i
Anemia Hemolitik pada Pasien Kusta yang Mendapat Multidrug Therapy di RSUP Haji Adam Malik Medan
Wan Tisya Muhaira, Ramona Dumasari Lubis, Mila Darmi Program Magister Kedokteran Klinik
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan – Indonesia
ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit kusta merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. Terapi yang diberikan adalah Multidrug Therapy (MDT) dimana salah satu kombinasinya yaitu dapson, merupakan suatu sulfon yang bersifat bakteriostatik dengan menghambat enzim dihidrofolat sintetase. Efek samping yang paling sering ditimbulkan adalah anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi jika produksi sel darah merah tidak seimbang dengan kerusakan sel darah merah sehingga siklus sel darah merah menjadi pendek dan sumsum tulang tidak dapat mengkompensasi hal ini. Ini diakibatkan efek hematotoksik dapson yang bergantung pada metabolit toksik yaitu hidroksilamin.
Tujuan: Mengetahui kejadian anemia hemolitik pada pasien kusta yang mendapat
multidrug therapy sesudah 3 bulan di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Subjek dan metode: Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post design yang melibatkan 15 pasien kusta baru yang didiagnosis melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium. Terhadap pasien kusta tersebut dilakukan pengambilan darah dan dilakukan pengukuran kadar hemoglobin, MCV, MCHC dan hitung retikulosit.
Hasil: Dalam penelitian ini didapatkan kejadian anemia hemolitik sesudah 3 bulan diberikan MDT 66,7%. Terdapat penurunan kadar hemoglobin (mean 11,320 g/dl), peningkatan hitung retikulosit (mean 2,341 %), kadar MCV normal (mean 88,807 fL), dan penurunan kadar MCHC (mean 31,920 g%). Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah MDT pada kadar hemoglobin, MCHC, dan hitung retikulosit.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan pada anemia hemolitik sebelum dan sesudah MDT dengan nilai p < 0,05.
Kata kunci: kusta, anemia hemolitik, dapson.
ii
Hemolytic Anemia in Leprosy Patients Receiving Multidrug Therapy at Haji Adam Malik General Hospital
Wan Tisya Muhaira, Ramona Dumasari Lubis, Mila Darmi Programme of Clinical Medical Magister
Dermatovenereology Department
Faculty of Medicine University of Sumatera Utara H. Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia
ABSTRACT
Background: Leprosy is a chronic granulomatous infection caused by Mycobacterium leprae which has intracellular property. The therapy given is Multidrug Therapy (MDT) where one of the combination is dapsone, a sulfone which is bacteriostatic by inhibiting the enzyme dihydrofolate synthetase. The most common side effect that it causes is hemolytic anemia. Hemolytic anemia occurs when the production of red blood cells is not balanced with the destruction of red blood cells, so that the cycle of red blood cells become shorter and the bone marrow can not compensate for this. This is due to the effect of hematotoxic dapsone that relies on toxic metabolite that is hydroxylamine.
Aim: To determine the incidence of hemolytic anemia in leprosy patients receiving multidrug therapy after 3 months in H. Adam Malik General Hospital in Medan.
Subject and method: This study was a pre-experimental with pre- and post-design types which involves 15 leprosy patients that were diagnosed by clinical and laboratory examination. We conducted blood samplings and measurements of hemoglobin, MCV, MCHC, and reticulocyte count.
Results: In this study, the incidence of hemolytic anemia after 3 months receiving MDT was 66.7%. There was decreased hemoglobin level (mean 11.320 g/dl), increased reticulocyte count (mean 2.341%), normal level of MCV (mean 88.807 fL), and decreased level of MCHC (mean 31.920 g%). There were significant differences before and after MDT of hemoglobin, MCHC level, and reticulocyte count.
Conclusion: There were significant differences before and after MDT of hemolytic anemia with p-value < 0,05.
Keywords: leprosy, hemolytic anemia, dapsone