• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Karakter Eksekutif Perusahaan Manufaktur Terhadap Agresivitas Pajak dengan Variabel Moderasi Efektivitas Dewam Komisaris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Karakter Eksekutif Perusahaan Manufaktur Terhadap Agresivitas Pajak dengan Variabel Moderasi Efektivitas Dewam Komisaris"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah pusat maupun

pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara

dan akan dipergunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum.

Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan

undang-undang. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar bagi negara.

Pajak mejadi unsur utama dalam menunjang kegiatan perekonomian,

menggerakan roda pemerintahan, dan penyedia fasilitas umum bagi masyarakat.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak didefinisikan sebagai

kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan keperluan negara bagi sebedar-besarnya

kemakmuran rakyat. Demikian pulqa dengan membayar pajak, wajib pajak

cenderung untuk menghindari pajak atau membayar pajak dengan nominal sekecil

mungkin karena mereka beranggapan bahwa pajak tidak memberikan manfaat

langsung dibandingkan dengan jumlah uang yang harus dikeluarkan.

Frank (2009) mendefinisikan“Aggressive act of taxation as an act which aims to

(2)

didefinisikan sebagai penghematan pajak yang timbul dengan memanfaatkan

ketentuan perpajakan yang dilakukan secara legal untuk meminimalkan

pembayaran pajak. Meskipun dikatakan legal secara hukum, namun penghindaran

dianggap merugikan negara karena tindakan tersebut dapat menghambat proses

pemungutan pajak dan menyebabkan pendapatan negara berkurang. Dalam

beberapa penelitian dahulu, istilah tindakan pajak agresif dapat digunakan

bergantian dengan penghindaran pajak, manajemen pajak, serta perencanaan

pajak.

Pajak penghasilan yang disetorkan perusahaan kepada negara merupakan

proses transfer kekayaan dari pihak perusahaan (khususnya pemilik) kepada

negara, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran pajak penghasilan ini

merupakan biaya bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Adanya pandangan

bahwa pembayaran pajak penghasilan merupakan biaya bagi perusahaan dan

pemilik perusahaan, mengakibatkan munculnya asumsi bahwa perusahaan

cenderung melakukan perencanaan pajak untuk menurunkan jumlah pajak yang

harus dibayarkan. (Fatharani, 2012 : 27) Semakin perusahaan mengambil langkah

penghindaran pajak dengan memanfaatkan celah-celah dari peraturan yang ada

melalui perencanaan pajak, maka tindakan tersebut akan dinilai semakin agresif.

Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh eksekutif perusahaan terhadap

tindakan pajak agresif juga dilakukan oleh Budiman. Penelitian yang dilakukan

oleh Budiman (2012) ditujukan untuk menguji apakah karakter eksekutif tersebut

(3)

Budiman (2012) menunjukan bahwa eksekutif yang bersifat risk taker memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran pajak.

Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi tindakan pajak agresif

adalah corporate governance. Salah satu karakteristik internal perusahaan dalam

corporate governance yang diteliti dengan ekstensif adalah dewan komisaris.

Dewan komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap eksekutif

dalam menjalankan perusahaan dan memasstikan agar perusahaan menerapkan

GCG (Good Corporate Governance) dalam menjalankan proses bisnis.

Keberadaan dewan komisaris, khususnya komisaris independen, dibutuhkan untuk

menghindari dan megatasi terjadinya benturan kepentingan yang

mengesampingkan keberadaan dan kepentingan dari pemegang saham minoritas

(public shareholders dan stakeholders lainnya.

Adanya pengawasan secara efektif oleh dewan komisaris, membuat

eksekutif perusahaan akan merasa bahwa segala aktivitas yang dilakukannya

diawasi oleh dewan komisaris, sehingga akan cendurung tidak berani untuk

melakukan manipulasi atau kecurangan dalam pelaporan keuangan. Demikian

pula dalam melakukan tindakan agresif pajak. Meskipun tindakan agresif pajak

merupakan tindakan yang masih terbilang legal untuk dilakukan, namun semakin

eksekutif bertindak agresif dalam pelaporan perpajakan, semakin dekat pula

tindakan tersebut dengan penggelapan pajak yang merupakan suatu tindakan yang

ilegal. Dalam hal ini, dewan komisaris berperan untuk mengawasi aktivitas

(4)

melakukan tindakan agresif pajak, tindakan tersebut masih dalam batas kewajaran

atau tidak termasuk ke dalam tindakan yang ilegal.

Melanjutkan penelitian dari Budiman (2012), dalam penelitian ini penulis

ingin melihat bagaimana pengaruh karakter eksekutif terhadap tindakan pajak

agresif dengan menambahkan efektivitas dewan komisaris sebagai variabel

pemoderasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Budiman (2012) adalah

dalam penelitian ini variabel agresivitas pajak menggunakan BTG. Selain itu,

dalam penelitian ini, penulis juga melakukan pengembangan berupa penambahan

variabel efektivitas dewan komisaris. Variabel efektivitas dewan komisaris yang

pada penelitian sebelumnya hanya diukur dengan proporsi komisaris independen

(independen directors), dalam penelitian ini, variabel efektivitas dewan komisaris

akan diukur dengan menggunakan scoring yang diambil dari penelitian. Variabel

efektivitas dewan komisaris ini akan diteliti sebagai variabel moderasi yang

diperkirakan dapat mempengaruhi tindakan pajak agresif yang dilakukan oleh

perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud untuk meneliti

permasalahan berikut:

1. Apakah karakter eksekutif perusahaan yang semakin bersifat risk taker

(5)

2. Apakah efektivitas dewan komisaris memperlemah pengaruh positif antara

karakter eksekutif perusahaan yang bersifat semakin risk taker terhadap

tindakan agresif pajak?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh positif karakter eksekutif perusahaan yang

semakin bersifat risk taker terhadap tindakan agresif pajak.

2. Untuk mengetahui apakah efektivitas dewan komisaris memperlemah pengaruh

positif karakter eksekutif perusahaan yang bersifat semakin risk taker terhadap

tindakan agresif pajak.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan

kontribusi kepada beberapa pihak seperti:

1. Manfaat bagi Direktorat Jendral Perpajakan, yakni agar lebih memperhatikan

perusahaan-perusahaan yang melakukan tindakan pajak agresif, baik dengan

cara yang tergolong maupun tidak tergolong penghindaran pajak, sehingga

pendapatan pada pos penerimaan APBN khususnya pajak dapat diperoleh

(6)

2. Manfaat bagi investor dan pengguna laporan keuangan, penelitian ini dapat

memberikan informasi tambahan dalam pengambilan keputusan investasi

sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat.

3. Manfaat bagi perusahaan, yakni penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil kebijakan terkait perencanaan

pajak agar tindakan pajak yang diambil masih terbilang tindakan yang legal

untuk dilakukan dan lebih efisien dalam pengelolaan pajak perusahaan di masa

mendatang.

4. Manfaat bagi lingkungan akademik, yang sebagai referensi dan tambahan

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tindakan pajak

agresif yang dilakukan perusahaan serta dapat menjadi bahan penelitian

lanjutan dengan menambahakan variabel baru yang belum pernah diteliti

Referensi

Dokumen terkait

Pada pembanguan mall ABC, kontraktor 1 memiliki masalah pada keterlambatan pembayaran ke kontraktor yaitu karena adanya tabrakan pada lingkup kerja antar

Penelitian sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah melalui teknik supervisi individual bagi Guru Pendidikan Agama Islam Binaan Sertifikasi NON PNS SMP, SMA, SMK

4. Dohtmen evaluasi program kerja unit dilakukan dengan analisis tindaklaniut dan dituniukkanbukti serta telah.. Dokumen program pengadaan sumber daya di unit keria. belum

Penggunaan Metode Picture and Picture Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan Teknologi Produksi,

Pada perencanaan struktur pondasi, pihak perencana hanya menggunakan SF ( safety factor ) = 5 guna menanggulangi bahaya potensi likuifaksi yang ada. Tidak terdapat

Kebijakan oleh keraton menjadi urutan ketiga dari faktor terbentuknya Kampung Arab, melihat kronologis periode kekuasaan keraton di Surakarta yang baru mulai tahun 1745.

Sama seperti pada Transport layer model OSI, yang berfungsi dalam pertukaran data end-to- end system dan bertindak sebagai penerima data dari lapisan yang ada

Kapal KPLP yang dipergunakan untuk patroli di laut perairan Pelabuhan Tanjung Emas dibawah kendali KPLP Tanjung Emas Semarang merupakan kesatuan unit pelaksana teknis