas XI dengan Y...147

Tabel 4.16 Uji Signifikansi dan Linieritas X2 dengan Y...153

Tabel 4.17 Uji Korelasi Xi dan X2 terhadap dengan Y...154

Tabel 4.18 Uji Regresi Xi dan X2 terhadap dengan Y...155

Tabel 4.19 Uji Signifikansi Xi dan X2 terhadap dengan Y...156

Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis...165

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Desain Penelitian X1,X2 dan Y ...20

Gambar 2.1 Manajemen Srtategis sebagai sistem...34

Gambar 2.2 Proses Komunikasi...68

Gambar 2.3 Proses Pengambilan Keputusan...85

Gambar 3.1 Hubungan Antar Variabel...120

Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Variabel X1...127

Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Variabel X2...128

Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Variabel Y...130

Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Perhitungan WMS Perencanaan Strategis...134

Gambar 4.5 Diagram Batang Hasil Perhitungan WMS Sistem Pendukung Keputusan...136

Gambar 4.6 Diagram Batang Hasil Perhitungan WMS Kinerja Kepala Sekolah....139

Gambar 4.7 Grafik Persamaan Regresi X1- Y ...148

Gambar 4.8 Grafik Persamaan Regresi X2- Y ...154

Gambar 4.9 Faktor-faktor Lingkungan Eksternal...158

Gambar 4.10 Hasil Pengujian Koefisien Korelasi...165

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Angket Penelitian

A. Surat Pengantar Penelitian...175

B. Petunjuk Angket Penelitian...176

C. Angket Perencanaan Strategis...177

D. Angket Sistem Pendukung Keputusan...179

E. Angket Kinerja Kepala Sekolah...181

2. Tabel Induk Instrumen A. Perencanaan Strategis...183

B. Sistem Pendukung Keputusan...184

C. Kinerja Kepala Sekolah...185

3. Tabel Frekuensi-Gambar Histogram Variabel X1, X2, Y...186

4. Hasil Perhitungan Validitas A. Hasil Uji Coba Instrumen Perencanaan Strategis... 233

B. Hasil Uji Coba Instrumen Sistem Pendukung Keputusan...234

C. Hasil Uji Coba Instrumen Kinerja Kepala Sekolah...235

5. Hasil Perhitungan Reliabiliitas A. Hasil Uji Coba Instrumen Perencanaan Strategis...237

B. Hasil Uji Coba Instrumen Sistem Pendukung Keputusan...238

C. Hasil Uji Coba Instrumen Kinerja Kepala Sekolah...239

6. Hasil Uji Normalitas Data Variabel X1, X2, Y...242

7. Hasil Uji Regresi...244

8. Kecederungan Umum skor responden variabel X1...246

9. Kecederungan Umum skor responden variabel X2...247

10. Kecederungan Umum skor responden variabel Y...248

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

The Universal Declaration of Human Rigts menyebutkan bahwa:

Everyone has the right to education. Education shall be free, at least in the elementary and fundamental stage. Elementary education shall be compulsory. Technical and professional education shall be made generally available and high education shall be equally accessible to all on the basis of merit.

Pernyataan di atas sesuai dengan bunyi Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 yang menggariskan bahwa, (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, dan (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

(8)

dengan pihak swasta dan masyarakat. Pelayanan pendidikan harus mampu mengadakan perubahan yang lebih mementingkan kepentingan seluruh warga masyarakat selaku stakeholders sekolah sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang Dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah bersama dengan DPR dan DPRD agar menindaklanjuti UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas disertai dengan pengembangan berbagai produk hukum lainnya.

Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang nantinya memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia, untuk meningkatkan kecakapan dan kemampuan yang diyakini sebagai faktor pendukung upaya manusia dalam mengarungi kehidupan yang sering mengalami ketidakpastian. Dalam kerangka inilah, pendidikan diperlukan dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju, berkembang menuju wawasan global atau go international.

(9)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selanjutnya pada ayat (2) dinyatakan bahwa: ”Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bekal kepada peserta didik dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang, yang bermuatan nilai-nilai agama dan kebudayaan sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan haruslah dilaksanakan secara sistematik dan terorganisasi, untuk memudahkan pencapaian tujuannya. Siregar (2002: 33) mengemukakan sebagai berikut.:

Pendidikan adalah usaha sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh suatu badan dengan tujuan tertentu. Badan ini mungkin pihak swasta, mungkin pihak agama, atau mungkin pemerintah. Tujuannya tergantung pada pihak yang menyelenggarakan. Bla penyelenggaranya adalah pihak agama, maka tujuan utamanya adalah untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan menambah pengetahuan tentang agama. Bila pemerintah yang menyelenggarakannya, maka tujuan utamanya sangat bervariasi karena tugas pemerintan itu sangat luas ....

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, pemerintah menetapkan berbagai kebijakan antara lain mengenai orientasi pendidikan, yang dikenal dengan sebutan 4 (empat) strategi kebijakan pokok pendidikan yang meliputi:

1) Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan pendidikan mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi,

(10)

3) Kesesuaian dan kesepadanan antara lulusan sekolah dengan lapangan kerja, dan 4) Efisiensi dalam pendidikan.

Keempat orientasi pendidikan tersebut merupakan strategi untuk meningkatkan mutu/kinerja sumber daya manusia Indonesia, agar memiliki kecerdasan, keterampilan, kualitas kerja, profesional dan produktif. Dengan demikian, akan tercipta manusia yang bermutu dalam hal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan iptek, kemampuan profesional dan produktivitas kerja yang dituntut oleh kebutuhan pembangunan. Dengan karakteristik mutu sumber daya manusia yang demikian, maka bangsa Indonesia diharapkan mampu bersaing dalam era globalisasi.

Salah satu strategi kebijakan pokok adalah peningkatan mutu pendidikan di semua jenis dan jenjang pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini dilakukan melalui berbagai cara, baik perbaikan kurikulum dan silabus yang relevan dengan kebutuhan lapangan, perbaikan sarana prasarana, peningkatan profesionalisme guru melalui peningkatan jenjang pendidikan maupun kegiatan pendidikan dan pelatihan, serta upaya-upaya lain yang mampu memberikan stimulus bagi guru, seperti adanya reward dan punishment atau meningkatkan kesejahteraan guru melalui kenaikan gaji pokok maupun tunjangan.

(11)

Indonesia masih didominasi oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikannya tidak lebih dari SD 6 tahun. Keadaan ini sangat kondusif bagi Indonesia dalam memasuki era perdagangan bebas yang secara bertahap berlaku mulai tahun 2003 untuk kawasan Asia Tenggara (AFTA) dan tahun 2020 untuk kawasan Asia-Pasifik (APEC).

Sekolah Menengah Atas (SMA), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga kerja yang ’fresh’ dan siap diterjunkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bugar. Sebagai institusi yang melaksanakan fungsi layanan pendidikan khususnya di Kabupaten Bandung Barat, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga harus mengupayakan terselenggaranya layanan pendidikan terbaik bagi seluruh siswa khususnya pada jenjang SMA berupa terlaksananya proses pembelajaran yang bermutu, mampu mengakomodasi kebutuhan siswa dalam belajar serta ditunjang dengan pengelolaan manajemen yang akuntabel dan prima, diharapkan akan melahirkan pencitraan publik yang positif kepada masyarakat di Kabupaten Bandung Barat.

Dengan moto memberikan yang terbaik untuk meningkatkan layanan belajar di Kabupaten Bandung Barat, mengemban amanat serta tugas yang luas sebagaimana tertuang dalam visi dan misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung Barat yaitu: “Terwujudnya pendidikan yang agamis, berakhlak mulia, cerdas, sehat dan berdaya saing”, serta misi sebagai berikut:

(12)

3) Mewujudkan penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam penyelenggaraan pendidikan

4) Meningkatkan daya saing pendidikan yang inovatif, kreatif, kompetitif dan profesional.

Namun dalam kenyataan di lapangan, visi dan misi yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bandung Barat masih jauh dari harapan. Berdasarkan hasil pemantauan sementara penulis dari tahun 2007 sampai dengan 2009, masih ada keluhan dari para orang tua siswa bahwa layanan pendidikan yang diberikan kurang memuaskan, pelaksanaan KBM kurang maksimal, penegakan disiplin kurang tegas, masih ada guru yang sering tidak masuk kelas, pengelolaan proses pembelajaran di kelas masih konvensional-tradisional. Di sisi lain, personil sekolah mengeluhkan terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, sistem penghonoran yang masih perlu ditingkatkan, penataan ruangan kerja yang masih rendah, unsur-unsur di atas harus dapat dibenahi agar tercipta suasana kondusif personil sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai dengan apa yang diharapkan.

(13)

Seiring berkembangnya kemajuan teknologi informasi sekarang ini memicu dunia pendidikan untuk turut menerapkan iptek dalam lingkungan organisasi mereka. Perkembangan teknologi informasi sudah merambah seluruh bidang, tidak hanya bidang komunikasi dan elektronik saja seperti yang sudah terjadi beberapa dekade ini, tetapi juga menyangkut bagaimana suatu informasi dapat diperoleh dan disajikan secara cepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan pemakai.

Jika sekolah tidak mampu mengadakan Sistem Pendukung Keputusannya dengan canggih, maka sekolah tersebut akan tertinggal oleh organisasi lain. Menghadapi situasi demikian sekolah harus memiliki sumber daya manusia yang handal dan menguasai teknologi informasi. Maksud dari sumber daya manusia yang handal adalah sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian agar mempunyai kemampuan dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sumber daya manusia merupakan aspek yang terpenting yang menentukan keberhasilan suatu sekolah.

Sumber daya manusia adalah faktor sentral dalam suatu organisasi, apa pun bentuk tujuannya. Sekolah dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia dan pelaksanaan misinya dikelola oleh manusia. Sekolah cenderung sudah mulai membaik dengan hadirnya teknologi informasi. Sekolah tersebut merasakan kepuasan adanya teknologi informasi, baik itu berbentuk software, hardware, maupun Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis teknologi yang canggih.

(14)

kemampuan dalam meggunakan Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis teknologi dengan penggunaan komputer yang serba canggih. Secanggih apapun teknologi dan rancangan yang ada tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak didukung oleh operator yang benar-benar menguasai Sistem Pendukung Keputusan sumber daya manusia. Keahlian profesional petugas akan dapat memberikan layanan informasi yang tepat dan baik untuk membantu memperlancar pimpinan dalam pengambilan keputusan.

Mengingat begitu banyak hal yang diurus oleh institusi pendidikan mengakibatkan perlunya pengambilan keputusan penerimaan siswa untuk mendapatkan siswa yang sesuai dengan kriteria sekolah. Hal ini tidak terlepas dari pelaksanaan Sistem Pendukung Keputusan dalam membantu pengumpulan data siswa seperti: data pendidikan, data usia, data jenis kelamin, dan lain-lain, untuk diproses dan kemudian dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Laporan tersebut memuat data atau informasi yang diperlukan untuk mewujudkan pelaksanaan Sistem Pendukung Keputusan yang efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan peningkatan Kinerja Kepala Sekolah.

(15)

Sehubungan dengan itu, diperlukan suatu sistem yang mampu menangani data untuk jangka waktu yang lama, sehingga menghasilkan informasi yang relevan dan akurat. Secanggih apapun teknologi dan rancangan yang ada tidak akan dapat terlaksana dengan baik apabila tidak didukung dengan unsur sumber daya manusianya yang benar-benar menguasai Sistem Pendukung Keputusan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya tentunya akan dapat memberikan layanan informasi, dan akan memperlancar pimpinan dalam mengambil keputusan karena didukung dengan data yang akurat, cepat dan aktual.

Sekolah sebagai institusi pendidikan selalu dihadapkan pada ledakan Sistem Pendukung Keputusan yang menuntut penanganan para ahli informasi dengan kemampuan dalam menguasai Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis teknologi yang canggih, sehingga membantu sekolah berkembang dengan pesat. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil wawancara penulis di SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat pada 13 Juli 2009, bahwa pelaksanaan Sistem Pendukung Keputusan sumber daya manusia di sekolah tersebut masih belum optimal.

Hal ini disebabkan pengambilan keputusan tidak berdasarkan basis data yang terdapat di sekolah tersebut yang menyebabkan Sistem Pendukung Keputusan kurang begitu akurat sehingga menyebabkan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: 1) Pengumpulan data yang akan diproses belum berjalan dengan baik, sehingga

(16)

2) Pengelolaan/pemrosesan data terjadi keterlambatan disebabkan sumber daya manusianya yang kurang begitu menguasai Program dengan Basis Data Pegawai untuk Manajemen Sumber Daya Manusia yang disediakan. Padahal seperti yang kita ketahui sebuah sistem dan software/rancangan yang secanggih apa pun tidak akan terlaksana dengan baik tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang menguasai Sistem Pendukung Keputusan yang berbasis teknologi dengan penggunaan komputer yang serba canggih.

3) SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat belum memiliki software untuk aplikasi Sistem Pendukung Keputusan manajemen sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan, di mana sekolah masih mengandalkan jasa dari perusahaan pembuat software dari pihak luar. Hal ini disebabkan sekolah belum memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi untuk bidang tersebut.

Kondisi demikian tidak dapat dibiarkan terus berlanjut, karena akan mempersulit pimpinan dalam mengambil keputusan terutama dalam memperoleh Sistem Pendukung Keputusan yang pada tepat waktunya, yang pada akhirnya akan menghambat Kinerja Kepala Sekolah.

(17)

1) Belum optimalnya Kinerja Kepala Sekolah; ditunjukan dengan masih rendahnya hasil prestasi belajar siswa yang masih dibawah Keriteria Ketuntasan.

2) Belum optimalnya Sistem Informasi Keputusan; ditunjukan dengan masih rendahnya pemahaman guru dan personil sekolah lainnya dalam mengaplikasi kesesuaian program-program kegiatan dengan tujuan sekolah secara merata. 3) Masih rendahnya kualitas Perencanaan Strategis sekolah dalam meningkatan

Kinerja Kepala Sekolah

4) Belum optimalnya pengelolaan Sistem Pendukung Keputusan Sekolah dalam pengelolaan manajemen sekolah menuju sekolah yang efektif.

5) Belum adanya kesesuaian yang jelas antara Perencanaan Strategis sekolah dengan pelaksanaan Program kerja di sekolah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Kinerja Kepala Sekolah dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yakni faktor-faktor perencanaan strategis dan Sistem Pendukung Keputusan.

B. Rumusan Masalah

(18)

Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang akan dideskripsikan dan dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini dirumuskan, sebagai berikut:

1) Bagaimana Deskripsi Perencanaan Strategis pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat ?

2) Bagaimana Deskripsi Sistem Pendukung Keputusan pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat ?

3) Bagaimana Deskripsi Kinerja Kepala Sekolah pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat ?

4) Seberapa besar pengaruh perencanaan strategis terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat?

5) Seberapa besar pengaruh pelaksanaan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat?

6) Seberapa besar pengaruh perencanaan strategis dan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum

(19)

terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menguji:

a. Pengaruh perencanaan strategis terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

b. Pengaruh pelaksanaan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

c. Pengaruh perencanaan strategis dan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis

b. Sebagai sumbangan penting dan memperluas wawasan dalam kajian ilmu manajemen pendidikan melalaui pengelolaan manajemen sumberdaya manusia sehingga dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pengembangan dalam penelitian sumber daya manusia yang akan datang.

c. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia

(20)

2. Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan program kerja sekolah bagi seluruh stakeholders dan komite sekolah untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui perilaku organisasi, kemampuan dan motivasi guru terhadap produktivitas guru

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah khususnya SMA-SMA di Kabupaten Bandung Barat melalui perubahan Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan sebagai tolok ukur Peningkatan Kinerja Kepala Sekolah yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagaimana yang diharapkan oleh berbagai pihak.

E. Anggapan dasar

Perencanaan strategis adalah sekumpulan konsep, prosedur dan alat-alat yang dimaksudkan untuk membantu sebuah organisasi berpikir dan bertindak secara strategis melalui pembentukan konsensus. Perencanaan ini merupakan usaha yang penuh disiplin untuk menghasilkan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan yang membentuk dan mengarahkan organisasi menjawab pertanyaan apa itu organisasi, apa kegiatannya, latar belakang dan cara bagaimana organisasi ini melakukan kegiatannya.

(21)

misi dan visinya dalam kerangka waktu yang ditetapkan, dan juga mengidentifikasikan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan tersebut. Perencanaan strategis berfokus pada masa depan dengan perhatian utama pada adaptasi atas lingkungan yang senantiasa berubah. Semakin banyak perubahan lingkungan semakin sering proses perencanaan ditinjau-ulang.

Secara teoretis, perencanaan strategis didefinisikan sebagai suatu upaya disiplin dalam menghasilkan keputusan-keputusan fundamental serta tindakan-tindakan yang membentuk arah suatu organisasi (Bryson, 1988). Dikatakan sebagai suatu upaya disiplin, karena dalam pelaksanaannya mulai dari perumusan penyusunan, implementasi hingga pengendalian mengandung konsistensi dalam a) pola berpikir strategis, b) dikaitkan dengan arah masa depan, c) keputusan yang dibuat mengandung konsekuensi masa depan, d) mengembangkan suatu basis yang koheren, e) kebijakan yang maksimum pada area-area dalam kontrol organisasi, f) memecahkan masalah-masalah utama organisasi, g) meningkatkan kinerja, h) berkaitan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan organisasi, dan i) mengembangkan kerja tim dan meningkatkan keahlian (Bryson dan Einsweiler, 1988)

(22)

environmental scanning, strategy formulation, strategy implementation, dan

evaluation and control.

Perencanaan strategis sebagai referensi utama dalam suatu institusi pendidikan sudah seharusnya menjadi acuan bagi level fungsional. Semakin konsisten sebuah sekolah terhadap strategi dan kebijakan yang dibuatnya, maka deviasi Kinerja Kepala Sekolah tersebut semakin kecil. Sebaliknya semakin tidak konsisten sekolah tersebut terhadap perencanaan strategis maka varian antara sasaran kinerja dan realisasi kinerja yang dicapai semakin besar yang akhirnya akan terakumulasikan dalam Kinerja Kepala Sekolah semakin buruk. Hal ini sesuai dengan pendapat Wheelen dan Hunger (1998) yang menyatakan terdapatnya korelasi positif antara perencanaan strategis dengan kinerja organisasi.

(23)

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan baik secara kuantitas maupun kualitas dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi

F. Hipotesis

Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Sementara itu Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati. Hal serupa juga dinyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel (Kerlinger,1973)

Berdasarkan anggapan dasart dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Perencanaan strategis berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat. b. Sistem Pendukung Keputusan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

(24)

KERANGKA PIKIR

Langkah-langkah Ideal Kondisi Eksternal

Kondisi Internal Sekolah

Tugas dan peran Sekolah : - Penguatan tata kelola - Perluasan akses

- Peningkatan Pengelola an Manajemen Mutu - Visi Misi Disdikkab

Faktor –faktor yang mempengaruhi Sekolah:

- Globalisasi

- Perkembangan Iptek - Kebijakan Pemerintah

Pusat dan Daerah

Masih Rendah dalam: - Tata kelola

- Akses

- Mutu Pengelolaan Manajemen 2. Aktivitas Peran

(25)

DESAIN PENELITIAN

1) Identifikasi Internal- Sekolah

2) Identifikasi Eksternal Sekolah

3) Menguraikan Rencana 4) Melaksanakan Rencana 5) Balikan Pelaksanaan

Rencana

Dimensi: 1) Manajemen

Pengetahuan(Mp)

2) Aktivitas Peran Manajerial 3) Jenis Pengambilan

Keputusan

(26)

Desain Penelitian X1 X2 , dan Y

Gambar 1 Keterangan :

X, = PERENCANAAN STRATEJIK (variabel bebas)

X2 = SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (variabel bebas) Z = KINERJA KEPALA SEKOLAH (variabel terikat)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan korelasional. Dengan mengutip pendapat Nazir, metode penelitian deskriptif didefinisikan, sebagai berikut: “Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. (Nazir, 1999: 63)

(27)

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.” (Whitney dalam Nazir, 1999: 64)

2. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat, sedangkan populasi penelitian adalah guru-guru di tiga SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat, yang aktif mengajar hingga periode penelitian ini berlangsung. Data lokasi sekolah dan jumlah guru yang menjadi populasi penelitian tersaji dalam Tabel 1.1 berikut ini.

TABEL 1.1

DATA LOKASI DAN POPULASI PENELITIAN

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi

1. SMA Negeri Cisarua 77 guru 2. SMA Negeri Batujajar 42 guru 3. SMA Negeri gamprah 32 guru

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan rumusan masalah yang diajukan, penelitian ini termasuk penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif, menggunakan metode analisis statistik deskriptif - inferensial teknik korelasi dan regresi baik tunggal maupun ganda.

(29)

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi menurut Sumarsono (2004: 49) adalah ”kumpulan dari seluruh elemen atau individu-individu yang merupakan sumber informasi dalam suatu riset”. Karena penelitian ini berhubungan dengan pengaruh Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan terhadap Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bandung Barat maka yang menjadi populasi adalah para guru SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 151 orang.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Kountur (2004: 137) mengatakan bahwa: ”Sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Sevilla G. Consuelo (1993: 161) menyarankan, sepanjang sampel yang digunakan porsinya populasi, sehingga penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling tersebut adalah sah (valid).

Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling merupakan cara pengambilan sampel

(30)

Non-probability sampling sendiri adalah teknik yang tidak memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008: 60).

Menurut Sumarsono (2004: 63), sampel yang purposif adalah sampel yang dipilih secara cermat, sehingga relevan dengan rancangan riset. Adapun pertimbangan yang digunakan sebagai kriteria dalam penentuan sampel responden penelitian adalah:

a. Seluruh guru SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki masa kerja diatas 5 tahun terdiri dari SMA Negeri Cisarua, SMA Negeri Batujajar dan SMA Negeri Ngamprah

b. Dipilihnya guru-guru pada SMA-SMA Negeri tersebut sebagai populasi karena masing-masing mewakili kategori sekolah sebagai Sekolah Rintisan Berbasis Internasional untuk SMA Negeri Cisarua, Sekolah Rintisan Standar Nasional untuk SMA Negeri Batujajar dan sekolah reguler untuk SMA Negeri Ngamprah

Dalam melakukan penarikan sampel digunakan Rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (1998: 108) dengan tingkat kesalahan 10%.

Rumus yang dimaksud adalah 2 1 Ne

N n

+

=

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

(31)

2

Dengan menggunakan rumus tersebut, jumlah sampling yang harus diambil dari populasi sebanyak 151 orang, maka penulis mengambil sampel sebanyak 60 responden.

TABEL 3.1

SAMPEL PENELITIAN

No. Nama Sekolah Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1. SMA Negeri Cisarua 77 guru 31

2. SMA Negeri Batujajar 42 guru 17

3. SMA Negeri gamprah 32 guru 13

Total 151 guru 60 guru

3. Alat Pengumpulan Data

(32)

menggunakan observasi dan catatan-catatan atau dokumentasi tentang Kinerja Kepala Sekolah dalam penelitian ini.

1) Angket atau Kuesioner

Angket yang digunakan dalam bentuk tertutup. Angket atau kuisioner digunakan untuk menggali dan dapat mengungkapkan hal-hal atau informasi yang sifatnya rahasia sehingga data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten. Bahan-bahan untuk penyusunan kuisioner ini juga dikumpulkan dari berbagai sumber melalui, observasi, dokumentasi dan konsultasi dengan dosen pembimbing.

Pertimbangan utama memilih alat pengumpul data tersebut adalah:

a) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

b) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang objektif.

c) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

2) Observasi

(33)

aktivitas guna memperoleh data melalui pengamatan mengenai pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung selama kegiatan penelitian. Alat yang digunakan dalam observasi ini adalah panduan observasi, dan catatan sebagai dokumentasi.

4. Prosedur Penelitian

1) Penyusunan Instrumen

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (1) menyusun indikator variabel penelitian, (2) menyusun kisi-kisi instrumen, (3) melakukan uji coba instrumen, (4) melakukan pengujian validitas (perhitungan nilai skala) dan reliabilitas instrumen, (5) konsultasi dengan dosen pembimbing, dan menjadi landasan dalam menyusun item pertanyaan atau pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Penjabaran variabel tersebut terlihat seperti pada tabel berikut:

TABEL 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

VARIABEL D1MENSI INDIKATOR

NOMOR

1. Mengenal pasti aspek-aspek kelemahan yang dimiliki sekolah

2. Menggali faktor-faktor kunci keberhasilan sekolah mengenai peluang yang dapat dijadikan sumber daya sekolah 2. Mengolah tantangan yang

dihadapi menjadi peluang bagi sekolah

2. Menyusun hasil rumusan dalam bentuk final plan draft atau rencana terakhir.

(34)

Melaksanakan Rencana dan Evaluasi

1. Persetujuan dan pengesahan rencana

2. Mengatur aparat organisasi. 3. Mengadakan

1. Mengumpulkan informasi dari pelanggan

2. Menciptakan dan mempertahankan profil karyawan yang berbakat dan ahli

21, 22 23,24

Aktivitas Peran Manajerial

1. Peran interpersonal. Manajer bertindak sebagai figureshead

bagi organisasi

2. Peran Informational. Manajer bertindak sebagai "pusat syaraf bagi organisasi

3. Peran decisional. bertindak sebagai entrepreneur dengan memuncuikan aktivitas-aktivitas

2. Pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen

Sekolah (Y) Performance out

come ekspectancy

1. Hasil kerja (apa yang harus dicapai oleh seseorang); 2. Kompetensi (bagaimana

(35)

2) Uji Coba Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas setiap item kuesioner. Dilakukan dengan dua cara, melalui dosen pembimbing, justifikasi pakar, dan melalui uji coba pada sampel dengan karakteristik sama dengan responden penelitian yang sesungguhnya. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Hasil uji validitas kuesioner yang telah dijustifikasi dan uji validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran.

a) Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang mengajukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu intrumen. Uji validitas setiap item kuisioner dilakukan melalui prosedur dan penghitungan statistik. Dalam hal ini peneliti menggunakan rumus korelasi Product Moment r dari Pearson dengan taraf signifikasi 5%. r = (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

(36)

b) Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Reliabilitas menunjukan sejauh mana tingkat kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat dipahami sehingga tidak menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut. Untuk menguji reliabilitas dalam penelitian ini, penulis mengacu kepada koefisien reliabilitas Alpha Cronbach dengan menggunakan Program SPSS.

5. Teknik Pengolahan Data

1) Analisis Deskriptif

Menurut Riduwan (2007: 27), analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri, maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif adalah untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif-analitik. Penggunaan statistik deskriptif dimungkinkan untuk menghitung rata-rata (mean), varians, dan simpangan baku (standar deviasi) serta mendeskripsikan data dalam bentuk tabel dan diagram. Nilai rerata dari kelompok data ini diperkirakan dapat mewakili seluruh nilai data yang ada dalam kelompok tersebut. Adapun rumus-rumus yang digunakan adalah:

(37)

Keterangan:

X = rata-rata X

X = jumlah seluruh nilai X

n = jumlah anggota sampel (Sujana, 1992: 89)

(2) Menghitung varians (S2)

Keterangan:

n = banyaknya sampel X = jumlah skor X2 = jumlah kuadrat (Husaini Usman, 1995: 98)

(3) Menghitung standar deviasi (sd)

2) Pemeriksaan Distribusi Data

(38)

digunakan adalah analisis kolerasi dan regresi tunggal, sedangkan untuk menguji Hipotesis 3 digunakan analisis kolerasi chi square, dan regresi ganda.

Seperti apa yang dikemukakan Sudjana (1988: 367) bahwa jika data hasil pengamatan terdiri atas banyak variabel, yaitu seberapa kuat hubungan antara variabel itu terjadi, perlu ditentukan derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut. Studi yang membahas hubungan antara variabel-variabel ini dinamakan analisis kolerasi dan ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan ini dinamakan koefisien kolerasi.

Ada beberapa tahap perhitungan terlebih dahulu, sebelum menjadi hipotesis, yaitu terlebih dahulu menguji normalitas distribusi data.

a) Uji Normalitas

Pengujian normalitas dilakukan dalam rangka mengetahui apakah galat taksiran regresi variabel terikat (Y) terhadap variabel (X1 dan X2) berdistribusi normal atau tidak. Untuk itu dilakukan pengujian normalitas galat taksiran yang didasarkan pada asumsi bahwa harga variabel terikat (Y) harus independen dari harga variabel bebas (X1 dan X2) dan galat taksiran berdistribusi normal dengan rata-rata nol serta varians berharga konstan. Untuk mengujinya dilakukan dengan menggunakan Uji Chi-Square. (Usman, 2008: 278) Adapun kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah:

(39)

b) Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogenya, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Jika kedua varians sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan lagi karena data-datanya sudah dianggap homogen. Namun untuk varians yang tidak sama besarnya, perlu diadakan pengujian homogenitas melalui uji kesamaan dua varians ini. (Usman, 2008: 133)

Uji homogenitas varians dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan Uji Chi-Square. Uji Chi-Square dengan cara membandingkan nilai Χ2hitung denganΧ2tabel. Kriteria yang digunakan adalah jika Χ2hitung < Χ2tabel maka varians kelompok Y atas X1 adalah homogen.

3) Uji Hipotesis

Menurut Hasan (2005: 140), pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Hipotesis digunakan pada bab I akan diuji, namun sebelum diuji hipotesis tersebut terlebih dahulu diubah menjadi hipotesis stratistik, yang terdiri atas ”hipotesis nol” yang bersimbol Ho dan ”hipotesis alternatif” yang bersimbol H1. Rumus yang digunakan dalam menguji hipotesis bergantung pengujian normalitas distribusi data. Jika data terkumpul berdistribusi normal maka rumus yang digunakan adalah rumus untuk statistik nonparametrik. Rumus yang digunakan adalah rumus korelasi, chi square, dan regresi.

(40)

Analisis korelasi digunakan untuk mencari derajat hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan dinamakan koefisien korelasi (Sudjana, 2002: 367).

Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Korelasi Pearson Product Moment (Riduwan, 2007: 62) dengan rumus:

Menghitung korelasi dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment, dengan simbol “r”, cara perhitungan yang ditempuh adalah dengan

cara manual dan menggunakan Program SPSS. Kuat tidaknya korelasi diukur dengan suatu nilai yang disebut koefisien Korelasi Pearson Product Moment atau r dengan ketentuan-ketentuan nilai r, sebagai berikut:

• r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat rendah atau

tidak ada pengaruh sama sekali.

• r = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau ikut kuat

dan mempunyai pengaruh secara positif (searah).

• r = -1 atau mendekati –1, maka hubungan antara kedua variabel kuat atau cukup

(41)

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Koefesien Korelasi Hubungan 0.80 - 1.00 Sangat Kuat 0.60 - 0.80 Kuat

0.40 - 0.60 Cukup Kuat 0.20 - 0.40 Rendah

0.00 - 0.20 Sangat Rendah Sumber: Riduwan (2007: 62)

Selanjutnya, untuk menentukan seberapa jauh perubahan Variabel X yang dipengaruhi oleh peningkatan Variabel Y, penulis menggunakan Metode Koefisien Determinasi dengan rumus sebagai berikut:

KD = r2 x 100% Di mana:

KD = Koefisien Determinasi r = Nilai Koefisien Korelasi

Pengujian lanjutan, yaitu uji signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna Variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikansi dengan rumus:

Keterangan: t = Probabilitas

r = Koefisien Korelasi Pearson n = Jumlah Responden

Keterangan:

(42)

Kaidah Pengujian:

Bila t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak, H1 diterima.

Bila t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima, H1 ditolak.

b) Analisis Regresi

Regresi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan dating berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Regresi dapat juga diartikan sebagai usaha memprediksi perubahan. (Riduwan, 2007: 83).

Sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis 1 sampai 3, perlu analisis regresi linier sederhana untuk pengujiannya. Pengujian ini digunakan untuk mencari pengaruh antara variabel X1 (Perencanaan Strategis) dengan variabel Y (Kinerja Kepala Sekolah), varianel X2 (Sistem Pendukung Keputusan) dengan variabel Y (Kinerja Kepala Sekolah). Uji regresi dihitung dengan analisis varians (ANAVA). Analisis ini digunakan untuk mencari pola hubungan fungsional antara variabel X1, X2, dengan variabel Y.

Gambar 3.1

Hubungan Antar Variabel

Perencanaan Strategis (X1)

Kinerja Kepala Sekolah

(Y)

Sistem Pendukung Keputusan

(43)

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam pengujian validitas yang diujicobakan pada warga sekolah SMA Negri 2 Padalarang (di luar sampel penelitian) menghasilkan skor item yang mempunyai korelasi positif dengan nilai Total Corre yang ada pada tabel statistik. Uji validitas atas item-item dilakukan dengan korelasi Pearson dengan nilai r table (product moment) untuk n=30 pada taraf 5% adalah 0,361 sehingga item-item yang memiliki korelasi kurang dari 0,361 dianggap tidak valid, sehingga harus dikeluarkan.

Hasil Uji Korelasi Pearson dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3

Tingkat Korelasi Masing-masing Item Variabel Independen

No Indikator Variabel Item

r

hitung

r

tabel Kesimpu

lan 1. Mengenalpasti aspek-aspek

kelemahan yang dimiliki sekolah

X1.1 2. Menggali faktor-faktor kunci

keberhasilan sekolah 3. Pengumpulan informasi mengenai

peluang yang dapat dijadikan sumber daya sekolah

4. Mengolah tantangan yang dihadapi menjadi peluang bagi sekolah

5. Merumuskan masalah X1.10 X1.11

bentuk final plan draft atau rencana terakhir.

7 Persetujuan dan pengesahan rencana X1.14 X1.15 8 Mengatur aparat organisasi. X1.16

X1.17 10 Mengumpulkan informasi dari

pelanggan /stakeholders 11 Menciptakan dan mempertahankan

(44)

ahli

12 Peran interpersonal. Manajer bertindak sebagai figureshead bagi organisasi

13 Peran Informational; Manajer bertindak sebagai "pusat syaraf bagi organisasi

14 Peran decisional. bertindak sebagai

entrepreneur dengan memuncuikan aktivitas-aktivitas baru

15 Pengambilan keputusan strategik X2.31 X2.32 16 Pengambilan keputusan untuk

pengendalian manajemen

Tingkat Korelasi Masing-masing Item Variabel Dependen

No Indikator Variabel Item

r

hitung

r

tabel Kesimpu lan 23 Hasil kerja (apa yang harus

dicapai oleh seseorang); 24 Kompetensi (bagaimana

seseorang mencapainya) 26 Acceptability Y.50

Y.51 29 Kegiatan internal Y.57

Y.58 30 Komunitas stakeholders Y.59

(45)

2. Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui reliabilitas adalah dengan membandingkan nilai

r

hasil

dengan

r

tabel. Dalam uji reliabilitas sebagai nilai

r

hasil adalah nilaiCronbach’s

Alpha.

Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan melalui koefisien Alpha, menunjukan hasil reliability statistics sebagai berikut:

Tabel

No\Variabel X.1

(20 item)

X.2 (20 item)

Y (20 item) Cronbach’s Alpha /

r

Alpha 0.952 0.880 0.948

r

tabel 0.433 0.404 0.482

Keterangan:

1) Cronbach’s Alpha pada variabel X1 dengan 20 item soal adalah sebesar 0.885 2) Cronbach’s Alpha pada variabel X2 dengan 20 item soal adalah sebesar 0.894 3) Cronbach’s Alpha pada variabel Y dengan 20 item soal adalah sebesar 0.833

Dengan

r

tabel untuk variabel X1, X2 dan Y dengan 20 item soal adalah

0.444. Ketentuan: apabila

r

Alpha >

r

tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.

(46)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif didapat pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut:

1. Perencanaan Strategis pada SMAN di Kabupaten Bandung Barat dalam hal Identifikasi Internal Sekolah, Identifikasi Eksternal Sekolah, Menguraikan Rencana, dan Melaksanakan Rencana dan Evaluasi termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Weighet Means Score (WMS) dengan nilai rata-rata sebesar 3.14

2. Sistem Pendukung Keputusan pada SMAN di Kabupaten Bandung Barat dalam hal mengetahui Manajemen Pengetahuan, Aktivitas Peran Manajerial , Jenis Pengambilan Keputusan, Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan termasuk dalam kategori cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan Weighted Means Score (WMS) dengan nilai rata-rata sebesar 3.08

3. Kinerja Kepala Sekolah pada SMAN di Kabupaten Bandung Barat dalam hal Performance out come ekspectancy, Struktur dan desain pekerjaan,

(47)

4. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel Perencanaan Strategis dengan Kinerja Kepala Sekolah. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan (korelasi) sebesar 0.764 (kategori kuat). Dari uji determinasi dinyatakan bahwa Perencanaan Strategis memberikan kontribusi terhadap Kinerja Kepala Sekolah sebesar 58.36% dan sisanya sebesar 41.64% ditentukan oleh variabel lain.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara Sistem Pendukung Keputusan Keputusan dengan Kinerja Kepala Sekolah. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai hubungan (korelasi) sebesar 0.646 (kategori cukup kuat). Dari uji determinasi dinyatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan Keputusan memberikan kontribusi terhadap Kinerja Kepala Sekolah sebesar 41.73% dan sisanya sebesar 58.27% ditentukan oleh variabel lain.

(48)

5.2 Implikasi

Dari hasil penelitian, dapat dikemukakan beberapa implikasi berkenaan dengan pemanfaatan hasil penelitian, maupun untuk hasil penelitian lanjutan. Berdasarkan hasil penelitian, implikasi pemanfaatannya dapat dikemukakan, sebagai berikut:

a. Perencanaan Strategis memiliki pengaruh yang cukup tinggi terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Implikasi dari hal ini adalah semakin baik perencanaan strategis yang diterapkan oleh pimpinan sekolah, akan semakin baik pula Kinerja Kepala Sekolah. Oleh karena itu, diperlukan manajemen strategis yang mengacu kepada Kinerja Kepala Sekolah.

b. Sistem Pendukung Keputusan berpengaruh cukup tinggi terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Hal ini berimplikasi bahwa semakin baik Sistem Pendukung Keputusan keputusan yang diterapkan di sebuah sekolah, maka akan semakin meningkat pula Kinerja Kepala Sekolah tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk senantiasa meningkatkan Sistem Pendukung Keputusan Keputusan.

c. Perencanaan Strategis dan Sistem Pendukung Keputusan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Implikasinya, Kinerja Kepala Sekolah bisa dijelaskan oleh variabel perencanaan strategis dan Sistem Pendukung Keputusan keputusan.

5.3 Saran

(49)

penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentringan. Adapun masukan tersebut diantaranya:

1. Bagi pihak sekolah

Berdasarkan perhitungan WMS, skor yang diperoleh untuk variabel perencaan stratejik pada indikator identifikasi eksternal sekolah berada pada kategori di bawah indikator lainnya. Untuk meningkatkan lagi fungsi Perencanaan Strategis hendaknya kepala sekolah meningkatkan kegiatan analisis kondisi eksternal sekolah yang dapat memposisikan sekolah dalam konstelasi luar organisasi sehingga sekolah senantiasa dalam keadaan waspada. Di samping itu indikator identifikasi internal sekolahpun masih harus ditingkatkan karena diantara indikator yang ada maka indikator ini memperoleh nilai kedua terendah setelah identifikasi eksternal sekolah. Hendaknya kepala sekolah dapat mengkaji lebih intensif lagi melalui analisis SWOT dalam memotret dan memetakan kondisi eksternal dan internal sekolah.

(50)

Untuk variabel Kinerja Kepala Sekolah secara keseluruhan sudah baik walaupun belum mencapai sangat baik, tetapi indikator costumer satisfaction masih harus ditingkatkan. Indicator ini sangat krusial menjadi

kunci mutu sekolah . Untuk meningkatkan costumer satisfaction yang baik sangat harus didukung oleh manajemen mutu yang terorganisir melalui TQM.

Untuk meningkatkan Kinerja Kepala Sekolah perlu dilakukan pengkajian ulang dan analisis manajemen strategi pendidikan yang cermat dan terintegrasi antara pihak sekolah dengan pihak luar sekolah. Kajian ulang dan analisis tersebut sebaiknya diadakan secara terpadu dengan unit kerja yang terkait.

2. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengenai Perencanaan Strategis dan system informasi dan pengaruhnya terhadap Kinerja Kepala Sekolah. Untuk membuktikan apakah Perencanaan Strategis ini sudah sesuai dengan kapasitas dan kafabilitas manajer pendidikan dapat kiranya dilakukan penelitian dalam kajian kemampuan manajerial dalam perencanaan pendidikan dan system informasi keputusan.

(51)

Ali, M. dkk. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan . Pedagogiana Press Bandung. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2003)

Pedoman Penjaminan Mutu (quality Assurance) Pendidikan tinggi

Deming, W. Edward, Out of Crisis, Cambridge: Massachussets Institute of Tecchnology, 1986 Hal 176

Direktorat Jenderl Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Kepemimpinan persekolahan yang efektif, Depdiknas 2007

Engkoswara, (1997), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta Departemen Pendidikan dan Pustaka,2009) p 5

Faisal, S. (1982) Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

H.A.R, Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Dalam Perspektif Abad 21(Magelang: Tera Indonesia, 1999)

Hadi, Kuncoro (1993) Pokok-pokokperilaku Organisasi, Jakarta.

Hoy, Wayne K & Miskel, Cecil G. 2001. Educational Administration: Theory, Research, and Practice New YorkrMCGraw Hill.

Junaedi, Edi ( 2004) Kontribusi Kepemimpinan, Pengembangan Tim dan

Pemberdayaan Kegiatan Belajar Mengajar oleh Kepala Sekolah terhadap Mutu Pembelajaran. Tesis Pasca Sarjana UP1, Bandung tidak diterbitkan Komariah, A dan Triatna, C (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Luthan, F (2006), Prilaku Organisasi, Yogyakarta, Andi.

Mulyasa, E. (2008) Standar Kompetensi dan Sertiflkasi Guru. Bandung: PT. REMAJA ROSDA KARYA

MaccBeath John, Mortimore Peter (2005) Improving School Effectiveness, Grasindo: Jakarta

Margono, S. (2004) Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nawawi, H dan Martini H (1985). Administrasi Personil untuk Meningkatkan

(52)

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Newell, C.A. 1978. Human Behavior in Educational Administration. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

Nurkolis. (2003) Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Aplikasi) Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana IndonesiaUndang-Undang Republik Indonesia no 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Indonesia, Jakarta 2003

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Jakarta

Rifai, M (1982), Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Jemmars. Sallis, E (2007), Total Quality Managemen in Education, IRCiSoD, Winosobo. Santoso, M. Imam, (2002) Penagruh Penagwan Internal dan Iklim Organisasi

terhadap Kualitas Pembelqjaran Pendidikan di SMU Puragabaya Bandung. Tesis Pasca Sarjana DPI, tidak diterbitkan

Sudarwan, Danim. (2003) Menjadi Komunitas Pembelajar : Kepemimpinan transformasional dalam Komunitas Organisasi Pembelajar, Jakarta Bumi Aksara.

Sugiyono, (2006) Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.

Suryanto, Dwi (2001, Maret 23). Kepemimpinan Kepala Sekolah.Pikiran Rakyat [Online]. Tersedia:http://www.kompas.com/kompas

cetak/0103/23/dikbud/foru09.htm [21 September 2007]

Sutermeister, (1976) People and Productivity, Third Edition. New York: Mc Graw Hill Book Company.

Sutisna, Oteng (1986) Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Professional. Bandung: Angkasa

Thomas E. Becker, Donna M. Randall, dan Carl D. Riegel,"The Multidimensional View Commitment and the theory of Reasoned Action: A Comparative Evaluation ," Journal of Management, Vol 21, No.4, 1995 hlmn. 259-293. Trianto ,S Tinjauan yuridis Hak serta Kewajiban Pendidik, Menurut UU Guru dan

Dosen, (Prestasi Pustaka,2009) p 5

(53)

Alfabeta: Bandung

Wahyusumidjo. (1999). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Gambar

TABEL 1.1 DATA LOKASI  DAN POPULASI PENELITIAN
TABEL 3.1 SAMPEL PENELITIAN
TABEL 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
Tabel 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
+5

Referensi

Dokumen terkait

Karena adsorpsi Cr(III) pada tanah diatomit, baik tanpa perlakuan dengan asam maupun yang diperlakukan dengan HCl, dapat didekati dengan satu proses, persamaan (24),. maka nilai k

Magnetic separator merupakan operasi konentrasi atau pemisahan satu mineral atau lebih dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan

Yogyakarta, dan Jawa Timur masih mempertahankan kebiasaannya menggunakan ramuan obat tradisional ataupun satu spesies tumbuhan obat untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan

Penelitian sebelumnya juga pernah dilakukan menggunakan bakteri yang sama dengan ekstrak yang berbeda, penelitian yang dilakukan oleh Susriyani Bonjura pada tahun

Pengaturan level kecepatan pada Gambar 3.3 dilakukan pada komputer operator, lalu perintah tersebut akan dikirimkan ke rangkaian kontrol mikrokontroler melalui media

permukaan, akan digunakan pipa drainase yang terbuat dari tanah liat. Pipa tersebut ditempatkan pada kedalaman 1.5 m dari permukaan tanah. Koefisien drainase di daerah

Untuk memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang terjadi atas dikeluarkannya kebijakan pemerintah ini, maka penulis membatasi pembahasan hanya pada

Menurut Joshua (2015) regulasi emosi adalah kemampuan dalam meredam atau menjaga agar emosi tetap stabil dan tergantung bagaimana individu tersebut mengalami dan