• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik di Wilayah Kerja Puskesmas Aek Goti Kabupaten Labuhanbatu Selatan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1. Defenisi Keluarga Berencana (KB)

Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2007).

KB menurut Undang-undang (UU) No.10 tahun 1992 dalam Arum dan Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera.

(2)

Keluarga Berencana menyajikan pilihan bagi pasangan yang ingin membatasi kesuburan mereka dengan beberapa metode yaitu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD), implant/susuk, tubektomi (MOW),vasektomi (MOP), pil, suntikan, kondom. Sasaran utama dalam pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, Dokter, Praktek Swasta, Bidan Praktek swasta dan Bidan Desa (Mulyani, 2013).

2.1.2. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011).

(3)

dilakukan dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ikut Keluarga Berencana. Sementara itu penduduk yang belum memasuki usia subur (Pra-Subur) diberikan pemahaman dan pengertian mengenai keluarga berencana (Hartanto, 2007).

2.1.3 Manfaat Keluarga Berencana

Mamfaat Keluarga Berencana adalah untuk meningkatkan dan perluasan cakupan pelayanan kontrasepsi, penghematan biaya, baik bagi program Keluarga Berencana maupun bagi Klien (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.2. Kontrasepsi

2.2.1. Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti “melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma (Hartanto, 2007).

(4)

beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. (2) Cara permanen, yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen.

Menurut Saifuddin (2006), tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah: Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Terjangkau harganya oleh masyarakat. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya.

2.2.2. Jenis-jenis Kontrasepsi

Memilih alat kontrasepsi menurut Handayani (2010), berdasarkan pertimbangan efektifitasnya tinggi, tidak menimbulkan efek samping, daya kerjanya dapat diatur sesuai kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan hubungan seksual, mudah digunakan, dan harganya terjangkau. Seperti kita tahu, ada begitu banyak alat kontrasepsi. Secara garis besar, kontrasepsi itu dibagi dalam tiga bagian besar yaitu kontrasepsi mekanik, hormonal, dan kontrasepsi mantap (Handayani, 2010).

1. Kontarsepsi Mekanik, seperti kondom, diafragma, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), spermisida

(5)

2.3. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi Suntikan adalah hormon yang diberikan secara injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan (Mulyani, 2013). Kontrasepsi suntik adalah salah satu metode mencegah kehamilan yang saat ini banyak digunakan di negara-negara berkembang. Kontrasepsi suntik bekerja mengentalkan lendir rahim sehingga sulit untuk ditembus oleh sperma untuk pembuahan. Alat Kontrasepsi ini juga mencegah sel telur menempel kedinding rahim sehingga proses kehamilan bisa dicegah.

Kontarsepsi suntik di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer. Kontrasepsi yang digunakan adalah long-action progestin, yaitu Noretisteron enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi progesteron acetat (DMPA) dengan nama dagang Depoprovera dan Cyclofem. Kontrasepsi suntik telah dipakai oleh hampir semua wanita usia subur yang sehat dan tidak ingin hamil. Jadi kontrasepsi suntik merupakan pilihan yang tepat untuk ibu (BKKBN, 2009).

(6)

penyuntikan ialah secara intramuskular dalam, di daerah muskulus gluteus maksimus atau deltoideus (Siswosudarmo, 2001).

Klasifikasi kontrasepsi suntik:

Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia menurut (Handayani, 2010) adalah :

1. Yang hanya mengandung hormon progestin.

a. Depo medroksiprogesteron asetat, mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan.

b. Depo noretisteron enantat, mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan suntikan intramuskular.

2. Kontrasepsi Kombinasi

Depo estrogen-progesteron yaitu jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 250 mg Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Cypionate.

Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1 % (Yuhedi & Kurniawati, 2014).

2.3.1 Keuntungan Kontrasepsi Suntik

(7)

yaitu: Sangat efektif, karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada pertumbuhan serta perkembangan bayi. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Penggunaan jangka panjang, sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. Dapat digunakan oleh perempuan usia> 35 tahun.

Keuntungan yang lain menurut Pinem (2009) metode kontrasepsi suntik adalah metode kontrasepsi hormonal efektif mencegah kehamilan hingga 99%, memberikan kenyamana kepada pasangan suami istri, karena dengan 1 kali suntikan anda tidak perlu memikirkan kontrasepsi selama 1 sampai 3 bulan, sesuai dengan jenis suntik KB yang anda pilih, kehamilan bisa anda dapatkan kembali setelah menghentikan penggunaan KB suntik.

2.3.2 Efek Samping Kontrasepsi Suntik

(8)

pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium.

Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain.

(9)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan baik di indonesia maupun di luar negeri belum pernah dilaporkan adanya efek samping atau komplikasi yang berat akibat pemakaian suntik KB (BKKBN, 2008). Dan ditambahkan lagi menurut Siswosudarmo (2001) sampai saat sekarang kontrasepsi suntik tidak terdapat bukti mempunyai resiko efek samping yang lebih besar dibanding kontrasepsi lainnya.

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin ialah usia reproduksi, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi, menyusui, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen. Dan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Progestin adalah hamil atau dicurigai hamil, Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea, menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, diabetes melitus disertai komplikasi.

Dan yang diperbolehkan untuk menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah usia reproduksi, telah memiliki anak, ataupun yang belum

(10)

menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui dan anemia. Dan yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan Kombinasi adalah hamil atau diduga hamil, menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, penyakit hati akut, usia > 35 tahun, riwayat penyakit jantung, strook atau dengan tekanan darah tinggi (180/120 mmHg), riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun, kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain dan keganasan pada payudara (Saifuddin, 2006).

2.3.4 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntik

Mencegah ovulasi, kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar

follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan

(11)

sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.

Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tubafallopi. (Prawirohardjo, 2005). Efektifitas kontrasepsi ini sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan (Handayani, 2010).

2.3.5 Waktu Pemberian Kontrasepsi Suntik

(12)

Waktu pemberian kontrasepsi suntik adalah pada pasca persalinan yaitu segera ketika masih di rumah sakit dan jadwal suntikan berikutnya dan pasca abortus yaitu segera setelah perawatan dan jadwal waktu diperhitungkanInterval yaitu hari kelima menstruasi dan jadwal diperhitungkan (Siswosudarmo, 2001).

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingginya Pemakaian Alat

Kontrasepsi Suntik

Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk dibatasi karena prilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya prilaku manusia dapat di lihat dari 3 aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi prilaku manusia. Secara lebih terperinci prilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, pendidikan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

(13)

2.4.1. Faktor- faktor Predisposisi

Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud dalam sikap, pendidikan, sosial budaya, umur dan sebagainya.

1. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan makna konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Allport, (1954 dikutif dari Notoadmojdo, 2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : 1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, 2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, 3) kecenderungan untuk bertindak.

(14)

Tingkatan sikap menurut Azwar (2005) ada 4 tingkatan yaitu: Menerima (Receiving) menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulasi yang diberikan. Merespon (Responden) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko.

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmodjo, 2003).

(15)

Semakin tinggi tingkat pendidikan wanita akan semakin mudah berperan dalam menyukseskan program keluarga berencana (KB), sehingga wanita mempunyai andil dalam mengatur dan mengendalikan angka kelahiran karena, tingkat pendidikan seseorang secara tidak langsung dapat mengubah pandangan mengubah jumlah anggota keluarga yang ideal serta kesanggupan menanggung biaya untuk keluarga (BKKBN, 2013). Pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemakaian kontrasepsi. Berkaitan dengan informasi yang mereka terima dan kebutuhan untuk menunda atau membatasi jumlah anak. Wanita yang berpendidikan kecenderungan lebih sadar untuk menerima program Keluarga Berencana (BKKBN, 2005).

3. Sosial Budaya

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu’ socius’ yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama (Salim, 2007). Sosial juga merupakan suatu tatanan dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu (Ibrahim, 2006).

(16)

menggalakkan partisipasi masyarakat dalam gerakan KB, yang dilakukan melalui jalur sosial budaya terutama melalui peranan tokoh masyarakat. Pilihan atas pemakaian jenis kontrasepsi pada umumnya masih berdasarkan selera calon akseptor disamping pertimbangan kondisi kesehatan dari calon akseptor yang bersangkutan. Dan selera seseorang terhadap jenis kontrasepsi tertentu, banyak ditentukan oleh pengetahuan seseorang mengenai jenis kontrasepsi (BKKBN, 2011).

Menurut BKKBN (2010) pada saat ini norma keluarga kecil sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi kebanyakan keluarga. Di indonesia data nilai anak untuk menunjukkan bahwa program KB memang dibutuhkan oleh masyarakat, disamping menunjukkan kemandirian juga harus diupayakan peningkatan kualitas generasi mendatang. Dalam kondisi keuangan negara yang makin terbatas maka pemerintah dapat lebih memfokuskan permasalahan pada keluarga miskin. Kemiskinan dan kemunduran sosial budaya adalah aspek-aspek yang menjadi tantangan berat bagi pembangunan. Disisi lain program KB ditandai semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam ber KB, sehingga KB perlu dijadikan upaya penting untuk memiliki anak ideal, menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas.

(17)

4. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan hidup, nyawa (KBBI Modern, 2004). Berdasarkan penelitian BKKBN pusat pada tahun (2008) persentasi terbesar peserta KB terletak pada kelompok umur 20-35 tahun sebesar 50%, disusul kelompok umur>35 tahun sebanyak 31% dan <20 tahun 11%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa peserta KB terbesar berumur di bawah 35 tahun.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang muda. Sasaran keluarga berencana yaitu pasangan usia subur (PUS) , yaitu pertama, PUS yang berusia di bawah 20 tahun, untuk penundaan kehamilan. Kedua, PUS yang berusia antara 20-30 tahun, untuk mengatur kehamilan/kesuburan. Ketiga, PUS yang berusia di atas 30 tahun, untuk mengakhiri kehamilan/kesuburan (Bakar, 2014).

(18)

tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasangan usia subur yang belum terpenuhi pilihan jenis kontrasepsi yang sesuai.

2.4.2. Faktor-faktor Pendukung

Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, dan metode kontrasepsi itu sendiri.

Fasilitas pelayanan keluarga berencana adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan pelayanan kontrasepsi metode sederhana (kondom), Pil, Suntik, AKDR/IUD bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih, upaya penanggulangan efek samping, komplikasi ringan dan upaya rujukan.

Ekonomi merupakan aktivitas-aktifitas yang dilakukan oleh manusia dalam memproduksi maupun memperoleh barang dan jasa untuk memenuhi kehidupannya (Rofiq, 2014).Prevalensi penggunaan kontrasepsi di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling rendah masih jauh tertinggal dibandingkan di kalangan perempuan dengan tingkat kesejahteraan paling tinggi. Kelompok dengan tingkat kesejahteraan tinggi cenderung memakai metode kontrasepsi jangka panjang IUD/AKDR dan metode operatif, yang tingkat efektifitasnya cukup tinggi.

(19)

dengan pembebasan biaya untuk pelayanan, terutama pada fasilitas pelayanan swasta. Oleh karena itu penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah masih mengeluarkan uang untuk membayar pelayanan KB.

2.4.3. Faktor-faktor Pendorong

Faktor pendorong terwujud terjadinya perubahan sikap dan prilaku kesehatan adalah pertama suami. Idealnya pengguna kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan sehingga kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Dalam penggunaan kontrasepsi pria seperti kondom, pantang berkala, atau vasektomi, suami mempunyai tanggung jawab utama. Sementara bila istri sebagai pengguna kontrasepsi suami dapat memainkan peran penting dalam mendukung istri dan menjamin efektifitas pemakaian kontrasepsi. Suami istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode kontrasepsi karena KB dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria dan wanita saja (BKKBN, 2008)

(20)

Akhirnya beberapa wanita memilih menggunakan kontrasepsi tanpa sepengetahuan pasangannya. Hasil study menunjukkan bahwa 65% wanita menginginkan peran pria/suami yang lebih besar dalam pemilihan metode kontrasepsi dan 75% menginginkan peran pria yang lebih besar dalam ensuring kontrasepsi yang selalu digunakan (BKKBN, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Ada indikasi nyata terjadinya hubungan yang bersifat negatif antara kandungan besi pada beras dengan daya cerna secara in vitro.Terdapat perbedaan persentase fraksi protein

Berdasarkan Tabel 11 hasil Uji Parsial (t) menyatakan bahwa Word Of Mouth secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Meminjam Kredit

Ha: There are differences in the disclosure of carbon emissions before and after the enactment of Indonesia Act No. 17 of 2004 concerning the ratification of Kyoto Protocol To

Dengan demikan pada penelitian ini bermaksud untuk membuat media promosi melalui video yang harapkan bermanfaat dan membantu untuk Fave hotel LTC Glodok Jakarta

Pemesanan sepeda motor secara on-line dibuat dengan tujuan agar setiap orang yang menggunakan internet yang ingin memesan sepeda motor built-up dapat memesan dengan cepat tanpa

Kata basyar dapat juga diartikan sebagai makhluk biologis. Tegasnya memberi pengertian. kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, seksual dan

Tindakan pelajar ini juga secara tidak langsung menunjukkan bentuk penyelesaian masalah menggunakan pengantaraan bahasa Melayu sebagai objek kawalan, dan Google Translate

Tujuan dari penelitian ini dalah untuk menguji pengaruh langsung antara profitabilitas , pertumbuhan dan ukuran perusahaan serta pengaruh tidak langsung dengan