• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Keakuratan Terjemahan Pada Subtitle Film “Sang Penari” Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Penerjemahan Dan Tingkat Keakuratan Terjemahan Pada Subtitle Film “Sang Penari” Chapter III V"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk penerjemahan yang mengkaji teknik penerjemahan dan tingkat keakuratan penerjemahan yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu data berupa kata-kata, bukan angka-angka yang digunakan untuk menggambarkan objek yang diteliti secara alamiah. Angka-angka yang digunakan dimaksudkan untuk mempertajam temuan penelitian dalam menghitung jumlah terjadinya teknik penerjemahan yang dominan digunakan dan tingkat keakuratan penerjemahannya.

3.2 Data dan Sumber Data

(2)

lebih mudah. Film ini memiliki nilai budaya Jawa yang sangat kental, khususnya Jawa Tengah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:

1. Mendengarkandan mengamati seluruh ujaran dan subtitle film “Sang Penari”. 2. Mencatat seluruh ujaran dan subtitle film tersebut dengan rapi.

3. Memberi tanda dan menomori setiap data penelitian.

4. Menyandingkan kalimat-kalimat antara BSu dan BSa, lalu menganalisis teknik penerjemahan yang digunakan.

5. Mengukur tingkat keakuratan hasil penerjemahnnya.

Berdasarkan teknik-teknik pengumpulan data di atas diperoleh 665 data, kemudian dari data tersebut diambil 20% sebagai sampling dengan mengambil rentang 5 (lima) sesuai dengan nomor urut data. Dari hasil sampling tersebut diperoleh data sebanyak 133 data.

3.4 Teknik Analisis Data

(3)

Dalam bentuk diagram, analisis data dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Bagan 3.1: Model Proses Analisis Interaktif (Miles dan Huberman, 1994: 23)

Berdasarkan analisis interaktif Miles dan Huberman, 1994: 23, dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa kalimat, klausa, frasa, kata dan morfem yang terdapat pada subtitle film “Sang Penari”. Pada subtitle tersebut data yang dianalisis direduksi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi model dan teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, setelah itu data disajikan dalam bentuk bahasa dan peneliti menyimpulkan hasil dari penelitian tersebut.

Berikut ini adalah contoh data yang dikutip dari beberapa kalimat yang terdapat pada cuplikan singkat film “Sang Penari”.

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

(4)

BSu (Bahasa Jawa) BSa (Bahasa Inggris)

Angger kowe seng ngaku ‘dadi’ dukun “ronggeng”, silahkan datang.

(Kalau kamu masih merasa sebagai dukun ronggeng, silahkan datang)

And if you still consider yourself ‘to

be’ a “ronggeng” teacher, then

please come.

(5)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengantar

Bab IV pada penelitian ini berisikan tentang pendeskripsian hasil penelitian yang diawali dengan analisis data dalam penerjemahan yang didasari oleh penerjemahan data bahasa sumber (BSu) menjadi bahasa sasaran (BSa) berupa subtitle film. Selanjutnya, pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada temuan yang terkait dengan dampak teknik penerjemahan yang digunakan terhadap kualitas penerjemahan yang dihasilkan.

Data keseluruhan berjumlah 665 peneliti memilih 133 data secara acak sebagai data sampling yaitu berupa ujaran dan subtitle yang dibandingkan. Sebagian data yang dianalisis akan ditampilkan pada bab IV dan selebihnya akan dilampirkan pada bagian lampiran. Peneliti menjelaskan analisis data berdasarkan keterwakilan dari teknik-teknik terjemahan yang digunakan. Dalam penelitian ini perlu dijelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan teknik penerjemahan, setelah itu barulah dapat diidentifikasi temuan dari pembahasan tersebut.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Teknik Penerjemahan

(6)

diterjemahkan dengan menerapkan dua (kuplet), tiga (triplet), empat (kuartet), dan lima (kuintet) teknik penerjemahan sekaligus. Dari data sumber yang dianalisis, teridentifikasi sebanyak 56 (42,10%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan tunggal, 47 (35,34%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuplet, 23 (17,30%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, 5 (3,76%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuartet, dan 2 (1,50%) data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuintet.

4.2.1.1 Teknik Penerjemahan Tunggal

Teknik penerjemahan tunggal merujuk pada penerapan satu teknik semata dalam menerjemahkan data penelitian ini baik yang berwujud kata, frasa, klausa, dan kalimat dari BSu ke dalam BSa. Dalam penelitian ini terdapat 5 teknik penerjemahan tunggal yang digunakan, yaitu teknik harfiah, generalisasi, modulasi, amplifikasi dan peminjaman murni.

Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan Tunggal

Teknik Varian Teknik Tunggal Jumlah Tunggal 1. Harfiah

2. Generalisasi 3. Modulasi 4. Amplifikasi

5. Peminjaman Murni

39 10 5 1 1

(7)

4.2.1.1.1 Teknik Harfiah

Teknik literal merupakan teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan suatu ungkapan secara harfiah. Teknik ini mempersyaratkan pemadanan leksikal yang masih terikat dengan BSu tetapi susunan leksikal yang membentuk suatu ungkapan sudah disesuaikan dengan kaidah BSa.

Di dalam teknik penerjemahan tunggal terdapat 39 data BSu yang diterjemahkan ke dalam BSa dengan menerapkan taknik harfiah.

Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah :

Data 16

BSu : Halo Prepti, Srintil nandi?

(Halo Prepti, Srintil dimana?)

BSa : Hello Prepti, where’s Srintil?

Pada analisis data di atas dapat diketahui bahwa penerjemahan BSu ke BSa menggunakan teknik penerjemahan harfiah karena hasil penerjemahan tidak mengalami perubahan baik secara struktural maupun dari segi maknanya.

4.2.1.1.2 Teknik Generalisasi

(8)

Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan generalisasi :

Data 6

BSu: Sedulur sedulur.

(Saudara saudara)

BSa: Ladies and Gentleman.

Pada analisis data di atas dapat diketahui bahwa teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik generalisasi, hal tersebut dapat dilihat dari perubahan kata ‘sedulur-sedulur’ pada BSu menjadi ‘ladies and gentleman’ menjelaskan lebih detail pada BSa karena dalam hal ini penerjemahn bentuk bahasa tersebut mengambil istilah umum ke dalam tatanan BSa nya.

4.2.1.1.3 Teknik Modulasi

Modulasi atau modulation merupakan teknik penerjemahan dimana penerjemah mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Di dalam teknik penerjemahan tunggal terdapat 5 data yang diterjemahkan dengan teknik modulasi. Berikut ini adalah salah satu analis data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi :

Data 301

BSu: Berapa keluarga kau?

(9)

Pada analisis data di atas dapat dikategorikan bahwa data tersebut termasuk ke dalam data yang diterjemahkan dengan menggunakan teknik penerjemahan modulasi, hal tersebut dapat dilihat dari penerjemahan yang berubah struktur bentuk atau sudut pandang kalimat antara BSu dan BSa.

4.2.1.1.4 Teknik Amplifikasi

Amplifikasi (amplification) adalah teknik penerjemahan dimana mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini sama dengan eksplisitasi, penambahan, parafrase ekslifatif. Catatan kaki merupakan bagian dari amplifikasi.

Amplifikasi merujuk pada pelebaran atau pemaparan informasi yang implisit pada BSu yang dipaprkan pada BSa. Di dalam teknik penerjemahan tunggal teridentifikasi 1 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik amplifikasi.

Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik amplifikasi:

Data 211

BSu : Arep...

(Mau...)

BSa : I’m here to...

(10)

4.2.1.1.5 Teknik Peminjaman Murni

Peminjaman (borrowing) adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari Bsu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure), alamiah (naturalized). Peminjaman murni merujuk pada peminjaman kata atau ungkapan BSu secara utuh tanpa disertai dengan penyesuaian pelafalan. Misalnya kata hardisk dalam teks BSu tetap dipertahankan dalam teks BSa.

Peminjaman murni merujuk pada peminjaman kata atau ungkapan BSu secara utuh tanpa disertai dengan penyesuaian pelafalan. Di dalam teknik penerjemahan tunggal terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan murni.

Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik peminjaman murni:

Data 326

BSu : Nyai...

BSa : Nyai...

Pada analisis data di atas dapat diketahui bahwa kata ‘nyai’ pada BSu tetap diterjemahkan ‘nyai’ pada BSa. Hal tersebut dilakukan karena dalam bahasa asing tidak ada istilah umum yang dapat digunakan untuk menggantikan kata ‘nyai’ tersebut, sehingga kata tersebut tetap digunakan pada BSa.

4.2.1.2 Teknik Penerjemahan Kuplet

(11)

teknik penerjemahan yang dimaksudkan adalah perpaduan antara harfiah dan penambahan, harfiah dan pengurangan, harfiah dan generalisasi, harfiah dan transposisi, harfiah dan peminjaman murni, harfiah dan amplifikasi, harfiah dan modulasi, modulasi dan penambahan, modulasi dan pengurangan, transposisi dan penambahan, dan transposisi dan pengurangan.

Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan Kuplet

Teknik Varian Teknik Kuplet Jumlah Kuplet 1. Harfiah + Penambahan

2. Harfiah + Penghilangan 3. Harfiah + Generalisasi 4. Harfiah + Transposisi

5. Harfiah + Peminjaman Murni 6. Harfiah + Amplifikasi

7. Harfiah + Modulasi 8. Modulasi +Penambahan 9. Modulasi +Penghilangan 10. Transposisi + Penambahan 11. Transposisi + Penghilangan

18

4.2.1.2.1 Teknik Harfiah + Penambahan

(12)

penyesuaian susunan kata berdasarkan kaidah yang berlaku pada BSa. Hal itu tampak pada salah satu analisis data berikut ini:

Data 71

BSu : Aku ini sudah lama tidak nabuh gendang.

BSa :But the thing is

Pada salah satu analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penambahan klausa‘but the thing is’ pada BSa.

, I haven’t played the drum for a long time.

4.2.1.2.2 Teknik Harfiah + Penghilangan

Di dalam penelitian ini terdapat 6 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik harfiah dan penghilangan. Teknik penghilangan merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan tujuan untuk menyederhanakan kalimat namun tetap mempertahankan makna. Berikut ini adalah salah satu analis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan penghilangan :

Data 256

BSu : Ora apa-apa, tenang baelah (Tidak apa-apa, tenang saja)

.

(13)

Pada salah satu analisis data di atas dapat dilihat bahwa klausa ‘tenang baelah’ pada BSu tidak ditemukan pada BSa. Namun hal tersebut tidak merubah makna dan masih berterima untuk mewakili ujaran pada BSu.

4.2.1.2.3 Teknik Harfiah + Generalisasi

Di dalam penelitian ini teridentifikasi 5 data sasaran yang dihasilkan melalui penerapan perpaduan dari teknik harfiah dan teknik generalisasi. Data yang termasuk kategori ini pada dasarnya didominasi oleh penerapan teknik harfiah yang ditunjukkan oleh penyesuaian susunan kata berdasarkan kaidah yang berlakudi dalam BSa. Hal itu tampak pada salah satu analisis data berikut ini:

Data 161

BSu : Kabeh wong wes podo ngompol arep ndelok wong njoget

(Semua orang sudah pada ngumpul mau lihat orang menari) .

BSa: The whole village went outto watch Srintil perform

Pada salah satu analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penerjemahan generalisasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan ‘wong njoget’ pada BSu menjadi ‘Srintil perform’pada BSa.

(14)

4.2.1.2.4 Teknik Harfiah + Transposisi

Perpaduan dua teknik penerjemahan, yaitu teknik harfiah dan teknik transposisi terjadi pada 5 data. Data yang termasuk kategori ini pada dasarnya didominasi oleh penerapan teknik harfiah yang ditunjukkan oleh penyesuaian susunan kata berdasarkan kaidah yang berlaku pada BSa. Hal itu tampak pada salah satu analisis data berikut ini:

Data 236

BSu : Semuanya terkendali

BSa : Everything is

.

under control

Pada salah satu analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penerjemahan transposisi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘terkendali’ pada BSu berubah menjadi frasa ‘under control’ pada BSa.

.

4.2.1.2.5 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni

Teknik harfiah merupakan teknik yang paling umum diterapkan jika struktur BSu dan BSa berbeda. Di dalam penelitian ini terdapat 4 data yang diterjemahkan dengan varian teknik harfiah dan peminjaman murni. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan teknik peminjaman murni:

Data 21

(15)

(Saya mau kasih bongkrek juga)

BSa : I’ll give him some bongkrek too.

Pada salah satu analisis data di atas perpaduan teknik penerjemahan harfiah dan peminjaman murni digunakan karena susunan gramatikal pada BSu dan BSa sasaran tidak berubah dan begitu juga dengan maknanya. Teknik peminjaman murni juga dgunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘bongkrek’ pada BSu dan BSa.

4.2.1.2.6 Teknik Harfiah + Amplifikasi

Teknik harfiah merupakan teknik yang paling umum diterapkan jika struktur BSu dan BSa berbeda. Dalam banyak kasus, teknik harfiah ini disertai dengan penghilangan sebagai upaya untuk menghasilkan kalimat terjemahan yang efektif atau jika informasi yang dihilangkan itu dipandang tidak penting. Akan tetapi, dalam penelitian ini teridentifikasi data yang diterjemahkan secara harfiah dan di dalamnya terdapat penghilangan informasi penting. Di dalam penelitian ini terdapat 3 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik harfiah dan amplifikasi. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan teknik amplifikasi:

Data 111

BSu : Ya eyang Secamenggala, iya.

BSa : Yeah ‘grandfather’ Secamenggala, I know that.

(16)

dilihat dari penerjemahan kata ‘iya’ pada BSu menjadi ‘I know that’ pada BSa yang bertujuan untuk memberikan informasi implisit yang terdapat pada BSu.

4.2.1.2.7 Teknik Harfiah + Modulasi

Di dalam penelitian ini terdapat 1data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemhan kuplet dengan varian teknik harfiah dan modulasi. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah dan teknik modulasi:

Data 406

BSu : Kang Bakar, Kang Karya, soal papan nama dan gambar tidak usah dipikirin bener.

BSa : Bakar, Karya, about the signboard and pictures, I don’t think they’ll be the problem.

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik modulasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari perubahan struktur kalimat atau sudut pandang kalimat pada penerjemahan klausa ‘gak usah dipikirin bener’ pada BSu menjadi ‘I don’t think they’ll be the problem’ pada BSa.

4.2.1.2.8 Teknik Modulasi + Penambahan

(17)

salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi dan teknik penambahan:

Data : 151

BSu : Kopine iki?

(Kopinya ini?)

BSa : Is this coffee mine

Pada data di atas, teknik penerjemahan yang digunakan pada data di atas teknik modulasi yang dapat dilihat dari perubahan struktur kalimat atau sudut pandang kalimat anatar BSu dan BSa; teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penambahan kata ‘mine’ pada BSa yang tidak terdapat pada BSu.

?

4.2.1.2.9 Teknik Modulasi + Penghilangan

Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik modulasi dan penghilangan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi dan penghilangan :

Data 506

BSu : Ya

BSa :You can’t blame it all on Srintil.

jangan Srintil tok yang disalahkan.

(18)

anatar BSu dan BSa; teknik penghilangan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘ya’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa.

4.2.1.2.10 Teknik Transposisi + Penambahan

Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik transposisi dan penambahan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan transposisi dan penambahan:

Data 656

BSu : Lihat.

BSa :Look at that.

Pada data di atas, teknik penerjemahan yang digunakan pada data di atas teknik transposisi yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘lihat’ pada BSu berubah menjadi frasa ‘look at’ pada BSa; teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘that’ pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu.

4.2.1.2.11 Transposisi + Penghilangan

Di dalam penelitian ini terdapat 1 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet dengan varian teknik transposisi dan penghilangan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan transposisi dan penghilangan:

Data 156

(19)

BSa : That’s right.

Pada data di atas, teknik penerjemahan yang digunakan pada data di atas teknik transposisi yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘iya’ pada BSu berubah menjadi frasa ‘that’s right’ pada BSa; teknik penghilangan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘Sus’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa.

4.2.1.3 Teknik Penerjemahan Triplet

Teknik penerjemahan triplet merujuk pada perpaduan tiga teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan suatu frasa, atau kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 23 varian dari teknik penerjemahan triplet tersebut.

Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan Triplet

Teknik Varian Teknik Triplet Jumlah

Triplet 1. Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan 2. Harfiah + Generalisasi + Penambahan 3. Harfiah + Penambahan + Amplifikasi 4. Harfiah + Transposisi + Penambahan 5. Harfiah + Penambahan + Penghilangan 6. Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni 7. Harfiah + Penambahan + Reduksi

8. Harfiah + Generalisasi + Penghilangan 9. Harfiah + Deskripsi + Penghilangan 10. Harfiah + Penambahan + Modulasi 11. Harfiah + Penghilangan + Reduksi 12. Harfiah + Penghilangan + Amplifikasi 13. Harfiah + Peminjaman Murni + Transposisi 14. Harfiah + Amplifikasi + Reduksi

15. Harfiah + Generalisasi + Transposisi

(20)

4.2.1.3.1 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan

Perbedaan struktur antara bahasa Jawa sebagai BSu dan bahasa Inggris sebagai BSa mengharuskan penerjemah menerapkan teknik harfiah dalam menerjemahkan semua data dalam penelitian ini. Tujuannya adalah agar terjemahan yang dihasilkan dapat berterima bagi pembaca sasaran. Di samping itu juga menerapkan teknik peminjaman murni dan penambahan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik peminjaman murni, dan teknik penambahan:

Data 91

BSu : Kalau Kang Karteraja datang datang ya berarti bener Srintil bakal dadi ronggeng.

BSa : If Karteraja comes to her performance

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik peminjaman murni juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘ronggeng’ pada BSu dan BSa; dan teknik penambahan dapat dilihat dari klausa ‘to her performance’ pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu.

, that means Srintil will become a ‘ronggeng’.

4.2.1.3.2 Teknik Harfiah + Generalisasi + Penambahan

Pada bagian ini kasus yang terjadi adalah ditemukannya penggunaan tiga teknik penerjemahan dalam satu data kalimat. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik generalisasi, dan teknik penambahan:

Data 396

(21)

BSa: Now

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘now’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik generalisasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘completely’ pada BSa yang tidak mewakili frasa ‘nggak main-main’ pada BSu.

that’s ‘completely’ against tradition.

4.2.1.3.3 Teknik Harfiah + Penambahan + Amplifikasi

Perbedaan antara struktur bahasa Jawa dengan bahasa Inggris mengharuskan penerjemah melakukan penyesuaian struktur. Disamping itu juga dilakukan pergeseran-pergeseran kategori. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penambahan, dan teknik amplifikasi :

Data 106

BSu : Tidak main-main.

BSa : This isn’t a child’s game

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘you know’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik amplifikasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘tidak main-main’ pada BSu yang diterjemahkan menjadi ‘this isn’t a child’s game’ pada BSa yang menunjukkan pelebaran makna atau pemaparan informasi implisit yang terdapat pada BSu.

(22)

4.2.1.3.4 Teknik Harfiah + Transposisi + Penambahan

Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan oleh penerjemah, yang juga dipadukan dengan teknik transposisi dan teknik penambahan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik transposisi, dan teknik penambahan :

Data 179

BSu :Mandi, pakai

BSa :

seragam ini.

Wash up, ‘then’put on

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik transposisi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘mandi’ pada BSu menjadi frasa ‘wash up’ pada BSa dan kata ‘pakai’ pada BSu menjadi ‘put on’ pada BSa; dan teknik penambahan juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘then’ pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu.

this uniform.

4.2.1.3.5 Teknik Harfiah + Penambahan + Penghilangan

Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan oleh penerjemah, yang juga dipadukan dengan teknik penambahan dan teknik penghilangan. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penambahan, dan teknik penghilangan :

Data 536

(23)

BSa : I for one think

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penambahan klausa ‘I for one think’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik penghilangan juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘sekarang’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa.

it’s time for Srintil to perform at the palace.

4.2.1.3.6 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni

Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan oleh penerjemah, yang juga dipadukan dengan teknik amplifikasi dan teknik peminjaman murni. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik amplifikasi, dan teknik peminjaman murni :

Data 141

BSu :Iki ronggenge si Dukuh Paruk.

(Ini ronggeng Dukuh Paruk)

BSa : I sing

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik amplifikasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘iki’ pada BSu diterjemahkan menjadi ‘I sing’ pada BSa yang bertujuan untuk memberikan informasi implisit yang terdapat pada BSu; dan teknik

(24)

peminjaman murni juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘ronggeng’ yang digunakan pada BSu dan BSa.

4.2.1.3.7 Teknik Harfiah + Penambahan + Reduksi

Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan oleh penerjemah, yang juga dipadukan dengan teknik penambahan dan teknik reduksi. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penambahan, dan teknik reduksi:

Data 176

BSu : Orang ora bakal lupa karo kematian biyungku gara-gara panganan tempe bongkrek.

(Orang-orang tidak akan lupa dengan kematian ibuku karena makan tempe bongkrek)

BSa : People here

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘here’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik reduksi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘caused’ pada BSa yang mewakili klausa ‘gara-gara panganan tempe bongkrek’ pada BSu yang sebenarnya berisi informasi yang penting. Namun perwakilan kata ‘caused’ mampu mewakili informasi penting yang ada pada BSu itu.

(25)

4.2.1.3.8 Teknik Harfiah + Generalisasi + Penghilangan

Perpaduan antara teknik harfiah, teknik generalisasi, dan teknik penghilangan juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik generalisasi, dan teknik penghilangan:

Data 186

BSu : ‘Terus’ kapan kita mau bukak kelambu

BSa : When are we going to hold the ‘

‘kang’?

deflowering ceremony

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik generalisasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘bukak kelambu’ pada BSu menjadi ‘deflowering ceremony’ pada BSa yang dianggap sebagai penyesuaian bahasa pada BSa; dan teknik penghilangan juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘terus’ dan ‘kang’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa.

’?

4.2.1.3.9 Teknik Harfiah + Deskripsi + Penambahan

Perpaduan antara teknik harfiah, teknik deskripsi, dan teknik penambahan juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik deskripsi, dan teknik penambahan :

Data 191

BSu : Terus sampean masih tetap minta pinjem emas?

(26)

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik deskripsi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘pinjem emas’ pada BSu menjadi ‘one gold ringgit coin’ pada BSa; dan teknik penambahan juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘for her’ pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu.

4.2.1.3.10 Teknik Harfiah + Penambahan + Modulasi

Perpaduan antara teknik harfiah, teknik penambahan, dan teknik modulasi juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penambahan, dan teknik modulasi :

Data 221

BSu : Pak tentara njaluk duite, ‘ora oleh tembakane’.

(Pak tentara beri kami uang, tidak boleh menembak)

BSa : Give some money Mr. Soldier, and

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘and’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik modulasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari perubahan struktur klausa ‘ora oleh tembakane’ pada BSu menjadi ‘we won’t shoot you in the butt’ pada BSa.

(27)

4.2.1.3.11 Teknik Harfiah + Penghilangan + Reduksi

Varian teknik triplet yang berwujud perpaduan antara teknik harfiah, teknik penghilangan, dan teknik reduksi juga ditemukan pada data penelitian. Dengan kata lain, data sumber yang diteliti diterjemahkan secara harfiah ke dalam BSa. Disebut demikian karena susunan kata dalam kalimat sasaran sudah disesuaikan dengan susunan kata dalam kalimat bahasa Indonesia. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penghilangan, dan teknik reduksi:

Data 226

BSu : Wes tak siapne kabeh, ana berase, ana kedelene, ‘wes tak gawake kabeh’.

(Sudah saya siapkan semua, ada berasnya, ada kedelainya, sudah saya bawakan semua)

BSa : Here the rice, soybeans, ‘everything’.

(28)

4.2.1.3.12 Teknik Harfiah + Penghilangan + Amplifikasi

Varian teknik triplet yang berwujud perpaduan antara teknik harfiah, teknik penghilanga, dan teknik amplifikasi juga diterapkan dalam menerjemahkan beberapa data sumber ke dalam BSa. Dengan kata lain, data sumber yang diteliti diterjemahkan secara harfiah ke dalam BSa. Disebut demikian karena susunan kata dalam kalimat sasaran sudah disesuaikan dengan susunan kata dalam kalimat bahasa Indonesia. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penghilangan, dan teknik amplifikasi:

Data 291

BSu : Balek ndesek

(Bangun dulu, nanti lagi di rumah)

‘mengko’ meneh nang ngomah.

BSa : ‘Now you can do it’ again at home.

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penghilangan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘balek ndesek’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa; dan teknik amplifikasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari klausa ‘now you can do it’ pada BSa yang mewakili frasa ‘balek ndesek’ pada BSu.

4.2.1.3.13 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Transposisi

(29)

data sumber yang diteliti diterjemahkan secara harfiah ke dalam BSa. Disebut demikian karena susunan kata dalam kalimat sasaran sudah disesuaikan dengan susunan kata dalam kalimat bahasa Indonesia. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik peminjaman murni dan teknik transposisi:

Data 316

BSu : Kamu kudune ngerti, kamu akan berhenti jadi ronggeng

BSa : You have to know that you will stop being a

kalau kamu ‘hamil’.

ronggeng

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik peminjaman murni juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘ronggeng’ pada BSu dan; dan teknik transposisi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘hamil’ pada BSu yang diterjemahkan menjadi frasa ‘ever get pregnant’ pada BSa.

if you ‘ever get

pregnant’.

4.2.1.3.14 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Reduksi

(30)

Data 451

BSu : Karena si bengal anak tentara yang ‘si penjual tempe bongkrek’ yang sudah bunuh anak sekampung.

BSa : What are you except the daughter of ‘the man’ who killed his fellow villagers.

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik amplifikasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan klausa ‘karena si bengal anak tentara’ pada BSu menjadi ‘what are you except the daughter’ pada BSa; dan teknik reduksi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari klausa ‘se penjual tempe bongkrek’ pada BSu diterjemahkan menjadi ‘the man’ pada BSa.

4.2.1.3.15 Teknik Harfiah + Generalisasi + Transposisi

Perpaduan antara teknik harfiah, teknik generalisasi, dan teknik transposisi juga ditemukan dalam penelitian ini. Berikut ini adalah salah satu analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik generalisasi, dan teknik transposisi:

Data 461

BSu : Aku akan coba ‘putuskan’tali asmara mereka.

BSa : Well I’ll doing to ‘break up’ her love affair.

(31)

dilihat dari penerjemahan kata ‘tali asmara’ pada BSu menjadi ‘love affair’ pada BSa; dan teknik transposisi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘putuskan’ pada BSu menjadi ‘break up’ pada BSa.

4.2.1.4 Teknik Penerjemahan Kuartet

Teknik penerjemahan kuartet merujuk pada perpaduan empat teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 4 varian dari teknik penerjemahan kuartet tersebut.

Tabel 4.4 : Teknik Penerjemahan Kuartet

Teknik Varian Teknik Kuartet Jumlah

Kuartet 1. Harfiah + Generalisasi + Transposisi + Penambahan

2. Harfiah + Penambahan + Transposisi + Peminjaman Murni

3. Modulasi + Amplifikasi + Penghilangan + Peminjaman Murni

4. Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni + Reduksi

4.2.1.4.1 Teknik Harfiah + Generalisasi + Transposisi + Penambahan

(32)

Data 76

BSu : Kalau nanti “endangnya” itu ‘pergi’, saya juga tahu.

BSa : And if the “dancing spirit” ‘should ever leave you’, I will know that too

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik generalisasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘endang’ pada BSu menjadi ‘dancing spirit’ pada BSa; teknik transposisi juga ditemukan pada data di atas dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘pergi’ pada BSa menjadi frasa ‘should ever leave’ pada BSa; dan teknik penambahan dapat dilihat dari kata ‘and’ dan ‘too’pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu.

.

4.2.1.4.2 Teknik Harfiah + Penambahan + Transposisi + Peminjaman Murni

Perbedaan antara struktur bahasa Jawa dengan bahasa Inggris mengharuskan penerjemah melakukan penyesuaian struktur. Disamping itu juga dilakukan pergeseran-pergeseran kategori. Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik penambahan, teknik transposisi dan teknik peminjaman murni:

Data 116

BSu : Anger kowe seng ngaku ‘dadi’ dukun “ronggeng”, silahkan datang.

(Kalau kamu masih merasa sebagai dukun ronggeng, silahkan datang)

(33)

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata‘yourself’ dan‘then’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik transposisi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘dadi’ pada BSu menjadi frasa‘to be’ pada BSa; dan teknik penerjemahan peminjaman murni ditemukan yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘ronggeng’ pada BSu dan BSa.

4.2.1.4.3 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni + Reduksi

Teknik harfiah merupakan teknik penerjemahan yang paling dominan digunakan oleh penerjemah, yang juga dipadukan dengan teknik amplifikasi, teknik peminjaman murni dan teknik reduksi. Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik amplikasi, peminjaman murni dan teknik reduksi:

Data 251

BSu : Kowe wes ngerti

(Harusnya kamu tahu, kalau mau jadi ronggeng harus buka kelambu) , wong ‘karep “ngronggeng” ya harus bukak kelambu’.

BSa : You know what it means

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik amplifikasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘ngerti’ pada BSu menjadi ‘know what it means’ pada BSa; teknik peminjaman murni juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘ronggeng’ yang

(34)

ditemukan pada BSu dan BSa; dan teknik reduksi juga ditemukan pada data yang dapat dilihat pada penerjemahan ‘karep ngronggeng ya harus bukak kelambu’ pada BSu menjadi ‘become a ronggeng dancer’ pada BSa.

4.2.1.4.4 Teknik Modulasi + Amplifikasi + Penghilangan + Peminjaman Murni

Teknik modulasi merupakan teknik penerjemahan yang merubah struktur penyusun kalimat atau sudut pandang kalimat antara BSu dan BSa. Dalam hal ini ditemukan penggunaan empat teknik penerjemahan yang terdiri dari teknik modulasi, teknik amplifikasi, penghilangan dan teknik peminjaman murni. Berikut ini adalah analisis data yang menggunakan teknik penerjemahan modulasi, teknik amplifikasi, teknik penghilangan, dan peminjaman murni:

Data 126

BSu : Aku moh males kebecikan, kebecikan “eyang” Secamenggala yang sudah jaga ‘Dukuh Paruk’ seisine.

(Aku tidak mau kena murka, kena murka eyang Secamenggala yang telah menjaga seluruh kampung Dukuh Paruk)

BSa : I want to pay back the kindness that’s been shown to me

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik modulasi yang dapat dilihat dari perubahan struktur kalimat atau sudut pandang antara BSu ‘aku moh males’menjadi ‘I want to pay back’ BSa, teknik amplifikasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘kebecikan’ pada BSu menjadi ‘the that “Eyan”g

(35)

kindness that’s been shown to me’ pada BSa; teknik penghilangan juga ditemukan pada data dapat dilihat dari kata ‘Dukuh Paruk; pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa; dan teknik peminjaman murni yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘eyang’ pada BSu dan BSa.

4.2.1.5 Teknik Penerjemahan Kuintet

Teknik penerjemahan kuintet merujuk pada perpaduan lima teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 3 varian dari teknik penerjemahan kuintet tersebut.

Tabel 4.5 : Teknik Penerjemahan Kuintet

Teknik Varian Teknik Kuintet Jumlah

Kwintet 1. Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan + Penghilangan + Amplifikasi

2. Harfiah + Penambahan + Generalisasi + Deskripsi + Peminjaman Murni

3. Harfiah + Amplifikasi + Modulasi + Penghilangan + Peminjaman Murni

1 1 1

Jumlah 3

4.2.1.5.1 Teknik Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan + Penghilangan + Amplifikasi

(36)

Data 81

BSu : (Tapi) kalau Srintil beneran jadi ‘ronggeng’, pasti bojoku yang akan “dapat perawannya”.

BSa : If Srintil really does become a ‘ronggeng’, I’m

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik peminjaman murni juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari kata ‘ronggeng’ yang digunakan pada BSu dan BSa; teknik penghilangan juga ditemukan pada data di atas dapat dilihat dari kata ‘tapi’ pada BSu yang tidak ditemukan pada BSa; teknik penambahan dapat dilihat dari kata ‘I am’ pada BSa yang tidak ditemukan pada BSu; dan teknik amplifikasi yang dapat dilihat dari klausa ‘dapat perawannya’ pada BSu menjadi ‘the one to deflower her’ pada BSa.

sure my husband will be “the one to

deflower her”.

4.2.1.5.2 Teknik Harfiah + Penambahan + Generalisasi + Deskripsi + Peminjaman Murni

(37)

Data 181

BSu : Kami sedulur-sedulur

(Kami saudara-saudara membawa sesajen sebagai tanda kecintaan kami kepada Srintil supaya menjadi ronggeng Dukuh Paruk)

, gowo ‘sesajen’ ngge tondo tresno ngge kanjeng putri Srintil men dadi (ronggeng) neng Dukuh Paruk.

BSa : We your family

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik penambahan juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘respect’ pada BSa yang tidak ditemukan di BSu; dan teknik generalisasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘sedulur-sedulur’ pada BSu menjadi frasa ‘your falily’ pada BSa; teknik penerjemahan deskripsi ditemukan yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘sesajen’ pada BSu menjadi ‘steamed rice’ BSa dan teknik penerjemahan peminjaman murni yang dapat dilihat dari penggunaan kata ‘ronggeng’ pada BSu dan BSa.

bring you ‘steamed rice’ as a sign of our love and “respect” for

you in the hopes that you will allow your granddaughter Srintil become the

(ronggeng) dancer of Dukuh Paruk.

4.2.1.5.3 Teknik Harfiah + Amplifikasi + Modulasi + Penghilangan + Peminjaman Murni

(38)

menggunakan teknik penerjemahan harfiah, teknik amplifikasi, teknik modulasi, teknik penghilangan dan teknik peminjaman murni:

Data 96

BSu : “Ya” kalau begitu

BSa : If

saya sudah tidak diperlukan lagi.

she is the (ronggeng) already

Pada analisis data di atas teknik penerjemahan yang digunakan adalah teknik harfiah yang dapat dilihat dari penerjemahan yang dilakukan sesuai dengan urutan dan tidak mengganti makna dari BSu, teknik amplifikasi juga digunakan pada data di atas yang dapat dilihat dari penerjemahan kata ‘begitu’ pada BSu menjadi ‘she is the ronggeng already’ pada BSa; teknik modulasi juga ditemukan pada data dapat dilihat dari penerjemahan klausa ‘saya sudah tidak diperlukan lagi’ pada BSu menjadi ‘then you don’t need me’ pada BSa; dan teknik penghilangan juga ditemukan pada data yang dapat dilihat pada kata ‘ya’ yang tidak ditemukan pada BSa dan teknik peminjaman murni yang dapat dilihat dari kata ronggeng yang digunakan pada BSu dan BSa.

, ‘then you don’t need me’.

(39)

Tabel 4.6 : Frekuensi Penggunaan Teknik Penerjemahan

No. Teknik

Penerjemahan

Varian Teknik

Tunggal Kuplet Triplet Kuartet Kwintet Jlh 1.

Berdasarkan frekuensi kemunculannya atau penggunaannya pada keseluruhan data penelitian ini diketahui bahwa 1) teknik harfiah memiliki 105 data, 2) teknik penambahan memiliki 39 data, 3) generalisasi memiliki 20, 4) teknik peminjaman murni memiliki 16 data, 5) teknik penghilangan memiliki 16 data, 6) teknik amplifikasi memiliki 12 data, 7) teknik modulasi memiliki 11 data, 8) teknik transposisi memiliki 10 data, 9) teknik reduksi memiliki 3 data, 10) teknik deskripsi memiliki 2 data, dan 11) teknik amplifikasi linguistik memiliki 1 data.

(40)

Diagram 4.1: Frekuensi Penggunaan Teknik Penerjemahan

Diagram di atas menunjukkan bahwa frekuensi kemunculan atau penggunaan teknik penerjemahan pada keseluruhan data penelitian ini yaitu 1) teknik Harfiah memiliki 105 data, 2) teknik Penambahan memiliki 39 data, 3) Generalisasi memiliki 20, 4) teknik Peminjaman Murni memiliki 16 data, 5) teknik Penghilangan memiliki 16 data, 6) teknik Amplifikasi memiliki 12 data, 7) teknik Modulasi memiliki 11 data, 8) teknik Transposisi memiliki 10 data, 9) teknik Reduksi memiliki 3 data, 10) teknik Deskripsi memiliki 2 data, dan 11) teknik Amplifikasi Linguistik memiliki 1 data.

(41)

Tabel 4.7: Orientasi Teknik Penerjemahan

Orientasi Teknik Penerjemahan Jumlah (N=235)

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu digunakan sebanyak 123 kali (52,34%) sedangkan frekuensi kemunculan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa adalah 112 kali (47,66%).

Hal tersebut dapat dilihat dari diagram orientasi teknik penerjemahan di bawah ini:

(42)

Diagram di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu digunakan sebanyak 123 kali (52,34%) sedangkan frekuensi kemunculan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa adalah 112 kali (47,66%).

4.2.2 Tingkat Keakuratan

4.2.2.1 Keakuratan Penerjemahan

Larson (1984: 6) mengemukakan bahwa “The underlying premise upon which the book is based is that the best translation is the one which (1) uses the normal language forms of the receptor language, (2) communicates as much as possible to the receptor languange speakers the same meaning that was understood by the speakers of the source language, (3) maintains the dynamics of the original source labguage text. Hal ini maksudnya adalah dalam memperoleh terjemahan yang terbaik adalah terjemahan tersebut (1) menggunakan bentuk-bentuk bahasa sasaran yang wajar, (2) menyampaikan sebanyak mungkin makna yang sama kepada penutur bahasa sumber, dan (3) mempertahankan dinamika teks bahasa sumber, artinya menyajikan terjemahan sedemikian rupa sehingga kesan dan respon yang diperoleh penutur asli bahasa sumber sama dengan kesan dan respon penutur bahasa sasaran ketika membaca atau mendengar teks terjemahan.

4.2.2.2 Terjemahan Akurat

(43)

teks BSu sudah akurat dengan pesan dalam teks BSa karena tidak ada banyak penambahan, penghilangan, atau perubahan makna. Dalam penelitian ini ada 90,97% data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang sudah akurat yaitu data yang terdapat pada dialog di bawah ini:

Data 251

BSu : Kowe wes ngerti, wong karep ngronggeng ya harus bukak kelambu.

(Harusnya kamu tahu, kalau mau jadi ronggeng harus buka kelambu)

BSa : You know what it means becaome a ronggeng dancer.

Data di atas dikategorikan kepada hasil penerjemahan tingkat ‘akurat’ karena makna yang terdapat pada BSu telah disampaikan secara tepat ke BSa tanpa menimbulkan makna yang ambigu atau makna yang baru.

Data 126

BSu : Aku moh males kebecikan, kebecikan eyang Secamenggala yang sudah jaga Dukuh Paruk seisine.

(Aku tidak mau kena murka, kena murka eyang Secamenggala yang telah menjaga seluruh kampung Dukuh Paruk)

BSa : I want to pay back the kindness that’s been shown to me that Eyang Secamenggala who watches over us here.

(44)

4.2.2.3 Terjemahan Kurang Akurat

Terjemahan yang kurang akurat merujuk pada terjemahan yang sebagian besar makna kata dan klausa bahasa sumber yang dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan yang mengganggu keutuhan makna. Apabila penyampaian makna dalam teks BSukurang akurat dengan makna dalam teks BSa dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna. Dalam penelitian ini ada 6,77% data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang kurang akurat yaitu data yang terdapat pada dialog di bawah ini:

Data 451

BSu : Karena si bengal anak tentara yang si penjual tempe bongkrek yang sudah bunuh anak sekampung.

BSa : What are you except the daughter of the man who killed his fellow villagers.

Data di atas dikategorikan kepada hasil penerjemahan tingkat ‘kurang akurat’ karena terdapat pergeseran makna yang disampaikan BSu pada BSa sehingga menimbulkan makna yang ambigu atau makna yang baru. Alternatif penerjamahan yang disarankan peneliti adalah ‘Because of the damn soldier of the bongkrek seller who killed the fellow villagers.

Data 461

BSu : Aku akan coba putuskan tali asmara mereka.

BSa : Well I’ll doing to break up her love affair.

(45)

yang ambigu atau makna yang baru. Alternatif penerjemahan yang disarankan peneliti adalah ‘I’m going to try to break up their love affair’.

Data-data di atas diterjemahkan secara kurang akurat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran karena penyampaian makna dalam teks bahasa sumber kurang akurat dengan makna dalam teks bahasa sasaran dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna.

4.2.2.4 Terjemahan Tidak Akurat

Terjemahan yang tidak akurat merujuk pada terjemahan yang makna kata dan klausa bahasa sumber yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam bahasa sasaran atau dihilangkan. Apabila makna dalam teks bahasa sumber tidak akurat dengan makna dalam teks bahasa sasaran. Dalam penelitian ini ada 2,26% data yang dideskripsikan memiliki keakuratan yang tidak akurat yaitu data yang terdapat pada dialog di bawah ini:

Data 216

BSu : Ya campur kene ya.

(Ya campur kemari)

BSa : Yeah, along with the others.

(46)

Data 481

BSu : Saya tidak tahu.

BSa : Is there a problem?

Data di atas dikategorikan kepada hasil penerjemahan tingkat ‘tidak akurat’ karena makna yang disampaikan BSu pada BSa bergeser sehingga menimbulkan makna yang ambigu atau makna yang baru. Alternatif penerjemahan yang disarankan peneliti adalah ‘I’m going to try to break up their love affair’.

Data-data di atas diterjemahkan secara tidak akurat dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran karena makna dalam teks bahasa sumber tidak akurat dengan makna dalam teks bahasa sasaran.

Berdasarkan penilaian keakuratan penerjemahan diperoleh data keakuratan terjemahan ujaran menjadi Subtitle pada film Sang Penari dipaparkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Tingkat Keakuratan Terjemahan Ujaran Menjadi Subtitle Pada Film “Sang Penari”.

No. Keakuratan Penerjemahan

Jumlah Persentase

1. Akurat 121 90,97 %

2. Kurang Akurat 9 6,77 %

3. Tidak Akurat 3 2,26 %

Jumlah 133 100 %

(47)

penyampaian makna dari teks Bsu ke teks Bsa. Untuk penerjemahan yang dianggap tidak akurat dalam penyampaian makna terdapat sebanyak 2,26 % data dalam teks BSu ke teks BSa. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa keakuratan terjemahan dalam ujaran menjadi Subtitle pada film “Sang Penari” adalah sudah akurat.

Berdasarkan penilaian keakuratan penerjemahan diperoleh data keakuratan terjemahan ujaran menjadi Subtitle pada film “Sang Penari” dipaparkan pada diagram berikut ini:

Diagram 4.3: Persentase Tingkat Keakuratan Pada Hasil Terjemahan Ujaran Menjadi Subtitle Pada Film “Sang Penari”

(48)

dalam BSa dan terjemahan terikat pada struktur BSu. Selanjutnya, 3 data dinyatakan tidak akurat dengan persentase sebesar 2,26%, karena makna dalam BSu tidak disampaikan dengan tepat atau pesan pada BSa tidak mewakili teks yang terdapat pada BSu. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil terjemahan terikat pada struktur BSu dan ada gaya bahasa dan konteks budaya yang tidak dijumpai dalam penutur BSa. Seperti yang dinyatakan oleh Nababan (2004:61), bahwa penyampaian makna secara akurat merupakan hal yang sangat penting dalam mendapatkan terjemahan yang baik. Namun, pemilihan kata, penambahan serta penghilangan yang dilakukan oleh penerjemah mengakibatkan pesan dalam BSu disampaikan tidak akurat pada BSa.

(49)

dengan teks sumber. Penggantian sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal ata struktural. Dalam penelitian ini, penggunaan teknik modulasi diterapkan pada 5 data ujaran. Teknik penerjemahan tunggal berikutnya adalah teknik penerjemahan amplifikasi. Teknik amplifikasi adalah teknik yang mengeksplisitkan suatu informasi yang implisit dalam BSu dengan cara memparafrasekan. Penerapan teknik amplifikasi ini ditandai oleh adanya perubahan dari yang tersirat menjadi tersurat. Selain itu, penggunaan teknik ini ditandai oleh adanya penambahan informasi, yang pada dasarnya tidak ada dalam teks BSu. Penambahan informasi tersebut dimaksudkan untuk memperjelas suatu konsep terutama jika kata BSu tidak mempunyai padanan dalam BSa. Dalam penelitian ini, penggunaan teknik amplifikasi diterapkan pada 1 data ujaran. Selanjutnya teknik penerjemahan tunggal yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik penerjemahan peminjaman murni. Teknik penerjemahan peminjaman murni merupakan teknik penerjemahan yang merujuk pada peminjaman kata atau ungkapan BSu secara utuh tanpa disertai dengan penyesuaian pelafalan. Di dalam teknik penerjemahan tunggal teridentifikasi 1 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan murni.

Di samping itu ditemukan pula 47 data yang diterjemahkan dengan menerapkan dua (kuplet) teknik penerjemahan. Varian kuplet merupakan perpaduan dua teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menentukan padanan dalam BSa. Dalam penelitian ini, varian kuplet yang diterapkan adalah perpaduan antara harfiah dan penambahan, harfiah dan pengurangan, harfiah dan generalisasi, harfiah dan transposisi, harfiah dan peminjaman murni, harfiah dan amplifikasi, harfiah dan modulasi, modulasi dan penambahan, modulasi dan pengurangan, transposisi dan penambahan, dan transposisi dan pengurangan.

(50)

teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan suatu frasa, atau kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 23 varian dari teknik penerjemahan triplet tersebut.

Di samping itu ditemukan pula 4 data yang diterjemahkan dengan menerapkan empat (kuartet) teknik penerjemahan. Varian kuartet merupakan perpaduan empat teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan suatu frasa, atau kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 4 varian dari teknik penerjemahan kuartet tersebut.

Pada penelitian ini juga ditemukan 3 data yang diterjemahkan dengan menerapkan lima (kuintet) teknik penerjemahan sekaligus. Varian kuintet merupakan perpaduan lima teknik penerjemahan yang diterapkan dalam menerjemahkan suatu frasa, atau kalimat. Di dalam penelitian ini teridentifikasi 3 varian dari teknik penerjemahan kuintet.

Dari data sumber yang dianalisis, teridentifikasi sebanyak 56 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan tunggal, 47 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuplet, 23 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, 4 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuartet, dan 3 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuintet.

(51)

Uraian tersebut mempengaruhi tingkat keakuratan pada terjemahan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suatu penerjemahan dianggap akurat apabila makna yang terdapat pada BSu telah tersampaikan secara utuh pada BSa. Dalam penyampaian makna tersebut, banyak hal yang dilakukan penerjemah salah satunya adalah merubah bentuk dan penyampaian teks kalimat yang terdapat pada BSu. Hal ini dilakukan karena antara BSu dan BSa memiliki konteks budaya dan tindak tutur yang berbeda sehingga seorang penerjemah harus bijak dalam melakukan pemilihan kata yang tepat untuk mewakili teks tersebut.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan ini dideskripsikan pada hasil penelitian yang terkait dengan teknik dan kualitas penerjemahan. Kualitas penerjemahan pada penelitian ini difokuskan pada penilaian keakuratan penerjemahan pada Subtitle film “Sang Penari”.

Dari 133 data yang dianalisis, ditemukan teknik penerjemahan sebanyak 56 data yang menerapkan teknik penerjemahan tunggal, 47 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuplet, 23 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan triplet, 4 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuartet, dan 3 data yang diterjemahkan dengan teknik penerjemahan kuintet.

(52)

penerjemahan Reduksi sebanyak 3 kali, teknik penerjemahan Deskripsi sebanyak 2 kali, dan teknik penerjemahan Amplifikasi Linguistik sebanyak 1 kali.

Frekuensi penggunaan teknik penerjemahan harfiah yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa bentuk (form) dan makna (content) terjemahan subtitle pada film Sang Penari masih dikedepankan, sehingga keakuratan terjemahan dalam penelitian ini sudah tergolong baik.

Frekuensi penggunaan teknik penerjemahan amplifikasi linguistik yang rendah dikarenakan penambahan unsur-unsur linguistik dalam BSa masih tergolong sedikit dalam penelitian ini, sehingga hanya 1 data saja yang dikategorikan ke dalam teknik penerjemahan ini.

Secara teori, dari 11 teknik penerjemahan di atas, ada 3 teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa dan budaya BSu, yaitu teknik Harfiah, teknik Peminjaman Murni, dan teknik Deskripsi, sedangkan 8 teknik penerjemahan lainnya yaitu teknik Modulasi, teknik Penghilangan, teknik Penambahan, teknik Transposisi, teknik Generalisasi, teknik Reduksi, teknik Amplifikasi, dan teknik Amplifikasi Linguistik berorientasi pada bahasa dan budaya BSa.

(53)

besar makna kata dan klausa bahasa sumber yang dialihkan secara akurat ke dalam BSa. Namun, masih terdapat distorsi makna atau terjemahan yang mengganggu keutuhan makna. Apabila penyampaian makna dalam teks BSu kurang akurat dengan makna dalam teks BSa dengan adanya sedikit penambahan, penghilangan, atau perubahan makna. Dalam penelitian ini teridentifikasi 9 data yang dikategorikan ke dalam terjemahan akurat. Terjemahan yang tidak akurat merujuk pada terjemahan yang makna kata dan klausa BSu yang dialihkan secara tidak akurat ke dalam BSa atau dihilangkan. Apabila makna dalam teks BSu tidak akurat dengan makna dalam teks BSa.

Secara keseluruhan subtitle dalam film “Sang Penari” yang digunakan sebagai data penelitian ini diterjemahkan dengan akurat 90,97%, sedangkan sebanyak 6,77% termasuk terjemahan kurang akurat dan hanya 2,26% terjemahan tidak akurat. Melihat hasil presentase tersebut dapat disimpulkan keakuratan terjemahan sudah tergolong baik, dengan kata lain terjemahan dengan tingkat keakuratan tinggi.

(54)
(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari 133 data sumber yang dipilih secara acak berupa ujaran menjadi subtitle pada film “Sang Penari” dalam bahasa Indonesia, Jawa (BSu) dan subtitle dalam bahasa Inggris (BSa) yang dianalisis, teridentifikasi teknik penerjemahan yang digunakan sebanyak 56 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan tunggal, 47 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuplet, 23 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, 4 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuartet, dan 3 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan kuintet.

Dari 56 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan tunggal, teknik penerjemahan yang memiliki frekuensi kemunculan paling banyak dalam analisis data ujaran menjadi subtitle film “Sang Penari” pada teknik penerjemahan tunggal ini adalah teknik penerjemahan Harfiah yaitu sebanyak 39 kali, dan diikuti oleh teknik penerjemahan Generalisasi sebanyak 10 kali, teknik penerjemahan Modulasi sebanyak 5 kali, teknik penerjemahan Amplifikasi sebanyak 5 kali, dan teknik penerjemahan Peminjaman Murni sebanyak 1 kali.

(56)

diikuti oleh teknik penerjemahan Harfiah + Penghilangan sebanyak 6 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Generalisasi sebanyak 5 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Transposisi sebanyak 5 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Peminjaman Murni sebanyak 4 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Amplifikasi sebanyak 3 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Modulasi sebanyak 2 kali, teknik penerjemahan Modulasi + Penambahan sebanyak 1 kali, teknik penerjemahan Modulasi + Penghilangan sebanyak 1 kali, teknik penerjemahan Transposisi + Penambahan sebanyak 1 kali, dan teknik penerjemahan Transposisi + Penghilangan sebanyak 1 kali.

(57)

Dari 4 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, teknik penerjemahan yang memiliki frekuensi kemunculan paling banyak dalam analisis data ujaran menjadi subtitle film “Sang Penari” pada teknik penerjemahan kuartet ini adalah teknik penerjemahan Harfiah + Generalisasi + Transposisi + Penambahan yaitu sebanyak 1 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Penambahan + Transposisi + Peminjaman Murni sebanyak 1 kali, teknik penerjemahan Modulasi + Amplifikasi + Penghilangan + Peminjaman Murni sebanyak 1 kali, dan teknik penerjemahan Harfiah + Amplifikasi + Peminjaman Murni + Reduksi sebanyak 1 kali.

Dari 3 data yang diterjemahkan dengan menerapkan teknik penerjemahan triplet, teknik penerjemahan yang memiliki frekuensi kemunculan paling banyak dalam analisis data ujaran menjadi subtitle film “Sang Penari” pada teknik penerjemahan kuintet ini adalah teknik penerjemahan Harfiah + Peminjaman Murni + Penambahan + Penghilangan + Amplifikasi yaitu sebanyak 1 kali, teknik penerjemahan Harfiah + Penambahan + Generalisasi + Deskripsi + Peminjaman Murni sebanyak 1 kali, dan teknik penerjemahan Harfiah + Amplifikasi + Modulasi + Penghilangan + Peminjaman Murni sebanyak 1 kali.

(58)

teknik Amplifikasi, dan teknik Amplifikasi Linguistik berorientasi pada bahasa dan budaya BSa.

Dari orientasi hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu digunakan sebanyak 123 kali (52,34 %) sedangkan frekuensi kemunculan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa adalah 112 kali (47,66 %).

Dari 133 data yang di analisis pada subtitle film “Sang Penari” bahwa 121 data dinyatakan akurat dengan persentase sebesar 90,97%, karena makna dalam BSu disampaikan secara akurat, terjemahan alami, wajar, luwes dan tidak kaku. Terjemahan itu mencerminkan tindakan komunikasi yang lazim ditemui dalam konteks dan antar komunikan BSa dan tidak terikat pada struktur BSu. Selanjutnya 9 data dinyatakan kurang akurat dengan persentase 6,77%, karena BSu kurang disampaikan secara tepat. Terjemahan kurang lazim karena terdapat tata bahasa dan gaya bahasa yang tidak dijumpai dalam BSa dan terjemahan terikat pada struktur BSu. Selanjutnya, 3 data dinyatakan tidak akurat dengan persentase sebesar 2,26%, karena makna dalam BSu tidak disampaikan dengan tepat atau pesan pada BSa tidak mewakili teks yang terdapat pada BSu.

(59)

Uraian tersebut mempengaruhi tingkat keakuratan pada terjemahan. Peneliti menyimpulkan bahwa suatu penerjemahan dianggap akurat apabila makna yang terdapat pada BSu telah tersampaikan secara utuh pada BSa. Dalam penyampaian makna tersebut, banyak hal yang dilakukan penerjemah salah satunya adalah merubah bentuk dan penyampaian teks kalimat yang terdapat pada BSu. Hal ini dilakukan karena antara BSu dan BSa memiliki konteks budaya dan tindak tutur yang berbeda sehingga seorang penerjemah harus bijak dalam melakukan pemilihan kata yang tepat untuk mewakili teks tersebut.

Hasil penelitian ini memiliki implikasi pada bidang pengajaran penerjemahan maupun pada penelitian penerjemahan, yaitu: terjemahan subtitle pada film “Sang Penari” ini mampu memperkaya pengetahuan pengetahuan filosofis kepada pembacanya. Penerjemah seyogyanya berperanan sebagai katalisator dan filter terhadap nilai-nilai asing yang masuk. Penerjemah menjembatani antara teks Bsu dengan pembaca Bsa. Nilai-nilai asing yang dirasakan kontradiktif oleh pembaca Bsa akan ditolak oleh pembaca Bsa, untuk itu penerjemah harus mampu menetralisir dalam batas-batas yang dapat ditolerir, bentuk atau form harus dikalahkan demi mengejar makna atau content terjemahan subtitle, sebab penerjemahan subtitle lebih terkait dengan penyepadanan makna atau pesan teks Bsu daripada penyepadanan bentuk dengan teks Bsu. Untuk itu penerjemah seyogyanya selalu menambah pengetahuan linguistik dan pengetahuan ekstralinguistik di Bsu, dan yang tidak kalah penting pengetahuan linguistik dan pengetahuan ekstralinguistik di Bsa. Pengetahuan ekstralinguistik sangat berpengaruh pada kesuksesan transfer makna dari Bsu kepada Bsa.

5.2 Saran

(60)

Pemahaman materi teks Bsu sangat penting dilakukan, subtitle pada film “Sang Penari” menyangkut wilayah filsafat yang memiliki kandungan budaya tertentu, untuk itu penerjemah sebelum menerjemahkan subtitle jangan terburu-buru segera menuliskan pemahamannya. Pandangan budaya setempat di Bsu dipersepsi, hal ini akan mempengaruhi pemilihan diksi dalam karya terjemahannya. Terjemahan dibuat untuk memperoleh kemanfaatan yang sama antara teks di Bsu dan kemanfaatan teks di Bsa. Untuk itu, memahami BSa sama pentingnya dengan memahami BSu dengan segala aspek kebahasaan di kedua bahasa tersebut. Membaca teks terjemahan dapat menjadi lompatan kemajuan untuk mengejar kesenjangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengetahuan yang bermanfaat lainnya.

Kesalahan dalam pengalihan pesan dan dalam pengungkapan pesan itu dalam Bsa menandakan bahwa kompetensi kebahasaan dan kompetensi wacana penerjemah kurang baik. Penguasaannya terhadap konsep-konsep teori penerjemahan tidak begitu baik. Untuk itu penerjemah perlu meningkatkan kemampuaanya dalam berbahasa. Di samping itu, penerjemah juga perlu belajar lebih banyak lagi perihal konsep-konsep penerjemahan sebagai pedoman penting dalam melakukan kegiatan penerjemahan.

Gambar

Tabel 4.1 : Teknik Penerjemahan Tunggal
Tabel 4.2 : Teknik Penerjemahan Kuplet
Tabel 4.3 : Teknik Penerjemahan Triplet
Tabel 4.4 : Teknik Penerjemahan Kuartet
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada ekstrak rumput grinting dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa aktif alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, steroid, polifenol dan

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM) yang memenuhi syarat yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan

Instalasi Rekam Medik adalah Fasilitas untuk menyimpan dokumen pasien Unit Stroke adalah Fasilitas yang digunakan untuk merawat pasien stroke baik iskemik maupun hemoragik

Hal yang terpenting yang harus dilakukan ialah melakukan soliditas seluruh anggota dan pengurus HMPI di tingkat wilayah dengan mengumpulkan berbagai kekuatan dari seluruh kampus

Namun beberapa hal yang dapat membuat WAP lebih unggul adalah media untuk mengakses layanan WAP ini bersifat mobile, dengan kata lain WAP bisa dibuka kapan saja dan dimana saja ,

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan kualifikasi usaha kecil serta Surat Ijin (SIUP) untuk menjalankan kegiatan usaha bidang

Pada tahap ini operator harus input data yang diperoleh saat melakukan. inspeksi FO sesuai dengan jumlah sampling yang

Ditambahkan oleh Ibnu Hazm, bahwa apabila tidak dilakukan wasiat oleh pewaris kepada kerabat yang tidak mendapatkan harta pusaka, maka hakim harus bertindak