• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN EFEKTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN EFEKTI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN EFEKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SANTO BORROMEUS

Sr. Sofia Gusnia Saragih CB.,BSN.,M.Kep * Ns. Friska Sinaga.,S.Kep **

Neta Bonita Sinaga ***

xvii + 79 halaman, 12 tabel, 2 skema, 12 Lampiran

ABSTRAK

Lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat dapat mempengaruhi semangat belajar siswa Penelitian ini dilatarbelakangi oleh 6 dari 10 mahasiswa yang diwawancara mengatakan tidak bersikap terbuka kepada orang tua mengenai masalah pelajaran kuliah, mereka cenderung bercerita kepada teman, canggung bila berbicara dengan dosen, apabila teman-teman tidak belajar mereka pun mengikutinya, hanya belajar ketika ada kuis ataupun ujian akhir dan tidak mengulangi pelajaran di rumah atau di kos.

Tujuan Penelitian: Untuk mengidentifikasi hubungan antara lingkungan sosial dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus.

Metode Penelitian: Metode kuantitatif dan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross-sectional, menggunakan analisa data uji Chi Square dan regresi logistik. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Sampel dengan 171 mahasiswa dengan teknik stratified random sampling. Hasil penelitian: Ada hubungan antara lingkungan sosial: keluarga dengan efektivitas belajar (p-value 0,008), sekolah dengan efektivitas belajar (p-value 0.001) dan masyarakat dengan efektivitas belajar (p-value 0.045). Lingkungan sekolah paling berhubungan dengan efektivitas belajar dengan OR=2.668 yang berarti lingkungan sekolah mempunyai 2.668 kali lebih baik dalam efektivitas belajar.

Manfaat Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sosial dengan efektivitas belajar

Kata Kunci : Lingkungan sosial, Efektivitas belajar Daftar Pustaka : 18 Buku (1987-2013), 5 Skripsi, 2 Jurnal, 1 Tesis

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu pilar kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Handoko, 2012).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan definisi pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa inti pelaksanaan pendidikan adalah belajar dan proses pembelajaran dalam pendidikan yang mencakup peserta didik, pendidik dan keluarga, dimana ketiganya saling berkaitan erat.

(2)

Indonesia meliputi: Pendidikan Dasar (Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat, Pendidikan Menengah (pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan seperti: SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat dan Pendidikan Tinggi (Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas) (UU No. 20 Tahun 2003).

Perguruan Tinggi adalah satuan pendidikan formal yang mengelola pendidikan tinggi berupa Perguruan Tinggi Negeri yang didirikan dan diselenggrakan oleh Pemerintah serta Perguruan Tinggi Swasta yang didirikan dan diselenggarakan oleh masyarakat (RUU Pendidikan Tinggi Pasal 1). Program pendidikan pada lembaga pendidikan tinggi diandalkan untuk pembentukan kompetisi pribadi dan wawasan kebangsaan, dalam penelitian ini yaitu bidang keperawatan dan kesehatan. Melalui program kuliah diharapkan mahasiswa mendapat bekal dalam hal menjalankan praktek dalam bidang kesehatan.

Keberhasilan program pendidikan khususnya dalam bidang kesehatan ditandai adanya perubahan perilaku mahasiswa baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya sesuai dengan tujuan kurikuler. Perubahan perilaku dalam pembelajaran pada umumnya tercermin dari hasil belajar yang diperoleh mahasiswa. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2).

Proses belajar mengajar dialami oleh semua mahasiswa, proses ini dipengaruhi oleh dua faktor penting dan saling mendukung satu sama lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat dari individu itu sendiri seperti faktor psikologis dan fisiologis. Berikutnya adalah faktor eksternal terdiri dari faktor eksternal sosial dan non-sosial. Faktor sosial meliputi lingkungan sosial masyarakat, lingkungan sosial keluarga, lingkungan sosial sekolah.

Lingkungan sosial ialah semua orang/manusia yang mempengaruhi individu. Penelitian Hertati (2009:21) mengatakan bahwa lingkungan sosial merupakan lingkungan pergaulan antar manusia, pergaulan antar pendidik dengan peserta didik serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi pendidikan. Pengaruh lingkungan sosial ada yang diterima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari, seperti keluarga, teman-teman, kawan sekolah dan sepekerjaan dan sebagainya (Dalyono, 2010)

Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, dan hubungan yang harmonis antar anggota keluarga akan membantu siswa melakukan aktivitas yang baik. Hasil penelitian Wulandari (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kontribusi orangtua terhadap efektivitas belajar siswa, jika kontribusi orangtua yang diberikan untuk menunjang belajar anak di rumah sudah dimanfaatkan oleh anak dengan maksimal, berarti sudah efektif. Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya di sekolah.

Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa dan teman-temannya untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik. Menurut Syah (2009:154) lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial sekolah seperti dosen, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Hubungan-hubungan pribadi saling aksi dan mereaksi, penerimaan oleh anggota kelompok, kerjasama dengan teman-teman sekelompok akan menentukan perasaan puas dan rasa aman di sekolah. Hal-hal ini sangat berpengaruh pada kelakuan dan efektivitas belajarnya. Siswa sebagai manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari masyarakat tempat ia tinggal.

(3)

process. Lingkungan sosial masyarakat adalah semua manusia yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung (Slameto;2003). Lingkungan sosial masyarakat memiliki pengaruh yang sangat penting dalam aktivitas belajarnya. Jika lingkungan sosial masyarakat baik maka akan berdampak baik bagi aktivitas belajar anak didik.

Penelitian yang dilakukan Yuliani (2013) tentang hubungan lingkungan sosial dengan motivasi belajar menyatakan terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar dengan hasil rhitung > rtabel baik tingkat kepercayaan 95% (0,374) maupun tingkat kepercayaan 99% (0,478). Penelitian yang dilakukan Kristianto (2012) tentang hubungan lingkungan pendidikan dengan prestasi belajar siswa menyatakan lingkungan sekolah memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa sedangkan lingkungan masyarakat memiliki hubungan yang terlemah dengan prestasi belajar.

STIKes Santo Borromeus merupakan salah satu institusi penyelenggara pendidikan yang berperan aktif untuk menghasilkan tenaga keperawatan dan tenaga informasi kesehatan yang profesional dan handal. Proses belajar mengajar dialami oleh semua mahasiswa STIKes Santo Borromeus. Peneliti melakukan studi pendahuluan dengan cara menyebarkan angket kepada 10 mahasiswa pernyataannya adalah pengajar datang tepat waktu, pengajar mengakhiri tepat waktu, metode pembelajaran yang digunakan baik, mencapai sasaran atau tujuan yang ditetapkan, mengulangi pelajaran di rumah atau di kos, nilai IPK meningkat setiap semester dan setelah proses belajar berlangsung mahasiswa menjadi termotivasi. Hasil dari angket tersebut 7 dari 10 mahasiswa didapatkan mereka kurang mencapai sasaran dan tujuan yang mereka buat sebelum proses belajar berlangsung, nilai IPK cenderung menurun setiap semester, pengajar terkadang tidak mengakhiri pelajaran tepat waktu, dan mereka tidak mengulangi pelajaran yang telah dibahas di rumah atau di kos.

Peneliti juga melakukan wawancara kepada 10 mahasiswa, 6 dari 10 mahasiswa mengatakan mereka tidak bersikap terbuka kepada orang tua mengenai masalah pelajaran kuliah, mereka cenderung bercerita kepada teman, suasana tempat belajar saat ini juga

kurang tenang karena lingkungan sekitar ribut, mereka canggung bila berbicara dengan dosen, mereka juga mengatakan apabila teman-teman mereka tidak belajar mereka pun mengikutinya dan hanya belajar ketika ada kuis ataupun ujian akhir semester. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada dan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Lingkungan Sosial dengan Efektivitas Belajar Mahasiswa STIKes Santo Borromeus”

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukan (Suparno, 2000: 2). Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan hal tersebut Biggs dalam Syah (2005:67) mendefinisikan belajar dalam tiga macam rumusan yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Penelitian menurut Suryabrata (2004: 232) dalam mendefinisikan belajar, terdapat beberapa hal pokok, yaitu belajar membawa perubahan (behavioral changes), dalam perubahan tersebut pada dasarnya mendapatkan kecakapan baru dan perubahan tersebut terjadi karena usaha.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

b. Faktor-faktor eksternal

(4)

eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

1) Lingkungan Sosial

a) Lingkungan sosial masyarakat. Lingkungan masyarakat dimana warga memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh pengaruh terhadap semangat dan perkembangan belajar siswa (Sukmadinata: 2004). Menurut Sertain yang dikutip oleh Suryadi (2002) masyarakat (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan atau life process. Masyarakat yang aktual hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benar mempengaruhi kita. Pada kutipan yang sama, Sertain juga membagi masyarakat menjadi dua bagian yaitu;

a. Masyarakat lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, hewan dan sebagainya b. Lingkungan masyarakat adalah semua orang atau manusia yang mempengaruhi kita (Suryadi, 2002:133)

Salah satu teori belajar Kurt Lewin memandang masing-masing individu berada dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis yang mencakup masyarakat misalnya orang-orang yang dijumpai, objek material yang di hadapi, serta fungsi jiwa yang ia miliki (Sunarto dan Hartono. 2002). Menurut Woodworth yang dikutip oleh Suryadi (2002), cara-cara individu berhubungan dengan masyarakatnya dapat dibedakan

(5)

Suasana rumah yang gaduh dan ramai tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga membuat anak merasa jenuh berada di rumah (Sukmadinata, 2004) Rumah yang sering digunakan untuk keperluan-keperluan misalnya resepsi, pertemuan, pesta-pesta, upacara keluarga dan lain-lain dapat mengganggu belajar anak. Rumah yang bising dengan suara radio, tape recorder atau TV pada waktu belajar juga menggangu belajar anak, terutama untuk berkonsentrasi. Semua contoh tersebut adalah suasana rumah yang memberi pengaruh negatif terhadap belajar anak selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik diperlukan suasana rumah yang tenang dan tenteram. Suasana rumah yang tenang akan membuat anak nyaman dan dapat belajar dengan baik (Slameto, 1995). Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, orangtua, anak, kakak atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

c) Lingkungan sosial sekolah Sekolah adalah tempat belajar bagi siswa dan teman-temannya untuk memperoleh ilmu pengetahuan dari tenaga pendidik. Menurut Sumitro, dkk (2006:81) “Sekolah adalah lingkungan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik”. Sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama

seperti guru, administrasi dan kecerdasannya (Dalyono, 2006). Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa dan memperlihatkan teladan yang baik, serta rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

B. Efektivitas Belajar 1. Pengertian

Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusaha melalui aktivitas tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Said, 2000).

Menurut Purwadarminta (1999) “di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.

(6)

pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dicanangkan lebih banyak tercapai.

2. Ciri-ciri efektivitas

Firman (1999) mengatakan keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan

b.Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional c. Memilki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan serta sumber

yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.

3. Kriteria Efektivitas

Efektivitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran

Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada:

a. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (peningkatan yang signifikan)

b. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dam motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik, serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan desain analitik korelasional dengan pendekatan Cross-sectional. Peneliti menggunakan kuesioner untuk melihat hubungan antara lingkungan sosial dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus. Kuesioner terdiri dari 23 item pertanyaan untuk kuesioner lingkunga sosial dan 20 pertanyaan menggunakan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus, menggunakan skala Likert. Kuesioner yang akan dibagikan kepada sebanyak 168 siswa yang telah dipilih dengan menggunakan simple random sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Univariat

a. Efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus

Tabel 4.3 diatas menunjukkan data bahwa lebih dari setengahnya mahasiswa (52%) efektif belajar di kelas.

Oemar Hamalik (2001:23), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku perubahan individu melalui interaksi melalui lingkungan. Berdasarkan pengertian ini belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei

2014 (n=171) Efektivitas

Belajar

N %

Efektif Tidak Efektif

89 82

52.0 48.0

(7)

dan bukan suatu hasil atau tujuan, yang menjadi hasil dari belajar bukan penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang berlangsung menyenangkan dan mencerdaskan peserta didik.

Hasil penelitian ini mengenai efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus menyatakan kurang dari setengahnya (48%) mahasiswa proses belajar dikelas tidak efektif. Dari sebaran item pertanyaan, peneliti menemukan bahwa banyak pernyataan yang setuju tentang suasana kelas yang tidak nyaman sehingga mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran di kelas. Kondisi lingkungan yang padat, sesak, bising merupakan lingkungan yang kurang nyaman bagi manusia. Karena lingkungan yang seperti itu menyebabkan menurunkan kesehatan baik secara fisik maupun mental dan juga menurunnya tingkat kenyamanan manusia yang ada di lingkungan tersebut (Sarwono, 2000)

b. Faktor Lingkungan Sosial Keluarga

Tabel 4.4 menunjukkan data bahwa lebih dari setengahnya (55%) menyatakan lingkungan keluarga baik.

Menurut (Gunarsono, 1985) bahwa dalam bidang pendidikan keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia diperoleh pertama-tama dari orangtua dan keluarga sendiri. Dari sebaran item pertanyaan dalam penelitian ini responden banyak menjawab orang tua mereka sangat sering memberikan semangat dalam pendidikan mereka. Hal ini didukung oleh Mudjiono (2002) yang menyatakan bahwa

cara orangtua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya, orangtua yang kurang atau tidak memperhatian pendidikan anaknya seperti bersikap acuh tak acuh, tidak mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami putera-puterinya akan menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya.

Hasil penelitian menyatakan kurang dari setengahnya (45%) mahasiswa STIKes Santo Borromeus menyatakan lingkungan sosial keluarga tidak baik. Analisis kuesioner responden menyatakan mereka tidak meminta saran kepada orangtua mengenai masalah yang

mereka hadapi di kampus.

Komunikasi orangtua dengan anak, pergaulan antara orangtua dan anak serta rasa dan penerimaan tanggung jawab orangtua terhadap anaknya akan membawa dampak di masa kini dan juga di hari tua. Demikian pula dengan anak ketika memasuki dunia pendidikan, orangtua masih tetap dibutuhkan lewat bimbingan belajar kepada anak. Hubungan anak dan orangtua harus terjalin komunikasi yang efektif. Faktor keterbukaan, dukungan sifat positif, dan empati harus terjalin dalam komunikasi anak dan orangtua (Delly Mustafa)

c. Faktor Lingkungan Sosial Sekolah

Tabel 4.5 menunjukkan data bahwa lebih dari setengahnya (59%) menyatakan lingkungan sosial sekolah baik. Menurut Sumitro, dkk (2006:81) “Sekolah adalah lingkungan yang mengembangkan dan meneruskan pendidikan anak menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan bertingkah laku baik”. Sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama seperti guru, administrasi dan kecerdasannya (Dalyono, 2006).

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial keluarga

mahasiswa STIKes Santo Borromeus (n=171) Mei 2014

Lingkungan Keluarga n %

Baik Tidak Baik

94 77

55.0 45.0

Total 171 100.0

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial sekolah

mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei 2014 (n=171)

Lingkungan Sekolah n %

Baik Tidak Baik

101 70

59.0 41.0

(8)

Lingkungan sekolah seperti tenaga pengajar, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Tenaga pengajar yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik, memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa dan memperlihatkan

teladan yang baik, serta rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

Lingkungan sekolah sebagai lingkungan kedua setelah keluarga mempunyai peran dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi siswa dalam pendidikan baik pengetahuan, nilai-nilai, maupun keterampilan yang didukung dengan sarana dan fasilitas pendidikan. Faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung dalam pengelolaan lingkungan belajar adalah tempat belajar yang baik, media belajar yang tersedia, kedisiplinan belajar, kebersihan lingkungan kelas dan sekolah serta ketertiban dalam pelaksanaan proses belajar mengajar (Rahayu, 2010)

d. Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat

Tabel 4.6 menunjukkan data bahwa lebih dari setengahnya (59,6%) menyatakan lingkungan sosial masyarakat baik.

Analisis kuesioner dalam peneltian ini masyarakat merasa aman tinggal di sekitar tempat tinggal mereka. Lingkungan masyarakat dimana warga memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan sumber-sumber belajar didalamnya akan memberikan pengaruh pengaruh terhadap semangat dan perkembangan belajar siswa (Sukmadinata: 2004). Menurut Sertain yang dikutip oleh Suryadi (2002) masyarakat (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu

mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan atau life process.

Kondisi lingkungan maasyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

2. Analisa Bivariat

a. Lingkungan sosial keluarga dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus

Tabel 4.7 diatas menunjukkan hasil analisis bahwa hubungan faktor lingkungan sosial keluarga dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus didapatkan data 61,7% menyatakan lingkungan sosial kelurga baik dan efektif dalam belajar. Pentingnya pendidikan anak di lingkungan keluarga menjadikan keluarga mempunyai pengaruh

yang besar terhadap keberhasilan anak. Cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar kebudayaan juga akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini didukung oleh penelitian Mizan Ibnu Khajar (2011) tentang pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar yang mempunyai hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar, semakin mendukung lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula prestasi belajar dan sebaliknya semakin tidak mendukung lingkungan keluarga maka semakin rendah pula prestasi belajar.

Dwi Siswoyo (2007) menyebutkan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang besar

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi faktor lingkungan sosial masyarakat

mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei 2014 (n=171)

Lingkungan Masyarakat

N %

Baik Tidak Baik

102 69

59.6 40.4

Total 171 100.0

Tabel 4.7

Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Keluarga Dengan Efektivitas Belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus Mei 2014 (n=171)

Lingkunga n Keluarga

Efektivitas Belajar

Total P-value Efektif Tidak

Efektif

F % F % F %

Baik 58 61,7 36 38,3 94 100

0.008

Tidak Baik 31 40,3 46 59,7 77 100

(9)

terhadap perkembangan kepribadian anak, lingkungan keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Belajar sebagai suatu tahapan perubahan sekuruh tingkah laku individu yang relativ menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Muhibbin Syah 2010:90) Hampir sebagian besar waktu yang dimiliki

siswa berada di lingkungan keluarga. Orang tua sudah sepatutnya memberi semangat, bimbingan dan memberi teladan yang baik kepada anaknya. Perlu hubungan dan komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak-anaknya. Selain itu orangtua harus memberikan perhatian yang cukup terhadap anaknya.

b. Faktor lingkungan sosial sekolah dengan efektivitas belajar mahasiswa stikes santo borromeus

Tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil analisis bahwa hubungan faktor lingkungan sosial sekolah dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus didapatkan data 63,4% menyatakan lingkungan sosial sekolah baik dan efektif dalam belajar. M. Dalyono (2006:59) menyatakan bahwa keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas pengajar, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, pelaksanaan tata tertib sekolah, keadaan ruangan dan jumlah murid per kelas semua ini mempengaruhi keberhasilan siswa.

Muhibbin Syah (2002:173) pun menyatakan bahwa lingkungan sekolah seperti para pengajar, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar mahasiswa. Para pengajar yang menunjukkan sikap dan perilaku simpatik, memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa dan

memperlihatkan teladan yang baik serta rajin khususnya dalam hal belajar akan menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar mahasiswa di kelas.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelpa Fitri Yuliani (2013) tentang hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar memiliki hasil hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial sekolah dengan motivasi belajar. Pada penelitian tersebut didapatkan kesimpulan lingkungan sosial pendidikan yang terdiri dari tenaga pendidik dan teman sebaya sesama mahasiswa mempengaruhi kegiatan belajar.

c. Faktor lingkungan sosial masyarakat dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus

Tabel 4.9 diatas menunjukkan hasil analisis

bahwa hubungan faktor lingkungan sosial masyarakat dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus didapatkan data 58,8% menyatakan lingkungan sosial masyarakat baik dan efektif dalam belajar. Lingkungan sosial masyarakat memiliki pengaruh yang sangat penting dalam memberikan motivasi ditengah lingkungan tempat mahasiswa tinggal, lingkungan sosial masyarakat dapat dilihati dari segi pendidikan dan budaya masyarakat. Bila lingkungan sekitar marupakan lingkungan yang baik dan kondusif untuk belajar, maka dengan sendirinya masyarakat penghuni lingkungan tersebut akan terpanggil/terpengaruhi untuk belajar dengan baik (Ubaiyah:2008). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Gusnita (2013) tentang pengaruh lingkungan sosial masyarkat terhadap motivasi belajar. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah teman sekelas, teman sejawat atau orang

Tabel 4.8

Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Sekolah Dengan Efektivitas Belajar mahasiswa

STIKes Santo Borromeus Mei 2014 (n=171)

Lingkunga n Sekolah

Efektivitas Belajar

Total P-value Efektif Tidak

Efektif

F % F % F %

Baik 64 63,4 37 36,6 101 100

Tidak Baik 25 35,7 45 64,3 70 100 0,001

Total 89 52,0 82 48.0 171 100 Tabel 4.9

Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat Dengan Efektivitas Belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus

Mei 2014 (n=171)

Lingkungan Masyarakat

Efektivitas Belajar

Total

P-value Efektif Tidak

Efektif

F % F % F %

Baik 60 58,8 42 41,2 102 100

0.045

Tidak Baik 29 42,0 40 58,0 69 100

(10)

sekitar tempat tinggal merupakan lingkungan sosial masyarakat yang bersifat langsung yang dapat memperngaruhi belajar seseorang. Slameto (2003) menyatakan lingkungan sosial masyarakat adalah semua manusia yang berada diluar diri seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

3. Analisa Multivariat

Hasil analisis multivariate diatas diperoleh bahwa variabel lingkungan sosial sekolah memiliki p value (sig) 0,03 kurang dari nilai 0,05 yang memiliki makna lingkungan sosial sekolah merupakan faktor yang paling berhubungan secara signifikan dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus dengan OR=2.668 yang berarti lingkungan sosial sekolah mempunyai 2.668 kali lebih baik dalam efektivitas belajar secara tepat dibandingkan dengan lingkungan sosial keluarga.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Faktor lingkungan sosial keluarga mahasiswa STIKes Santo Borromeus dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil statistik 94 mahasiswa (55%) menyatakan demikian.

2. Faktor lingkungan sosial sekolah mahasiswa STIKes Santo Borromeus dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil statistik 101 mahasiswa (59%) menyatakan demikian.

3. Faktor lingkungan sosial masyarakat mahasiswa STIKes Santo Borromeus dinyatakan sudah baik berdasarkan hasil statistik 102 mahasiswa (59,6%) menyatakan demikian.

4. Proses belajar di kelas mahasiswa STIKes Santo Borromeus sudah efektif dinyatakan oleh 89 mahasiswa dengan presentase 52% 5. Ada hubungan antara faktor lingkungan

sosial keluarga dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus (p value = 0,008)

6. Ada hubungan antara faktor lingkungan sosial sekolah dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus (p value = 0,001)

7. Ada hubungan antara faktor lingkungan sosial masyarakat dengan efektivitas

belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus (p value = 0,045)

8. Faktor yang paling berhubungan dengan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus adalah faktor lingkungan sekolah (OR=2.668)

Saran

1. Bagi Institusi STIKes Santo Borromeus a. Ciptakan suasana yang kondusif

sehingga mahasiswa dapat berkonsentrasi dengan baik.

b. Gunakan metode pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.

2. Mahasiswa

a. Komunikasikan setiap masalah yang terjadi di kampus pada orang tua dan dosen pembimbing akademik.

b. Lebih aktif dan atraktif dalam berbagai kegiatan pembelajaran di kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Budiman.2011. Penelitian kesehatan. Bandung: Refika Aditama

Dalyono. M. 2009. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dirga Krisma, Nagari. 2013. Hubungan Faktor Lingkungan Non-Sosial dengan Efektivitas Belajar. Skripsi. Bandung: STIKes Santo Borromeus Firman, Harry. 1987. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Penerbit ITB Gusnita. 2013. Pengaruh Lingkungan Sosial

Masyarakat terhadap Motivasi

Tabel 4.13

Hasil analisis regresi logistic tahap akhir antara lingkungan sosial dan efektivitas belajar mahasiswa STIKes Santo Borromeus

n=171

Subvariabel

B Sig. OR

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper

Keluarga .644 0.051 1.904 0.997 3.637

(11)

Belajar. Jurnal. Pendidikan Geografi: Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Handoko, Bagyo. 2012. Pendidikan

poleksosbud dan ideology dalam membangun karakter bangsa

Hertati, Diana. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi potus studi mahasiswa universitas pembangunan nasional veteran Jatim. Surabaya: JIPTUPN

Kristianto, Adi. 2012. Hubungan Lingkungan Pendidikan dengan Prestasi Belajar. Skripsi. Fakultas Teknik: Universitas Negeri Yogyakarta Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Parjiyono, 2008. Korelasi faktor keluarga dan lingkungan sosial dengan prestasi belajar kelas IX SMP Negeri 4 Kudus. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta

Saadi, Fransiska. 2012. Peningkatan efektivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial menggunakan media tepat guna di kelas IV SDN 02 Toha. Skripsi. Pontianak: Universtitas Tanjung Pura

Siswoyo, Dwi. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY

Slameto. 2010. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Rev. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabet

Sumitro, dkk. 2006. Pengantar ilmu pendidikan. Yogyakarta: UNY

Gambar

Tabel 4.8 Hubungan Antara Faktor Lingkungan Sosial Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Konseling Individual dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa terisolir di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pusako Siak Sri Indrapura

Pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa nilai L masing-masing pH dengan intensitas cahaya 700 lux yang dihasilkan tidak berbeda secara signifikan dari hari ke-0 hingga hari ke-2, sedangkan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelengkapan paragraf mengacu kepada adanya kalimat topik pada suatu paragraf dan adanya kalimat-kalimat penunjang secara

Superimposed preeclampsia ialah keadaan dimana ibu telah menderita hipertensi sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap setelah 12 minggu

Selaku Kepala SMA Yuppentek 1 Tangerang yang telah memberikan kesempatan, motivasi, arahan, bimbingan dan semangat untuk studi yang dengan rasa kekeluargaan yang sangat mendalam

Banyak pemimpin besar meraih keberhasilan dalam pekerjaan dan kehidupannya melalui seperangkat hukum kepemimpinan yang mendetail. Sedangkan manajer "biasa",

Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 21 Desember 1968 Alamat Tempat Tinggal : Kota Kembang Depok Raya sektor. Anggrek -3 Blok F1/14, Depok, Jabar Jenis Kelamin

Beberapa penelitian yang terkait dengan pendeteksian karies gigi, antara lain dilakukan oleh Christy Elezabath Tom, Jerin Thomas (Christy, et al 2015)