i
ABSTRAKSI
Masyarakat Desa perkebunan Aek Tarum merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan perkebunanidentik denganmasyarakat pedalaman. Di kawasan perkebunan terdapat sarana pendidikan dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Tujuan sarana pendidikan adalah agar anak masyarakat perkebunan dengan mudah memperolehpendidikan, mengurangi biaya pendidikan anak dan dengan harapan tidak di temukan lagi berbagai alasan anak yang putus sekolah pada masyarakat pedalaman bahkan pendidikan mengharapkan anak buruh dapat mengecap pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Pada kenyataannya dengan berbagai alasan dinyatakan anak masyarakat dan buruh masih ada yang putus sekolah ketika berada di tingkat SD, SMP, dan SMA atau tidak melanjutkan sekolah. Anak buruh dalam usia pendidikan masih ada yang melakukan aktifitas bekerja di perkebunan sebagai status BHL. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana apresiasi buruh penderes terhadap pendidikan formal dan bagaimana nilai pendidikan dikalangan buruh penderes di Desa Perkebunan Aek Tarum PT. Bridgestone, Kecamatan Bandar Pulau, Kabupaten Asahan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apresiasi masyarakat perkebunan terhadap pendidikan formal anak serta nilai pendidikan yang terkandung di kalangan buruh penderes. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data dari lapangan melalui observasi, wawancara mendalam dan data sekunder melalui jurnal ilmiah, skripsi dan artikel lainnya yang sesuai dengan penelitian. Interpretasi data dilakukan dengan pengelolaan dari catatan maupun hasil wawancara setiap kali turun lapangan.
Hasil penelitian yang ditemukan dilapangan adalah Buruh penderes secara umum menilai pendidikan sangat penting pada anak minimal tingkat SMA karena buruh melihat pekerjaan saat ini memerlukan pendidikan terakhir minimal tingkat SMA seperti, bekerja menjadi buruh tetap di perkebunan saja harus memiliki ijazah tingkat SMA. Pendidikan anak di kawasan perkebunan dominan tingkat SMA dan perguruan Tinggi masih tergolong minim. Ada harapan buruh penderes terhadap anak yang memiliki pendidikan SMA untuk bekerja sebagai buruh tetap di perkebunan secara evolusi akan mengalami peningkatan bekerja dari buruh penderes menjadi mandordan krani. Diduga bahwa pendidikan tingkat SMA belum memberikan secara siginifikan terjadinya perluasan mobilitas sosial dalam pekerjaan dalam arti masih banyak keterbatasan peluang kerja pada pendidikan tingkat SMA. Sedangkan anak buruh yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi dengan mudah meningkatan pekerjaan yang lebih baik dengan penghasilan sangat baik ke kota karena besar peluang untuk memasuki kedudukan yang lebih tinggi di dunia pakerjaan. Dapat di percaya semakin tingginya pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang mengalami mobilitas sosial secara vertical. Begitu juga dengan anak yang putus sekolah akan mengalami mobilitas secara horizontal karena pendidikan yang dimiliki hanya menghantarkan anak pada perpindahan kedudukan masih sederajat bahkan sangat sulit untuk melakukan perpindahan status pekerjaan.
Kata Kunci: Apresisai Buruh Penderes, Nilai Pendidikan Pada Buruh Penderes