• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA :Penelitian Tindakan Kelas VII SMP Negeri 1 Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT SISWA :Penelitian Tindakan Kelas VII SMP Negeri 1 Purwakarta."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian ...10

C. Tujuan Penelitian ...12

D. Manfaat Penelitian ...13

E. Definisi Operasional ...15

F. Asumsi Penelitian ...18

BAB II KERANGKA TEORITIS A. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21

2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

3. Tujuan dan Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah .... 33

a. Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

4. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah .... 35

5. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah... 36

6. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

(2)

b. Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah ... 38

7. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 42

B. Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 48

1. Pengertian Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 48

2. Cara-Cara Mengemukakan Pendapat Yang Baik ... 50

3. Ciri-Ciri Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 55

C. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 57

D. Pengembangan Pembelajaran PKn dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat ... 68

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 77

1. Pendekatan Penelitian ... 77

2. Metode Penelitian ... 80

B. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian ... 81

1. Tempat dan Waktu ... 81

2. Subjek Penelitian ... 82

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 83

D. Teknik Pengumpulan Data ... 85

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 88

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 95

1. Profil SMPN 1 Purwakarta ... 95

2. Subjek Penelitian ... 106

(3)

1. Observasi Awal Pembelajaran PKn ... 108

2. Penelitian Siklus 1 ... 114

3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus 1 ... 124

4. Penelitian Siklus II ... 132

5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan Penelitian ... 140

6. Penelitian Siklus III ... 149

7. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus III dan Temuan Penelitian ... 154

C. Pembahasan Hasil Penelitian Tindakan Kelas dalam Penerapan Model Berbasis Masalah pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 163

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 182

B. Rekomendasi ... 187

DAFTAR PUSTAKA...

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tujuh Langkah model PBM 44

Tabel 3.1 kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap 90

Tabel 3.2 Langkah- langkah PTK 94

Tabel 4.1 Data Siswa 97

Tabel 4.2 Data Kepala Sekolah 98

Tabel 4.3 Data Guru 98

Tabel 4.4 Pembagian Tugas Guru 99

Tabel 4.5 Keadaan Siswa kela VII A 106

Tabel 4.6 Nama dan Anggota Kelompok Diskusi 119

Tabel 4.7 Peta Konsep Materi Pempelajaran 164

Daftar Gambar

(5)

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran

Lampiran 2 Prosedur Langkah langkah PTK Lampiran 3 Matrik Hasi Penelitian

Lampiran 4 pedoman wawancara dengan guru dan siswa Lampiran 5 Catatan Lapangan

Lampiran 6 Hasil wawancara dengan guru dan siswa Lampiran 7 Pedoman observasi untuk siswa

Lampiran 8 Hasil observasi dengan siswa Lampiran 9 Poto –poto Kegiatan Penelitian

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa perkembangan identitas, yang merupakan awal pengakuan diri dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi kepada perkembangan identitas itu. Erikson (1992-1994) seorang ahli psikolog mengungkapkan bahwa pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan dan mampu menjawab pertanyaan siapa saya (jati dirinya).Pada tahap ini mereka dihadapkan oleh pencarian siapa mereka, bagaimana mereka nanti, dan ke mana mereka akan menuju masa depannya. Satu dimensi yang penting adalah penjajakan pilihan-pilihan alternatif terhadap peran. Penjajakan karir merupakan hal penting. Orang tua harus mengijinkan anak remaja menjajaki banyak peran dan berbagai jalan. Jika anak menjajaki berbagai peran dan menemukan peran positif maka ia akan mencapai identitas yang positif. Jika orang tua menolak identitas remaja sedangkan remaja tidak mengetahui banyak peran dan juga tidak dijelaskan tentang jalan masa depan yang positif, maka ia akan mengalami kebingungan identitas.

(7)

masa-masanya mencari identitas dirinya. Apabila diarahkan kearah yang positif baik oleh orang tuanya maupun oleh guru dalam lingkungan sekolah. Salah satu faktor pembinaan dan bimbingan kearah emosi yang positif, yaitu faktor kemampuan mengemukakan pendapat. Karena kemampuan mengemukakan pendapat merupakan bagian dari kecerdasan emosional. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan oleh intelegensi yang tinggi melainkan karena kecerdasan emosionalnya yang tinggi. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Reuven Bar-On dalam Steven J. Stein (2000:18) menyatakan

Ada orang yang dianugrahi kemampuan intelektual yang lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, tetapi menemui kegagalan hidup, sementara orang yang dengan bakat biasa-biasa saja tetapi malah berhasil dalam hidupnya. Hal ini dikarenakan memiliki kecerdasan emosional/Emosional Question (EQ).

Kutipan diatas menunjukkan bahwa keberhasilan di masa depan dan kebahagiaan manusia, tidak tergantung pada fisik melainkan pada faktor pertumbuhan emosinya, karena faktor emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk perilaku belajar. Emosi yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengkonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam diskusi, berani bertanya dan berpendapat, serta disiplin dalam belajar.

(8)

memusatkan perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.

Kemampuan mengemukakan pendapat dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran di dalam kelas, diantaranya melalui diskusi kelompok karena dalam diskusi kelompok, siswa dituntut untuk mampu mengemukakan pendapat. Dengan kemampuan mengemukakan pendapat. Siswa akan berani mengambil resiko, berani bertanggung jawab, memiliki kepercayaan diri, mampu memecahkan masalah. Tidak semua anak mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik. Saat diminta berkomentar tentang sesuatu, ada anak yang bisa dengan lancar mengemukakan pendapatnya, tapi ada pula yang terbata-bata. Bahkan, bisa jadi ia hanya mengeluarkan satu dua kata kemudian diam seribu basa. Padahal kemampuan mengemukakan pendapat pada anak perlu ditumbuhkan karena mempengaruhi kemampuannya bersosialisasi, sehingga mencapai kesuksesan dalam hidupnya.

Menurut Parera (1987:185) bahwa mengemukakan pendapat adalah kemampuan mengutarakan pendapat mempergunakan bahasa dengan baik, tepat dan seksama dan kemampuan mengutarakan pendapat secara analitis, logis, dan kreatif.

Kemampuan mengemukakan pendapat mempunyai istilah lain yaitu asertivitas. Pengertian asertivitas atau kemampuan mengemukakan pendapat di paparkan oleh Stefan Sikone (2007) dalam http://id.shvoong.com, menguraikan bahwa:

(9)

langsung, jujur dan terbuka pada orang lain. Orang yang memiliki sikap asertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan hak-hak pribadinya, serta tidak menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan”.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan mengemukakan pendapat adalah keinginan seseorang untuk mengungkapkan sesuatu berdasarkan pengetahuan dan pemikiran yang dimilikinya. Lahirnya kemampuan mengemukakan pendapat disebabkan karena adanya sesuatu yang tidak sepaham atau sepemikiran dengan apa yang ada dalam dirinya. Kemampuan mengemukakan pendapat dapat melatih siswa untuk menjadi pribadi yang berani tanpa harus menerima akan sesuatu baik itu benar atau salah. Siswa mampu menolak atau menyanggah tentang apa yang ia dapatkan apabila tidak sama dengan apa yang ia pikirkan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapatnya melalui cara-cara yang baik dan bertanggung jawab agar tidak meninggalkan kesan buruk bagi orang lain.

(10)

Sebaliknya, bila anak tidak mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik, maka dampak yang mungkin timbul, diantaranya anak menjadi pendiam atau tertekan, berkurangnya rasa percaya diri, dan anak tidak bisa menjadi katalis perubahan.

Ada beberapa langkah perbaikan yang dapat dilakukan agar anak memiliki kemampuan untuk mengemukakan pendapatnya, diantaranya:

1. Orang tua hendaknya melakukan evaluasi diri dan menerima kesalahan itu serta bersedia melakukan perubahan.

2. Komunikasikan pada anak dan sampaikan permintaan maaf. Sampaikan harapan-harapan yang diinginkan dan sebaiknya posisikan diri Anda jangan di atas anak. Hargai dia sebagai seseorang yang posisinya sejajar.

3. Hindari berbicara terus-menerus sehingga anak tinggal mengucapkan ya atau tidak. Lihatlah emosinya. Menghadapi anak yang introver jelas harus sabar, gali perasaannya dengan pertanyaan terbuka. Jangan sesekali mencela atau mengkritik, membandingkan, atau menasehati.

4. Jadikan rumah sebagai tempat untuk sharing.

5. Gunakan permainan bila anak sulit membuka komunikasi atau dengan pantomim yang bisa memancing tanggapan positifnya.

(11)

anak. Di buku harian itulah anak mengemukakan pendapat atau isi hatinya, kemudian orang tua memberi tanggapan atau sebaliknya. Bila memungkinkan, manfaatkan pula sarana email, sms, atau gambar-gambar.

Jika keluarga telah membudayakan kebiasaan mengemukakan pendapat kepada setiap anggotanya, niscaya anak mampu mengemukakan dengan baik pendapatnya. Namun, rumah saja tak cukup bila tidak didukung lingkungan sekolah dan masyarakat karena ketiganya saling berkaitan. Di dalam lingkungan sekolah anak dapat ditingkatkan kemampuan mengemukakan pendapat melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan kewarganegaraaan (PKn) merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Sebagai program kurikuler di persekolahan, PKn memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu muatan wajib dalam kurikulum pendidikan, baik di tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Dalam penjelasan pasal 39 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ditegaskan sebagai berikut:

(12)

Menurut Udin Winataputra (2006), PKn dapat dilihat dari dua konteks, yaitu: Pertama konteks ini menyatakan bahwa PKn adalah sebagai pendidikan nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Konteks kedua, bahwa PKn diperlukan dalam rangka berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Sedangkan menurut Nu’man Somantri (2001: 166), Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada siswa agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengaturan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari.

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik (to be good citizenship) Numan Somantri (2001) yang dikutif Sapriya (2011:311), melukiskan warga negara yang baik adalah warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis...., Pancasila sejati.

Azis Wahab (1996) mengidentifikasikasi warga negara yang baik adalah:

(13)

resposible, dan socially inteligence), memiliki sikap disiplin pribadi, mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif agar dicapai kualitas pribadi dan perilaku warga negara dan warga masyakat yang baik (socio civic behavior dan desirable qualities).

Pendapat diatas menunjukkan bahwa untuk menjadi warga negara yang baik, dapat dilatih dan dibina melalui peningkatan kemampuan dalam mengemukakan pendapat dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berbasis PAIKEM (pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan).

Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur,

kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan mengemukakan pendapat dan memecahkan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

(14)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berahlaq mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pada fungsi Pendidikan Nasional diatas, bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah, diharapkan terciptanya proses pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, sehingga dapat membetuk pribadi siswa yang beriman dan bertaqwa, sehat, berilmu, kreatif, cerdas, dan demokratis.. Dalam proses pembelajaran PKn, banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam membahas konsep-konsep

bahasan PKn. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran

yang dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1992:49) dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengatakan:

“Bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, perasaan siswa sangat berpengaruh pada keberanian mengeluarkan pendapat. Apabila siswa merasa senang, aman, maka proses penyampaian pendapat akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila siswa merasa takut, tidak senang, maka siswa akan takut pula mengeluarkan pendapat.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

mengemukakan pendapat siswa, diantaranya adalah model Pembelajaran Berbasis

Masalah. Karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa

untuk aktif dan kreatif mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya baik

segi kognitif, afektif mapun psikomotornya. Dalam proses pembelajaran ini, siswa

(15)

permasalahan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pendapat Tan ((2003) dalam dalam Rusman (2010 : 229) bahwa;

‘Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”. Dalam hal ini penulis memilih model Pembelajaran Berbasis Masalah

sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah di kelas dalam rangka

meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada konsep kemerdekaan

mengemukakan pendapat. Sehingga siswa memiliki kecerdasan emosional,

kecerdasan Sosial dan Kecerdasan Intelektual, yang merupakan bekal menuju

kehidupan yang sukses.

Pendekatan yang diasumsikan cocok dalam melaksanakan penelitian

ini, digunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), di SMPN 1

Purwakarta, dengan judul: “Implementasi Model Pembelajaran Berbasis

Masalah dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa

pada konsep Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat”.

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

(16)

merupakan bagian dari kecerdasan emosional siswa, sehingga siswa mencapai keberhasilan belajarnya, dan menuju pada kesuksesan hidup di masa mendatang. Meningkatnya kemampuan mengemukakan pendapat sesuai dengan tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk warga negara yang baik. Melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah, diharapkan dapat meningkatnya kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat . tercapainya kemampuan mengemukakan pendapat, apabila dalam proses pembelajaran di kelas dapat diciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif. Hal ini dapat terwujud apabila siswa dirangsang dengan sejumlah masalah, informasi yang menarik untuk dapat memecahkannya, baik secara individu maupun kelompok.

Penelitian ini berorientasi pada inovasi dari pengembangan model problem based learning sebagai salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat sekaligus menumbuhkan sikap berani mengambil resiko, berani bertanggung jawab, percaya diri, mandiri dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka fokus permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan, “ Bagaimanakah implementasi model problem based learning dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada konsep kemerdekaan mengemukakan pendapat?

(17)

1. Bagaimana membuat rencana pembelajaran sebagai alternatif dalam proses pembelajaran PKn yang inovatif?

2. Bagaimana melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat?

3. Bagaimana melakukan penilaian/evaluasi tentang keberhasilan pembelajaran PKn dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat?

4. Bagaimana melakukan refleksi terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah sekaligus mencari solusi untuk diambil tindak lanjutnya?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana Implementasi model pembelajaran Problem Based Leraning dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa. Secara khusus

penelitian ini bertujuan:.

(18)

2. Memperoleh gambaran melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat

3. Untuk mengetahui bagaimana melakukan penilaian/evaluasi tentang keberhasilan pembelajaran PKn dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah

4. Memperoleh gambaran bagaimana melakukan refleksi terhadap kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran PKn dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam meningkatkan kemampuan mngemukakan pendapat siswa

D. Manfaat penelitian

PenelitianTindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktis).

a. Secara teoritik, penelitian ini diharpkan mampu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya Pendidikan kewarganegaraan, sehingga pada akhirnya akan memperkuat landasan dimensi pendidikan kewarganegaran dalam upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

b. Secara Praktis, sementara secara praktis kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)
(20)

menciptakan pendidikan yang lebih kreatif agar memberikan rangsangan berpikir yang lebih dinamis, sehingga mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik dan tanggung jawab. Keempat, memberikan informasi atau masukan bagi para peneliti selanjutnya serta para pengambil kebijakan baik dalam dunia persekolahan baik dalam dunia persekolahan maupun praktisi lain yang berhubungan dengan kemampuan mengemukakan pendapat. 2. Bagi siswa: menggali dan memunculkan potensi siswa untuk memiliki

kemampuan mengemukakan pendapat, sehingga memiliki keberanian untuk mengambil resiko, mampu bertanggung jawab, mau bekerja sama, percaya diri, mandiri, dan dapat memecahkan masalah, sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam belajarnya, dan dapat berguna bagi dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara..

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran dan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian, ada beberapa istilah yang akan dijelaskan berkenaan dengan penelitian tentang model Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa melalui konsep kemerdekaan mengemukakan pendapat. Istilah-istilah tersebut, adalah sebagai berikut:

(21)

b. Model pembelajaran adalah suatu konseptual atau suatu kerangka yang dipergunakan untuk membantu suatu proses kegiatan yang secara sengaja dikelola yang dapat menghasilkan suatu tujuan yang diharapkan. Sebagaimana hal ini seperti yang dikemukakan oleh Joyce & Weil (dalam Rahmat, dkk, 2009:59) model pembelajaran adalah “Suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran

c. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

(22)

d. Meningkatkan

Meningkatkan berasal dari kata tingkat yang berarti lapis dari sesuatu yang bersusun (W.J.S Poerwadarminto, 1984:1077) Meningkatkan adalah usaha menaikkan (derajat, taraf, dsb) mempertinggi, memperhebat (produksi), mengangkat diri, memegahkandiri (W.J.S Poerwadarminto,1984:1078) Maksud meningkatkan dalam penelitian ini adalah usaha meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa SMP. Ditunjukkan adanya peningkatan nilai dari evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran. e. Pengertian kemampuan mengemukakan pendapat. Mengemukakan pendapat

termasuk salah satu keterampilan dalam berbicara. Kebebasan mengemukakan pendapat sejak awal ditegaskan dan dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau mengeluarkan pikirannya dijamin secara konstitusional. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, Pasal 28, bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang..

(23)

f. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, adalah program pendidikan atau mata pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk mendidik siswa agar menjadi warga Negara yang baik, demokratis, dan bertanggung jawab. Program Pendidikan Kewarganegaraan ini memandang siswa dalam kedudukannya sebagai warga Negara, sehingga program-program, kompetensi, atau materi yang diberikan kepada peserta didik diarahkan untuk mempersiapkan mereka mampu hidup secara fungsional sebagai warga masyarakat dan warga Negara yang baik (Bunyamin Maftuh-Sapriya, 2005:321).

Sedangkan Menurut Martorella (1994: 8) warga negara yang baik sebagai tujuan dari PKn adalah warganegara yang efektif (effective citizen), yaitu warga negara bersifat reflektif, cakap, dan memiliki kepedulian. Lebih lanjut Martorella (1994:10) menggambarkan warganegara yang efektif sebagai berikut “Reflective individuals are critical thinkers who make decisions and solve problems on the basis of the best evidence available. Competent citizens posses a repertoire of skills to aid them in decision making and problem solving. Concerned citizens investigate their social world, address issues they identify as significant, exercise their rights, and carry out their responsibilities as members of a social

F. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar adalah “Tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi, titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik ”Sesuai pengertian tersebut, maka anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

pembelajaran yang menggali potensi anak, pembelajatan yang berpusat pada siswa (students Centered) dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah Karena dalam pembelajaran model Pembelajaran Berbasis Masalah kita punya peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skill) pemelajar; pemelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang memfokuskan guru dalam upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat,berarti siswa memiliki sikap asertif, sehingga siswa memiliki keberanian untuk mengekpresikan pikiran, perasaan, dan hak-hak pibadinya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh oleh Stefan Sikone (2007) dalam http://id.shvoong.com, menguraikan bahwa:“Asertivitas merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengemukakan pendapat, saran, dan keinginan yang dimiliknya secara langsung, jujur dan terbuka pada orang lain. Orang yang memiliki sikap asertif adalah orang yang memiliki keberanian untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan hak-hak pribadinya, serta tidak menolak permintaan-permintaan yang tidak beralasan”

(25)

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warganegara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Bahwa dalam pembelajaran model Pembelajaran Berbasis Masalah menurut pendapat Tan ((2003) dalam dalam Rusman (2010 : 229) bahwa; ‘Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan”..

(26)

77 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ilmiah dapat diartikan cara-cara atau langkah-langkah dengan tata urutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar (Cholid Narbuko:2004) karena sebuah penelitian dapat dikatakan valid jika menggunakan pendekatakan penelitian yang tepat. Keberhasilan sebuah penelitian akan ditentukan oleh pendekatan penelitian yang digunakannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitin ini adalah pendekatann kualitatif. Pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi & Suwandi, 2008:21) mendefinisikan bahwa:

“Penelitian kualitatif sebagai salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari”.

Sedangkan menurut Lexy J Moleong dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2005:6) menjelaskan bahwa:

(27)

Berdasarkan beberapa pengertian pendekatan kualitatif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan dan bertujuan untuk mengenali dan memahami lebih dalam orang-orang atau yang menjadi subjek dalam penelitian.

Akan tetapi dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data gabungan antara teknik pengumpulan data kualitatif dan teknik mengumpulan data kuantitatif. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data kuantitatif yang digunakan peneliti adalah kuesioner/angket. Dan fungsi teknik kuesioner/angket dalam penelitian ini adalah sebagai penguat hasil observasi dan wawancara yang merupakan data kualitatif. Inilah yang kemudian disebut dengan triangulasi.

Sugiyono, dalam bukunya Metode Penelitian Bisnis (2008:38) mengemukakan bahwa:

Media penelitian tidak dapat digabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi, dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpuan data (bukan metodenya), seperti penggunaan triangulasi dalam penelitian kualitatif.

(28)

kemudian oleh Susan Stainback (dalam Sugiono, 2008:423) berikut ini: Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengenali dan memahami keadaan di lapangan, dengan demikian penelitian ini menuntut peneliti untuk melakukan triangulasi teknik yang mencakup observasi, wawancara, dan angket dalam penelitian tindakan terhadap pembelajaran.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas menurut Arikunto Suharsimi (2008 : 3),menyatakan bahwa :”Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”.

(29)

Tinjauan tentang metode penelitian juga dijelaskan oleh Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2009:11) bahwa metode Penelitian Tindakan Kelas adalah:

“Penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.

Pendapat-pendapat di atas, menunjukkan pada dasarnya terdapat kesamaan tentanmengenai pengertian penelitian tindakan kelas bahwa penelitian tindakan yang dilakukan oleh seorang guru yang terlibat langsung dalam pembelajaran dengan tujuan untuk dapat meningkatkan proses pembelajaran, atau meningkatkan sikap dan tingkah laku, meningkatkan kemampuan berpikir, meningkatkan hasil belajar yang optimal, yang pada akhirnya tercapainya tujuan Pendidikan kewarganegaran yaitu membentuk siswa menjadi warga negara yang baik dan cerdas( smart and good citizenship) selaras dengan tujuan Pendidikan Nasional yang diharapkan.

Stenhouse (1984) menyatakan, bahwa penelitian kelas berguna sebagai perangkat pengujian gagasan-gagasan kurikulum, karena itu guru. Peneliti berperan sebagai pembuat keputusan atau peneliti pendidikan. Penelitian kelas sebagai wahana reformasi kurikulum dan pengembangannnya.

Dalam penelitian ini, pemilihan metode Penelitian Tindakan Kelas (classsroom acton research) dikarenakan pada pembelajaran di kelas peneliti

(30)

dengan cara melakukan tindakan langsung sesuai dengan masalah dilapangan, yakni sikap yang dimiliki siswa saat ini dalam menemukan jati dirinya dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, dan mengupayakan mereka memiliki keberanian dan kemampuan dalam berpendapat, yang merupakan bagian dari kecerdasan emosional.

Metode penelitian ini digunakan peneliti agar memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas (classroom action research) sangat penting dilakukan oleh guru karena dapat

membantu mengatasi berbagai kesulitan dalam pembelajaran dan untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa

B. Tempat , waktu dan Subjek Penelitian

1. Tempat dan Waktu penelitan

Lokasi penelitian adalah tempat melakukan penelitian guna memperoleh data. Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah SMP Negeri 1 Purwakarta yang beralamat di Jl.KK. Singawinata No. 60 Purwakarta , yang dilaksanakan pada bulan april- bulan Juni 2011 (semester II tahun pelajaran 2010/2011 dengan standar Kompetensi:Menampilkan Perilaku Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat dengan Kompetensi Dasar

1) Menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat 2) Menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat

(31)

2. Subjek Penelitian

Menurut Nasution (1992:32) “subjek penelitian adalah sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposive dan bertalian dengan purpose atau bertujuan tertentu.” Jadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A, yang terdiri dari 14 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswi perempuan, jadi keseluruhannya berjumlah 30 orang siswa.

Adapun yang menjadi alasan dipilihnya SMP Negeri 1 Purwakarta sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di kelas VII A tersebut sebagai lokasi dalam penelitian ini, dikarenakan bahwa siswa dituntut untuk memiliki kemampuan mengemukakan pendapat, agar mereka dapat mencapai Visi yang telah dirancang dan disusun oleh seluru warga sekolah tersebut.yaitu dengan kecerdasan emosional, skecerdasan sosial, dan kecerdasan intelektual menjadikan SMP Negeri 1 sebagai sekolah yang terunggul di kabupaten Purwakarta.. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam penelitian di kelas VII A dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Sebelum pengumpulan data dan analisis data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan-kegiatan penting yang mendukung pelaksanaan penelitian, diantaranya:

(32)

Tahap persiapan disebut juga pra penelitian. Prosedur yang dilakukan pada tahap ini diantaranya:

1. Mengajukan rancangan (proposal) penelitian.

2. Proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen penguji untuk mendapatkan koreksi, masukan sekaligus perbaikan hingga mendapatkan pengesahan serta persetujuan dari ketua Tim Petimbangan Penulisan Tesis yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pembimbing tesis

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu dilakukan pra penelitian (observasi awal) untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah didalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui kondisi lapangan yang sesungguhnya. Peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya:

1. Peneliti mendatangi guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas.

2. Peneliti melakukan observasi kelas (classroom observation) untuk melihat proses pembelajaran di kelas secara langsung.

3. Melakukan pertemuan untuk mengadakan perencanaan bersama (planning conference) antara guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan peneliti

untuk membicarakan tentang materi yang akan disajikan.

Setelah melakukan observasi awal, maka langkah selanjutnya yang dilakukan dalam tahap persiapan penelitian ini adalah:

(33)

2. Permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung diproses selama beberapa hari sampai selesai dan kemudian dikeluarkan.

3. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari direktur Pasca Universitas Pendidikan Indonesia UPI Bandung kepada kepala SMP Negeri 1 Purwakarta dengan tembusan ditujukan kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Purwakarta.

4. Mengunjungi SMP Negri 1 Purwakarta dengan menemui kepala sekolah, wakil kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru yang serta meminta informasi tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas yang akan diteliti.

5. Mengadakan pembicaraan dengan maksud memberitahukan maksud dan tujuan penelitian kepada pihak SMP Negeri 1 Purwakarta.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

1. Tahap Perencanaan Penelitian

(34)

silabus dan Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) yaitu di kelas VII A dengan jumlah siswa 30 orang yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran di kelas VII A kemudian mengadakan wawancara dengan siswa dan guru tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah) untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam waktu 2 bulan dengan 3 siklus, setiap siklus mmemerlukan 3 kali pertemuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Wawancara

Wawancara berisikan beberapa pertanyaan seputar permasalahan dan tujuan dari penelitian. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (J. Moleong, 2001:135).

(35)

wawancara, diantaranya dengan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan beberapa 5 orang siswa dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan.

2. Obsevasi

Menurut Burns (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:93) “observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian”. Observasi dilakukan secara langsung dengan maksud untuk memperoleh suatu gambaran yang jelas dan sebenarnya.

Tujuan observasi dalam penelitian ini ialah untuk menggali informasi tentang proses pembelajaran, situasi kelas, suasana pembelajaran, serta aktivitas pembelajaran, terutama untuk mengetahui sejauh mana efektifitas pembelajaran Pendidikan Kewarganrgaraan dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas VII A SMP Negeri 1 Purwakarta.

Instrumen yang digunakan dalam observasi ialah format observasi. Format observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai observasi yang dilakukan guru serta aktifitas siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah

3. Studi Dokumentasi

(36)

yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Basrowi & Suwandi, 2008:158).

Dalam penelitian ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data pribadi dari SMP negeri 1 Purwakarta, diantaranya profil sekolah, visi dan misi sekolah, dan lain-lain.

4. Catatan Lapangan

Selama melaksanakan penelitian, peneliti membuat catatan mengenai pokok-pokok pembicaraan dan pengamatan tentang segala sesuatu yang diamati selama penelitian berlangsung. Bodgan dan Bikle mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Lexy J. Moleong, 2001:153).

Dalam hal ini, peneliti membuat catatan singkat yang diperoleh berdasarkan pengamatan tentang segala sesuatu peristiwa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Kemudian diubah menjadi catatan lengkap dan rapi. Catatan ini berguna sebagai data konkrit yang dapat menunjang keabsahan data yang diperoleh.

D. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bodgan & Biklen (dalam Basrowi & Suwandi 2008:193) yaitu:

(37)

Proses analisis data kualitatif menurut Seiddel (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008:193) sebagai berikut:

1. Mencatat peristiwa yang ada dilapangan berupa catatn lapangan, kemudian diberi kode sehingga sumber data dapat ditelusuri.

2. Mengunpulkan, memilah-milih, melakukan klasifikasi, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan memberi indeks.

3. Berpikir untuk memperjelas kategori data sehingga dat yang ada bermakna dengan mencari dan menemukan pola serta hubunngan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.

Analisis data kualitatif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (dalam Basrowi & Suwandi, 2008:209) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan, yaitu:

1. Reduksi Data, merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,

pengabstraksian dan penginformasian data kasar dari lapangan.

Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum dan mengklarifikasikan sesuai masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini aspek yang akan direduksi adalah perkembangan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dalam pembelajaran PKn.

(38)

1. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan, berupa informasi tentang keadaan kelas dan pelaku (guru dan siswa)

2. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap siklus, yaitu berupa informasi tentang interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan kelompoknya, interaksi antar kelompok di kelas, dan suasana kelas selama pembelajaran. 3. Aktivitas, yaitu berupa informasi umum tentang kegiatan siswa dan kinerja 4. Kemampuan siswa dalam pembelajaran dengan model Problem Based

Learning dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat, yang dinilai dengan menggunakan skala sikap seperti yang dikemukakan oleh Thurstone (Endang Danil, 2009:82). Penskalaan sikap dapat menggunakan skala lima sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Skor ideal = jumlah soal x skala tertinggi

Persentase skor siswa = 100%

[image:38.595.123.512.240.665.2]

Dengan demikian dapat peningkatan kemampuan siswa dapat dikategorikan sikap yang tinggi, sedang, rendah, kurang, dan rendah.

Tabel. Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap No Kategori Skor

Kelas Interval katagori 1 80 – 100 Amat Baik

2 65 – 79 Baik

3 50 – 64 cukup

4 35 – 49 Kurang

(39)

2. Display (Penyajian Data), adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Penyajian data berupa teks naratif, matriks, grafik, untuk melihat gambaran data yang diperoleh secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dan kemudian dilakukan klasifikasi. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran terhadap aspek yang diteliti. Penyajian data dalam penelitian ini lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Langkah ketiga yaitu kesimpulan dilakukan peneliti dengan maksud untuk mencari makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari hal-hal yang penting. Agar memperoleh kesimpulan yang tepat maka kesimpulan tersebut kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung.

E. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Prosedur Penelitian

(40)

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, pelaksanaan program tindakan dalam pengembangan model problem based learning (PBL) dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perencanaan Bersama (Joint Planning)

Perencanaan yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegraaan (PKn). Perencanaan ini dibuat setelah peneliti menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi sehingga dapat menentukan strategi apa yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran. Pada saat perencanaan peneliti membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di samping itu, peneliti juga akan mempersiapkan format observasi yaitu format kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berlangsung dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah

Perencanaan dilakukan oleh peneliti tentang topik kajian, waktu dan tempat observasi. Penerapam model Pembelajaran Berbasis Masalah akan di terapkan pada Standar kompetensi: Menampilkan Perilaku Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat dengan Kompetensi Dasar :

:1)Menjelaskan hakekat kemerdekaan mengemukakan pendapat .2) menguraikan pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat

3) mengaktualisasikan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab.pada kelas VII A di SMP Negeri 1 Purwakarta.

(41)

Pelaksanaan tindakan yaitu praktik pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitas atau mencari solusi atas suatu permasalahan. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VII A.

Pelaksanaan dtindakan akan dilakukan dengan tiga siklus. Namun dalam penelitin ini, peneliti tidak memaksakan berapa siklus yang harus dicapai, melainkan apakah tujuan peneliti tercapai di kelas VII A yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pada saat pelaksanaan tindakan ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dan guru PKn sebagai observer . Peneliti menyediakan format observasi serta catatan lapangan (field notes). Catatan ini akan bermanfaat pada saat peneliti memulai kegiatanproses pembelajaran dan observer melakukan analisis terhadap apa yang terjadi di kelas.

3. Observasi

(42)
(43)

Bagan 3.1

Model Lewin menurut Elliot (dalam Wiriaatmadja, 2009:64)

Dengan demikian penelitian ini berlangsung pada setiap siklus yang didalamnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi, dan akan berhenti apabila data dirasa telah cukup.

Identifikasi Masalah

Reconnaisasance Diskusi Kegagalan dan Pengaruhnya/Refleksi

Reconnaisasance Diskusi Kegagalan dan

Pengaruhnya/Refleksi Rencana Baru Langkah/Tindakan 1 Langkah/Tindakan 2 Langkah/Tindakan 3 Reconnaisasance

Diskusi kegagalan dan pengaruhnya/refleksi Observasi/Pengaruh Perencanaan Langkah/tindakan 1 Langkah/tindakan 2 Langkah/tindakan 3 Memeriksa Lapangan (Recinnaissance) Pelaksanaan Langkah/ tindakan Selanjutnya Observasi/Pengaruh Revisi Pelaksanaan Rencana baru Langkah/tindakan 1 Langkah/tindakan 2 Langkah/tindakan 3 Revisi Pelaksanaan Pelaksanaan Langkah/Tindakan 1

Observasi/Pengaruh Pelaksanaan Langkah/

tindakan Selanjutnya Siklus 1

Siklus 2

(44)

190

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas VIIA SMP Negeri 1 Purwakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kesimpulan Umum

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pendidikan merupakan wadah dan instrumen untuk mewujudkan tujuan pendiidkan nasional, yaitu brekembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan siswa di dalam proses pembelajarannya selain dibekali dengan aspek afektif, tetapi juga kognitif dan psikomotor, agar menjadi warga negara Indonesia yang cerdas dan baik ( Smart and good Citizenship)

(45)

masalah.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan memasukkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam program kurikulumnya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pengajar, harus berupaya untuk mendidik siswa menuju kepada warga negara yang baik dan cerdas di dalam membelajarkan siswa guru sebagai tenaga profesional harus mampu menggunakan berbagai macam metode dan model pembelajaran, agar siswa dalam proses pembelajaran dapat belajar aktif , kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan. Karena dalam pembelajaran seperti itu akan memotivasi siswa terlibat dalam proses pembelajaran.. Salah satu model pembelajaran yang membuat anak aktif, kreatif dan inovatif diantaranya model Problem Based Learning (PBL).

Model pembelajaran Problem based Learning dapat digunakan untuk mengembangkan potensi siswa, baik yang berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor, terutama dalam peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Dengan pembelajaran model Problem based Learning sangat potensial dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan melatih siswa untuk mencari solusi dan dapat memecahkan masalah.

Adapun kesimpulan khusus dari penelitian ini, sebagai berikut: 1. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun oleh guru Pendidikan

(46)

pelaksanaan proses pembelajaran aktivitas guru lebih dominan dari pada siswa, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan dalam proses pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswa, selain itu tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan kemampuan dan potensi dirinya, sehingga belum mampu mencapai tujuan pembelajran Pendidikan Kewarganegaraan. Telah dihasilkan rencana pembelajaran dengan berbasis pada model Problem based Learning sebagai alternatif pemecahan masalah di kelas VIIA dalam meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat pada pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan pada konsep kebebasan mengemukakan pendapat

(47)

untuk kelas,

(48)

(PBL) yang dilaksanakan di kelas, guru mengalami beberapa kendala. Kendala yang dialami guru terutama terjadi pada saat pelaksanaan tindakan siklus I, kendala-kendala tersebut di antaranya:

Kendala pertama yang dihadapi guru pada pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) adalah guru terpaku pada buku sumber, sehingga guru tidak bebas mengembangkan pembelajaran di kelas serta guru terlihat kaku selama pembelajaran berlangsung, guru berulang kali melihat buku sumber ketika sedang menjelaskan materi. Hal ini mengakibatkan siswa kurang respon ketika guru sedang menjelaskan materi serta siswa tidak dapat dikondisikan karena perhatian guru tertuju pada buku sumber saja.

(49)

langkah model pembelajaran berbassis masalah (PBL). Mereka masih mengalami kesulitan dalam membahas artikel yang berisi kasus sesuai dengan langkah-langkah model PBL, sehingga hasil pekerjaan siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I belum sistematis.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat terlihat bahwa ternyata masih banyak kendala yang dihadapi guru maupun siswa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pada pembelajaran PKn di kelas.

4. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam Menerapkan Model Problem Based Learning (PBL)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti selama proses penelitian berlangsung dengan melihat berbagai hambatan atau kendala yang dihadapi guru ketika penerapan model Problem Based Learning (PBL) sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.Adapun upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam menerapkan model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang dilaksanakan di kelas sebagai berikut:

(50)

fasilitator dan lebih mendorong siswa agar aktif mengikuti pembelajaran dan berusaha meningkatkan partisipasi siswa

c. Guru dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator berusaha membangun suasana kelas demokratis dan menyenangkan yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan interaktif.

d. Guru berusaha menumbuhkan kepercayaan diri siswa agar siswa berani, yakin dan tidak takut salah dalam menyampaikan pendapatnya. Ini bertujuan agar lebih banyak siswa yang terlibat aktif dan berpartisipasi mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran tidak lagi didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

e. Guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran, berusaha untuk memberikan reward kepada siswa dengan tujuan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengemukakan pendapat

(51)

Berdasarkan hasil dan refleksi penelitian tindakan kelasa ini diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

a. Bagi guru

1) Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di sekolah bahwa model Problem based Learning dapat menjadi alternatif pembelajaran yang inovatif, yang dilakukan oleh gurusecara konsisten dan berkesinambungan, agar siswa dapat memiliki kemampuan untuk mengemukakan pendapat, sehingga memiliki kemampuan untuk dapat memecahkan masalah.

2) Berdasarkan pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn, hendaknya guru dapat menjadikan proses pembelajaran PKn menjadi kelas laboratorium demokrasi, seperti yang diharapkan siswa menjadi pemelajar, dan guru hanya sebagai fasilitatorpembelajaran yang baik, dengan cara mendorong dan memotivasi siswa agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu dalam kelompok.

3) Dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem based Learning, sebaiknya guru harus memahami dulu langkah-langkah pembelajrannya sampai melaksanakan evaluasi/ penilaian terhadap siswa.

(52)

untuk berani dan memiliki kemampuan mengemukakan pendapat. 5) Guru harus selalu melakukan penilaian dalam proses pembelajaran

PKn, yang dilakukan pada awal pembelajaran, proses pelaksanaan pembejaran dan akhir pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1). Melalui Prose pembelajaran PKn dengan menggunakan mdel Problem Basd Learning Siswa diharapkan mempunyai keberanian yang lebih dalam mengemukakan pendapatnya

2) Sebaiknya dalam proses pembelajaran PKn, siswa memiliki kesadaran bekerja sama dan saling membantu dengan siswa lain

3) Dalam proses pembelajaran PKn sebaiknya siswa dapat menumbuhkan motivsi dalam dirinya untuk kritis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi

4) Sebaiknya siswa dalam mengikuti Pembelajaran PKn dapat berpartisipasi dengan aktif, kreatif dan inovatif, sehingga tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

C. Bagi Sekolah

(53)

hendaknya memberikan porsi yang lebih besar pada pengalaman belajar siswa sebagai dasar life skill. Menjadikan pengalaman belajar siswa intregrated learning experience sebagai dasar pengembangan kurikulum PKn. Perlu adanya kolaborasi antara pendidik dan guru-guru SMP, dalam melakukan refleksi diri, guna menghasilkan lulusan yang profesional

3) Sekolah lebih focus dalam meningkatkan dukungan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), salah satunya memberikan dukungan

kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang lebih memadai agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih kondusif. Hal tersebut di anggap penting karena untuk mendukung terlaksananya proses pembelajaran dengan baik.

(54)

190

Arikunto, S (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara .

--- (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Azis Wahab & Sapriya, (2011), Teori & Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta

Basrorwi, & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan, (1990), Model - Model Mengajar. Bandung: Dipenogoro.

Daryono. M, Dkk. 2008. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: Rineka Cipta.

Dasim Budimansyah & Syaifullah, (2006), Pendidikan Nilai Moral Dalam

Dimensi Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan FPIPS-UPI.

... (2007), Civic Education Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas1 Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Depdinas (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka.

Endang Danial & Nanan Wasriah, (2009), Metodapenulisan Karya Ilmiah. Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS-UPI.

Fadilah, Imas. 2008. Penerapan Model Cooperatif Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Mengemukakan Pendapat. Skripsi UPI. Tidak Dipublikasikan.

Hamalik, O (1993) Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru

Ibrahim R. Nana Syaodih S. (1991). Perencanaan Pengajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Joyce, B dan Weil, M. (1986), Models Of Teaching. New Jersey: Prentice Hll, Inc. Englewood Cliffs.

(55)

191

Mulyana, D (2002). Metodologi Penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

Mushibbin, (1995), Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan baru, bandung: Remaja Rosdakarya.

Parera, Jos Daniel. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta: Erlangga. ... (1993), Keterampilan bertanya dan Menjelaskan. Jakarta:

Erlangga

Rusman, (2011), Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesinalisme Guru jakarta: PT Raja grafindo Persada

Rahmat, dkk. 2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia.

Smith, M.B. (1963) Personal Values In The Study Of Live. Dalam R.W. (ed) The Study Of Live Englewood Cliffs, N.J.: Prentice-all. Pp 324-347. Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup,

Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Somantri, Numan. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Sufyan R & Dadi permadi. (2001), Bagaimana Mengembangkan Kecerdasan (Metoda baru Untuk mengoptimalkan Fungsi Otak manusia. Bandung: Sarana Panca Karya Nusa

Surakhmad W. (1986), Metodologi Pengajaran nasional. Bandung: Jemmars. Syaiful Sagala,(2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alpabeta Syamsu Yusup dkk (1992), Psikologi Pendidikan, Bandung: CV Adira

Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(56)

192

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003.Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Nuansa Aulia.

Usman, Moch. Uzer. (2007). Menjadi Guru Professional. Bandung: PT Remaja Rosada Karya.

_________. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wiraatmadja, Rochiati. 2005.Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zainul Ittihad, (2009). Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta: Universitas Terbuka

Dokumen :

Departemen Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Untuk SMA Dan MA. Jakarta: Depniknas.

Fadlisyah. 2009. “Hakekat dan Model Teoritik Pembelajaran PPKN”. http://www.scribd.com

I Wayan Dasna & Sutrisno. 2007. “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)”. http://lubisgrafura.wordpress.com

Stefan Stikone. 2007. “Menanamkan Sikap Asertif di Sekolah”.http://id.shvoong.com/social-sciences.

Uswadi. 2009. “Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)”. http://uswadi.blogspot.com

---. 2009.“Problem Based Learning (Belajar Berdasar

Masalah)”.http://www.lrckesehatan.net

Gambar

Tabel. Kategorisasi Skor dan Tingkat Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Konsentrasi nitrat di

1. Bagaimana desain pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin Balekambang Kec. Bagaimana pelaksanaan manajemen pendidikan karakter di MTs. Roudlotul Mubtadiin

JUDUL TUGAS AKHIR : UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN KERJA PEGAWAI DIKANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN DELI SERDANG. Tanggal : Mei 2015 KETUA PROGRAM STUDI.. DIPLOMA

Tan- pa adanya direksi dan komisaris, suatu PT tidak dapat men- jalankan fungsinya sebagai sebuah institusi atau badan yang melakukan aktivitas usaha untuk mencari keuntungan

Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga terdiri dari 16 indikator yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, kunjungan ibu hamil rutin , pemberian

Verifikasi model peramalan dengan menggunakan Peta Kendali Moving Range pada model terbaik, diperoleh hasil plot data antara waktu dengan residual, tidak ada yang melewati

perantara-perantara pemikiran yang dianggap sebagai rujukan dalam membaca, memahami literatur klasik secara kompre- hensif, dan menyeleseksi kegunaannya untuk pemikiran dan

Destinasi: Sudaji Destinasi: Tangguwisia Destinasi: Sumberkima ƒ Pola Pembi- ayaan Usaha Budidaya Tanaman Strawberi di Bali ( Case : di Baturiti dan Pancasari) tahun 2008