BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan,
informasi-informasi, dan kemampuan-kemampuan baru, agar dapat membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam
rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Nasution, 1989).
Dalam bidang kesehatan, penyuluhan juga berperan merubah perilaku hidup. Menurut UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam
upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat
pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan
untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup
sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Salah satu bentuk dari
Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul &
Azwar, 1983).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui
sosialisasi dan penyampaian pesan-pesan gizi yang praktis akan membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola
konsumsi masyarakat. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes RI, 2002).
Teknik penyuluhan gizi adalah cara mempertemukan sasaran dengan materi. Penentuan teknik tergantung pada tujuan, metode, materi,
karakteristik sasaran, media dan situasi. Beragam teknik penyuluhan gizi meliputi ceramah, seminar, diskusi, lokakarya, simulasi, pameran, demonstrans, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial (Depkes RI,
2009).
Pesan gizi yang disampaikan dalam penyuluhan gizi harus tepat.
yang disampaikan adalah tentang keamanan pangan jajanan yang terdiri dari 5 (lima) kunci keamanan pangan anak sekolah.
Berbagai penelitian penyuluhan gizi telah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010), tentang pengaruh
penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu menyimpulkan bahwa penyuluhan gizi mempengaruhi perilaku ibu. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ditamarte (2011) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap
pengetahuan ibu tentang gizi balita di Desa Argotirto Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa pemberian penyuluhan gizi pada ibu balita mampu
meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita. 2.1.1 Metode Penyuluhan
Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005),
pilihanseorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangattergantung kepada tujuan khusus yang ingin
dicapai.Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan.
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan
penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain itu ada juga membutuhkan banyak tenaga penyuluh dan
membutuhkan waktu yang lama.
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran
penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih
produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam
kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman
maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya.
Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran.
Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat
Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi,
metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye,
pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh
metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah
dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil
Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi tentang keamanan pangan, dengan tujuan terjadinya proses perubahan
perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan dengan memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling
2.1.2 Media Penyuluhan
Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cendrung diartikan sebagai
alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda
yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang
disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami.
Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat
berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2)
Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak.
Gambar 2.1 Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ( Lucie,2005)
Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat untuk
menyalurkan pesan, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri
siswa. (Angkowo dkk, 2007). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Chairunisyah (2011), tentang pengaruh penggunaan media gambar (visual) terhadap peningkatan hasil belajar siswa menyimpulkan
bahwa media visual gambar dapat meningkatkan pengetahuan siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Supriani (2008), menyimpulkan
bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dan intelegensi dalam mempengaruhi kemampuan membaca. Penelitian Rahmi (2007),
Benda
Sampel, model, specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet,
folder, brosur/booklet
Placard, poster, flipchart, photo, flannelgraph, transparency,
sheet
Slide-film, movie- film, filmstrip, video-film, film
televisi/TV
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penggunaan media pembelajaran dengan hasil belajar.
Penelitian Junita (2009), disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dan kecerdasan visual spasial mempunyai pengaruh terhadap
hasil belajar keterampilan dan pengelolaan informasi. Disamping berperan dalam meningkatkan semangat belajar dan membangkitkan minat belajar, media pembelajaran juga memberi pengalaman belajar.
Media akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran
dapat menerima pesan orang tersebut dengan jelas dan tepat (Notoatmodjo,2007).
Media penyuluhan dalam kesehatan adalah semua sarana atau upaya
untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar
ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Setiap jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media
No. Jenis Media Kelebihan Kekurangan
1 Media Cetak,
-Mencakup banyak orang, biaya rendah,
-Mudah dibawa, tidak perlu listrik, dan
-Sudah dikenal masyarakat, -Mengikut sertakan seluruh indra, -Penyajiannya dapat dikendalikan
dan diulang-ulang,
-Jangkauannya relative besar.
-Biaya lebih tinggi, -Perlu listrik dan alat,
perlu persiapan dan -Lebih menarik, dan
-Jangkauannya relative besar
-Biaya lebih tinggi, -Perlu listrik dan alat,
perlu persiapan dan penyimpanannya,
Sumber :Notoadmodjo, 2007
Media merupakan salah satu sarana penting dalam proses
pendidikan gizi. Peran media sangat strategis untuk memperjelas pesan dan meningkatkan efektivitas proses pendidikan gizi.
2.1.3 Media Poster dan Film
Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media, poster merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan
dapat dipergunakan di berbagai tempat. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam
kegiatan promosi kesehatan masyarakat.
Poster adalah suatu pesan singkat dalam bentuk gambar dan /atau tulisan dengan tujuan memenaruhi seseorang untuk menginginkan sesuatu
yang ditawarkan dan untuk memengaruhi agar orang itu bertindak. Poster adalah media yang paling umum digunakan di lingkungan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa
keindahan, dan mempermudah pemahaman. Selain itu poster juga mampu menyampaikan kesan-kesan tertentu serta mempengaruhi dan memotivasi
tingkah laku orang yang melihatnya.
Film merupakan media audio visual. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera dan oleh animasi. Pengaruh
media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan,
Film keamanan pangan makanan jajanan merupakan media audio visual yang dihasilkan dari rekaman orang dan benda yang berhubungan
dengan keamanan pangan jajanan. Dengan media audio visual ini diharapkan terjadi perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan
yang selanjutnya akan mempengaruhi sikap dan tindakan tentang keamanan pangan jajanan.
Penelitian Mukhtar (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh media audio
visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk,
begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2012) bahwa
penyuluhan dengan media film animasi efektif meningkatkan pengetahuan siswa
tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menggunakan media poster
dan film keamanan pangan jajanan sebagai alat peraga dalam penyuluhan gizi pada murid Sekolah Dasar. Media penyuluhan gizi ini dibuat oleh
peneliti.
2.1.4 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku
Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan,
keterampilan
dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan
adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya
penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan
atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntugkan.
Menurut Sarwono (2007), perubahan perilaku melalui pemberian informasi/pendidikan kesehatan akan memakan waktu yang lama.
Meskipun lama, hasil/perubahan yang dicapai ternyata lebih lama menetap/lestari dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena
individu merasakan sendiri adanya kebutuhan berperilaku sehat. Menurut Mubarak dkk (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab
perilaku itu terjadi akibat adanya paksaan aturan yang mengharuskan untuk berbuat.
Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan
perilaku, selain membutuhkan waktu
yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah
perubahan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice).
Berbagai penelitian penyuluhan tentang penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2012)
tentang pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran. Terjadi perubahan perilaku sebelum dan sesudah penyuluhan. Sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan
sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan
sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi
36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%,
sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung
(2010) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizitentang penyediaan menu seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan
gizi adalah cukup (71,43%), sesudah penyuluhan gizi sikap ibu menjadibaik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik
Dalam penyuluhan gizi perubahan perilaku merupakan tujuan dari penyuluhan gizi. Penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian
kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) (2003) terhadap perilaku makan sehat pekerja di perusahaan elektronik. Hasilnya adalah terjadi
perubahan perilaku yang disebabkan intervensi penyuluhan gizi yaitu proporsi perilaku makan sehat pekerja meningkat dari 32,2% menjadi 47,1% (Depkes, 2009).
Perubahan perilaku juga dipengaruhi banyak faktor dalam penyuluhan gizi. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam
penyuluhan gizi adalah metode, materi, media, dan petugas yang melakukannya. Agar tercapai suatu hasil yang optimal, faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara optimal dan harmonis (Depkes RI,
2002).
Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media
dan berbagai metode dalam mengubah perilaku. Penelitian yang dilakukan Djaiman dkk (2004) tentang pengembangan media praktis tentang pertumbuhan balita dengan sasaran ibu balita pengunjung pelayanan
kesehatan menyimpulkan bahwa pemberian media saja pada ibu balita tidaklah cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan minat ibu untuk
pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di posyandu.
Penelitian oleh Priyanti (2011) tentang keefektifan penyuluhan kesehatan menggunakan media film animasi dalam meningkatkan
pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil penelitian membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media film animasi , efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Menurut Depkes (2009), penyuluhan gizi dengan media dapat
meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah gizi yang dihadapi menjadi mampu mengatasinya.
Peranan penyuluhan gizi menggunakan media dalam perubahan
perilaku juga dibuktikan dalam penelitian Tampubolon (2009) tentang pengaruh penyuluhan gizi dengan media visual poster dan leaflet makanan
sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penyuluhan gizi dengan media poster mampu
meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) konsumsi makanan jajanan pada siswa sekolah menengah.
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka (2007) tentang
perilaku keluarga sadar gizi ibu balita di Kecamatan Banjarangkan I, Propinsi Bali menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan perilaku Kadarzi
pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi dengan media leaflet dari pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi
tanpa media leaflet.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2012) tentang penyuluhan gizi dengan media komik untuk meningkatkan
pengetahuan tentang keamanan makanan jajanan. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan pengetahuan siswa. Ada Perbedaan
peningkatan pengetahuan antar kelompok yang diberikan penyuluhan gizi dengan media komik dengan tanpa media komik, di mana kelompok dengan media komik memiliki peningkatan pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan kelompok tanpa media komik.
Hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penyuluhan gizi
dengan media dapat merubah perilaku sasaran kearah yang lebih baik. Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan sasaran sebagai tahap awal terjadinya
perubahan perilaku.
Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penyuluhan
diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.
2.2 Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi
perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan).
2.2.1 Pengetahuan Keamanan Pangan
Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses
mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa.
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor
sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan
yaitu : 1) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahanmasalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek kendala
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan suatu
materi (Green & Lewis, 1986).
responden (Azwar, 2005). Sedangkan menurut Green & Lewis, dkk, (1986), pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian,
membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Pengetahuan keamanan pangan murid yaitu murid mengetahui tentang jenis – jenis pangan, ciri- ciri pangan yang aman, cara menjaga
kebersihan diri dan kantin sekolah serta mengetahui cara membaca label pada pangan kemasan.
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara berstruktur dengan kuesioner. Kedalaman pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik responden. Penilaian praktis dapat dilakukan jauh lebih mudah apabila
penilaian itu dirancang dari semula sebagai bagian dari strategi pengembangan program dan bukan ditentukan kemudian hari (Madanijah,
2004).
2.2.2 Sikap Keamanan Pangan
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respons tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang tentang senang, tidak senang, setuju tidak
Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu (1) kepercayaan (keyakinan), ide,
konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak (tend to
behave).
Respon tertutup murid tentang keamanan pangan dapat dicontohkan dengan reaksi “setuju” atau “tidak setuju” dalam membeli pangan jajanan
yang murah dan berwarna cerah.
2.2.3 Tindakan Keamanan Pangan
Suatu sikap belum terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian terlebih dahulu, membentuk dan mengubah sikap atau
menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung
dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2010).
Adapun tingkatan dari tindakan adalah (1) Persepsi, (2) Respon Terpimpin (Guide Response), (3) Mekanisme (Mechanisme) dan adaptasi
(adaptation)
Tingkatan pertama adalah Persepsi yang diartikan sebagai mengenal
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua.
Dalam keamanan pangan, respon terpimpin dapat dicontohkan seperti murid mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan dan murid
melakukan langkah- langkah mencuci tangan dengan benar.
Mekanisme yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu
sudah menjadi kebiasaan. Dalam tindakan keamanan pangan, mekanisme dapat dicontohkan seperti membeli makanan jajanan yang aman, membeli
jajanan ditempat yang bersih, selalu memabaca label kemasan pangan seperti tanggal kadaluarsanya dan selalu mencuci tangan sebelum makan.
Tingkatan yang terakhir dari proses tindakan adalah adaptasi
(Adaptation) yang dapat diartikan sebagai tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2010).
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan apa yang diketahui atau
2.3.Keamanan Pangan
Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk
dikonsumsi. Keamanan pangan secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman secara rohani dan aman secara jasmani. Aman secara rohani
berhubungan dengan kehalalan, dan aman secara jasmani meliputi pangan itu bebas dari bahaya biologi atau mikroorganisme yang membahayakan, bebas cemaran fisik dan bebas cemaran kimia. Pangan tradisional pada
umumnya memiliki kelemahan dalam hal keamanannya terhadap bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau cemaran
tersebut seringkali terdapat dan ditemukan karena rendahnya mutu bahan baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannnya praktek sanitasi dan higiene yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun
produsen yang menangani pangan tradisional.
Berdasarkan Undang – Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996,
keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan
manusia.
Upaya untuk mewujudkan keadaan tersebut tertuang dalam
pihak peraturan ini menggariskan hal-hal yang diperlukan untuk mewujudkan pangan yang aman, bermutu, dan bergizi.
Suatu pangan dikatakan aman apabila bebas dari bahaya yang ditimbulkan akibat dari keberadaan cemaran tersebut. Kata bebas dalam
hal ini tidak selalu berarti sama dengan nol atau tidak ada sama sekali. Karena berbagai alasan beberapa bahan tersebut tidak dapat dihilangkan dengan seksama, namun melalui berbagai penelitian dan pengkajian
nasional dan internasional ditetapkan standar atau batas maksimal keberadaan dari masing-masing bahan tersebut.
2.3.1 Pangan Jajanan Anak Sekolah
Sumber pangan bagi anak selama di sekolah sebagian besar berasal dari kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah. Oleh karena itu peranan
kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah sangat penting untuk menyediakan pangan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan
yang dijual di kantin sekolah atau oleh pedagang di luar sekolah sangat beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebiasaan jajan anak sekolah yaitu makanan sepinggan, makanan camilan/
snack, minuman dan buah a. Makanan sepinggan
dan dapat menggantikan makanan utama seperti makan siang. Contoh makanan sepinggan adalah mi ayam, bakso kuah, bubur ayam, nasi goreng, lontong sayur, gado
– gado, ketropak, siomay, mi goreng, dan soto ayam b. Makanan camilan/ snack
Camilan / snack merupakan makanan yang dikonsumsi di luar makanan utama dan dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, risoles, lemper, kue lapis, donat , jelly dan
gorengan lainnya) dan camilan kering (seperti keripik, biscuit, kue kering, permen dan lain- lain).
c. Minuman
Minuman meliputi minuman ringan dalam kemasan (seperti minuman berkarbonasi cola dan minuman berkarbonasi jeruk) dan minuman ringan yang tidak
dikemas (seperti es sirup, es the lemon dan lain- lain) serta minuman campur (seperti es pisang ijo, es doger dan lain- lain).
d. Buah, yaitu yang siap konsumsi. Bila buah berkulit yang harus dikupas dan atau dipotong antara lain pepaya, nenas, semangka dan melon.
2.3.2 Lima Kunci Keamanan Pangan Anak Sekolah
Berikut adalah lima kunci keamanan pangan dari Badan Pengawas Makanan dan Obat (BPOM) yang dapat menjadi pedoman untuk
Pangan dapat tercemar oleh ketiga jenis bahaya tersebut, yang bila terkonsumsi dapat menyebabkan sakit. Agar pangan yang kita makan
dapat bermanfaat bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit, maka kita harus memilih pangan yang aman.
Pangan yang aman harus bebas dari beberapa hal yaitu:
a. Aman dari bahaya biologis, seperti pangan terlihat bersih, kemasan pangan tidak rusak, pangan tidak basi ( tekstur tidak menyimpang dari keadaan normal, bau
tidak menyimpang seperti bau asam atau busuk )
b. Aman dari bahaya kimia, seperti pangan tidak terlalu kenyal atau gosong, pangan
tidak berasa pahit atau getir, pangan tidak berwarna yang terlalu mencolok, pangan tidak dibungkus engan kertas koran atau kertas bekas, dan pangan tidak menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebih
c. Aman dari bahaya benda lain seperti rambut, serpihan kayu, kerikil dan staples Kunci kedua yaitu beli jajanan yang aman. Saat membeli pangan, kita harus memilih tempat dengan tepat yaitu harus aman dari bahaya biologis, kimia, maupun benda lain. Untuk menghindari bahaya tersebut ada dalam pangan yang dibeli maka kita harus mengetahui cara- cara
membeli pangan yang aman, seperti:
a. Beli pangan ditempat yang bersih (terlindung dari sinar matahari, debu, hujan
dan angin )
baik, dan penjual tidak melakukan tindakan merokok, meludah, makan dan memegang rambut dengan tangan)
c. Pilih makanan yang telah dimasak
d. Beli pangan yang dipajang, disimpan, dan disajikan dengan baik
e. Konsumsi pangan secara benar (jangan beli minuman yang dibuat dengan menggunakan air mentah, jangan membeli minuman yang dicampur es kotor )
Kunci ketiga yaitubaca label dengan seksama. Label pangan adalah
setiap keterangan mengenai pangan dengan bentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
Penting untuk memperhatikan/membaca/memahami informasi pada
label yang tercantum di kemasan. Informasi yang perlu dilihat pada label antara lain: nama pangan olahan, berat/isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau yang
memasukan ke Indonesia, daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan, keterangan kedaluwarsa, dan kode produksi.
Selain itu, informasi lain yang juga perlu diperhatikan antara lain :
a. Keterangan kandungan zat gizi
b. Pangan halal ( tulisan “halal” hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang
mempunyai sertifikat “halal” )
d. Peringatan ( label pangan tertentu harus dicantumkan tulisan atau peringatan, misalnya pada pangan olahan yang mengandung bahan berasal babi
mencantumkan “mengandung babi” dan pada produk susu kental manis mencantumkan “perhatikan! Tidak cocok untuk bayi)
Kunci keempat adalahjaga kebersihan. Meskipun tidak semua mikroba dapat menyebabkan sakit, mikroba berbahaya/kuman banyak ditemukan pada tanah, air, hewan, dan manusia. Kuman dapat terbawa
oleh udara atau melalui tangan, lap, dan peralatan makan. Oleh karenanya, mencuci tangan dengan baik sebelum makan perlu dilakukan. Kuman dan
bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari kita mungkin berasal dari udaram peralatan atau sumber-sumber lainnya. Mencuci peralatan dapat menghilangkan sebagian kotoran yang membawa kuman, namun untuk
membunuhnya perlu digunakan bahan pensanitasi. Mencuci tangan yang paling baik menggunakan sabun dan air yang mengalir.
Berikut ini adalah beberapa langkah mencuci tangan yang baik : (1) basahi tangan, (2) tuangkan sabun ke telapak tangan, (3) gosok telapak tangan dari mulai telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, ujung kuku, sampai pergelangan
tangan dengan sikat yang lembut, (4) bilas tangan dengan air bersih dan (5) Keringkan tangan dengan lap bersih yang kering.
peliharaan juga tidak boleh ada disekitar kantin. Agar kantin tetap bersih sebaiknya melakukan beberapa hal seperti, buanglah sampah pada
tempatnya, setelah membuang sampah tutup kembali tempat sampah, usir bila ada hewan peliharaan disekitar kantin, setelah menggunakan peralatan
makan, letakkan di tempat yang disediakan dan aktif berpartisipasi menjaga kebersihan sekolah.
Kunci kelima adalahcatat apa yang ditemui. Setelah mengenali dengan baik pangan jajanan di sekolah, siswa sekolah bisa melaporkan jika ada panganan yang dinilai aman dan tidak aman ke guru sekolah,
kemudian guru sekolah akan melaporkannya ke sistem e-notifikasi dari BPOM. Sistem ini bertujuan untuk menginformasikan secara cepat barbagai hal terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah baik yang
sifanya positif maupun negatif ( BPOM, 2012).
2.4 Landasan Teori
Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses : StimulusOrganisme Respons,
sehingga teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organisme-respons).
Gambar 2.2 Teori S-O-R
Menurut teori perubahan perilaku S-O-R ini , efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsangan) tertentu, sehingga orang dapat melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan
yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap.
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R dalam penyuluhan gizi tentang keamanan pangan, diawali dengan pemberianstimulus (rangsangan) berupa pesan - pesan keamanan pangan
yang diberikan oleh penyuluh dengan media poster dan film. Isi pesan dibuat semenarik mungkin sehingga stimulus (rangsangan) yang diberikan
STIMULU ORGANISME RESPON
TERTUTUP Pengetahuan Sikap
pada murid dapat diterima. Setelah mendapat stimulus, murid sekolah mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya tadi. Dalam hal ini, murid sekolah memahami, tahu dan bersikap sesuai pesan- pesan keamanan pangan.
Stimulus yang telah diterima oleh murid sekolah (organisme) tadi akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu atau yang bisa
kita katakan telah terjadi perubahan perilaku dari si organisme yakni dari yang berperilaku keamanan pangan tidak baik diharapkan berubah ke
perilaku keamanan pangan yang baik. 2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini
adalah :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Penyuluhan Gizi dengan Media
Poster Tentang Keamanan P J j
Penyuluhan Gizi dengan Media Film Tentang Keamanan Pangan J j
PengetahuanKeaman an Pangan Murid
Sikap Keamanan Pangan Murid
Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa penyuluhan gizi
dengan media poster dan film adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan-pesan gizi tentang keamanan pangan jajanan kepada
murid sekolah dasar, dengan adanya pesan gizi tersebut, murid sekolah dasar
dapat memperoleh pengetahuan tentang keamanan pangan yang lebih baik.
Pengetahuan keamanan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap
perubahan sikap dan tindakan keamanan pangan. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) maka
sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah penyuluhan gizi dengan media poster dan film