• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAS ASAS DAN KONSEP ORGANISASI POPULASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASAS ASAS DAN KONSEP ORGANISASI POPULASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME

ASAS-ASAS SERTA KONSEP

ORGANISASI POPULASI DAN KOMUNITAS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pengantar Ekologi

Dosen Pengampu

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M. Pd

Disusun oleh :

Adi Setiadi (1407003) Fitriyani (1406888)

Ira Yayuk Subadiah (1404436) Lutvia Resta Setyawati (1406973) Nita Reinita (1404933)

Siti Nurhayanih (1404761)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

A.POPULASI 1. Pengertian

Kata populasi berasal dari bahasa latin yaitu populus yang berarti rakyat atau penduduk. Sedangkan yang dimaksud dalam ekologi, populasi adalah sekelompok individu sejenis yang berada dalam satu tempat dan waktu yang sama, memiliki sifat atau ciri yang unik serta berbeda dari populasi yang lainnya. Contohnya saja populasi pohon pinus pada tahun 2015 di Taman Nasional Gunung Halimun Sukabumi ataupun populasi komodo pada tahun 2013 di Pulau Komodo dan seterusnya.

2. Sifat-sifat Populasi

Sebuah populasi memiliki sifat-sifat seperti di bawah ini. a. Kerapatan atau kepadatan (densitas)

Kerapatan digunakan untuk menghitung jumlah tumbuhan, sedangkan kepadatan digunakan untuk hewan. Densitas populasi sendiri adalah besarnya populasi dalam suatu unit ruang, yang pada umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu-individu dalam setiap unit luas atau volume. Menurut (Gopal dan Bhardwaj, 1979) dentitas populasi itu disebut juga kerapatan atau kepadatan populasi.

Perlu dicatat bahwa densitas populasi bervariasi menurut waktu dan tempat. Dalam pengkajian suatu kondisi populasi, densitas populasi merupakan parameter utama yang perlu diketahui. Pengaruh suatu populasi tehadap komunitas atau ekosistem yang sangat bergantung kepada spesies organisme dan jumlah atau densitas populasinya. Dengan kata lain bahwa densitas populasi merupakan salah satu yang menentukan pengaruh populasi terhadap komunitas atau ekosistem. Selain itu, densitas populasi sering dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam populasi pada saat tertentu.

(3)

Sedangkan densitas spesifik, yaitu jumlah individu organisme per luas habitat atau jumlah individu organisme per satuan ruang atau tempat yang tersedia dan benar-benar diduduki oleh individu-individu anggota populasi tersebut. Jadi, individu-individu organisme anggota populasi bisa saja menempati hanya pada bagian tertentu yang baik dari total daerah. Densitas spesifik juga disebut densitas ekologi.

b. Natalitas (angka kelahiran)

Kelahiran atau natalitas adalah kemampuan inheren suatu populasi untuk bertambah. Dalam bahasa sehari- hari angka kelahiran mengacu pada laju biak individu baru pada jasad apa pun. Karena itu, angka kelahiran selamanya positif atau paling tidak nol, tetapi tak pernah negatif. Secara teori untuk setiap populasi terdapat jumlah maksimum individu baru yang mampu berbiak dalam keadaan ideal, yaitu apabila praktis tidak ada faktor pembatas.

Natalitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau laju yang didapatkan dari jumlah individu yang dihasilkan dibagi dengan waktu atau jumlah individu baru per satuan waktu per satuan populasi.

c. Mortalitas (angka kematian)

Seperti halnya natalitas, mortalitas bisa dinyatakan sebagai perhitungan berpa jumlah individu yang mati dalam jangka waktu tertentu. Misalnya 350 pohon pinus dalam waktu 20 tahun. Hilangnya pohon pinus per satuan waktu itulah yang disebut dengan mortalitas.

d. Penyebaran umur populasi

Penyebaran umur ini sangat berkaitan erat dengan tingkat reproduksi yang tengah berlangsung dalam suatu populasi. Artinya, populasi yang sedang tumbuh cepat akan didominasi oleh individu-individu muda, populasi yang stasioner memiliki umur individu yang rata, dan populasi yang tumbuh lambat lebih didominasi oleh individu berumur tua.

(4)

e. Perluasan dan penyebaran populasi

Perluasan atau penyebaran adalah proses keluar masuknya individu dan anaknya (biji, spora, tunas, dll) dari zona daerah populasi. Perluasan ini dapat berupa gerakan berikut ini.

- Emigrasi, gerakan keluarnya individu dari zona populasi sehingga jumlah anggotanya akan berkurang gangguan dalam mengembangkan kualitas dan kuantitas populasinya. Gangguan tersebutlah yang dinamakan sebagai faktor pembatas populasi.

a. Faktor fisik

Faktor fisik bisa saja membatasi ruang gerak sebuah populasi. Diantara faktor pembatas dari segi fisik itu ialah sinar matahari, suhu dann kelembapan, ketersediaan air, dll.

b. Faktor kimiawi dan non-fisik

Faktor-faktor non-fisik ini adalah faktor pembatas yang biasanya tidak dapat diraba ataupun dilihat secara kasat mata, disebut juga faktor kimiawi karena didominasi oleh beberapa zat tertentu yang mempu membatasi ruang hidup dan frekuensi interaksi individu di dalam populasi. Misalnya saja kelebihan CO, SO4 dan CO2 akan memberikan pengaruh besar ke dalam tata kehidupan individu dalam lingkup populasi.

c. Faktor pembatas tipologi ekosistem dan indicator ekologi

(5)

Beberapa keadaan faktor pembatas, termasuk di antaranya adalah temperatur, cahaya, air, gas atmosfer, mineral, arus, dan tekanan, tanah, dan api. Masing-masing dari organisme mempunyai kisaran kepekaan berbeda terhadap faktor pembatas.

Dengan adanya faktor pembatas, dapat dianggap faktor ini bertindak sebagai ikut menyeleksi organisme yang mampu bertahan dan hidup pada suatu wilayah sehingga sering kali didapati adanya organisme-organisme tertentu yang mendiami suatu wilayah tertentu pula. Organisme ini disebut sebagai indikator biologi (indikator ekologi) pada wilayah tersebut.

4. Tipe-tipe Interaksi Populasi

Beberapa tipe interaksi antara dua atau lebih populasi diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Pemangsaan (predator), salah satu pihak menyerang secara langsung pihak yang lain

b. Komensalisme, salah satu pihak diuntungkan dan yang lainnya tidak terpengaruh

c. Proto-kooperasian, kondisi dimana kedua pihak merasa diuntungkan oleh hubungan yang tidak sengaja

d. Mutualisme, kondisi saling menguntungkan dan saling membutuhkan antar dua populasi atau lebih

e. Netralisme, dalam keadaan demikian tidak ada satu pun pihak yang merasa dirugikan ataupun diuntungkan

f. Persaingan, yakni terjadinya saling menghalangi antar populasi

g. Amensalisme, yakni suatu kondisi dimana satu pihak mencoba untuk menghalangi pihak lain hanya saja pihak itu merasa tidak terpengaruh sedikitpun

h. Parasitisme, salah satu pihak merugikan yang lainnya

5. Pertumbuhan Populasi

(6)

mengetahui adanya pengaturan populasi. Interaksi spesies seperti predator, kompetisi, herbivori dan penyakit berdampak terhadap pertumbuhan populasi menghasilkan perubahan dalam struktur komunitas oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui bagaimana suatu populasi tumbuh.

Suatu populasi yang dilepaskan pada suatu lingkungan yang sesuai akan terus bertambah jumlahnya Dalam lingkaran hidup dari organisme terdapat fase lahir, pertumbuhan, dewasa, tua dan kemudian mati. Seperti yang telah diungkapkan di atas, dalam ekologi Boden Heimer (1938) membagi umur hewan dalam tiga periode, yaitu fase preduktif, dimana hewan mengalami pertumbuhan yang cepat tetapi belum mampu berproduksi, fase reproduksi, dimana hewan mampu bereproduksi, fase post reproduksi, dimana hewan tidak mampu lagi bereproduksi yaitu pada umur tua.

Berikut ini beberapa model pertumbuhan populasi yang bisa kita pelajari.

a. Model continuous time, adalah model yang digunakan untuk

menentukan jumlah tumbuhan yang ada dalam beberapa waktu mendatang. Pada model ini individu berkembang tidak dibatasi oleh lingkungan seperti kompetisi dan keterbatasan akan suplai makanan. Laju perubahan populasi dapat dihitung jika banyaknya kelahiran, kematian dan migrasi diketahui. Prediksi bahwa jumlah populasi akan tumbuh secara kontinu pertama kali dicetuskan oleh Malthus (1798). Dinamika populasi dapat di aproksimasi dengan model ini hanya untuk periode waktu yang pendek saja.

b. Model kontinu dapat diakumulasikan menggunakan persamaan :

Nt+Dt=Nt+B+I-D-E

Nt : jumlah populasi tumbuhan yang ada dalam waktu t B : jumlah kelahiran per satuan waktu

(7)

c. Model matriks Leslie, yang dikembangkan pada tahun 1940-an. Model ini menjelaskan pertumbuhan reproduksi pada populasi tumbuhan. Dalam model ini reproduksi tumbuhan dibagi menjadi kelas-kelas atau secara matematis, Dengan demikian jika kita mengetahui distribusi awal x(0) dan matriks Leslie (L), maka kita dapat menentukan distribusi umur reproduksi tanaman pada sembarang waktu di masa mendatang. d. Stadia versus umur, teori demografi klasik memakai umur sebagai

dasar untuk perkiraan kesuburan dan survivorship, namun umur tidak dapat menjadi indikator status reproduktif dalam tumbuhan. Ada 2 alaan pokok untuk ini, yaitu : 1) Ukuran tidak perlu berkolerasi dengan umur 2) Banyak tumbuhan akan berbunga bila mereka mencapai ukuran tertentu tanpa memandang umurnya.

e. Tabel hidup, ada dua macam tabel hidup tergantung lama hidup individu dalam populasi : 1) Suatu tabel dinamis. Digunakan pengamat untuk mengikuti pertumbuhan perkecambahan pada waktu tertentu sampai semua individu mati. 2) Tabel hidup statis. Tabel yang mengukur struktur umur suatu populasi untuk memperkirakan pola survival berbagai grup umur pada suatu populasi.

f. Kurva survivorship, yaitu adalah jumlah survivor pada tiap interval umur terhadap waktu akan menghasilkan suatu kurva survivorship. Ada 3 tipe kurva survivorship yang menyajikan tanggapan populasi ekstrem. Tipe 1 : kurva survivorship adalah karakteristik organisme dengan mortalitas rendah dalam stadia muda dan mortalitas cepat dalam umur tua. Tipe 2 : garis lurus, dimana probabilitas kematian pada pokoknya sama pada sembarang umur. Tipe 3 : tipikal organisme yang mempunyai laju mortalitas muda tinggi, diikuti dengan mortalitas biji karena adanya pemakan buah dan pemakan biji.

g. Fekunditas, secara umum berarti kemampuan untuk bereproduksi.

(8)

Fekunditas berada di bawah kontrol genetik maupun lingkungan dan merupakan ukuran utama kebugaran biologi suatu spesies. Biasa juga disebut umur spesifik laju kelahiran individu atau natalitas yang diukur dengan menhitung jumlah total biji yang dihasilkan selama tiap interval umur dan dibagi dengan jumlah individu yang hidup.

h. Daya dukung, dengan adanya berbagai pembatasan yang ada, kita dapat

memperkirakan bahwa lingkungan mempunyai daya dukung, yaitu jumlah individual spesies yang dapat ditunjang oleh lingkungan. Daya dukung dapat ditentukan tidak hanya oleh jumlah individu dalam populasi,tetapi juga oleh ukuran dan laju pertumbuhan individu dalam populasi.

i. Peraturan populasi dependen densitas. Dependen densitas adalah jumlah individu per satuan area tertentu yang keberadaannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhinya.

j. Populasi dependen lebat, adalah ukuran populasi yang selalu bertambah seperti yang diramal oleh kebanyakan model pertumbuhan populasi, populasi ini bergantung pada dependen densitas yang berubah dalam survival atau laju produksi karena jumlah populasi menjadi lebih besar. Kita tahu bahwa hukum Yield konstan di mana tumbuhan bertanggap terhadap kelebatan tidak hanya oleh densitas tetapi juga terhadap individu. Hal ini lebih akurat untuk mengatakan bahwa populasi tumbuhan lebih bersifat dependen lebt daripada dependen densitas.

B. KOMUNITAS 1. Pengertian

(9)

kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya lebih akrab lagi satu sama lain, sehingga kelompok kecil itu merupakan unit yang kohesif (populasi).

Populasi dan komunitas mempunyai tingkat organisasi yang lebih tinggi dari pada individu dan juga merupakan kesatuan yang nyata. Mengapa di sebut satu kesatuan yang nyata, karena komunitas memiliki karekteristik tambahan selain karekteristik yang di punyai oleh individu-indivu penyusunnya.

Kehidupan komunitas ini sangat bergantung kepada kondisi lingkungan abiotik yang ada di sekitarnya seperti tanah, iklim dan air. Tempat hidup komunitas ini disebut sebagai habitat, berasal dari bahasa Latin habitare yang artinya bertempat tinggal.

Seorang ahli Frederick Clements (1900) mengatakan bahwa komunitas merupakan suatu organisme dengan jenis komposisi yang terbatas dan mempunyai sejumlah kehidupan. Namun yang menjadi pandangan umum ahli ekologi sekarang adalah bahwa komunitas merupakan suatu gabungan dari beberapa organisme.

2. Macam-macam Komunitas

Pengklasifikasian komunitas biasanya didasari oleh habitat dari tumbuhan atau hewan tersebut, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa bagian berikut ini.

a. Komunitas akuatik/perairan, contohnya komunitas laut, sungai, danau atau kolam

b. Komunitas terrestrial/daratan, contohnya pekaragan rumah, gunung, dll. Berdasarkan kelengkapan organisator di dalamnya, komunitas dibagi kedalam dua kategori.

a. Komunitas besar, yakni komunitas yang memiliki organisasi yang lengkap sehingga bisa mengurus komunitasnya sendiri tanpa bergantung kepada komunitas lain

(10)

3. Konsep dominasi ekologi

Komunitas sama halnya dengan tingkat organisasi jasad hidup lain, mengalami serta menjalani siklus hidup juga. Mengalami kelahiran, dewasa, tua dan mati. Hanya secara alami, komunitas tidak akan pernah mati.

Misalkan saja komunitas tumbuhan dan hewan dimuka bumi ini sebenarnya diawali dari makhluk-makhluk sederhana seperti lumut dan ganggang-ganggangan, namun mereka mengubah lingkungan tempat hidupnya agar mampu ditempati oleh makhluk lainnya juga sehingga terjadilah perkembangan komunitas yang lebih besar lagi. Organisme lumut dan ganggang inilah yang disebut sebagai tumbuhan pelopor.

Dalam suatu komunitas, pasti terdapat beberapa tanaman atau hewan yang memiliki jumlah anggota yang lebih banyak dar lainnya, serta serngkali juga memiliki fungsi yang vital dalam komunitas tersebut. Organisme itulah yang mendominasi dan menjadi pengendali keberadaan organisme-organisme lainnya dalam komunitas itu. Situasi ini dinamakan sebagai dominasi ekologi.

4. Pola-pola dalam Komunitas

Struktur yang diakibatkan oleh penyebaran organisme di dalam dan interaksinya dengan lingkungannya dapat disebut dengan pola (Hutchinson, 1953). Di bawah ini merupakan bebrapa pola yang sering kita jumpai dalam sebuah komunitas.

a. Pola stratifikasi (pelapisan tegak)

b. Pola-pola zonasi (pemisahan ke arah mendatar) c. Pola-pola kehiatan (periodisitas)

d. Pola-pola jaring-jaring (asosiasi-asosiasi jarring-jaring organisasi jaringan kerja didalamrantai pangan)

e. Pola reproduktif (asosiasi-asosiasi orang anak-anak, klone-klone tanaman dan sebaginya)

f. Pola-pola sosial (kelompok-kelompok dan kananan-kawanan)

(11)

h. Pola-pola stochastic (diakibatkan oleh tenaga atau kakas acak)

5. Konsep Ekotone dalam Komunitas

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Kartawinata, kuswata dkk. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta : Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.

Irwan, Zoer’aini D. 2012. Prinsip-prinsip Ekologi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Resosoedarmo, Soedjiran dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : CV. Remadja

Karya.

Indriyanto, Ir. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

“Bahwa seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang diasuransikan, menggantikan pihak tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap

Untuk mendukung peralatan dalam suatu gedung distribusi Listrik merupakan salah satu rangkaian penting dalam melayani kebutuhan energi listrik, dimulai dari pembangkit

Kesadaran ini harus selalu tertanam dalam diri kita, karena dosa yang disertai dengan rasa bersalah lebih baik dari pada keta’atan yang dibarengi dengan kepuasan.. Ma’asyiral

Adanya klasifikasi kemampuan ini akan dapat membantu guru untuk menentukan langkah yang harus dilalui di dalam proses belajar mengajar (Burhanuddin, 1997: 110). Tanpa

Seorang atasan di Mangkunegaran, kalau berbicara secara formal dengan bawahannya, harus menggunakan bahasa kromo (bahasa jawa halus), sebagaimana bawahan terhadap

Manfaat yang diperoleh guru setelah memahami kebutuhan siswa, yaitu guru lebih mudah dalam merencanakan tujuan pembelajaran, bahan materi, dan prosedur yang akan

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI