• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada Remaja di Pusat Pengembangan Anak (PPA) "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada Remaja di Pusat Pengembangan Anak (PPA) "X" Bandung."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

iv Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kategori gratitude berdasarkan aspek recognition dan acknowledgement serta gambaran faktor-faktor dari gratitude pada Emmons (2007).Gratitude dapat dimaknai sebagai sesuatu yang menyenangkan yang terjadi saat seseorang mendapatkan pemberian dari orang lain.

Penelitian ini dilakukan pada 34 orang remaja dengan usia 13 sampai dengan 21 tahun di PPA ‘X’ Bandung melalui penyebaran kuesioner yang telah dikonstruksi oleh peneliti berdasarkan teori gratitude dari Emmons (2007). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan Rank Spearman dan Alpha Cronbach dengan program SPSS 17.0 diperoleh 16 item yang dapat dipakai dengan rentang validitas 0,310 sampai dengan 0,655 dan reliabilitas 0,754.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik 25 responden (73,5%) tergolong nongratitude, 6 responden (17,6%) tergolong ingratitude, dan 3 responden (8,8%) tergolong gratitude. Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah mayoritas responden tergolong nongratitude terhadap bantuan secara keseluruhan dari PPA ‘X’ Bandung. Faktor yang paling menghambat gratitude pada responden, yaitu kesibukan dalam hidup.

(2)

v Universitas Kristen Maranatha Abstract

The purpose of this study was to determine the category gratitude based on the aspects of recognition and acknowledgment and description of the factors of gratitude in children aged 13 to 21 years in PPA ‘X’ Bandung. This study was conducted based on the theory of Gratitude from Robbert A. Emmons, 2007. Gratitude can be interpreted as something pleasure happened when someone gets a gift from other.

This study was conducted on 34 children aged 13 to 21 years in PPA ‘X’ Bandung through questionnaires which had been constructed by the researchers based on the theory of gratitude from Emmons (2007). Based on the results of validity and reliability by using Cronbach Alpha Rank Spearman with SPSS 17.0 was obtained 16 items that can be used with a range of validity are 0.310 up to 0.655 and reliability is 0.754.

Based on statistical data processing 25 respondents (73.5%) classified as nongratitude, 6 respondents (17.6%) classified as ingratitude, and 3 respondents (8.8%) classified as gratitude. The conclusions obtained from this study are the majority of respondent’s classified nongratitude the overall assistance of PPA ‘X’ Bandung. The most inhibiting factor of gratitude to the respondent’s the busyness of life.

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ...ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iii

ABSTRAK …….... ... iv

ABSTRACT …….... ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ……. ... viii

DAFTAR TABEL . ... xi

DAFTAR BAGAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 9

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 9

1.3.1 Maksud penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan penelitian ... 9

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5Kerangka Pemikiran... 10

1.6Asumsi ... 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gratitude ... 19

2.1.1 Definisi Gratitude ... 19

2.1.2 Aspek-aspek Gratitude ... 20

2.1.3 Gratitude Sebagai Suatu Pilihan Sikap ... 21

2.1.4 Kategori Gratitude ... 22

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gratitude ... 23

2.2 Perkembangan Kognitif Remaja ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 28

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 28

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.3.1 Variabel Penelitian ... 28

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

3.3.3 Definisi Operasional ... 29

3.4 Alat Ukur ... 30

3.4.1 Alat Ukur Gratitude ... 30

3.4.1.1 Prosedur Pengisian ... 31

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 34

3.4.2.1 Data Pribadi ... 34

3.4.2.2 Data Penunjang ... 34

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 34

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 34

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 35

3.5 Populasi dan Karakterisitik Populasi ... 35

3.5.1 Populasi Sasaran ... 35

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 35

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.6 Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 37

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

4.1.2 Usia….. ... 37

4.1.3 Tingkat Pendidikan ... 38

4.1.4 Lamanya Menerima Bantuan ... 38

4.1.5 Gambaran Gratitude Responden Jenis Kelamin ... 39

4.2 Pembahasan…... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ….. ... 46

5.2 Saran……….. ... 47

5.2.1 Saran Teoretis….. ... 47

5.2.2 Saran Praktis ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

DAFTAR RUJUKAN ... 50

(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambaran Alat Ukur ... 31

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 38

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Menerima Bantuan dari PPA Immanuel ... 38

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran... 17

(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 01 Informed Consent Penelitian ... L-1

Lampiran 02 Identitas Responden dan Kuesioner ... L-2

Lampiran 03 Kuesioner Data Penunjang ... L-9

Lampiran 04 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... ...L-10

Lampiran 05 Skor Kategori Gratitude pada setiap Bantuan ... L-12

Lampiran 06 Tabel Faktor yang Menghambat Gratitude ... L-14

Lampiran 07 Tabulasi Silang Faktor Gratitude dengan Kategori gratitude...L-16

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap anak yang lahir ke dunia, tidak dapat memilih dengan siapa dan dimana dia akan dibesarkan. Lahir dan tumbuh besar di keluarga yang berkecukupan merupakan suatu anugerah yang patut disyukuri. Keluarga yang berkecukupan tentu lebih dapat memenuhi kebutuhan dasar bila dibandingkan dengan keluarga yang tergolong miskin. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2010), secara ekonomi keluarga yang digolongkan miskin dilihat dari tingkat pengeluaran per kapita per bulan yaitu sebesar Rp 211.726 atau sekitar Rp 7.000 per hari sehingga, dapat dibayangkan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makan saja pun akan terasa sulit.

Pada kenyataannya, kemiskinan tidak hanya diterima sebagai keterbatasan dalam sektor ekonomi. Beberapa akademisi berpendapat bahwa kemiskinan dapat meliputi sektor non-ekonomi seperti kesehatan, keamanan/ kerentanan, penghargaan diri/ identitas, keadilan, akses terhadap layanan masyarakat, dan hubungan sosial (Scott Todd, 2010). Kemiskinan nyatanya juga memiliki dampak yang serius di setiap kalangan usia khususnya pada anak-anak dan remaja. Dampak kemiskinan pada anak-anak dan remaja dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada aspek fisik, psikis, dan sosial.

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Sebagai organisasi nirlaba, PPA ‘X’ Bandung memiliki visi untuk membela dan melepaskan anak-anak dari kemiskinan spiritual, ekonomi, sosial dan jasmani, serta memampukan anak menjadi orang Kristen dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab. Misi dari pelayanan PPA ‘X’ Bandung adalah melakukan pengajaran dan menerapkan program sejak awal anak masuk ke PPA ‘X’Bandung hingga selesai dan membimbing anak menjadi pribadi Kristen yang dewasa secara iman dan pemikiran, serta juga mampu untuk menjadi pemimpin atas dirinya dan orang lain.

Pusat Pengembangan Anak ‘X’ Bandung menjalankan fungsinya di bawah naungan Gereja ‘X’ Bandung. Gereja ‘X’ melakukan kerjasama (mitra) dengan Yayasan ‘Y’ Bandung. Semua bantuan yang diberikan kepada anak PPA ‘X’ Bandung berasal dari Yayasan ‘Y’ Bandung. Bantuan tersebut kemudian disalurkan dan dikelola oleh Gereja ‘X’ Bandung. Meskipun anak dan remaja PPA ‘X’Bandung mendapatkan bantuan dari PPA ‘X’ Bandung, mereka masih tinggal bersama dengan keluarga (orang tua/ wali).

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung mencakup empat konteks holistik, artinya bantuan yang diberikan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak secara menyeluruh dan berkesinambungan. Konteks bantuan yang pertama adalah intelektual, yaitu konteks yang berfokus pada sisi kognitif anak. Setiap anak PPA ‘X’ Bandung diberikan pembelajaran berdasarkan kurikulum PPA ‘X’ Bandung. Kurikulum yang diberikan mengarah pada tujuan

pengembangan holistik dalam hidup anak. Anak yang berusia 6-11 tahun diajarkan kurikulum pembelajaran seperti ‘Siapa Saya’, ‘Bagaimana cara menjaga dan merawat kebersihan tubuh

dan lingkungan’,’Saya dan Tuhanku’, dan lain sebagainya . Anak yang berusia 12-21 tahun

diberikan pembelajaran mengenai kurikulum seperti ‘Melatih Kepemimpinan’, ‘Public Speaking’ ‘Rencana Masa Depan (RMD)’ dan lain sebagainya.

Tujuan pemberian bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung juga mengharapkan agar nantinya anak PPA ‘X’ Bandung mampu hidup secara mandiri. Hal ini dikarenakan saat anak PPA ‘X’Bandung telah berusia 22 tahun, mereka tidak lagi diberikan bantuan (keluar dari PPA), mereka harus bisa hidup mandiri (bekerja) melalui keterampilan yang mereka miliki. Pusat Pengembangan Anak (PPA) ‘X’Bandung memfasilitasi setiap anak dengan mengembangkan minat dan bakat mereka pada bidang akademik (seperti olimpiade dan kursus bahasa), keterampilan/ seni (menari, melukis, komputer, meronce), dan olahraga. Pusat Pengembangan Anak (PPA) ‘X’ Bandung juga menyekolahkan anak dengan menanggung sebagian atau seluruh biaya Lembar Kerja Siswa (LKS) maupun uang sekolah selain itu, mentor juga membantu mengajarkan pelajaran sekolah .

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha saling mengasihi, melayani, dan berbagi. Setiap mengawali kegiatan di PPA ‘X’ Bandung, anak PPA ‘X’ Bandung dibiasakan untuk berdoa dan menyanyikan lagu puji-pujian. Setiap pertemuan anak PPA ‘X’ Bandung juga melakukan bimbingan rohani (mentoring) yang dibimbing oleh mentor. Pada hari libur anak PPA ‘X’ Bandung juga mengikuti kegiatan Sekolah Injili Liburan (SIL) yang dilakukan di alam terbuka.

Konteks bantuan ketiga adalah sosio-emosional yang bertujuan untuk membangun kepercayaan diri, kemandirian, keakraban, hiburan, serta melatih kepemimpinan. Konteks emosional tidak dapat dipisahkan dengan konteks yang lainnya. Manfaat dari konteks sosio-emosional ini diperoleh anak PPA ‘X’ Bandung melalui beragam kegiatan yang dilakukan di PPA ‘X’ Bandung. Misalnya, saat anak PPA ‘X’ Bandung melakukan kegiatan olahraga dalam suatu tim, anak PPA ‘X’ Bandung tidak hanya dilatih dalam hal fisik/ jasmani namun, juga diajarkan bagaimana membuat strategi (kognitif), berkomunikasi (sosial), suportif (spiritual), dan mengekspresikan emosi dengan tidak menyinggung perasaan orang lain.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan data dari mentor PPA ‘X’ Bandung pada bulan November 2015, jumlah keseluruhan anak di PPA ‘X’ Bandung adalah 133 orang anak. Usia anak yang dibantu oleh PPA ‘X’ Bandung berada pada kisaran usia 4 sampai 21 tahun. Sebanyak 70 anak berada pada tingkat SD, 30 anak pada tingkat SMP, dan 33 anak berada di tingkat SMA dan Perguruan Tinggi. Setiap mentor bertanggung jawab terhadap satu kelompok usia tertentu, yaitu usia anak (TK-SD), usia remaja awal (SMP), remaja pertengahan (SMA), dan remaja akhir (Perguruan Tinggi). Berdasarkan wawancara tersebut, di PPA ‘X’ Bandung terdapat 4 mentor yang berperan membimbing anak PPA ‘X’Bandung. Mentor tersebut mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Dua orang merupakan Sarjana Ekonomi dan 2 orang lainnya Sarjana Theologi. Para mentor PPA ‘X’ Bandung dibekali curriculum training (pelatihan kurikulum) yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada anak PPA ‘X’ Bandung. Pelatihan kurikulum yang didapatkan para mentor berasal dari Yayasan ‘Y’ Bandung. Pelatihan kurikulum yang diberikan meliputi pengetahuan psikologi perkembangan anak dan remaja, ilmu kesehatan, Agama Kristen, dan Proyek Manajemen.

Anak-anak yang diterima di PPA ‘X’ Bandung merupakan contoh kecil dari bagian masyarakat marjinal yang secara finansial mengalami kekurangan. Hidup dalam kemiskinan menjadikan anak PPA ‘X’ Bandung rentan dengan berbagai permasalahan sosial, kesehatan dan tekanan hidup lainnya. Berdasarkan wawancara dengan mentor PPA ‘X’ Bandung tersebut, diperkirakan 50% anak PPA ‘X’Bandung sering merasa kurang percaya diri. Anak PPA ‘X’ Bandung merasa dirinya tidak seberuntung dengan teman-teman di sekolah, mereka membandingkan apa yang mereka punya dengan teman-teman mereka di sekolah.

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha Bandung dapat mereka manfaatkan untuk pengembangan diri, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Misalnya, ada anak yang bebas seleksi masuk ke perguruan tinggi negeri karena nilai akhir SMA yang baik dan ada juga yang berprestasi di bidang olahraga.

Bantuan yang didapatkan anak PPA ‘X’ Bandung pada kenyataannya tidak membuat semua anak PPA ‘X’ Bandung merasa senang. Hal ini diketahui dari pengamatan mentor terhadap perilaku anak selama mengikuti kegiatan di PPA ‘X’Bandung. Terdapat 5 orang remaja PPA ‘X’Bandung yang menolak bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung berupa pakaian seragam. Mereka menolak memakai pakaian seragam karena merasa malu mengenakan baju yang memiliki label PPA ‘X’Bandung saat melakukan aktivitas di PPA ‘X’ Bandung.

Terdapat 3 orang anak PPA ‘X’ Bandung yang dengan sengaja membuang makanan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung karena tidak menyukai makanan yang berisi sayuran. Mereka lebih memilih mengonsumsi makanan/ jajanan yang dijual di pinggir jalan. Dikatakan pula, sebanyak 20% anak yang pernah keluar dari PPA ‘X’Bandung adalah anak yang berada pada usia 15-18 tahun. Mereka keluar dari PPA ‘X’ Bandung karena merasa bosan, lelah, dan tidak ingin terikat dengan kegiatan di PPA ‘X’Bandung yang dilakukan setelah mereka pulang dari sekolah.

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Tujuh orang anak PPA ‘X’ Bandung (87,5%) menyadari bahwa mereka menerima bantuan dari PPA ‘X’ Bandung pada konteks spiritual. Mereka menyatakan bahwa mereka bertumbuh secara rohani dan mengenal Tuhan, karena mendapatkan kesempatan untuk mengikuti bimbingan rohani, kegiatan retreat, melalui pertemuan di gereja. Satu orang anak PPA ‘X’ Bandung (12,5%), menyatakan tidak adanya bantuan yang diterima dari PPA ‘X’ Bandung pada konteks spiritual.

Delapan orang anak PPA ‘X’Bandung (100%) menyadari bahwa mereka menerima bantuan PPA ‘X’ Bandung pada konteks sosio-emosional. Mereka menyatakan bahwa mereka dilatih untuk mengendalikan emosi melalui kegiatan di PPA ‘X’ Bandung seperti retreat, camping, hiking dan rafting, memiliki teman/ sahabat, dan keluarga baru untuk berbagi dan tolong-menolong. Berbeda halnya pada konteks fisik, delapan anak PPA ‘X’ Bandung (100%) tidak menyadari adanya bantuan yang diterima dari PPA ‘X’ Bandung pada konteks fisik seperti pemberian makanan bergizi, pemeriksaan kesehatan, dan biaya pengobatan.

Pada dasarnya, setiap individu tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain seperti halnya pada anak-anak yang dibantu di PPA ‘X’ Bandung. Sebagian besar hidup anak PPA ‘X’ Bandung bergantung dari bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung. Bantuan yang diberikan oleh PPA ‘X’ Bandung dapat secara langsung diterima dan dirasakan manfaatnya oleh anak PPA ‘X’ Bandung. Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti terhadap 8 orang anak PPA ‘X’ Bandung, tergambarkan bagaimana anak PPA ‘X’Bandung sebagai penerima bantuan merespon setiap bantuan dari PPA ‘X’ Bandung. Ada anak yang dengan senang hati menerima bantuan namun adapula anak yang menolak bantuan.

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha memahami nilai dari hal baik tersebut dan individu menghargai niat sang pemberi. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003), kemampuan untuk dapat menyadari dan mengakui bantuan dari PPA ‘X’Bandung didasarkan oleh kemampuan berpikir pada tahap operasional formal yang muncul sekitar usia 11 sampai 15 tahun.Individu pada usia tersebut telah mampu berpikir secara abstrak dan hipotetis, sehinga peneliti memfokuskan penelitian gratitude pada subjek penelitian anak PPA ‘X’ Bandung yang telah berusia 13 tahun ke atas.

Keterbatasan finansial pada remaja PPA ‘X’ Bandung seharusnya tidak membuat mereka lupa untuk bersyukur. Menurut Psikolog Emmons dan Crumpler (2000) menyatakan bahwa, dengan bersyukur mampu membuat hidup seseorang lebih lengkap, berarti, dan produktif. Gratitude atau rasa bersyukur perlu menjadi salah satu karakter yang dimiliki oleh setiap remaja PPA ‘X’ Bandung. Remaja PPA ‘X’ Bandung yang dapat menghayati manfaat dan nilai dari bantuan akan menjalani kehidupannya dengan perasaan sukacita, tidak lagi melihat kekurangan yang ada di dalam diri sebagai penghalang untuk memenuhi cita-cita mereka, sehingga bantuan yang mereka terima akan mereka jaga dan gunakan dengan baik.

Berdasarkan hasil survei awal diatas yang berkaitan dengan teori gratitude dari Emmons, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gratitude pada remaja di PPA ‘X’ Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitan ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai kategori gratitude pada remaja di PPA ‘X’ Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kategori gratitude berdasarkan aspek acknowledgement dan recognition serta gambaran faktor-faktor dari gratitude.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberi masukan bagi ilmu Psikologi khususnya pada bidang ilmu Psikologi Positif mengenai rasa syukur (gratitude) pada subjek dengan usia remaja.

2. Memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai gratitude, khususnya pada subjek dengan usia remaja.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi pada remaja di PPA ‘X’ Bandung mengenai gambaran gratitude mereka terhadap bantuan dari PPA ‘X’ Bandung, sehingga remaja PPA ‘X’ Bandung lebih mampu mengakui dan menyadari motivasi dan tujuan baik dari bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung.

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha kepada remaja PPA ‘X’ Bandung mengenai manfaat dan tujuan bantuan PPA ‘X’ Bandung.

1.5. Kerangka Pemikiran

Remaja yang dibimbing dan dibina di PPA ‘X’ Bandung adalah sebagai penerima bantuan dari PPA ‘X’Bandung yang berasal dari keluarga miskin. Bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka di masa depan. Bantuan yang diberikan bersifat holistik yang meliputi empat konteks, yaitu konteks intelektual, spiritual, sosio-emosional, dan fisik (kesehatan jasmani). Konteks bantuan yang diberikan tidak hanya dalam bentuk materi tetapi juga non-materi. Respon remaja PPA ‘X’ Bandung terhadap bantuan yang diterima menjadi hal penting, karena dengan respon tersebut apakah remaja PPA ‘X’ Bandung sudah mampu mengakui dan menyadari nilai dan motivasi dari setiap bantuan yang diterima.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Remaja PPA ‘X’ Bandung dapat dikatakan gratitude pada saat mereka mampu mengakui (acknowledgement) kebaikan dan memanfaatkan dari bantuan yang diterima sekaligus mampu menyadari (recognition) sumber dan motivasi dari pemberi bantuan, yaitu PPA ‘X’ Bandung. Remaja PPA ‘X’ Bandung menganggap bahwa kebaikan dalam hidupnya sebagian besar berasal dari pemberian PPA ‘X’ Bandung namun, remaja PPA ‘X’ Bandung tidak dapat dikatakan ber-gratitude pada saat mereka hanya mampu menyadari (recognition) sumber dan motivasi dari pemberi bantuan namun, tidak mengakui (acknowledgement) kebaikan dan memanfaatkan bantuan, ataupun sebaliknya.

Menurut Emmons (2007), terdapat tiga kategori respon yang dapat dimunculkan oleh remaja PPA ‘X’Bandung terhadap bantuan PPA ‘X’ Bandung, yaitu gratitude, nongratitude, dan ingratitude. Kategori pertama, yaitu gratitude adalah saat remaja PPA ‘X’ Bandung mengakui (acknowledgement) bahwa dirinya telah menerima kebaikan bantuan dan memanfaatkan bantuan, serta menyadari (recognition) sumber kebaikan bantuan dan motivasi dari pemberi.

Kategori kedua adalah nongratitude yaitu, kegagalan remaja PPA ‘X’ Bandung dalam mengakui (acknowledgement) bantuan yang telah diterima dari PPA ‘X’ Bandung, baik pada salah satu ataupun beberapa konteks bantuan seperti intelektual, spiritual, sosio-emosional maupun fisik (kesehatan jasmani) sebagai hal yang baik. Hal ini dikarenakan mereka secara tidak sadar telah melupakan/ lalai untuk mengingat kebaikan dari bantuan yang telah mereka terima selain itu, remaja PPA ‘X’ Bandung menjadi nongratitude karena mereka gagal dalam menyadari (recognition) sumber kebaikan bantuan dan motivasi PPA ‘X’ Bandung dalam memberikan bantuan.

Kategori ketiga adalah ingratitude , yaitu pada saat remaja PPA ‘X’ Bandung mengakui

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha telah diterima. Remaja PPA ‘X’ Bandung menolak untuk menyadari (recognition) sumber bantuan dan motivasi PPA ‘X’ Bandung. Remaja PPA ‘X’Bandung mengakui bahwa terdapat sisi keburukan atau kekurangan dari bantuan yang mereka terima sehingga bantuan yang seharusnya merupakan hal baik, namun bagi mereka dipersepsi sebagai hal yang buruk karena mereka melihat kekurangan dalam bantuan tersebut.

Misalnya, kegiatan retreat/ bimbingan rohani dianggap sebagai hal yang menyita waktu mereka untuk bermain dengan demikian, remaja PPA ‘X’ Bandung menyadari (recognition) bahwa PPA ‘X’ Bandung sebagai sumber keburukan karena melakukan kegiatan di PPA ‘X’ Bandung sudah menyita waktu mereka untuk melakukan hal-hal yang mereka senangi diluar dari kegiatan yang diadakan PPA ‘X’ Bandung.

Respon yang dimunculkan remaja di PPA ‘X’ Bandung tidak hanya didasarkan dari aspek acknowledgement dan recognition, namun dapat dipengaruhi dari faktor-faktor yang dapat memunculkan/ menghambat gratitude. Faktor yang pertama adalah bias negatif. Bias negatif adalah kecenderungan alamiah dari otak manusia untuk memersepsi secara negatif hal-hal yang masuk kedalam pikirannya. Untuk bisa bersyukur, remaja PPA ‘X’ Bandung perlu sadar dan berusaha untuk semakin menyadari (recognition) dan mengakui (acknowledgement) kebaikan-kebaikan sebagai anak yang dibimbing dan dibina di PPA ‘X’ Bandung.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha bahwa bantuan yang diberikan memiliki tujuan yang buruk oleh karena itu, respon untuk ber-gratitude menjadi terhambat.

Faktor kedua adalah ketidakmampuan mengakui ketergantungan. Ketidakmampuan mengakui ketergantungan adalah kecenderungan remaja PPA ‘X’ Bandung melihat bahwa hal-hal baik yang terjadi dalam hidup mereka merupakan hasil dari usaha mereka sendiri. Remaja PPA ‘X’ Bandung memiliki pemikiran bahwa mereka dapat bersekolah karena usaha dari mereka sendiri (orangtua). Pemikiran yang demikian dapat membuat respon untuk ber-gratitude menjadi terhambat. Sebaliknya, respon gratitude dapat muncul pada remaja PPA ‘X’ Bandung jika mereka mampu mengakui (acknowledgement) serta menyadari (recognition) bahwa mereka dapat menikmati bantuan karena adanya bentuk perhatian dan kerelaan hati dari PPA ‘X’ Bandung.

Faktor ketiga adalah konflik psikologis dalam diri individu. Hal ini terjadi saat ada konsekuensi negatif dalam mengekspresikan emosi gratitude. Misalnya, bantuan yang diberikan PPA ‘X’ Bandung secara tidak sengaja juga dapat melukai perasaan remaja PPA ‘X’ Bandung. Sebagai contoh, mentor mencurahkan kasih sayang terhadap remaja PPA ‘X’ Bandung dengan menyajikan makanan bergizi seperti sayur-sayuran, namun mentor juga akan menegur keras terhadap mereka yang dengan sengaja membuang makanan.

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha perbuatan mereka. Kebingungan dalam diri remaja PPA ‘X’ Bandung dapat membuat rasa gratitude menjadi terhambat karena adanya rasa kemarahan dari bantuan yang diterima.

Faktor keempat adalah ketidaksesuaian dalam memberikan bantuan. Bantuan memiliki banyak makna dan risikonya tinggi untuk memunculkan hasil yang tidak diharapkan. Bantuan dapat menjadi beban, digunakan untuk mengontrol perilaku, dan menjamin loyalitas. Bantuan yang terlalu mewah, tidak proporsional, tidak sesuai dengan hubungan antara PPA ‘X’ Bandung dan remaja PPA ‘X’ Bandung akan memunculkan rasa dendam, rasa bersalah, kemarahan, perasaan akan kewajiban atau bahkan penghinaan yang akhirnya dapat mendorong pada

nongratitude bahkan ingratitude. Bantuan sekolah pada remaja PPA ‘X’ Bandung dapat

dijadikan beban karena mereka harus belajar dengan sungguh-sungguh dan bertanggung jawab terhadap orangtua dan PPA ‘X’ Bandung.

Faktor kelima adalah membandingkan, yaitu kecenderungan manusia untuk membuat penilaian berdasarkan standar tertentu. Secara alamiah remaja PPA ‘X’ Bandung akan mengevaluasi situasi, kejadian, orang lain dan dirinya sendiri terhadap suatu standar. Perbandingan di mana mereka memfokuskan diri kepada hal-hal yang mereka tidak miliki namun dimiliki oleh teman-teman mereka di luar PPA ‘X’ Bandung, seperti harta benda, rumah sendiri, orang tua yang selalu ada, akan merintangi remaja PPA ‘X’ Bandung untuk mengalami gratitude. Sementara, saat remaja PPA ‘X’ Bandung sudah menghargai (acknowledgement) bantuan yang diberikan seperti kesempatan mengenyam pendidikan, makanan, bimbingan rohani, dan teman/ keluarga baru, dapat mendorong respon anak PPA ‘X’ Bandung menjadi gratitude.

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha mampu memunculkan apresiasi dalam pikirannya mengenai apa yang telah mereka terima dalam kehidupan. Lewat persepsi ini muncul ketidakmungkinan mereka untuk merasakan kebaikan dalam kehidupan (acknowledgement). Kemisikinan yang dialami membuat mereka menyalahkan orang tuanya, menyalahkan PPA ‘X’ Bandung yang setuju untuk memberikan bantuan sehingga, remaja PPA ‘X’ Bandung cenderung tidak dapat mensyukuri keadaannya sebagai penerima bantuan.

Remaja PPA ‘X’ Bandung melihat keadaan dirinya sebagai hal yang berada dalam kendalinya atau tidak dalam kendalinya. Bila mereka menganggap bahwa dirinya tidak punya kendali atas hidupnya dan bahkan sebagai korban yang tidak bisa melakukan apa-apa, maka hal tersebut dapat menghambat respon remaja PPA ‘X’ Bandung untuk ber-gratitude.

Faktor ketujuh adalah pengalaman penderitaan. Ada orang yang memersepsikan diri mereka sebagai korban, dan adapula yang pada kenyataannya mereka memang menjadi korban. Mereka adalah orang yang menderita kekejaman tangan orang lain atau mengalami nasib buruk yang bukan disebabkan oleh kesalahan mereka sendiri. Kemiskinan yang dialami remaja PPA ‘X’ Bandung membuat mereka terbatas dalam berbagai hal seperti akses untuk menikmati pendidikan, sosial, kesehatan dan lainnya. Pengalaman penderitaan yang dialami sepeti ejekan dan rasa malu dari orang lain akan memengaruhi pengakuan (acknowledgement) dan pengenalan (recognition) remaja PPA ‘X’ Bandung dalam menerima kebaikan dari PPA ‘X’ Bandung.

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Remaja PPA ‘X’ Bandung mempunyai jadwal yang padat dan rutin di sekolah maupun di PPA ‘X’ Bandung. Kegiatan yang menyibukkan dapat membuat mereka kehilangan waktu untuk mengingat kebaikan yang terjadi kepada dirinya walaupun, remaja PPA ‘X’ Bandung dapat melihat kebaikan dari bantuan yang diterima, kecenderungan untuk tidak merenung membuat respon mereka untuk gratitude menjadi terhambat.

(26)

17

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka timbul asumsi sebagai berikut :

1.

Respon gratitude yang akan muncul pada remaja PPA ‘X’ Bandung dapat dilihat melalui

aspek-aspeknya, yaitu acknowledgement dan recognition.

2. Remaja PPA ‘X’ Bandung dapat merespon bantuan-bantuan yang diberikan oleh PPA ‘X’ Bandung dengan gratitude, nongratitude, atau ingratitude.

(28)

46 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data gambaran gratitude pada remaja di PPA ‘X’ Bandung serta pembahasannya, dapat disimpulkan bahwa:

1) Mayoritas remaja PPA ‘X’ Bandung tergolong nongratitude terhadap bantuan dari PPA ‘X’ Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas remaja PPA ‘X’ Bandung lalai mengakui dan menyadari bantuan dari PPA ‘X’ Bandung.

2) Bantuan pendidikan menjadi satu-satunya bantuan yang direspon gratitude oleh remaja PPA ‘X’ Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan pendidikan merupakan bantuan yang diakui dan disadari oleh remaja PPA ‘X’ Bandung sebagai hal yang paling baik.

3) Bantuan pengobatan merupakan bantuan yang direspon paling nongratitude oleh remaja PPA ‘X’ Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa bantuan pengobatan merupakan bantuan yang paling banyak tidak diakui dan disadari oleh remaja PPA ‘X’ Bandung.

(29)

47

Universitas Kristen Maranatha 5) Faktor yang paling besar persentase menghambat gratitude pada remaja PPA ‘X’

Bandung yaitu kesibukan dalam hidup.

6) Faktor yang paling kecil persentase menghambat gratitude pada remaja PPA ‘X’ Bandung yaitu membandingkan

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan peneliti mengajukan beberapa saran teroretis, sebagai berikut:

1) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan melibatkan faktor-faktor yang dalam penelitian ini menunjukkan terhambatnya gratitude pada remaja, yaitu faktor kesibukan dalam hidup.

2) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai penyebab bantuan kegiatan rohani menjadi salah satu bantuan yang direspon paling ingratitude pada remaja PPA ‘X’ Bandung. Mengingat bahwa, bantuan kegiatan rohani (mentoring) menjadi kegiatan yang selalu dilakukan remaja PPA ‘X’ Bandung bersama dengan mentor di setiap pertemuan.

(30)

48

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengajukan beberapa saran praktis kepada pihak PPA ‘X’ Bandung, sebagai berikut:

1) Bagi remaja PPA ‘X’ Bandung, disarankan meluangkan waktu untuk mengingat kebaikan bantuan dan pengalaman-pengalaman yang menyenangkan selama mereka dibimbing dan dibina di PPA ‘X’ Bandung daripada sekadar melihat dan mengeluhkan kekurangan/ kelemahan dari bantuan yang diberikan karena gratitude dapat muncul dari adanya usaha secara sadar untuk merenungkan kebaikan-kebaikan dalam hidup.

(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI

GRATITUDE

PADA

REMAJA DI PUSAT PENGEMBANGAN ANAK (PPA) ‘X’

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh: DEWI SHINTA

NRP: 1130190

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan pimpinan-Nya peneliti dapat menyelesaikan mata kuliah Skripsi dengan judul penelitian ‘Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada remaja di Pusat Pengembangan Anak (PPA) ‘X’ Bandung’.

Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dari orang-orang disekitar peneliti. Untuk itu dalam kesempatan ini, peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang terlibat selama proses penyusunan Skripsi ini, antara lain:

1. Dr. O. Irene Prameswati, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Carolina Nitimihardjo selaku dosen pembimbing I yang sudah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing peneliti selama pengerjaan Usulan Penelitian sampai dengan Skripsi ini selesai.

3. Fundianto, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing II yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan, pencerahan, dan membimbing peneliti selama pengerjaan Usulan Penelitian sampai dengan Skripsi ini.

4. Priska Analya M.Psi., Psikolog dan Ibu Efnie Indrianie M.Psi., Psikolog selaku dosen pembahas dalam memberikan pemahaman dan perbaikan pada seminar Usulan Penelitian.

5. Iman Setiadi Arif M.Si., Psikolog yang telah bersedia memberikan saran dan masukan yang membangun untuk menyusun alat ukur gratitude.

(33)

7. Bapak Arry, Bang Krisman, dan semua Staf Pengurus di PPA Immanuel Bandung yang telah bersedia menerima peneliti untuk melakukan survei awal sampai kepada pengambilan data.

8. Adik-adik PPA Immanuel Bandung yang bersedia meluangkan waktu untuk melakukan suvei awal sampai kepada pengambilan data.

9. Keluarga tercinta, Mama yang selalu mendoakan dan mendukung peneliti di setiap waktu. Terimakasih untuk segala cinta dan pengorbanannya untuk memperjuangkan apa yang menjadi kebutuhan peneliti. Kak Flora, Tini, Three, Rosa, dan Bang Rony yang selalu mendukung dan mendoakan usaha peneliti, serta keponakan yang peneliti sayangi Kenzie dan Aracelli.

10.Teman-teman psikologi: Jaini, Sera, Rara, Grecia, Eva, Fani, Olin, Melly, Dwi Chan, Orin, Agnes Cecilia, Ado, Fine, Ka Tine, Sisca, Etta, Rhya yang mendukung peneliti sampai selesainya skripsi ini.

11.Vensca G. Melatawun S.Psi yang membantu peneliti melalui pinjaman buku yang menjadi referensi utama peneliti selama pengerjaan skripsi ini.

12.Pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu Peneliti selama proses pengerjaan Skripsi sampai selesai.

Selama penyusunan Skripsi, peneliti menyadari akan banyaknya kekurangan. Oleh karena itu, peneliti terbuka pada kritik dan saran yang membangun agar dapat berguna untuk memperbaiki Skripsi ini.

Bandung, April 2017

(34)

49

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Arif, Iman Setiadi. 2016. Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan. Jakarta: Gramedia

Emmons, R.A. 2004. The Psychology of Gratitude. New York: Oxford University Press Emmons, R.A. 2007. Thanks!How the New Science of Gratitude Can Make You Happier.

New York : Houghton Mifflin Company

Freidenberg, Lisa (1995). Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Singapore: Allyn and Bacon

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Nazir, Moh. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga

(35)

50

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Froh, J. J.,Fan, J., Emmons, R. A., Bono, G.,Huebner, E. S., & Watkins, P. (2011). Measuring Gratitude in Youth: Assessing the Psychometric Properties of Adult

Gratitude Scales in Children and Adolescents. Diunduh dari

http://emmons.faculty.ucdavis.edu/wp-content/uploads/sites/90/2015/08/2011_1-measuring-grat-in-youth.pdf

Husey, Stevanhy. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Gratitude pada Remaja Laki-Laki di Panti Sosial Asuhan Anak "X" Bandung (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha: Bandung.

Serafine, Theresia. 2016. Gratitude Pada Abdi Dalem Punakawan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung. Susanto, H., & Darmawan, A. D. (2010). Kriteria Orang Miskin Indonesia Versi BPS

(Online). (http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/161590-kriteria-orang-miskin-indonesia-versi-bps, diakses 12 Januari 2016).

Gambar

Tabel 4.1 Gambaran Gratitude Responden .........................................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan emosi marah adalah kemampuan individu untuk mengendalikan emosi marahnya dengan cara yang tepat sehingga dapat

Data yang diukur adalah tingkat kecemasan dengan menggunakan modifikasi dari Kuisioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS) sebelum dan sesudah menghirup

Penelitian ini bertujuan untuk memperpanjang umur simpan buah tamarillo segar dengan tujuan khusus menentukan laju respirasi buah tamarillo, komposisi optimum atmosfir lingkungan

glucosyltransferase yang dihasilkan oleh bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies gigi.. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah

Penelitian mengenai pengembangan sistem sebelumnya menggunakan perusahaan sebagai objek penelitian [1][2] karena perusahaan merupakan salah satu entitas yang

Analysis of code-switching and code-mixing among bilingual children: two case studies of Serbian-English language interaction (Doctoral dissertation, Wichita

TINJAUAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Sejalan dengan penelitian Elkington (2006) tersebut, Ntim dan Soobaroyen (2013) menyatakan bahwa keputusan untuk terlibat dalam kegiatan tanggung jawab sosial