6 2.1 CNS/ATM
CNS/ATM merupakan kepanjangan dari Communication Navigation Surveillance/Air Traffic Management. CNS/ATM merupakan suatu sistem yang meliputi aktivitas komunikasi, navigasi serta pengawasan. Dalam pengoperasiannya menggunakan teknologi digital seperti satelit.
2.1.1 CNS
Komunikasi pada CNS dapat menghubungkan antara usersatu dan user lainnya. User disini merupakan end system di darat dan end system di pesawat terbang. Navigasi pada CNS berfungsi dalam memastikan bahwa pesawat terbang pada jalur yang benar sesuai dengan GNSS (Global Navigation Satellite System) yang dikendalikan oleh ATC (Air Traffic Control). Sedangkan fungsi pengawasan pada CNS digunakan untuk mencari posisi pesawat terbang. Dalam penggunaannya dilakukan oleh ADS (Automatic Dependent Surveillance). ADS merupakan suatu fungsi pada pesawat yang digunakan untuk memberitahukan posisi pesawat secara vektor serta informasi lainnya.
2.1.2 ATM
Air Traffic Management (ATM) adalah sistem yang mengatur semua lalu lintas pesawat di udara dan memastikan agar tiap pesawat dapat berada pada jalurnya masing-masing. Layanan yang ada pada ATM yaitu ATS (Air
Traffic Service), ATFM (Air Traffic Flow Management), ASM (Air Space Management) serta aspek-aspek yang berkaitan dengan ATM pada operasional penerbangan (ICAO 2002). Dengan penggabungan CNS dapat meningkatkan kemampuan ATM seperti : memberikan keamanan yang lebih, mengurangi delay, mengurangi biaya penerbangan, mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi pesawat, perancangan penerbangan yang lebih baik serta mengurangi beban dari stasiun pengawas.
Gambar 2.1 Komunikasi AMS (ACARS) dan AFS (AFTN)
2.1.3 ACARS (Aircraft Communications Addressing and Reporting System) Untuk mengurangi beban kerja dari awak penerbangan dan meningkatkan integritas data yang penting dalam operasi penerbangan, maka pada awal 1980 diperkenalkanlah sistem ACARS yang mendukung komunikasi data antara pesawat dengan sistem yang ada di darat. Peralatan ACARS yang
terdapat di pesawat berupa alat yang disebut ACARS Management Unit (MU) yang berfungsi mengirim dan menerima pesan digital dari darat menggunakan frekuensi radio VHF dan CDU (Control Display Unit) untuk menampilkan data tersebut agar dapat dibaca oleh crew pesawat. MU ini diintegrasikan dengan FMS (Flight Management Systems) sehingga data-data penerbangan seperti rencana penerbangan dan informasi cuaca dapat langsung dipantau dengan interface FMS yang ada di kokpit pesawat.
Tipe-tipe pesan dalam ACARS : - Air Traffic Control (ATC)
- Aeronautical Operational Control (AOC) - Airline Administrative Control (AAC)
2.2 ATN
ATN menurut Signore & Girard (1998), merupakan suatu struktur komunikasi internasional yang melengkapi komunikasi-komunikasi suara dan menyediakan jasa lalu lintas udara dengan mengatur transfer data digital antara pesawat terbang dan fasilitas pengendali lalu lintas udara.
Tujuan-tujuan dari ATN, seperti yang dirumuskan oleh FANS Information Services Ltd(1999) adalah:
a. menyediakan suatu layanan komunikasi yang umum untuk semua komunikasi pada layanan jasa lalu lintas udara (ATSC) serta aplikasi pada industri penerbangan (AINSC) yang memerlukan berbagai tingkatan layanan komunikasi data baik grond-ground maupun air-ground.
b. mengintegrasikan jaringan komunikasi-komunikasi yang ada serta infrastruktur komunikasi yang memungkinkan.
c. memberikan layanan komunikasi yang memuaskan terhadap kebutuhan keamanan dan keselamatan, termasuk ketepatan waktu pengiriman data.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas, ATN dirancang dengan kemampuan-kemampuan yang meliputi empat unsur-unsur yang utama ( Signore & Girard 1998), antara lain :
a. kemampuan data transfer kepada satu pesawat terbang tanpa mengetahui lokasi nya (yang dikenal sebagai mobilitas jaringan)
b. kemampuan untuk berkomunikasi secara bersamaan antara air-ground yang telah diinstall pada suatu pesawat terbang
c. kemampuan untuk menghitung bandwith terendah dari komunikasi data air-ground
d. standarisasi international untuk setiap layanan yang dibutuhkan pada aplikasi ATS (yaitu., transport , session, presentasion,aplikasi).
Gambar 2.2 Model Umum ATN (Brown & Nakamura 2003)
Gambar di atas menunjukkan bagaimana hubungan air-ground (A/G) dan ground-ground (G/G) diterapkan dalam sistem ATN. Dapat dilihat dimana ATN mengizinkan data dikirim dari satu pesawat terbang ke Air Traffic Control (ATC) atau sebaliknya melalui subjaringan air-to-ground yang dihubungkan dengan router-router ATN yang telah diinstall pada keduanya. Kemudian, pada saat perusahaan penerbangan ingin mengirimkan pesan kepada pesawat terbang, pesan tersebut dapat langsung diarahkan pertama kali kepada ATC melalui jaringan landasan (ground). dengan kata lain, pesan dari pesawat terbang dapat juga disampaikan kepada perusahaan penerbangan melalui jaringan landasan(ground) yang sama.
2.2.1 Manfaat dari ATN
Jika membandingkan ATN dengan sistem komunikasi air-ground yang digunakan saat ini, Terdapat beberapa keuntungan-keuntungan yang diberikan oleh ATN, seperti:
a. mengurangi kemungkinan kesalahan dalam menafsir, melalui komunikasi-komunikasi yang lebih jelas
b. mengurangi kesalahan dalam pemakaian gelombang radio untuk komunikasi air-ground
c. mengurangi beban kerja dari awak pesawat dan personil ATM lainnya dengan ketersediaan penyimpanan dan otomatisasi pesan.
Sebagai tambahan dari keuntungan-keuntungan di atas, ATN juga memiliki beberapa kelebihan teknis lainnya. Sesuai dengan CAMAL Part IV (FANS Information Services Ltd 1999),antara lain :
a. Penggunaan infrastruktur yang sudah ada
ATN dibangun diatas jaringan yang sudah ada, sehingga tidak perlu membangun suatu infrastruktur jaringan yang baru secara total untuk ATN.
b. Ketersediaan yang tinggi
ATN menyediakan banyak jalur komunikasi, sehingga penyampaian data dapat dipindah-pindah dengan menggunakan beberapa jalur alternatif untuk menghindari resiko kegagalan penyampaian data jika hanya dengan satu jalur.
c. Memprioritaskan manajemen resource end-to-end
ATN merupakan sistem yang dilengkapi dengan manajemen yang dapat mengatur komunikasi data pada jaringan. Ketika jaringan tersendat, data prioritas rendah akan mengalami penundaan sehingga data dengan prioritas yang lebih tinggi dapat didahulukan. Begitulah cara ATN menyeimbangkan beban lalu lintas data pada jalur-jalur komunikasi.
d. Skalabilitas
ATN menyediakan ruang yang besar, sehingga memberikan jaminan terhadap pengembangan dan perluasan implementasi pada masa yang akan datang.
2.2.2 Ruang lingkup ATN
Di lihat dari sisi teknis, sesuai dengan FANS Information Services Ltd (1999), satu infrastruktur ATN terdiri dari beberapa sub-jaringan dan beberapa routerATN sebagai Intermediate Systems(IS) dan End system(ES).
Gambar di bawah ini menggambarkan bagaimana komponen-komponen saling berhubungan satu sama lain.
Gambar 2.3 Komponen ATN (FANS Information Services Ltd 1999)
Setiap sub-jaringan pada dasarnya merupakan bagian dari ATN. Setiap sub-jaringan berdiri sendiri dan bertugas sebagai alat yang di rancang untuk melakukan transfer data antar sistem ATN. Router-router ATN dihubungkan dengan beberapa sub-jaringan serta Host yang menjadi End system dari lapisan aplikasi suatu sistem jaringan.
2.3 Struktur dari ATN
Pada struktur ATN terdapat enam layer, yang digambarkan seperti gambar dibawah ini:
Gambar 2.4 Perbandingan ATN – OSI
Bagian paling atas adalah bagian aplikasi yang terdiri dari CPDLC, ADS, FIS, dan lain-lain. Bagian layer dibawahnya adalah COPP, selanjutnya bagian COSP. Pada layer Transport(TP4) terdapat 2 jenis yaitu CLTP dan COTP. Selanjutnya terdapat layer network yang berisi CLNP, dan layer paling bawah adalah VDL Mode 2,3,4,Mode S,SATCOM.
2.3.1 CPDLC (Controller-Pilot Datalink Communication)
Pada layer aplikasi terdapat 7 jenis aplikasi,salah satunya adalah CPDLC yaitu :
2. ADS (Automatic Dependant Surveillance) 3. FIS (Flight Information Service)
4. AIDC (Aeronautical Interfacility Data Communications) 5. MHS (Message Handling System)
Secara umum, CPDLC berfungsi dalam mengirim dan menerima pesan text antara controllerdengan pilot.
2.3.2 COPP (Connection Oriented Presentation Protocol) dan COSP (Connection Oriented Session Protocol)
Kedua layer ini digabungkan menjadi Upper Layer Communication Service.
2.3.3 Transport layerpada ATN
Sama seperti pada Transport layer model OSI, yang berfungsi dalam pertukaran data end-to-end system dan bertindak sebagai penerima data dari lapisan yang ada diatasnyanya dan memisahkan data kedalam unit yang lebih kecil, lalu meneruskannya ke lapisan yang ada dibawahnya.
2.3.3.1 Protokol pada Transport layerATN
Pada ATN terdapat 2 protokol, yaitu COTP (Connection Oriented Transport Protocol) dan CLTP(Connetionless Transport Protocol).
2.3.3.1.1 COTP (Connection Oriented Transport Protocol) COTP adalah suatu bagian dari Class 4 Transport Protocol(TP4) yang ditetapkan di dalam ISO/IEC 8073. COTP memungkinkan perpindahan data secara berurutan dan dapat diandalakan, karena adanya jaminan bahwa data akan sampai dengan berurutan. Urutan integritas data dan data integritas didukung oleh COTP. COTP mendukung model service COTS (Connection Oriented Transport Service) pada ATN.
Ada beberapa karakteristik layanan yang dimiliki oleh COTS, seperti :
a. Memerlukan pembuatan hubungan terlebih dahulu antar system yang berkomunikasi untuk mendukung pengiriman data secara aktual.
b. Adanya data Acknowledgements yang dikirimkan bersamaan dengan data, berfungsi untuk mengontrol jalannya aliran data serta sebagai indikator dalam pertukaran data.
c. Adanya pemeliharaan dalam pengiriman paket data. d. Memiliki fasilitas dalam mendeteksi error dan dapat
merecoverinya.
e. Pada dasarnya, suatu protokol memiliki fungsi untuk segmentasi sama juga untuk COTS.
f. Dapat mengontrol jalur atau aliran data.
g. Operasi COTP memerlukan sumber daya sistem untuk menjaga suatu shared state dan memantau status dari suatu koneksi.
2.3.3.1.2 CLTP (Connetionless Transport Protocol)
CLTP (ISO/IEC 8602) menyediakan layanan connectionless transport, dimana tidak ada jaminan suatu data dikirimkan secara berurutan dan pengiriman paket data secara acak tanpa adanya keterkaitan antar paket data yang dikirimkan sebelumnya. CLTP menyediakan layanan yang bernama CLTS (Connectionless Transport Protocol Service). Beberapa karakteristik dari layanan CLTS, yaitu : a. Tidak perlu membangun koneksi terlebih dahulu dalam
melakukan pertukaran data.
b. Tidak ada data acknowledgementyang dikirimkan. c. Pengiriman data tidak secara berurutan, tidak memiliki
d. Tidak dapat melakukan segmentasi, sehinggga ukuran data yang diterima terbatas.
e. Tidak dapat melakukan pengawasan terhadap arus data, karena tidak adanya hubungan komunikasi dibangun. f. Proses dari CLTS menggunakan sumber daya sistem
yang kecil.
2.3.4 CLNP (Connectionless Network Protocol)
Connectionless Network Protocol (CLNP) merupakan protokol yang digunakan pada sistem ATN. Protokol CLNP terletak pada lapisan Network pada model lapisan OSI.
Pada gambar 2.3, dapat dilihat bahwa CLNP sama seperti IP, berada pada Network layer. Namun CLNP memiliki jangkauan alamat yang lebih besar. Dengan adanya ketersediaan akan alamat yang luas, maka kebutuhan alamat tiap entitas yang berkomunikasi dalam organisasi dapat dipenuhi. Selain itu, dalam pengembangannya, CLNP lebih difokuskan kepada keperluan akan komunikasi aeronautika.
2.3.4.1 Fungsi fungsi CLNP
Berdasarkan IS0-8473,CLNP mempunyai 24 fungsi, yang dibagi menjadi 3 tipe :
1. Tipe 1. Semua fungsi yang termasuk kedalam kategori type satu harus ada.
2. Tipe 2. Fungsi yang bertipe 2, boleh ada boleh tidak. Namun ketika diimplementasikan tanpa fungsi tipe 2, dan PDU memilih fungsi tersebut, maka PDU akan dibatalkan,tidak dikirim.
3. Tipe 3. Sama seperti tipe 2, boleh ada atau tidak fungsi tersebut terdefinisikan dalam PDU, fungsi tersebut akan diabaikan dan PDU tidak akan digagalkan, tetapi tetap dikirim.
Function Type
PDU Composition 1
PDU Decomposition 1
Header Format Analysis 1
PDU Lifetime Control 1
Route PDU 1 Forward PDU 1 Segment PDU 1 Reassemble PDU 1 Discard PDU 1 Error Reporting 1
Header Error Detection 1
Security 2
Complete Source Routing 2
Complete Route Recording 2
Echo Request 2
Partial Source Routing 2
Partial Route Recording 3
Priority 3
QOS Maintenance (format code 00) 2 QOS Maintenance (other format codes) 3
Congestion Notification 3
Padding 3
Scope Control 3
Table 2.1 Fungsi-fungsi CLNP Fungsi –fungsi pada CLNP :
1. Tipe 1
a. PDU composition
Fungsi ini bertanggung jawab dalam membentuk suatu PDU, serta menentukan lifetime dan data unit identifier yang unik saat terjadi segmentasi.
b. PDU decomposition
PDU decomposition bertugas dalam memisahkan informasi dari suatu PDU ke dalam bagian–bagian dari PDU untuk mendapatkan data part dari PDU tersebut.
c. Header format Analisis
Berfungsi menentukan apakah protokol yang digunakan oleh PDU adalahFull Protocol atau Inactive Protocol.
d. PDU lifetime control function
Fungsi ini bertugas dalam mengecek umur suatu PDU, jika umur PDU masih ada maka akan PDU akan ditransmisikan, jika tidak akan dibuang.
e. Route PDU function
Merupakan fungsi yang bertugas dalam menentukan path jaringan mana yang akan dilalui PDU untuk mencapai tujuannya.
f. Forward PDU function
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mentransmisikan PDU ke jaringan selanjutnya agar PDU sampai pada tujuannya. g. Segmentation function
Fungsi ini bertugas memecah PDU menjadi beberapa PDU baru jika segmentasi diizinkan dan MTU dari jaringan lebih kecil dari ukuran PDU yang akan ditrasmisikan.
h. Reassembly function
Fungsi ini bertugas dalam menyusun kembali PDU yang telah disegmentasi. Fungsi ini dijalankan pada jaringan/host yang menerima PDU (modul clnp_input.)
i. Discard PDU function
Fungsi ini berjalan ketika ditemukan PDU yang tidak sesuai standard baik dalam hal ukurannya maupun pada saat
prosesnya. Fungsi ini bertugas dalam membebaskan memori yang telah dipakai oleh PDU.
j. Error reporting function
Fungsi ini diperlukan untuk membuat pesan error ketika suatu PDU gagal dikirimkan atau terjadi error pada PDU.
k. PDU header error detection function
Fungsi ini diperlukan untuk mencegah kegagalan system dalam karena kesalahan dalam proses headerdari suatu PDU. 2. Tipe 2
a. Security function
Berfungsi dalam menjaga keamanan data, seperti keaslian data, autentifikasi, kerahasian data serta kesatuan data.
b. Source routing function
Fungsi ini memberikan izin kepada jaringan pengirim untuk menentukan jaringan mana yang harus dilewati PDU untuk sampai pada tujuannya.
c. Complete record route function
Fungsi ini berguna dalam mencatat semua alamat jaringan atau nama Intermediate systemyang dilalui oleh PDU.
d. Quality of service(QoS) maintenance function( kode 00) Fungsi ini bertugas dalam memberikan informasi yang dapat dipakai dalam melakukan routing.
e. Echo request function(ERP)
Fungsi ini dipakai dalam mendapatkan informasi tentang state-state dinamik di dalam network layer untuk mengetahui hubungan antar jaringan dan karakteristik dari jalur yang dipakai dalam routing.
f. Echo response function
Fungsi ini bertugas dalam menberikan informasi dari suatu state ketika state tersebut menerima Echo request function(ERP).
3. Tipe 3
a. Padding function
Merupakan fungsi yang mengijinkan suatu PDU untuk memesan ruang kosong pada header PDU yang tidak digunakan.
b. Partial record route function
Fungsi ini bertugas dalam mencatat jalur jalur yang dilewati oleh PDU yang ditentukan oleh Partial record route funtion. c. Quality of service (QoS) maintenance function (selain kode
00)
Sama seperti fungsi QoS tipe 2. d. Priority function
Berfungsi dalam memberikan prioritas kepada suatu PDU agar diproses terlebih dahulu.
e. Congestion notification function
Ketika suatu Intermediate System terlalu padat, maka ia akan memangil fungsi ini. Pada saat fungsi ini dijalankan, maka ia akan membuat nilai congestion flag menjadi 1 pada option part, sehingga PDU yang lain akan dialikan untuk tidak menambah kepadatan.
f. Scope control function
Fungsi ini bertugas dalam membatasi pengiriman PDU berdasarkan struktur hirarki jaringan.
2.3.4.2 Struktur PDU(protokol data unit) dari CLNP Paket CLNP disebut juga dengan PDU. PDU memiliki 6 bagian 1. Fixed Part,
2. Address Part,
3. Segmentation Part (if present), 4. Options Part (if present),
Gambar 2.5 Bagian-bagian PDU
2.3.4.2.1Fixed part
Fixed part merupakan bagian yang tetap pada setiap PDU.Fixed part terdiri dari beberapa bagian yang digambarkan di bawah ini :
Gambar 2.6 Fixed Part (ISO/IEC 1998) Bagian-bagian dari fixed part:
1. Network layer protocol identifier
Nilai dari bagian ini berupa binari,yang bernilai 1000 0001 jika network protokol aktif, dan bernilai 0000 0000 jika tidak aktif.
2. Length Indicator
Berisikan panjang dari headerPDU dalam satuan oktet 3. Version/Protocol Id Extension
Bagian ini berisikan nilai binary 0000 0001, yang menandakan versi 1 dari protokol
4. Lifetime
Berisikan waktu atuau umur suatu PDU, tiap unit bernilai 500ms.
5. Flags
Flagsmemiliki 3 bagian :
a. Segmentation permitted (SP)
Merupakan tanda dalam melakukan segmentasi. Jika bernilai 1 maka segmentasi diperbolehkan, sedangkan jika bernilai 0, maka tidak ada segmentasi.
b. More Segment(MS)
More Segment menandakan bahwa jika bernilai 1 maka data payload yang ada pada PDU tersebut tidak mengandung oktet terakhir dari segmentasi data atau bukan merupakan data terakhir dari segmentasi, dan bernilai 0 jika sebaliknya.
c. Error Report (E/R)
Jika, bagian ini bernilai 1, maka ketika suatu PDU gagal atau tidak terkirim maka akan memberikan pesan error. Sebaliknya,jika bernilai 0, maka tidak ada pesan error ketika PDU rusak atau gagal.
6. Typed code
PDU type Type code
Bits 5 4 3 2 1
DT (Data) PDU 1 1 1 0 0
MD (Multicast Data) PDU 1 1 1 0 1
ER (Error Report) PDU 0 0 0 0 1
ERQ (Echo Request) PDU 1 1 1 1 0
ERP (Echo Response) PDU 1 1 1 1 1
Tabel 2.2 Tipe kode PDU 7. Segment Length
Bagian ini berisikan nilai dari panjang PDU dalam satuan oktet termasuk panjang oktet header ditambah panjang oktet data (jika ada).
8. Checksum
Fungsi dari bagian ini adalah memastikan header dari PDU,apakah ada error atau tidak. Jika bernilai 0,maka checksum dapat diabaikan,dan sebaliknya.
2.3.4.2.2 Address part
Gambar 2.7 Address Part (ISO/IEC 1998) Address part, mempunyai 4 bagian, yaitu : 1. Destination address length indicator
Bagian ini berikan panjang alamat tujuan. 2. Destination Address
Berisikan address atau alamat, kemana PDU akan dikirim.
3. Source address length indicator Berisikan panjang alamat pengirim. 4. Source address
2.3.4.2.3 Segmentation part
Gambar 2.8 Segmentation Part (ISO/IEC 1998) Bagian ini hanya ada jika nilai segmentation partadalah 1. Segmentation partmemiliki 3 bagian : 1. Data Unit identifier
Berisikan nilai identitas dari suatu PDU ketika disegment, sehingga nantinya PDU dapat disatukan kembali berdasarkna nilai identitas yang sama. 2. Segment offset
Bagian ini berisikan posisi relatif awal dari posisi segmentasi data PDU terhadap posisi data part pada Initial PDU.
3. Total Length
2.3.4.2.4 Option part
Gambar 2.9 Options Part (ISO/IEC 1998)
Option part dapat berisikan lebih dari satu parameter option. Setiap option parameter memiliki bagian bagian tersendiri, yaitu :
1. Kode parameter (Parameter code)
Panjang dari bagian ini adalah 1 octet, dan berisikan tipe dari option yang dipakai.
2. Panjang parameter (Parameter length)
Besarnya adalah 1 oktet, berisikan panjang dari parameter.
3. Nilai parameter (Parameter Value)
Isi dari bagian ini tergantung dari kode parameter.
2.3.4.2.5 Data Part
Gambar 2.10 Data Part (ISO/IEC 1998) Bagian ini berisikan data (payload packet)
2.3.5 VDL Mode (VHF Digital Link)
VDL merupakan sistem komunikasi antara udara dan darat, dengan menggunakan frekuensi VHF dan alat komunikasi digital. Dimana VDL ini akan menggantikan sistem komunikasi ACARS(Aircaft land data communication system) dan RCAG( Remote Ground-to-Air Communication Facilities).
2.4 TCP/IP
TCP/IP (Transport Protocol / Internet Protocol) merupakan protokol yang paling banyak digunakan saat ini. Pada awalnya TCP/IP dikembangkan oleh U.S Department of Defense(DoD) untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam komunikasi komputer , seperti meningkatkan efisiensi komunikasi data, dapat dipadukan dengan teknologi WAN (Wide Area Network) yg telah ada. Oleh karena itu, pada tahun 1968, DoD ARPAnet (Advanced Reseach Project Agency) memulai penelitian tersebut hingga protokol tersebut dikenal oleh umun bersamaan perkembangan internet.
2.4.1 Arsitektur TCP/IP
Arsitektur pada TCP/IP mengikuti struktur dari 7 OSI layer, namun pada TCP/IP hanya memiliki 4 Layer, yang terdiri dari Application layer, host-to-host layer, Internetwork layer, dan Network Interface(Network Access) layer.
Gambar 2.11 perbandingan OSI Layer dengan DoD layer
Application Layerbertugas dalam menyediakan akses kepada aplikasi terhadap layanan jaringan TCP/IP. Protokol ini mencakup protokol Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP), Domain Name System (DNS), Hypertext Transfer Protocol (HTTP), File Transfer Protocol (FTP), Telnet,
Simple Mail Transfer Protocol (SMTP), Simple Network Management Protocol (SNMP), dan banyak protokol lainnya.
Host-to-hostlayer bertugas untuk membuat komunikasi menggunakan sesi koneksi yang bersifat connection-oriented atau broadcast yang bersifat connectionless. Protokol dalam lapisan ini adalah Transmission Control Protocol (TCP) dan User Datagram Protocol(UDP).
Internetwork layer bertanggung jawab untuk melakukan pemetaan (routing) dan enkapsulasi paket-paket data jaringan menjadi paket-paket IP. Protokol yang bekerja dalam lapisan ini adalah Internet Protocol(IP), Address Resolution Protocol (ARP), Internet Control Message Protocol (ICMP), dan Internet Group Management Protocol(IGMP).
Dan yang terakhir Network Interface layerberfungsi untuk meletakkan frame-frame jaringan di atas media jaringan yang digunakan. TCP/IP dapat bekerja dengan banyak teknologi transport, mulai dari teknologi transport dalam LAN (seperti halnya Ethernet dan Token Ring), MAN dan WAN (seperti halnya dial-up modem yang berjalan di atas Public Switched Telephone Network (PSTN), Integrated Services Digital Network (ISDN), sertaAsynchronous Transfer Mode(ATM).
2.4.2 Koneksi TCP
Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga dengan Three-way Handshake. Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor acknowledgement yang dikirimkan oleh
kedua pihak dan saling bertukar ukuran TCP Window. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.12 Proses pembuatan koneksi (TCP Three way handshake)
Hostpertama (yang ingin membuat koneksi) akan mengirimkan sebuah segmen TCP dengan flag SYN diaktifkan kepada host kedua (yang hendak diajak untuk berkomunikasi).
Host kedua akan meresponsnya dengan mengirimkan segmen dengan acknowledgmentdan juga SYN kepada hostpertama.
Host pertama selanjutnya akan mulai saling bertukar data dengan host kedua.
TCP menggunakan proses jabat tangan yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Itulah sebabnya, mengapa TCP disebut dengan koneksi yang reliable.
2.5 Linux Kernel
Kernel merupakan suatu perangkat lunak yang menjadi bagian utama dari sebuah sistem operasi, yang berfungsi sebagai interface antara user-level program dengan hardware. Sedangkan Kernel Linux adalah kernel yang digunakan dalam sistem operasi GNU/Linux.,Kernel ini merupakan turunan dari keluarga sistem operasi UNIX.
Gambar 2.13 Peta Kernel
Pada gambar diatas, dapat dilihat pada bagian bagian yang berhubungan dengan isi kernel linux, terutama bagian networking.
2.6 VHF (Very High Frequency)
Very High Frequency (VHF) adalah frekuensi radio yang berkisar dari 30MHz sampai 300MHz yang memiliki panjang gelombang antara 1 sampai 10 meter. Dalam penggunaan sehari-hari, masyarakat mengenal penggunaan VHF ini pada perangkat radio antara 88-108 MHz dan televisi, tetapi pada kenyataannya implementasinya tidak cuma pada 2 hal tersebut, VHF juga dipakai pada sistem navigasi terestrial, komunikasi pada transportasi laut maupun udara.
Nama band band ITU Frekuensi Panjang gelombang Extremely low frequency (ELF) 1 3 - 30 Hz 100,000 km – 10,000 km
Super low frequency (SLF) 2 30–300 Hz 10,000 km – 1000 km
Ultra low frequency (ULF) 3 300–3000 Hz 1000 km – 100 km
Very low frequency (VLF) 4 3–30 kHz 100 km – 10 km
Low frequency (LF) 5 30–300 kHz 10 km – 1 km Medium frequency (MF) 6 300–3000 kHz 1 km – 100 m High frequency (HF) 7 3–30 MHz 100 m – 10 m
Very high frequency (VHF)
8 30–300 MHz 10 m – 1 m
Ultra high frequency (UHF)
9 300–3000
MHz
1 m – 100 mm
Super high frequency (SHF) 10
3–30 GHz
100 mm – 10 mm
Extremely high frequency (EHF) 11 30–300 GHz 10 mm – 1 mm
Pada telekomunikasi pesawat terbang menggunakan Very high frequency (VHF), dimana gelombang radio yang digunakan berada 117,975 MHz sampai dengan 137 MHz.