III - 1
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN
Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut
menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat
kemampuannya mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan
daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
tanggungjawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah dapat diukur
dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah
terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu
dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa
lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya.
Seperti yang tersebut dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah keduakalinya dengan
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, bahwa kabupaten mempunyai kewenangan yang didasarkan pada
azas otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung
jawab, serta azas tugas pembantuan yang merupakan penugasan daerah
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. Otonomi daerah
yang diwujudkan dalam bentuk desentralisasi, diharapkan akan
menghasilkan dua manfaat nyata, yaitu:
1. Mendorong peningkatan partisipasi, prakarsa, dan kreativitas
masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong pemerataan hasil– hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan
memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masing – masing daerah
2. Memperbaiki alokasi sumber daya produktif melalui pergeseran peran
pengambilan keputusan publik ke tingkat pemerintah yang paling
rendah yang memiliki informasi yang paling lengkap.
Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh
terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan keuangan
daerah. Daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fiskal (fiscal
III - 2
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
sehingga tidak mengalami defisit fiskal (fiscal gap). Salah satu upaya
untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah tersebut adalah dengan
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan sumber pembiayaan
lainnya dari masyarakat atau swasta.
Sinergi dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
pada pasal 2, maka prinsip desentralisasi fiskal adalah:
1. Desentralisasi fiskal harus memperhatikan dan merupakan bagian
pengaturan yang tidak terpisahkan dari sistem keuangan negara
sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah;
2. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas
pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas perekonomian
nasional dan keseimbangan fiskal antara pusat dengan daerah dan
antar daerah;
3. Perimbangan keuangan negara antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam
rangka pendanaan penyelenggaraan atas desentralisasi, dekonsentrasi,
dan tugas pembantuan.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan keuangan daerah
merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah. Pada 5 (lima) tahun terakhir, pengelolaan
keuangan daerah telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Ini
terkait diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
serta Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah. Dari undang-undang keuangan negara tersebut, kemudian
diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yang telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, yang implementasinya diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang
III - 3
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 tahun 2011 serta
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Bendahara serta Penyampaiannya.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka dalam penyusunan
RPJMD 2014–2018 harus meningkatkan penerapan penganggaran berbasis kinerja (Performance Based Budgeting), berjangka menengah
(Medium Term Expenditure Framework) dan terpadu (Unified Budgeting)
serta penyusunan anggaran yang berbasis data.
A. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kinerja
keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja
pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan
APBD tidak terlepas dari perkembangan struktur APBD yang terdiri dari
pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Sementara
itu, neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi asset
pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi
ekuitas dana yang tersedia.
1. Kinerja Pelaksanaan APBD
Pada seluruh komponen pendapatan yang meliputi pendapatan asli
daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah,
perbandingan anggaran dan realisasi selalu mencapai di atas 100%. Ini
menggambarkan kinerja pemerintah daerah yang baik dalam rangka
merealisasikan target pendapatannya. Dari tahun ke tahun Pendapatan
Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah Kabupaten Jombang selalu mengalami peningkatan. Namun
peningkatan pendapatan tersebut tidak diiringi dengan pertumbuhan
yang stabil, sehingga nampak bahwa secara besaran menunjukkan
peningkatan, tetapi secara pertumbuhan mengalami penurunan. Hal ini
perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam skenario perencanaan
pendapatan daerah. Perkembangan rata-rata pertumbuhan realisasi
III - 4
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.1
Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
No. Uraian 2009 2010 2011 2012
Rata-rata Pertumbuhan
(%)
1 PENDAPATAN 882.158.477.743 1.019.280.049.808 1.212.775.368.903 1.439.221.547.803 17,73
1.1. Pendapatan Asli Daerah 90.214.137.927 109.154.035.428 124.799.217.856 164.389.353.735 22,35
1.1.1. Pajak daerah 17.784.228.520 19.023.022.752 24.705.170.574 31.887.920.746 21,97
1.1.2. Retribusi daerah 61.399.604.458 18.311.819.028 21.945.014.078 25.495.452.458 (11,39)
1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan
1.161.751.135 1.608.669.797 2.191.500.008 2.322.379.159 26,89
1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 9.868.553.815 70.210.523.850 75.957.533.196 104.683.601.371 166,44
1.2. Dana Perimbangan 712.635.849.237 729.721.735.088 783.742.826.668 997.447.923.900 12,36
1.2.1. Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 61.877.483.237 72.499.335.088 76.207.639.668 93.684.408.900 15,07
1.2.2. Dana alokasi umum 601.450.366.000 606.942.500.000 664.465.787.000 809.295.635.000 10,73
1.2.3. Dana alokasi khusus 49.308.000.000 50.279.900.000 43.069.400.000 94.467.880.000 35,66
1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 79.308.490.579 180.404.279.292 304.233.324.379 277.384.270.168 62,43
1.3.1 Hibah - 1.000.000.000 5.999.311.000 1.137.805.600 209,45
1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya
46.242.165.579 58.140.920.288 68.189.780.233 66.214.842.515 13,37
1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 16.368.225.000 79.343.720.073 185.658.353.640 175.386.824.000 171,07
1.3.5 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya
16.698.100.000 17.907.380.000 44.205.880.000 34.517.420.000 44,06
1.3.6 Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Pusat 23.705.454.000
1.3.7 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya dari Propinsi 306.804.931 179.999.506 127.378.053 (35,28)
III - 5
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Berdasarkan tabel diatas rata-rata pertumbuhan pendapatan
tertinggi ada pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang
tumbuh sebesar 62,43%, diikuti oleh pendapatan asli daerah tumbuh
sebesar 22,35 % dan dana perimbangan tumbuh sebesar 12,36%.
Pertumbuhan yang cukup tinggi pada komponen lain-lain pendapatan
daerah yang sah selama kurun waktu tiga tahun tersebut disebabkan oleh
perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait pengalokasian tunjangan
penghasilan dan profesi guru PNSD yang pembayarannya melalui daerah,
Belanja operasional sekolah (BOS) yang pembayarannya dilakukan daerah
(pada tahun 2011), adanya alokasi dana insentif daerah, dana penunjang
pembangunan infrastruktur daerah, dan bantuan keuangan daerah dari
propinsi.
Pertumbuhan realisasi Pendapatan Asli Daerah selama kurun
waktu yang sama, menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 22,35%.
Selain itu, rata realisasi pendapatan yang dicapai melampaui
rata-rata target yang telah ditetapkan dengan rasio efektivitas PAD mencapai
kisaran 107,65% sampai 117,75%. Perkembangan PAD pada periode
tahun 2009-2012 tersaji dalam tabel dan gambar berikut:
Tabel 3.2
Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2009-2012
Tahun
Target Realisasi
Rasio Efektivitas PAD Pertumbuhan
(%) PAD
Pertumbuhan (%)
2009 83.553.261.780 90.214.137.927 107,97
2010 101.264.900.929 21,20 109.154.035.428 20,99 107,79
2011 115.926.490.812 14,48 124.799.217.856 14,33 107,65
2012 139.612.120.593 20,43 164.389.353.735 31,72 117,75
Rata-rata Per Tahun 18,70 22,35 110,29
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013.
III - 6
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Grafik 3.1
Grafik Realisasi dan Target Pendapatan Asli Daerah Tahun 2009-2013
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Dari tabel dan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa realisasi
capaian PAD mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 berada di atas
target. Pemerintah Kabupaten Jombang sudah efektif dalam melakukan
penggalian sumber pendapatan daerah. Selain itu,
sumber-sumber potensi pendapatan daerah masih cukup banyak yang dapat
digali dan dikembangkan sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan
daerah dengan tetap mengacu pada UU No 28 Tahun 2009 tentang Pajak
dan Retribusi Daerah. Hal yang perlu terus ditingkatkan adalah
intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah serta
penyederhanaan prosedur pemungutan yang dipadukan dengan
penerapan sanksi yang efektif serta pengendalian dan pengawasan.
Peningkatan laba asset daerah berkorelasi positif terhadap
peningkatan PAD dari unsur pemakaian kekayaan daerah, sehingga
kedepan PAD tidak lagi dipungut dari pelayanan kesehatan ataupun
pengurusan hak kewarganegaraan seperti Akte dan KTP. PAD meningkat
apabila pemerintah daerah dikelola dengan jiwa entrepreneurship. Perlu
diketahui bahwa kinerja peningkatan Peneriman Daerah yang berkualitas
indikatornya bukan dari kontribusi pendayagunaan cash idle seperti
terlihat pada penerimaan laba deposito atau yang dicerminkan dari silpa
riil yang terus meningkat tetapi dari hasil perencanaan yang baik dari sisi
penentuan target pendapatan dan efisiensi serta efektivitas belanja.
Perkembangan kinerja kapasitas fiskal daerah Kabupaten Jombang
dapat dilihat kinerjanya dengan pendekatan rasio PAD terhadap DAU
dalam APBD. Perkembangan rasio PAD terhadap DAU pada APBD TA.
III - 7
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.3
Rasio PAD Terhadap DAU Dalam APBD TA. 2004-2014
Perbandingan DAU dan PAD
Rasio PAD terhadap
DAU Tahun
Anggaran
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dana Alokasi Umum (DAU)
2004 44.534.969.610,13 292.095.000.000 15,25
2005 48.990.312.932,06 328.521.000.000 14,91
2006 66.303.981.352,24 465.429.000.000 14,25
2007 80.438.355.306,38 537.081.999.400 14,98
2008 97.601.053.792,45 591.773.863.400 16,49
2009 90.214.137.927,09 601.450.366.000 15,00
2010 109.154.035.427,00 606.942.500.000 17,98
2011 115.654.150.812,00 664.825.242.000 17,40
2012 139.612.120.593,18 809.295.635.000 17,25
2013 173.214.032.229,00 920.097.938.000 18,83
2014 199.570.361.830,00 1.007.166.193.000 19,82
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Grafik 3.2
Perbandingan DAU Terhadap PAD Pada APBD TA. 2004-2014
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Melihat data trend kenaikan DAU dan PAD dapat dilihat bahwa
gapnya sangat lebar, artinya bahwa prosentase kenaikan PAD masih
III - 8
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
2. Neraca Daerah
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah, Neraca Daerah merupakan salah satu laporan keuangan yang harus dibuat oleh Pemerintah Daerah. Laporan ini sangat penting bagi manajemen pemerintah daerah, tidak hanya dalam rangka memenuhi kewajiban peraturan perundang-undangan yang berlaku saja, tetapi juga sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang terarah dalam rangka pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh daerah secara efisien dan efektif. Kinerja Neraca Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang selama kurun waktu 2009-2012 mengalami tingkat pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun seperti terlihat pada Tabel III.2 dan dapat dijelaskan secara rinci, sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rata-rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2009-2012
No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan
(%)
1.2.2. Peralatan dan mesin 12,51
1.2.3. Gedung dan bangunan 6,13
1.2.4. Jalan, irigasi, dan jaringan 1,55
1.2.5. Aset tetap lainnya (1,29)
1.2.6. Konstruksi dalam pengerjaan 5.772,64
1.3. ASET LAINNYA
1.3.1. Tagihan penjualan angsuran -
1.3.2. Tagihan tuntutan ganti kerugian daerah
32,54
1.3.3. Kemitraandengan pihak kedua -
1.3.4. Aset tak berwujud 471,41
1.3.5. Aset Lain-lain (72,41)
JUMLAH ASET DAERAH 4,87
III - 9
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
No. Uraian Rata-rata Pertumbuhan
(%)
2.1. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 60,09
2.1.1. Utang perhitungan pihak ketiga 376,13
2.1.2. Uang muka dari kas daerah -
2.1.3. Pendapatan diterima di muka -
2.1.4. Utang Jangka Pendek Lainnya 80,04
3. EKUITAS DANA 4,84
3.1. EKUITAS DANA LANCAR 33,42
3.1.1. SILPA 38,70
3.1.2. Cadangan piutang 5,97
3.1.3. Cadangan persediaan 37,66
3.1.4. Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek
80,04
3.1.5 Pendapatan yang ditangguhkan 2,24
3.2. EKUITAS DANA INVESTASI 3,50
3.2.1. Diinvestasikan dalam asset tetap 3,10
3.2.2. Diinvestasikan dalam asset lainnya 1.663,75
3.2.3. Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang
Aset daerah merupakan aset yang memberikan informasi tentang
sumber daya ekonomi yang dimiliki dan dikuasai pemerintah daerah,
memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah daerah maupun
masyarakat di masa mendatang sebagai akibat dari peristiwa masa lalu,
serta dapat diukur dalam uang. Selama kurun waktu 2009-2012,
pertumbuhan rata-rata jumlah aset daerah Pemerintah Kabupaten
Jombang mencapai 4,87% yang berarti bahwa jumlah aset Pemerintah
Kabupaten Jombang meningkat sebesar 4,87% setiap tahun.
Aset daerah terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya.
Pertumbuhan rata-rata aset lancar mencapai 33,21%. Tingginya
pertumbuhan aset lancar ini menunjukkan bahwa kondisi aset
Pemerintah Kabupaten Jombang berada pada kondisi yang sehat.
Sedangkan untuk aset tetap, rata-rata pertumbuhannya mencapai 3,10%.
Aset tetap tersebut berupa tanah, gedung dan bangunan serta sarana
mobilitas dan peralatan kantor yang dipergunakan untuk pelayanan
III - 10
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Kinerja peningkatan asset daerah tidak hanya dari penambahan atau
mutasi asset hasil pembelian tiap tahun, tetapi juga dari hasil identifikasi
aset daerah yang belum memiliki legalitas, sehingga belum dapat
dimasukkan dalam neraca daerah.
Kewajiban, baik jangka pendek maupun jangka panjang,
memberikan informasi tentang utang pemerintah daerah kepada pihak
ketiga atau klaim pihak ketiga terhadap arus kas pemerintah daerah.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan
datang. Kewajiban Pemerintah Kabupaten Jombang dalam kurun waktu 3
tahun (2010-2012) dengan rata-rata sebesar 60,09% yang didominasi oleh
utang perhitungan pada pihak ketiga. Tingginya rata-rata kewajiban ini
menunjukan bahwa Pemerintah Kabupaten Jombang selama kurun waktu
tersebut belum optimal dalam melaksanakan kewajiban finansial jangka
pendek yang cukup tinggi.
Ekuitas dana yang meliputi ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi, dan ekuitas dana cadangan, merupakan selisih antara aset
dengan kewajiban pemerintah daerah. Ekuitas Dana Pemerintah
Kabupaten Jombang selama kurun waktu 3 tahun mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 4,84%, yang berarti bahwa ekuitas
dananya terbilang cukup. Berdasarkan data tersebut, maka dapat
digambarkan analisis rasio keuangan Kabupaten Jombang sebagaimana
tabel berikut:
Tabel 3.5
Analisis Rasio Keuangan Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012
No. Uraian 2011 2012
1. Rasio lancar (current ratio) 16,42 32,06
2. Rasio quick (quick ratio) 15,41 30,28
3. Rasio total hutang terhadap total asset 0,003 0,002
4. Rasio hutang terhadap modal 0,003 0,002
5. Rata-rata umur piutang 3,01 3,00
Sumber: DPPKAD, Tahun 2012
Selanjutnya, tingkat kualitas pengelolaan keuangan daerah dapat
diketahui berdasarkan analisis rasio atau perbandingan antara
III - 11
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
lain. Beberapa rasio yang dapat diterapkan di sektor publik adalah rasio
likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio utang. Rasio likuiditas terdiri rasio
lancar (current ratio), rasio kas (cash ratio) dan rasio cepat (quick ratio).
Sedangkan rasio lancar (current ratio) adalah rasio standar untuk menilai
kesehatan organisasi. Rasio ini menunjukkan apakah pemerintah daerah
memiliki aset yang cukup untuk melunasi kewajiban yang jatuh tempo.
Kualitas pengelolaan keuangan daerah dikategorikan baik apabila nilai
rasio lebih dari satu.
Hasil analisis rasio menunjukkan bahwa rasio lancar Kabupaten
Jombang selama kurun waktu tahun 2010-2012 mempunyai nilai lebih
dari 1 (satu), yang berarti bahwa pemerintah daerah Kabupaten Jombang
dapat memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. Rasio lancar pada tahun
2011 mencapai 16,42 yang berarti bahwa aset lancar pemerintah
Kabupaten Jombang adalah 16,42 kali lipat bila dibandingkan dengan
kewajiban yang jatuh tempo dan naik mencapai 32,06 pada tahun 2012.
ini berarti setiap Rp.1 hutang, pemerintah Pemerintah Daerah
mempunyai Rp. 16,42 aktiva lancar pada tahun 2011 dan Rp.32,06 pada
tahun 2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan
Pemerintah Daerah sangat likuid.
Sama seperti halnya rasio lancar, rasio quick (quick ratio)
Pemerintah Kabupaten Jombang juga mempunyai nilai yang baik, yaitu
mencapai 15,41 pada tahun 2011 dan menjadi 30,28 pada tahun 2012.
Rasio quick merupakan salah satu ukuran likuiditas terbaik, karena
mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat membayar
kewajibannya dalam waktu dekat yang mengurangkan persediaan pada
total aset lancar. Meskipun Persediaan masuk dalam kategori aset
lancar, namun memerlukan tahap untuk menjadi kas. Apalagi persediaan
di pemerintah daerah bukan merupakan barang dagangan, sehingga
sebagai faktor pengurang dalam aset lancar pada saat penghitungan quick
ratio.
Rasio solvabilitas, yaitu perbandingan total aset dengan total utang,
dapat digunakan untuk melihat kemampuan pemerintah daerah dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun
jangka panjang. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata rasio
total kewajiban terhadap total aset dan rasio kewajiban terhadap modal
adalah 0,003 pada tahun 2011 dan 0,002 pada tahun 2012. Hal ini
III - 12
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
dapat ditutupi oleh total aset ataupun oleh modal Pemerintah Kabupaten
Jombang.
Rata-rata umur piutang Pemerintah Kabupaten Jombang
menunjukkan penurunan, yaitu dari 3,01 hari pada tahun 2011 menjadi
3 hari pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah
Kabupaten Jombang semakin baik karena mampu melunasi piutang atau
merubah piutang menjadi kas hanya dalam waktu 3 hari pada tahun
2012.
3. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
Kebijakan pengelolaan keuangan daerah, secara garis besar akan
tercermin pada kebijakan pendapatan, belanja serta pembiayaan APBD.
Pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan
antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja
daerah serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mencantumkan bahwa
sumber penerimaan daerah terdiri atas: (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; (2) Dana
Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan
Hak Atas Tanah dan Bangunan, Pajak Penghasilan (PPh) Perorangan,
Sumber Daya Alam (SDA); Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi
Khusus; dan (3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah meliputi
Pendapatan Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah
Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus, dan Dana
Bantuan Keuangan.
Sedangkan peneriman pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA), Penerimaan
Pinjaman Daerah, Dana Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan.
Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan
penerimaan daerah melalui: (1) Optimalisasi pendapatan daerah sesuai
peraturan yang berlaku dan kondisi daerah; (2) Peningkatan kemampuan
dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah; (3) Peningkatan
III - 13
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan; dan (4)
Peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya.
Untuk itu digariskan sejumlah kebijakan yang terkait dengan
pengelolaan pendapatan daerah, yaitu:
a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah,
melalui:
o Koordinasi yang intensif dengan SKPD dan instansi terkait,
peningkatan sosialisasi dan penyuluhan, peningkatan pelayanan
kepada masyarakat, peningkatan pengawasan serta
penyederhanaan proses administrasi pemungutan. Beberapa upaya
tersebut ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pencapaian target pendapatan daerah;
o Meningkatkan kualitas layanan publik yang lebih efektif dan
maksimal, sehingga masyarakat merespon secara positif produk
layanan publik yang ditawarkan ke masyarakat;
o Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur prasarana dan
sarana umum yang mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi
yang dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan
daerah, khususnya PAD;
o Melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin dan berjenjang,
mulai dari tingkat bawah sampai atas, dalam pemungutan terhadap
wajib pajak dan wajib retribusi, serta penerapan sanksi yang efektif
bagi wajib pajak maupun wajib retribusi yang melanggar aturan;
o Meningkatkan pengendalian terhadap data base potensi pajak dan
retribusi dengan melakukan pembentukan tim intensifikasi PAD,
melakukan pemeliharaan dan update data wajib pajak/retribusi
daerah dan pendataan bagi wajib pajak/wajib retribusi baru, dan
Memperluas basis pajak daerah dan retribusi daerah
o Mengoptimalkan kinerja BUMD/Perusahaan Daerah untuk
memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan
daerah;
o Mengevaluasi Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi
Daerah, disesuaikan seiring dengan perkembangan peraturan dan
pembangunan, agar dalam pelaksanaannya lebih efisien dan efektif,
serta sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan memperhatikan
kemampuan masyarakat wajib pajak daerah maupun wajib retribusi
III - 14
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
o Memberikan insentif kepada instansi pemungut pajak dan retribusi
daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
o Melakukan penertiban atau penegakan Peraturan Daerah tentang
Pajak dan Retribusi Daerah dengan memberikan teguran secara
lisan dan tertulis pada wajib pajak atau wajib retribusi yang tidak
kooperatif;
o Melakukan secara intensif pendataan aset daerah dan legalisasi
kepemilikan aset daerah, guna tertib administrasi aset daerah dan
sebagai dasar pemanfaatan aset daerah;
o Mengintensifkan pemanfaatan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal (idle) untuk dikelola atau
dikerjasamakan dengan pihak ketiga;
b. Melakukan persiapan secara bertahap, baik dari sisi sarana dan
prasarana, sumberdaya manusia maupun kelembagaan, terkait dengan
pendaerahan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan pada
tahun 2014;
c. Meningkatkan koordinasi, informasi dan pelaporan pendapatan daerah
kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dengan memberikan
dukungan data yang cepat, tepat dan akurat, sehingga diperoleh dana
perimbangan maupun dana lain sesuai kebutuhan daerah;
d. Melakukan kerjasama dengan investor sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan dalam rangka membuka lapangan kerja yang
mampu mendorong peningkatan pendapatan daerah.
Selanjutnya, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
penganggaran, belanja daerah disusun melalui pendekatan anggaran
kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang
direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja
perangkat daerah dalam pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya.
Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan
anggaran serta menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
ke dalam program dan kegiatan.
Sesuai Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, bahwa setiap penganggaran harus berbasis kinerja (Performance
Based Budgeting). Kebijakan pengelolaan keuangan daerah diarahkan
pada pemenuhan belanja belanja tidak langsung dan belanja langsung.
III - 15
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan
belanja tidak terduga. Sedangkan belanja langsung diarahkan pada:
a. Menopang proses pembangunan daerah yang berkelanjutan sesuai
dengan visi dan misi daerah;
b. Menjamin ketersediaan pendanaan pelayanan dasar secara memadai
bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan fokus pembiayaan
secara proporsional;
c. Menjamin ketersediaan pendanaan, khususnya untuk membiayai
program pembangunan yang memiliki potensi besar bagi penyerapan
tenaga kerja dan pengurangan kemiskinan;
d. Meminimalkan resiko fiskal, sehingga kesinambungan anggaran daerah
dapat terjamin;
e. Peningkatan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran
serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan
perencanaan dan penganggaran.
4. Proporsi Penggunaan Anggaran
Dengan semakin bertambahnya jumlah pegawai di Kabupaten
Jombang, maka berakibat pada proporsi belanja tidak langsung yang
semakin besar apabila dibandingkan dengan belanja langsung. Proporsi
belanja pemenuhan aparatur tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kabupaten Jombang
1 Tahun 2010 654,434,877,974 1,005,454,919,162 65,09
2 Tahun 2011 717,799,586,658 1,146,937,496,234 62,58
3 Tahun 2012 802,547,495,510 1,386,166,896,546 57,90
Sumber: DPPKAD, Tahun 2012
Selama periode tahun 2010-2012, rata-rata belanja untuk
memenuhi kebutuhan belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur
adalah sebesar 61,85%. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi belanja
untuk pemenuhan kebutuhan aparatur relatif besar persentasenya
III - 16
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Apabila dianalis lebih lanjut dari sisi jenis belanja, kontribusi
rata-rata terbesar belanja daerah selama tahun anggaran 2009 sampai dengan
tahun 2012 masih ada pada belanja tidak langsung. Trend proporsi
belanja langsung terhadap belanja daerah secara penganggaran
menunjukkan peningkatan positif, akan tetapi secara realisasi
menunjukkan penurunan. Proporsi belanja langsung pada tahun 2009
yang mencapai 35,54% mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi
sebesar 35,44%.
Hal ini menunjukkan komposisi yang kurang ideal, mengingat
belanja tidak langsung masih menempati porsi yang cukup besar jika
dibandingkan dengan belanja langsung. Kondisi ideal yang diharapkan
adalah belanja langsung (terutama yang bermanfaat langsung bagi publik)
yang lebih besar dari belanja tidak langsung. Meskipun dalam komponen
belanja tidak langsung, selain belanja pegawai terdapat belanja hibah dan
belanja bantuan sosial yang merupakan kerangka regulasi daerah dalam
mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah, namun
prosentasenya tetap jauh lebih kecil dibandingkan dengan belanja
pegawai. Pelaksanaan kegiatan dalam belanja hibah dan belanja bantuan
sosial adalah oleh kelompok masyarakat, sehingga kemanfaatan atas hasil
kegiatan tentunya secara langsung dirasakan oleh masyarakat.
Untuk mengetahui porsi DAU yang digunakan untuk membiayai
selain belanja pegawai setiap tahunnya, bisa dilihat dari rasio antara DAU
dengan belanja pegawai sebagaimana tabel berkut ini:
Tabel 3.7
Tren Realisasi DAU dengan Gaji dan Tunjangan PNSD
No. Tahun
Anggaran DAU Gaji Pegawai
1 2007 537,081,999,400 315,999,265,797
2 2008 591,773,863,400 436,080,773,176
3 2009 601,450,366,000 472,813,342,353
4 2010 606,942,500,000 493,802,074,118
5 2011 664,825,242,000 550,064,134,051
6 2012 809,295,635,000 618,707,667,330
7 2013 920,097,938,000 646,272,344,488
8 2014 1,007,166,193,000 670,870,214,052
III - 17
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Adapun untuk grafik tren kenaikan DAU dan Belanja Gaji dan
Tunjangan PNSD bisa kita lihat pada grafik berikut ini:
Grafik 3.3
Tren Kenaikan DAU dengan Belanja Gaji dan Tunjangan PNSD
Sumber: DPPKAD, Tahun 2012
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa selisih DAU yang digunakan
untuk membiayai belanja langsung mulai tahun 2012 sudah mulai
melebar, hal itu bisa dilihat dari celah grafik garis di atas. Apabila tren
kedua garis ternyata masih sejajar, artinya kenikan belanja gaji selalu
diikuti kenaikan DAU minimal sama. Apabila tren kedua garis di atas
mengarah pada satu titik, maka artinya suatu saat bertemu berarti semua
DAU digunakan untuk belanja gaji pegawai. Apabila diteruskan suatu saat
dalam waktu yang tidak terlalu lama, pemerintah kabupaten akan
kesulitan dalam pembiayaan pembangunan. Perkembangan proporsi
realisasi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap total
belanja pada periode tahun 2009-2012 serta rencana tahun 2013 tersaji
dalam grafik berikut:
Grafik 3.4
Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Tahun 2009-2012 dan Rencana Tahun 2013
Sumber: DPPKAD, Tahun 2012 0
20 40 60 80 100
2009 2010
2011 2012
2013*) 64.45
71.18
68.66
64.56
58.95
35.54 28.82 31.34 35.44 41.05
III - 18
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Pada komponen belanja langsung terdiri dari belanja pegawai,
belanja barang dan jasa serta belanja modal. Adapun rata-rata proporsi
masing-masing komponen belanja langsung terhadap total belanja
langsung dapat dilihat pada tabel berikut:
Grafik 3.5
Proporsi Komponen Belanja Langsung Tahun 2009-2012 dan Rencana Tahun 2013
Sumber: DPPKAD, Tahun 2012
Pada komponen belanja tidak langsung, terdiri dari belanja pegawai,
hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga.
Proporsi belanja terbesar adalah untuk gaji pegawai, dimana pada tahun
2009 proporsinya sebesar 77,96% menjadi sebesar 85,42% pada tahun
2012. Urutan rata-rata proporsi komponen lainnya yang ada di belanja
tidak langsung adalah belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/
Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa sebesar 7,01%, belanja hibah
sebesar 5,83% belanja bantuan sosial sebesar 4,38% dan belanja tidak
terduga sebesar 0,03% (DPPKAD Kab. Jombang 2009-2013). Sedangkan
untuk perkembangan defisit APBD setiap tahunnya dari tahun 2009-2012
bisa kita lihat pada table berikut:
Tabel 3.8
Perkembangan Defisit APBD dan Realisasinya Tahun 2009-2012
Tahun Surplus (Defisit) APBD Realisasi Surplus
(Defisit) APBD
2009 (124.580.156.852) (41.859.369.924)
2010 (79.883.914.771) 17.325.130.646
2011 (93.752.130.667) 69.337.022.029
2012 (138.196.419.653) 75.839.156.056
III - 19
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Dengan demikian, kebijakan pengelolaan keuangan daerah akan
difokuskan untuk pembiayaan pembangunan yang berorientasi kepada
masyarakat, sedangkan pembiayaan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan aparatur lebih pada fungsi-fungsi pemerintah yaitu sebagai
fasilitator pembangunan. Adapun beberapa langkah yang perlu
diupayakan diantaranya adalah:
o Mensinergikan alokasi belanja dari berbagai sumberdana pembiayaan
program dan kegiatan, agar semaksimal mungkin dapat mendukung
pencapaian target yang ditetapkan pemerintah pusat pada
masing-masing urusan;
o Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan belanja hibah agar kemampuan
keuangan yang ada semaksimal mungkin dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan;
o Penyusunan anggaran belanja daerah yang dituangkan dalam program
dan kegiatan harus didasarkan pada asas manfaat dan data capaian
kinerja
B. ANALISIS PEMBIAYAAN
Kondisi pembiayaan daerah dalam kurun tahun 2010-2012
menunjukkan bahwa defisit riil anggaran Pemerintah kabupaten Jombang
pada tahun 2011 mencapai Rp.65.837.872.669,00, kemudian turun
menjadi Rp.53.054.651.256,00 pada tahun 2012. Untuk menutup defisit
riil anggaran tersebut, pada kurun tahun yang sama dialokasikan Silpa
tahun anggaran sebelumnya.
Perkembangan kondisi defisit riil APBD Kabupaten Jombang Tahun
Anggaran 2011-2012 dan komposisi penutupnya tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 3.8
Defisit Riil APBD Kabupaten Jombang Tahun 2011-2012
No. Uraian 2011
1.212.775.368.903 1.439.221547.803
Dikurangi realisasi:
2. Belanja Daerah 1.143.438.346.874 1.363.382.391.746
3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
3.499.149.361 22.784.504.800
Defisit riil* 65.837.872.669 53.054.651.256
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
III - 20
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.9
Komposisi Penutup Defisit Riil APBD Kabupaten Jombang
No. Uraian
Proporsi dari total defisit riil
2011 (%)
2012 (%)
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran
Sebelumnya
94,627,032,234 160,830,924,453
2. Pencairan Dana Cadangan - -
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
- -
4. Penerimaan Pinjaman Daerah - -
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
314,446,050 182,141,239
6. Penerimaan Piutang Daerah - -
7. Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen
51,573,500 -
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Selama tahun anggaran 2011 dan 2012, realisasi APBD mengalami
surplus anggaran yang digunakan sebagai pembiayaan tahun berikutnya.
Untuk realisasi sisa lebih perhitungan APBD Kabupaten Jombang dengan
kurun waktu yang sama pada tahun 2010-2012, gambarannya tersaji
dalam pada tabel berikut:
Tabel 3.10
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan APBD TA. 2011 dan 2012
III - 21
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa selama 3 tahun terakhir
(2010-2012), terlihat adanya kecenderungan peningkatan SiLPA (Sisa
Lebih Hasil Perhitungan Anggaran) pada setiap tahunnya. Merujuk pada
ketentuan pasal 62 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Kondisi ini,
sumber terjadinya SiLPA berasal dari pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan
lain-lain pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan
pembiayaan, penghematan belanja, kewajiban kepada fihak ketiga sampai
dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.
Dari uraian SiLPA yang ada, dari 7 (tujuh) item terdapat 4 (empat)
item yang berkontribusi terhadap bertambahnya penerimaan SiLPA
selama tahun 2011-2012, yakni dari:
a. Pelampauan penerimaan PAD yang secara keseluruhannya jika
dirata-ratakan mengalami kenaikan konstribusinya sebesar 8,54 %. Namun
jika diperbandingan terhadap kondisi SiLPA tahun bersangkutan,
pelampauan penerimaan PAD paling besar kontribusinya terjadi pada
tahun anggaran 2012 yang mencapai 11,57 %. Lonjakan ini
merupakan reaksi atas pemulihan kondisi ekonomi nasional terutama
imbas industri manufaktur kendaraan bermotor, yang berdampak pada
penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Namanya.
b. Pelampauan penerimaan Dana Perimbangan pada SiLPA mengalami
penurunan dengan rata-rata kontribusinya sebesar 7,75 %.
Penerimaan dana perimbangan terhadap jumlah keseluruhan SiLPA,
baik nilai konstribusi maupun proporsi tahunannya, mengalami
penurunan. Penurunan ini dapat disimpulkan bahwa perencanaan
alokasi dana perimbangan oleh pemerintah daerah yang dituangkan
dalam RAPBD Tahun berkenaan semakin cermat dengan realisasi
penetapannya oleh pemerintah pusat.
c. Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah
dengan rata-rata konstribusinya sebesar 5%; Jika dilihat nilai
nominalnya, kontribusi terbesar terhadap SiLPA diperoleh pada tahun
anggaran 2011 yaitu 14,989,178,511 dengan kontribusi 9,32%
terhadap SILPA.
d. Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya dengan rata-rata
kenaikan konstribusinya sebesar 78,5%. Dari pertumbuhan
III - 22
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
2012, baik nominal maupun proporsinya memberi kontribusi yang
meningkat besar dan cenderung menjadi dominan. Kondisi ini,
merupakan fakta yang kurang relevan dengan pendekatan
perencanaan pembangunan yang harus makin akurat dalam
perencanaan alokasi kegiatan.
C. KERANGKA PENDANAAN
Pada bagian ini akan dijelaskan berkaitan dengan pengeluaran
keuangan yang harus dilakukan pemerintah daerah, baik terkait dengan
pembelanjaan pada katagori kewajiban maupun pengeluaraan
pembiayaan. Pengeluaran keuangan pemerintah daerah sepenuhnya
mengacu pada pedoman pengelolaan keuangan daerah, sebagaimana
ketentuan normatifnya telah disampaikan dalam uraian sebelumnya.
Selanjutnya, pada bagian ini dijelaskan gambaran kerangka pendanaan
dari hasil analisis yang mencakup:
1. Analisis Pengeluaran Periodik Wajib dan Mengikat Serta Prioritas Utama
Dalam penyelenggaraan pemerintahan, dibutuhkan kemampuan
pendanaan untuk memenuhi pengeluaran daerah, baik berupa belanja
maupun pembiayaan. Untuk mengetahui perkembangan pengeluaran
periodik yang wajib dan mengikat, serta pengeluaran periodik prioritas
III - 23
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.11
Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Dalam APBD KabupatenJombang TA. 2009-2012
No. Uraian
2009 2010 2011 2012 Rata-rata
pertumbuhan
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
A Belanja Tidak Langsung 505.646.388.120 544.351.934.031 609.086.810.229 662.092.331.111 38,87
1 Belanja Gaji dan Tunjangan 458.935.825.627 496.572.200.415 552.556.904.362 594.091.170.712 9,00
2 Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH
2.747.400.000 2.893.600.000 2.890.200.000 4.154.400.000 16,31
3 Belanja Bunga 22.658.706 - - - -
4 Belanja bagi hasil (bantuan keu pemerintah desa) 43.940.503.787 44.886.133.616 53.639.705.867 63.846.760.399 13,56
B Belanja Langsung 20.797.158.197 18.516.152.415 18.611.414.637 17.626.620.875 26,50
1 Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis.
7.734.460.000 2.884.075.000 2.973.077.000 1.694.920.000 (34,21)
2 Belanja Beasiswa Pendidikan PNS 30.578.000 96.712.000 60.904.000 49.591.000 53,56
3 Belanja Jasa Kantor (khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya)
13.032.120.197 15.535.365.415 15.577.433.637 15.882.109.875 7,14
4 Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya)
- - - - -
5 Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya)
- - - - -
C PembiayaanPengeluaran 278.987.930 - 2.500.000.000 15.000.000.000 400,00
1 Pembentukan Dana Cadangan - - 2.500.000.000 15.000.000.000 500,00
2 Pembayaran pokok utang 278.987.930 - (100,00)
TOTAL (A+B+C) 526.722.534.247 562.868.086.446 630.198.224.866 694.718.951.986 465,37
I - 24
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
2. Penghitungan Kerangka Pendanaan
Perhitungan kerangka pendanaan berpedoman pada analisa
penerimaan dan pengeluaran APBD pada tahun-tahun sebelumnya
dengan memperhatikan kebijakan pembangunan pemerintah pusat dan
pemerintah propinsi. Analisa tersebut digunakan sebagai acuan untuk
proyeksi target pendapatan dan proyeksi belanja ke depan. Rata-rata
pertumbuhan pendapatan daerah selama tahun 2009-2012 sebesar
17,73% dengan sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya selalu
mengalami kenaikan sebesar 16,21%.
Untuk tahun 2014-2018, pendapatan daerah diproyeksikan naik
sebesar 5%-7% tiap tahunnya dari pendapatan tahun 2013 dengan
memperhatikan APBD tahun 2014. Pendapatan tahun 2014-2018
diproyeksikan naik hanya pada kisaran tersebut, meskipun rata-rata
pertumbuhan pendapatan daerah sebesar 17,73% pada empat tahun
terakhir. Hal ini disebabkan karena sumbangan pertumbuhan
pendapatan yang paling besar ada pada komponen lain-lain pendapatan
daerah yang sah, dimana dengan adanya perubahan kebijakan
Pemerintah Pusat terkait pembayaran dana tunjangan profesi guru PNSD
melalui APBD dan dana Belanja Operaional Sekolah (BOS) yang
disalurkan melalui kas daerah. Penentuan besaran proyeksi pendapatan
tersebut juga mempertimbangkan pertumbuhan pendapatan pada APBD
Tahun Anggaran 2014 yang hanya sebesar 5,02% dan diproyeksikan
sebesar 6,9% pada P-APBD Tahun Anggaran 2014 jika dibandingkan
dengan realisasi pendapatan tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
sebelumnya diproyeksikan menurun sebesar 5% tiap tahunnya, karena
diharapkan perencanaan dan penganggaran yang telah dilakukan dapat
dilaksanakan.
Dari rata-rata pertumbuhan belanja daerah, maka belanja daerah
pada tahun 2014-2018 diproyeksikan mengalami kenaikan rata-rata
sebesar 5%-8%. Komposisi besaran kenaikan belanja tidak langsung dan
belanja langsung memperhatikan kebijakan belanja pemerintah daerah
tiap tahunnya. Realisasi pendapatan daerah dan silpa tahun 2009-2012,
proyeksi kerangka pendapatan APBD tahun 2014-2018, pertumbuhan
Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung tahun 2009-2012 serta
proyeksi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Tahun 2014-2018
I - 25
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.12
Pertumbuhan Pendapatan dan Silpa Tahun 2009-2012
Uraian 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan Rata-rata
PENDAPATAN 882.158.477.743 1.019.280.049.808 1.212.775.368.903 1.439.221.547.803
Pertumbuhan 15,54 18,98 18,67 17,73
SILPA 128.709.144.782 82.733.914.771 94.627.032.234 160.830.924.453
Pertumbuhan (35,72) 14,38 69,96 16,21
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Tabel 3.13
Proyeksi Pendapatan dan Silpa Tahun 2014-2018*
Uraian Rata-rata
Pertumbuhan
Tahun Dasar
(2013) 2014 2015 2016 2017 2018
PENDAPATAN 17,73 1.567.596.757.747 1.676.352.219.466 1.781.124.233.183 1.895.116.184.106 2.020.193.852.257 2.155.546.840.359
SILPA 16,21 214.000.000.000 235.468.644.157 223.695.211.949 212.510.451.351 201.884.928.784 191.790.682.345
I - 26
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.14
Pertumbuhan Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2009-2012
Pertumbuhan
Belanja Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Rata-rata
Belanja Langsung 328.415.263.917 288.760.922.054 358.389.968.642 483.218.896.445
Pertumbuhan (12,07)% 24,11% 34,83% 15,62%
Belanja Tidak Langsung
595.602.583.749 713.193.997.107 785.048.378.231 880.163.495.301
Pertumbuhan 19,74 % 10,08 % 12,12 % 13,98 %
Sumber: DPPKAD, Tahun 2013
Tabel 3.15
Proyeksi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Tahun 2014-2018
Uraian tahun dasar
(2013)
rata-rata
pertumbuhan 2014 2015 2016 2017 2018
Belanja
Langsung 681.838.260.482 15,62 835.599.808.173 820.986.842.025 858.958.239.181 879.428.200.217 916.858.630.892
Belanja Tidak
Langsung 1.115.226.420.414 13,98 1.069.721.055.450 1.178.832.603.106 1.243.668.396.277 1.312.650.580.824 1.450.478.891.810
I - 27
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
3. Kapasitas Kemampuan Keuangan Daerah
Setelah menganalisis kondisi pengelolaan keuangan daerah masa lalu sebagai kerangka keuangan yang telah dimasukkan
dalam laporan keuangan daerah, selanjutnya akan digambarkan kapasitas riil keuangan daerah untuk mendanai kebutuhan
pembangunan daerah tahun 2014-2018 sebagaimana tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 3.16
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk Mendanai Pembangunan Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
No. Uraian
Proyeksi
2014 2015 2016 2017 2018
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Pendapatan 1.676.352.219.466 1.781.124.233.183 1.895.116.184.106 2.020.193.852.257 2.155.546.840.359
2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)
25.000.000.000
3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
235.468.644.157 223.695.211.949 212.510.451.351 201.884.928.784 191.790.682.345
Total penerimaan 1.911.820.863.623 2.004.819.445.131 2.107.626.635.458 2.222.078.781.041 2.372.337.522.703
Dikurangi:
4. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
967.285.645.084 1.018.239.680.751 1.074.891.244.224 1.161.075.440.352 1.202.154.314.906
Kapasitas riil kemampuan keuangan
944.535.218.538 986.579.764.380 1.032.735.391.234 1.061.003.340.690 1.170.183.207.797
I - 28
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Dengan melihat proyeksi kapasitas riil kemampuan keuangan daerah di atas, maka dalam mengalokasikan anggaran harus
benar-benar sesuai prioritas daerah agar keterbatasan kemampuan keuangan daerah tersebut dapat dimanfaatkan seefektif
mungkin. Pada tabel berikut disajikan rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah selama 5 (lima) tahun
kedepan (2014-2018).
Tabel 3.17
Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
No. Uraian
Proyeksi
2014 2015 2016 2017 2018
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
I Kapasitas riil kemampuan keuangan 944.535.218.538 986.579.764.380 1.032.735.391.234 1.061.003.340.690 1.170.183.207.797
Rencana alokasi pengeluaran prioritas I
II.a Belanja Langsung 835.599.808.173 820.986.842.025 858.958.239.181 879.428.200.217 916.858.630.892
II.b Pembentukan dana cadangan dan penyertaan
modal
6.500.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 30.000.000.000 5.000.000.000
Dikurangi:
II.c Belanja langsung yang wajib dan mengikat serta
prioritas utama
18.666.020.316 19.790.578.834 21.006.306.985 22.319.800.965 23.738.317.201
II.d Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat
serta prioritas utama
6.500.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 30.000.000.000 5.000.000.000
II Total rencana pengeluaran prioritas I
(II.a+II.b-II.c-II.d)
I - 29
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
No. Uraian
Proyeksi
2014 2015 2016 2017 2018
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
Sisa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah menghitung alokasi pengeluaran prioritas I (I-II)
127.601.430.682 185.383.501.189 194.783.459.038 203.894.941.438 277.062.894.106
Rencana alokasi pengeluaran prioritas II
III.a Belanja Tidak Langsung 1.069.721.055.450 1.178.832.603.106 1.243.668.396.277 1.312.650.580.824 1.450.478.891.810
Dikurangi:
III.b Belanja tidak langsung yang wajib dan mengikat
serta prioritas utama
942.119.624.768 993.449.101.917 1.048.884.937.239 1.108.755.639.386 1.173.415.997.705
III Total rencana pengeluaran prioritas II (III.a-III.b) 127.601.430.682 185.383.501.188 194.783.459.038 203.894.941.438 277.062.894.105
Surplus anggaran riil atau Berimbang (I-II-III)* 0 0 0 0 0
Sumber: DPPKAD, Data Diolah
Dari tabel di atas dapat diproyeksikan bahwa kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Jombang
untuk 5 Tahun ke depan hingga berakhirnya masa berlaku RPJMD 2014-2018, yaitu :
1. Proyeksi Tahun 2014 sebesar Rp. 944.535.218.538,00 atau sebesar 56,34% dari total penerimaan;
2. Proyeksi Tahun 2015 sebesar Rp. 986.579.764.380,00 atau sebesar 55,39% dari total penerimaan;
3. Proyeksi Tahun 2016 sebesar Rp. 1.032.735.391.234,00 atau sebesar 54,49% dari total penerimaan;
4. Proyeksi Tahun 2017 sebesar Rp.1.061.003.340.690,00 atau sebesar 52,52% dari total penerimaan;
I - 30
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Jumlah kapasitas riil kemampuan keuangan yang ada tersebut
merupakan modal pemerintah daerah dalam membiayai:
a. Rencana alokasi pengeluaran prioritas I, digunakan untuk membiayai
program peningkatan infrastruktur jalan kabupaten dan jalan desa,
alokasi percepatan pembangunan desa 500 juta per desa yang
dialokasikan melalui belanja langsung, serta untuk pemenuhan
kebutuhan pelayanan bidang pendidikan minimal 20% (duapuluh
persen) dan pelayanan kesehatan sebesar 10% (sepuluh persen) serta
pembiayaan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Disamping
itu juga untuk membiayai program prioritas SKPD yang merupakan
penjabaran pelaksanaan masing-masing urusan yang berdampak luas
pada masing-masing segmentasi masyarakat yang dilayani sesuai
dengan layanan dasar serta tugas dan fungsi SKPD termasuk
peningkatan kapasitas kelembagaannya. Program prioritas tersebut
diantaranya adalah:
o Pembangunan pasar cukir;
o Pengadaan tanah untuk sport center dalam rangka penyiapan
penyelenggaraan Pekan Olah Raga Provinsi Jawa Timur Tahun
2017;
o Pembangunan dan rehabilitasi sarana dan prasarana pelayanan
pemerintah daerah;
o Pemenuhan proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH);
o Pengurangan gas emisi rumah kaca melalui pengelolaan TPA yang
sesuai ketentuan;
o Pengadaan tanah untuk Jembatan Ploso Baru;
o Penyelesaian pembangunan pergudangan Tunggorono;
b. Rencana alokasi pengeluaran prioritas II, direncanakan untuk
membiayai alokasi percepatan pembangunan desa 500 juta per desa
yang dialokasikan melalui belanja tidak langsung yakni berupa alokasi
dana desa dan program penguatan produk unggulan desa.
Adapun perhitungan pemenuhan fungsi pendidikan sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2003 bahwa proporsi
untuk fungsi pendidikan minimal 20%. Pemenuhan proporsi tersebut
dalam APBD Kabupaten Jombang mulai tahun 2012 sampai dengan
tahun 2014 telah terpenuhi. Perkembangan perhitungan proporsi fungsi
I - 31
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Tabel 3.18
Perhitungan Proporsi Fungsi Pendidikan Dalam APBD Kabupaten Jombang Tahun Anggaran 2012-2014
No. Komponen Perhitungan P-APBD 2012 P-APBD 2013 APBD 2014
1 Belanja Langsung Pada Dinas Pendidikan 182,345,542,664.00 144,746,703,108.00 111,742,332,612.00
2 A. Belanja Tidak Langsung pada Dinas Pendidikan 577,098,073,556.00 693,770,641,494.00 686,557,090,787.00
1) Gaji PNS Dinas Pendidikan 16,707,934,490.00 18,221,648,594.00 19,251,648.00
2) Gaji PNS Tenaga Kependidikan 560,390,139,066.00 675,558,992,900.00 667,305,442,243.00
B. Belanja Tidak Langsung pada SKPD 47,293,805,000.00 29,011,285,400.00 18,637,209,483.00
1) Bantuan keuangan kabupaten untuk fungsi pendidikan
2) Hibah untuk fungsi pendidikan 44,586,805,000.00 28,811,285,400.00 18,437,209,483.00
3) Bantuan sosial (beasiswa untuk masyarakat) 2,707,000,000.00 200,000,000.00 200,000,000.00
Jumlah A+B 624,391,878,556.00 722,781,926,894.00 705,194,300,270.00
3 Anggaran Fungsi Pendidikan termasuk Gaji Pendidik (1+2) 806,737,421,220.00 867,528,630,002.00 816,936,632,882.00
4 Total Belanja Daerah 1,535,646,851,255.47 1,797,064,680,896.77 1,800,547,786,879.00
Pekerjaan lanjutan
5 Rasio Anggaran Pendidikan 52.53 48.27 45.37
Butir 3/Butir 4 x 100%
6 Rasio Anggaran Pendidikan Tanpa Belanja Gaji 14.95 9.67 7.24
I - 32
RPJMD Kabupaten Jombang Tahun 2014-2018
Sedangkan perhitungan pemenuhan fungsi kesehatan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
proporsi Belanja untuk fungsi kesehatan minimal 10%, di mana di Kabupaten Jombang sudah mencapai 10,09% sebagaimana
perhitungan berikut :
Tabel 3.19
Perhitungan Proporsi Fungsi Kesehatan Dalam APBD Kabupaten Jombang Tahun Anggaran 2012-2014
No. Komponen Perhitungan P-APBD 2012 P-APBD 2013 APBD 2014
1 Belanja Langsung pada Dinas Kesehatan dan RSUD 131,064,635,370.99 154,274,993,793.73 176,921,147,670.00
2 Belanja Tidak Langsung pada SKPD 5,439,521,000.00 5,103,849,000.00 4,750,936,000.00
1) Bantuan keuangan kabupaten untuk fungsi kesehatan
3,706,600,000.00 2,506,600,000.00 2,506,600,000.00
2) Hibah untuk fungsi kesehatan 1,399,421,000.00 2,262,249,000.00 1,909,336,000.00
3) Bantuan sosial 333,500,000.00 335,000,000.00 335,000,000.00
3 Anggaran fungsi kesehatan tidak termasuk Gaji PNS Dinas Kesehatan dan RSUD (UU Nomor 36 Tahun 2009) (1+2)
136,504,156,370.99 159,378,842,793.73 181,672,083,670.00
4 Total Belanja Daerah 1,535,646,851,255.47 1,797,064,680,896.77 1,800,547,786,879.00
5 Rasio Anggaran Kesehatan (butir 3/butir 4 x100%) 8.89 8.87 10.09