• Tidak ada hasil yang ditemukan

suhu tubuh hewan . docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "suhu tubuh hewan . docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

I. JUDUL

Suhu Tubuh Hewan

II. TUJUAN

Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan

III. TINJAUAN PUSTAKA

Setiap sistem hidup (pada semua tingkatan) selalu bereaksi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungannya, juga mengatur dan mengontrol reaksi yang ditimbulkannya. Pada tahun 1879, seorang ahli fisiologi asal Perancis bernama Claude Bernard mengusulkan suatu syarat penting bagi hewan yang ingin dapat bertahan hidup di lingkungannya, yakni bahwa hewan harus mempertahankan stabilitas pada lingkungan internal atau cairan tubuhnya. Menurut Tim Dosen Fisiologi Hewan (2014:4), ada beberapa hewan yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan, ada pula yang stabil dan faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan dapat dari dalam (metabolisme) maupun dari luar. Pada tahun 1855, Bernard mengemukakan bahwa penyebab terjadinya berbagai reaksi yang menstabilkan lingkungan internal ialah adanya senyawa khusus, yang dihasilkan oleh semua organ dan dikeluarkan ke cairan jaringan. Pernyataan tersebut menjadi pelopor munculnya gagasan mengenai hormone dan regulasi/pengaturan kimia (Isnaeni, 2006 : 22-23).

Pengaturan lain yang merupakan bentuk dari homeostasis, yaitu pengaturan suhu tubuh yang melibatkan suatu mekanisme yang mempunyai dampak pada laju metabolisme, tekanan darah, oksigenasi jaringan, dan bobot tubuh. (Campbell, 2004:125).

(2)

berbagai faktor tersebut dengan sangat tepat. Oleh karena itu, aves dan mamalia disebut regulator (Isnaeni, 2006 : 22-23).

Sistem thermoregulatori ayam disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, ayam masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu (Okarini, 2009: 39).

Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoioterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan homoioterm adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan homoioterm adalah bangsa burung dan mamalia (Jamaria, 2012).

(3)

berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya (Jamaria, 2012).

Berbagai bentuk energi yang ada di dalam tubuh hewan adalah hasil dari reaksi-reaksi biokimia. Seluruh reaksi biokimia termasuk dalam cakupan metabolisme yang terdiri atas proses degradasi (katabolisme) dan penyusunan atau sintesis (anabolisme). Reaksi sintesis membutuhkan energi yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi. Seluruh energi yang dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapi sebagian energi tersebut akan dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh sebab itu, metabolisme dan panas tubuh sangat berhubungan erat satu sama lain. Kebanyakan reaksi biokimia secara ekstrim sangat sensitif terhadap temperatur. Peningkatan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat, sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan. (Santoso, 2009 : 154).

Menurut Rastogi (2007), kisaran temperatur dari berbagai hewan adalah sebagai berikut :

Hewan ektotermik dan endotermik mempertahankan suhu tubuhya dengan mengkombinasikan empat kategori umum dari adaptasi, yaitu:

(4)

akan membesarkan diameter pembuluh darahnya (vasodilatasi) sehingga terjadi peningkatan aliran darah. Pengaturan arteri dan vena yang disebut penukar panas lawan arus(countercurrent heat exchanger). Pengaturan lawan arus ini memudahkan pemindahan panas dari arteri ke vena di sepanjang pembuluh darah tersebut

2. Pendinginan melalui kehilangan panas evaporatif. Hewan endotermik dan ektotermik terestial kehilangan air melalui pernapasan dan melaluikulit. Jika kelembapan udara cukup rendah, air akan menguap dan hewan tersebut akan kehilangan panas dengan cara pendingin melalui evaporasi. Evaporasi dari sistem respirasidapat ditingkatkan dengan cara panting (menjulurkan lidah ke luar). Pendinginan melaluievaporasi pada kulit dapat ditingkatkan dengan cara berendam atau berkeringat

3. Respons perilaku. Banyak hewan dapat meningkatkan atau menurunkan hilangnya panas tubuh dengan caraberpindah tempat. Mereka akan berjemur dibawah terik matahari atau pada batu panas selama musim dingin, menemukan tempat sejuk, lembab atau masuk ke dalam lubang di dalam tanah pada musim panas, dan bahkan bermigrasi ke lingkungan yang lebih sesuai.4. Pengubahan laju produksi panas metabolik.Kategori penyesuaian ini hanya berlaku bagi hewan endotermik, khususnya unggas danmamalia. Hewan endotermik akan meningkatkan produksi panas metaboliknya sebanyak duatau tiga kali lipat ketika terpapar ke keadaan dingin (Campbell, 2004).

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi (Jamaria, 2012).

(5)

atau lebih tinggi dari pada temperatur tubuhnya, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya, yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh. Ayam petelur dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuhnya. Ayam petelur mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam dan faktor makanan yang dikonsumsi (Latipuin, 2011: 77-78).

Kemampuan mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal merupakan kegiatan yang sangat mempengaruhi reaksi biokimiawi dan proses fisiologis dalam kaitannya dengan metabolisme tubuh ayam, kegiatan ini akan mempengaruhi perubahan yang terjadi pada temperatur tubuh ayam petelur. Pada masing-masing periode pertumbuhan, temperatur tubuh ayam berbeda-beda, karena temperatur tubuh tidak mungkin menunjukkan suatu derajat panas yang tetap, Tetapi kisaran di atas batas tertentu, karena proses metabolisme di dalam tubuh tidak selalu tetap dan faktor di sekitar tubuh (yang diterima tubuh secara radiasi, konveksi, dan konduksi) (Sahara, 2011: 138).

(6)

IV. METODE PENGAMATAN 4. 1 Alat dan Bahan

Alat :

1. Timbangan 2. Bak plastik 3. Termometer raksa 4. Stopwatch Bahan :

1. Ayam jantan dewasa 2. Ayam betina dewasa 3. Ayam jantan remaja 4. Ayam betina remaja 5. Ayam jantan anak-anak 6. Ayam betina anak-anak 7. Tali rafia

8. Air

4. 2 Cara kerja

a. Suhu tubuh ayam

b. Pengaruh gerakan terhadap suhu tubuh ayam Menyiapkan ayam dan timbangan

Menimbang masing-masing berat badan ayam

Menurunkan air raksa termometer

Mengamati dan mecatat suhu yang terukur Memasukkan termometer pada kloaka ayam

selama 5 menit

Mengikat salah satu kaki ayam dengan tali rafia

(7)

c. Pengaruh perendaman terhadap suhu tubuh ayam

Mengamati dan mecatat suhu yang terukur Memasukkan termometer pada kloaka ayam selama 2

menit

Mengulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali

Merendam ayam di dalam bak plastik yang berisi air selama 5 menit

Menurunkan air raksa termometer

Memasukkan termometer pada kloaka ayam selama 2 menit

Mengamati dan mecatat suhu yang terukur

Mengulangi langkah-langkah di atas sebanyak 3 kali

(8)

3 Jantan dewasa 5

2

tahun 41 >42 >42 >42 >42 >42 >42 4 dewasaBetina 4 8

bulan 41,4 41,9 41,5 41,6 41,3

35, 5

(9)

VI. PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan pada hari Rabu, 5 November 2014 yakni tentang Suhu Tubuh Hewan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan. Hewan yang digunakan adalah ayam (Gallus sp.). Alasan menggunakan ayam adalah karena ayam merupakan hewan yang mudah didapatkan dengan berbagai rentangan usia tertentu. Sedangkan faktor-faktor yang dimaksud adalah pengaruh gerakan ayam dan pengaruh perendaman ayam ke dalam air, sehingga variabel dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas : usia ayam, pengaruh yang diberikan kepada ayam (gerakan dan perendaman)

Variabel kontrol : waktu pengamatan, 3 kali ulangan setiap percobaan Variabel terikat : suhu tubuh ayam

Ayam termasuk hewan homoioterm dengan tingkat metabolisme yang tinggi, termasuk hewan yang dapat menjaga dan mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut homeostasis, temperatur tubuh akan konstan meskipun hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari pada temperatur tubuhnya, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya, yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh. Sistem thermoregulatori ayam disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC.

Dalam percobaan ini, pengukuran suhu dilakukan pada kloaka ayam. Hal ini dengan alasan bahwa pengukuran suhu tubuh melalui kloaka adalah yang paling akurat karena daerah pengukuran sangat tertutup. Waktu untuk mengukur suhu adalah minimal 2 menit karena termometer yang digunakan adalah termometer raksa, sehingga yang diamati adalah tingginya raksa dalam skala yang ada di termometer. Berbeda dengan termometer digital yang mungkin hanya membutuhkan waktu 1 menit untuk dapat mengukur suhu tubuh hewan.

(10)

Pada percobaan memberi perlakuan aktivitas (lari dan terbang) pada ayam, di kelompok 1 yang menggunakan ayam jantan muda memiliki berat tubuh 2,5 kg dengan tiga kali pengulangan, masing-masing suhunya adalah 420C, 42,50C, dan 42,50C hasil pengukuran tersebut menunjukkan bahwa suhu tubuh ayam meningkat dari suhu awalnya (410C). Di kelompok 2 yang menggunakan ayam betina muda dengan berat tubuh 1 kg memiliki suhu awal >42 0C dengan tiga kali pengulangan, masing-masing suhunya adalah 40,50C, 39,30C, dan 390C. Di kelompok 3 yang menggunakan ayam jantan dewasa dengan berat tubuh 5 kg dengan suhu awalnya 410C menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam dari ketiga pengulangan sama, yakni lebih dari 420C. sedangkan di kelompok 4 yang menggunakan ayam betina dewasa dengan berat tubuh 4 kg memiliki suhu awal 41,4 0C menunjukkan hasil bahwa setelah 3 kali pengulangan hasil pengukuran suhu tubuh ayam naik turun, tidak stabil yakni: 41,9 0C, 41,5 0C dan 41,6 0C.

Kenaikan suhu pada perlakuan ini disebabkan karena adanya aktivitas yang mendorong laju metabolisme semakin cepat dan produksi panas dalam tubuh semakin besar. Menurut Jamaria (2012), mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-organ tubuh yang saling berhubungan. Di dalam pengaturan suhu tubuh, terdapat dua jenis sensor pengatur suhu, yaitu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam) dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur pengeluaran panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh. Setelah itu terjadi umpan balik, di mana isyarat diterima kembali oleh sensor panas dan sensor dingin melalui peredaran darah. Dengan demikian maka panas di dalam tubuh hewan akan meningkat. Teori tersebut sesuai dengan hasil pengamatan kami, dimana ketika ayam diberi perlakuan berupa gerakan dengan cari membuat ayam lari atau terbang menjadikan suhu ayam-ayam tersebut mayoritas mengalami kenaikan dari suhu awalnya.

(11)

energi yang telah tersedia dalam sistem melalui oksidasi. Seluruh energi yang dilepaskan selama proses oksidasi tidak digunakan, akan tetapi sebagian energi tersebut akan dilepaskan keluar tubuh dalam bentuk panas. Oleh sebab itu, metabolisme dan panas tubuh sangat berhubungan erat satu sama lain. Kebanyakan reaksi biokimia secara ekstrim sangat sensitif terhadap temperatur. Peningkatan suhu 100C akan meningkatkan kecepatan reaksi dua kali lipat, sedangkan suhu rendah akan memberikan efek berkebalikan.

Kejanggalan yang terjadi di kelompok 2 yang menunjukkan hasil yang suhu tubuh ayam setelah beraktivitas semakin menurun yakni yang awalnya memiliki suhu >420 C menjadi 40,50C, 39,30C, dan 390C hal ini dapat disebabkan karena kurang aktifnya ayam tersebut untuk bergerak, sehingga kurang memicu laju metabolisme dan produksi panas di dalam tubuhnya. Begitupula pada hasil dari kelompok 4 yang suhu setelah pengulangan menjadi naik turun yaitu 41,9 0C, 41,5 0C dan 41,6 0C. dibanding dengan suhu awalnya 41,40C.

Sedangkan pada percobaan memberi perlakuan perendaman pada ayam, di kelompok 1 yang menggunakan ayam jantan muda dengan berat tubuh 2,5 kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam menurun dari suhu awalnya 410C, menjadi 380C pada pengulangan pertama dan pada pengulangan kedua juga sama, sedangkan pada pengulangan ketiga 38,50C. Kelompok 2 yang menggunakan ayam betina muda dengan berat tubuh 1 kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam menurun dari suhu awalnya >420C, menjadi 35,50C sedangkan pada pengulangan kedua mengalami kenaikan menjadi 360C, untuk pengulangan ketiga menurun menjadi 35,50C. Untuk Kelompok 3 yang menggunakan ayam jantan dewasa dengan berat tubuh 5Kg menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam rata-rata tetap, atau stabil, antara pengulangan pertama perendaman sampai ketiga tidak ada perubahan dalam suhu tubuhnya, satu derajat lebih tinggu dibanding dengan suhu awalnya (>420C). Kelompok terakhir yakni kelompok 4 yang menggunakan ayam betina dewasa dengan berat tubuh 4 kilo gram menunjukkan hasil bahwa suhu tubuh ayam rata-rata menurun 6,630C dari suhu awalnya.

(12)

pengaruh ini hampir sama dengan mekanisme pengaruh gerakan/aktivitas ayam di atas, yaitu sensor pengatur suhu berupa sensor menerima isyarat dan langsung dikirimkan ke sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke saraf motorik yang mengatur produksi panas untuk berhenti dan tidak dilanjutkan ke jantung, paru-paru, maupun seluruh tubuh. Dengan demikian maka terjadi penurunan suhu di dalam tubuh ayam. Soewolo (2000: 334) menyatakan bahwa bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai refleks yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah di kulit akan menyempit, rambut dan bulu berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya, meyembunyikan anggota tubuh, dan sebagainya.

Kejanggalan yang terjadi di kelompok 3 yang menunjukkan hasil yang suhu tubuh ayam setelah direndam yakni yang awalnya memiliki suhu 410 C, ketika diberi perlakuan perendaman suhunya tidak mengalami penurunan tetapi mengalami kenaikan 1 derajat, menjadi >420C, hal ini mungkin dapat disebabkan karena ketika perendaman, bak yang digunakan terlalu kecil sehingga badan ayam jago dewasa yang memiliki badan besar tersebut terendam secara keseluruhan, sehingga tidak mampu mempengaruhi suhu ayam untuk mengikuti suhu lingkungannya yang dingin.

Menurut Soewolo (2000: 333), kelas Aves (termasuk di dalamnya adalah ayam) kebanyakan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuhnya di atas suhu lingkungan. Suhu tubuh dari golongan burung yaitu berkisar antara 41-42,50C. Dalam percobaan ini suhu tubuh ayam bisa mencapai lebih dari 42,50C dan kurang dari 410C karena perlakuan yang diberikan kepada ayam tersebut adalah terlalu berat dan dalam waktu yang lama (5 menit dengan 3 kali pengulangan) sehingga pengaturan panas di dalam tubuh ayam tidak mampu lagi menyesuaikan dengan suhu normalnya.

(13)
(14)

VII. PENUTUP

VII.1 Kesimpulan

ayam termasuk kedalam homoiotermik. termasuk hewan yang dapat menjaga dan mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses yang disebut homeostasis. Pengaruh gerakan (aktivitas lari dan terbang) adalah menyebabkan suhu tubuh ayam meningkat dari sebelumnya. Pengaruh perendaman menyebabkan suhu tubuh ayam menurun dari sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ayam yaitu lingkungan, usia, aktivitas, jenis kelamin, dan proses metabolisme serta produksi panas di dalam tubuh.

VII.2 Saran

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece J.B., Urry, L.A., & Cain, M.L. 2004. Biologi Jilid 3 edisi 5. Jakarta : Erlangga.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.

Jamaria. 2012. Termoregulasi pada Hewan. Makassar: Universitas Hasanuddin. Latipudin, Diding dan Andi Mushawwir. 2011. Regulasi Panas Tubuh Ayam Ras

Petelur Fase Grower dan Layer . Jurnal Sain Peternakan Indonesia. ISSN 1978—3000. Vol. 6, No 2 : 77-82.

Okarini, Ida Ayu., Anak Agung Sagung Putu Kartini dan Martini Hartawan, 2009. Retensi Protein Dan Nilai Organoleptik Daging Broiler Yang Diberi Susu Kedelai Asam Dalam Air Minum Ternak Selama Pemeliharaan (1-5 Minggu). Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. ISSN : 1978 – 0303. Vol. 4, No. 1 : 38-45.

Rastogi, S.C. 2007. Essentials of Animal Physiology. 4Th edition. New Delhi: New Age International (P) Ltd.

Sahara, Eli., Sofia Sandi, dan Muhakka . 2011. Peforman Produksi Ayam Pedaging dengan Pemanfaatan Bungkil Biji Kapas sebagai Pengganti Sebagian Bungkil Kedelai dalam Ransum. ISSN 1978 - 3000 . Vol. 6, No 2: 137-142.

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang : Universitas Andalas Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru

(16)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

SUHU TUBUH HEWAN

(disusun guna memenuhi tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan)

Oleh

Nama : Ahdatu Uli Khikamil M NIM : 120210103024

Kelas : C Kelompok : 3

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menawarkan SIM-RSG ke pihak rumah sakit untuk mencapai kerjasama dengan rumah sakit lain hingga mencapai kesepakatan untuk mengumpulkan database antar rumah sakit, khususnya

Aktivitas yang dilakukan orang tua dalam proses pemberian pendidikan akhlak terhadap anak-anak di lingkungan keluarga dengan memberikan pendidikan akhlak kepada

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa lokasi areal reklamasi Arboretum memiliki nilai rata-rata karbon tegakan yang paling besar, yaitu

Tabel 9. Nilai tersebut sudah cukup baik untuk menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan karena nilai indeks.. Kappa yang berarti sangat kuat. Setelah diperoleh

Masoreettinen jokseenkin kaoottinen kronologia vaikeampana – tosin jo siihen pisteeseen, että sen vaikeus alkaa olla pikemminkin rasite – lukutapana onkin sinänsä

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku konsumtif dengan kesejahteraan subjektif (Subjective well-being) pada komunitas motor..

 Nitrogen pilot cylinder = Actuator utama untuk membuka aliran karbondioksida dengan memanfaatkan gas nitrogen dengan tekanan 65 bar membuka aliran karbondioksida dar tabung.

Berikut adalah hal-hal yang disiakpan antara lain melakukan telaah materi operasi vektor yang belum tesampaikan di Siklus I , membuat Silabus dan Ren- cana Pelaksanaan