• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group

Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK

(Penelitian terhadap Siswa Kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri

Oleh

ISMI AJENG RACHMAWATI 0811684

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK

OLEH

ISMI AJENG RACHMAWATI 0811 684

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING I,

Dr. Ai Nurhayati, MSi.

NIP. 19671005 199302 2 001 PEMBIMBING II,

Drs. Radjulaini, MPd.

NIP. 19460706 198002 1 001 Mengetahui,

Ketua Program Studi

Pendidikan Teknologi Agroindustri

Dr. Sri Handayani, MPd.

(3)

PERNYATAAN

Saya meyatakan bahwa skripi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik” ini, sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,

(4)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Group

Investigation (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK

(Penelitian terhadap Siswa Kelas XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur Tahun Ajaran 2012/2013)

Ismi Ajeng Rachmawati

0811684

Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih banyaknya siswa XI Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura SMK Pertanian Pembangunan Negeri Cianjur yang belum memenuhi nilai KKM pada mata pelajaran produktif, yaitu Membudidayakan Tanaman Secara Hidroponik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dengan model pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik. Metode penelitian yang digunakan yaitu Quasi Experimental Design dengan dua kelompok sampel yang dipilih secara sengaja. Kelas kontrol yang berjumlah 21 siswa menerapkan model pembelajaran konvensional dan Kelas Eksperimen yang berjumlah 20 siswa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Instrumen yang digunakan yaitu tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol dimana t hitung (0,06825) < t tabel (0,6832). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh guru diperlukan penyampaian materi yang lebih terstruktur pada proses pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI).

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Batasan Masalah ... 7

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 8

1.6. Manfaat Penelitian ... 9

1.7. Penjelasan Judul Penelitian ... 10

1.8. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

2.1.Kajian Pustaka ... 12

2.2 Kerangka Pemikiran ... 33

2.3 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

3.2. Metode dan Desain Penelitian ... 38

3.3. Variabel Penelitian ... 40

3.4. Instrumen Penelitian ... 40

3.5. Tahapan Penelitian ... 48

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1. Hasil Penelitian ... 59

4.1.1.Hasil Pelaksanaan Pre Test ... 60

4.1.2.Hasil Pelaksanaan Pembelajaran ... 63

(6)

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1. Kesimpulan ... 79

5.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

Tabel 3.1 Uji coba dengan Quasi Experimental ... 39

Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 43

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 44

Tabel 3.4 Interpretasi Daya Pembeda ... 45

Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 47

Tabel 3.6 Tahapan Penelitian ... 49

Tabel 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran antara Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 3.8 Konversi Nilai ... 55

Tabel 4.1 Nilai Rata-rata Pre Test Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen .... 61

Tabel 4.2 Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Pre Test ... 61

Tabel 4.4 Hasil Uji Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 72

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 4.1. Diagram Perbandingan Distribusi Frekuensi Skor Pre Test ... 69

Gambar 4.2. Diagram Perbandingan Frekuensi Skor Pre Test ... 70

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Uji Validitas Soal ... 85

Lampiran 2. Data Uji Reabilitas Soal ... 86

Lampiran 3. Tingkat Kesukaran ... 87

Lampiran 4. Hasil Uji Daya Pembeda... 88

Lampiran 5. Data Uji Homogenitas Soal Pre Test ... 89

Lampiran 6. Data Hasil Uji Gain ... 91

Lampiran 7. Hasil Uji Hipotesis ... 93

Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan ... 94

Lampiran 9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 96

Lampiran 10. Kisi – kisi Soal ... 111

Lampiran 11. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP ... 113

Lampiran 12. Tabel Statistik ...123

Lampiran 13. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing ... 128

Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 130

Lampiran 15. Kartu Bimbingan ... 131

Lampiran 16. Berita Acara Seminar I ... 135

Lampiran 17. Berita Acara Seminar II ... 136

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat, dan utuh serta bermoral tinggi. Selain itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas maka dari itu, pendidikan merupakan hal pokok yang di utamakan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yakni melalui pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Salah satu bentuk pendidikan formal yaitu adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan salah satu contoh nyatanya adalah dibentuknya SMK Pertanian.

SMK sebagai salah satu sarana pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga terampil yang ahli di bidangnya guna menghadapi tantangan dunia kerja di era global. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi dewasa ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang mamapu memahami pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat di sekitarnya. Sumber pengetahuan tersebut salah

(11)

satunya diperoleh melalui jenjang pendidikan baik secara formal maupun informal. Dengan demikian, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan.

Salah satu ilmu pengetahuan terbaru di lingkungan pertanian pada kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu dengan terdapatnya mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik yang termasuk dalam mata pelajaran produktif pada kurikulum di Sekolah-sekolah Menengah Kejuruan Pertanian.SMK Pertanian merupakan salah satu sistem yang sedang dikembangkan di Indonesia. Salah satu SMK Pertanian yang telah berdiri sejak lama adalah SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur.

(12)

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara informal dengan guru mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian di kota Cianjur bahwa untuk mata kompetensi budidaya Hidroponik ini tergolong mata kompetensi baru yang ada dalam kurikulum dan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2011/2012. Materi Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik yang disampaikan masih perlu pengembangan yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan dalam Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik masih menggunakan metode konvensional terbatas pada metode ceramah dan tanya jawab saja.

(13)

Dari permasalahan tersebut kemungkinan salah satu penyebab timbulnya kesulitan siswa dalam memahami konsep budidaya tanaman secara Hiroponik adalah karena kurang tepatnya penerapan model dan metoda pembelajaran budidaya Hidroponik. Model pembelajaran budidaya Hidroponik yang biasa diterapkan kurang mamapu melatih berbagai kemampuan siswa termasuk penguasaan konsep bididaya hidroponik siswa dengan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran tertentu yang melibatkan keaktifan siswa agar memberikan kebebasan berfikir pada siswa termasuk menguasai konsep yang sedang dipelajarinya dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, diharapkan penguasaan konsep budidaya Hidroponik lebih tertanam kuat dalam ingatan siswa serta siswa dapat menggali lebih lanjut berbagai informasi yang ditemukan ataupun yang diterimanya.

Mata pelajaran hidroponik terdiri dari beberapakompetensi dasar yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu kompetensi dasar yang harus dapat dikuasai siswa ialah kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik yang didalamnya berisikan materi yang terdiri dari lima sub kompetensi, yaitu:

Dalam Standar Kompetensi (SK) Budidaya Tanaman Secara Hidroponik terdapat tujuh macam Kompetensi Dasar (KD), yaitu :

a. Menjelaskan langkah-langkah pembibitan

(14)

c. Melakukan seleksi benih

d. Menghitung jumlah benih sesuai kebutuhan e. Melakukan seed treatment

f. Melakukan persemaian

g. Melakukan pemeliharaan persemaian

Untuk penelitian ini, dibatasi pada materi kebutuhan benih dan seed treatment. Maka untuk dapat mempelajarinya dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa selama KBM berlangsung yang berimbas pada prestasi hasil belajar yang memuaskan.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada model pembelajaran secara konvensional.

(15)

kemampuan siswa. Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Group Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa-siswi, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik mengambil judul

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP

INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK.

1.2. Identifikasi Masalah

(16)

1. Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented) dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Masih banyak siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sekolah terutama untuk kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik, yakni ≥ 75.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, masalah yang ditimbulkan cukup kompleks dan saling berkaitan maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada:

1. Pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol).

2. Pemahamansiswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatmentpada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen).

(17)

1.4. Rumusan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka perlu adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol)?

2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen)?

3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment?

1.5. Tujuan

(18)

digunakan oleh guru di SMK Pertanian.Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI).

3. Mengetahui perbedaan pemahamanyang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama :

1. Bagi Siswa

(19)

2. Bagi Guru

a. Dapat meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dengan mencoba metode baru dan dapat menentukan bentuk tindakan yang tepat guna meningkatkan hasil belajar.

b. Memberikan informasi pada guru atau calon guru tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK Pertanian.

3. Bagi Peneliti

Memberikan wawasan dan pengalaman dalam pengelolaan kelas dan cara menerapkan model pembelajaran karena peneliti merupakan calon guru.

1.7. Penjelasan Judul Penelitian

Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilh yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan

(20)

2. Model pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

3. Model tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation)

(21)

4. Meningkatkan

Adalah suatu kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. (KBBI, 1992).

5. Pemahaman siswa

Adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami dan mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.(KBBI, 1992).

Maka untuk Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam kegiatan belajar mengajar kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik untuk mendapatkan kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih dipahami dan mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.

1.8. Sistematika Penulisan

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

Berisi tentang kajianpustaka mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI); pemahaman siswa; dan pembelajaran menyiapkan bibit tanaman hidroponik. Selain berisi kajian pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari pelaksanaan penelitian

DAFTAR PUSTAKA

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur yang beralamat di Jalan Raya Cibeber Km. 5 Pasir Sembung Cianjur 43285.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur.

a. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang terdiri dari 4 kelas.

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel cluster random. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 2 (dua)kelas, siswa XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman

Pangan dan Hortikultura yang berjumlah 2 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 29 dan 31 orang.

(24)

Pada penelitian ini, kelas eksperimen yaitu kelas XI ATPH 1 yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, namun yangmengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan tipe group investigation (GI)sampai akhir penelitian hanya 20 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga.

Sementara kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional yaitu kelas XI ATPH 2 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, namun yang mengikuti proses pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 21 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester tiga (ganjil) tahun pelajaran 2012 – 2013, yaitu pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012.

3.2. Metode dan Desain Penelitian

(25)

Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan dalam pendekatan pembelajaran.Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang melakukan pembelajaran konvensional (kontrol) dan kelompok yang melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI(eksperimen/treatment). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divisualisasikan pada tabel 3.1.seperti berikut :

Tabel 3.1.Ujicoba dengan Quasi Experimental Design

Kelompok Pre

X2 = Pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional

3.3. Variabel Penelitian

(26)

1. Variabel eksperimen. Variabel eksperimen pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (X1).

2. Variabel kontrol. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (X2).

3.4. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2000:134) “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Penyusunan tes pengetahuan awal dan hasil belajar siswa dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Tes yang digunakan yaitu dalam bentuk tes pilihan ganda. Adapun langkah-langkah dalam membuat tes yaitu membuat kisi-kisi soal tes, menyusun soal tes, reliabilitas dan validasi soal tes.

Agar tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-hal berikut :

a. Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.

b. Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.

c. Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh tester.(Budiyono, 2003:58)

(27)

diberikan treatment. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes pilihan ganda.

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Option terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distraction). Arikunto (2007: 168), menyatakan “Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan

karena banyak sekali materi yang dapat dicakup”.

Kelebihan penggunaan tes objektif (Arikunto, 2007: 164) yaitu:

a. Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa; b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes

bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi;

c. Pemeriksanya dapat diserahkan kepada orang lain;

d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Instrumen tes objektif yang berupa tes pilihan ganda, terlebih dahulu akan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran produktif di sekolah. Kemudian instrumen tes tersebut diujicobakan kepada siswa di luar subjek penelitian yang telah mempelajari materi yang diujikan. Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas XII ATPH di SMK PP Negeri Cianjur. Setelah data hasil uji coba terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.

(28)

Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen, setelah tes diujicobakan kemudian dihitung koefisien korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata harian. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson sebagai berikut:

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil ujicoba

Y = nilai rata-rata ulangan harian

Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen, nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007: 75) sebagai berikut:

(29)

berada pada kriteria rendah dan sangat rendah. (Lampiran 1. Data Uji Validitas Soal, hal. 85)

2.Analisis Reliabilitas

Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen atau alat evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrumen. Perhitungan koefisien reliablitas ini dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2007: 93) berikut:

r = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas Soal

(30)

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011: 211). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian untuk sampel besar (n > 30) ambil 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakann rumus berikut ini.

(Suherman, 2003: 160)

Keterangan:

DP = daya pembeda satu butir soal tertentu

JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal denganbenar JSa = jumlah siswa kelompok atas

Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini.

Tabel 3.4.

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP≤0,00 Sangat Jelek

0,00<DP≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP≤ 0,40 Cukup

0,40<DP≤ 0,70 Baik

0,70 <DP≤1,00 Sangat Baik (Suherman, 2003: 161)

(31)

digunakan memiliki daya pembedadengan kriteriajelek, 68% dengan kriteriacukup dan 20% yang kriterianya baik.

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi diluar jangkauan (Arikunto, 2009: 207). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut.

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSa = jumlah siswa kelompok atas

Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.5. berikut ini.

Tabel 3.5.

Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi

IK ≤ 0,00 Sangat Sukar

0,00≤IK< 0,30 Sukar

0,30 ≤ IK< 0,70 Sedang

0,70≤IK<1,00 Mudah

(32)

Hasil perhitungan indeks kesukaran, terlampir (Lampiran 3. Tingkat Kesukaran, hal. 83). Dari data perhitungan didapatkan bahwa sebanyak 20% soal yang digunakan berkategori mudah, 76% soal berkategori sedang dan 4% soal berkategori sukar.

5. Uji Gain (peningkatan)

Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi.

Keterangan :

< g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi

Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. g – tinggi : dengan (< g >) ≥ 0,7 b. g – sedang : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 c. g – rendah : dengan (< g >) < 0,3

6. Uji hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu hipotesisnya dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian dan statistik terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah pernyataan terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

(33)

(Sumber: Sugiyono, 2009: 273) Keterangan :

X1 = mean sampel kelompok eksperimen

X2 = mean sampel kelompok kontrol

S1 = standar deviasi kelompok eksperimen

S2 = standar deviasi kelompok kontrol

n1 = jumlah data kelas eksperimen

n2 = jumlah data kelas kontrol

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria sebagai berikut :

Jika thitung< ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)ditolak dan H0(μ1 = μ2) diterima. Jika thitung> ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)diterima dan H0(μ1= μ2) ditolak.

3.5. Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.Rincian tahapan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6.sebagai berikut :

Tabel 3.6. Tahapan Penelitian

Tahap Penelitian Langkah-langkah Kegiatan

1. Tahap persiapan a. Melakukan observasi tempat penelitian b. Menentukan judul penelitian dan

membuat proposal penelitian;

c. Melaksanakan bimbingan proposal penelitian dengan dosen pembimbing; d. Melaksanakan seminar I (proposal

penelitian);

e. Memperbaiki atau merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar I dan disesuaikan dengan arahan dari para dosen pembimbing;

f. Mengajukan surat izin penelitian di SMK-PP Negeri Cianjur.

g. Melaksanakan konsultasi dengan Kepala Sekolah serta Wakasek Bidang Kurikulum SMK-PP Negeri Cianjur terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;

(34)

kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan;

i. Membagi subjek penelitian menjadi 2

Lanjutan Tabel 3.6.

Tahap Penelitan Langkah-langkah Kegiatan

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI); j. Menyusun instrumen penelitian dan

perangkat pembelajarannya (RPP, bahan ajar, soal pre test dan post test);

k. Memberikan pre test dengan menggunakan soal pilihan ganda yang terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan reliabilitas dari soal yang dipergunakan untuk pre test.

l. Mengolah data hasil pre test, sebelumnya dilakukan uji homogenitas untuk

(35)

2. Tahappelaksanaan Penelitian ini berlangsung selama dua kali pertemuan. Secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan pembelajaran secara konvensional pada kelompok kontrol dan melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI) pada kelompok eksperimen.Pembelajaran secara konvensional dilakukan dengan metode ceramah yang menggunakan media terbatas.

3. Tahap pengolahan data

a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pre test dan post test yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian; b. Pengolahan data dilakukan untuk menguji

peningkatan (gain) dan menguji hipotesis; c. Membuat penafsiran dan menarik

kesimpulan dari hasil penelitian; d. Penyusunan laporan skripsi.

Sedangkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI) dengan menggunakan dilakukan dengan metode diskusi kelompok aktif. Pelaksanaan pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada setiap pertemuan dapat dilihat pada tabel 3.7.berikut ini.

Tabel 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran Antara Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pertemuan

I

Kegiatan awal :

Berdoa, absensi, dan Pre test

(36)

Kegiatan akhir :

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pertemuan

Post test, guru menutup pelajaran memberikan Post test dan menutup pelajaran

(37)

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen penelitian dan instrumen ini berfungsi untuk digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui metode tes.

Metode tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang akan dan telah diberikan kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan awal siswa (pre test) dan hasil belajar siswa (post test). Tes dalam penelitian ini berbentuk tes tertulis dengan bentuk pertanyaan uraian yang memuat beberapa pertanyaan mengenai materi pada kompetensi dasar Membudidayakan Tanaman secara Hidroponik.

3.6.1. Hasil Pre Test

Pre test merupakan tes yang dilakukan pada awal pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan awal peneliti sebelum memulai penelitian. Selain itu, pre test ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan siswa sebelum diberikan treatment apapun.

3.6.2. Hasil Post Test

Post test merupakan tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran setelah diberikan treatment tertentu.

3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

(38)

tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan yaitu :

1. Menghitung skor tes individu 2. Menginterpretasikan nilai individu 3. Uji Homogenitas data pre test 4. Uji Gain

5. Uji Hipotesis

3.7.1. Menghitung skor tes individu

Hasil pre test dan post test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Nilai maksimum untuk hasil pre test dan post test pada penilaian individu untuk penilaian ini, yaitu 100.

3.7.2. Menginterpretasikan Nilai Individu

Data yang diperoleh dari nilai siswa diolah menjadi nilai huruf dengan interpretasi A (Amat Baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang), dan E (Kurang Sekali). Menentukan nilai huruf tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Menentukan skor maksimal ideal b. Mencari mean ideal dengan rumus:

(Purwanto, 2007: 95)

c. Mencari deviasi standar dengan menggunakan rumus:

(Purwanto, 2007: 95)

(39)

(Purwanto, 2007: 95)

f. Menentukan batas atas C dengan menggunakan rumus :

(Purwanto, 2007: 95)

g. Menentukan batas atas B dengan menggunakan rumus :

(Purwanto, 2007: 95)

Sedangkan untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus :

Keterangan : P = persentase skor

Fo= jumlah skor yang muncul N = jumlah skor total/skor ideal

Nilai siswayang diperoleh, dapat dikonversikan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 3.8. Konversi Nilai

No Nilai Huruf Keterangan

1 ≥ 88,26 A Amat Baik

2 75,6 – 88,25 B Baik

3 62,76 – 75,5 C Cukup

4 50,01 – 62,75 D Kurang

5 ≤ 50 E Kurang Sekali

(40)

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan varians.

̅

S = simpangan bakusampel n = jumlah sampel

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut :

a. Menghitung varian untuk setiap kelompok sampel dengan menggunakan rumus ̅

d. Pengujian homogenitas dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Apabila Fhitung <Ftabel , maka dinyatakan homogen. 2) Apabila Fhitung >Ftabel , maka dinyatakan tidak homogen.

(41)

Harga ini (Fhitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang (21 – 1 = 20) dan dk penyebut (20 – 1 = 19). Berdasarkan dk tersebut dan untuk taraf kesalahan 5%, maka harga Ftabel = 2,135. Ternyata harga Fhitung< Ftabel, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok tersebut homogen.

3.7.4. Uji Gain (peningkatan)

Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi.

Keterangan :

< g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi

Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. g – tinggi : dengan (< g >) ≥ 0,7 b. g – sedang : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 c. g – rendah : dengan (< g >) < 0,3

3.7.5. Uji Hipotesis

(42)

eksperimen. Untuk mengetahui apakah hipotesa dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Polled Varians.

[ ]

(Sumber: Sugiyono, 2009: 138) Keterangan :

X1 = mean sampel kelompok eksperimen

X2 = mean sampel kelompok kontrol

S1 = standar deviasi kelompok eksperimen

S2 = standar deviasi kelompok kontrol

n1 = jumlah data kelas eksperimen

n2 = jumlah data kelas kontrol

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis mengenai penerapan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik untuk meningkatkan pemahaman kognitif siswa di SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Cianjur, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas kontrol atau kelas yang menerapkan metode konvensional (ceramah) dengan nilai rata-rata post test adalah 73,33 termasuk pada kategori cukup. Berdasarkan hasil uji gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,46 yang termasuk pada kategori sedang. 2. Pemahaman siswa pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman

Hidroponik pada kelas eksperimen atau kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan nilai rata-rata post test adalah 80,6 termasuk pada kategori baik. Berdasarkan hasil uji gain didapatkan nilai rata-rata gain sebesar 0,53 yang termasuk pada kategori sedang.

(44)

Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment dimana t hitung (0,06825) < t tabel (0,6832).

5.2. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya. Penulis menyarankan untuk dapat meneliti faktor internal dan eksternal siswa yang berpengaruh pada proses pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran dapat dicapai. Selain itu diharapkan untuk memperhatikan kembali proses pengelolaan kelas yang baik ketika proses pembelajaran. 2. Untuk pengajar. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah

penulis lakukan, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan keaktifan siswa di kelas. Didasari oleh hal tersebut, maka penulis menyarankan bahwa model pembelajaran tipe group investigation (GI) dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik. Adapun kendala yang dialami selama proses KBM yakni ketika membangun motivasi siswa untuk siap belajar yang pada kebanyakan siswa cenderung sedikit sekali dalam pelaksanaan pembelajaran.

3. Untuk sekolah. Memperhatikan kembali jadwal pembelajaran siswa terutama untuk mata pelajaran produktif sehingga tidak ada pemotongan jam pembelajaran dengan istirahat agar proses KBM dengan maksimal.

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2009). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: BumiAksara.hal. 118 – 137.

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement vs Traditional Methods: A Si-thousand Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses. American Journal of Physics 1, 1-26.

Ibrahim, R. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta.

Isjoni, 2010. Cooperatif Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok (cetakan ketiga). Bandung: Alfabeta.

Lie, A. (2005). Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia

Munaf, S. (2001). Evalusi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung

Nasution.(2005). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Purwanto, M. (2007). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rumini, S. dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sanjaya, W. (2005).Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Sanjaya, W. (2009).Strategi Pembelajaran. Jakarta; Kencana.

Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka Cipta.

Slavin,R.E. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan). Bandung: Nusa Media.

Sudjana, N. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2008). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru Algesindo.

(46)

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Suprijono, A. (2011). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Trianto. (2007). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Alfabeta.

Winataputra, S, dkk. (2007). Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Zingaro, D. (2008). Pembelajaran Investigasi Kelompok. Jakarta: PT. Gramedia. Zulaiha, R. (2011). Analisis Soal Secara Manual. Jakarta: PUSPENDIK.

Sumber Lain:

Anonim. (2008). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.[Online]. Tersedia pada: http://blog.tp.ac.id/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation (di unduhpada 31 Mei 2012 pukul 16.15 WIB).

Anonim. (2008). Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI). [Online]. Tersedia pada: http: //ipotes. wordpress.com/2008/04/28/ pembelajaran-kooperatif-tipe-group-investigation-gi/ (di unduh pada 1 Juli 2012 pukul 14.05 WIB).

Cahyo, D. (2009). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS. [Online]. Tersedia pada:

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail.html. (diunduhpada 31 Mei 2012 pukul 15.35 WIB).

Hake, R.R (1998). Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses. Department of Physics, Indiana University, Blomingtoon. [Online].Tersediapada:http://www.physics.indiana.edu/hake.

Nurfarida, E. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statis. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(47)

Rahayu, I. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyanto.(2009). Penerapan Model Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia pada: http://massugiyanto.blogspot.com/2011/08/penerapan-model-investigasi-kelompok.html. (di unduh pada pada 31 Mei 2012 pukul 16.58 WIB).

Utomo, P. (2010). Model-Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia pada: http://www.grameenfoundation.com. (diunduh pada 31 Mei 2012 pukul 17.15 WIB).

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran ..........................................................
Tabel 3.1.Ujicoba dengan Quasi Experimental Design
Tabel 3.2.
Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Soal
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari alat yang dibuat adalah lengan robot tidak hanya mengambil dan meletakkan benda ditempat yang telah disediakan tetapi juga dapat dilakukan penyusunan

Infusa kombinasi memiliki aktifitas antibakteri yang lebih rendah bila dibandingkan dengan infusa daun sirih (p=0,012) dan daun sirih merah (p=0,013).. epidermidis oleh infusa

Penggunaan nama-nama tokoh legenda “Panji Raras” yang ditransformasikan dalam tokoh Marto Klungsu, dan Tumenggung Keraton Solo, secara semioik mengandung makna ironi pada

Hasil pengembangan buku ajar berbasis praktek mata kuliah tenis lapangan bagi mahasiswa prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang berada

Adalah dimensi yang berhubungan dengan pengakuan atas situasi bermasalah yang dihadapi seseorang. Dengan kemampuan dan kemauan untuk mengakui adanya masalah, akan

Dalam sistem bilangan kompleks sering dijumpai bilangan kompleks sekawan (konjugat kompleks). Dua bilangan kompleks disebut sekawan apabila nilai realnya sama dan tanda

Islam memiliki teologi seperti itu dalam kurban hewan yang dilakukan ketika Idul Adha, sedangkan Kristen memilikinya dalam perjamuan kudus... Kesamaan kedua ritual keagamaan ini

Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan cara menonton film Rudy Habibie secara keseluruhan dengan durasi 120 menit. Setiap scene terdiri dari beberapa adegan