• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS, SERTA KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS BUDAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS, SERTA KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK BERBASIS BUDAYA."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

[Type text]

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah………... 1

B.Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian………...………... 12

D.Manfaat Penelitian …..………... 14

E. Definisi Operasional ...……… 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 16

A.Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 16

B.Pendekatan Pembelajaran Matematika ... 18

C.Berpikir KritisMatematis ... 22

D.Berpikir Kreatif Matematis... 26

E. Karakter ... 29

F. Budaya ... 35

G.Pembelajaran Matematika Realistik ... 46

H.Pembelajaran Matematika Biasa ... 61

I. Teori-Teori Terkait ….………... 62

J. Penelitian yang Relevan ………... 69

K.Hipotesis ……… 73

(2)

[Type text]

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

D.Instrumen Penelitian ………... 79

E. Perangkat Pembelajaran ... 95

F. Kegiatan Pembelajaran ………... 98

G.Analisis Data ………..………... 99

H.Prosedur Penelitian ………. 103

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 108

A.Data Hasil Penelitian ... 108

1.Kemampuan Awal Matematika ... 109

2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 111

3. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 136

4. Peningkatan kemampuan Berpikir Kritisdan Kreatif Matematis ... 160

5.Interaksi antara FaktorPembelajaran dan KAM Siswa terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis dan Sikap Siswa ... 177

6.Pendapat Terhadap KarakterSiswa Berdasarkan Pembelajaran dan KAM Siswa... 190

7. Asosiasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 199

B.Pembahasan ... 204

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 204

2. Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 210

3. Analisis Pengaruh Interaksi Terhadap Pencapaian Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis, Sikap Siswa ... 216

4. Analisis Pandangan Terhadap Karakter Siswa ... 218

5. Asosiasi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis ... 220

6. Analisis Pembelajaran Matematika Realistik ... 221

(3)

[Type text]

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

D.Saran-Saran ………... 236

DAFTAR PUSTAKA ……….. 239

LAMPIRAN ………... 245

RIWAYAT HIDUP ……… 621

(4)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang

demikian pesat telah membawa banyak perubahan budaya manusia. Dengan

memanfaatkan perkembangan IPTEKS, kemajuan yang berarti terjadi di berbagai

bidang, salah satunya di bidang pendidikan, khususnya matematika. Karena itu, salah

satu hal yang harus diperhatikan dan ditingkatkan adalah kemampuan dalam

matematika. Matematika sekolah mempunyai peranan yang cukup besar dalam

memberikan berbagai kemampuan kepada siswa untuk keperluan penataan

kemampuan berpikir dan kemampuan dalam memecahkan masalah, terutama dalam

kehidupan sehari-hari, lebih khususnya kehidupan lokal di mana siswa bersentuhan

secara langsung dengan lingkungannya.

Kurikulum 2006 tentang standar kompetensi menyebutkan bahwa matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali

peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kreatif dan kritis

serta kemampuan bekerja sama. Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika

dalam kurikulum tersebut adalah mengembangkan akivitas kreatif dan kritis yang

melibatkan siswa. Kurikulum ini juga menyebutkan bahwa salah satu prinsip kegiatan

belajar mengajar adalah mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian,

kurikulum tersebut memandang penting pengembangan kreativitas dan kritis siswa

(5)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Ruseffendi (1991) menyatakan bahwa salah satu karakteristik matematika

adalah memiliki objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung

matematika adalah isi materi yang dipelajari oleh siswa, sedangkan objek tidak

langsung adalah sikap atau kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir

kritis, kreatif dan logis. Karakteristik matematika yang lain adalah matematika

memiliki objek yang sifatnya abstrak. Sifat ini menyebabkan sebagian besar siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari rendahnya prestasi belajar siswa dalam bidang matematika.

Menurut laporan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study)

tahun 2007, menunjukan bahwa prestasi belajar matematika para siswa Indonesia

berada pada peringkat 36 dari 49 negara dengan memperoleh skor 397 dari skor

tertinggi 598 yang diperoleh Taiwan. Senada dengan itu hasil PISA(Programme for

International Student Assessment) tahun 2009, menunjukan bahwa prestasi belajar

matematika para siswa Indonesia berada pada peringkat ke 61 dari 65 negara dengan

memperoleh skor 371 dari skor tertinggi (600) yang diperoleh Shanghai-Cina

(Balitbang-Depdiknas, 2009).

Berdasarkan data TIMSS dan PISA tersebut terlihat bahwa prestasi matematika

siswa di Indonesia pada umumnya rendah. Hal ini disebabkan oleh faktor siswa itu

sendiri, guru dan lingkungan belajar. Di mana siswa mempunyai masalah baik secara

komprehensif maupun secara parsial dalam mempelajari matematika, begitupun guru

(6)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

belum memperoleh makna sehingga pemahaman konsep matematika siswa sangat

lemah.

Hasil Ujian Nasional siswa SLTP di Kota Ambon menunjukkan bahwa

hasil belajar siswa masih rendah, yaitu nilai rata-tata 5.50. Prestasi belajar siswa

yang memprihatinkan tersebut harus terus diupayakan untuk diperbaiki agar

menjadi lebih baik. Berbagai upaya telah dilakukan untuk m eningkatkan

kualitas hasil belajar siswa di sekolah. Usaha perbaikan pembelajaran matematika

sekolah pun sudah banyak dilaksanakan. Misalnya, penataran terhadap para guru,

peningkatan kualifikasi pendidikan guru, pembaharuan kurikulum serta penelitian

mengenai kesalahan dan kesulitan siswa dalam mempelajari matematika. Tetapi,

berbagai upaya yang dilakukan itu belum memberikan hasil yang

menggembirakan. Marpaung (2001) menyatakan bahwa matematika tidak ada

artinya kalau hanya dihafalkan. Banyak siswa dapat menyebutkan definisi jajar

genjang, tetapi bila kepada mereka diberikan satu persegi panjang dan ditanyakan

apakah persegi panjang itu jajar genjang, mereka menjawab “tidak”. Kutipan ini

menunjukkan kegagalan siswa memahami konsep, sehingga pembelajaran

matematika yang berorientasi pada pemahaman siswa perlu diperhatikan. Pemahaman

dapat diartikan kebermaknaan informasi yang disajikan oleh guru pada struktur

kognitif yang dimiliki siswa. Siswa terbiasa untuk bekerja menurut prosedur dan

memahami matematika tidak dengan suatu penalaran.

Dimyati dan Mudjiono (2006) mengemukakan, “faktor-faktor yang

(7)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

berupa kemampuan yang dimilikinya dan faktor dari luar (ekstern) siswa yaitu

kemampuan (kompetens) guru serta kondisi lingkungan”.

Pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah selama ini masih bersifat

klasikal. Di mana, guru cenderung mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan

siswa dalam proses pembelajaran sangat kurang. Hal ini menyebabkan siswa

kurang mempunyai kesempatan untuk menggunakan caranya sendiri dalam

memecahkan suatu masalah. Siswa terbiasa untuk bekerja menurut prosedur dan

memahami matematika tidak dengan suatu penalaran.

Pembelajaran yang dilakukan secara klasikal di sekolah hanya mengukur hasil

belajar siswa lewat tes yang dilakukan guru di akhir pembelajaran tanpa mengukur

kemampuan potensial siswa dalam pembelajaran. Mengukur kemampuan potensial

yang dimaksudkan adalah bagaimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan guru

atau siswa yang lain, dalam hal ini kemampuan potensial siswa akan nampak dalam

menyelesaikan suatu masalah matematika baik secara individu maupun diskusi dalam

kelompok. Kemampuan potensial siswa adalah kemampuan berpikir yaitu berpikir

kritis matematis dan kreatif matematis untuk menanggapi dan menyelesaikan masalah

matematika.

Kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis siswa sangat rendah. Beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis antara lain penelitian yang

dilakukan Ismaimazu (2010) yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis

(8)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

matematika dan penelitian yang dilakukan oleh Uzel dan Uyangor (2005) tentang

peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dengan pendekatan RME. Dengan

demikian, pembelajaran yang berlangsung nantinya diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa dalam belajar matematika.

Berpikir kritis menurut Krulik dan Rudnick (NCTM: 1999) adalah berpikir

yang menguji, mempertanyakan, menghubungkan dan mengevaluasi dalam suatu

situasi atau masalah. Sedangkan, Evans (1991) mengemukakan bahwa berpikir kreatif

merupakan kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian

terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, penelitian disertasi akhir-akhir ini sering

dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Sebab dalam

pembelajaran, aspek berpikir kritis dan kreatif matematis tidak pernah dilakukan dan

dinilai oleh guru. Karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menggali secara lebih

mendalam kemampuan potensial dimaksud pada proses pembelajaran yang selama ini

terabaikan oleh guru. Padahal justru proses itu sangat menentukan berhasil tidaknya

suatu pembelajaran di kelas.

Berpikir kritis matematis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses

kritis meliputi mengidentifikasi, menghubungkan, menganalisis dan memecahkan

masalah, dan berpikir kreatif matematis yang dimaksudkan dalam penelitian ini

adalah proses kreatif yang meliputi kelancaran, keaslian, kelenturan dan elaborasi.

Oleh sebab itu, siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengkonstruksi

pengetahuan mereka sehingga interaksi dalam kelas dapat berjalan dengan baik.

(9)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

penyajian dan suasana pembelajaran matematika yang membuat siswa terlibat dan

merasa senang dalam belajar matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis.

Salah satu pembelajaran matematika yang dijiwai oleh nilai konstruktivisme

adalah Realistic Mathematics Education (RME), yang dalam bahasa Indonesia berarti

Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Hasil pengamatan terhadap proses

pengajaran matematika di Belanda menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran

matematika realistik memberi dampak positif terhadap proses maupun hasil

pembelajaran (Yuwono, 2001). Jika pembelajaran matematika realistik dapat

memberi dampak positif di negara lain, maka ada kemungkinan pembelajaran

matematika realistik juga dapat membantu meningkatkan kemampuan matematika

siswa di Indonesia dengan merujuk pada hasil penelitian Fauzan, Slettenhaar dan

Tjeerd Plomp (2002) yang menunjukkan bahwa RME bisa mengatasi masalah di

dalam pendidikan matematika di Indonesia. Hal yang sama juga dikemukakan oleh

Zulkardi (2002), yaitu pembelajaran matematika realistik dapat mengembangkan

lingkungan belajar yang “kaya” untuk mahasiswa keguruan di Indonesia.

Senada dengan itu, Palinussa (2009), menunjukkan bahwa PMR untuk

materi belah ketupat dan layang-layang-layang SMP di kota Ambon menujukkan

bahwa pengembangan perangkat dianggap layak, PMR dianggap efektif dan hasil

pembelajaran dengan PMR Lebih baik. Sugiman dan Kusumah (2010),

mengemukakan bahwa dampak PMR menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

(10)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

siswa, guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan pengajaran di kelas.

Turmudi (2012), melakukan penelitian tentang persepsi guru terhadap inovasi

pengajaran matematika SMP di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwaguru di

Bandung, Indonesia memiliki orientasi yang positif terhadap inovasi pengajaran

matematika yaitu PMR.

Pada proses pembelajaran dengan PMR, siswa menjadi fokus dari semua

aktivitas dalam semua proses belajar dan mengajar di kelas. Hal ini menjadikan

siswa tersebut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pengalaman belajar yang

diperoleh siswa melalui kegiatan bertindak, mencari, dan menemukan sendiri

menyebabkan materi itu sendiri tidak mudah dilupakan. Untuk itu, guru

mengajar tidak hanya sekedar memberikan ilmu pengetahuan tetapi menciptakan

situasi yang menggiring siswa untuk berani bertanya, berani mengemukakan

pendapatnya sendiri dan dapat menerima pendapat dari temannya serta

menemukan sendiri fakta atau konsep yang dipelajari. Dengan PMR, siswa

mempelajari ide-ide dan konsep-konsep matematika melalui permasalahan

konstektual yang berkaitan dengan lingkungan siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan

Kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006) yang menekankan penggunaan masalah yang

sesuai dengan situasi (contextual problem) dalam memulai kegiatan

pembelajaran matematika.

PMR yang mengedepankan situasi dunia nyata sangat erat kaitannya dengan

proses berpikir siswa. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Sabandar (2009)

(11)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

masalah hendaknya berlangsung secara sengaja dan sampai tuntas. Ketuntasan dalam

hal ini dimaksudkan bahwa siswa yang menjalani proses tersebut benar-benar telah

berlatih dan memberdayakan dan memfungsikan kemampuannya yang ada sehingga

ia memahami serta menguasai apa yang dikerjakannya selama proses itu terjadi.

Dengan demikian, siswa harus dilatih agar memiliki keterampilan berpikir matematis.

Proses berpikir yang digali dalam PMR adalah berpikir kritis dan kreatif matematis

kerena berpikir ini sangat penting untuk mengukur kemampuan siswa disamping

penilaian lewat tes yang selama ini dilakukan. Hal ini sejalan dengan tiga prinsip dan

lima karakter RME yang dikemukakakn oleh Gravemeijer (1994), sehingga RME

dipandang sangat tepat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis.

Kurikulum 2006 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan

haruslah mengedepankan karakter budaya lokal. Pendidikan karakter adalah sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dangan bijak dan

mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Megawangi: 2004). Kenyataan di

lapangan berdasarkan survei awal di sekolah menunjukkan bahwa kondisi siswa

dalam belajar di kelas bersifat klasikal artinya siswa hanya penerima informasi dari

guru. Hal ini menyebabkan peneliti memandang penting penerapan nilai-nilai

karakter dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang berkembang dalam

pendidikan tercermin dalam pembelajaran agama, Pancasila, budaya serta dalam

(12)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Nilai-nilai karakter dimaksud sangat beperan penting dalam pembelajaran

matematika karena dapat membentuk sikap dan perilaku yang baik dalam mengikuti

pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, sehigga diharapkan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Di samping itu, pendekatan pembelajaran

dengan PMR yang mengedepankan situasi dunia nyata. Hal ini senada dengan

pandangan Freudental yang mengemukakan bahwa matematika harus dikaitkan

dengan realitas dan matematika merupakan aktivitas manusia (Gravemeijer,1994).

Artinya, pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk mengaktifkan siswa haruslah

berdasarkan budaya yang menjadi dasar dari aktivitas kehidupan yang dilakukan

siswa sehari-hari, sehingga mudah dipahami oleh siswa karena siswa bersentuhan

langsung dengan situasi yang terjadi. Budaya pela dan gandong menunjukkan

hubungan kekerabatan antara negeri salam dan sarani yang memiliki hubungan

persaudaraan yang erat dan saling membantu menyelesaikan masalah dalam

masyarakat secara bersama. Misalnya, dalam membangun rumah ibadah (mesjid dan

gereja) dan budaya cuci negeri yang mengedepankan nilai-nilai kerja sama dalam

kelompok yaitu budaya masohi dan budaya badati. Budaya masohi adalah budaya

kerja sama saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan seperti

membangun rumah/rumah adat. Sedangkan, budaya badati adalah saling membantu

atau menyumbang dalam suatu acara tertentu sehingga beban dipikul secara bersama.

Aspek budaya yang dipaparkan menunjukkan adanya hubungan kerja sama

yang sangat erat baik individu atau kelompok yang dilakukan dalam menyelesaikan

(13)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

kerukunan umat beragama. Aspek ini sangat mengena dengan prinsip dan karakter

RME yang mengedepankan kontribusi siswa dan interaktivitas.

Leung (2009) menambahkan bahwa Indonesia dengan keragaman budaya,

perlu juga menerapkan etnopedagogik dalam sistem pembelajaran dan budaya

pengajaran. "Seharusnya negara dengan budaya khas lebih unggul, karena bisa belajar

matematika dalam dua perspektif budaya berbeda dan budaya sendiri.” Berdasarkan

pendapat di atas, maka pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan pendekatan

budaya, khususnya budaya Maluku yaitu budaya kerja sama dalam budaya pela

gandong, masohi, badati dan cuci negeri.

Pemilihan pokok bahasan dilatarbelakangi oleh kaitan pokok bahasan tersebut

dengan masalah sehari-hari yang mungkin dialami siswa. Materi geometri dianggap

tepat karena materi ini berbicara tentang bangun datar dan siswa dapat

mengkonstruksi bangun tersebut lewat benda yang ada di sekitarnya dan yang

berkaitan dengan karakter dan budaya yang berkembang di Maluku dan berkaitan

dengan dunia nyata sehingga siswa bersentuhan langsung dalam kehidupan

hari. Nyata yang dimaksudkan bukan hanya nyata dalam kehidupan

sehari-hari semata akan tetapi nyata dalam pikiran siswa, oleh sebab itu kemampuan

awal matematika siswa (KAM) sangat berperan penting dalam keberhasilan

belajar sebab itu guru harus mempersiapkan siswa dengan pengetahuan prasyarat

(14)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa

yang belajar matematika dengan pendekatan PMR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang

menjadi masalah dalam pembelajaran matematika dengan pembelajaran matematika

realistik (PMR), secara rinci rumusannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang menggunakan PMR

lebih baik dibandingkan dengan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa?

(b) Kemampuan awal siswa?

2. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan PMR

lebih baik dibandingkan dengan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa?

(b) Kemampuan awal siswa?

3. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

pembelajarannya menggunakan PMR lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa?

(b) Kemampuan awal siswa?

4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang

(15)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa?

(b) Kemampuan awal siswa?

5. Apakah ada interaksi antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal siswa

terhadap:

(a) Pencapaian kemampuan beripikir kritis matematis siswa?

(b) Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa?

(c) Sikap siswa

6. Apakah terdapat perbedaan karakter siswa yang menggunakan PMR

dibandingkan dengan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa?

(b) Kemampuan awal matematika siswa?

7. Apakah terdapat asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematis dan

kemampuan berpikir kreatif matematis?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang

menggunakan PMR lebih baik jika dibandingkan dengan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa.

(b) Kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).

(16)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

menggunakan PMR lebih baik jika bandingkan dengan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa.

(b) Kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).

3. Mengkaji peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang

pembelajarannya menggunakan PMR lebih baik jika dibandingkan dengan

menggunakan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa

(b) Kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).

4. Mengkaji peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa

yang pembelajarannya menggunakan PMR dengan siswa yang

pembelajarannya menggunakan PMB ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa

(b) Kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang, rendah).

5. Mengkaji eksistensi interaksi antara faktor pembelajaran dan kemampuan awal

siswa terhadap:

(a) Pencapaian kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

(b) Pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

(c) Sikap siswa.

6. Mengkaji karakter siswa yang menggunakan PMR dibandingkan dengan PMB

ditinjau dari:

(a) Keseluruhan siswa

(17)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

7. Mengkaji eksistensi asosiasi antara kemampuan berpikir kritis matematis dan

kemampuan berpikir kreatif matematis.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat:

1. Bagi siswa sebagai pengalaman belajar khususnya siswa yang belajar dengan

menggunakan PMR pada materi geometri.

2. Bagi guru, dijadikan sebagai suatu alternatif pembelajaran dalam meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, pembinaan budaya dan

karekter siswa.

3. Bagi peneliti, menjadi masukkan yang baik guna pengembangan diri dan

perubahan pola pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain, sebagai referensi untuk melakukan penelitian RME berbasis

budaya dalam kaitan dengan berpikir kritis dan kreatif matematis, karakter

siswa

5. Bagi pemerintah, sebagai masukan untuk Kementrian Pedidikan dan

Kebudayaan dalam merevisi Kurikulum Pendidikan Matematika 2013 lebih

menekankan pada aspek karakter dan budaya terutama budaya kehidupan

keseharian siswa atau budaya lokal.

E. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Matematika Realistik

Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan salah satu pendekatan

(18)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

berpedoman pada tiga prinsip dan lima karakteristik dari PMR.

2. Berpikir Kritis Matematis

Berpikir kritis matematis adalah proses kritis meliputi mengidentifikasi,

menghubungkan , menganalisis dan memecahkan masalah.

3. Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir kreatif matematis adalah proses kreatif yang meliputi kelancaran,

keaslian, kelenturan dan elaborasi.

4. Karakter siswa adalah pendapat siswa meliputi sikap religious, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, sikap cinta

damai, bersahabat/komunikatif, gemar membaca, peduli sosial, peduli

lingkungan dan tanggung jawab.

5. Budaya Maluku

Budaya Maluku adalah budaya kehidupan orang bersaudara yang saling

membantu satu sama lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tanpa

(19)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Dalam

pelaksanaannya digunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok

kontrol. Pada kelompok eksperimen, peneliti memberlakukan pembelajaran

matematika realistik berbasis budaya, yang bertujuan untuk melihat gejala atau

dampak yang ditimbulkan pada diri siswa terkait dengan kemampuan berpikir

kritis dan kreatif matematis. Selanjutnya, untuk melihat gejala yang muncul pada

subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang

disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan atau

membandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis

pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan

kelompok pembanding, peneliti berupaya semaksimal mungkin melakukan

pengontrolan terhadap variabel-variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian

dalam penelitian.

B. Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP se-Kota Ambon

yang didasarkan atas pertimbangan: (1) tingkat perkembangan kognitif siswa

SMP masih berada pada tahap operasi konkrit, sehingga penerapan pendekatan

matematika realistik berbasis budaya akan sangat membantu siswa untuk

memahami materi matematika yang diberikan dan pengembangan keterampilan

(20)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

budaya di SLTP memberikan dampak positif terhadap kekritisan, kreativitas,

karakter dan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini dipilih sekolah dengan level menengah dan bawah.

Karena, pada level ini kemampuan akademik siswanya heterogen, mulai dari yang

terendah sampai dengan yang tertinggi terwakili. Sampel penelitian adalah SMP

Negeri di Kota Ambon dengan level sekolah level sekolah sedang (berakreditasi

B) dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 63, dan level sekolah

rendah (berakreditasi B) dengan kriteria ketuntasan minimal 60. Subyek penelitan

ditentukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling (sampel acak

strata).

Sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian untuk sekolah

berakreditasi B adalah SMPN 10 Ambon dan sekolah berakreditasi B adalah

SMP Xaverius Ambon. Pada setiap sekolah dilakukan pemilihan sampel kelas

dengan teknik sampel acak kelompok kelas. Pada SMPN 10 Ambon terpilih

sebagai sampel adalah kelas VII.1 (kelas eksperimen) dan kelas VII.2 (kelas

kontrol). Sedangkan, pada SMP Xaverius Ambon terpilih sebagai sampel adalah

kelas VII.b (kelas eksperimen) dan kelas VII.c (kelas kontrol).

Tabel 3.1 Berikut disajikan sebaran sampel penelitian tersebut.

Tabel 3.1

Sebaran Sampel Penelitian

Kelompok Siswa Sekolah Berakreditasi

Kelompok Eksperimen(PMR)

Kelompok

Kontrol (PMB) Jumlah

SMP Level Sedang 30 29 59

SMP Level Rendah 22 25 47

(21)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Berdasarkan data sebaran sampel penelitian kedua sekolah beragreditasi B,

namun untuk menentukan level sekolah dengan kategori rendah dan katagori

sedang peneliti menentukan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM)

untuk mata pelajaran matematika. Pada SMPN 10 dengan KKM adalah 65 untuk

level sekolah sedang dan pada SMP Xaverius KKM adalah 62 untu level sekolah

randah.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan desain kelas

kontrol pre tes-post tes. Pengelompokan siswa ditentukan berdasarkan kategori

tingkat kemampuan matematis (tinggi, sedang, rendah), dengan pembelajaran

menggunakan pendekatan matematika realistik (PMR) berbasis budaya dan

pendekatan matematika biasa (PMB). Selanjutnya, untuk mengetahui perbedaan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis dengan menggunakan

pembelajaran matematika realistik (PMR) dan menggunakan pembelajaran

matematika biasa (PMB).

A O X O

A O O

Keterangan:

A : Pengambilan sampel secara acak kelas

X : Penerapan pembelajaran matematika realistik

O : Pre tes dan post tes pembelajaran matematika realistik (PMR) untuk

(22)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Pada desain ini, pengelompokkan subjek penelitian dilakukan secara acak

kelas (A), kelompok eksprimen diberi perlakukan pembelajaran dengan

pendekatan PMR (X), dan kelompok kontrol pembelajaran dengan pendekatan

pembela konvensional atau biasa, kemudian masing-masing kelompok diberi pre

tes dan post tes (O). Tidak ada perlakuan khusus yang diberikan pada kelompok

kontrol artinya pembelajaran yang dilakukan bersifat klasikal atau konvensional.

Selanjutnya, untuk melihat pengaruh penggunaan kedua pendekatan tersebut

terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, karakter siswa dan

kemampuan PMR, maka dalam penelitian ini melibatkan tingkat kemampuan

matematika siswa (tinggi, sedang, rendah). Keterkaitan antar variabel bebas,

terikat, dan kontrol disajikan dalam model yang disajikan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2

Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis, Karakter Siswa, Pembelajaran, Level Sekolah, dan Keseluruhan Siswa

Level Sekolah

KAM Siswa

Kelas Eksperimen (E) Pembelajaran Matematika

Realistik (PMR)

Kelas Kontrol (K) Pembelajaran Matematika

Biasa (PMB) Kemampuan Berpikir

Kritis dan Kreatif Matematis, Karakter

siswa

Kemampuan Berpikir Kritis dan kreatif Matematis, Karakter

siswa

Pre Post Gain Pre Post Gain Menengah

(M)

Tinggi(T) (MTE) (MTE) (MTE) (MTK) (MTK) (MTK) Sedang (S) ( MSE) ( MSE) (MSE) (MSK) (MSK) (MSK) Rendah R) (MRE) (MRE) (MRE) (MRK) (MRK) (MRK) Sub Total

Bawah (R)

Tinggi(T) (BTE) (BTE) (BTE) (BTK) (BTK) (BTK) Sedang (S) (BSE) (BSE) (BSE) (BSK) (BSK) (BSK) Rendah R) (BRE) (BRE) (BRE) (BRK) (BRK) (BRK) Sub Total

(23)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

D. Instrumen Penelitian

Salah satu komponen penting dalam sebuah penelitian adalah tersedianya

instrumen yang baik serta dapat diandalkan untuk menjaring dan mengumpulkan

data penelitian sesuai dengan kebutuhan penelitian. Instrumen yang digunakan

dalam kegiatan penelitian ini adalah: tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis, sakala sikap siswa, skala karakter siswa dan skala PMR. Agar

instrumen-instrumen tersebut memenuhi kriteria baik dan dapat diandalkan, maka

sebelum digunakan terlebih dahulu dikembangkan. Secara terperinci

pengembangan instrumen penelitian tersebut beserta hasil-hasilnya diuraikan

sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kemampuan awal matematis adalah pengetahuan yang dimiliki siswa

sebelum pembelajaran berlangsung. Pengetahuan awal matematika siswa diukur

melalui seperangkat soal tes dengan materi yang sudah dipelajari di kelas VII.

Pemberian tes kemampuan awal matematika, selain bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan siswa sebelum pembelajaran, juga dimaksudkan untuk memperoleh

data untuk mengetahui kesetaraan antara kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Ini dilakukan agar sebelum diberikan perlakukan kedua kelompok pada

masing-masing sampel penelitian dalam kondisi awal yang sama dan pembagian

kemampuan awal matematis (KAM) juga digunakan untuk penempatan siswa

berdasarkan kelompok rendah, sedang dan tinggi. Kriteria pengelompokan

berdasarkan skor kemampuan matematis siswa (KAM) berdasarkan penilaian

(24)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Tabel 3.3

Kriteria Kategori Kemampuan Awal Matematis (KAM)

Kemampuan Awal Mahasiswa Kategori

KAM ≥ 75% skor ideal = 75 Tinggi

55% skor ideal =55 < KAM < 75% skor ideal = 74 Sedang

KAM ≤ 55% skor ideal = 54 Rendah

Keterangan: Skor Ideal KAM adalah 100

2. Tes Berpikir Kritis Matematis

Tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa ini

disusun tes kemampuan yang dikembangkan berbentuk tes uraian. Sebelum tes

tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi isi oleh pembimbing,

dosen/pakar pendidikan matematika realistik, dan guru SMP sebagai penimbang.

Validasi muka, meliputi: kejelasan dari segi bahasa, kejelasan dari sisi format

penyajian, kejelasan dari segi gambar/representasi dan disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Validitas Muka Soal Tes Berpikir Kritis Matematis

Penim

bang

Uraian Nomor soal Ket

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kejelasan bahasa L L L L L L L L

Kejelasan format penyajian L L L L L L L L

Kejelasan gambar L L L L L L L L

2 Kejelasan bahasa L TL L L L L L TL R

Kejelasan format penyajian L L L L L L L L

Kejelasan gambar L L L L L L L L

3 Kejelasan bahasa L L TL TL L L L TL R

Kejelasan format penyajian L L L L L L L L

Kejelasan gambar L L L L L L L L

(25)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Item yang direvisi untuk penimbang ke-2 soal nomar 2 dan nomor 8 dan

penimbang ke 3 soal nomor 3, nomor 4 dan nomor 8 yaitu kejelasan bahasa.

Validasi isi, meliputi: kesesuaian dengan materi pokok, kesesuaian

dengan indikator pencapaian hasil belajar, kesesuaian dengan karakteristik

kemampuan berpikir kritis matematis, kesesuaian PMR dan dengan tingkat

kesukaran siswa SLTP pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5.

Hasil Validitas Isi Soal Tes Berpikir Kritis Matematis

Penim Bang

Uraian Nomor soal Ket

. 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kesesuaian materi L L L L L L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar L L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L TL L L L TL L R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L L

2 Kesesuaian materi L L L L L L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar L L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L L L L L L TL R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L L

3 Kesesuaian materi L L T L L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar \

L L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L TL L TL L L TL R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L L

Ket : L = Layak , TL = Tidak Layak dan R = Revisi

Item yang direvisi untuk penimbang-1 soal nomor 3 dan soal no 7,

penimbang ke-2 soal nomar 2 dan nomor 8 dan penimbang ke 3 soal nomor 3,

nomor 5 dan nomor 8 yaitu kesesuaian karakter berpikir kritis. setelah di revisi

(26)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Hasil perhitungan uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas butir soal,

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal menggunakan program

Excel 2007. Setelah dilakukan uji coba, menunjukkan bahwa soal yang ada layak

untuk dilakukan penelitian karena memenuhi validitas, daya pembeda, tingkat

kesukaran dan reliabilitas seperti tertera pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.

Hasil Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran dan Reliabilitas Tes Berpikir Kritis Matematis

No Keofisien Kolelasi Validitas

Indeks Daya Pembeda

Indeks Kesukaran

1 0.891

Valid 0.274 Cukup 0.447 Sedang 2 0.894

Valid 0.251 Cukup 0.472 Sedang 3 0.878

Valid 0.309 Cukup 0.432 Sedang 4 0.759

Valid 0.227 Cukup 0.614 Sedang 5

0.451 Valid 0.078 Cukup 0.429 Sedang 6

0.451 Valid 0.097 Cukup 0.318 Sedang 7

0.451 Valid 0.155 Jelek 0.566 Sedang 8

0.451 Valid 0.192 Jelek 0.351 Sedang

Keofisien Reabelitas

0.989

Setelah dianalisis untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis

matematis, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal.

Kriteria penskoran menggunakan skor rublik yang dimodifikasi dari Facione

(27)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Tabel 3.7.

Pedoman Penskoran Respon Siswa pada Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Aspek yang

Diukur Respos Siswa terhadap Soal atau Masalah Skor

Mengidentifikasi

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah 0

Hanya menjelaskan konsep-konsep yang digunakan tetapi benar. 1

Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dengan alasan yang salah. 2 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan kurang lengkap tetapi benar dengan alasan yang benar. 3 Menjelaskan konsep-konsep yang digunakan dengan lengkap tetapi benar dan memberikan alasan yang benar. 4

Menghubungkan

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban salah 0

Hanya melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar. 1

Melengkapi data pendukung dengan lengkap dan benar, tetapi salah

dalam menentukan aturan 2

Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan dengan lengkap dan benar tetapi penjelasan cara memperolehnya kurang lengkap. 3 Melengkapi data pendukung dan menentukan aturan serta

memberikan penjelasan cara memperolehnya, semuanya lengkap

dan benar. 4

Menganalisis

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah. 0

Hany.a memeriksa masalah saja tetapi benar. 1 Memeriksa masalah dengan benar tetapi memberikan penjelasan yang tidak dapat dipahami dan tidak memperbaiki kekeliruan.

2

Memeriksa masalah dengan benar dan memberikan penjelasan yang benar tetapi tidak memperbaiki kekeliruan

3

Memeriksa, memperbaiki, dan memberikan penjelasan setiap langkah masalah dengan lengkap dan benar

4

Memecahkan masalah

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah. 0

Mengidentifikasi soal dengan benar tetapi model matematika dan

penyelesaiannya salah. 1

Mengidentifikasi soal dengan benar tetapi terdapat kesalahan dalam model matematika sehingga penyelesaian dan hasilnya salah. 2 Mengidentifikasi soal dan model matematika dengan benar, tetapi penyelesaiannya terdapat kesalahan dalam proses perhitungan sehingga hasilnya menjadi salah.

3

Mengidentifikasi dan membuat model matematika dengan benar, kemudian penyelesaiannya dengan benar. 4

(28)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Tes untuk mengukur kemampuan siswa ini disusun dan dikembangkan

oleh peneliti berdasarkan prosedur penyusunan instrumen yang baik dan benar.

Indikator yang diukur dalam tes ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis

yang disusun berbentuk tes uraian. Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih

dahulu dilakukan validasi muka dan konten (isi) oleh pembimbing, dosen/pakar

pendidikan matematika realistik, dan guru SLTP sebagai penimbang. Validasi

muka, meliputi: kejelasan dari segi bahasa, kejelasan dari sisi format penyajian,

kejelasan dari segi gambar/representasi pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Hasil Validitas Muka Soal Tes Berpikir Kreatif Matematis

Penim Bang

Uraian Nomor soal Ket.

1 2 3 4 5 6 7

1 Kejelasan bahasa L L L L L L L

Kejelasan format penyajian L L L L L L L

Kejelasan gambar L L TL L TL L TL R

2 Kejelasan bahasa L L L L L L L

Kejelasan format penyajian L L L L L L L

Kejelasan gambar L L L L TL L L R

3 Kejelasan bahasa TL L L L L L L R

Kejelasan format penyajian L L L L L L L

Kejelasan gambar L L L L L L L

Ket : L = Layak , TL = Tidak Layak dan R = Revisi

Item yang direvisi untuk penimbang ke-1 soal nomar 3, nomor 5 dan nomor 8 dan

penimbang ke-2 soal nomor 5, nomor 4 dan nomor 8 yaitu kejelasan gambar.

Untuk penimbang ke-3 soal no 1 kejelasan bahasa.

(29)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

dengan indikator pencapaian hasil belajar, kesesuaian dengan karakteristik

kemampuan berpikir kritis matematis, kesesuaian PMR dan dengan tingkat

kesukaran siswa SLTP pada Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9

Hasil Validitas Isi Soal Tes Berpikir Kreatif Matematis

Penim Bang

Uraian Nomor soal Ket.

1 2 3 4 5 6 7

1 Kesesuaian materi L L L L L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L TL L TL L L R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L

2 Kesesuaian materi L L L L L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L L TL TL L L R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L

3 Kesesuaian materi L L T L L L

Kesesuaian Indikator hasil belajar L L L L L L L

Kesesuaian Karakter berpikir kritis L L TL L TL L L R

Kesesuaian PMR dengan L L L L L L L

Ket : L = Layak , TL = Tidak Layak dan R = Revisi

Item yang direvisi untuk penimbang-1 soal nomor 3 dan soal no 5, penimbang

ke-2 soal nomar 4 dan nomor 5 dan penimbang ke-3 soal nomor 3, nomor yaitu

kesesuaian karakter berpikir kritis. setelah di revisi kemudian dilakukan uji coba

tes berpikir kritis kepada siswa SMP berjumlah 27 siswa.

Hasil Perhitungan uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas butir

(30)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Excel 2007. Setelah dilakukan ujicoba menunjukkan bahwa soal yang ada layak

untuk dilakukan penelitian karena memenuhi validitas, daya pembeda, tingkat

[image:30.595.129.501.199.500.2]

kesukaran dan reliabilitas seperti tertera pada tabel 3.10.

Tabel 3.10.

Hasil Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran dan Reliabilitas Tes Berpikir Kreatif Matematis

No Keofisien Kolelasi Validitas

Indeks Daya Pembeda Indeks Kesukaran

1 0.753 Valid 0.427 Baik 0.571 Sedang

2 0.853 Valid 0.337 Cukup 0.487 Sedang

3 0.825 Valid 0.217 Cukup 0.392 Sedang

4 0.574 Valid 0.317 Cukup 0.356 Sedang

5 0.408 Valid 0.400 Baik 0.422 Sedang

6 0.483 Valid 0.275 Cukup 0.297 Sukar

7 0.662 Valid 0.200 Cukup 0.283 Sukar Keofisien

Reabelitas

0.7033

Setelah dianalisis untuk memperoleh data kemampuan berpikir kreatif

matematis, dilakukan penskoran terhadap jawaban siswa untuk setiap butir soal.

dimodifikasi dari Evans (1991) bahwa komponen berpikir divergen terdiri atas

komponen sensitivity, fluency, flexibility, originality dan elaboration.

Tabel 3.11

Pedoman Penskoran Soal Berpikir Kreatif Matematis

Indikator Reaksi terhadap soal/masalah Skor

Fluency

(kefasihan atau kelancaran)

Tidak memberi jawaban 0

Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang tidak rinci dan salah

1

Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang tidak rinci tetapi hasil benar

2

Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang rinci tetapi hasil salah

[image:30.595.116.510.639.749.2]
(31)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Mengembangkan gagasan dan memberi jawaban yang rinci dan hasil benar

4

Flexibility

(keluwesan atau kelenturan)

Tidak memberi jawaban 0

Tidak menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan mengarah pada jawaban salah

1

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban, tetapi mengarah pada jawaban salah

2

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan mengarah pada jawaban benar

3

Menggambarkan kepekaan dalam memberikan jawaban dan jawaban benar

4

Originality

(keaslian)

Tidak memberi jawaban 0

Memberi gagasan/jawaban yang tidak beragam dan salah 1

Memberi gagasan/jawaban yang tidak beragam tetapi benar 2

Memberi gagasan/jawaban yang beragam tetapi salah 3

Memberi gagasan/jawaban yang beragam dan benar 4

Elaboration

(elaborasi)

Tidak memberi jawaban 0

Memberi gagasan/jawaban yang tidak beragam dan salah 1

Memberi gagasan/jawaban yang tidak beragam tetapi benar 2

Memberi gagasan/jawaban yang beragam tetapi salah 3

Memberi gagasan/jawaban yang beragam dan benar 4

4. Skala Pendapat Terhadap Karakter Siswa.

Karakter siswa dijaring melalui angket tertutup yang disusun berdasarkan

nilai-nilai karakter (Hasan, dkk: 2010) meliputi: Religius, Jujur, Toleransi,

Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat

Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Mengenghargai Prestasi, Bersahabat/Komuniktif,

Cinta Damai, Sikap, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan

Tanggung-jawab.

Skala karakter siswa terdiri dari item-item kegiatan dan pendapat dalam

bentuk pernyataan yang bersifat positif dan negatif dengan lima pilihan yaitu SS

(32)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Tidak Setuju). Instrumen ini akan diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan tes

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis yang dikembangkan dari

Sumarmo (2010). Sebelum instumen ini digunakan, dilaksanakan uji coba empiris

dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas kepada siswa pada

kelas uji coba di luar sampel tapi setara. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui

tingkat keterbacaan bahasa dan untuk meperoleh gambaran apakah kegiatan dan

pendapat dapat dipahami oleh siswa

Tujuan uji coba ini untuk mengetahui tingkat validitas setiap item kegiatan

dan pendapat sekaligus untuk menghitung skor setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS)

dari setiap kegiatan dan pendapat dengan menggunakan program Excel 2007.

Dengan demikian, pemberian skor dari setiap kegiatan atau pendapat siswa

ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan jawaban responden dengan

menentukan skala deviasi normal (Azwar 1995:125).

Hasil uji coba skala pendapat terhadap karakter dan budaya siswa tertera

pada tabel 3.12.

Tabel 3.12

Hasil Uji Coba Skala Pendapat Terhadap Karakter Siswa

No T table T hitung Kriteria No T table T hitung Kriteria

1 0.38 0.42 Valid 28 0.38 0.79 Valid

2 0.38 0.55 Valid 29 0.38 0.48 Valid

3 0.38 0.44 Valid 30 0.38 0.43 Valid

4 0.38 0.53 Valid 31 0.38 0.39 Valid

5 0.38 0.49 Valid 32 0.38 0.49 Valid

6 0.38 0.59 Valid 33 0.38 0.64 Valid

7 0.38 0.46 Valid 34 0.38 0.39 Valid

8 0.38 0.42 Valid 35 0.38 0.49 Valid

9 0.38 0.42 Valid 36 0.38 0.40 Valid

[image:32.595.111.516.192.763.2]
(33)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

11 0.38 0.55 Valid 38 0.38 0.41 Valid

12 0.38 0.44 Valid 39 0.38 0.40 Valid

13 0.38 0.50 Valid 40 0.38 0.57 Valid

14 0.38 0.62 Valid 41 0.38 0.70 Valid

15 0.38 0.46 Valid 42 0.38 0.54 Valid

16 0.38 0.52 Valid 43 0.38 0.48 Valid

17 0.38 0.50 Valid 44 0.38 0.43 Valid

18 0.38 0.44 Valid 45 0.38 0.68 Valid

19 0.38 0.54 Valid 46 0.38 0.79 Valid

20 0.38 0.54 Valid 47 0.38 0.54 Valid

21 0.38 0.75 Valid 48 0.38 0.61 Valid

22 0.38 0.76 Valid 49 0.38 0.54 Valid

23 0.38 0.79 Valid 50 0.38 0.43 Valid

24 0.38 0.47 Valid 51 0.38 0.41 Valid

25 0.38 0.53 Valid 52 0.38 0.46 Valid

26 0.38 0.51 Valid 53 0.38 0.50 Valid

27 0.38 0.45 Valid

Berdasarkan hasi uji coba menunjukkan bahwa skala karakter dan budaya

dan karakter menunjukkan setiap item soal valid dan hasil jawaban siswa

bervariasi yaitu SS, S, N, TS dan STS untuk jawaban pernyataan positif dan STS,

TS, N, S dan SS untuk jawaban pernyataan negatif, menunjukkan bahwa skala

pembinaan karakter dan budaya dapat di gunakan dalam penelitian ini.

5. Skala Pendapat terhadap Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)

Skala pendapat terhadap PMR dapat dijaring melalui angket tertutup yang

disusun berdasarkan aspek-aspek PMR yaitupengalaman langsung (Performance

Experience), pengalaman dari orang lain (Vicarious Experience), aspek

Sosial/Verbal (Verbal Persuasion) dan aspek Psikologis (Physiological and

Affective State).

Skalapendapat terhadap PMR terdiri dari item-item kegiatan dan pendapat

(34)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (tidak setuju), dan STS

(Sangat Tidak Setuju). Instrumen ini dikembangkan dari sumarmo (2010) dan

akan diberikan kepada siswa setelah pelaksanaan tes kemampuan berpikir kritis

dan kreatif matematis . Sebelum instumen ini digunakan, dilaksanakan ujicoba

empiris dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas kepada siswa

kelas uji coba di luar sampel tapi setara. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui

tingkat keterbacaan bahasa dan untuk memperoleh gambaran apakah kegiatan dan

pendapat dapat dipahami oleh siswa dengan baik.

Tujuan uji coba ini untuk mengetahui tingkat validitas setiap item kegiatan

dan pendapat sekaligus untuk menghitung skor setiap pilihan (SS, S, K, J, JS) dari

setiap kegiatan dan pendapat dengan menggunakan progam Excle 2007. Dengan

demikian, pemberian skor dari setiap kegiatan atau pendapat siswa ditentukan

secara aposteriori yaitu berdasarkan jawaban responden dengan menentukan skala

deviasi normal (Azwar 1995:125).

[image:34.595.126.498.410.761.2]

Hasil uji coba skala pendapat terhadap RME tertera pada Table 3.13

Tabel 3.13

Hasil Uji Coba Skala Pendapat terhadap RME

No T table T hitung Kriteria No T table T hitung Kriteria

1 0.38 0.40 Valid 23 0.38 0.64 Valid

2 0.38 0.38 Valid 24 0.38 0.56 Valid

3 0.38 0.54 Valid 25 0.38 0.77 Valid

4 0.38 0.84 Valid 26 0.38 0.57 Valid

5 0.38 0.54 Valid 27 0.38 0.41 Valid

6 0.38 0.41 Valid 28 0.38 0.69 Valid

7 0.38 0.69 Valid 29 0.38 0.59 Valid

8 0.38 0.58 Valid 30 0.38 0.39 Valid

9 0.38 0.39 Valid 31 0.38 0.54 Valid

10 0.38 0.38 Valid 32 0.38 0.75 Valid

(35)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

12 0.38 0.44 Valid 34 0.38 0.41 Valid

13 0.38 0.40 Valid 35 0.38 0.69 Valid

14 0.38 0.70 Valid 36 0.38 0.53 Valid

15 0.38 0.45 Valid 37 0.38 0.47 Valid

16 0.38 0.78 Valid 38 0.38 0.40 Valid

17 0.38 0.54 Valid 39 0.38 0.42 Valid

18 0.38 0.73 Valid 40 0.38 0.44 Valid

19 0.38 0.58 Valid 41 0.38 0.40 Valid

20 0.38 0.45 Valid 42 0.38 0.39 Valid

21 0.38 0.69 Valid 43 0.38 0.44 Valid

22 0.38 0.69 Valid 44 0.38 0.97 Valid

Berdasarkan hasi uji coba skala pendapat terhadap PMR, menunjukkan

untuk setiap item soal valid dan jawaban siswa bervariasi yaitu SS, S, N, TS dan

STS untuk jawaban pernyataan positif dan STS, TS, N, S dan SS untuk jawaban

pernyataan negative. Dengan demikian, skala pendapat terhadap PMR dapat

digunakan dalam penelitian ini.

6. Skala Pendapat Terhadap Sikap Siswa

Skala sikap siswa dapat dijaring melalui angket tertutup yang disusun

berdasarkan sikap siswa dalam pemebelajaran matematika yaitu pengalaman

langsung (Performance Experience), pengalaman dari orang lain (Vicarious

Experience), aspek Sosial/Verbal (Verbal Persuasion) dan aspek Psikologis

(Physiological and Affective State).

Skala sikap siswa terdiri dari item-item kegiatan dan pendapat dalam

bentuk pernyataan yang bersifat positif dan negatif dengan lima pilihan yaitu SS

(Sangat Sekali), S (Sering), N (Neral), TS (tidak setuju), dan STS (Sangat Tidak

Setuju ) . Instrument ini dikembangkan dari Sumarmo (2010) dan akan diberikan

(36)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

matematis . Sebelum instumen ini di gunakan, dilaksanankan ujicoba empiris

dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan uji coba terbatas kepada siswa kelas

uji coba di luar sampel tapi setara. Tujuan dari uji coba ini untuk mengetahui

tingkat keterbacaan bahasa dan untuk meperoleh gambaran apakah kegiatan dan

pendapat dapat dipahami oleh siswa dengan baik.

Tujuan uji coba ini untuk mengetahui tingkat validitas setiap item kegiatan

dan pendapat sekaligus untuk menghitung skor setiap pilihan (SS, S, N, TS, STS)

dari setiap kegiatan dan pendapat dengan menggunakan program Excel 2007.

Dengan demikian, pemberian skor dari setiap kegiatan atau pendapat siswa

ditentukan secara aposteriori yaitu berdasarkan jawaban responden dengan

menentukan skala deviasi normal (Azwar 1995:125).

Hasil uji coba skala sikap tertera pada Table 3.14.

Tebel 3.14.

Hasil Uji Coba Skala Sikap Siswa.

No T tabel T hitung Kriteria No T tabel T hitung Kriteria

1 0.38 0.40 Valid 19 0.38 0.48 Valid

2 0.38 0.40 Valid 20 0.38 0.45 Valid

3 0.38 0.47 Valid 21 0.38 0.69 Valid

4 0.38 0.41 Valid 22 0.38 0.84 Valid

5 0.38 0.54 Valid 23 0.38 0.61 Valid

6 0.38 0.43 Valid 24 0.38 0.50 Valid

7 0.38 0.40 Valid 15 0.38 0.40 Valid

8 0.38 0.49 Valid 16 0.38 0.49 Valid

9 0.38 0.61 Valid 27 0.38 0.42 Valid

10 0.38 0.42 Valid 28 0.38 0.46 Valid

11 0.38 0.46 Valid 29 0.38 0.51 Valid

12 0.38 0.40 Valid 30 0.38 0.47 Valid

13 0.38 0.40 Valid 31 0.38 0.40 Valid

14 0.38 0.54 Valid 32 0.38 0.50 Valid

(37)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

16 0.38 0.42 Valid 34 0.38 0.67 Valid

17 0.38 0.52 Valid 35 0.38 0.74 Valid

18 0.38 0.46 Valid

Berdasarkan hasi uji coba, skala sikap siswa menunjukkan untuk setiap

item soal valid dan jawaban siswa bervariasi yaitu SS, S, N, TS dan STS untuk

jawaban pernyataan positif dan STS, TS, N, S dan SS untuk jawaban pernyataan

negative. Dengan demikian, skala sikap siswa dapat di\gunakan dalam penelitian

ini.

7. Lembar Observasi

Penelitian ini menggunakan dua jenis pedoman observasi yaitu pedoman

observasi pelaksanaan pembelajaran yang berfungsi untuk melihat keefektifan

kegiatan guru dalam menerapkan kedua model pembelajaran di kelas. Khusus

untuk PMR, dikembangkan berdasarkan lima karakteristik PMR, dan pedoman

observasi keaktifan siswa berfungsi untuk melihat keaktifan siswa dalam

pembelajaran di kelas atau kelompok, keaktifan siswa meresponi arahan guru

dalam pembelajaran dan kemampuan guru mengelola pembelajaran.

Pedoman observasi pembelajar berupa item pernyataan yang tertera pada

angket untuk menilai aktivitas guru dan siswa dengan skala penilaian sebagai

berikut:

1) kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran dengan skala penilaian

yaitu : 2 : Ya, 1: Tidak Jelas dan 0 : Tidak

2) keaktifan siswa dalam diskusi kelas atau kelompok dengan skala penilaian

yaitu : 2: Aktif, 1: Kurang Aktif dan 0: Aktif

(38)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

skala penilaian yaitu : 2: Sering, 1: Kadang-kadang dan 0: Jarang

Lembar observasi berupa cek list yang digunakan oleh observer pada saat

proses pembelajaran untuk menilai aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

berlangsung. Observer dilakukan oleh dua orang yang diberikan arahan tentang

PMR.

8. Pedoman Wawancara

Wawancara berfungsi untuk mempertegas dan melengkapi data

yang dirasakan kurang lengkap atau belum terjaring melalui observasi dan tes.

Selain itu, wawancara juga dapat digunakan untuk mengetahui strategi, cara

berpikir (kritis dan kreatif), langkah-langkah, serta kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada tes berpikir kirtis dan kreatif

matematis.

E. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Bahan Ajar PMR berbasis budaya

khususnya budaya Maluku yang berisi materi dan lembaran mengikuti materi

pelajaran matematika SLTP sesuai dengan KTSP 2006 dan mengacu pada

karakteristik dan alur pembelajaran PMR .

Bahan Ajar dibuat untuk 10 tatap muka yang berisi (1) deskripsi situasi

atau permasalahan yang pemecahannya harus dipikirkan dan diselesaikan siswa;

(2) tugas-tugas terbimbing (terstruktur) yang berangsur-angsur menuju

tugas-tugas yang tidak terbimbing; (3) soal-soal yang mengukur kemampuan

(39)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

menganalisis dan memecahkan masalah. Sedangkan, untuk kreatif matematis

meliputi kelancaran, keaslian, kelenturan dan elaborasi; (4) soal-soal yang

mengukur kemampuan PMR; dan (5) permasalahan yang mengukur kemampuan

siswa dalam intertwinment dan pemodelan matematik. Semua komponen ini

disusun berdasarkan karakteristik dan alur pembelajaran dalam PMR.

Permasalahan yang disajikan dalam bahan ajar ini berupa permasalahan

kontekstual yang berkaitan dengan karakter dan budaya klususnya berkaitan

dengan budaya Maluku yang nantinya dikerjakan oleh seluruh kelompok.

Selanjutnya, dari hasil pekerjaan masing-masing kelompok itu didiskusikan

bersama untuk mendapatkan pemecahan masalah yang tepat.

Dengan menggunakan bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat

diharapkan keaktifan seluruh siswa dalam kelompoknya masing-masing. Di sini

peran guru hanya sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa. Siswa harus

dipandang sebagai individu yang mempunyai potensi untuk mengembangkan

pengetahuan dalam dirinya. Siswa diharapkan aktif mengkonstruksi

pengetahuannya. Bahkan diharapkan siswa tidak sekedar aktif sendiri, tetapi ada

aktivitas bersama di antara mereka (interaktivitas). Selanjutnya di akhir

pembelajaran, diharapkan siswa dapat menyimpulkan atau merangkum tentang

pengetahuan matematika yang ia peroleh selama pembelajaran berlangsung, baik

secara individu maupun kelompok. Apabila siswa mengalami kesulitan dalam

merumuskan kesimpulan, maka guru dapat memberikan bimbingan seperlunya.

Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh siswa dapat merata dan

(40)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

Sebelum bahan ajar tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi

muka dan isi oleh pembimbing, dosen/pakar pendidikan matematika realistik, dan

guru SMP sebagai penimbang. Pertimbangan validasi muka dan isi bahan ajar

dengan pendekatan matematika realistik untuk siswa SMP yang dimaksudkan

adalah berkenaan dengan hal-hal berikut:

1. Format; berkaitan dengan sistematika penyajian, kejelasan bahasa yang

digunakan, kejelasan ilustrasi/gambar.

2. Isi; berkaitan dengan kesesuaian terhadap standar kompetensi dan kompetensi

dasar, kesesuaian terhadap tingkat perkembangan mental siswa, keruntutan

penyajian, kesesuaian dengan alokasi waktu.

3. Proses; berkaitan dengan unsur kontekstual, unsur matematisasi (in

formal/formal, model of, model for, formal mathematics), unsur kontribusi

siswa, unsur keterjalinan (intertwine).

Hasil validitas bahan ajar ditampilkan pada tabel 3.15

Tabel 3.15.

Hasil Validitas Muka Bahan Ajar

Penim

Bang Uraian

10 Pertemuan Ket

. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Kejelasan bahasa L L TL L L L L TL L L R

Kejelasan format penyajian

L TL L L L L L L L L R

Kejelasan gambar

L L TL L L L TL L L L R

2 Kejelasan bahasa

L L L L L L L L L L

Kejelasan format penyajian

L L L L L L TL L L TL R

Kejelasan gambar

L L L L L L L L L L

3 Kejelasan bahasa TL L TL L L L TL L L L R

[image:40.595.113.514.209.756.2]
(41)

Anderson L. Palinussa, 2012

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis, Serta Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Realistik Berbasis Budaya

[image:41.595.118.509.112.157.2]

format penyajian Kejelasan gambar

L L TL L L L L L L L R

Ket : L = Layak , TL = Tidak Layak dan R = Revisi

Item yang direvisi untuk kejelasan bahasa penimbang ke-1 bahan ajar

dan bahan ajar 8 ,dan penimbang -3 bahan ajar 1, bahan ajar 3 dan bahan 7.

Untuk jelasan format penyajian penimbang-1 bahan ajar 2, penimbang -2 bahan

ajar 7 dan bahan ajar 10. Kejelasan gambar penimbang-1 bahan ajar 3 dan bahan

ajar 7, penimbang-2 bahan ajar 5 dan untuk penimbang ke-3 bahan ajar 3.

Validasi isi, meliputi: kesesuaian dengan materi pokok, kesesuaian dengan

indikator

Gambar

Tabel 3.1 Sebaran Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis,  Karakter Siswa,
Tabel 3.4 Hasil Validitas Muka Soal  Tes  Berpikir Kritis Matematis
Tabel 3.5. Hasil Validitas Isi Soal  Tes  Berpikir Kritis Matematis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan situasi di atas, rancang satu eksperimen makmal untuk menyiasat kesan kepekatan larutan natrium klorida terhadap hasil yang terbentuk di anod

Pupujian Di Pasantrén Syafi’iyah Al-Falah Désa Mekarjaya Kecamatan Bungbulang Kabupatén Garut Pikeun Bahan Pangajaran Ngaregepkeun Di Smp. Universitas Pendidikan Indonesia

Aspek Hukum dan Administrasi Proyek pada Jurusan Pendidikan Teknik.. Sipil-Universitas Pendidikan Indonesia:

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Tindak lanjut perawatan ODGJ dengan cara rawat jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) huruf b dan pasal 25 ayat (2) dilakukan keluarga bersama petugas

Kegiatan Sasaran Target Vol Kegiatan Rincian Pelaksa naan Lokasi Pelaksa naan Tenaga Pelaksa na Jadwal Biaya I 1 a. ADMEN Manajemen: Sumber Daya Operasional Mutu UKM Promkes

SISTEM INFORMASI DALAM PERENCANAAN..

Penerbit : Informatika Yuda, K, 2010, Implementasi Ultrasonik Level Detektor Pada Sistem Monitoring. Tangki Pendam